Karakteristik Responden Analisis Finansial dan Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Tingkat Pendapatan Sistem Agroforestry (Studi Kasus Sistem Agroforestry di Nagari Koto Malintang, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat)

10 20 30 40 50 20 - 30 31 - 40 41 – 50 51 - 60 61 Umur tahun J u m la h R e s p o n d e n o ra n g Jumlah Responden Frekuensi orang Jumlah Responden Proporsi HASIL DAN PEMBAHASAN

I. Karakteristik Responden

Karakteristik responden merupakan salah satu unsur yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi tingkat pendapatan petani agroforestry. Karakteristik responden yang dianalisis dalam penelitian ini antara lain: umur, pendidikan, mata pencaharian, dan jumlah anggota keluarga. Rata-rata umur petani responden berkisar antara umur 25 – 65 tahun. Distribusi responden berdasarkan umur disajikan dalam Tabel 1 dan Gambar 1.. Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur No. Kelompok Umur Tahun Frekuensi Proporsi 1 20 – 30 5 10 2 31 – 40 19 38 3 41 – 50 15 30 4 51 – 60 8 16 5 61 3 6 Jumlah 50 100 Sumber : Data Primer, 2007 Gambar 1. Responden Berdasarkan Umur Tabel 1 dan Gambar 1 di atas memperlihatkan bahwa konsentrasi umur responden berada dalam kelompok usia antara 31 – 40 tahun 38, menyusul Universitas Sumatera Utara 10 20 30 40 50 60 Tidak Sekolah SD SLTP SLTA PT Tingkat Pendidikan J u m la h R e s p o n d e n o ra n g Jumlah Responden Frekuensi orang Jumlah Responden Proporsi kelompok usia antara 41 – 50 tahun 30, kelompok usia antara 51 – 60 tahun 16, kelompok usia antara 20 – 30 tahun 10 dan kelompok usia 61 tahun 6. Rata-rata umur responden adalah 38 tahun. Umur responden tersebut tergolong pada usia produktif yaitu berada antara 15 – 64 tahun, sehingga dapat dikatakan bahwa tenaga kerja responden masih potensial untuk mengelola usahataninya. Umur akan menunjukkan kemampuan fisik. Pada umur tertentu seorang pekerja mencapai titik optimal, kemudian dengan penurunan umur maka kemampuan fisik seseorang akan menurun. Untuk petani responden yang berusia muda pada umumnya menjadi petani karena warisan dari orang tuanya atau karena tidak mempunyai keterampilan lain selain bertani. Karakteristik responden selanjutnya adalah tingkat pendidikan dan mata pencaharian. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan disajikan dalam Tabel 2 dan Gambar 2. Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan No. Tingkat Pendidikan Frekuensi Proporsi 1 Tidak Sekolah 2 4 2 S D SDSRMI 4 8 3 S L T P SMPMTs 25 50 4 SLTASMASMUSMKMA 14 28 5 Perguruan Tinggi D1, D2, D3, Akademi, Sarjana Muda, Sarjana 5 10 Jumlah 50 100 Sumber : Data Primer, 2007 Gambar 2. Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Universitas Sumatera Utara Tingkat pendidikan formal berperan terhadap proses untuk meningkatkan pendapatan karena dengan pendidikan akan diperoleh keahlian teknik budidaya dan kemampuan terhadap penyerapan teknologi. Tabel 2 dan Gambar 2 di atas menunjukkan tingkat pendidikan responden di Nagari Koto Malintang pada umumnya kebanyakan responden berlatar belakang pendidikan SLTP yaitu 25 orang 50, diikuti pendidikan SLTA sebanyak 14 orang 28, Perguruan Tinggi sebanyak 5 orang 10, SD sebanyak 4 orang 8 dan Tidak Sekolah sebanyak 2 orang 4. Kondisi tersebut memperlihatkan bahwa pendidikan responden relatif masih rendah. Tingkat pendidikan petani ini sangat berpengaruh terhadap wawasan dan cara berpikir petani dalam menentukan tindakan usahataninya. Menurut Djamali 2002, tingkat pendidikan sejalan dengan tingkat produktivitas dan efisiensi kerja. Semakin tinggi kompleksitas suatu pekerjaan, maka semakin tinggi tingkat pendidikan yang dibutuhkan. Pada umumnya pekerjaan utama para petani responden adalah bertani. Adapun karakteristik responden berdasarkan jenis mata pencaharian disajikan dalam Tabel 3 dan Gambar 3. Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Mata Pencaharian No. Jenis Mata Pencaharian Frekuensi Proporsi 1 Petani 39 78 2 Pedagang 3 6 3 Wiraswasta 2 4 4 PNS 6 12 Jumlah 50 100 Sumber : Data Primer, 2007 Universitas Sumatera Utara 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Pet ani Ped agang W iras was ta PN S Je nis Mata Pe ncaharian Ju m la h R es p o n d en o ra n g Jumlah Responden Frekuensi orang Jumlah Responden Proporsi 10 20 30 40 50 60 1 – 3 4 – 6 7 – 9 9 Jum lah Anggota Ke luarga orang Ju m la h R es p o n d en o ra n g Jumlah Responden Frekuensi orang Jumlah Responden Proporsi Gambar 3. Responden Berdasarkan Jenis Mata Pencaharian Berdasarkan Tabel 3 dan Gambar 3 di atas menunjukkan mata pencaharian petani responden pada umumnya adalah bertani 78. Selain dibidang usaha tani, responden juga bekerja diluar usaha tani antara lain sebagai pedagang 6, wiraswasta 4 dan PNS 12. Sebagian besar petani responden memiliki jumlah anggota keluarga rata- rata 4 – 6 orang. Distribusi responden berdasarkan jumlah anggota keluarga disajikan dalam Tabel 4 dan Gambar 4. Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga No. Jumlah Anggota Keluarga Orang Frekuensi Proporsi 1 1 – 3 9 18 2 4 – 6 25 50 3 7 – 9 15 30 4 9 1 2 Jumlah 50 100 Sumber : Data Primer, 2007 Gambar 4. Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga Universitas Sumatera Utara Besar kecilnya jumlah anggota keluarga akan sangat berpengaruh terhadap pengurangan dan peningkatan produksi usaha tani, karena semakin besarnya anggota keluarga akan mencerminkan ketersediaan tenaga kerja yang bekerja untuk meningkatkan usaha tani, namun dilain pihak dengan besarnya anggota keluarga akan mempengaruhi terhadap pendapatan karena besarnya biaya yang dikeluarkan untuk konsumsi rumah tangga lebih banyak sehingga dituntut untuk menghasilkan produk usaha tani lebih besar. Tabel 4 dan Gambar 4 di atas menunjukkan bahwa konsentrasi jumlah anggota keluarga berada dalam kelompok interval antara 1 – 3 orang 18, menyusul kelompok interval antara 4 – 6 orang 50, kelompok interval 7 – 9 orang 30 dan kelompok interval 9 orang 2. Kondisi ini menggambarkan keadaan anggota keluarga responden termasuk dalam kategori keluarga kecil, sehingga ketersediaan tenaga kerja dari dalam keluarga sangat kecil.

II. Sistem Agroforestry di Nagari Koto Malintang

Dokumen yang terkait

Faktor -Faktor Yang Berhubungan Dengan Risiko Kejadian ISPA Pada Balita Di Desa Koto Kaciak Kecamatan Bonjol Kabupaten Pasaman Propinsi Sumatera Barat Tahun 2000

2 43 107

Kontribusi Penyadapan Getah Pinus (Pinus merkusii) Terhadap Tingkat Pendapatan Penyadap

18 166 77

Analisis Finansial Kemiri Rakyat Dalam Sistem Agroforestry (Studi Kasus: Desa Perbesi Kecamatan Tigabinanga Kabupaten Karo)

14 164 82

Penerapan Hukum Adat Dalam Pengelolaan Sistem Agroforestri Parak (Studi Kasus Di Kanagarian Koto Malintang, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam Propinsi Sumatera Barat)

9 104 77

Analisis Finansial Budi Daya Kemenyan Rakyat dalam Sistem Agroforestry (Studi Kasus di Desa Pangurdotan, Kecamatan Pahae Julu, Kabupaten Tapanuli Utara)

0 69 77

Hubungan Tingkat Pendapatan Dengan Konsumsi Karyawan PTPN III Kebun Gunung Para.

0 38 97

Pengaruh Penjualan Pakaian Bekas Terhadap Tingkat Pendapatan Pedagang Pakaian Bekas di Kota Tanjung Balai (Studi Kasus Pajak TPO Tanjung Balai)

17 180 103

Proses Restrukturisasi Sistem Pemerintahan Nagari di Sumatera Barat (Studi Kasus : di Nagari Tigo Balai, Kecamatan Matur, Kabupaten Agam, Sumatera Barat)

0 3 149

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA TANI PADA KAWASAN I AGROFORESTY KABUN BUNGO DI NAGARI KOTO MALINTANG KECAMATAN TANJUNG RAYA KABUPATEN AGAM.

0 0 11

OPTIMALISASI ALOKASI SUMBERDAYA PERTANIAN PADA KEBUN CAMPURAN "PARAK" (AGROFORESTRY)DENGAN METODE ANALISIS LINEAR PROGRAMMING (Studi Kasus Kawasan Kabun Bungo Nagari Koto Malintang Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam).

0 0 12