Analisis Finansial Kemiri Rakyat Dalam Sistem Agroforestry (Studi Kasus: Desa Perbesi Kecamatan Tigabinanga Kabupaten Karo)

(1)

ANALISIS FINANSIAL KEMIRI RAKYAT DALAM SISTEM

AGROFORESTRY (STUDI KASUS: DESA PERBESI KECAMATAN

TIGABINANGA KABUPATEN KARO)

Rika Andriyani Purba 061201025

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

ANALISIS FINANSIAL KEMIRI RAKYAT DALAM SISTEM

AGROFORESTRY (STUDI KASUS: DESA PERBESI KECAMATAN

TIGABINANGA KABUPATEN KARO)

SKRIPSI

Oleh:

Rika Andriyani Purba 061201025

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

ANALISIS FINANSIAL KEMIRI RAKYAT DALAM SISTEM

AGROFORESTRY (STUDI KASUS: DESA PERBESI KECAMATAN TIGA

BINANGA KABUPATEN KARO)

SKRIPSI

Oleh :

Rika Andriyani Purba 061201025/ Manajemen Hutan

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Analisis Finansial Kemiri Rakyat Dalam Sistem Agroforestry

(Studi Kasus: Desa Perbesi Kecamatan Tigabinanga Kabupaten Karo)

Nama : Rika Andriyani Nim : 061201025 Program Studi : Kehutanan

Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing

(Oding Affandi, S.Hut, MP) (Agus Purwoko S.Hut, M.Si)

Ketua Anggota

Mengetahui,

(Siti Latifah, S.Hut, M.Si, Ph.D) Ketua Program Studi Kehutanan


(5)

ABSTRAK

RIKA ANDRIYANI PURBA. Analisis Finansial Kemiri Rakyat dalam Sistem

Agroforestry (Studi Kasus Desa Perbesi, Kecamatan Tiga Binanga, Kabupaten Karo). Dibawah bimbingan ODING AFFANDI dan AGUS PURWOKO. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pola pengelolaan tanaman kemiri secara agroforestry dan monokultur serta menganalisis finansial dengan budidaya

agroforestry dan monokultur kemiri di Desa Perbesi Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis finansial dengan kriteria Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio

(BCR) dan Internal Rate of Return (IRR).

Hasil penelitian menunjukkan budidaya kemiri rakyat dalam sistem

agroforestry dengan tiga pola kombinasi 1: monokultur kemiri; 2 agroforestry

kemiri dengan tanaman musiman; 3 agroforestry kemiri dengan tanaman tahunan yang menghasikan nilai NPV, BCR dan IRR yang bervariasi. Pola kombinasi kedua menghasilkan nilai NPV, BCR dan IRR yang paling tinggi. Pada lahan 1 Ha pola kombinasi ini dapat mengasilkan NPV sebesar Rp 18.105.165, BCR 3,35432 dan IRR 27,386% dengan tingkat suku bunga yang berlaku 15 %. Berdasarkan ketiga kriteria investasi ketiga pola kombinasi layak secara finansial dan yang paling optimal adalah pola kombinasi yang kedua.


(6)

ABSTRACT

RIKA ANDRIYANI PURBA. The Financial Analysis of ‘Kemiri” Cultivation in Agroforestry System (Case Study in Perbesi’s village, Subdistrict Tiga Binanga, District of Karo). Under Academic Supervision of ODING AFFANDI and

AGUS PURWOKO.

This research aim to explain various pattern of “kemiri” combination, to elaborating the elegibility level of financial “kemiri” and explain the pattern of “kemiri” combination that giving elegibility financial as an optimal in agroforestry system in Perbesi’s village, subdistrict Tiga Binanga, district of Karo. Analysis method was discsiptive and financial analysis with the criterion of Net Present Value ( NPV ), Benefit Cost Ratio ( BCR ), and Internal Rate of Return ( IRR ).

The results of research mention that “kemiri” cultivation in agroforestry system three combination pattern (1.”monoculture kemiri, 2. “kemiri with the annual crop, 3. “kemiri” with the parenial crop) yielding value NPV, BCR and IRR which vary. The second combination pattern yield the higest value of NPV, BCR and IRR. At 1 Ha farm, this combination pattern could yield the NPV of equal to Rp. 18.105.165, BCR 3,35432 and IRR 27,386% with the level of interest rate 15 %. Based on three investment criterion, the most optimal was second combination pattern.


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Rika Andriyani Purba dilahirkan di Medan pada tanggal 17 Maret 1988 dari Ayah S.K Purba dan Ibu A. Sembiring. Penulis merupakan putri pertama dari 3 bersaudara.

Tahun 2006 penulis lulus dari SMA Negri 4 Medan dan pada tahun 2006 lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara (USU) melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis memilih Program Studi Manajemen Hutan Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan penulis mengikuti organisasi Himpunan Mahasiswa Sylva (HIMAS). Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapang (PKL) di Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah KPH Randu Blatung pada tahun 2010.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan hasil skripsi yang berjudul “Analisis Finansial Kemiri Rakyat dalam Sistem Agroforestry (Studi Kasus: Desa Perbesi Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo)”.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis finansial komoditi kemiri yang ditanam petani pada lahan agroforestry dibandingkan dengan pola tanam monokultur dengan berbagai pola yang diterapkan petani.

Pada kesempatan ini penulis menghaturkan pernyataan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis. Penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Oding Affandi S.Hut, M.P sebagai ketua komisi pembimbing serta Bapak Agus Purwoko S.Hut, M.Si sebagai anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis dari mulai menetapkan judul, melakukan penelitian sampai pada akhir ujian. Khusus untuk Kepala Desa Perbesi, Kecamatan Tiga Binanga, Kabupaten Karo Bapak Faedah Ginting yang telah memberikan izin untuk penulis melakukan pengambilan dan pengumpulan data.

Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada staf pengajar dan pegawai di Departemen Kehutanan serta semua rekan mahasiswa khususnya manajemen hutan stambuk 2006. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat.

Medan, September 2011


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

RIWAYAT HIDUP ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DATAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN... vi

PENDAHULUAN Latar Belakang... 1

Perumusan Masalah... 3

Tujuan Penelitian... 4

Manfaat Penelitian... 4

TINJAUAN PUSTAKA Hutan dan Kehutanan ... 5

Hutan Rakyat ... 5

Deskripsi Tanaman Kemiri... 6

Budidaya Kemiri ... 8

Kegunaan ... 12

Agroforestry ... 13

Pola Pengkombinasian Komponen Agroforestry ... 16

Analisis Finansial ... 18

METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu... 21

Alat dan Bahan ... 21

Objek dan Data Penelitian ... 21

Populasi Penelitian ... 22

Teknik dan Tahapan Pengumpulan Data... 22

Pengolahan data... 23

Matriks Metodologi ... 26

HASIL DAN PEMBAHASAN Kecamatan Tiga Binanga ... 27

Desa Perbesi ... 28

Karakteristik Responden ... 29

Kemiri dengan Pola Monokultur ... 33

Kemiri dengan Pola Agroforestry dengan Tanaman Musiman ... 34

Kemiri dengan Pola Agroforestrydengan Tanaman Tahunan... 35

Analisis Finansial Budidaya Kemiri dalam sistem Agroforestry dan Monokultur... 36

Net Present Value ... 37

Benefir Cost Ratio ... 38


(10)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan... 43 Saran ... 44 DAFTAR PUSTAKA ... 45


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Matriks metodologi yang digunakan dalam proses penelitian... 26 2. Luas wilayah menurut Desa di Kecamatan Tiga Binanga ... 27 3. Nilai NPV budidaya kemiri rakyat

dalam sistem monokulturdi Desa Perbesi selama 15 tahun ... ... 33 4. Nilai BCR budi daya kemiri rakyat dalam

Pola agroforestry kemiri dengan tanaman semusim di

Desa Perbesi selama 15 tahun... ... 34 5. Nilai IRR budi daya kemiri rakyat dalam

Pola agroforestry kemiri dengan tanaman tahunan di


(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Kemiri dengan pola monokultur ... 29 2. Kemiri dengan pola agroforestry dengan tanaman musiman... 30 3. Kemiri dengan pola agroforestry dengan tanaman tahunan... ... 31


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Contoh kuisioner penelitian ...44

2. Analisis biaya dan manfaat pola kombinasi budidaya kemiri dalam sistem agroforestry dengan tanaman semusim jagung di Desa Perbesi...57

3. Analisis biaya dan manfaat pola kombinasi budidaya kemiri dalam sistem agroforestry dengan tanaman tahunan coklat di Desa Perbesi ...58

4. Analisis biaya dan manfaat pola budidaya sistem monokulturkemiridi Desa Perbesi ...59

5. Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR, dan InternalRate of Return (IRR) usaha kemiri dalam sistem agroforestry dengan tanaman semusim jagung di Desa Perbesi...60

6. Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR,dan Internal Rate of Return (IRR) usaha kemiri sistem agroforestry dengan tanaman tahunan coklat di Desa Perbesi ...61

7. Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR, dan Internal Rate of Return (IRR) usaha budidaya sistem monokultur Kemiri di Desa Perbesi...62

8. Peta Kecamatan Tiga Binanga. ...63

9. Peta Kabupaten Karo. ...64


(14)

ABSTRAK

RIKA ANDRIYANI PURBA. Analisis Finansial Kemiri Rakyat dalam Sistem

Agroforestry (Studi Kasus Desa Perbesi, Kecamatan Tiga Binanga, Kabupaten Karo). Dibawah bimbingan ODING AFFANDI dan AGUS PURWOKO. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pola pengelolaan tanaman kemiri secara agroforestry dan monokultur serta menganalisis finansial dengan budidaya

agroforestry dan monokultur kemiri di Desa Perbesi Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis finansial dengan kriteria Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio

(BCR) dan Internal Rate of Return (IRR).

Hasil penelitian menunjukkan budidaya kemiri rakyat dalam sistem

agroforestry dengan tiga pola kombinasi 1: monokultur kemiri; 2 agroforestry

kemiri dengan tanaman musiman; 3 agroforestry kemiri dengan tanaman tahunan yang menghasikan nilai NPV, BCR dan IRR yang bervariasi. Pola kombinasi kedua menghasilkan nilai NPV, BCR dan IRR yang paling tinggi. Pada lahan 1 Ha pola kombinasi ini dapat mengasilkan NPV sebesar Rp 18.105.165, BCR 3,35432 dan IRR 27,386% dengan tingkat suku bunga yang berlaku 15 %. Berdasarkan ketiga kriteria investasi ketiga pola kombinasi layak secara finansial dan yang paling optimal adalah pola kombinasi yang kedua.


(15)

ABSTRACT

RIKA ANDRIYANI PURBA. The Financial Analysis of ‘Kemiri” Cultivation in Agroforestry System (Case Study in Perbesi’s village, Subdistrict Tiga Binanga, District of Karo). Under Academic Supervision of ODING AFFANDI and

AGUS PURWOKO.

This research aim to explain various pattern of “kemiri” combination, to elaborating the elegibility level of financial “kemiri” and explain the pattern of “kemiri” combination that giving elegibility financial as an optimal in agroforestry system in Perbesi’s village, subdistrict Tiga Binanga, district of Karo. Analysis method was discsiptive and financial analysis with the criterion of Net Present Value ( NPV ), Benefit Cost Ratio ( BCR ), and Internal Rate of Return ( IRR ).

The results of research mention that “kemiri” cultivation in agroforestry system three combination pattern (1.”monoculture kemiri, 2. “kemiri with the annual crop, 3. “kemiri” with the parenial crop) yielding value NPV, BCR and IRR which vary. The second combination pattern yield the higest value of NPV, BCR and IRR. At 1 Ha farm, this combination pattern could yield the NPV of equal to Rp. 18.105.165, BCR 3,35432 and IRR 27,386% with the level of interest rate 15 %. Based on three investment criterion, the most optimal was second combination pattern.


(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Keberadaan hutan bagi masyarakat yang tinggal di dalam dan di sekitar kawasan hutan sangat penting karena hutan merupakan sumber kehidupan antara lain sebagai sumber pangan, obat-obatan dan penghasilan bagi masyarakat. Ketergantungan masyarakat terhadap hutan semakin besar sehingga diperlukan upaya-upaya melibatkan masyarakat dalam kegiatan kehutanan sehingga hasil dari hutan dapat tetap terjaga dan lestari.

Hutan rakyat menyimpan potensi yang sangat berarti dalam pengelolaan hutan nasional. Hal tersebut antara lain ditunjukkan oleh dimasukkannya hitungan potensi hasil hutan rakyat dalam penyediaan bahan baku industri. Keyakinan tersebut semakin bertambah sejak disadarinya terjadi penurunan potensi hutan negara secara pasti, baik yang berasal dari hutan alam maupun tanaman. Pemahaman dan keyakinan itu sepatutnya disyukuri yang diwujudkan dalam bentuk perhatian dan langkah tindak yang mengarah kepada peningkatan kinerja usaha hutan rakyat (Hardjanto, 2001).

Kemiri (Aleurites mollucan) merupakan salah satu tanaman serba guna (Multi Purpose Tree Spesies) yang termasuk famili euphorbiaceae. Tanaman kemiri dikenal sebagai penghasil biji yang dimanfaatkan untuk bumbu masak, bahan baku industri seperti cat, pernis, sabun, pengawet kayu, pembuatan lilin, obat-obatan dan kosmetik (Sunanto, 1994).

Kayu kemiri ringan (berat jenis kering udara 0,31) dengan kelas awet V dan kelas kuat IV, dapat dibuat kayu lapis, peti, korek api, dan peralatan rumah tangga karena mempunyai sifat pengerjaan yang mudah. Kulit biji (cangkang)


(17)

dapat dimanfaatkan untuk bahan obat nyamuk bakar dan arang. Ampas dari pengolahan minyak dapat digunakan untuk pakan ternak dan pupuk tanaman karena mengandung unsur NPK yang cukup tinggi. Selain itu pohon kemiri dapat berfungsi sebagai tanaman konservasi tanah dan air terutama di Daerah Aliran Sungai (DAS) serta daerah bertopografi miring atau curam.

Kemiri menjadi sumber dana cadangan untuk menutupi kebutuhan masyarakat. Biji kemiri tahan disimpan sampai dua tahun, sehingga memungkinkan petani untuk menjualnya pada saat dibutuhkan. Kemiri merupakan komoditi yang mempunyai prospek pasar yang cukup luas, baik di dalam maupun di luar negeri. Kemiri mempunyai nilai ekonomi tinggi sebagai bahan produk mulai dari penyedap makanan sampai bahan baku industri dan perabot rumah tangga. Produk kemiri dapat dimanfaatkan sebagai bumbu masak, obat-obatan, minyak kemiri untuk perawatan rambut dan kecantikan, bahan baku industri sabun dan cat, kayu bakar, korek api, perabot rumah tangga, papan pengepak, pulp, dan vinir kayu lapis.

Prospek yang baik terhadap permintaan kemiri dari dalam dan luar negeri belum dibarengi dengan peningkatan produktivitas tanaman kemiri maupun pendapatan petani. Penurunan jumlah areal tersebut diduga disebabkan oleh sikap petani kemiri yang tidak merasakan keuntungan dari usaha kemiri, sehingga mengkonversinya menjadi lahan pertanian lain yang lebih menguntungkan seperti menjadi lahan tanaman semusim seperti jagung dan tanaman tahunan seperti coklat. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan kajian analisis finansial dan pemasaran kemiri di Kecamatan Tiga Binanga, Kabupaten Karo.


(18)

Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah prospek yang baik terhadap permintaan kemiri dari dalam dan luar negeri belum atau tidak dibarengi dengan peningkatan produktivitas tanaman kemiri maupun pendapatan petani, penurunan jumlah areal tersebut diduga disebabkan oleh sikap petani kemiri yang tidak merasakan keuntungan dari usaha kemiri, sehingga mengkonversinya menjadi lahan pertanian lain yang lebih menguntungkan. Menurut Sunanto (1994) tahun 1988 luas areal tanaman kemiri di Sumut mencapai 5095 hektar dengan produksi 2.385 ton. Kemudian di tahun 1989 luas arealnya naik 4,2 % (5310 ha) dan kenaikan produksi 2,5% (2445 ton). Tahun 1990 terjadi lagi kenaikan luas areal dan produksinya mencapai 25,2% (6649 ha) dan 24,1% (8345 ton). Namun pada tahun 1991 terjadi penurunan sebesar 53,1% (3123 ha) luas areal, dan produksi menurun 60,8% yakni menjadi 3266 ton.

Kemiri sebagai sumber pendapatan tetap rumah tangga telah dirasakan sejak lama. Kemiri merupakan faktor pengaman ekonomi rumah tangga. Meskipun kontribusi kemiri saat ini terhadap total pendapatan rumah tangga semakin menurun, namun sangat strategis terhadap kelangsungan ekonomi masyarakat. Di lokasi penelitian yaitu Desa Perbesi, Kecamatan Tiga Binanga, Kabupaten Karo juga mengalami pengurangan areal hutan rakyat kemiri. Pada umumnya areal hutan kemiri dikonversi menjadi lahan tanaman pertanian. Atas permasalahan di atas maka diperlukan penelitian analisis finansial pada tanaman kemiri dalam sistem pengelolaan agroforestry.


(19)

Tujuan Penelitian

1. Menjelaskan pola pengelolaan tanaman kemiri secara agroforestry dan monokultur.

2. Analisis finansial dengan budidaya agroforestry dan monokultur kemiri.

Manfaat Penelitian

1. Sebagai informasi bagi masyarakat di Kecamatan Tiga Binanga agar dapat menerapkan pola pengelolaan tanaman kemiri dengan tanaman tahunan dan tanaman semusim dalam sistem agroforestry yang memberikan kelayakan secara finansial.

2. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan dari para pembaca tentang kelayakan finansial.


(20)

TINJAUAN PUSTAKA

Hutan dan Kehutanan

Hutan merupakan kumpulan pepohonan yang tumbuh rapat beserta tumbuh-tumbuhan memanjat dengan bunga yang beraneka ragam warna yang berperan sangat penting bagi kehidupan di bumi ini. Dari sudut pandang ekonomis, hutan merupakan tempat menanam modal dalam jangka panjang yang sangat menguntungkan dalam bentuk Hak Pengusahaan Hutan (HPH). Dari sudut pandang ekologi hutan merupakan suatu masyarakat tumbuh-tumbuhan yang dikuasai oleh pohon-pohon dan mempunyai keadaan lingkungan berbeda dengan keadaan di luar hutan. Menurut Undang-Undang No.5 tahun 1967, hutan diartikan sebagai lapangan bertumbuhan pohon-pohon yang secara menyeluruh merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta alam lingkungannya.

Kehutanan adalah suatu kegiatan yang bersangkut paut dengan pengelolaan ekosistem hutan dan pengurusannya, sehingga ekosistem tersebut mampu memenuhi berbagai kebutuhan barang dan jasa. Tujuan pembangunan kehutanan Indonesia adalah membagi lahan hutan ke dalam pengelolaan yang terdiri atas, pengelolaan hutan produksi berfungsi ekonomi dan ekologi yang sama kuat atau seimbang, pengelolaan hutan konservasi yang berfungsi ekologi dan pengelolaan hutan kebun kayu sebagai fungsi ekonomi (Arief, 2001).

Hutan Rakyat

Hutan rakyat secara swadaya merupakan alternatif yang dipilih untuk mengatasi masalah sosial ekonomi dan lingkungan hidup, selain itu pengaruh positif yang lain adalah terpeliharanya sumberdaya alam (konservasi tanah dan air) sehingga meningkatkan daya dukung lahan bagi penduduk dan ikut serta


(21)

dalam pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS), mengurangi terjadinya kerusakan hutan akibat penebangan liar dan penyerobotan tanah. Kombinasi berbagai jenis tanaman memungkinkan pemetikan hasil secara terus menerus dan memungkinkan terbentuknya stratifikasi tajuk sehingga mencegah erosi tanah dan hempasan air hutan (Arief, 2001).

Pengusahaan hutan rakyat adalah suatu usaha yang meliputi kegiatan: produksi, pengolahan hasil, pemasaran dan kelembagaan. Sebagaimana diketahui bahwa hutan rakyat sampai saat ini diusahakan oleh masyarakat di pedesaan, sehingga kontribusi manfaat hutan rakyat akan berdampak pada perekonomian desa. Manfaat ekonomi hutan rakyat secara langsung dapat dirasakan masing-masing rumah tangga para pelakunya dan secara tidak langsung berpengaruh pada perekonomian desa. Pendapatan dari hutan rakyat bagi petani masih diposisikan sebagai pendapatan sampingan dan bersifat insidentil dengan kisaran tidak lebih dari 10% pendapatan total yang mereka terima. Hal ini disebabkan karena pengusahaan hutan rakyat masih merupakan jenis usaha sambilan. Usaha hutan rakyat pada umumnya dilakukan oleh keluarga petani kecil biasanya subsistem yang merupakan ciri umum petani Indonesia (Hardjanto, 2001).

Deskripsi Tanaman Kemiri

Kemiri (Aleurites moluccana) termasuk dalam kelompok tanaman tahunan. Umur produktif tanaman ini 25 - 40 tahun. Tanaman ini termasuk dalam famili euphorbiaceae (jarak-jarakan).


(22)

Secara sistematis klasifikasinya sebagai berikut: Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatopphyta Sub Divisi : Angiospermae

Class : Dicotyledoneae Ordo : Archichlamydae Famili : Euphorbiaceae Genus : Aleurites Spesies : Aleurites moluccana

Kemiri (Aleurites moluccana) adalah sebagai sumber minyak dan rempah-rempah. Tumbuhan ini masih sekerabat

dengan . Dalam perdagangan

antarnegara dikenal sebagai candleberry, indian walnut, serta candlenut. Pohonnya disebut sebagai varnish tree atau kukui nut tree. Minyak yang diekstrak dari bijinya berguna dalam industri untuk digunakan sebagai bahan campuran cat dan dikenal sebagai

Tanaman ini sekarang sudah tersebar luas di daerah-daerah tropis. Tinggi tanaman ini mencapai sekitar 15 - 25 m. Kacangnya memiliki diameter sekitar 4 - 6 cm, biji yang terdapat di dalamnya memiliki lapisan pelindung yang sangat keras dan mengandung minyak yang cukup banyak, yang memungkinkan untuk digunakan sebagai

Kemiri (Aleurites moluccana) berasal dari Kepulauan Maluku, dan dan dari Malaysia. Tanaman ini menyebar dari sebelah timur Asia hingga Kepulauan Pasifik. Di Indonesia kemiri tersebar luas dihampir seluruh wilayah nusantara.


(23)

Luasnya penyebaran kemiri di nusantara terlihat juga dari beragamnya nama daerahnya. Di Sumatera, kemiri disebut kereh, kemili, kembiri, tanoan, kemiling, atau buwa kare sedangkan di Jawa, disebut midi, pidekan, miri, kemiri, atau muncang (Sunda) sedangkan di Sulawesi, disebut wiau, lana, boyau, bontalo dudulaa atau saketa.

Kemiri merupakan komoditi yang mempunyai prospek pasar yang cukup luas, baik di dalam maupun di luar negeri. Kemiri mempunyai nilai ekonomi tinggi sebagai bahan produk mulai dari penyedap makanan sampai bahan baku industri dan perabot rumah tangga. Produk kemiri dapat dimanfaatkan sebagai bumbu masak, obat-obatan, minyak kemiri untuk perawatan rambut dan kecantikan, bahan baku industri sabun dan cat, kayu bakar, korek api, perabot rumah tangga, papan pengepak, pulp, dan vinir kayu lapis (Yusran, 2005).

Budidaya Kemiri

Pohon kemiri dapat tumbuh dengan baik pada tanah kapur, tanah berpasir di pantai. Tetapi tanaman kemiri dapat juga tumbuh pada tanah-tanah podsolik yang kurang subur sampai yang subur dan pada tanah-tanah-tanah-tanah latosol. Pohon kemiri tumbuh dan berproduksi baik pada ketinggian 0 - 800 m di atas permukaan laut, walaupun di beberapa tempat dapat juga tumbuh pada ketinggian sampai 1200 m di atas permukaan laut. Tanaman kemiri dapat tumbuh pada lahan yang berkonfigurasi datar, bergelombang dan yang bertebing yang curam. Ditinjau dari kondisi iklimnya, tanaman kemiri dapat tumbuh di daerah-daerah yang beriklim kering dan daerah-daerah-daerah-daerah yang beriklim basah. Dengan demikian tanaman kemiri dapat tumbuh di daerah-daerah yang memiliki curah hujan 1500 - 2400 mm per tahun dan pada suhu 200 – 270C.


(24)

Tanaman kemiri dapat dikembangbiakkan melalui 3 cara yaitu dengan cara generatif, vegetatif dan dengan cara sambungan. Pengembangan tanaman kemiri sebenarnya dapat dilakukan dengan penanaman biji secara langsung di lapangan. Namun penanaman biji secara langsung ini persentase tumbuhnya relatif kecil jika dibandingkan dengan melalui penyemaian.

a. Penyiapan lahan

Lahan yang akan dipakai untuk budidaya tanaman kemiri harus bersih dari gulma dan dari tanaman yang tidak bermanfaat. Sebab gulma tersebut dapat mengganggu pertumbuhan dari tanaman kemiri tersebut. Jarak tanam untuk tanaman kemiri sesuai dengan tujuannya, bila usaha budidaya kemiri ditujukan untuk menghasilkan biji, maka jarak tanamnya adalah 10 x 10 m, sedangkan bila untuk menghasilkan kayu untuk pulp, jarak tanamnya lebih rapat yaitu 4 x 4 m.

Lakukan pengajiran sesuai dengan jarak tanam yang akan dipakai, pengajiran harus lurus muka, belakang dan kesamping kiri kanan. Pada ajir dibuat lobang dengan ukuran 60 x 60 x 60 cm. Pada saat menggali lubang, sebagian tanah galian lapisan atas harus dipisahkan. Kemudian tanah galian lapisan bawah dicampur dengan pupuk kandang secara merata dengan perbandingan 1 : 1. Jika penanam di musim kemarau, lobang dapat langsung ditimbun dengan campuran media di atas, dan bibit dapat segera ditanam. Bila musim hujan, sebaiknya campuran tanah dan pupuk kandang tersebut dibiarkan sementara waktu di dekat lubang tanam. Tujuannya adalah untuk menurunkan kemasaman tanah. Setalah campuran tanah mengering sudah dapat dimasukan ke dalam lubang dan bibit dapat segera ditanam.


(25)

b. Cara Tanam

Lahan yang akan digunakan untuk usaha budidaya kemiri sebaiknya bersih dari tanam-tanaman yang kurang bermanfaat seperti gulma sebab tanaman tersebut dapat mengganggu pertumbuhan tanaman kemiri tersebut. Ukuran lubang tanam yang baik untuk tanaman kemiri adalah 60 x 60 x 60 cm. pada saat menggali lubang tanaman, sebagian tanah galian lapisan atas harus disendirikan kemudian tanah galian lapisan bawah dicampur merata dengan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1. Cara menanam bibit kemiri di lubang tanam adalah sebagai berikut:

- Pada lubang-lubang tanam yang telah diiisi dengan tanah dan pupuk tersebut dibuatkan lubang-lubang kecil yang ukurannya sebesar kantong plastik (polibag) dari bibit kemiri yang akan ditanam tersebut.

- Lepaskan bibit-bibit kemiri tersebut dari polibag dengan hati-hati. Cara melepaskan polibag dapat dilakukan dengan diiiris atau digunting salah satu sisinya. Pada saat membuka polibag diusahakan agar perakaran tidak rusak.

- Setelah bibit kemiri dilapaskan dari polibagnya, kemudian bibit kemiri tersebut dapat ditanam pada lubang tanam yang telah tersedia.

- Penanaman bibit harus diusahakan agar perakarannya teratur dan terbuka, yaitu denga cara menimbun tanah sedemikian rupa sehingga permukaan media tumbuh ketika masih dalam polibag sama dengan permukaan media tumbuh bibit tanaman di lapangan dan lebih rendah daripada permukaan lahan supaya dapat menampung air siraman.


(26)

c. Pemeliharaan

- Pengendalian gulma dan tanaman penggangu lainnya dilakukan pada saat kemiri berumur 1 - 3 tahun terutama adalah menjaga agar di sekitar batang pokok tanaman tidak ditumbuhi oleh gulma atau tanaman penggangu lainnya. Cara mengatasi secara teknis adalah setiap 3 bulan sekali mencabut gulma atau tanaman pengganggu lainnya. Pada saat membersihkan gulma sekaligus juga dapat dilakukan pendangiran supaya aerasi tanahnya tetap baik.

- Penyiraman dilakukan pada saat tanaman kemiri berumur 1 - 3 tahun. Pada saat musim kemarau, tanaman kemiri pada umur tersebut perlu disiram tiap hari, khususnya setelah dilakukan pemupukan.

- Pemupukan perlu dilakukan secara rutin agar produksi buahnya menjadi lebih baik. Pemupukan dapat dilakukan denga pupuk kandang (organik) ataupun pupuk kimia (anorganik). Pemberian pupuk sebaiknya dilakukan setahun sekali. Cara pemupukan adalah dengan menggali tanah melingkari batang pohon tanaman sedalam 40 cm sedikit di luar lingkaran tajuk daun. Pupuk kandang dimasukkan dalam galian tersebut secara merata denga permukaan 10 cm di bawah permukaan tanah, kemudian ditimbun tanah lagi. Pemberian pupuk kandang akan menambah kesuburan tanah dan memperbaiki kondisi fisik tanah.

- Pemangkasan pada tanaman kemiri sebaiknya dilakukan pada awal atau pada waktu musim hujan karena untuk pembentukan tunas-tunas baru memerlukan banyak air. Pemangkasan juga harus diikuti dengan pemupukan anoganik. Pemangkasan dilakukan pada cabang-cabang yang


(27)

lemah, rusak, sakit dan yang terlalu berdesakan supaya peredaran udara cukup dan mendapat cukup sinar matahari.

- Pengendalian hama tanaman kemiri dapat dilakukan secara mekanik maupun secara kimiawi. Pengendalian hama secara mekanik dapat dilakukan dengan cara memotong bagian tanaman yang terserang bagian tanaman yang terserang oleh hama tersebut. Dengan cara kimiawi adalah dengan menggunakan bahan kimia. Sedangkan cara pengendalian penyakit tanaman kemiri yang sering menyerang kemiri dapat dilakukan dengan cara membersihkan kebun dari semak belukar dan memangkas bagian-bagian tanaman yang terserang oleh penyakit tersebut.

Kegunaan

 Kemiri memiliki kesamaan dalam rasa dan tekstur yang juga memiliki kandungan minyak yang hampir sama. Kemiri sedikit beracun ketika mentah.

 Kemiri sering digunakan dalam

Pulau sayuran dan nasi.

 Beberapa bagian dari tanaman ini sudah digunakan dalam tambahan dalam perawatan rambut (untuk menyuburkan rambut). Di kulit kayunya telah digunakan untuk dengan arang, lalu diolesi di sekitar Jawa, kulit batangnya digunakan unt

 Kemiri yang sudah matang dijadikan pasta digunakan sebagai


(28)

Penanaman kemiri modern kebanyakan hanya untuk memperoleh minyaknya. Dalam setiap penanaman, masing-masing pohon akan menghasilkan sekitar 30 - 80 kg kacang kemiri, dan sekitar 15 - 20% dari berat tersebut merupakan minyak kemiri. Kebanyakan minyak yang dihasilkan digunakan secara lokal, tidak diperdagangkan secara internasional.

Agroforestry

Agroforestry dapat diartikan sebagai pola budidaya tanaman di lahan hutan atau diantara tanaman hutan. Adapun hakekatnya adalah upaya menanam tanaman budidaya diantara tanaman hutan sebagai tanaman pokok atau tanaman utama. Pengertian agroforestry menurut Sardjono (2003) agroforestry hanyalah sebuah istilah kolektif (collective term) dari berbagai bentuk pemanfaatan lahan terpadu (kehutanan, pertanian, dan/atau peternakan) yang ada di berbagai tempat di belahan bumi, tidak terkecuali yang dapat dijumpai di negara-negara berkembang wilayah tropis sebagaimana di Indonesia. Pemanfaatan lahan tersebut secara tradisional telah dikembangkan/dipelihara oleh masyarakat lokal (local communities).

Agroforestry adalah sistem penggunaan lahan yang mengkombinasikan tanaman berkayu (pepohonan, perdu, bambu, rotan dan lainnya) dengan tanaman tidak berkayu atau dapat pula dengan rerumputan (pasture), kadang-kadang ada komponen ternak atau hewan lainnya (lebah, ikan) sehingga terbentuk interaksi ekologis dan ekonomis antara tanaman berkayu dengan komponen lainnya , menurut Huxley (1999) dalam Sundawati (2008). Sistem agroforestry tidak hanya dipraktekkan oleh masyarakat di Indonesia tetapi juga di berbagai negara di Asia Tenggara bahkan juga di berbagai belahan dunia (Sundawanti, 2008).


(29)

Agroforestry, sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan baru di bidang pertanian dan kehutanan, berupaya mengenali dan mengembangkan keberadaan sistem agroforestry yang telah dipraktekkan petani sejak dulu kala. Secara sederhana, agroforestry berarti menanam pepohonan di lahan pertanian, dan harus diingat bahwa petani atau masyarakat adalah elemen pokoknya (subyek). Dengan demikian kajian agroforestry tidak hanya terfokus pada masalah teknik dan biofisik saja tetapi juga masalah sosial, ekonomi dan budaya yang selalu berubah dari waktu ke waktu, sehingga agroforestry merupakan cabang ilmu yang dinamis (Arifin, 2003).

Pengklasifikasian agroforestry yang paling umum, tetapi juga sekaligus yang paling mendasar adalah ditinjau dari komponen yang menyusunnya. Komponen penyusun utama agroforestry adalah komponen kehutanan, pertanian, dan/atau peternakan. Ditinjau dari komponennya, agroforestry dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Agrisilvikultur (Agrisilvicultural systems)

Agrisilvikultur adalah sistem agroforestri yang mengkombinasikan komponen kehutanan (atau tanaman berkayu/woody plants) dengan komponen pertanian (atau tanaman non-kayu). Tanaman berkayu dimaksudkan yang berdaur panjang (tree crops) dan tanaman non-kayu dari jenis tanaman semusim (annual crops). Dalam agrisilvikultur, ditanam pohon serbaguna atau pohon dalam rangka fungsi lindung pada lahanlahan pertanian. Seringkali dijumpai kedua komponen penyusunnya merupakan tanaman berkayu misalnya dalam pola pohon peneduh gamal (Gliricidia sepium) pada perkebunan kakao(Theobroma cacao). Sistem ini dapat juga dikategorikan sebagai agrisilvikultur. Pohon gamal (jenis kehutanan)


(30)

secara sengaja ditanam untuk mendukung (pelindung dan konservasi tanah) tanaman utama kakao (jenis perkebunan/pertanian). Pohon peneduh juga dapat memiliki nilai ekonomi tambahan. Interaksi yang terjadi (dalam hal ini bersifat ketergantungan) dapat dilihat dari produksi kakao yang menurun tanpa kehadiran pohon gamal.

2. Silvopastura (Silvopastural systems)

Sistem agroforestry yang meliputi komponen kehutanan (atau tanaman berkayu) dengan komponen peternakan atau binatang ternak (pasture) disebut sebagai sistem silvopastura. Beberapa contoh silvopastura antara lain: Pohon atau perdu pada padang penggembalaan (Trees and shrubs on pastures), atau produksi terpadu antara ternak dan produk kayu (integrated production of animals and wood products). Kedua komponen dalam silvopastura seringkali tidak dijumpai pada ruang dan waktu yang sama misalnya penanaman rumput hijauan ternak di bawah tegakan pinus.

3. Agrosilvopastura (Agrosilvopastural systems)

Sistem agrosilvopastura adalah pengkombinasian komponen berkayu (kehutanan) dengan pertanian (semusim) dan sekaligus peternakan/binatang pada unit manajemen lahan yang sama. Tegakan hutan alam bukan merupakan sistem agrosilvopastura, walaupun ketiga komponen pendukungnya juga bisa dijumpai dalam ekosistem dimaksud. Pengkombinasian dalam agrosilvopastura dilakukan secara terencana untuk mengoptimalkan fungsi produksi dan jasa (khususnya komponen berkayu/kehutanan) kepada manusia/masyarakat (to serve people). Tidak tertutup kemungkinan bahwa kombinasi dimaksud juga didukung oleh permudaan alam dan satwa liar. Interaksi paling sederhana sebagai contoh, adalah


(31)

peranan tegakan bagi penyediaan pakan satwa liar (buah-buahan untuk berbagai jenis burung), dan sebaliknya fungsi satwa liar bagi proses penyerbukan atau regenerasi tegakan, serta sumber protein hewani bagi petani pemilik lahan. Jawa maupun di luar Jawa. Contoh praktek agrosilvopastura yang luas diketahui adalah berbagai bentuk kebun pekarangan (home-gardens), kebun hutan (forest-gardens), ataupun kebun desa (village-forest-gardens) (Sardjono, 2003).

Pola Pengkombinasian Komponen Agroforestry

Secara sederhana agroforestry merupakan pengkombinasian komponen tanaman berkayu kehutanan (baik berupa pohon, perdu, palem-paleman, bambu, dan tanaman berkayu lainnya) dengan tanaman pertanian (tanaman semusim) dan/atau hewan (peternakan), baik secara tata waktu (temporal arrangement) ataupun secara tata ruang (spatial arrangement). Kombinasi yang ideal terjadi bila seluruh komponen agroforestry secara terus menerus berada pada lahan yang sama. Akan tetapi secara alami (atau seringkali atas dasar alasan ekonomi), kombinasi komponen berkaitan erat dengan dinamika dari keseimbangan perubahan musim sesuai dengan ritme tahunan, suksesi tertentu akibat dari gangguan atau perlakuan manusia secara periodik atau sporadik. Sebagai contoh telah dikemukakan, bahwa satwa-satwa liar yang berperan pada proses regenerasi dan penyebaran kebun hutan tradisional tidak berada sepanjang waktu dalam sistem, tetapi sebagian ada yang bersifat musiman (saat musim buah).

Pengkombinasian berbagai komponen dalam sistem agroforestry

menghasilkan berbagai reaksi, yang masing-masing atau bahkan sekaligus dapat dijumpai pada satu unit manajemen, yaitu persaingan, melengkapi, dan ketergantungan.


(32)

1. Persaingan (competition)

Pohon-pohon dan perdu, tanaman pertanian dan binatang bersaing satu sama lain guna memperoleh cahaya, air, hara, ruang hidup, input kerja, lahan, capital dan lain sebagainya. Persaingan ini tidak dapat dideteksi secara langsung, namun dapat diduga secara tidak langsung. Misalnya, tanaman tertentu menjadi perantara parasit bagi tanaman lain, pohon sebagai tempat sarang burung-burung yang dapat mengakibatkan berkurangnya panen tanaman padi-padian. Tidak jarang persaingan justru diharapkan misalnya berkurangnya gulma rumput-rumputan akibat terlindung tajuk pohon.

2. Melengkapi (complementary)

Reaksi saling melengkapi ini dapat secara waktu, ruang ataupun kuantitatif. Secara waktu, misalnya ketersediaan daun-daunan lebar atau buah-buahan sebagai makanan ternak pada musim-musim di mana rumput tidak tersedia (misal Acacia albida di Afrika). Secara ruang, misalnya pemanfaatan keseluruhan biotop atau produksi secara lebih baik melalui dua strata atau lebih sekaligus. Secara kuantitatif, misalnya produk sejenis yang diperoleh dari satu lahan secara bersamaan, antara lain protein nabati dan hewani.

3. Ketergantungan (dependency)

Beberapa jamur hanya dapat tumbuh pada pohon-pohon tertentu. Jenis-jenis binatang tertentu juga hanya dapat hidup pada padang pengembalaan. Di Afrika, telah dikenal bahwa sistem akan rusak apabila tidak ada keseimbangan antara jenis binatang pemakan rerumputan panjang dan pendek. Binatang pemakan rumput pendek hanya mau mendekati makanannya, bila rumput tidak terlampau tinggi.


(33)

Ketiga interaksi tersebut dapat dimanfaatkan untuk melakukan/merekayasa desain pengkombinasian komponen penyusun agroforestry secara baik, guna meraih secara optimal tujuan yang diinginkan dalam upaya pemanfaatan lahan terpadu tersebut. Desain atau pola kombinasi agroforestry juga harus mempertimbangkan banyak hal yang berkaitan erat dengan kapasitas dan kebutuhan masyarakat yang dilayaninya (Sardjono, 2003).

Analisis Finansial

Terdapat sejumlah cara dan pengukuran profitabilitas yang lazim dipakai untuk mengetahui tingkat kelayakan budidaya tanaman kemiri. Analisa Manfaat-Biaya atau Benefit-Cost Analysis menghasilkan dua parameter: Benefit-Cost Ratio

(BCR) dan Internal Rate of Return (IRR). a. Benefit Cost Ratio (BCR)

Benefit Cost Ratio (BCR) merupakan perbandingan antara nilai manfaat dan nilai biaya dari satu investasi pada tingkat bunga yang telah ditentukan. Nilai BCR lebih besar dari satu menunjukkan investasi menguntungkan.

1. Benefit Cost Ratio (BCR) =

      n t t t n t t t i Ct Bt i Ct Bt 0 0 ) 1 ( ) 1 ( Dimana :

BCR = Perbandingan antara pendapatan dan pengeluaran Bt = Benefit (aliran kas masuk pada periode-t)

Ct = Cost/ biaya total

i = Interest (tingkat suku bunga bank yang berlaku) t = Periode waktu

Bt – Ct > 0 Bt – Ct < 0


(34)

Dengan kriteria BCR > 1 dinyatakan usaha tersebut untung dan sebaliknya jika BCR < 1 berarti usaha tersebut rugi.

b. Internal Rate of Returns (IRR)

Internal Rate of Returns (IRR) membandingkan manfaat dan biaya yang ditunjukkan dalam persentasi. Dalam hal ini nilai IRR merupakan tingkat bunga di mana nilai manfaat sama dengan nilai biaya. IRR merupakan parameter yang menunjukkan sejauh mana satu investasi mampu memberikan keuntungan besar dari tingkat bunga umum memberikan petunjuk bahwa investasi tersebut cukup menguntungkan.

Internal Rate of Returns (IRR) = i1 + 2 1

2 1

1 i i

NPV NPV

NPV

  

Dimana :

IRR = Suku bunga maksimum yang dapat dibayar oleh suatu proyek

NPV1 = Nilai NPV yang positif pada tingkat suku bunga tertentu

NPV2 = Nilai NPV yang negatif pada tingkat suku bunga tertentu

i1 = Discount Faktor (tingkat Bunga) pertama dimana diperoleh NPV Positif

i2 = Discount Factor (tingkat bunga) kedua dimana diperoleh NPV Negatif

c. Net Present Value (NPV)

Analisis yang lebih sering digunakan untuk mengukur profitabilitas satu investasi jangka panjang dalam kegiatan pertanian adalah Net Precent Value,


(35)

yaitu selisih antara nilai manfaat dan nilai biaya selama kurun waktu tertentu pada tingkat bunga yang ditentukan. Nilai positif NPV dari satu sistem kegiatan investasi (dalam hal ini budidaya kemiri) menunjukan bahwa budidaya tanaman tersebut cukup menguntungkan. NPV yang dihitung dengan harga finansial yaitu perhitungan dengan nilai pasar yang mencerminkan penerimaan dan pengeluaran nyata petani, menghasilkan parameter profitabilitas untuk kepentingan petani atau dengan perkataan lain penerimaan nyata petani. Sedangkan perhitungan NPV dengan menggunakan harga-harga ekonomi (analisis ekonomi), yaitu harga barang dan jasa yang mencerminkan nilai tertinggi, menghasilkan parameter profitabilitas untuk kepentingan para pengambil keputusan atau masyarakat yang lebih luas. Mengingat bahwa produktivitas lahan merupakan kepentingan para pengambil keputusan, maka NPV yang dihitung dengan nilai ekonomi, merupakan indicator profitabilitas yang lebih baik. Karena memasukkan semua komponen lingkungan di dalamnya (Budidarsono, 2002).

Net Present Value (NPV) =

    n t t t i Ct Bt

0 (1 )

Dimana:

NPV = Nilai bersih sekarang

Bt = Benefit (aliran kas masuk pada periode-t) Ct = Cost/ biaya total

i = Interest (tingkat suku bunga bank yang berlaku) t = Periode waktu

Hasilnya:


(36)

• NPV negatif → Usaha penanaman rugi.


(37)

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Perbesi, Kecamatan Tiga Binanga, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2011 sampai dengan April 2011.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah kamera untuk dokumentasi dan visualisasi objek kegiatan, tape recorder untuk pengumpulan informasi melalui wawancara serta alat-alat tulis.

Bahan yang digunakan adalah peta wilayah Kecamatan Tiga Binanga, Kabupaten Karo, kuisioner untuk mengumpulkan data sekunder maupun data primer, laporan-laporan hasil penelitian terdahulu dan berbagai pustaka penunjang sebagai sumber data sekunder untuk melengkapi pengamatan langsung di lapangan.

Pengumpulan Data

Data penelitian

Data penelitian yang diambil adalah data primer dan data sekunder. Data primer yang dikumpulkan antara lain adalah data sosial ekonomi masyarakat, bentuk pengelolaan tanaman kemiri, dan hasil penelitian yang terkait dengan tujuan penelitian. Sedangkan data sekunder yang dikumpulkan antara lain adalah kondisi umum lokasi penelitian atau data umum yang ada pada instansi pemerintahan desa dan kecamatan.


(38)

Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di Desa Perbesi, Kecamatan Tiga Binanga, Kabupaten Karo yang memiliki lahan tanaman kemiri. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat yang memiliki lahan tanaman kemiri (Aleurites moluccana). Jumlah subjek penelitian atau populasi yang dapat diambil antara adalah 30 responden.

Teknik dan Tahapan Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan di lapangan sebagai berikut : a. Data primer

Data primer yang diperlukan adalah:

1. Karakteristik responden : nama, umur, mata pencaharian, jumlah anggota keluarga dan pendidikan

2. Jenis komoditi atau tanaman yang ditanam petani dengan kemiri

3. Komponen-komponen biaya (cost) dan manfaat (benefit) dari budidaya kemiri dalam sistem agroforestry.

b. Data Sekunder

Data sekunder yang diperlukan adalah data umum yang ada pada instansi pemerintah desa, kecamatan, dinas kehutanan dan perkebunan, Badan Pusat Statistik dan lembaga-lembaga yang terkait.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara:

1. Kuisioner

Kuisioner merupakan suatu pertanyaan yang ditujukan kepada seluruh sampel dalam penelitian. Data yang diperlukan adalah data primer.


(39)

2. Wawancara mendalam (Deep interview)

Wawancara ditujukan untuk melengkapi data lainnya yang berkaitan dengan penelitian.

3. Observasi

Survei langsung ke lapangan dengan melihat kehidupan sehari-hari masyarakat dan kondisi lahan.

4. Studi Pustaka

Dilakukan untuk mendapatkan data-data sekunder yang diperlukan dalam penelitian.

Pengolahan Data

Analisis-analisis yang digunakan adalah: a. Analisis Deskriptif

Metode deskriptif digunakan untuk mengetahui dan menganalisis data yang terkumpul dari hasil kuisioner, wawancara mendalam, observasi dan studi pustaka. Data yang terkumpul dari hasil kuisioner dinyatakan dalam bentuk tabel (tabulasi) frekuensi silang yang berupa data karakterisitk responden yang memiliki umur, mata pencaharian, jumlah anggota keluarga dan pendidikan serta data pengolahan berupa luas lahan, jumlah tenaga kerja dan sistem kepemilikan lahan yang dianalisis secara deskriptif berdasarkan tabulasi.


(40)

Analisis finansial pada dasarnya dilakukan untuk mengetahui seberapa besar manfaat yang diperoleh, biaya yang dikeluarkan, berapa keuntungannya, kapan pengembalian investasi terjadi dan pada tingkat suku bunga berapa investasi itu memberikan manfaat.

Data yang diperoleh dari kuisioner dan wawancara mendalam yang meliputi pola monokultur kemiri dan pola kombinasi agroforestry, biaya produksi, produksi/ volume hasil, harga jual komoditi, dan pendapatan dari kemiri dinyatakan dalam bentuk tabulasi. Kemudian dianalisis kelayakan finansialnya berdasarkan masing-masing pola dengan menghitung besarnya nilai NPV, BCR dan IRR dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Gray ett all, 2007).

1. Net Present Value (NPV)

Analisis yang lebih sering digunakan untuk mengukur profitabilitas satu investasi jangka panjang dalam kegiatan pertanian adalah Net Precent Value, yaitu selisih antara nilai manfaat dan nilai biaya selama kurun waktu tertentu pada tingkat bunga yang ditentukan.

NPV =

 

n t

t

t

i Ct Bt

0 (1 )

Dimana:

NPV = Nilai bersih sekarang

Bt = Benefit (aliran kas masuk pada periode-t) Ct = Cost/ Biaya total


(41)

i = Interest (tingkat suku bunga bank yang berlaku) t = Periode waktu

Hasilnya:

• NPV Positif → Usaha penanaman untung • NPV negatif → Usaha penanaman rugi

• NPV = 0 → Usaha Penanaman tidak untung dan tidak rugi (BEP) 2. Benefit Cost Ratio (BCR)

Benefit Cost Ratio (BCR) merupakan perbandingan antara nilai manfaat dan nilai biaya dari satu investasi pada tingkat bunga yang telah ditentukan. Nilai BCR lebih besar dari satu menunjukkan bahwa investasi cukup menguntungkan. BCR =

      n t t t n t t t i Ct Bt i Ct Bt 0 0 ) 1 ( ) 1 ( Dimana :

BCR = Perbandingan antara pendapatan dan pengeluaran Bt = Benefit (aliran kas masuk pada periode-t)

Ct = Cost/ biaya total

i = Interest (tingkat suku bunga bank yang berlaku) t = Periode waktu

Dengan kriteria BCR > 1 dinyatakan usaha tersebut untung dan sebaliknya jika BCR < 1 berarti uasaha tersebut rugi.

3. Internal Rate of Returns (IRR)

Bt – Ct > 0 Bt – Ct < 0


(42)

IRR merupakan parameter yang menunjukkan sejauh mana satu investasi mampu memberikan keuntungan besar dari tingkat bunga umum memberikan petunjuk bahwa investasi tersebut cukup menguntungkan.

IRR = i1 + 2 1 2

1

1 i i

NPV NPV NPV    Dimana:

IRR = Suku bunga maksimum yang dapat dibayar oleh suatu proyek. NPV1 = Nilai NPV yang positif pada tingkat suku tertentu.

NPV2 = Nilai NPV yang negatif pada tingkat suku bunga tertentu. I1 = Discount factor (tingkat bunga) pertama diperoleh NPV positif. I2 = Discount factor (tingkat bunga) kedua diperoleh NPV negatif.

Adapun matriks metodologi yang akan digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Matriks metodologi yang digunakan dalam proses penelitian. Tujuan Studi Pokok

Bahasan

Data kunci Sumber dan Metode

Hasil yang diharapkan 1. Menjelaskan pola pengelolaan tanaman kemiri baik secara monokultur dan agroforestry. Pola Pengelolaan Tanaman Kemiri secara monokultur dan agroforestry. Model agroforestry yang diterapkan tanaman semusim atau tahunan yang ditanam bersama dengan kemiri. Kuisioner, wawancara mendalam, observasi dan studi pustaka.

- Mengetahui pola monokultur kemiri. - Mengetahui pola

kombinasi

agroforestry kemiri dengan tanaman musiman.

- Mengetahui pola kombinasi

agroforestry kemiri dengan tanaman tahunan. 2. Analisis Finansial dengan budidaya Analisis Finansial. Analisis finansial kemiri dalam sistem penanaman Kuisioner, wawancara mendalam, observasi dan

- Mengetahui nilai analisis finansial kemiri dalam pola monokultur dan


(43)

monokultur kemiri dan

agroforestry

.

monokultur dan

agroforestry.


(44)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kecamatan Tiga Binanga

Kecamatan Tiga Binanga adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara. Luasnya adalah 160,38 Km2 dengan jumlah penduduk sebesar 18.894 jiwa. Kecamatan Tiga Binanga mempunyai ketinggian lebih kurang 600-700 m dari permukaan laut, dengan suhu rata-rata 190 C dengan rata-rata curah hujan 2500 mm/tahun.

Kecamatan Tiga Binanga berjarak kira-kira 37 Km dari pusat pemerintahan kabupaten yang memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

• Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kutabuluh • Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Juhar • Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Mardingding • Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tiga Binanga Tabel 2: Luas wilayah menurut desa di Kecamatan Tiga Binanga

No Desa/Kelurahan Luas (Km2) Persentase

1 Lau Kapur 8 4,99

2 Kem Kem 6 3,74

3 Gunung 7,64 4,76

4 Simpang Pergandengan 6 3,74

5 Pergandengan 7 4,36

6 Tiga Binanga 7 4,36

7 Kuta Galoh 5 3,12

8 Kuta Raja 8 4,98

9 Bunga Baru 10 6,24

10 Pertumbuken 6 3,74

11 Kuala 11 6,86

12 Kuta Buara 4 2,49

13 Simolap 3 1,87

14 Kuta Bangun 11 6,86

15 Sukajulu 3,74 2,33

16 Kuta Mbaru Punti 14 8,74

17 Kuta Great 10 6,24

18 Limang 12 7,48

19 Perbesi 17 10,00

Jumlah 160,38 100,00


(45)

Desa Perbesi

Perbesi salah satu desa di Kecamatan Tiga Binanga, Kabupaten Karo. Berpenduduk sekitar 2.000 orang. Desa Perbesi terbagi dalam 5 wilayah, yaitu : Rumah jahe, Rumah Tengah, Muham, Depari, Berahmana. Kampung ini salah satu kampung yang sudah tua, dari kisah-kisah atau cerita kuno rakyat Karo sering disebut Desa Perbesi. Kampung ini, ditinggali oleh Marga Sebayang pada dua

wilayah (Rumah Jahe dan Rumah Tengah) dan tiga wilayah Sembiring (Berahmana, Depari dan Muham). Desa Perbesi merupakan desa asal Marga

Sebayang, dari kampung inilah kemudian menyebar marga sebayang ke kampung Kuala, Kuta Gerat, Gunong. Penghidupan masyarakatnya terutama di dukung oleh pertanian tanah kering atau berladang, walaupun kampung ini dialiri oleh sungai Biang, tetapi tidak dapat dimanfaatkan menjadi persawahan karena sungai tersebut berada di dataran rendah.

Banyak hal menarik tentang budaya karo yang masih hidup di kampung ini. Walaupun sudah dipengaruhi oleh perkembangan budaya kontemporer, kerja tahun adalah salah satu budaya karo yang masih dipelihara dan dapat dibilang salah satu pesta budaya terbesar di Tanah Karo. Luas desa Perbesi adalah 17 Km2. Desa ini mempunyai batas sebagai berikut:

1. Sebelah Timur berbatasan dengan Sari Nembah Kecamatan Munthe 2. Sebelah Utara berbatasan dengan Buah raya Kecamatan Kuta Buluh 3. Sebelah Barat berbatasan dengan Limang Kecamatan Tiga Binanga

4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Baroen Benjiri Kecamatan Tiga Binanga


(46)

Karakteristik Responden

Karakteristik responden merupakan salah satu unsur yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi tingkat kelayakan budidaya kemiri dalam sistem

agroforestry. Karakteristik responden yang dianalisis dalam penelitian ini antara lain: umur, mata pencaharian, jumlah anggota keluarga, dan pendidikan. Rata-rata umur petani responden berkisar antara umur 30 – 85 tahun. Distribusi responden berdasarkan umur ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3 Distribusi responden berdasarkan umur

No Kelompok Umur (Tahun) Frekuensi Proporsi (%)

1 31 – 40 4 13,3

2 41 – 50 8 26,6

3 51 – 60 9 30

4 61 – 70 5 16.6

5  71 4 13,3

Jumlah 30 100

Berdasarkan Tabel di atas bahwa persentase umur responden berada dalam kelompok usia antara 31 – 40 tahun (13,3%), kelompok usia antara 41 – 50 tahun (26,6 %), kelompok usia antara 51 – 60 tahun (30%), 61 - 70 tahun (16,6%) dan kelompok usia diatas  71 tahun (13,3%). Jumlah responden yang terbanyak diwawancara adalah responden dengan umur 51 - 60 tahun.

Karakteristik responden berdasarkan jenis mata pencaharian ditunjukkan pada Tabel 4.

Tabel 4 Distribusi responden berdasarkan jenis mata pencaharian

No. Jenis Mata Pencaharian Frekuensi Proporsi (%)

1 Petani 21 70

2 Pedagang 5 16.6

3 Karyawan 2 6,7

4 Wiraswasta 1 3,3

5 Guru 1 3,3


(47)

Pada umumnya pekerjaan utama responden adalah bertani (70%). Selain di bidang budidaya, responden juga bekerja di luar budidaya sebagai pedagang (16,6%), karyawan (6,7%), wiraswasta (3,3%) dan guru (3,3%)

Sebagian besar petani responden memiliki jumlah anggota keluarga rata-rata 4 – 9 orang. Distribusi responden berdasarkan jumlah anggota keluarga ditunjukkan pada Tabel 5.

Tabel 5 Distribusi responden berdasarkan jumlah anggota keluarga

No. Jumlah Anggota Keluarga (Orang) Frekuensi Proporsi (%)

1 1 – 3 2 6,6

2 4 – 6 22 73,3

3 7 – 9 6 20

4 > 9 0 0

Jumlah 30 100

Jumlah rata-rata anggota keluarga petani responden adalah 6 orang. Petani yang mempunyai anggota keluarga yang banyak memiliki arti penting dalam berbudidaya kemiri dalam sistem agroforestry karena akan menggambarkan jumlah orang yang membantu bekerja pada budidaya sehingga akan mengurangi penggunaan tenaga kerja di luar anggota keluarga.

Berdasarkan Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa konsentrasi jumlah anggota keluarga berada dalam kelompok interval 4 – 6 orang (73,3%), menyusul kelompok interval 7 – 9 orang (20%), jumlah anggota keluarga 1 – 3 orang (6,6%), dan kelompok interval >9 orang (0%).

Tingkat pendidikan responden di Desa Perbesi Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo pada umumnya sampai tamat SD yaitu 17 orang (56,6%). Distribusi responden berdasarkan pendidikan selengkapnya ditunjukkan pada Tabel 6.


(48)

Tabel 6 Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan

No. Tingkat Pendidikan Frekuensi Proporsi (%)

1 Tidak Sekolah 2 6,67

2 SD/SR 17 56,6

3 SLTP/SMP 3 10

4 SLTA/SMU/SMK/SPG/STM 7 23,3

5 Perguruan Tinggi (D1, D2, D3, Akademi, Sarjana Muda, Sarjana)

1 3,33

Jumlah 30 100

Berdasarkan data pada Tabel 6 dapat dikatakan bahwa bahwa tingkat pendidikan responden masih rendah. Tidak sekolah hanya 2 orang (6,67%), SD/SR sebanyak 17 orang (56,6%), SLTP sebanyak 3 orang (10%), SLTA sebanyak 7 orang (23,3%) dan Perguruan Tinggi sebanyak 1 orang (3,33%). Hal ini dikarenakan pada umumnya masyarakat desa mengirimkan anaknya sekolah ke kota dan mencari pekerjaan di sana.

Luas lahan yang diusahakan petani untuk menanam kemiri dalam sistem

agroforestry ditunjukkan pada Tabel 7.

Tabel 7 Distribusi responden berdasarkan luas lahan agroforestry

No. Luas Lahan (Ha) Frekuensi Proporsi (%)

1 < 1 Ha 24 80

2 1 – 3 Ha 6 20

Jumlah 30 100

Frekuensi terbanyak terdapat pada petani yang mempunyai luas lahan 1 - 3 Ha yaitu, kelompok 24 orang (80%) berikutnya mempunyai lahan < 1 Ha yaitu 6 orang (20%). Dengan kondisi luas lahan seperti di atas maka para petani yang mengusahakan kemiri dalam sistem agroforestry termasuk dalam golongan petani sedang. Lahan ini merupakan lahan milik sendiri yang didapatkan dari warisan keluarga.


(49)

Tabel 8 Distribusi responden berdasarkan status kepemilikan lahan agroforestry No. Status Lahan Frekuensi Proporsi (%)

1 Milik Sendiri 30 100

2 Sewa 0 0

Jumlah 30 100

Adat istiadat di Desa Perbesi yang khas seperti keseluruhan masyarakat Batak Karo dengan garis keturunan patrinial, yaitu garis keturunan mengikuti ayah dengan satuan sosial keluarga luas. Biasanya lahan diwariskan kepada anak laki-laki yang sudah menikah dan lahan tersebut dapat dijual. Sehingga pada umumnya masyarakat tidak mengeluarkan biaya untuk sewa lahan karena mereka mengolah lahan warisan keluarga.

Pola agroforestry yang diterapkan petani responden di Desa Perbesi adalah agrisilvikultur. Menurut Sardjono et al. (2003), agrisilvikultur yaitu sistem

agroforestry yang mengkombinasikan komponen kehutanan (atau tanaman berkayu/woody plants) dengan komponen pertanian (atau tanaman non-kayu). Tanaman berkayu dimaksudkan yang berdaur panjang (tree crops) dan tanaman non kayu dari jenis tanaman semusim (annual crops). Jenis tanaman yang ada di lahan agroforestry dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu tanaman musiman (annual crop) dan tanaman tahunan (parenial crop).

Kemiri Dengan Pola Monokultur

Di lokasi penelitian Desa Perbesi, Kecamatan Tiga Binanga, Kabupaten Karo sangat terkenal dengan komoditas tanaman kemiri (Aleurites moluccana). Tanaman kemiri ini pada umumnya tumbuh di daerah dengan kelerengan yang tinggi atau curam dan memiliki akar yang besar jika umur tanaman sudah semakin


(50)

tua. Pada Desa Perbesi ini juga dapat tumbuh kemiri karena memiliki iklim yang basah atau curah hujannya tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sunanto (1994) yang menyatakan bahwa pohon kemiri dapat tumbuh dan berproduksi baik pada lahan yang berkonfigurasi datar, bergelombang dan bertebing-tebing curam dengan ketinggian 0 – 1200 meter di atas permukaan air laut dan memiliki curah hujan 1500 – 2400 mm per tahun pada suhu 200 – 270 C.

Gambar 1. Kemiri dengan pola monokultur

Pemupukan pada tanaman kemiri dapat dilakukan dengan pupuk organik (kandang) atau pupuk anorganik (kimia) yaitu pupuk KCL dan TSP. Setelah tanaman kemiri berumur di atas 3 tahun petani tidak lagi memberikan pupuk pada tanaman kemiri. Mereka hanya memberikan pupuk pada tanaman semusim saja karena menurut mereka tanaman kemiri walaupun tidak diberikan pupuk dapat menghasilkan buah yang baik. Tanaman kemiri tidak memerlukan kesuburan


(51)

tanah yang khusus untuk dapat berbuah walaupun jika diberi pupuk dapat mengahasilkan buah yang lebih baik dan lebih banyak.

Kemiri dengan Pola Agroforestry dengan Tanaman Musiman

Tanaman semusim pada pola agroforestry ini hanya sebagai tanaman pelengkap saja atau tanaman yang memenuhi kebutuhan petani sehari-hari karena tanaman tahunan membutuhkan waktu yang lama untuk menghasilkan buah. Tanaman semusim ini biasanya ditanam dalam jumlah yang kecil saja. Hal ini sesuai dengan pernyataan Arifin (2003) yang menyatakan bahwa Tanaman semusim tidak pernah dominan di dalam kebun campuran, tanaman tersebut adalah komponen sementara yang muncul pada saat penanaman kembali pohon.

Gambar 2. Kemiri dengan pola agroforestry dengan tanaman musiman Tanaman musiman ditanam biasanya pada saat kemiri sudah besar atau tanaman semusim ditanam sebagai pengganti tanaman kemiri yang sudah ditebang. Kemiri ditanam secara jalur di pinggir atau mengelilingi lahan pertanian, hal ini karena waktu persiapan lahan untuk menanam kemiri dan tanaman semusim berbeda dan karena kemiri merupakan tanaman dengan ukuran besar baik akar maupun tajuknya sehingga dapat mempengaruhi tanaman


(52)

semusim dalam memperoleh cahaya, air, hara, ruang hidup yang dapat mengakibatkan kurangnya panen salah satu komoditi.

Kemiri Dengan Pola Agroforestry dengan Tanaman Tahunan

Untuk pola agroforetry dengan tanaman tahunan memiliki pola budidaya dimana kemiri ditanam dengan jarak tanam 5 x 5 m kemudian diantara sela tanaman kemiri ditanaman tanaman tahunan coklat (cacao). Menurut Sardjono et all (2003) bahwa pengkombinasian berbagai komponen dalam sistem agroforestry

menghasilkan berbagai reaksi, yang masing-masing atau bahkan sekaligus dapat dijumpai pada satu unit manajemen, yaitu persaingan, melengkapi, dan ketergantungan.

Gambar 3. Kemiri dengan pola agroforestry dengan tanaman tahunan Reaksi saling melengkapi yang diperoleh dari pola agroforestry kemiri dengan tanaman tahunan coklat ini adalah reaksi secara kauntatif yaitu memperoleh berbagai produk dari satu lahan secara bergantian dalam jangka waktu tahunan. Secara tata waktu kombinasi ini dapat dikatakan merupakan kombinasi coincident. Sardjono et al. (2003) mengatakan bahwa coincident merupakan kombinasi selama jangka waktu budidaya jenis/ komponen


(53)

agroforetsry. Kombinasi ini merupakan kombinasi komponen merata dimana kemiri ditanam secara teratur dengan tanaman tahunan coklat karena penanaman secara sengaja. Penyebaran kemiri dalam pola ini adalah penyebaran secara vertikal dimana kemiri dan tanaman tahunan coklat tersebar pada sebidang lahan dengan sistematis. Kombinasi seperti ini dapat membentuk agroforestry modern karena terdiri dari 2 jenis tanaman yang memiliki nilai komersial yang tinggi.

Analisis Finansial Budidaya Kemiri dalam Sistem Agroforestry dan Monokultur

Tujuan didirikannya suatu usaha yaitu untuk mendapatkan keuntungan dan manfaat. Besar kecilnya keuntungan atau benefit yang diperoleh tergantung dari produksi yang dihasilkan. Sehingga dalam suatu perencanaan melakukan usaha harus selalu memperhitungkan apakah usaha tersebut mendatangkan keuntungan atau tidak.

Untuk mengetahui kelayakan usaha tersebut maka dilakukan analisis finansial. Analisis biaya dan manfaat budidaya kemiri rakyat dalam sistem

agroforestry dengan tanaman tahunan dan musiman yang dibandingkan dengan pola tanam monokultur. Pola kombinasi ini ditunjukkan pada lampiran yang mampu memberikan prospek finansial yang cukup baik, yang dilihat dari berbagai kriteria finansial yaituNPV, BCR dan IRRpada tingkat suku bunga yang berlaku yaitu 15%.

Nilai dari masing-masing kriteria finansial pada ketiga pola ditunjukkan pada Tabel 3, 4, 5 dan hasil perhitungan ditunjukkan pada lampiran.


(54)

Net Precent Value adalah analisis yang sering digunakan untuk mengukur profitabilitas satu investasi jangka panjang dalam kegiatan pertanian dimana selisih antara nilai manfaat dan nilai biaya selama kurun waktu tertentu pada tingkat bunga yang ditentukan.

Tabel 9. Nilai NPV budidaya kemiri rakyat dalam sistem monokultur dan

agroforestry di Desa Perbesi selama 15 tahun

Pola NPV (Rp/Ha)

Monokultur kemiri 715.453,69

Agroforestry kemiri dengan tanaman semusim 18.105.165

Agroforestry kemiri dengan tanaman tahunan 12.342.420

Hasil analisis NPV monokultur kemiri menunjukkan bahwa pengusahaan monokultur kemiri di Desa Perbesi Kecamatan, Tiga Binanga memperoleh hasil

NPVDF 15 % sebesar Rp. 715.453,69/Ha. Ini berarti bahwa pengusahaan mokultur kemiri tersebut layak untuk diusahakan karena mempunyai nilai positif.

Hasil analisis NPV pola agroforestry kemiri dengan tanaman semusim menunjukkan bahwa pengusahaan agroforestry kemiri dengan tanaman semusim di Desa Perbesi, Kecamatan Tiga Binanga memperoleh hasil NPVDF 15 % sebesar Rp. 18.105.165/Ha. Ini berarti bahwa pengusahaan agroforestry kemiri dengan tanaman semusim tersebut layak untuk diusahakan karena mempunyai nilai positif.

Hasil analisis NPV pola agroforestry kemiri dengan tanaman tahunan menunjukkan bahwa pengusahaan agroforestry kemiri dengan tanaman tahunan di Desa Perbesi, Kecamatan Tiga Binanga memperoleh hasil NPVDF 15 % sebesar


(55)

Rp. 12.342.420 /Ha. Ini berarti bahwa pengusahaan agroforestry kemiri dengan tanaman tahunan tersebut layak untuk diusahakan karena mempunyai nilai positif.

Benefit Cost Ratio (B/C)

Benefit Cost Ratio (BCR) merupakan perbandingan antara nilai manfaat dan nilai biaya dari satu investasi pada tingkat bunga yang telah ditentukan. Nilai BCR lebih besar dari satu menunjukkan bahwa investasi cukup menguntungkan. Tabel 10. Nilai BCR budidaya kemiri rakyat dalam sistem monokultur dan

agroforestry di Desa Perbesi selama 15 tahun

Pola BCR

Monokultur kemiri 1,0541

Agroforestry kemiri dengan tanaman semusim 3.35432

Agroforestry kemiri dengan tanaman tahunan 1.64687

Hasil analisis monokultur kemiri B/C DF 15 %, yaitu sebesar 1,0541. Hal ini menunjukkan bahwa dengan “Discounting Factor” 15 %, ternyata masih mendapatkan B/C lebih besar daripada 1. Kondisi ini menunjukkan bahwa pengusahaan monokultur kemiri di Desa Perbesi Kecamatan Tiga Binanga layak untuk diusahakan.

Hasil analisis pola agroforestry kemiri dengan tanaman semusim B/C DF 15 %, yaitu sebesar 3,35432. Hal ini menunjukkan bahwa dengan “Discounting Factor” 15 %, ternyata masih mendapatkan B/C lebih besar daripada 1. Kondisi ini menunjukkan bahwa pengusahaan pola agroforestry kemiri dengan tanaman semusim di Desa Perbesi, Kecamatan Tiga Binanga, layak untuk diusahakan.

Hasil analisis pola agroforestry kemiri dengan tanaman tahunan B/C DF 15 %, yaitu sebesar 1.64687. Hal ini menunjukkan bahwa dengan “Discounting


(56)

Factor” 15 %, ternyata masih mendapatkan B/C lebih besar daripada 1. Kondisi ini menunjukkan bahwa pengusahaan pola agroforestry kemiri dengan tanaman tahunan di Desa Perbesi, Kecamatan Tiga Binanga, layak untuk diusahakan.

Internal Rate Of Return (IRR)

IRR merupakan parameter yang menunjukkan sejauh mana satu investasi mampu memberikan keuntungan besar dari tingkat bunga umum memberikan petunjuk bahwa investasi tersebut cukup menguntungkan.

Tabel 11. Nilai IRR budidaya kemiri rakyat dalam sistem monokultur dan

agroforestry di Desa Perbesi selama 15 tahun

Pola IRR (%)

Monokultur kemiri 16,241

Agroforestry kemiri dengan tanaman semusim 27,386

Agroforestry kemiri dengan tanaman tahunan 26,5314

Berdasarkan data yang diperoleh langsung dari petani monokultur kemiri di Desa Perbesi, Kecamatan Tiga Binanga, ternyata hasil analisis IRR menunjukkan bahwa nilai IRR sebesar 16,241 %. Ini menunjukkan bahwa “Returns to Capital Invested” (pengembalian modal investasi) selama periode pengusahaan monokultur kemiri layak untuk diusahakan.

Berdasarkan data yang diperoleh langsung dari petani pola agroforestry

kemiri dengan tanaman semusim di Desa Perbesi, Kecamatan Tiga Binanga, ternyata hasil analisis IRR menunjukkan bahwa nilai IRR sebesar 27,386%. Ini menunjukkan bahwa “Returns to Capital Invested” (pengembalian modal investasi) selama periode pengusahaan monokultur kemiri layak untuk diusahakan.


(57)

Berdasarkan data yang diperoleh langsung dari petani pola agroforestry

kemiri dengan tanaman tahunan di Desa Perbesi, Kecamatan Tiga Binanga, ternyata hasil analisis IRR menunjukkan bahwa nilai IRR sebesar 26,5314%. Ini menunjukkan bahwa “Returns to Capital Invested” (pengembalian modal investasi) selama periode pengusahaan monokultur kemiri layak untuk diusahakan.

Berdasarkan tabel rekapitulasi di atas dapat dinyatakan bahwa pengusahaan kemiri sebagai satu jenis komoditi yang dibudidayakan dengan menerapkan pola agroforestry ternyata mampu memberikan prospek finansial yang layak dibandingkan dengan pola monokultur kemiri, dilihat dari parameter NPV, BCR dan IRR. Nilai NPV yang paling tinggi adalah pada pola agroforestry

kemiri dengan tanaman musiman yaitu Rp 18.105.165/Ha, kemudian pola

agroforestry kemiri dengan tanaman tahunan sebesar Rp 12.342.420/Ha dan terakhir adalah pola monokultur kemiri sebesar Rp 715.453,69/Ha. Nilai ini merupakan selisih antara PV manfaat kotor dengan PV biaya kotor. Dengan demikian budidaya agroforestry kemiri dengan tanaman musiman yang paling optimal untuk mengembangkan kemiri dalam sistem agroforestry. Hal ini disebabkan karena benefit untuk pengembangan budidaya tanaman musiman didapatkan dari tahun pertama melalui hasil panen, sedangkan benefit panen kemiri dan tanaman tahunan didapat beberapa tahun karena membutuhkan waktu tahunan untuk berbuah.

Nilai BCR sebesar untuk pola agroforestry kemiri dengan tanaman musiman artinya manfaat ekonomi investasi ini adalah 3,35 kali lebih besar daripada nilai biaya total pada tingkat suku bunga 15%. Tiap Rp 1 yang


(58)

diinvestasikan akan memberi hasil sebesar Rp 3,35 demikian juga untuk pola

agroforestry kemiri dengan tanaman tahunan dan pola monokultur kemiri. Ketiga pola menghasilkan BCR > 1, namun pola agroforestry kemiri dengan tanaman musiman menghasilkan BCR yang paling besar maka budidaya kemiri rakyat pada pola agroforestry kemiri dengan tanaman musiman yang paling optimal diusahakan bila dibandingkan dengan nilai BCR pola agroforestry kemiri dengan tanaman tahunan sebesar 1,64687 dan pola monokultur kemiri sebesar 1,0541.

Nilai IRR menunjukkan tingkat suku bunga (discount rate), berapa yang membuat manfaat sekarang menjadi nilai negatif. Untuk mendapatkan nilai IRR diperoleh dengan metode coba-coba sampai diperoleh discount rate yang memberikan nilai mendekati nol. Berdasarkan Tabel 5. diketahui bahwa IRR untuk pola agroforestry kemiri dengan tanaman musiman yang paling tinggi yakni 27,386%, kemudian pola agroforestry kemiri dengan tanaman tahunan yakni 26,5314% dan terakhir pola monokultur kemiri sebesar 16,241% . Untuk pola

agroforestry kemiri dengan tanaman musiman, nilai NPV positif berada pada tingkat suku bunga 27 % sedangkan NPV yang negatif pada tingkat suku bunga 28% (lampiran), sehingga hasil IRR = 27,386%. Artinya pada saat tingkat suku bunga sebesar 27,386% nilai NPV= 0. Budidaya ini layak karena IRR dari pola kombinasi agroforestry kemiri dengan tanaman semusim yang diperoleh > dari tingkat suku bunga yang berlaku yaitu 15 %.

Pada pola kombinasi yaitu antara tanaman kemiri dengan tanaman musiman menghasilkan nilai NPV, NPV dan IRR yang lebih tinggi dibandingkan pola agroforestry kemiri dengan tanaman tahunan dan juga jika dibandingkan dengan pola monokultur kemiri. Hal ini terjadi karena pada pola agroforestry


(59)

kemiri dengan tanaman musiman ini jumlah jenis pohon lebih banyak ditanam petani dalam satu Ha, selain itu juga karena petani telah melaksanakan kombinasi tanamannya yang optimal, yang mampu menghasilkan interaksi positif tidak merugikan antara tanaman kemiri dengan tanaman kombinasinya.


(60)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap budidaya kemiri rakyat dalam sistem

Agroforestry dan monokultur di Desa Perbesi Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pola pengelolaan tanaman kemiri yang diterapkan di Desa Perbesi Kecamatan Tiga Binanga adalah pola monokultur budidaya kemiri rakyat dan pola agroforestry dengan dua pola yakni agroforestry kemiri dengan tanaman musiman dan agroforestry kemiri dengan tanaman tahunan. 2. Hasil analisis finansial nilai NPV, BCR, IRR pola agroforestry kemiri dan

monokultur adalah

a. Nilai NPV : 18.105.165/Ha untuk pola agroforestry kemiri dengan tanaman musiman, kemudian Rp 12.342.420/Ha untuk pola

agroforestry kemiri dengan tanaman tahunan dan terakhir adalah Rp 715.453,69/Ha untuk pola monokultur kemiri.

b. Nilai BCR : 3,35432 untuk pola agroforestry kemiri dengan tanaman musiman, kemudian 1,64687 untuk agroforestry kemiri dengan tanaman tahunan dan pola monokultur kemiri sebesar 1,0541.

c. Nilai IRR : 27,386% untuk pola agroforestry kemiri dengan tanaman musiman, kemudian pola agroforestry kemiri dengan tanaman tahunan yakni 26,5314% dan terakhir pola monokultur kemiri sebesar 16,241%


(61)

Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, maka perlu disarankan untuk mengembangkan budidaya kemiri dalam sistem agroforestry di Desa Perbesi Kecamatan Tiga Binanga yaitu antara kombinasi tanaman kemiri dengan tanaman musiman. Dan disarankan untuk menambah lagi lokasi penelitian dengan perbedaan kondisi topografi untuk identifikasi pola kombinasi


(62)

DAFTAR PUSTAKA

Agustian, A dan Iwan S.A. 2008. Analisis Perkembangan Harga dan Rantai Pemasaran Komoditas Cabai Merah di Provinsi Jawa Barat. Pusat Analisis Ekonomi dan Kebijakan Pertanian: Jawa Barat.

Alamsyah, I, Tri. L dan Dessy A. 2007. Analisis Finansial UsahaTani Terpadu Berbasis Ternak Sapi Di Kabupaten Organ Ilir. Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Sriwijaya. Semarang

Ane, L dan Chandra. S. 2007. Manajemen Keuangan Diktat Kuliah Revisi I. Universitas Negri Medan. Sumatera Utara

Arief, A. 2001. Hutan dan Kehutanan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta

Arifin, H.S, Ma’mum.S dan Nurheni. W. 2004. Kompilasi Abstrak Agroforestri di Indonesia

Arifin, H.S, Mustofa. A.S, Leti. S, Tony. D, Gustaf. A. W dan Widianto. 2003. Agroforestri di Indonesia. Error! Hyperlink reference not valid.

Januari 2011]

Bernard. B, Chendy T, dan Gunarto. I. 2005. Pola Usahatani dan Analisis Finansial Komoditas Unggulan Daerah di Kabupaten Sikka, NTT. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTT: Nusa Tenggara Timur. http://ntt.litbang.deptan.go.id [21 Desember 2010]

Budidarsono, S. 2001. Analisis Nilai Ekonomi Wanatani. Prosiding Lokakarya Wanatani Se-Nusa Tenggara: Bali

Grey. C, Payaman. S, Lien K. Sabur, P.F.L Maspaitella, R.C.G Varleyat. 2007. Pengantar Evaluasi Proyek. Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Hardjanto. 2001. Kontribusi Hutan Rakyat Terhadap Pendapatan Rumah Tangga

di SUB DAS Cimanuk Hulu. Fakultas Kehutanan Bogor: Bogor

Noviandi, M. Diza. 2008. Kajian analisa kelayakan ekonomi pengembangan fasilitas sisi udara bandar udara gatot subroto Kabupaten way kanan.

Fakultas Tehnik Universitas Lampung. Lampung

Pemerintah Kabupaten Garut. 2004. Peluang Investasi Agribisnis Jagung. Error! Hyperlink reference not valid. Januari 2011]


(63)

Pusat Penelitian kopi dan Kakao Indonesia. 2004. Panduan Lengkap Budidaya Kakao. PT Agromedia Pustaka. Jakarta

Rahmanulloh, A, Aunul. F, Dudi. I, Endri. M, Erik. S, Ign. Kristianto M, Jusupta. T, Rachman. P. 2009. Kiprah Agroforestry. ICRAF Bogor. www.worldagroforestry.org. Error! Hyperlink reference not valid.

Januari 2011]

Rukmana, H. 1997. Usaha Tani jagung. Penerbit. Kanisius. Yogyakarta

Ruspandi, F. 1997. Kemiri, Budidaya dan Prospek Bisnis. Penebar Swadaya. Jakarta

Sardjono, M.A, Tony. D, Hadi. S. A dan Nurheni. W. 2003. Klasifikasi Dan Pola Kombinasi Komponen Agroforestri. Error! Hyperlink reference not valid. Januari 2011]

Suastina I. G. P. Bagus dan i. G. Ngurah kayana. 2003. Analisis Finansial Usaha Agribisnis Peternakan Sapi Daging. Jurusan Ekonomi Umum, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi 45 Mataram, Lombok. Nusa Tenggara Barat

Sunanto, H. 1994. Budidaya Kemiri Komoditas Ekspor. Kanisius: Yogyakarta. 69 hal.

Sundawati, L dan Dodik R. N. 2008. Pemasaran Produk-Produk agroforestri.

Error! Hyperlink reference not valid. Januari 2011]

Sutikno. 2009. Budidaya Coklat/Kakao. Error! Hyperlink reference not valid.

Februari 2011]

Syamsulbahri. 1996. Bercocok Tanam-Tanaman Perkebunan Tahunan. Penerbit: Gajah Mada University Press. Yogyakarta

Wibowo, S. 2007. Pengusahaan Kemiri (Aleurites moluccana Wild) Di Desa Kuala Kecamatan Tiga Binanga, Tanah Karo. Peneliti Kehutanan Aek Nauli: Sumatera Utara.http://puslitsosekhut.web.id. [18 Desember 2010] Widianto, Kurniatun. H, Didik. S dan Mustofa A. S. 2003. Fungsi Dan Peran

Agroforestry. ICRAF Bogor. Error! Hyperlink reference not valid.

Januari 2011]

Yusran. 2005. Mengembalikan Kejayaan Hutan Kemiri Rakyat. Fakultas Pertanian dan Kehutanan Universitas Hasanudi Desember 2010]


(64)

Lampiran 1

KUESIONER

RESPONDEN/PETANI HUTAN RAKYAT

ANALISIS FINANSIAL KEMIRI RAKYAT DALAM SISTEM

AGROFORESTRY (STUDI KASUS: DESA PERBESI KECAMATAN

TIGABINANGA KABUPATEN KARO) PENGENALAN TEMPAT

Dusun

Desa Perbesi Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo

Propinsi Sumatera Utara No urut sampel

PETUGAS

Enumerator

Tanggal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

JANUARI 2011 KUISIONER PENELITIAN

Hari/ tanggal : ……….


(1)

Lampiran 5. Analisis biaya dan manfaat pola

agroforestry

kemiri dengan tanaman tahunan di Desa Perbesi Kecamatan Tiga Binanga

tahun ke (x Rp 1.000)

No Uraian Jumlah Harga Satuan ( x

Rp 1.000) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

BENEFIT

1 Panen Kemiri 0 0 0 0 1800 2000 2700 2700 2000 2000 2700 2700 3000 5400 6000 8000 Panen Coklat 2500 3500 3500 6000 7500 7500 8000 9000 9500 10000 10000 10000

TOTAL 0 0 0 0 4300 5500 6200 8700 9500 9500 10700 11700 12500 15400 16000 18000

BIAYA/COST

2 Sewa Lahan 1 Ha 0

3 Peralatan

1 Cangkul 2 20 40

2 Parang 5 40 200

3 Goni 50 2.5 125

4 Terpal 1 150 150

4 Pupuk

Urea 4 80 320 320 320 320 320 320 320 320 KCL 3 100 300 300 300 300 300 300 300 300

5 Pestisida 12 50 600 600 600 600 600 600 600 600 600 600 600 600 600 600 600 600 6 Pengolahan Tanah 10 30 300 300 300

7 Penanaman 10 30 300 300 300

8 Pemeliharaan

1. Penyiangan 10 30 300 300 300 300 2. Pemupukan 10 30 300 300 300 300 300 300 300 300

3 Pengendalian 5 30 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150

hama dan penyakit

4 pemangkasan 10 30 300 300 300 300 300 300 300 300 9 Panen 40 30 1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200

10 Bibit 350 1 350


(2)

Lampiran 6. Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR), dan Internal Rate Of Return (IRR) usaha kemiri monokultur

Tahun Benefit Cost Net Benefit DF 15% NPV 15% PV (B) PV © DF 16% NPV 16% DF 17% NPV 17%

1 2 3 4 = (2) - (3) 5 6 = (4)(5) 7 = (2)(5) 8 = (3)(5) 9 10 = (4)(9) 11 12 = (4)(11)

0 0 2310000 -2310000 1 -2310000 0 2310000 1 -2310000 1 -2310000

1 0 2230000 -2230000 0.8695652 -1939130.4 0 1939130.4 0.862068966 -1922413.79 0.854700855 -1905982.906 2 0 2230000 -2230000 0.7561437 -1686200.4 0 1686200.4 0.743162901 -1657253.27 0.730513551 -1629045.219

3 0 2030000 -2030000 0.6575162 -1334758 0 1334758 0.640657674 -1300535.08 0.624370556 -1267472.23 4 2520000 1750000 770000 0.5717532 440250 1440818.2 1000568.2 0.552291098 425264.145 0.533650048 410910.5371

5 2800000 1650000 1150000 0.4971767 571753.25 1392094.9 820341.61 0.476113015 547529.968 0.456111152 524527.8252 6 3780000 1650000 2130000 0.4323276 920857.78 1634198.3 713340.53 0.410442255 874242.002 0.389838592 830356.2004 7 3780000 1650000 2130000 0.375937 800745.9 1421042 620296.12 0.35382953 753656.899 0.333195378 709706.1542 8 2800000 1650000 1150000 0.3269018 375937.04 915324.97 539387.93 0.305025457 350779.275 0.284782374 327499.7301 9 2800000 1650000 1150000 0.2842624 326901.77 795934.75 469032.98 0.26295298 302395.927 0.243403738 279914.2992 10 3780000 1650000 2130000 0.2471847 526503.42 934358.19 407854.77 0.226683603 482836.075 0.208037383 443119.6264 11 3780000 1650000 2130000 0.2149432 457829.06 812485.38 354656.32 0.1954169 416237.996 0.177809729 378734.7234 12 4200000 1650000 2550000 0.1869072 476613.23 785010.03 308396.8 0.168462844 429580.253 0.151974128 387534.0254 13 7560000 1650000 5910000 0.162528 960540.22 1228711.4 268171.13 0.14522659 858289.147 0.129892417 767664.1831 14 8400000 1650000 6750000 0.1413287 953968.44 1187160.7 233192.29 0.125195336 845068.519 0.11101916 749379.3275 15 11200000 1650000 9550000 0.1228945 1173642.3 1376418.2 202775.9 0.107927014 1030702.98 0.094888171 906182.0294 jumlah 28700000 28700000 715453.69 13923557 13208103 126381.051 -396971.693 rata-rata 1793750 1793750 44715.856 870222.31 825506.46 7898.81567 -24810.73081

BCR = PV(B)/PV©

Hasil = 1.0541

IRR = rate (+) mendekati nol + (NPV(+mendekati nol)*(rate(-)rate))/NPV (+)-NPV(-)

Hasil = 0,16241


(3)

Lampiran 7. Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR), dan Internal Rate Of Return (IRR) usaha

agroforestry

kemiri dengan

tanaman semusim

Tahun Benefit Cost Net Benefit DF 15% NPV 15% PV (B) PV © DF 27% NPV 27% DF 28% NPV 28% 1 2 3 4 = (2) - (3) 5 6 = (4)(5) 7 = (2)(5) 8 = (3)(5) 11 12 = (4)(11) 11 12 = (4)(11)

0 0 4210000 -4210000 1 -4210000 0 4210000 1 -4210000 1 -4210000

1 0 4130000 -4130000 0.8695652 -3591304.3 0 1939130.4 0.787401575 -3251968.5 0.78125 -3226562.5 2 0 4130000 -4130000 0.7561437 -3122873.3 0 1686200.4 0.62000124 -2560605.12 0.610351563 -2520751.953 3 0 3330000 -3330000 0.6575162 -2189529.1 0 1334758 0.488189953 -1625672.54 0.476837158 -1587867.737 4 8200000 6700000 1500000 0.5717532 857629.87 4688376.6 1000568.2 0.384401538 576602.306 0.37252903 558793.5448 5 9600000 5950000 3650000 0.4971767 1814695.1 4772896.7 820341.61 0.302678376 1104776.07 0.291038305 1062289.812 6 11395000 5950000 5445000 0.4323276 2354023.8 4926373 713340.53 0.23832943 1297703.75 0.227373675 1238049.663 7 11675000 5950000 5725000 0.375937 2152239.6 4389064.9 620296.12 0.187660968 1074359.04 0.177635684 1016964.291 8 12700000 2950000 9750000 0.3269018 3187292.3 4151652.5 539387.93 0.147764542 1440704.29 0.138777878 1353084.311 9 12700000 2950000 9750000 0.2842624 2771558.5 4191449.3 469032.98 0.116350033 1134412.82 0.108420217 1057097.118 10 14745000 2950000 11795000 0.2471847 2915543.6 4262700.3 407854.77 0.091614199 1080589.48 0.084703295 999075.3613 11 17245000 2950000 14295000 0.2149432 3072613.4 3976449.6 354656.32 0.072137165 1031200.77 0.066174449 945963.7485 12 18500000 2950000 15550000 0.1869072 2906406.2 4261483 308396.8 0.056800917 883254.262 0.051698788 803916.1578 13 22800000 2950000 19850000 0.162528 3226179.9 3949429.3 268171.13 0.044725132 887793.863 0.040389678 801735.1152 14 24300000 2950000 21350000 0.1413287 3017366.8 3801740.9 233192.29 0.035216639 751875.245 0.031554436 673687.2131 15 26900000 2950000 23950000 0.1228945 2943322.9 3305861.7 202775.9 0.027729637 664124.808 0.024651903 590413.0838 jumlah 63950000 126810000 18105165 50677478 15108103 279150.542 -444112.7711

rata-rata 3996875 7925625 1131572.8 3167342.4 944256.46 17446.9088 -27757.04819

BCR =

PV(B)/PV©

Hasil = 3,35432

IRR = rate (+) mendekati nol + (NPV(+mendekati nol)*(rate(-)-rate))/NPV

(+)-NPV(-)


(4)

Lampiran 8. Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR), dan Internal Rate Of Return (IRR) usaha

agroforestry

kemiri dengan

tanaman tahunan

Tahun Benefit Cost Net Benefit DF 15% NPV 15% PV (B) PV © DF 26% NPV 26% DF 27% NPV 27% 1 2 3 4 = (2) - (3) 5 6 = (4)(5) 7 = (2)(5) 8 = (3)(5) 9 10 = (4)(9) 11 12 = (4)(11)

0 3610000 -3610000 1 -3610000 0 3610000 1 -3610000 1 -3610000

1 2870000 -2870000 0.8695652 -2495652.2 0 2495652.2 0.793650794 -2277777.78 0.787401575 -2259842.52 2 2870000 -2870000 0.7561437 -2170132.3 0 2170132.3 0.629881582 -1807760.14 0.62000124 -1779403.559 3 2270000 -2270000 0.6575162 -1492561.8 0 1492561.8 0.499906018 -1134786.66 0.488189953 -1108191.193 4 4300000 3295000 1005000 0.5717532 574612.01 2458539 1883926.9 0.396750808 398734.562 0.384401538 386323.5453 5 5500000 3170000 2330000 0.4971767 1158421.8 2734472 1576050.3 0.314881593 733674.113 0.302678376 705240.6162 6 6200000 3170000 3030000 0.4323276 1309952.6 2680431.1 1370478.5 0.249906027 757215.26 0.23832943 722138.1728 7 8700000 3170000 5530000 0.375937 2078931.8 3270652.2 1191720.4 0.198338116 1096809.78 0.187660968 1037765.156 8 9500000 1950000 7550000 0.3269018 2468108.4 3105566.9 637458.46 0.157411203 1188454.59 0.147764542 1115622.293 9 9500000 1950000 7550000 0.2842624 2146181.2 2700492.9 554311.7 0.124929526 943217.925 0.116350033 878442.7504 10 10700000 1950000 8750000 0.2471847 2162866.2 2644876.4 482010.18 0.099150418 867566.156 0.091614199 801624.2442 11 11700000 1950000 9750000 0.2149432 2095696.4 2514835.7 419139.28 0.078690808 767235.376 0.072137165 703337.3571 12 12500000 1950000 10550000 0.1869072 1971870.4 2336339.4 364468.94 0.062453022 658879.383 0.056800917 599249.6764 13 15400000 1950000 13450000 0.162528 2186001 2502930.5 316929.52 0.049565891 666661.228 0.044725132 601553.0207 14 16000000 1950000 14050000 0.1413287 1985667.6 2261258.5 275590.88 0.039338008 552699.018 0.035216639 494793.7792 15 18000000 1950000 16050000 0.1228945 1972456.5 2212100.7 239644.25 0.031220642 501091.297 0.027729637 445060.6751 jumlah 40025000 87975000 12342420 31422495 19080076 301914.107 -266285.9851 rata-rata 2501562.5 5498437.5 771401.23 1963906 1192504.7 18869.6317 -16642.87407

BCR =

PV(B)/PV©

Hasil = 1,64687

IRR = rate (+) mendekati nol + (NPV(+mendekati nol)*(rate(-)-rate))/NPV

(+)-NPV(-)


(5)

(6)

Lampiran 10. Peta Kabupaten

Karo