Sintesis Membran Polisulfon HASIL DAN PEMBAHASAN
Substruktur membran yang terlihat pada Gambar 14, terlihat seperti bunga karang dengan rongga-rongga kecil takberaturan dan asimetris. Terbentuknya
rongga yang menyerupai bunga karang ini disebabkan karena laju pelepasan pelarut dan penetrasi non-pelarut kedalam lapisan polimer adalah berimbang. Jika
kecepatan penetrasi non-pelarut lebih cepat maka akan didapatkan membran berbentuk menjari. Laju kecepatan pelepasan pelarut juga dipengaruhi viskositas
polimer yang akan dicetak menjadi membran. Gambar 14 menunjukkan bahwa membran polisulfon dengan TiO
2
7 bb lebih berongga gambar A dibandingkan membran polisulfon didoping dengan TiO
2
10 bb gambar B yang lebih padat.
Gambar 15 menunjukkan ukuran pori-pori dan penyebaran TiO
2
. Membran polisulfon murni gambar A menunjukkan pori-pori membran yang
teratur, penambahan nanopartikel TiO
2
gambar B, C dan D menyebabkan permukaan membran menjadi kasar. Nanopartikel TiO
2
tersebar dan beragregrasi di permukaan membran dan didalam membran.
Ukuran diameter pori membran gambar A, B, C, dan D dengan perbesaran 3000 X terhitung mulai dari ukuran 1 µm sampai dengan 2 µm.
Gambar permukaan membran polisulfon dengan pendoping TiO
2
7 dan 10 bb dengan perbesaran sampai 10.000x, Ukuran diameter pori membran dari yang
terkecil 0.5 µm sampai pori-pori yang besar 3 µm. Pori-pori besar pada gambar E, F, G dan H terlihat dengan jelas nanopartikel TiO
2
yang tersebar di permukaan membran dan terdapat agregrasi didalam pori membran.
4.6 Kualitas Air Hasil Filtrasi Kualitas air ditentukan beberapa parameter, parameter biologi, parameter
kimiawi, parameter radioaktif, dan parameter fisika. Dalam penelitian ini, hasil filtrasi akan dibandingkan dengan standar kualitas air bersih sesuai dengan
Kepmenkes 416PermenkesIX1990. Parameter fisik yang penting untuk memenuhi standar air bersih mencakup
kekeruhan, warna dan suhu. Kekeruhan merupakan karakteristik yang terlihat pertama kali saat mengukur kualitas air. Air tampak keruh, jika dalam air tersebut
terdapat partikel-partikel koloid. Pengukuran kekeruhan dilakukan dengan mengukur transmisi cahaya menggunakan sumber cahaya standar. Uji tersebut
sangat berguna dalam penentuan kualitas air dalam pengolahan air bersih. Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 4, membran polisulfon dapat menurunkan
nilai kekeruhan hingga 2 NTU. Kualitas air hasil filtrasi membran PST 3 mampu menurunkan nilai
kekeruhan dari 33 NTU menjadi dibawah 1 NTU. Persyaratan air bersih menurut Kepmenkes 416PermenkesIX1990 adalah 5 NTU. Dalam Ahn 1999
mengungkapkan bahwa membran mikrofiltrasi dapat menurunkan kekeruhan air hingga dapat digunakan sebagai air baku. Hal ini menunjukkan bahwa membran
dengan pendoping TiO
2
mampu menurunkan kekeruhan air mentah. Warna adalah parameter pertama yang dapat dinilai dari air baku. Warna
air dipengaruhi salah satunya hasil dari suspensi koloid. Selain itu Warna dapat juga dihasilkan dari bahan-bahan terlarut, misalnya bahan organik. Beberapa
limbah industri dapat menyebabkan perubahan warna yang mencolok dan jika tidak ditangani dengan tepat dapat berkontribusi terhadap wama air badan air
penerima yang digunakan sebagai air baku dalam instalasi pengolahan air bersih air minum. Tabel 3 menunjukkan membran polisulfon murni maupun membrane
yang didoping TiO
2
dapat menurunkan dari warna air dari 5 TCU menjadi lebih kecil dari 5 TCU.
Tabel 4 Kualitas hasil filtrasi membran polisulfon murni dan membran polisulfon didoping dengan TiO
2
dengan pretreatment karbon aktif.
Parameter Satuan Permenkes
Air Sungai
Perlakuan
pre-treatment arang aktif
arang PST
PST 3
PST 10
Fisika Kekeruhan NTU
25 33
2 3
17 2
Warna Skala TCU
50 5
5 5
5 5
Suhu C 27±3
25 25
25 25
25
Kimia Besi Fe
mgL 1
0.22 0.05
0.05 0.05
0.26 Mangan Mn
mgL 0.5
0.25 0.25
0.5 0.5
0.5 Nitrit mgL
1 0.11
0.02 0.02
0.05 0.02
Tembaga Cu mgL
2 0.2
0.2 0.2
0.2 0.2
Parameter kimia meliputi kandungan besi, mangan, nitrit dan tembaga pada tabel 3 dan 4 menunjukkan membran polisulfon murni maupun membran