EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN MINAT SISWA PADA MATEMATIKA

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Upaya untuk menciptakan proses pembelajaran yang bermutu dan berhasil dapat dilakukan dengan mewujudkan perilaku psikologis dalam setiap kegiatan pembelajaran antara guru dan siswa sehingga pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efesien dalam mencapai tujuan pembelajaran. Para tenaga pendidik dituntut untuk memperhatikan dan memahami kondisi psikologis anak didik agar kegiatan pembelajaran dapat berjalalan dengan baik. Salah satu kondisi psikologis anak didik yang perlu mendapat perhatian dari tenaga pendidik adalah keberminatan anak didik pada kegiatan pembelajaran.

Disadari atau tidak, minat sebagai salah satu faktor yang menentukan keberhasilan anak didik dalam proses belajar mengajar belum mendapat perhatian yang semestinya. Pengalaman empirik di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak tenaga pendidik yang cenderung mengabaikan minat ketika melaksanakan kegiatan pembelajaran. Hal ini dimungkinkan terjadi karena kurikulum pendidikan saat ini kurang memberikan ruang bagi guru untuk lebih memperhatikan minat siswa pada kegiatan pembelajaran. Guru dituntut untuk menyelesaikan materi pembelajaran yang telah ditargetkan oleh kurikulum tepat pada waktunya unutk setiap semesternya. Akibatnya siswapun dituntut untuk bisa menguasai seluruh materi pelajaran yang telah diberikan agar mencapai tingkat ketuntasan yang telah ditentukan oleh sekolah.


(2)

2 Suparno (dalam Ni’matuzzahro, 2010) mengungkapkan bahwa kurikulum yang ada saat ini sangat menuntut siswa untuk menguasai banyak bahan sehingga terasa memberatkan siswa, membuat guru menjadi lebih fokus pada usaha agar siswanya dapat menguasai seluruh materi yang ada dan kurang memperhatikan penerapan strategi mengajar yang variatif sehingga proses belajar mengajar kurang menarik bagi siswa. Metode pembelajaran yang kurang variatif bahkan cenderung monoton yang diterapkan guru dalam kegiatan belajar mengajar seringkali membosankan, sehingga siswa mengalami kejenuhan dalam belajar, akibatnya Mereka tidak betah berlama-lama dalam kelas. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor pemicu rendahnya minat siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

Apabila anak didik menunjukkan minat belajar yang rendah, maka tugas pendidik dan orang tua adalah meningkatkan minat tersebut. Jika pendidik mengabaikan minat belajar anak akan mengakibatkan tidak berhasilnya dalam proses belajar mengajar sebagaimana Slameto (2003: 57) mengemukakan bahwa salah satu faktor intern yang sangat besar pengaruhnya terhadap proses belajar siswa adalah minat siswa itu sendiri. Bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak tertarik dan belajar dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya bila bahan pelajaran itu sesuai dengan minat siswa maka akan lebih mudah mempelajarinya karena minat menambah frekuensi kegiatan belajar.

Untuk mencapai keberhasilan pembelajaran yang diharapkan, usaha yang dapat dilakukan oleh guru adalah dengan memperhatikan kondisi psikologis siswa, menguasai materi pelajaran dan memilih metode


(3)

3 pembelajaran yang tepat. Dengan menggunakan metode pembelajaran tepat dan lebih variatif diharapkan minat siswa dalam kegiatan pembelajaran dapat ditingkatkan, sebab pada dasarnya minat dapat dibentuk oleh lingkungan di sekitarnya.

Tan Tin (2008) seorang peneliti dari La Trobe University, Australia menyatakan bahwa minat terbagi menjadi dua yaitu minat individual dan minat situasional. Minat individual adalah karakteristik natural setiap individu yang merupakan pembawaan psikologis yang ada di dalam diri individu. Oleh karena itu bisa saja setiap individu mencoba untuk menyukai informasi atau pengetahuan tertentu dan mempelajarinya secara lebih jauh meskipun individu tersebut tidak memiliki minat yang besar terhadap subjek tersebut. Tan Tin (2008) mencontohkan seorang ilmuwan dengan individual interest ilmu alam mencoba untuk memadukan ilmu alam yang menjadi subjek keahliannya untuk diterapkan dalam pekerjaan dan permainan. Alhasil ia berupaya untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih tentang pekerjaan dan permainan tersebut meskipun pada akhirnya menyisihkan minat terbesarnya dalam bidang ilmu alam.

Sedangkan minat situasional merupakan kondisi psikologis yang banyak dipengaruhi oleh lingkungan baik positif maupun negatif yang dapat mempengaruhi minat individual. Dalam konteks ini, minat dapat saja terpelihara dengan baik namun bisa juga justru malah hilang akibat pengaruh lingkungan tersebut. Lingkungan yang positif seperti suasana kelas yang lebih kondusif, performa guru yang baik yang mampu memahami kondisi psikologis anak didiknya, serta dibarengi dengan penggunaan metode pembelajaran yang


(4)

4 tepat merupakan hal yang dapat menyebabkan minat situasional tetap terjaga dengan baik.

Oleh karena itu, guru diharapkan memiliki arahan yang baik pada setiap materi pengajaran yang diajarkannya dan memiliki keterampilan dasar mengajar yang kuat. Mereka diharapkan mempunyai strategi pengajaran yang sangat baik dan didukung oleh metode penentuan tujuan, perencanaan pengajaran, dan pengaturan kelas (class management), mengkondisikan lingkungan belajar yang lebih optimal, mengatur kelompok, mengawasi dan menjalankan aktifitas kelas, serta mampu menangani perilaku yang menyimpang sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik (Evertson, Emmer, & Worsham, dalam Santrock 2009). Di samping itu guru juga harus memiliki strategi yang baik dalam membantu para siswa agar mereka mampu memotivasi dirinya secara mandiri, bertanggung jawab atas pembelajaran yang mereka dapatkan, mengetahui cara berkomunikasi, dan bekerja secara efektif dengan siswa-siswa yang mempunyai tingkat keterampilan berbeda dan berasal dari latar belakang budaya yang berbeda pula, serta mampu menggunakan tingkat teknologi yang tepat di kelas (santrock, 2009).

Minat sebagai salah satu faktor internal mempunyai peranan dalam menunjang prestasi belajar siswa, siswa yang tidak berminat terhadap materi pelajaran akan menunjukkan sikap yang kurang simpatik, malas dan tidak bergairah mengikuti proses belajar mengajar. Callingham, Hay, & Watson (2010) menyebutkan bahwa minat individu dapat muncul dari minat sitasional, sehingga dalam konteks pembelajaran minat siswa dapat dimunculkan apabila


(5)

5 disertai dengan penggunaan metode pembelajaran yang menarik bagi siswa. Lisnawaty (1993: 58) mengemukakan bahwa minat belajar perlu mendapat perhatian yang khusus karena minat merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan proses belajar. Penelitian yang dilakukan oleh Shen, Cheng, & Guan (2007) menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara minat situasional siswa dengan prestasi belajar dan penguasaan keterampilan siswa pada pelajaran pendidikan jasmani khususnya pada olah raga softball, meskipun pada penelitian ini tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara minat individu siswa dengan prestasi belajar.

Dunia pendidikan saat ini, tidak bisa dilepaskan dari perkembangan peradaban dunia yang semakin pesat. Kompleksnya masalah kehidupan menuntut sumber daya manusia yang handal dan mampu berkompetisi. Pada abad 21 ini diramalkan akan lebih banyak lagi pekerjaan yang memerlukan keterampilan tingkat tinggi yang melibatkan pemikiran kritis, pemecahan masalah, penyampaian gagasan, dan kerjasama yang efektif (Preparing for 21st Century, The Education Imperative, 1997). Kemampuan ini membutuhkan pemikiran yang sistematis, logis dan kritis yang dapat dikembangkan melalui pembelajaran matematika.

Hal ini sejalan dengan hasil survei yang dilakukan oleh Departemen Pendidikan Amerika Serikat dalam Mathematics Equal Opportunity (1997) bahwa sangat pentingnya kemampuan dasar matematika bagi pekerja dalam dunia kerja. Hasil survey tersebut menunjukkan bahwa pekerja tamatan sekolah menengah dengan kemampuan matematika tinggi mempunyai karir yang lebih baik dan tingkat penganggurannya lebih rendah dibanding dengan yang


(6)

6 kemampuan matematikanya rendah. Dalam laporan lain, dikemukakan bahwa penggunaan matematika dalam industri berkembang pesat, dan matematikawan telah memberikan kontribusi pada keunggulan teknis dan penghematan biaya melalui pemodelan, analisis, dan komputasi yang cerdik (SIAM Report on Mathematics, 1995).

Uraian di atas menunjukkan betapa pentingnya matematika bagi berbagai bidang pekerjaan saat ini. Ironisnya pemahaman ini belum sepenuhnya diikuti oleh perubahan paradigma pendidikan matematika di tanah air. Sejauh ini paradigma pembelajaran matematika di sekolah masih didominasi oleh paradigma pembelajaran konvensional. Siswa masih diposisikan sebagai objek, siswa dianggap tidak tahu apa-apa, siswa dianggap seperti gelas kosong yang harus diisi air sampai tumpah. Sementara guru memposisikan diri sebagai orang yang mempunyai pengetahuan, sebagai satu-satunya sumber ilmu. Guru ceramah, menggurui, dan otoritas tertinggi terletak pada guru. Sehingga siswa tidak aktif untuk menggali ilmu selain yang diberikan oleh gurunya. Carter (dalam Nuntrakune, Nason & Kidman 2007) mengungkapkan bahwa tradisi kuat pada kegiatan belajar mengajar di banyak negara di Asia menempatkan guru sebagai satu-satunya pusat informasi bagi siswa.

Kurang variatifnya metode pembelajaran yang diterapkan guru dalam kegiatan belajar mengajar akan mengakibatkan kondisi kelas cenderung monoton, dan kurang dinamis sehingga siswa mengalami kejenuhan dalam belajar, karena siswa lebih banyak diposisikan sebagai pendengar yang pasif, sehingga siswa tidak merasa tertantang untuk belajar bahkan menggali lebih


(7)

7 dalam potensi yang mereka miliki. Hal ini menjadi salah satu faktor pemicu rendahnya minat siswa dalam belajar khususnya matematika. Akibatnya matematika masih saja dianggap sebagai pelajaran yang sulit oleh sebagian besar siswa di Indonesia. Anggapan ini tidak terlepas dari persepsi yang berkembang pada masyarakat tentang matematika. Anggapan banyak orang bahwa matematika pelajaran yang sulit tanpa disadari telah mengkooptasi pikiran siswa. Sehingga siswa juga beranggapan demikian ketika berhadapan dengan matematika. Pandangan bahwa matematika ilmu yang kering, abstrak, teoritis, penuh dengan lambang-lambang dan rumus yang sulit dan membinggungkan lambat laun turut berperan aktif membentuk persepsi negatif siswa terhadap matematika.

Tentu saja anggapan yang berkembang di masyarakat tidak dapat disalahkan begitu saja. Anggapan itu muncul karena pengalaman yang kurang menyenangkan terhadap pembelajaran matematika. Hampir setiap tahun matematika dianggap sebagai batu sandungan bagi kelulusan sebagian besar siswa. Di berbagai media dilaporkan bahwa sering ditemukan persoalan-persoalan matematika yang masih menjadi momok bagi siswa ketika ujian nasional di berbagai daerah di tanah air, seperti di Jakarta baru-baru ini diketahui bahwa matematika masih menjadi pengganjal utama prosentase ketidaklulusan siswa SMU dalam ujian nasional. Total siswa yang tidak lulus mata pelajaran Matematika sebanyak 2.391 (51,44 %), sedangkan untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, jumlah siswa yang tidak lulus atau memiliki nilai di bawah angka empat sebanyak 1.786 (38,43 %) dan mata pelajaran Bahasa


(8)

8 Inggris, jumlah siswa yang tidak lulus justru relatif sedikit yaitu sebanyak 152 (3,2 %) (Suara Pembaharuan, 20 Mei 2011).

Secara nasional mata pelajaran Matematika menempati angka ketidaklulusan tertinggi di Nusa Tenggara Timur (NTT) yaitu sebanyak 357 siswa. Daerah lain yang tinggi angka ketidaklulusan mata pelajaran Matematika adalah Jawa Tengah (266 siswa), Sumatera Barat (250 siswa), Sulawesi Tenggara (141 siswa), dan Sulawesi Tengah (139 siswa) (Suara Pembaharuan, 20 Mei 2011).

Kurangnya minat terhadap matematika dapat berdampak pada rendahnya prestasi matematika pada siswa. Hal ini dibuktikan oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Koller, Baumer, & Schnabel (2001) yang membuktikan minat akademik mempengaruhi prestasi belajar matematika pada beberapa sampel sekolah di Jerman dengan jumlah sampel siswa sebanyak 602 siswa. Test dilakukan tiga kali yaitu pada akhir kelas 7, pada akhir kelas 10 dan pertengahan kelas 12. Hasilnya menyatakan pada akhir kelas 10 siswa banyak memilih/mengambil kursus matematika dasar maupun tingkat lanjut, dan Anak laki-laki memiliki perbedaan minat, prestasi dan keinginan dalam memilih kursus matematika tingkat lanjut. Analisis lainnya menyatakan bahwa minat tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pembelajaran pada kelas 7 hingga kelas 10 tapi berdampak pada pemilihan kursus dimana siswa pada kelas lebih tinggi lebih memilih kursus matematika tingkat lanjut. Sedangkan minat pada akhir kelas 10 memiliki pengaruh secara langusng dan tidak langsung terhadap prestasi. Lebih lanjut penelitian ini menyatakan bahwa pada kelas 7 hingga


(9)

9 kelas 10, prestasi dipengaruhi oleh minat dimana prestasi lebih tinggi ditunjukkan oleh minat yang lebih tinggi dari pada prestasi yang rendah.

Demikian juga penelitan yang dilakukan oleh Callingham, Hay, & Watson (2010), menunjukkan bahwa menurunnya prestasi dan keterampilan siswa dalam menguasai matematika banyak dipengaruhi oleh rendahnya minat pada matematika.

Sejalan dengan penelitian tersebut di atas, penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo (2009) tentang hubungan antara minat belajar matematika dan kemampuan spatial terhadap prestasi belajar matematika juga menunjukkan hasil bahwa apabila minat siswa terhadap matematika sangat tinggi dan diimbangi dengan kemampuan spatial yang tinggi pula maka dapat dimungkinkan prestasi belajar matematika siswa khususnya pada pokok bahasan dimensi tiga cenderung tinggi pula.Minat mempunyai peranan yang signifikan dalam menunjang prestasi belajar siswa, siswa yang tidak berminat terhadap materi pelajaran, khususnya pelajaran matematika akan menunjukkan sikap yang kurang simpatik, malas dan tidak bergairah mengikuti proses belajar mengajar. McPhan, Morony, Pegg, Cooksey, & Lynch dalam Callingham, dkk (2010) mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi siswa untuk lebih memilih mempelajari matematika mencakup minat dan keinginan mereka pada matematika, prestasi matematika yang pernah diraih sebelumnya, konsep diri dan persepsi mereka mengenai kegunaan dan kesulitan matematika.

Menyikapi permasalahan pembelajaran tersebut di atas, perlu dikembangkan sebuah metode pembelajaran yang berbasis kerja sama dan membuat siswa menjadi aktif dan lebih berminat pada kegiatan pembelajaran


(10)

10 khususnya pada pelajaran matematika. Olehnya itu diperlukan suatu strategi pembelajaran yang lebih kooperatif dan konstruktif yang lebih menekankan pada pentingnya peran individu membangun pengetahuan dan pemahaman secara aktif melalui bimbingan dari guru (Santrock 2009).

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pengajaran dengan mengelompokkan siswa ke dalam beberpa kelompok kecil dari berbagai tingkat kemampuan, dengan menggunakan berbagai kegiatan belajar yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang subyek yang diajarkan. Setiap anggota kelompok tidak hanya bertanggung jawab secara individu terhadap apa yang telah diajarkan, akan tetapi juga untuk membantu teman dalam belajar, sehingga tercapai tujuan pembelajaran. Siswa bekerja sama menyelesaikan tugas dan saling melengkapi dalam kelompok sehingga semua anggota kelompok berhasil dan memahami materi yang telah diajarkan (Kagan,1992).

Liang (2002) menyimpulkan dalam penelitian tesisnya tentang implementasi pembelajaraan kooperatif, proses dan dampaknya pada pengajaran Bahasa Inggris siswa pada salah satu SMP yang ada di Taiwan selama satu semester. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa metode pembelajaran kooperatif secara signifikan meningkatkan prestasi serta motivasi siswa terhadap pelajaran bahasa Inggris . Temuan utama dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa berkomunikasi secara verbal dengan menggunakan bahasa asing meningkat secara signifikan.

Demikian pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Zakaria, Chin, & Daud (2010) tentang pengaruh pembelajaran kooperatif pada prestasi dan sikap siswa pada Matematika menunjukkan bahwa metode pembelajaran kooperatif


(11)

11 meningkatkan prestasi siswa dalam matematika serta memunculkan sikap yang positif terhadap matematika dibandingkan dengan pendekatan pengajaran tradisional. Peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu pendekatan yang efektif, sehingga guru matematika perlu memasukkannya sebagai metode dalam pembelajaran. Pembelajaran kooperatif memberikan lebih banyak ruang dan kesempatan bagi siswa untuk membahas, memecahkan masalah, menciptakan solusi, memberikan ide dan saling membantu.

Secara garis besar terdapat dua pendekatan utama yang terkait dengan metode guru dalam kegiatan pembelajaran yaitu pembelajaran secara langsung dan pembelajaran konstruktif (Santrock, 2009).

Pendekatan pembelajaran langsung (direct instruction approach) adalah suatu pendekatan terstruktur dan berpusat pada guru (teacher-centered) yang digolongkan berdasarkan arahan dan kontrol dari guru, harapan guru yang tinggi atas kemajuan siswa, waktu maksimum yang dihabiskan oleh para siswa untuk menyelesaikan tugas akademik, dan upaya-upaya dari guru untuk meminimalisasi pengaruh negatif. Tujuan penting dalam pendekatan pembelajaran ini adalah memaksimalkan waktu belajar siswa (Stevenson, dalam Santrock 2009).

Pendekatan pembelajaran konstruktif (constructivist approach) merupakan pendekatan yang berpusat pada pebelajar (learner-centered) yang menekankan pentingnya para siswa membangun pengetahuan dan pemahaman secara aktif melaui bimbingan dari guru. Pandangan ini menekankan bahwa guru tidak lagi harus menjadi pusat dari semua kegiatan pembelajaran


(12)

(teacher-12 centered) yang hanya berusaha melimpahkan informasi ke pikiran anak-anak, akan tetapi lebih dari itu anak-anak harus didorong untuk mengeksplorasi dunia mereka, menemukan pengetahuan, menggambarkan dan berfikir secara kritis dengan bimbingan yang berarti dan pengawasan yang seksama dari guru (Eby, Herrel, Jordan, Halpern, Kafai, dalam Santrok 2009).

Metode pembelajaran cooperative make a match merupakan metode pembelajaran kooperatif yang pada dasarnya menggabungkan pendekatan konstruktif dan pembelajaran langsung. Hal ini dapat dilihat dari tahap awal pelaksanaan metode pembelajaran make a match sebagaimana yang dikutip dari tulisan Lie (2007) bahwa metode ini sesuai dilakukan pada sesi review materi (guru menyiapkan kartu soal yang materinya sesuai untuk sesi review). Sehingga guru terlebih dahulu memberikan penjelasan pada siswa tentang materi yang akan diperdalam pada teknik make a match.

Beberapa ahli psikologi pendidikan menekankan bahwa kegiatan pembelajaran akan lebih efektif apabila menggabungkan pendekatan konstruktif dan pendekatan langsung dari pada hanya menggunakan salah satunya (Darling-Hammond & Bransford, Schwarts & others dalam Santrock, 2009 ).

Metode pembelajaran cooperative Make a match (mencari pasangan) merupakan metode pembelajaran yang melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status. Metode ini mengajak peserta didik untuk menemukan konsep dan fakta melalui klasifikasi materi yang dibahas dalam kooperatif yang memberdayakan peserta didik untuk aktif bekerja sama dengan menggunakan otak untuk menemukan konsep dan memecahkan masalah yang


(13)

13 sedang dipelajari, di samping itu untuk menyiapkan mental dan melatih ketrampilan fisik peserta didik. Strategi ini merupakan kegiatan kolaboratif yang bisa digunakan untuk mengajarkan konsep, karakteristik, klasifikasi, fakta, tentang obyek atau mereview informasi. Gerakan fisik yang dominan dalam strategi ini dapat membantu mendinamiskan kelas.

Lie (2007:55) mengemukakan bahwa teknik belajar mengajar mencari pasangan (Make-a-Match) dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenal suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.

Tarmizi (2008) berhasil membuktikan dalam kesimpulan penelitiannya bahwa pembelajaran kooperatif metode make-a-match memberikan manfaat bagi siswa, diantaranya mampu menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan, materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa dan mampu meningkatkan hasil belajar siswa mencapai taraf ketuntasan.

Penelitian yang dilakukan Reagan (2004) menunjukkan hasil bahwa siswa yang memiliki kecerdasan yang berbeda-beda membutuhkan penggalian potensi pengetahuan yang dimiliki dengan berbagai cara berbeda pula. Di samping itu, hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa penerapan teknik-teknik pembelajaran yang berbasis permainan salah satu yang diterapkan yaitu metode make a match ternyata merupakan sebuah tools yang efektif untuk meningkatkan hasil pembelajaran orang dewasa.


(14)

14 Penelitian tesis yang dilakukan oleh Rosadi (2011) juga menunjukan bahwa kemampuan kreativitas siswa dalam pembelajaran matematika yang menggunakan pembelajaran kooperatif teknik Make a Match lebih baik dari pada siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional. Hasil analisis data skala sikap pun menunjukkan bahwa siswa mempunyai sikap yang positif terhadap pelajaran matematika dengan menggunakan pembelajaran cooperativeMake a Match.

Berdasarkan ilustrasi di atas, peneliti bermaksud mengadakan kegiatan penelitian eksperimen untuk mengetahui efektifitas metode pembelajaran Cooperative-Make A Match dalam Meningkatkan Minat Siswa pada Matematika.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang penulis ajukan pada penelitian ini adalah : Apakah metode pembelajaran Cooperative Make a Match secara efektif dapat meningkatan minat siswa pada matematika ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui perbedaan pretes kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebelum intervensi.

2. Untuk mengetahui perbedaan postes kelompok kontrol dan kelompok eksperimen setelah intervensi.

3. Untuk mengetahui perbedaan pretes dan postes kelompok eksperimen. 4. Untuk mengetahui perbedaan pretes dan postes kelompok kontrol.


(15)

15 5. Untuk mengetahui perbedaan perubahan pretes-postes kelompok eksperimen

dan kelompok kontrol setelah intervensi.

6. Untuk mengetahui efektifitas metode pembelajaran cooperative make a match dalam meningkatkan minat siswa pada matematika.

7. Untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh melalui penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya, dengan bidang kajian yang sejenis tetapi dengan metode dan tekhnik analisis yang berbeda sehingga dapat dilakukan proses verifikasi demi kemajuan ilmu pengetahuan.

b. Diharapkan karya tulis ini bisa memperkaya pengetahuan tentang metode pembelajaran dan bisa menjadi pertimbangan dalam menggunakan dan memilih suatu meode pembelajaran, agar tetap sesuaidan selaras dengan materi yang diajarkan sehingga pembelajaran menjadi efektif, efisien dan menyenangkan khususnya pada pelajaran matematika.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai upaya memperkaya strategi pembelajaran sehingga mampu meningkatkan minat siswa khususnya pada pelajaran Matematika serta sebagai khasanah ilmu pengetahuan guru dalam penerapan strategi pembelajaran Make a match.


(16)

16 b. Untuk mengetahui kondisi obyektif siswa dengan segala latar belakangnya dan faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajarnya sehingga dapat diterapkan metode pembelajaran yang lebih tepat.

c. Untuk membantu sekolah di dalam pengembangannya serta memberikan saran dalam memanfaatkan dan penggunaan strategi pembelajaran yang lebih efektif dalam meningkatkan minat belajar siswa.


(17)

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN

COOPERATIVE MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN MINAT SISWA PADA MATEMATIKA

Tesis Sarjana S-2

Program Studi Magister Sains Psikologi

Diajukan oleh : Zakiah Mahmud

NIM 09820026

PROGRAM PASCA SARJANA FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2011


(18)

ii

TESIS

Dipersiapkan dan disusun oleh : ZAKIAH MAHMUD

Nim : 09820026

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal 28 Nopember 2011

SUSUNAN DEWAN PENGUJI

Ketua : Dr. Latipun, M.Kes ……….

Sekretaris : Drs. Tulus Winarsunu, M.Si ……….

Penguji 1 : Dr. Diah Karmiyati, M.Si, Psi ……….


(19)

iii

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN

COOPERARTIVE MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN MINAT SISWA PADA MATEMATIKA

TESIS

Yang diajukan oleh : Zakiah Mahmud

NIM : 09820026

Telah disetujui Tanggal 12 Desember 2011

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr. Latipun, M.Kes Drs.Tulus Winarsunu, M.Si

Direktur Program Pascasarjana Ketua Program Studi Magister Psikologi


(20)

iv

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama : Zakiah Mahmud

Nim : 09820026

Program Studi : Psikologi (Sains Pendidikank dan Perkembangan)

Dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa :

1. Tesis dengan judul Efektivitas Metode Pembelajaran Cooperative Make a

Match dalam Meningkatkan Minat Siswa pada Matematika adalah karya saya dan dalam naskah Tesis ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkkan orang lain, baik sebagian ataupun keseluruhan, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan di sebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

2. Apabila ternyata dalam naskah Tesis ini dapat dibuktikan terdapat unsur –

unsur PLAGIASI, saya bersedia TESIS ini DIGUGURKAN dan GELAR AKADEMIK YANG TELAH SAYA PEROLEH DIBATALKAN, serta diproses sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

3. Tesis ini dapat dijadikan sumber pustaka yang merupakan HAK BEBAS

ROYALTI NON EKSLUSIF.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Malang, 28 Nopember 2011


(21)

v

PERSEMBAHAN

Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu ¿ Dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu,

yang memberatkan punggungmu ¿ Dan Kami tinggikan sebutan bagi (Nama) mu, Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,

Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan, Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), Kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain,

Dan hanya kepada Tuhanmulah kamu berharap. (QS. Asy-syarh (94), 1-8)

Orang yang melewati suatu hari dalam hidupnya Tanpa ada suatu kewajiban yang ia tunaikan,

Atau suatu fardhu yang ia lakukan, atau kemuliaan yang ia wariskan, Atau pujian yang ia hasilkan, atau kebaikan yang ia tanamkan

Atau ilmu yang ia dapatkan,

Maka sesungguhnya, ia telah durhaka pada harinya, dan menganiaya diri (Al-Waqtu fii Hayaatil Muslim)


(22)

vi

Dalam rasa syukur yang tiada tara ke hadirat Allah SWT

Tulisan ini Saya persembahkan kepada orang-orang yang telah mewarnai hidup dan mengikat hati saya

Bapak dan almarhumah Ibu yang Saya cintai,

(Allohummagfirlii Walialidayya Warhamhuma Kamaa Robbayani Sogiraa) Yang telah membesarkan dan mendidikku di waktu kecil

Keduanya telah bersusah payah dan senantiasa mengalirkan air mata kasih sayang Terima kasih atas segala do’a dan cintanya

yang karenanya diriku bisa seperti sekarang ini

Suami yang Saya Kasihi Terima kasih atas segalanya,

Karena do’a dan cintamu hatiku menjadi tenang,

Karena dukungan, kesabaran, dan pengertaianmu, semangatku tetap terjaga, Tanpamu, diriku tidak akan sekuat ini……..

Anak-Anakku yang Ummi Sayangi (Afifah, Fatih, Azzam dan Fathur)

Kalian adalah Cahaya Mataku, penghibur Ummi di kala penat …. Maafkan Ummi karena terkadang kurang memperhatikan Kalian…….. (Robbi Hab’li Milladungka Zurriyyatan Thoyyibatan Innaka Anta Samii’uddu’aa)


(23)

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil’alamin, segala puji hanya bagi Allah SWT, Penguasa langit dan bumi, yang Maha luas ilmu-Nya sehingga tulisan ini dapat terselesaikan dengan baik. Zat yang Maha Rahman-Rahiim yang senantiasa merahmati seluruh alam. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW, beserta segenap keluarga, sahabat dan pengikutnya, hingga akhir zaman.

Tesis ini disusun sebagai salah satu prasyarat untuk mencapai gelar Magister Sains psikologi. Pada prosesnya tulisan ini telah menjadi sebuah pengalaman berharga yang mengantarkan penulis pada sebuah proses pembelajaran akademis sebagai bagian dari pengembangan diri dalam konteks pemahaman akan hakikat ilmu pengetahuan. Karya ini disusun dengan serba keterbatasan, berkat bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak karya ini bisa terwujud. Dengan segenap rasa hormat penulis menghaturkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Latipun, M.Kes, selaku pembimbing utama yang telah

mengarahkan pemahaman penulis akan keutuhan dan keluasan proses dan sikap meneliti. Tulisan ini sangat jauh dari sempurna, namun telah menggugah sikap pembelajar pada penulis. Terimakasih atas arahan dan kebebasan yang diberikan sehingga membangun kemandirian dan kepercayaan diri penulis.

2. Bapak Drs. Tulus Winarsunu, M.Si, selaku pembimbing pendamping yang


(24)

viii

Terimakasih atas arahan yang diberikan sehingga membangun sikap peneliti bagi penulis.

3. Ibu Dr. Diah Karmiyati, M.Si, selaku penguji I yang telah banyak memberikan

masukan dan dukungan demi kesempurnaan penulisan karya ini.

4. Ibu Dra. Djudiah, M.Si, selaku penguji II. Terimakasih atas masukan dan

dukungan yang diberikan.

5. Bapak H. sudirman M.Pd selaku kepala Mts. Negeri Batu atas kerja sama dan

izin yang telah diberikan untuk penelitian di Mts. Negeri Batu

6. Ibu Rahmah selaku guru matematika, atas kerja sama, dukungan, dan

bantuannya selama penulis meneliti di kelas VII B dan VII D

7. Adik Darwati, Masnia, Iffah, dan Sri, saudara-saudaraku yang selalu ada

dengan cinta dan do’a untukku. Terimakasih atas perhatian dan dukungan kalian. Keberadaan kalian sangat berarti dalam membantu mendampingi anak-anak selama kakak kuliah.

8. Rekan-rekan kerja di Mts. Negeri Batu, yang senantiasa membantu, memberi

semangat, dan dukungan selama penyelesaian studi ini.

9. Teman-teman seperjuangan di Pasca Sarjana Sains Psikologi UMM. Mbak

Sari dan mbak Siska, bu Dewi, bu Isti, bu Ani bu Ifa, bu Ninik, bu Esni, bu Luthfi, pak Imam dan Pak Askan, mas Andi dan mas Septian. Kebahagiaan yang saya rasakan, karena bisa berbagi ilmu dan pengalaman dan menjalin persaudaraan.


(25)

ix

10.Semua pihak yang telah membantu penulis selama penyelesaian studi ini,

yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Terimakasih atas semua bantuan, dukungan, dan do’anya.


(26)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

LEMBAR PENGESAHAN ii

PERNYATAAN iv

PERSEMBAHAN v

KATA PENGANTAR vii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR GAMBAR xv

DAFTAR GRAFIK xvi

DAFTAR SINGKATAN xvii ABSTRAK xviii BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 14

1.3 Tujuan Penelitian ... 14

1.4 Manfaat Penelitian ... 15

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 17

2.1 Minat terhadap Matematika ... 17

2.1.1 Pengertian Minat ... 17

2.1.2 Pendekatan Kognisi dalam Pembelajaran ………….. 21


(27)

xi

2.1.4 Teori-Teori Psikologis Tentang Pembelajaran ……… 33

2.1.4.1 Teori Belajar Behaviorisme ……… 33

2.1.4.2 Teori Belajar Humanistik ……… 34

2.1.4.3 Teori Belajar Konstruktivisme ……… 35

2.1.5 Fungsi Minat Dalam Belajar ... 39

2.1.5.1 Unsur-unsur Minat ... 39

2.1.5.2 Fungsi Minat Dalam Belajar ………. 43

2.2 Tinjauan Umum Mata Pelajaran Matematika di SMP/ MTS…. 44

2.2.1 Pengertian Pelajaran Matematika ……… 44

2.2.2 Fungsi Dan Tujuaun Pelajaran Matematika ……… 45

2.2 3 Ruang Lingkup Pelajaran matematika ……… 46

2.2.4 Standar Kompetensi Mata pelajaran Matematika SMP Dan MTs ………. 47

2.3 Kecerdasan Intelektual (IQ) Dan Prestasi Belajar ……… 48

2.3.1 Kecerdasan Intelektual (IQ) ……… 48

2.3.2 Prestasi Belajar ……… 51

2.4 Metode Pembelajaran Cooperative Make a Match …………. 54

2.4.1 Metode Pembelajaran Kooperatif ……… 54

2.4.2 Ciri-Ciri Model Pembelajaran Kooperatif ………. 57

2.4.3 Jenis-Jenis Model pembelajaran Kooperatif …………. 58

2.5 Metode pembelajaran Cooperative Make a Match …………. 65

2.5.1 Keunggulan dan Kelemahan ………. 65

2.5.2 Langkah-Langkah Pelaksanaan Metode Pembelajaran Cooperative Make a Match ………. 66


(28)

xii

2.6 Teori Yang Mendasari Pembelajaran Kooperatif ……… 68

2.6.1 Perspektif Vygotsky ……….. 68

2.6.2 Perspektif Piaget ……… 70

2.6.3 Perspektif Bandura ……… 72

2.7 Dinamika Psikologis ……….. 73

2.8 Hipotesis Penelitian ……… 76

BAB 3 METODE PENELITIAN ……… 77

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian ……… 77

3.2 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional ……. 78

3.3 Populasi Dan Sampel ……… 81

3.3.1 Populasi ……… 81

3.3.2 Prosedur Pemilihan Sampel ……….. 81

3.3.3 Sampel ……….. 82

3.4 Instrumen penelitian ………. 82

3.4.1 Pengujian Instrumen penelitian ……….. 83

3.4.1.1 Pengujian Validitas Instrumen ……… 83

3.4.1.2 Pengujian Reliabilitas Instrumen ……… 84

3.5 Prosedur Penelitian ………. 85

3.5.1 Tahap Persiapan Sampel ………. 85

3.5.2 Tahap Persiapan Intervensi ………. 86

3.5.3 Prosedur Intervensi ………. 86

3.6 Pelaksanaan Intervensi ……… 88

3.7 Kerangka Pemikiran ……… 92


(29)

xiii

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………. 96

4.1 Deskripsi Subyek Penelitian ……… 96

4.1.1 Jenis Kelamin ………. 96

4.1.2 Usia Subyek ……… 97

4.1.3 IQ Subyek ………. 97

4.1.4 Prestasi Belajar (Nilai UN) ……….. 87

4.2 Analisa Data ………. 98

4.3 Pembahasan……….. 105

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ……… 115

5.1 Kesimpulan ……… 115

5.2 Saran ……… 115

DAFTAR PUSTAKA ……… 117 LAMPIRAN

Lampiran I : Daftar nama-nama siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

Lampiran II : Rekapitulasi Hasil tes minat iswa kelompok eksperimen dan kelompok control

Lampiran III : Modul Intervensi

Lampiran IV : Out Put Uji Homogenitas Nilai UN dan IQ Lampiran V : Out Put Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Lampiran VI : Out Put Hasil Analisis Data dengan uji-t

Lampiran VII : Kuesioner Skala Minat

Lampiran VIII : Surat Keterangan Melaksanakan Uji Coba Lampiran IX : Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian


(30)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Non Randomized Control Group Pretest-Postest Design…... 78

Tabel 3.4.1 Blue Print Skala Minat Sebelum Uji Validitas dan Reliabilitas 83

Tabel 3.4.1.2 Blue Print tes Skala Minat ………. 85

Tabel 4.1 Karakteristik subyek ……….. 96 Tabel 4.2.1 Perbedaan Rata-Rata Skor Pretes Kelompok Eksperimen

Dan Kelompok Kontrol……… 98 Tabel 4.2.2 Perbedaan Rata-Rata Skor Postes Kelompok Eksperimen

Dan Kelompok Kontrol……… 99 Tabel 4.2.3 Perbandingan Skor Pretes-Postes Kelompok Experimen …. 99 Tabel 4.2.4 Hasil Uji Beda Perbandingan Skor Pretes-Postes

Kelompok Experimen ……….. 100 Tabel 4.2.5 Perbandingan Skor Pretes-Postes Kelompok Kontrol …… 100 Tabel 4.2.6 Hasil Uji Beda Perbandingan Skor Pretes-Postes

Kelompok Kontrol ……….. 101 Tabel 4.2.7 Perbedaan Rata-Rata Perubahan Skor Pretes dan Skor Postes

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ………. 102 Tabel 4.2.8 Hasil Uji Beda Rata-Rata Perubahan Skor Pretes dan Skor

Postes Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ……… 103 Tabel 4.2.9 Perbedaan Rata-Rata Nilai Ulangan Harian

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ………. 104 Tabel 4.2.10 Hasil Uji Beda Nilai Ulangan Harian Kelompok Eksperimen dan kelompok Kontrol ……… 104


(31)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tiga Pendekatan Penelitian Tentang Minat ……… 16 Gambar 2.2 Model Hubungan Antara Minat Dan Pengetahuan ………….. 17 Gambar 3.7 Kerangka Pemikiran ……… 72


(32)

xvi

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.2 Perbandingan Rata-Rata Skor Pretes dan Skor Postes


(33)

xvii

DAFTAR SINGKATAN

N : Jumlah Sampel

SD : Standar Deviasi

SE : Standar Error


(34)

xviii

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A & Supriyono, W. (2001). Psikologi belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Anastasi, A, & Urbina, S. (1997). Tes psikologi (psychological testing). Jakarta:

PT. Prehanllindo

Anita, L. (2003). Cooperative learning, mempraktekkan cooperative learning di

ruang-ruang kelas. Jakarta: Grasindo.

Anita, L. (2007). Cooperative learning. Jakarta: Grasindo.

Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik, edisi revisi

VI. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Azwar, S. (2005). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Offset

Boeree, C. (2008). General psychology : psikologi kepribadian, persepsi, kognisi,

emosi, & perilaku. Yogyakarta: Primasophie

Callingham, Hay, & Watson. (2010). The relationship between interest,

self-efficacy and prior mathematics achievement. Australian Journal of

Educational and Developmental Psychology, 10 : 83-93

Depdiknas. (2003). Standar kompetensi mata pelajaran matematika untuk Sekolah

Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang

Eysenck, H.J & Kamin, L. (1981). Intelligence : the batle for the mind. Landon &

Sydney: Pan Book

Eysenck, H.J & Kamin, L. (2002). Tes IQ Anda. Bandung : CV. Pionir Jaya

Fauzi, A. (2004). Psikologi umum, Cet.ke-2. Bandung: CV Pustaka Setia.

Muslimin, I, Fida, R, Mohamad, N, & Ismono. (2000). Pembelajaran kooperatif.

Surabaya: Pusat Sains dan MatematikaUNESA Press

Isjoni. (2009). Cooperative learning efektivitas pembelajaran kelompok.

Bandung: Alfabeta.

Iskandar. (2009). Psikologi pendidikan sebuah orientasi baru. Cipayung-Ciputat:

Gaung Persada (GP) Press

Hidi, S, & Anderson, V. (1992).Situational interest and its impact on reading and


(35)

xix

role ofinterest in learning and development (pp. 215-238). Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum Associates.

Hidi, S., & Harackiewicz, J. M. (2000). Motivating the academica unmotivated: A

critical issue for the 21st century. Review of Educational Research, 70(2),

151-179.

Joseph, G. (1978). Interpreting psychological test data.(vol.1). New York: VNR

Kartono, K. (1990). Psikologi umum. Bandung: CV. Mandar Maju

Kagan, S. (1992). Cooperative learning. San Clemente, CA: Kagan Publishing

Kerlinger.(2006). Asas-asas penelitian behavioral. Yokyakarta : Gadjah Mada

University Press

Koller, O, Baumer, J, & Schnabel, K. (2001). Does interest matter? The relationship between academic interest and achievement in mathematics. Journal for Research in Mathematics Education, 32(5): 448-470

Latipun. (2010). Psikologi eksperimen. Malang : UMM Press

Liang, T. (2002). Implementing cooperative learnig in EFL teaching : process

and effects. Thesis: Graduate Institute of English National Taiwan Normal

University. Retrieved April 28, 2011 from

http://www.asian-efl-journal.com/Thesis_Liang_Tsailing.pdf

Lisnawaty,S. (1993). Metode mengajar matematika. Jakarta: Rineka Cipta.

Narbuko, C & Achmadi, A. (2009). Metodologi penelitian. Jakarta: Bumi Aksara

National Research Council. (1997). Preparing for the 21st Century : The

Education Imperative. New York :The National Academies Press

Ni’matuzzahroh. (2010). Perbandingan efektivitas strategi pengajaran resiprokal

(reciprocal teaching) dan strategi membaca kolaboratif (colaborative strategic reading) untuk meningkatkan pemahaman bacaan siswa sekolah dasar .Tesis: Universitas Indonesia

Nuntrakune, Nason, & Kidman, (2007). Two thai teachers’ perceptions of

cooperative learning. Conference Papers Collection, Australian

Association for Research in Education. Retriever April 28 2011 from http://www.aare.edu.au/08pap/nun08573.pdf

Prasetyo, T. (2009). Hubungan antara minat belajar matematika dan kemampuan

spatial terhadap prestasi belajar matematika. Skripsi: Universitas Muhammadiyah Surakarta


(36)

xx

Reagan, K. (2004). The games of learning. Piaget Comes Alive:The Carniegie

Group

Reed, S. (2011). Kognisi teori dan aplikasi (edisi 7). Jakarta: Salemba Humanika

Rosadi, A. (2011). Pengaruh pembelajaran kooperatif teknik make a match

terhadap peningkatan kemampuan kretifitas Siswa. Tesis: Universitas Pasundan. Diakses 27April 2011 dari http://digilib.unpas.ac.id/gdl.php? mod=browse&op=read&id=jbptunpaspp-gdl-ayiprosadi-584

Santrock, W. (2009). Psikologi pendidikan ( Edisi 3). Jakarta: Salemba Humanika

Sardiman A.M (1998). Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta: CV.

Rajawali.

Schunk, Pintrich, & Meece (2008). Motivation in education: theory, research, and

aplications.(Third Edition). Pearson Education, Inc, Upper Saddle River, New Jersey Colombus Ohio

Shen, C, Cheng, A, & Guan, J. (2007). Using achievement goals and interest to

predict learning in physical education. Journal of Experimental Education,

75(2): 89-108

Seniati, L, Yulianto, A, & Setiadi, B.N. (2008). Psikologi eksperimen. Jakarta:

PT. Macanan Jaya Cemerlang

Slameto. (2003). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta:

Rineka Cipta

Slavin, R. (2011). Psikologi pendidikan teori dan praktik(Edisi 9, jilid 2). Jakarta:

PT. Indeks

Sudjana, N. (1990). Dasar-dasar proses belajar mengajar. Bandung: Balai

Pustaka

Sugiyono (2007). Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suryabrata, S. (1998a). Psikologi pendidikan. Jakarta: CV. Rajawali,

Suryabrata, S. (1998b). Pembimbing ke psikodiagnostik II. Yogyakarta: Rake

Sarasin

Syah, M (1995). Psikologi pendidikan: suatu pendekatan baru. Bandung: Remaja


(37)

xxi

Tan, T. (2008). Topic interest and goal orientation: an investigation on middle

school EFL students in vietnam. Thuu09 ijlkyhbh ul, nbj yhjhj

iuhyhyuuhuhyuyjhyb8iyv6fbyubyuby8 ui 78uybvibytggy u8bhcjvbn 8yiyjh jyu8 uvjbuybuvyb yyyytyytutyutyuty67 mfg68h767g9ti8uhyn098bgi jhu9nb8h u7b y78bigyug bgte Journal of Asia Tefl 5(3): 77-105.

Unite State Departement of Education. (2007). Mathematics equal opportunity.

Retrieved April 21 2011,fromhttp://www2.ed.gov/pubs/math/index.html

Uzer, U. (2003). Upaya optimalisasi kegiatan belajar mengajar. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Wahid, A. (1998). “Menumbuhkan Minat dan Bakat Anak” dalam Chabib Toha

(eds), PBMPAI di sekolah eksistensi dan proses belajar mengajar

pendidikan Agama Islam. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Wiramiharja A. (2003). Keeratan hubungan antara kecerdasan, kemauandan

prestasi kerja, Jurnal Psikologi, Vol.11, No1, Maret 2003

Winarsunu Tulus (2009). Statistik dalam penelitian psikologi dan pendidikan.

Malang: UMM Press

Woodworth, Ruchimat, I. (1977). Psikologi. Suatu pengantar ke dalam ilmu jiwa.

Jilid 3. Bandung: Jemmars

Zakaria, E, Ching, L, & Daud, Y. ( 2010). The effects of cooperative learning

onstudents’ mathematics achievementand attitude towards mathematics.

Journal of Social Sciences 6 (2): 272-275. Retrieved April 28 2011 fromhttp://www.scipub.org/fulltext/jss/jss62272-275.pdf

http://www.suarapembaruan.com/home/1786-siswa-tidak-lulus-un-bahasa-indonesia/6968 diakses 22 mei 2011

http://tarmizi.wordpress.com/2008/12/03/pembelajaran-kooperatif-make-a-match/ http://www.siam.org/about/mii/report.php


(1)

xvi

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.2 Perbandingan Rata-Rata Skor Pretes dan Skor Postes


(2)

xvii

DAFTAR SINGKATAN

N : Jumlah Sampel

SD : Standar Deviasi SE : Standar Error Sig : Signifikansi


(3)

xviii

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A & Supriyono, W. (2001). Psikologi belajar. Jakarta: Rineka Cipta Anastasi, A, & Urbina, S. (1997). Tes psikologi (psychological testing). Jakarta:

PT. Prehanllindo

Anita, L. (2003). Cooperative learning, mempraktekkan cooperative learning di ruang-ruang kelas. Jakarta: Grasindo.

Anita, L. (2007). Cooperative learning. Jakarta: Grasindo.

Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik, edisi revisi VI. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Azwar, S. (2005). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset

Boeree, C. (2008). General psychology : psikologi kepribadian, persepsi, kognisi, emosi, & perilaku. Yogyakarta: Primasophie

Callingham, Hay, & Watson. (2010). The relationship between interest, self-efficacy and prior mathematics achievement. Australian Journal of

Educational and Developmental Psychology, 10 : 83-93

Depdiknas. (2003). Standar kompetensi mata pelajaran matematika untuk Sekolah

Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Pusat Kurikulum

Balitbang

Eysenck, H.J & Kamin, L. (1981). Intelligence : the batle for the mind. Landon & Sydney: Pan Book

Eysenck, H.J & Kamin, L. (2002). Tes IQ Anda. Bandung : CV. Pionir Jaya Fauzi, A. (2004). Psikologi umum, Cet.ke-2. Bandung: CV Pustaka Setia.

Muslimin, I, Fida, R, Mohamad, N, & Ismono. (2000). Pembelajaran kooperatif. Surabaya: Pusat Sains dan MatematikaUNESA Press

Isjoni. (2009). Cooperative learning efektivitas pembelajaran kelompok. Bandung: Alfabeta.

Iskandar. (2009). Psikologi pendidikan sebuah orientasi baru. Cipayung-Ciputat: Gaung Persada (GP) Press

Hidi, S, & Anderson, V. (1992).Situational interest and its impact on reading and expository writing. In K. A. Renninger, S. Hidi & A. Krapp (Eds.), The


(4)

xix

role ofinterest in learning and development (pp. 215-238). Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum Associates.

Hidi, S., & Harackiewicz, J. M. (2000). Motivating the academica unmotivated: A critical issue for the 21st century. Review of Educational Research, 70(2), 151-179.

Joseph, G. (1978). Interpreting psychological test data.(vol.1). New York: VNR Kartono, K. (1990). Psikologi umum. Bandung: CV. Mandar Maju

Kagan, S. (1992). Cooperative learning. San Clemente, CA: Kagan Publishing Kerlinger.(2006). Asas-asas penelitian behavioral. Yokyakarta : Gadjah Mada

University Press

Koller, O, Baumer, J, & Schnabel, K. (2001). Does interest matter? The relationship between academic interest and achievement in mathematics.

Journal for Research in Mathematics Education, 32(5): 448-470

Latipun. (2010). Psikologi eksperimen. Malang : UMM Press

Liang, T. (2002). Implementing cooperative learnig in EFL teaching : process and effects. Thesis: Graduate Institute of English National Taiwan Normal University. Retrieved April 28, 2011 from http://www.asian-efl-journal.com/Thesis_Liang_Tsailing.pdf

Lisnawaty,S. (1993). Metode mengajar matematika. Jakarta: Rineka Cipta. Narbuko, C & Achmadi, A. (2009). Metodologi penelitian. Jakarta: Bumi Aksara National Research Council. (1997). Preparing for the 21st Century : The

Education Imperative. New York :The National Academies Press

Ni’matuzzahroh. (2010). Perbandingan efektivitas strategi pengajaran resiprokal (reciprocal teaching) dan strategi membaca kolaboratif (colaborative strategic reading) untuk meningkatkan pemahaman bacaan siswa sekolah dasar .Tesis: Universitas Indonesia

Nuntrakune, Nason, & Kidman, (2007). Two thai teachers’ perceptions of cooperative learning. Conference Papers Collection, Australian

Association for Research in Education. Retriever April 28 2011 from

http://www.aare.edu.au/08pap/nun08573.pdf

Prasetyo, T. (2009). Hubungan antara minat belajar matematika dan kemampuan

spatial terhadap prestasi belajar matematika. Skripsi: Universitas


(5)

xx

Reagan, K. (2004). The games of learning. Piaget Comes Alive:The Carniegie Group

Reed, S. (2011). Kognisi teori dan aplikasi (edisi 7). Jakarta: Salemba Humanika Rosadi, A. (2011). Pengaruh pembelajaran kooperatif teknik make a match

terhadap peningkatan kemampuan kretifitas Siswa. Tesis: Universitas

Pasundan. Diakses 27April 2011 dari http://digilib.unpas.ac.id/gdl.php? mod=browse&op=read&id=jbptunpaspp-gdl-ayiprosadi-584

Santrock, W. (2009). Psikologi pendidikan ( Edisi 3). Jakarta: Salemba Humanika Sardiman A.M (1998). Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta: CV.

Rajawali.

Schunk, Pintrich, & Meece (2008). Motivation in education: theory, research, and

aplications.(Third Edition). Pearson Education, Inc, Upper Saddle River,

New Jersey Colombus Ohio

Shen, C, Cheng, A, & Guan, J. (2007). Using achievement goals and interest to predict learning in physical education. Journal of Experimental Education, 75(2): 89-108

Seniati, L, Yulianto, A, & Setiadi, B.N. (2008). Psikologi eksperimen. Jakarta: PT. Macanan Jaya Cemerlang

Slameto. (2003). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Slavin, R. (2011). Psikologi pendidikan teori dan praktik(Edisi 9, jilid 2). Jakarta: PT. Indeks

Sudjana, N. (1990). Dasar-dasar proses belajar mengajar. Bandung: Balai Pustaka

Sugiyono (2007). Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suryabrata, S. (1998a). Psikologi pendidikan. Jakarta: CV. Rajawali,

Suryabrata, S. (1998b). Pembimbing ke psikodiagnostik II. Yogyakarta: Rake Sarasin

Syah, M (1995). Psikologi pendidikan: suatu pendekatan baru. Bandung: Remaja Rosda Karya.


(6)

xxi

Tan, T. (2008). Topic interest and goal orientation: an investigation on middle school EFL students in vietnam. Thuu09 ijlkyhbh ul, nbj yhjhj iuhyhyuuhuhyuyjhyb8iyv6fbyubyuby8 ui 78uybvibytggy u8bhcjvbn 8yiyjh jyu8 uvjbuybuvyb yyyytyytutyutyuty67 mfg68h767g9ti8uhyn098bgi jhu9nb8h u7b y78bigyug bgte Journal of Asia Tefl 5(3): 77-105.

Unite State Departement of Education. (2007). Mathematics equal opportunity. Retrieved April 21 2011,fromhttp://www2.ed.gov/pubs/math/index.html

Uzer, U. (2003). Upaya optimalisasi kegiatan belajar mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Wahid, A. (1998). “Menumbuhkan Minat dan Bakat Anak” dalam Chabib Toha (eds), PBMPAI di sekolah eksistensi dan proses belajar mengajar

pendidikan Agama Islam. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Wiramiharja A. (2003). Keeratan hubungan antara kecerdasan, kemauandan prestasi kerja, Jurnal Psikologi, Vol.11, No1, Maret 2003

Winarsunu Tulus (2009). Statistik dalam penelitian psikologi dan pendidikan. Malang: UMM Press

Woodworth, Ruchimat, I. (1977). Psikologi. Suatu pengantar ke dalam ilmu jiwa. Jilid 3. Bandung: Jemmars

Zakaria, E, Ching, L, & Daud, Y. ( 2010). The effects of cooperative learning onstudents’ mathematics achievementand attitude towards mathematics.

Journal of Social Sciences 6 (2): 272-275. Retrieved April 28 2011

fromhttp://www.scipub.org/fulltext/jss/jss62272-275.pdf

http://www.suarapembaruan.com/home/1786-siswa-tidak-lulus-un-bahasa-indonesia/6968 diakses 22 mei 2011

http://tarmizi.wordpress.com/2008/12/03/pembelajaran-kooperatif-make-a-match/ http://www.siam.org/about/mii/report.php