BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Penelitian Terdahulu
Pada skripsi ini penulis memaparkan hasil penelitian terdahulu yang telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti diantaranya penelitian yang dilakukan oleh
Priharto Adi, S.H. Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro, 2010 yang berjudul
”Kebijakan Formulasi Hukum Pidana Dalam Rangka Penanggulangan Tindak Pidana Malpraktik Kedokteran
”dalam tesisnya ia memaparkan tentang Profesi kedokteran merupakan salah satu profesi yang penuh dengan resiko,
kadang-kadang dalam mengobati penderita atau pasien dapat menimbulkan cedera atau cacat bahkan sampai dengan kematian sebagai akibat dari tindakan
dokter. Dalam penyusunan tesis ini menggunakan metode pendekatan yuridis Normatif, yaitu penulis meneliti bahan pustaka yang merupakan data sekunder
yang lebih dikenal dengan istilah penelitian hukum kepustakaan, dan menggunakan juga metode yuridis komparatif yaitu dilakukan perbandingan
terhadap peraturan – peraturan perundangan dari beberapa negara asing, yang
berhubungan dengan kesehatan. Berdasarkan penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa Hukum Positif saat ini baik di dalam KUHP, Undang
– Undang No. 23 Tahun 1997 Juncto Undang
– Undang No. 36 Tahun 2009, Undang – Undang No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktek Kedokteran belum mengatur mengenai
pengertian malpraktik kedokteran.Didalam Undang - Undang No.29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran, mengenai pertanggungjawaban korporasi hanya
terbatas pada pelanggaran surat izin praktek yang dilakukan oleh dokter
mengenai aborsi, kehamilan dan kelahiran anak dalam kebijakan formulasi yang akan datang perlu diatur mengenai tindak pidana aborsi yang dilakukan dengan
kealpaan. Selanjutnya Jurnal oleh drg. Suryono, SH, Ph.D Pusat Mediasi Indonesia,
Yogyakarta 2010 yang berjudul “Best practice dalam Penyelesaian Sengketa
Kesehatan ” dalam jurnalnya tersebut Suryono membahas mengenai akhir
penyelesaian sengketa melalui mediasi dapat berupa Nota perdamaian atau akta perdamaian yang bersifat final dan binding. Berdasarkan Akta Perdamaian
lembaga peradilan dapat melakukan eksekusi bila terjadi pelanggaran terhadap isi kesepakatan tersebut. Mediasi Kesehatan sebagai bentuk Alternatif Penyelesaian
Sengketa merupakan pendekatan yang tepat dalam penyelesaian sengketa kesehatan yang ada, karena menguntungkan bagi parapihak , dan bentuk akhir
penyelesaiannya diakui oleh hukum positif di Indonesia. Mediasi kesehatan sebagai komplementer dari proses litigasi akan sangat membantu lembaga
peradilan dalam menyelesaikan sengketa yang ada, sehingga tidak terjadi penumpukan perkara di lembaga peradilan. Sengketa kesehatan merupakan
sengketa perdata yang mempunyai karakteristik unik, dan rentan terhadap upaya pembunuhan karakter, oleh karena itu pendekatan yang bersifat tertutup melalui
proses mediasi merupakan cara yang tepat yang bermanfaat bagi parapihak dan hubungan antara para pihak bisa terjaga dengan baik.
Penelitian terdahulu ini sangat jauh berbeda perspektifnya dengan penelitian yang dilakuan oleh penulis. Penulis memfokuskan pada dasar pertimbangan
Hakim Mahkamah
Agung dalam
mempertimbangkan Putusan
No.1110KPid.Sus2012 dan
putusan Pengangadilan
Negeri Mmadiun
No.79Pid.Sus2011PN.Kd.Mn tentang praktek kedokteran yang menyebabkan unsur-unsur dakwaan terpenuhi dan terjadinya Malpraktek sesuai sistem hukum
yang ada di Indonesia. Penulis juga mencari info dari sisi medisnya yang dituntut dari para pengguna jasa dokter dan kalangan medis lainnya untuk lebih proaktif
meminta informasi tentang segala hal berhubungan dengan penyakitnya, kapabilitas dokter dan perawatan yang akan didapatkan, serta menghindari sikap
pasrah dan menyerahkan semua hal kepada dokter.
2.2 Landasan Teori