Gambaran Keberhasilan Pati Rasa Pada Anestesi Lokal Blok Mandibula Metode Fischer Di Klinik Bedah Mulut RSGMP USU

(1)

GAMBARAN KEBERHASILAN PATI RASA PADA

ANESTESI LOKAL BLOK MANDIBULA

METODE FISCHER DI KLINIK

BEDAH MULUT

RSGMP USU

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

MHD AIDIL NST NIM: 100600130

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial

Tahun 2014

Mhd Aidil Nst

Gambaran keberhasilan pati rasa pada anestesi lokal blok mandibula metode

Fischer di Klinik Bedah Mulut RSGMP USU

x + 33 halaman

Anestesi lokal merupakan salah satu tindakan yang sering digunakan di

bidang kedokteran gigi sebagai penghilang rasa sakit selama perawatan. Anestesi

lokal dalam kedokteran gigi dapat dibedakan menjadi anestesi lokal pada maksila dan

mandibula. Persentase keberhasilan anestesi lokal pada maksila adalah 95% atau

lebih, sedangkan pada mandibula lebih kecil yaitu sebesar 80%-85%. Anestesi lokal

pada mandibula dapat menggunakan beberapa metode penyuntikan. Persentase

keberhasilan anestesi lokal pada mandibula berdasarkan metode yang digunakan

adalah 92,5% teknik Gow-Gates, 90% teknik Akinosi, dan teknik konvensional blok

alveolaris inferior metode Fischer adalah 72,5%. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui gambaran keberhasilan pati rasa pada anestesi lokal blok mandibula

metode Fischer di Klinik Bedah Mulut RSGMP USU. Penelitian ini dilakukan

melalui survei deskriptif. Data didapatkan melalui kuesioner yang diisi oleh peneliti

dengan cara mengamati operator atau mahasiswa kepaniteraan klinik Bedah Mulut RSGMP USU yang dapat dijadikan sampel. Data yang didapat dari hasil pengisian kuesioner diolah secara sederhana berdasarkan perbandingan frekuensi keberhasilan


(3)

dan ketidakberhasilan, serta disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi

sederhana disertai dengan perhitungan berupa persentase. Hasil penelitian adalah

sebesar 82,2% dari 73 sampel yang didapat berhasil terjadi pati rasa pada anestesi

lokal blok mandibula metode Fischer. Berdasarkan jenis kelamin pasien, sebesar

95,6% pasien laki-laki berhasil dan sebesar 76% perempuan berhasil. Berdasarkan

frekuensi tindakan yang pernah dilakukan operator, sebesar 78,8% operator yang

diasumsikan belum cukup pengalaman dengan frekuensi tindakan kurang atau sama

dengan 3 kali berhasil melakukan penyuntikan, sedangkan 85% operator yang lebih

berpengalaman dengan frekuensi tindakan lebih dari 3 kali berhasil melakukan

penyuntikan. Operator diharapkan untuk melakukan pemeriksaan subjektif dan

objektif untuk mengetahui gambaran keberhasilan pati rasa pada anestesi lokal blok

mandibula metode Fischer.


(4)

GAMBARAN KEBERHASILAN PATI RASA PADA

ANESTESI LOKAL BLOK MANDIBULA

METODE FISCHER DI KLINIK

BEDAH MULUT

RSGMP USU

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

MHD AIDIL NST NIM: 100600130

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 6 Januari 2014

Pembimbing: Tanda tangan

1. Rahmi Syaflida, drg., Sp.BM 1.……….

NIP. 19840724 200801 2 006

2. Rika Mayasari, drg., M.Kes 2………..


(6)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji

pada tanggal 6 Januari 2014

TIM PENGUJI

KETUA : Shaukat Osmani Hasbi, drg., Sp.BM

ANGGOTA : 1. Rahmi Syaflida, drg., Sp.BM

2. Olivia A. Hanafiah, drg., Sp.BM


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya skripsi ini telah selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ayahanda Drs. Aspan Nasution, M.Si dan Ibunda Zarniati Zainal atas segala doa dan dukungan yang diberikan kepada penulis hingga saat ini.

2. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D, Sp.Ort selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3. Eddy A. Ketaren, drg., Sp.BM selaku Ketua Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, atas segala saran, dukungan, dan bantuan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Rahmi Syaflida, drg., Sp.BM dan Rika Mayasari Alamsyah, drg., M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan, bimbingan, penjelasan dan motivasi selama proses penyusunan skripsi sampai dengan selesai.

5. Seluruh staf pengajar dan pegawai Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara khususnya di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial.

6. Keluarga yang senantiasa mendukung dan memberikan kasih sayang kepada penulis Lely Asniati Nasution, S.Kom., Andrizal Syahputra Nasution, ST, dan Rizka Amelia Nasution.

7. Sahabat-sahabat terbaik, Hafidh Siswono, Hasratul Qadar S.STP, Abdul Hadi, Ivansyah S.H, Tri Arga Utama, Indra, Reza Surya, M. Haris Salim, Ruby Firdaus, Febriwando Gunawan S.E, Rendy Nasution, Sigit Prasojo, Siti Firdhanty


(8)

S.KG, Bronson Marpaung, Duas Jourgie S.Ked, Andru Aswar S.Ked, atas segala hal yang diberikan kepada penulis selama menjalani masa perkuliahan hingga saat ini.

8. Teman-teman semasa perkuliahan, Ridho, Fajri, Dendy, Ojan, Tommy, Khoir, Gandara, Ardian, Harfin, Brian, Incan, Iqbal, Azrai, Andi, Sondi, Yohan, Jodek, Andreas, Reny, Una, Manda, Emal, Nesya, Ary, Fany, Mega, Nandra, Blisa, Nastiti, adinda Denny dan teman-teman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

9. Vika Dayani Lubis, yang telah menemani dan memberikan dukungan tiada henti kepada penulis sehari-hari selama masa perkuliahan, pembuatan skripsi, dan hingga saat ini.

10. Keluarga besar HmI Komisariat FKG USU dan rekan-rekan pengurus HmI Komisariat FKG USU Periode 2013-2014.

11. Teman-teman seperjuangan di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial FKG USU, Zulmi, Nik Syakir, Ghina, Rizky Annisa, Diong, Amira, Erwinda, Adel, Rizky Puspita dan teman-teman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

12. Abangda dan Kakanda senioren FKG USU, Abdul Rasyid, R. Tri Rizky Ananda, Sarah Rizky Noviriana, Masbudi Harianto Gurning, Zulkadri Habibie, Mitra Riswanda Hutabarat serta senioren lainnya terutama mahasiswa kepaniteraan klinik di Bedah Mulut yang telah banyak membantu memberi bantuan dan saran kepada penulis.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan

sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu, dan masyarakat.

Medan, 6 Januari 2014 Penulis,

(Mhd Aidil Nst) NIM: 100600130 DAFTAR ISI


(9)

Halaman

HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ...

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 2

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Definisi dan Mekanisme Kerja Anestesi Lokal ... 4

2.2 Bahan Anestetikum Lokal ... 5

2.3 Anatomi Persyarafan pada Mandibula ... 7

2.4 Anestesi Lokal Blok Mandibula ... 8

2.4.1 Anestesi Lokal Blok Mandibula Metode Fischer ... 10

2.4.2 Prosedur Anestesi Lokal Blok Mandibula Metode Fischer ... 11

2.4.3 Keberhasilan Anestesi Lokal Blok Mandibula Metode Fischer ... 14

2.7.4 Komplikasi Anestesi Lokal Blok Mandibula ... 14

Kerangka Teori ... 16

Kerangka Konsep ... 17

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ... 18

3.1 Jenis Penelitian ... 18

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 18


(10)

3.3.1 Populasi ... 18

3.3.2 Sampel ... 18

3.4 Variabel dan Definisi Operasional ... 19

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 19

3.6 Pengolahan dan Analisis Data ... 20

3.6.1 Pengolahan Data ... 20

3.6.2 Analisis Data ... 20

Alur Penelitian ... 21

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 22

4.1 Distribusi Karateristik Pasien ... 22

4.2 Distribusi Jenis Tindakan Perawatan ... 23

4.3 Distribusi Frekuensi Tindakan yang Pernah Dilakukan Operator ... 23

4.4 Distribusi Gambaran Bagian yang Pati Rasa pada Penyuntikan ... 24

4.5 Distribusi Onset of Action Penyuntikan ... 24

4.6 Persentase Keberhasilan Pati Rasa pada Penyuntikan ... 25

BAB 5 PEMBAHASAN ... 26

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 29

6.1 Kesimpulan ... 29

6.2 Saran ... 29

DAFTAR PUSTAKA ... 30


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Variabel dan definisi operasional ... 19

2. Distribusi karateristik pasien yang melakukan perawatan bedah dengan menggunakan anestesi lokal blok mandibula metode

Fischer di Klinik Bedah Mulut RSGMP USU ... 22

3. Distribusi jenis tindakan bedah yang dilakukan oleh mahasiswa kepaniteraan klinik menggunakan anestesi lokal blok mandibula

metode Fischer di Klinik Bedah Mulut RSGMP USU ... 23 4. Distribusi frekuensi tindakan anestesi lokal blok mandibula metode

Fischer yang sudah pernah dilakukan oleh operator di Klinik Bedah

Mulut RSGMP USU ... 23 5. Distribusi gambaran bagian yang pati rasa pada penyuntikan

anestesi lokal blok mandibula metode Fischer di Klinik Bedah

Mulut RSGMP USU ... 24

6. Distribusi onset of action penyuntikan anestesi lokal blok

mandibula metode Fischer di Klinik Bedah Mulut RSGMP USU ... 24 7. Persentase keberhasilan pati rasa pada anestesi lokal blok

mandibula metode Fischer di Klinik Bedah Mulut RSGMP USU

berdasarkan jenis kelamin pasien ... 25

8. Persentase keberhasilan pati rasa pada anestesi lokal blok mandibula metode Fischer di Klinik Bedah Mulut RSGMP USU berdasarkan frekuensi tindakan yang pernah


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Syaraf mandibula bagian posterior ... 7

2. Ilustrasi mental nerve block ... 8

3. Ilustrasi buccal nerve block ... 9

4. Ilustrasi inferior alveolar nervus block ... 11

5. Posisi operator untuk mandibula kiri dan kanan ... 12

6. Posisi jarum di foramen mandibula ... 13


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Daftar Riwayat Hidup 2. Anggaran Penelitian 3. Jadwal Kegiatan 4. Kuesioner Penelitian


(14)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial

Tahun 2014

Mhd Aidil Nst

Gambaran keberhasilan pati rasa pada anestesi lokal blok mandibula metode

Fischer di Klinik Bedah Mulut RSGMP USU

x + 33 halaman

Anestesi lokal merupakan salah satu tindakan yang sering digunakan di

bidang kedokteran gigi sebagai penghilang rasa sakit selama perawatan. Anestesi

lokal dalam kedokteran gigi dapat dibedakan menjadi anestesi lokal pada maksila dan

mandibula. Persentase keberhasilan anestesi lokal pada maksila adalah 95% atau

lebih, sedangkan pada mandibula lebih kecil yaitu sebesar 80%-85%. Anestesi lokal

pada mandibula dapat menggunakan beberapa metode penyuntikan. Persentase

keberhasilan anestesi lokal pada mandibula berdasarkan metode yang digunakan

adalah 92,5% teknik Gow-Gates, 90% teknik Akinosi, dan teknik konvensional blok

alveolaris inferior metode Fischer adalah 72,5%. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui gambaran keberhasilan pati rasa pada anestesi lokal blok mandibula

metode Fischer di Klinik Bedah Mulut RSGMP USU. Penelitian ini dilakukan

melalui survei deskriptif. Data didapatkan melalui kuesioner yang diisi oleh peneliti

dengan cara mengamati operator atau mahasiswa kepaniteraan klinik Bedah Mulut RSGMP USU yang dapat dijadikan sampel. Data yang didapat dari hasil pengisian kuesioner diolah secara sederhana berdasarkan perbandingan frekuensi keberhasilan


(15)

dan ketidakberhasilan, serta disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi

sederhana disertai dengan perhitungan berupa persentase. Hasil penelitian adalah

sebesar 82,2% dari 73 sampel yang didapat berhasil terjadi pati rasa pada anestesi

lokal blok mandibula metode Fischer. Berdasarkan jenis kelamin pasien, sebesar

95,6% pasien laki-laki berhasil dan sebesar 76% perempuan berhasil. Berdasarkan

frekuensi tindakan yang pernah dilakukan operator, sebesar 78,8% operator yang

diasumsikan belum cukup pengalaman dengan frekuensi tindakan kurang atau sama

dengan 3 kali berhasil melakukan penyuntikan, sedangkan 85% operator yang lebih

berpengalaman dengan frekuensi tindakan lebih dari 3 kali berhasil melakukan

penyuntikan. Operator diharapkan untuk melakukan pemeriksaan subjektif dan

objektif untuk mengetahui gambaran keberhasilan pati rasa pada anestesi lokal blok

mandibula metode Fischer.


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anestesi merupakan suatu keadaan hilangnya berbagai bentuk sensasi seperti rasa sakit, sentuhan, suhu, dan tekanan. Jika keadaan tersebut terjadi pada sebagian tubuh, maka keadaan tersebut disebut dengan anestesi lokal. Anestesi lokal merupakan salah satu tindakan yang sering digunakan di bidang kedokteran gigi sebagai penghilang rasa sakit selama perawatan.1-3

Malamed menyatakan bahwa secara klinis dapat diketahui persentase keberhasilan anestesi lokal pada daerah maksila lebih besar daripada daerah mandibula. Pada daerah maksila persentase keberhasilan anestesi lokal yang dilakukan oleh operator terlatih mencapai 95% atau lebih. Tingginya persentase keberhasilan ini disebabkan oleh faktor kepadatan tulang maksila yang lebih tipis dan akses yang lebih mudah ke jalur persyarafan. Berbeda dengan anestesi lokal pada mandibula, tingkat keberhasilan hanya mencapai 80-85% untuk blok syaraf alveolaris inferior. Persentase keberhasilan ini dipengaruhi oleh tingkat kepadatan tulang mandibula, akses yang terbatas ke syaraf alveolaris inferior, dan banyaknya variasi anatomi. Menurut Malamed, keberhasilan anestesi lokal blok mandibula dapat ditingkatkan dengan menempatkan daerah suntikan sedikit di atas dari foramen mandibula, dengan mengajarkan hal ini selama bertahun-tahun di University of Southern California School of Dentistry, persentase keberhasilan meningkat menjadi 85-90% dan dapat lebih tinggi seiring dengan bertambahnya pengalaman operator. 4-8

Persentase keberhasilan anestesi lokal pada mandibula juga tergantung pada teknik yang digunakan oleh operator. Insiden keberhasilan tertinggi adalah dengan teknik Gow-Gates yang mencapai 92,5%. Setelah itu diikuti dengan teknik Akinosi yang mencapai 90% dan teknik konvensional blok alveolaris inferior atau metode Fischer sebesar 72,5%.6


(17)

Keberhasilan suatu anestesi lokal blok mandibula dapat dilihat dari berbagai aspek. Tidak adanya komplikasi yang timbul akibat anestesi bisa menjadi indikator keberhasilan suatu tindakan anestesi lokal. Keberhasilan anestesi lokal blok mandibula juga dapat dilihat dari gambaran daerah yang dianestesi, mula kerja (onset of action) serta lama kerja (duration of action). Dengan metode yang berbeda maka gambaran keberhasilan anestesi lokal blok mandibula juga akan berbeda.5,6

Berdasarkan beberapa literatur tersebut, peneliti ingin melakukan penelitian mengenai gambaran keberhasilan pati rasa pada anestesi lokal blok mandibula metode Fishcer di Klinik Bedah Mulut RSGMP USU. Alasan peneliti memilih Klinik Bedah Mulut RSGMP USU karena tindakan anestesi lokal blok mandibula dilakukan di Klinik Bedah Mulut RSGMP USU oleh mahasiswa kepaniteraan Klinik yang masih dalam proses pembelajaran profesi dokter gigi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana gambaran keberhasilan pati rasa pada anestesi lokal blok mandibula metode Fischer di Klinik Bedah Mulut RSGMP USU.

2. Bagaimana gambaran tindakan anestesi lokal blok mandibula metode Fischer di Klinik Bedah Mulut RSGMP USU meliputi jumlah tindakan dan jenis perawatan yang dilakukan.

3. Berapa persentase keberhasilan pati rasa pada anestesi lokal blok mandibula metode Fischer di Klinik Bedah Mulut RSGMP USU.

4. Berapa waktu onset of action tindakan anestesi lokal blok mandibula metode Fischer di Klinik Bedah Mulut RSGMP USU.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui gambaran keberhasilan pati rasa pada anestesi lokal blok mandibula metode Fischer di Klinik Bedah Mulut RSGMP USU.

2. Untuk mengetahui gambaran tindakan anestesi lokal blok mandibula metode Fischer di Klinik Bedah Mulut RSGMP USU meliputi jumlah tindakan dan jenis perawatan yang dilakukan.


(18)

3. Untuk mengetahui persentase keberhasilan pati rasa pada anestesi lokal blok mandibula metode Fischer di Klinik Bedah Mulut RSGMP USU.

4. Untuk mengetahui waktu onset of action tindakan anestesi lokal blok mandibula metode Fischer di Klinik Bedah Mulut RSGMP USU.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Memberikan informasi dan evaluasi mengenai keberhasilan pati rasa pada

anestesi lokal blok mandibula metode Fischer di Klinik Bedah Mulut RSGMP USU.

2. Sebagai sarana proses pendidikan bagi peneliti, untuk melatih cara berpikir, menambah pengetahuan dan pengalaman serta penerapan metode penelitian ilmiah di bidang kedokteran gigi


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan Mekanisme Kerja Anestesi Lokal

Anestesi lokal merupakan suatu kondisi hilangnya berbagai sensasi seperti rasa sakit yang terjadi di sebagian tubuh.1 Bahan anestetikum lokal bekerja dengan menghambat pengiriman impuls ke ujung syaraf bebas dengan menghasilkan blokade gerbang sodium sehingga terjadi penurunan sensasi, terutama rasa sakit yang bersifat sementara di sebagian tubuh.2,3,9 Bahan anestetikum lokal mengubah proses pembentukan dan pengiriman impuls dengan beberapa cara, yaitu dengan mengubah potensial istirahat dasar dari membran sel syaraf, mengubah potensial ambang batas

(threshold), mengurangi rasio depolarisasi, atau dengan menambah rasio repolarisasi.

Perubahan yang terjadi dapat diakibatkan oleh salah satu atau lebih dari satu cara tersebut. Banyak teori yang menggambarkan cara kerja dari anestesi lokal, salah satunya yang sering digunakan adalah teori spesifik reseptor. Bahan anestetikum lokal melekat pada reseptor yang ada di dekat gerbang sodium pada membran sel, lalu mengurangi permeabilitas ion sodium sehingga dapat menghambat konduksi impuls. Ion sodium yang seharusnya berikatan dengan reseptor pada membran sel untuk meningkatkan permeabilitas dan membuka gerbang sodium akan berkompetisi dengan bahan anestetikum lokal untuk berikatan dengan reseptor pada membrane sel. Setelah bahan anestetikum lokal berikatan dengan reseptor, terjadi penurunan permeabilitas membran sel sehingga menghasilkan blokade gerbang sodium. Hal ini mengakibatkan terjadinya penurunan konduksi sodium dan rasio depolarisasi sehingga terjadi kegagalan dalam mencapai potensial ambang batas (threshold) dan mengakibatkan kegagalan dalam potensial aksi. Keadaan ini mengakibatkan terhambatnya pengiriman impuls sehingga sensasi seperti rasa sakit dapat dihilangkan atau terjadi pati rasa.3

Di bidang kedokteran gigi, anestesi lokal sering digunakan dalam perawatan pasien. Anestesi lokal digunakan sebagai penghilang rasa sakit sehingga pasien


(20)

merasa nyaman selama perawatan dan dokter gigi menjadi lebih tenang dalam melakukan perawatan. Kerja sama yang baik dengan pasien juga dapat dilakukan karena pada anestesi lokal pasien masih dalam keadaan sadar selama perawatan. Penggunaan anestesi lokal juga lebih ekonomis sehingga banyak digunakan dalam kedokteran gigi.1,5,10

2.2 Bahan Anestetikum Lokal

Bahan anestetikum lokal sudah mengalami banyak perkembangan sejak tahun 1855 sampai sekarang. Pada zaman itu, seorang ahli kimia asal Prancis bernama Gaedcke melakukan ekstraksi daun tanaman Erthroxylon coca dan mengisolasi alkaloid pada tanaman tersebut. Pada tahun 1860, Albert Niemann mengisolasi alkaloid dalam bentuk murni yang dinamakannya menjadi kokain. Penggunaan kokain sebagai anestesi akhirnya diawali oleh Carl Koller pada tahun 1884. Setelah itu banyak perkembangan macam bahan anestetikum lokal yang ditemukan seiring perkembangan zaman. Lignokain atau lidokain ditemukan oleh N. Lofgren pada tahun 1943 dan diperkenalkan pada praktik klinis pada tahun 1946. Setelah itu muncul bahan lain seperti mepivakain pada tahun 1956 dan prilokain pada tahun 1959.1 Sampai saat ini, bahan anestetikum lokal secara umum dapat dibedakan menjadi dua golongan besar. Golongan pertama adalah bahan yang mengandung senyawa ester seperti kokain, prokain, kloroprokain, tetrakain, dan benzokain. Golongan kedua adalah bahan yang mengandung ikatan amida seperti lidokain, prilokain, bupivakain, dibukain, dan ropivakain.1,3,9,11

Dari beberapa jenis bahan anestetikum lokal yang berkembang di bidang kedokteran gigi, bahan tersebut harus memenuhi persyaratan sebagai bahan anestetikum lokal yang ideal. Bahan anestetikum lokal mempunyai persyaratan yaitu harus poten, bersifat sementara, tidak menimbulkan reaksi lokal, sistemik, maupun alergi, onset of action singkat, duration of action cukup untuk melakukan perawatan, tidak mengiritasi jaringan, tidak menimbulkan kerusakan pada syaraf, tidak menimbulkan efek toksisitas, harus stabil dalam larutan, dapat disterilkan, serta terjangkau dari segi ekonomi. Apabila syarat ini dipenuhi oleh suatu bahan


(21)

anestetikum lokal, maka bahan anestetikum lokal tersebut sudah layak untuk digunakan di dalam perawatan.1,3,9

Lidokain merupakan bahan anestetikum lokal yang sering digunakan di bidang kedokteran gigi. Jika dibandingkan dengan prokain, lidokain memiliki onset of action yang lebih cepat dengan duration of action yang lebih lama. Penggunaan lidokain juga hanya membutuhkan sedikit penambahan vasokonstriktor karena lidokain tidak atau sedikit menyebabkan vasodilatasi. Penambahan vasokonstriktor pada lidokain HCl 2% dapat menambah durasi kerja anestesi. Vasokonstriktor yang sering ditambahkan pada lidokain adalah adrenalin 1:80.000 atau 1:100.000. Dengan penambahan vasokonstriktor, durasi kerja menjadi lebih lama dari ½-2 jam menjadi 3-4 jam. Waktu onset of action dari lidokain juga bervariasi, sekitar 3-10 menit. Walaupun penggunaan lidokain bersifat toksik, jika digunakan dengan dosis yang tepat, maka tidak dapat menimbulkan masalah yang serius. Dengan penambahan vasokonstrikor, dosis maksimal yang dapat diterima pada orang dewasa adalah sekitar 350 mg atau maksimal sekitar 6 mg/kgBB. Pada praktiknya, 2% lidokain HCl umumnya dikemas dalam bentuk ampul 2 ml atau sama dengan 36 mg, sehingga dosis maksimum pengunaan lidokain pada orang dewasa adalah sekitar 8-10 ampul.1,3,9,11

Berbagai bahan anestetikum lokal selain lidokain juga banyak digunakan dalam perawatan di bidang kedokteran gigi. Mepivakain merupakan salah satu bahan anestetikum yang sering digunakan di bidang kedokteran gigi sebagai bahan anestetikum lokal. Bahan anestetikum lokal ini sudah mulai terkenal sejak pertama kali digunakan secara klinis sejak tahun 1950. Kecepatan onset of action, duration of action, potensi dan toksisitasnya hampir mirip dengan lidokain. Sifat vasokonstriktor mepivakain lebih rendah daripada lidokain. Pada umumnya, mepivakain digunakan dalam bentuk larutan dengan penambahan adrenalin 1:80.000. Dosis maksimal yang dapat digunakan dengan penambahan vasokonstriktor adalah 5 mg/kg berat badan.1 Onset of action mepivakain tidak berbeda jauh dengan lidokain. Efek anestesi mepivakain timbul setelah 3 menit penyuntikan dengan duration of action sekitar 2-2½ jam.12


(22)

2.3 Anatomi Persyarafan pada Mandibula

Bahan anestetikum lokal bekerja dengan menghambat pengiriman impuls ke syaraf. Di bidang kedokteran gigi dikenal beberapa syaraf yang penting, salah satunya adalah syaraf trigeminus. Syaraf trigeminus merupakan salah satu syaraf yang memiliki serat sensorik dan juga serat motorik. Syaraf trigeminus terbagi atas tiga divisi yaitu syaraf ophthalmikus, syaraf maksilaris, dan syaraf mandibularis.5,13

Syaraf mandibularis terdiri dari serat sensorik dan motorik. Syaraf mandibularis terbagi menjadi dua cabang utama, yaitu bagian anterior dan posterior. Pada cabang bagian anterior terdapat beberapa syaraf motorik yang berhubungan dengan otot-otot seperti masseter, deep temporal, dan lateral pterygoid. Selain itu, pada bagian anterior juga terdapat buccal nerve yang meninervasi kulit dan mukosa bagian dagu serta bagian bukal gingiva dari prosesus alveolar mandibula di bagian molar dan premolar. Pada bagian posterior terdapat syaraf auriculotemporal, syaraf alveolaris inferior, dan syaraf lingualis. Syaraf auriculotemporal merupakan salah syaraf yang jarang berhubungan dalam bidang kedokteran gigi. Syaraf lingualis merupakan syaraf sensorik yang menginervasi bagian 2/3 anterior lidah, termasuk persepsi terhadap sensasi maupun sensasi terhadap pengecapan. Syaraf alveolaris inferior merupakan cabang terbesar dari divisi syaraf mandibula. Syaraf ini mempunyai cabang-cabang kecil seperti nervus mylohyoid, dental branches, serta pada bagian ujungnya adalah


(23)

Gambar 2. Ilustrasi mental nerve block.16 2.4 Anestesi Lokal Blok Mandibula

Berdasarkan basis anatominya, anestesi lokal dapat dibedakan menjadi tiga yaitu anestesi topikal, anestesi infiltrasi, dan anestesi regional atau sering disebut dengan anestesi blok.1 Anestesi blok juga dapat dibedakan menjadi anestesi blok pada maksila dan anestesi blok mandibula.1,3,5

Secara garis besar, terdapat beberapa jenis anestesi lokal yang sering digunakan di mandibula, yaitu lingual nerve block, incisive nerve block, mental nerve block, long buccal nerve block, dan inferior alveolar nerve block. Nervus lingualis biasanya diblokade di ruang pterygomandibular yang terletak pada anteromedial syaraf alveolaris inferior mandibula, sekitar 1 cm dari permukaan mukosa. Oleh karena itu, anestesi blok syaraf lingualis bisa dilakukan sebelum atau sesudah anestesi blok alveolaris inferior mandibula dilakukan. Incisive nerve block merupakan salah satu pilihan pada anestesi lokal mandibula yang terbatas pada gigi anterior. Anestesi blok syaraf insisivus memberikan anestesi pulpa pada sekitar gigi anterior seperti insisivus dan kaninus sampai foramen mental. Mental nerve block bertujuan untuk menganestesi syaraf mental dan ujung dari cabang syaraf inferior alveolar mandibula. Syaraf mental terletak pada foramen mental yang berada di antara apikal premolar satu dan premolar dua.Daerah yang dianestesi oleh teknik ini adalah mukosa bukal bagian anterior, daerah foramen mental sekitar gigi premolar dua, midline dan kulit dari bibir bawah.3,5,15,16


(24)

Gambar 3. Ilustrasi buccal nerve block.16

Long buccal nerve block atau sering disebut buccal nerve block dan buccinators nerve block menganestesi nervus buccal yang merupakan cabang dari syaraf mandibula bagian anterior. Daerah yang dianestesi adalah jaringan lunak dan periosteum bagian bukal sampai gigi molar mandibula. Anestesi ini sering digunakan pada perawatan yang melibatkan daerah gigi molar. Keuntungan dari teknik long buccal nerve block adalah mudah dilakukan dan tingkat keberhasilannya tinggi.3,5,16

Pada anestesi blok syaraf alveolaris inferior, terdapat tiga metode yang sering digunakan, yaitu Inferior Alveolar Nervus Block (IANB), Gow-Gates Technique, dan Akinosi Closed-Mouth Mandibular Block. Inferior Alveolar Nervus Block (IANB) terdiri dari dua metode, yaitu direct dan indirect. Metode indirect IANB sering disebut dengan metode Fischer.2,6,7

Menurut hasil penelitian Neeta Mohanty dan Susant Mohanty, tingkat keberhasilan anestesi blok mandibula paling tinggi yang dilakukan kepada 120 orang berusia 16-50 tahun adalah Gow-Gates Technique sebesar 92,5%. Sedangkan tingkat keberhasilan Akinosi Closed-Mouth Mandibular Block dan Classical IANB atau metode Fischer adalah 90% dan 72,5%. Dari hasil penelitian ini juga didapatkan bahwa metode Classical IANB paling banyak menimbulkan rasa sakit selama penyuntikan sebesar 60%. Sedangkan Akinosi Closed-Mouth Mandibular Block


(25)

paling sedikit sebesar 25%. Onset of action yang paling singkat adalah Classical IANB metode Fischer yaitu 2,15 menit, sedangkan untuk duration of action yang paling lama adalah Gow-Gates Technique selama 69,3 menit.5

Berdasarkan hasil penelitian Sobhan Mishra yang membandingkan antara metode direct IANB dan Akinosi Closed-Mouth Mandibular Block, didapatkan bahwa 96% syaraf inferior alveolar berhasil dianestesi, dan 100% syaraf lingual dan bukal berhasil di anestesi dengan sekali penyuntikan dengan metode direct IANB. Sedangkan pada teknik Akinosi Closed-Mouth Mandibular Block, 84% syaraf inferior alveolar dan syaraf lingual berhasil di anestesi dengan sekali penyuntikan, sedangkan 80% syaraf bukal berhasil dianestesi dengan sekali penyuntikan.14

2.4.1 Anestesi Lokal Blok Mandibula Metode Fischer

Inferior Alveolar Nervus Block atau yang sering juga disebut dengan blok mandibula merupakan metode anestesi lokal blok mandibula yang sering digunakan di kedokteran gigi. Metode Inferior Alveolar Nervus Block dibagi menjadi dua metode yaitu direct IANB dan indirect IANB. Metode Indirect IANB sering juga disebut dengan metode Fischer atau fissure 1-2-3 technique dengan penambahan anestesi syaraf bukal.2,6

Metode ini menganestesi nervus inferior alveolar, nervus incisive, nervus mental, dan nervus lingual. Nervus buccal juga bisa ditambahkan dalam beberapa prosedur yang melibatkan jaringan lunak di daerah posterior bukal. Daerah yang dianestesi dengan metode ini adalah gigi mandibula sampai ke midline, body of mandible, bagian inferior dari ramus, mukoperiosteum bukal, membrane mukosa anterior sampai daerah gigi molar satu mandibula, 2/3 anterior lidah dan dasar dari kavitas oral, jaringan lunak bagian lingual dan periosteum, external oblique ridge, dan internal oblique ridge.2,6

Indikasi Inferior Alveolar Nervus Block adalah untuk prosedur pencabutan beberapa gigi mandibula dalam satu kuadran, prosdur pembedahan yang melibatkan jaringan lunak bagian bukal anterior sampai molar satu serta jaringan lunak bagian lingual. Kontraindikasi Inferior Alveolar Nervus Block adalah pasien yang mengalami


(26)

Gambar 4. Ilustrasi Inferior Alveolar Nervus Block.16

infeksi atau inflamasi akut pada daerah penyuntikan serta pasien dengan gangguan kontrol motorik menggigit bibir atau lidah secara tiba tiba.6

2.4.2 Prosedur Anestesi Lokal Blok Mandibula Metode Fischer 1,3,5,16,17,18 1. Pasien didudukkan dengan posisi semisupine atau setengah telentang.

2. Intruksikan pasien untuk membuka mulut selebar mungkin agar mendapatkan akses yang jelas ke mulut pasien. Posisi diatur sedemikian rupa agar ketika membuka mulut, oklusal dari mandibula pasien sejajar dengan lantai.

3. Posisi operator berada pada arah jam 8 dan menghadap pasien untuk rahang kanan mandibula, sedangkan untuk rahang kiri mandibula posisi operator berada pada arah jam 10 dan menghadap ke pasien.


(27)

Gambar 5. Posisi operator untuk mandibula kiri dan kanan.6

4. Jarum 25 gauge direkomendasikan untuk pasien dewasa dengan panjang jarum sekitar 42 mm atau 1,625 inchi. Hal ini diperlukan karena bagian jarum yang masuk ke jaringan adalah sekitar 20 mm.

5. Aplikasikan antiseptik di daerah trigonom retromolar.

6. Jari telunjuk diletakkan di belakang gigi terakhir mandibula, geser ke lateral dan palpasi linea oblique eksterna pada ramus mandibula, kemudian telunjuk digeser ke median untuk mencari linea oblique interna. Ujung lengkung kuku berada di linea oblique interna dan permukaan samping jari berada di bidang oklusal gigi rahang bawah.

7. Jarum diinsersikan dipertengahan lengkung kuku dari sisi rahang yang tidak dianestesi tepatnya dari regio premolar dan jarum dengan bevel mengarah ke tulang sampai jarum kontak dengan tulang (Posisi I). Arah jarum hampir tegak lurus dengan tulang.


(28)

Gambar 6. Posisi jarum di foramen mandibula.5,15

Gambar 7. Insersi spuit pada anestesi lokal blok mandibula.15

8. Spuit digeser kesisi yang akan dianestesi, sejajar dengan bidang oklusal dan jarum ditusukkan sedalam 5 mm, lakukan aspirasi bila negatif keluarkan anestetikum sebanyak 0,5 ml untuk menganestesi N. Lingualis (Posisi II).

9. Spuit digeser ke arah posisi I tapi tidak penuh sampai sekitar region kaninus lalu jarum ditusukkan sambil menyelusuri tulang sedalam kira-kira 10-15 mm. Aspirasi dan bila negatif keluarkan anestetikum sebanyak 1 ml untuk menganestesi N. Alveolaris inferior (Posisi III). Setelah selesai spuit ditarik kembali.

Metode Fischer sering juga dimodifikasi dengan penambahan anestesi untuk syaraf bukal setelah kita melakukan posisi III, pada waktu menarik kembali spuit sebelum jarum lepas dari mukosa tepat setelah melewati linea oblique interna ,jarum digeser kelateral ke daerah trigonom retromolar, aspirasi dan bila negatif keluarkan


(29)

anestetik sebanyak 0,5 ml untuk menganestesi syaraf bukal dan kemudian spuit ditarik keluar.

2.4.3 Keberhasilan Anestesi Lokal Blok Mandibula Metode Fischer

Keberhasilan dari anestesi lokal blok mandibula metode Fischer dapat diketahui dengan memeriksa keadaan bibir bagian bawah dan lidah dari regio yang dianestesi. Jika terjadi pati rasa pada daerah tersebut, maka dapat dijadikan indikator bahwa nervus lingualis dan nervus mentalis yang merupakan cabang dari nervus inferior alveolar sudah dianestesi dengan baik. Keberhasilan dari anestesi lokal blok mandibula metode Fischer juga dapat dilihat secara objektif pada pasien apabila selama perawatan pasien tersebut tidak mengeluhkan rasa sakit.5 Kegagalan dapat terjadi akibat jumlah anestetikum yang tidak adekuat saat penyuntikan atau karena variasi anatomi tiap individu sehingga prosedur anestesi lokal blok mandibula tidak menganestesi syaraf yang dituju dengan tepat. Bentuk mandibula yang berbeda tiap individu menyebabkan perbedaan letak foramen mandibula tampat keluarnya nervus inferior alveolar.1,10 Untuk mengatasi kegagalan diperlukan beberapa pertimbangan sebelum melakukan tindakan anestesi. Selain teknik dan keterampilan yang bagus dari operator, pemilihan bahan anestetikum juga dapat mempengaruhi keberhasilan. Bahan anestetikum golongan lidokain ditambah dengan adrenalin merupakan gold standard untuk tindakan anestesi lokal.19

2.4.4 Komplikasi Anestesi Lokal Blok Mandibula 1. Jarum patah

Keadaan jarum patah pada anestesi lokal sangat jarang dijumpai. Sangat sulit untuk menemukan patahan jarum yang tertinggal. Komplikasi ini sering terjadi pada anestesi lokal blok mandibula. Ukuran dan panjang jarum harus diperhatikan untuk mengantisipasi komplikasi ini. Kerja sama yang baik dengan pasien juga harus diperhatikan karena kondisi jarum patah juga dilaporkan pernah terjadi akibat pergerakan kepala pasien yang terkejut ketika dilakukan penyuntikan.1,5,20-22


(30)

2. Hematoma

Hematoma merupakan pembengkakan jaringan yang terjadi pada sisi medial dari ramus mandibula setelah deposisi bahan anestetikum. Hematoma bisa terjadi akibat penetrasi jarum yang mengenai pembuluh darah dan darah menyebar ke jaringan di sekitarnya. Hal ini dapat diatasi dengan memberikan es pada daerah hematoma sekitar 5 menit untuk meredakan gejala.1,5,20,22

3. Trismus

Trismus merupakan kondisi spasme otot rahang sehingga kesulitan untuk membuka mulut. Keadaan ini sering terjadi akibat larutan anastetik yang masuk ke intramuskular bagian medial ruang pterygomandibula. Komplikasi ini sering terjadi 2-5 hari setelah tindakan anestesi lokal blok mandibula.1,5,10,11,20

4. Facial nerve anaesthesia

Komplikasi ini sering terjadi pada anestesi lokal blok mandibula akibat dari deposisi larutan anestetikum ke kelenjar parotis. Gejala klinis yang dapat dilihat dari komplikasi ini adalah kesulitan pasien untuk menutup kelopak mata bagian bawah dan bibir yang melorot pada sisi yang dianestesi.1,5,10,11


(31)

Kerangka Teori

Anestesi lokal blok mandibula

N. inferior alvolar

Indirect (Fischer) Lingual

nerve block

Incisive nerve block

Mental nerve block Long buccal

nerve block Inferior

alveolar nerve block

Direct technique


(32)

Kerangka Konsep

Tindakan anestesi lokal blok mandibula metode Fischer: Data pasien:

- Umur

- Jenis kelamin Data operator:

- Frekuensi melakukan tindakan

Jenis tindakan:

- Pencabutan gigi - Odontektomi - Pembedahan lain

Variabel tidak terkendali: - Keterampilan operator - Variasi anatomi

Keberhasilan pati rasa pada anestesi lokal blok mandibula metode Fischer: Pati rasa:

- Bibir - Lidah - Keduanya Onset of action:

- 1-3 menit - 4-6 menit - 7-10 menit


(33)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui gambaran mengenai keberhasilan pati rasa pada anestesi lokal blok mandibula metode Fischer yang dilakukan oleh mahasiswa kepaniteraan di Klinik Bedah Mulut RSGMP USU selama satu bulan dan dimulai dari tanggal 19 Agustus 2013 sampai dengan 18 September 2013.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah Klinik Bedah Mulut RSGMP USU. Waktu penelitian ini adalah dari bulan Juni 2013 sampai bulan Januari 2014.

3.3Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh tindakan perawatan yang dilakukan oleh mahasiswa kepaniteraan di Klinik Bedah Mulut RSGMP USU selama satu bulan dimulai dari tanggal 19 Agustus 2013 sampai dengan 18 September 2013.

3.3.2 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah seluruh tindakan perawatan yang memerlukan anestesi lokal blok mandibula metode Fischer dan dilakukan oleh mahasiswa kepaniteraan di Klinik Bedah Mulut RSGMP USU yang menggunakan bahan anestetikum jenis lidokain selama satu bulan dimulai dari tanggal 19 Agustus 2013 sampai dengan 18 September 2013 (purposive sampling).


(34)

3.4 Variabel dan Definisi Operasional

Tabel 1. Variabel dan definisi operasional

Variabel Definisi operasional

Umur Umur pasien yang dihitung sejak tanggal lahir sampai dengan waktu penelitian yang dinyatakan dalam tahun

Jenis Kelamin Jenis kelamin pasien yang terbagi menjadi dua yaitu:

1. Laki-laki

2. Perempuan

Frekuensi melakukan tindakan

Frekuensi penyuntikan anestesi lokal blok mandibula metode Fischer yang sudah pernah dilakukan oleh operator sebelumnya, yaitu:

1. 1 kali (belum cukup berpengalaman)

2. 2 kali (belum cukup berpengalaman)

3. 3 kali (belum cukup berpengalaman) 4. Lebih dari 3 kali (lebih berpengalaman)

Jenis tindakan Jenis tindakan perawatan bedah yang dilakukan oleh mahasiswa kepaniteraan Klinik Bedah Mulut RSGMP USU, yaitu:

1. Pencabutan gigi 2. Odontektomi

3. Pembedahan lain

Keberhasilan anestesi lokal blok mandibula metode Fischer

Terjadinya pati rasa pada bibir dan lidah pasien yang diperiksa secara verbal dan atau secara klinis pada sisi rahang yang disuntik paling lama 10 menit setelah dilakukan penyuntikan

Onset of action Waktu yang dihitung dalam satuan menit mulai dari pencabutan jarum pada saat selesai dilakukan penyuntikan hingga pasien mulai merasakan adanya rasa


(35)

perubahan menjadi pati rasa pada bibir dan lidah yang dibagi menjadi empat kelompok waktu yaitu:

1. 1-3 menit

2. 4-6 menit

3. 7-10 menit

4. Lebih dari 10 menit

3.5 Metode Pengumpulan Data

Data didapatkan melalui kuesioner yang diisi oleh peneliti dengan cara mengamati operator (mahasiswa kepaniteraan Klinik) Bedah Mulut RSGMP USU yang mengerjakan kasus dengan melakukan anestesi lokal blok mandibula metode Fischer selama satu bulan dimulai dari tanggal 19 Agustus 2013 sampai dengan 18 September 2013. Setelah melakukan penyuntikan, operator menanyakan dan memeriksa ada tidaknya perubahan rasa yang terjadi pada bibir dan lidah pasien, lalu peneliti akan mencatat waktu onset of action yang terjadi pada pasien tersebut.

3.6 Pengolahan dan Analisis Data 3.6.1 Pengolahan Data

Data yang didapat dari hasil pengisian kuesioner diolah secara sederhana berdasarkan perbandingan frekuensi keberhasilan dan ketidakberhasilan dari hasil penyuntikan, gambaran responden, gambaran operator, serta waktu onset of action. Data tersebut disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi sederhana disertai dengan perhitungan berupa persentase.

3.6.2 Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan cara menghitung persentase keberhasilan pati rasa pada anestesi lokal blok mandibula metode Fischer yang dilakukan di Klinik Bedah Mulut RSGMP USU.


(36)

(37)

Alur Penelitian

Kasus yang dirawat oleh mahasiswa kepaniteraan Klinik Bedah Mulut RSGMP USU September 2013

Kasus yang membutuhkan anestesi lokal blok mandibula metode Fischer

Pengisian kuesioner penelitian dengan mengamati operator yang melakukan anestesi lokal blok mandibula

Evaluasi pasca anestesi

Berhasil Tidak Berhasil

Pengisian kuesioner oleh peneliti

Pengolahan data dan analisis data

Tindakan anestesi lokal blok mandibula metode Fischer


(38)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian di Klinik Bedah Mulut RSGMP USU yang dimulai dari tanggal 19 Agustus 2013 sampai dengan 18 September 2013 diperoleh sampel sebanyak 73 pasien yang mendapatkan perawatan di bidang bedah mulut dengan menggunakan anestesi lokal blok mandibula metode Fischer yang dilakukan oleh mahasiswa kepaniteraan klinik.

4.1 Distribusi Karateristik Pasien

Karateristik pasien dilihat dari umur diperoleh pasien dengan kelompok umur yang paling banyak adalah kelompok umur 10-29 tahun sebesar 54,8% dan kelompok umur paling sedikit adalah pasien yang berumur di atas 70 tahun sebesar 2,7%. Selain itu, karateristik pasien jika dilihat dari jenis kelamin terdapat 23 orang pasien berjenis kelamin laki-laki (31,5%) dan sebanyak 50 orang pasien berjenis kelamin perempuan (68,5%).

Tabel 2. Distribusi karateristik pasien yang melakukan perawatan bedah dengan menggunakan anestesi lokal blok mandibula metode Fischer di Klinik Bedah Mulut RSGMP USU

Karateristik pasien

Jumlah

n %

Umur

10-29 40 54,8

30-49 24 32,9

50-69 7 9,6

≥70 2 2,7

Total 73 100


(39)

Perempuan 50 68,5

Total 73 100

4.2 Distribusi Jenis Tindakan Perawatan

Distribusi jenis tindakan bedah mulut yang menggunakan anestesi lokal blok mandibula metode Fischer adalah sebanyak 91,8% pencabutan gigi, 6,9% odontektomi, dan 1,3% pembedahan lainnya yang dalam hal ini adalah fraktur terbuka.

Tabel 3. Distribusi jenis tindakan bedah yang dilakukan oleh mahasiswa kepaniteraan klinik menggunakan anestesi lokal blok mandibula metode Fischer di Klinik Bedah Mulut RSGMP USU

Jenis tindakan

Jumlah

n %

Pencabutan gigi 67 91,8

Odontektomi 5 6,9

Pembedahan lain (fraktur terbuka) 1 1,3

Total 73 100

4.3 Distribusi frekuensi tindakan yang pernah dilakukan operator

Distribusi frekuensi tindakan anestesi lokal blok mandibula metode Fischer yang sudah pernah dilakukan oleh operator adalah sebanyak 17,8% operator sudah pernah melakukan tindakan sebanyak 1 kali, 22% operator sudah pernah melakukan tindakan sebanyak 2 kali, 5,5% operator sudah pernah melakukan tindakan sebanyak 3 kali, dan 54,7% operator sudah pernah melakukan tindakan sebanyak lebih dari 3 kali.

Tabel 4. Distribusi frekuensi tindakan anestesi lokal blok mandibula metode Fischer yang sudah pernah dilakukan oleh operator di Klinik Bedah Mulut RSGMP USU

Frekuensi tindakan

Jumlah


(40)

1 kali 13 17,8

2 kali 16 22

3 kali 4 5,5

> 3 kali 40 54,7

Total 73 100

4.4 Distribusi Gambaran Bagian yang Pati Rasa pada Penyuntikan

Distribusi bagian yang pati rasa pada anestesi lokal blok mandibula metode Fischer adalah sebesar 82,2% pasien mengalami pati rasa pada bagian bibir dan lidah, 17,8% pasien mengalami pati rasa hanya pada bagian lidah, dan tidak ada pasien yang mengalami pati rasa hanya pada bagian bibir.

Tabel 5. Distribusi gambaran bagian yang pati rasa pada penyuntikan anestesi lokal blok mandibula metode Fischer di Klinik Bedah Mulut RSGMP USU

4.5 Distribusi Onset of Action Penyuntikan

Distribusi onset of action penyuntikan anestesi lokal blok mandibula metode Fischer adalah sebesar 43,8% pada waktu 1-3 menit, 23,3% pada waktu 4-6 menit, 15,1% pada waktu 7-9 menit, dan 17,8% pada waktu lebih dari 10 menit.

Tabel 6. Distribusi onset of action penyuntikan anestesi lokal blok mandibula metode Fischer di Klinik Bedah Mulut RSGMP USU

Bagian yang pati rasa

Jumlah

n %

Hanya bibir 0 0

Hanya lidah 13 17,8

Bibir dan lidah 60 82,2


(41)

Onset of action

Jumlah

n %

1-3 menit 32 43,8

4-6 menit 17 23,3

7-9 menit 11 15,1

> 10 menit 13 17,8


(42)

4.6 Persentase Keberhasilan Pati Rasa pada Penyuntikan

Persentase keberhasilan yang diperoleh dari hasil penelitian adalah sebesar 82,2% tindakan anestesi lokal blok mandibula metode Fischer dinyatakan berhasil, sedangkan sebesar 17,8% yang tidak berhasil. Jika dilihat dari jenis kelamin pasien, sebesar 95,6% pasien laki-laki dinyatakan berhasil, sedangkan pada perempuan sebesar 76% pasien yang berhasil dilakukan penyuntikan.

Tabel 7. Persentase keberhasilan pati rasa pada anestesi lokal blok mandibula metode Fischer di Klinik Bedah Mulut RSGMP USU berdasarkan jenis kelamin pasien

Hasil penelitian juga menunjukkan dari 33 orang operator yang sudah pernah melakukan tindakan anestesi lokal blok mandibula metode Fischer kurang dan atau sama dengan 3 kali, sebanyak 78,8% berhasil melakukan penyuntikan. Sedangkan pada 40 orang operator yang sudah pernah melakukan tindakan anestesi lokal blok mandibula metode Fischer lebih dari 3 kali, sebanyak 85% berhasil melakukan penyuntikan.

Tabel 8. Persentase keberhasilan pati rasa pada anestesi lokal blok mandibula metode Fischer di Klinik Bedah Mulut RSGMP USU berdasarkan frekuensi tindakan yang pernah dilakukan operator

Jenis kelamin pasien

Jumlah

Berhasil Tidak berhasil

n % n %

Laki-laki 22 95,6 1 4,4

Perempuan 38 76 12 24

Frekuensi tindakan

Jumlah

Berhasil Tidak berhasil

n % n %

≤ 3 26 78,8 7 22,2


(43)

(44)

BAB 5

PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase keberhasilan pati rasa pada anestesi lokal blok mandibula metode Fischer di Klinik Bedah Mulut RSGMP USU yang dilakukan oleh mahasiswa kepanitreaan Klinik adalah sebesar 82,2%. Hasil ini sesuai dengan penelitian Malamed yang menyatakan bahwa keberhasilan anestesi lokal blok mandibula adalah sebesar 80-85%.5 Hal ini juga tidak berbeda jauh jika dibandingkan dengan hasil penelitian Hoseinitodashki H dan Rahmati AH pada tahun 2009 yang menyatakan bahwa persentase keberhasilan penyuntikan anestesi lokal blok mandibula yang dilakukan oleh mahasiswa kedokteran gigi semester 10 Universitas Tehran adalah sebesar 70%. Selain itu, hasil penelitian tersebut juga menunjukkan persentase keberhasilan anestesi lokal blok mandibula yang dilakukan oleh mahasiswa residen bedah mulut atau mahasiswa spesialis bedah mulut di Universitas Tehran adalah sebesar 90%.23 Hal ini mungkin terjadi karena anestesi lokal blok mandibula metode Fischer adalah salah satu metode yang mudah untuk dipelajari di dalam kedokteran gigi. Selain itu, tingkat keberhasilan dari metode ini juga bisa ditingkatkan seiring dengan pengalaman operator yang melakukan penyuntikan.5

Hasil penelitian menunjukkan bahwa operator yang diasumsikan belum cukup berpengalaman atau memiliki frekuensi penyuntikan kurang dari atau sama dengan tiga kali memiliki persentase keberhasilan penyuntikan sebesar 78,8% sedangkan operator yang diasumsikan lebih berpengalaman atau memiliki frekuensi penyuntikan lebih dari tiga kali adalah sebesar 85%. Hasil penelitian Keetley dan Moles pada tahun 2001 menyatakan bahwa dokter gigi yang hanya mempunyai pengalaman kurang dari 1 tahun memiliki persentase keberhasilan penyuntikan sebesar 89,9%, sedangkan dokter gigi yang berpengalaman selama 14,5 tahun memiliki persentase keberhasilan penyuntikan anestesi lokal blok mandibula sebesar


(45)

94,4.24 Selain itu, hasil penelitian Ajarmah pada tahun 2013 menyatakan bahwa persentase keberhasilan penyuntikan mahasiswa spesialis bedah mulut tahun pertama adalah sebesar 81%, sedangkan seorang dokter gigi spesialis bedah mulut yang sudah berpengalaman selama 19 tahun memiliki persentase keberhasilan yang tinggi sebesar 96% dalam melakukan tindakan anestesi lokal Inferior Alveolar Nerve

Block.25 Persentase keberhasilan anestesi lokal blok mandibula dapat dipengaruhi

oleh banyak faktor, baik dari faktor operator maupun dari faktor pasien sendiri.19 Salah satu faktor operator yang berpengaruh adalah pengalaman operator.24,25 Perbandingan hasil penelitian dengan hasil penelitian sebelumnya cukup sesuai karena menunjukkan bahwa pengalaman operator berpengaruh terhadap keberhasilan anestesi lokal blok mandibula. Pengalaman operator diperlukan dalam menentukan daerah landmark penyuntikan serta memahami kemungkinan variasi anatomi yang ada.4,24,25 Selain itu, semakin banyak pengalaman operator melakukan penyuntikan anestesi lokal blok mandibula maka semakin baik juga teknik yang dimiliki operator.19,24

Hasil penelitian juga menunjukkan adanya perbedaan persentase keberhasilan pati rasa pada anestesi lokal blok mandibula metode Fischer berdasarkan jenis kelamin pasien. Jika dilihat dari jenis kelamin pasien, persentase keberhasilan penyuntikan yang paling besar adalah pasien yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 95,6% dari 23 pasien yang memiliki jenis kelamin laki-laki, sedangkan pada pasien perempuan, persentase keberhasilan adalah sebesar 76% dari 50 orang pasien perempuan. Hasil penelitian Keetley dan Moles pada tahun 2001 menyatakan bahwa keberhasilan penyuntikan anestesi lokal blok mandibula berdasarkan jenis kelamin, pada pasien laki-laki adalah sebesar 91,5% dan pada pasien perempuan 92,3%.24 Selain itu, hasil penelitian Ajarmah menyatakan bahwa keberhasilan penyuntikan pada pasien laki-laki adalah sebesar 93,75%, sedangkan keberhasilan penyuntikan pada perempuan sebesar 93,61%. Ketidaksesuaian hasil penelitian ini mungkin dapat diakibatkan oleh distribusi jumlah pasien yang tidak merata. Jumlah pasien perempuan dua kali lebih banyak daripada pasien laki-laki. Berbeda pada penelitian Keetley dan Ajarmah yang distribusi jumlah pasien laki-laki dan perempuan yang


(46)

hampir sama. Hal lain yang mungkin mempengaruhi ketidaksesuaian hasil penelitian ini adalah faktor dari operator yang melakukan tindakan penyuntikan, karena operator pada penelitian Keetley dan Moles serta penelitian Ajarmah adalah beberapa orang dokter gigi yang sudah berpengalaman. Hasil penelitian Pleym pada tahun 2003 juga menyatakan bahwa terdapat perbedaan volume distribusi lidokain pada laki-laki dan perempuan. Volume distribusi yang lebih tinggi pada perempuan dibandingkan laki-laki mengakibatkan diperlukannya dosis yang lebih banyak pada perempuan untuk menghasilkan inisial efek yang sama pada laki-laki pada penyuntikan intravena. Namun hal ini tidak menimbulkan adanya perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan apabila anestesi dilakukan dengan cara selain intravena, seperti secara topikal atau infiltrasi.26

Kegagalan penyuntikan ini bisa terjadi akibat teknik yang kurang baik. Jika penyuntikan dilakukan terlalu rendah, maka yang akan pati rasa adalah syaraf lingualis. Insersi jarum yang salah juga dapat menyebabkan penyuntikan yang tidak adekuat, karena bahan anestetikum tidak masuk secara sempurna ke dalam foramen mandibula. Bahan anestetikum juga harus diperhatikan sebelum melakukan tindakan anestesi lokal blok mandibula metode Fischer, karena bahan anestetikum yang sudah kadaluarsa tidak akan memberikan efek pati rasa yang optimal seperti yang diharapkan.4


(47)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6. 1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Gambaran keberhasilan pati rasa pada anestesi lokal blok mandibula metode Fischer di Klinik Bedah Mulut RSGMP USU selama 1 bulan adalah sebanyak 60 tindakan berhasil terjadi pati rasa dari 73 tindakan dengan adanya blokade syaraf lingualis dan syaraf alveolaris inferior yang menyebabkan terjadinya pati rasa pada bibir dan lidah pasien dalam waktu onset of action kurang dari 10 menit.

2.Gambaran tindakan anestesi lokal blok mandibula metode Fischer di Klinik Bedah Mulut RSGMP USU meliputi 73 jumlah tindakan penyuntikan dengan rincian 67 tindakan pencabutan gigi (91,8%), 5 tindakan odontektomi (6,9%), dan 1 tindakan pembedahan lainnya yaitu fraktur terbuka (1,3%).

3. Persentase keberhasilan pati rasa pada anestesi lokal blok mandibula metode Fischer di Klinik Bedah Mulut RSGMP USU adalah sebesar 82,2% dari 73 penyuntikan anestesi lokal blok mandibula metode Fischer.

4. Waktu onset of action penyuntikan sebanyak 32 sampel memiliki onset of

action pada 1-3 menit (43,8%), 17 sampel pada 4-6 menit (23,3%), 11 sampel pada

7-9 menit (15,1%), dan 13 sampel pada waktu lebih dari 10 menit atau yang dinyatakan tidak berhasil (17,8%)

6.2 Saran

1. Mahasiswa kepaniteraan di Klinik Bedah Mulut RSGMP USU sebaiknya melakukan pemeriksaan subjektif dan objektif pada pasien untuk memastikan adanya pati rasa setelah anestesi lokal blok mandibula metode Fischer untuk memastikan keberhasilan penyuntikan.


(48)

2. Mahasiswa kepaniteraan di Klinik Bedah Mulut RSGMP USU sebaiknya membutuhkan tambahan frekuensi latihan penyuntikan anestesi lokal blok mandibula metode Fischer untuk meningkatkan persentase keberhasilan penyuntikan.

3. Peneliti mengharapkan adanya penelitian lebih lanjut untuk membandingkan keberhasilan pati rasa pada anestesi lokal blok mandibula dengan berdasarkan jenis bahan anestetikum yang digunakan.

4. Peneliti mengharapkan adanya penelitian lebih lanjut mengenai persentase keberhasilan anestesi lokal blok mandibula metode Fischer khusus pada pasien dengan suku tertentu untuk membandingkan adanya perbedaan variasi anatomi yang dapat mempengaruhi keberhasilan anestesi lokal blok mandibula metode Fischer.


(49)

DAFTAR PUSTAKA

1. Howe GL, Whitehead FIH. Anestesi lokal. Trans. Yuwono L Jakarta: Hipokrates, 1992: 7-28;56-68;83-93;99-110.

2. Meechan JG. Local anaesthesia. In: Andersson L, Kahnberg KE, Pogrel MA (eds). Oral and maxillofacial surgery. Oxford: Wiley-Blackwell, 2010: 51-60. 3. Balaji SM. Textbook of oral and maxillofacial surgery. New Delhi: Elsevier,

2009: 167-180.

4. Yadav P, Kumar VR. Evaluation of local anaesthetic failures in dental practice. J Int Oral Health 2010; 2(4): 15-21.

5. Malamed SF. Handbook of local anaesthesia. 5th ed. Philadelphia: Elsevier Mosby, 2004: 180-4;227-253;285-295.

6. Mohanty N, Mohanty S. Mandibular local anaesthesia: a clinical comparison of three technique. IMEJ 2013; 2(1): 74-83.

7. Palti DG, Almeida CM, Rodrigues ADC, Andreo JC, Lima JEO. Anaesthetic technique for inferior alveolar nerve block. J Appl Oral Sci. 2011; 19(1): 11-5. 8. Mishra S, Tripathy R, Sabhlok S, Panda PK, Patnaik S. Comparative analysis

between direct conventional mandibular nerve block and vazirani-akinosi closed

mouth mandibular nerve block technique. IJOART 2012, 1(6): 1-6.

9. Latief SA, Suryadi KA, Dachlan MR. Petunjuk praktis anestesiologi. Edisi kedua. Jakarta: Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UI, 2010: 97-104. 10. Baart JA. General practical aspects. In: Baart JA, Brand HS (eds). Local

anaesthesia in dentistry. Oxford: Wiley-Blackwell, 2009: 43-5.

11. Coulthard P, Horner K, Sloan P, Theaker E. Master dentistry: oral and

maxillofacial surgery, radiology, pathology and oral medicine. London:

Churchill Livingstone, 2003: 39-42.

12. Frankhuijzen AL. Pharmacology of local anaesthesia. In: Baart JA, Brand HS (eds). Local anaesthesia in dentistry. Oxford: Wiley-Blackwell, 2009: 31-2.


(50)

13. Van Eijden TMGJ, Langenbach GEJ. Anatomy of the trigeminal nerve. In: Baart JA, Brand HS (eds). Local anaesthesia in dentistry. Oxford: Wiley-Blackwell, 2009: 15-29.

14. Avih Z. Temporal and infratemporal regions. 20 Maret 2013.

(7 Juli 2013).

15. Baart JA. Local anaesthesia in the lower jaw. In: Baart JA, Brand HS (eds). Local anaesthesia in dentistry. Oxford: Wiley-Blackwell, 2009: 71-86.

16. Hung CC. Topographic studies associated with intraoral injections. 4 April

2013.

2013).

17. Kaiin H. A. Anestesi blok mandibula. Bandung: Sub bagian Dental Anestesi Bagian Bedah Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran. 2010. 18. Thangavelu K, Sabitha S, Kannan R, Saravanan K. Inferior alveolar nerve block

using internal oblique ridge as landmark. SRM University J Dent Sci 2012;

3(1): 15-8.

19. Meechan JG. How to overcome failed local anaesthesia. Br Dent J 1999; 186(1): 15.

20. Van den Akker HP. Local complications. In: Baart JA, Brand HS (eds). Local anaesthesia in dentistry. Oxford: Wiley-Blackwell, 2009: 117-125.

21. Chrcanovic BR, Junior DCM, Custodio ALN. Complication of local

anesthesia-a broken needle in the pterygomanesthesia-andibulanesthesia-ar spanesthesia-ace. Braz J Oral Sci 2009; 8(3):

159-162.

22. Sakkinen J, Huppunen M, Suuronen R. Complications following local

anaesthesia. Nor Tannlegeforen Tid 2005; 115: 48-52.

23. Hoseinitodashki H, Rahmati AH. Success rate of 10th semester dental students of Tehran University of Medical Students in inferior alveolar nerve block injection


(51)

24. Keetley A, Moles DR. A clinical audit into the success rate of inferior alveolar nerve block analgesia in general dental practice. Primary Dental Care 2001: 139-142.

25. Ajarmah JA, Tbashat JM, Omor RA, dkk. Operators experience and the success

rate of inferior alveolar nerve block anesthesia. Pakistan Oral Dent J 2013;

33(1): 137-140.

26. Pleym H, Spigset O, Kharasch ED, Dale O. Gender differences in drug effects:


(52)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Muhammad Aidil Nasution Tempat/ Tanggal Lahir : Medan/ 12 Juni 1992 Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Jalan Raya Menteng Gang Benteng No. 34 Medan Orangtua

Ayah : Drs. Aspan Nasution, M.Si

Ibu : Zarniati Zainal

Riwayat Pendidikan

1. 1997-2003 : SD Kemala Bhayangkari I, Medan

2. 2003-2006 : SMP Negeri 2, Medan

3. 2006-2009 : SMA Negeri 1, Medan


(53)

LAMPIRAN 2

ANGGARAN PENELITIAN

1. Biaya pengumpulan literatur Rp 50.000

2. Biaya pembuatan proposal Rp 50.000

3. Biaya print dan fotocopy Rp 50.000

4. Biaya penjilidan dan penggandaan Rp 100.000

5. Biaya seminar Rp 300.000

6. Biaya sewa proyektor seminar Rp 150.000 + Rp 700.000


(54)

(55)

LAMPIRAN 4

GAMBARAN KEBERHASILAN PATI RASA PADA ANESTESI LOKAL BLOK MANDIBULA METODE FISCHER

DI KLINIK BEDAH MULUT RSGMP USU

Tanggal : ……… No Kartu :

A. Data pasien

Nama pasien : ... Jenis kelamin : a. Laki-laki

b. Perempuan

Usia pasien : ...

B. Data operator

Nama operator : ... Jenis kelamin : a. Laki-laki

b. Perempuan

Petunjuk Pengisian

Isilah pertanyaan di bawah ini dengan melingkari salah satu jawaban. C. Sebelum tindakan

1. Tindakan bedah pada mandibula apakah yang akan dilakukan operator? a. Pencabutan gigi

b. Odontektomi c. Pembedahan lain

2. Berapa frekuensi tindakan anestesi lokal blok mandibula metode Fischer yang sudah pernah operator lakukan?

a. 1 kali b. 2 kali

2 1

3


(56)

c. 3 kali

d. Lebih dari 3 kali

B. Setelah tindakan

3. Setelah operator melakukan tindakan anestesi, bagian mana dari pasien yang menjadi pati rasa?

a. Bagian bibir dari regio yang dianestesi b. Bagian lidah dari regio yang dianestesi c. Keduanya

4. Apakah operator melakukan pemeriksaan klinis terhadap pati rasa yang terjadi pada pasien?

a. Ya, pada bagian bibir regio yang dianestesi sudah pati rasa terhadap tekanan dari instrument.

b. Ya, pada bagian lidah regio yang dianestesi sudah pati rasa terhadap tekanan dari instrument.

c. Ya, pada bagian bibir dan lidah regio yang dianestesi sudah pati rasa terhadap tekanan dari instrument.

d. Tidak dilakukan pemeriksaan klinis

5. Berapakah waktu onset of action pada pasien yang berhasil dianestesi? a. 1-3 menit

b. 4-6 menit c. 7-9 menit

d. Lebih dari 10 menit

5

6


(57)

(1)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Muhammad Aidil Nasution Tempat/ Tanggal Lahir : Medan/ 12 Juni 1992 Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Jalan Raya Menteng Gang Benteng No. 34 Medan Orangtua

Ayah : Drs. Aspan Nasution, M.Si Ibu : Zarniati Zainal

Riwayat Pendidikan

1. 1997-2003 : SD Kemala Bhayangkari I, Medan 2. 2003-2006 : SMP Negeri 2, Medan

3. 2006-2009 : SMA Negeri 1, Medan


(2)

LAMPIRAN 2

ANGGARAN PENELITIAN

1. Biaya pengumpulan literatur Rp 50.000 2. Biaya pembuatan proposal Rp 50.000 3. Biaya print dan fotocopy Rp 50.000 4. Biaya penjilidan dan penggandaan Rp 100.000 5. Biaya seminar Rp 300.000 6. Biaya sewa proyektor seminar Rp 150.000

+ Rp 700.000


(3)

(4)

LAMPIRAN 4

GAMBARAN KEBERHASILAN PATI RASA PADA ANESTESI LOKAL BLOK MANDIBULA METODE FISCHER

DI KLINIK BEDAH MULUT RSGMP USU

Tanggal : ……… No Kartu :

A. Data pasien

Nama pasien : ... Jenis kelamin : a. Laki-laki

b. Perempuan

Usia pasien : ...

B. Data operator

Nama operator : ... Jenis kelamin : a. Laki-laki

b. Perempuan

Petunjuk Pengisian

Isilah pertanyaan di bawah ini dengan melingkari salah satu jawaban. C. Sebelum tindakan

1. Tindakan bedah pada mandibula apakah yang akan dilakukan operator? a. Pencabutan gigi

b. Odontektomi c. Pembedahan lain

2. Berapa frekuensi tindakan anestesi lokal blok mandibula metode Fischer yang sudah pernah operator lakukan?

2 1

3


(5)

c. 3 kali

d. Lebih dari 3 kali

B. Setelah tindakan

3. Setelah operator melakukan tindakan anestesi, bagian mana dari pasien yang menjadi pati rasa?

a. Bagian bibir dari regio yang dianestesi b. Bagian lidah dari regio yang dianestesi c. Keduanya

4. Apakah operator melakukan pemeriksaan klinis terhadap pati rasa yang terjadi pada pasien?

a. Ya, pada bagian bibir regio yang dianestesi sudah pati rasa terhadap tekanan dari instrument.

b. Ya, pada bagian lidah regio yang dianestesi sudah pati rasa terhadap tekanan dari instrument.

c. Ya, pada bagian bibir dan lidah regio yang dianestesi sudah pati rasa terhadap tekanan dari instrument.

d. Tidak dilakukan pemeriksaan klinis

5. Berapakah waktu onset of action pada pasien yang berhasil dianestesi? a. 1-3 menit

b. 4-6 menit c. 7-9 menit

d. Lebih dari 10 menit

5

6


(6)