Teori Keagenan Agency Theory

15

BAB II TELAAH TEORI

2.1 Teori Keagenan Agency Theory

Teori keagenan menurut Jensen dan Meckling 1976 adalah sebuah kontrak antara principal pemilikpemegang saham dan agent manajerpengelola yang mana baik pemilik dan pengelola sama-sama melakukan pemaksimuman kesejahteraan. Hubungan keagenan merupakan suatu kontrak antara satu atau lebih pihak yang mempekerjakan pihak lain untuk melakukan suatu jasa untuk kepentingan mereka yang meliputi pendelegasian beberapa kekuasaan pengambilan keputusan kepada pihak lain tersebut. Teori keagenan merupakan teori yang muncul karena adanya konflik kepentingan antara prinsipal dan agen. Teori keagenan dalam perusahaan mengidentifikasikan adanya pihak-pihak dalam perusahaan yang memiliki berbagai kepentingan untuk mencapai tujuan dalam kegiatan. Prinsipal merupakan pihak yang menyediakan fasilitas dan dana untuk kegiatan operasi perusahaan. Prinsipal mempunyai kewajiban untuk memberikan imbalan atas tugas yang telah dibebankan kepada agen sedangkan agen bertugas untuk melakukan pengelolaan sumber daya yang dimiliki perusahaan dan mempertanggungjawabkan tugas yang dibebankan kepadanya. Pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh agen ternyata kadangkala tidak sesuai dengan kontrak kerja yang telah disepakati untuk meningkatkan kemakmuran pemegang saham, melainkan cenderung untuk mengutamakan kepentingannya sendiri, sehingga munculah suatu konflik keagenan. Teori keagenan memiliki asumsi bahwa masing-masing individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara prinsipal dengan agen. Pihak prinsipal termotivasi mengadakan kontrak untuk mensejahterakan dirinya dengan profitabilitas yang selalu meningkat sedangkan agen termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya antara lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman, maupun kontrak kompensasi Widyaningdyah 2001 dalam Resti 2012. Perbedaan tujuan yang dimiliki oleh prinsipal dan agen dapat mengarah kepada ketidakseimbangan informasi atau yang disebut dengan asimetri informasi. Hal ini dapat terjadi ketika prinsipal merasa tidak memiliki informasi yang cukup mengenai kinerja agen, sehingga prinsipal tidak merasa yakin dengan bagaimana usaha agen untuk memberikan kontribusi pada hasil aktual perusahaan. Adanya asumsi bahwa individu bertindak untuk memaksimalkan kepentingan dirinya sendiri, menyebabkan agen memanfaatkan adanya asimetri informasi yang dimilikinya untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui oleh prinsipal. Asimetri informasi dan konflik kepentingan yang terjadi antara prinsipal dan agen akan mendorong agen untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya kepada prinsipal, terutama jika informasi yang berkaitan dengan kinerja agen dengan cara memikirkan bagaimana angka akuntansi tersebut digunakan sebagai sarana untuk memaksimalkan kepentingannya. Menurut Chariri dan Ghozali 2007 dalam teori akuntansi positif terdapat tiga hubungan keagenan yaitu: 1. Antara manajemen dengan pemilik pemegang saham Apabila manajemen memiliki jumlah saham yang lebih sedikit dibanding dengan investor lain, maka manajer akan cenderung melaporkan laba lebih tinggi atau kurang konservatif, hal ini dikarenakan prinsipal pemegang saham menginginkan deviden maupun capital gain dari saham yang dimilikinya sedangkan agen manajer ingin dinilai kinerjanya bagus dan mendapatkan bonus, maka manajer melaporkan laba yang lebih tinggi. Apabila kepemilikan manajer lebih banyak dibanding para investor lain, maka manajemen cenderung melaporkan laba lebih konservatif, karena rasa memiliki manajer terhadap perusahaan itu cukup besar, maka manajer lebih berkeinginan untuk memperbesar perusahaan. Penggunaan metode yang konservatif akan memunculkan cadangan dana tersembunyi yang cukup besar yang dapat digunakan untuk meningkatkan jumlah investasi perusahaan. 2. Antara manajemen dan kreditor Manajemen cenderung melaporkan labanya lebih tinggi karena pada umumnya kreditor beranggapan bahwa perusahaan dengan laba yang tinggi akan melunasi utang dan bunganya pada tanggal jatuh tempo, dengan kata lain kreditor beranggapan akan mengurangi tingkat risiko utang tidak dibayar. Adanya laba yang tinggi akan cenderung membuat kreditor lebih mudah dalam memberikan pinjaman. 3. Antara manajemen dan pemerintah Manajer cenderung melaporkan labanya secara konservatif, hal ini untuk menghindari peraturan yang lebih ketat dari pemerintah, para analis sekuritas dan pihak yang berkepentingan lainnya. Umumnya perusahaan yang besar dibebani oleh beberapa konsekuensi misalnya harus menyediakan pelayanan publik yang lebih baik dan harus membayar pajak yang lebih tinggi. Uraian diatas menunjukkan bahwa pemilihan penggunaan metode konservatisme oleh perusahaan berkaitan dengan teori ini, karena manajer memilih metode konservatisme tidak terlepas dari keinginan untuk mengoptimalkan kinerjanya dalam perusahaan. Teori keagenan digunakan dalam penelitian ini untuk menjelaskan penerapan konservatisme dalam perusahaan yang dapat dilihat dari laporan keuangan perusahaan yang dapat menyebabkan adanya masalah keagenan antara manajer agen dengan stakeholder prinsipal. 2.2 Konservatisme Akuntansi 2.2.1 Pengertian Konservatisme Akuntansi