9 121
C selama 15 menit. Kemudian air laut ditambahkan dengan bahan-bahan pengkaya berupa pupuk conwy, biotine, thiamine, NaNO
3
, NaH
2
PO
4
, dan tiga jenis antibiotik yaitu kanamycin, amoxsan dan streptomycin serta dihomogenkan
menggunakan hot stirrer plate selama ±10 menit.
2.3.3 Kultur Zooxanthellae
1. Kultur zooxanthellae dimulai dengan mempersiapkan alat, bahan dan media
yang akan digunakan. Selanjutnya dilakukan preparasi dengan menggunakan sampel karang lunak Zoanthus sp. yang diperoleh dari perairan Teluk
Lampung. Sampel terlebih dahulu dicuci menggunakan air laut yang telah steril untuk menghilangkan kotoran yang menempel pada sampel karang,
kemudian diambil bagian polip dan digerus menggunakan mortar dengan ditambahkan sedikit air laut steril.
2. Selanjutnya sampel yang telah digerus, kemudian disaring dengan
menggunakan kertas saring dengan kerapatan 0,045 µm. Cairan yang didapat dari hasil penyaringan diamati dibawah mikroskop untuk mengetahui ada atau
tidaknya zooxanthellae. 3.
Inokulan zooxanthellae kemudian dimasukan kedalam media cair dan diberi perlakuan intensitas cahaya yaitu IC
1
3800 lux, IC
2
6250 lux, IC
K
7980 lux dan IC
3
11800 lux sebanyak 5 ulangan selama 3 hari. 4.
Selama waktu kultur dilakukan pengukuran klorofil -a dan -c setiap 6 jam dengan menggunakan spektrofotometer.
2.4 Rancangan Penelitian
Penelitian terdiri dari 4 perlakuan intensitas cahaya yang berbeda,yaitu IC
1
3800 lux, IC
2
6250 lux, IC
k
7980 lux dan IC
3
11800 lux dengan masing-masing perlakuan 5 kali ulangan Gambar 2.
10 A
Tampak samping
B Tampak atas
Gambar 2. Tata letak perangkat penelitian
2.5 Pengukuran Kandungan Klorofil
Tahap awal pengukuran klorofil -a dan -c yaitu: Sebanyak 10 ml sampel kultur diambil, lalu dimasukkan ke dalam botol
sampel dan disentrifugasi pada kecepatan 1000 rpm selama 15 menit hingga terbentuk dua lapisan yaitu supernatan dan endapan. Selanjutnya supernatan
dibuang, yang tersisa hanya endapan. Endapan yang didapat diekstraksi dengan
b
e
a
f c
d
Keterangan : a.
Tutup inkubator b.
Inkubator c.
Lubang aerator d.
Selang aerator e.
Aerator f.
Lubang udara g.
Wadah Kultur h.
Lampu TL
IC1
4
IC1
5
IC1
2
IC1
3
IC1
1
g
h
11 ditambahkan 10 ml aseton 90, dan dihomogenkan dengan menggunakan vortex
selama 1 menit. Sampel klorofil disimpan dalam ruangan gelap pada suhu -4°C minimal 24 jam. Selanjutnya sampel klorofil disentrifugasi pada kecepatan 1000
rpm selama 5 menit. Supernatan yang didapat kemudian diambil dan dimasukkan kedalam cuvet untuk diukur dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang
gelombang 630, 664 dan 750 nm. Selanjutnya klorofil-a dan –c dihitung dengan
menggunakan rumus Strychar dan Sammarco, 2012: Klorofil -a = 11,85×Abs 664 nm-Abs 750 nm - 0,08×Abs 630 nm-Abs
750 nm Klorofil -c = 24,52×Abs 630 nm-Abs 750 nm - 1,67×Abs 664 nm-Abs 750
nm
2.6 Pengukuran kualitas air
Parameter kualitas air yang diukur selama kultur zooxanthellae yaitu suhu, salinitas dan pH. Pengukuran kualitas air dilakukan secara bersamaan saat
pengamatan sampel yang dilakukan setiap 6 jam sekali sebagai faktor pendukung dalam kultur zooxanthellae.
2.7 Analisis Data
Data klorofil-a dan -c yang didapat kemudian dianalisi dengan menggunakan uji analisis ragam atau Analysis of Variance Anova pada selang kepercayaan
95. Apabila terdapat perbedaan yang nyata, maka analisis data dilanjutkan dengan menggunakan uji beda nyata terkecil BNT untuk mengetahui perbedaan
antar perlakuan, sedangkan data parameter kualitas air dianalisis secara deskriptif.