Mekanisme Ketahanan Biokimiawi Genetic study of cacao (Theobroma cacao L) resistance against black pod disease (Phytophthora palmivora Butl) in Indonesia

20 yang berbeda dibandingkan buah rentan. Buah tahan mempunyai sel-sel yang kompak dan juga mengandung sejumlah besar senyawa fenolat. Lignifikasi dinding sel merupakan suatu bentuk ketahanan tanaman terhadap penetrasi patogen. Pada dinding sel, lignin terdapat dalam lamela tengah, dinding sel primer dan sekunder Akai Fukutomi, 1980. Menurut Friend 1979 lignifikasi merupakan suatu mekanisme ketahanan mentimun terhadap Cladosporium cucumerinum . Penggabungan lignin ke dalam dinding sel tanaman memberikan kekuatan mekanik dan memungkinkan dinding sel lebih tahan terhadap degradasi enzim patogen Goodwin Mercer, 1990. Dinding sel yang terlignifikasi merupakan penghalang yang dapat mencegah pergerakan hara sehingga patogen dapat mengalami kelaparan starvation. Prekursor lignin berpengaruh toksik pada patogen. Semua perubahan dinding sel setelah infeksi dapat meningkatkan ketahanan, dengan menghentikan patogen secara langsung atau dengan memperlambat proses penetrasi sehingga tanaman dapat mengaktifkan mekanisme pertahanan berikut. Lignifikasi dapat pula terjadi pada sel patogen Wiranata, 2004. Menurut Wood 1985 ada perbedaan ketebalan kulit buah dan tingkat lignifikasinya antar kultivar kakao sehingga dimungkinkan dapat berperan sebagai faktor ketahanan terhadap penyakit busuk buah.

G. Mekanisme Ketahanan Biokimiawi

Mekanisme ketahanan biokimia tanaman terkait erat dengan produksi senyawa antimikrobia dari jalur sekunder. Selirennikof 2001 menyatakan ada beberapa kelompok senyawa anti cendawan antara lain PR-Protein, defensin, cyclophilin like-protein, glycine, killer proteinkiller toxin dan protease inhibitor. PR-protein merupakan protein yang terinduksi sintesisnya ketika terjadi proses patogenesis atau serangan patogen pada tanaman Ubhayasekera, 2005. Sejumlah PR-protein juga dapat terinduksi oleh berbagai faktor antara lain stres kekeringan, salinitas, pelukaan, logam berat, oleh perlakuan elisitor endogen maupun eksogen, dan oleh perlakuan zat pengatur tumbuh tanaman Karprezewska, 2003. PR- protein dikelompokkan ke dalam 5 kelas protein yaitu PR-1, PR-2, PR-3, PR-4 dan PR-5. 21 PR- 3 protein kitinase memiliki berat molekul antara 26-43 kDa. Kitinase dapat dikelompokkan menjadi 5-6 kelas Fukamizo et al, 2003. Kitinase bekerja memotong secara acak ikatan glikosida dari GleNac untuk menghasilkan oligosakarida terlarut terutama kitobiosa yang selanjutnya akan dihidrolisis oleh ß-N-acetylglucosaminidase menjadi GleNnac Orikoshi et al., 2005. Stimulasi atau induksi ekspresi gen kitinase karena adanya serangan patogen sering ditemukan Bishop et al., 2000. Peroksidase PRX merupakan enzim yang berfungsi mereduksi senyawa peroksida H 2 O 2 sehingga dihasilkan air dan produk yang teroksidasi. Peroksida merupakan produk akhir yang umumnya terbentuk dari metabolisme oksidatif pada tanaman dan merupakan oksidan yang kuat serta bersifat toksik terhadap sel tanaman jika terakumulasi dalam jumlah besar. Untuk mencegah hal tersebut, sel- sel eukariotik mengisolir enzim penghasil senyawa peroksida dalam organel bermembran yang disebut peroksisom. Dalam peroksisom juga terdapat enzim peroksidase yang berfungsi untuk mereduksi H 2 O 2 menjadi air, sehingga menjadi tidak berbahaya. Dalam proses reduksi tersebut digunakan donor elektron dari amena aromatic, fenol, enediol. Beberapa isoform baru peroksidase dapat diinduksi produksinya ketika terjadi interaksi inang dan patogen Harrison et al., 1995. Peroksidase juga berperan dalam lignifikasi dinding sel, penyembuhan luka dan oksidasi auksin. Induksi ekspresi isoform peroksidase oleh patogen juga berasosiasi dengan respon Systemic Acquired Resistance Ye et al., 1990. Peroksidase termasuk dalam famili PR-9 dan telah berhasil dikarakterisasi dari sejumlah tanaman tingkat tinggi antara lain tembakau Lagrimini et al., 1997, kentang Espelei et al., 1986. Keterlibatan peroksidase dalam tahapan polimerisasi lignin diduga secara langsung berkaitan dengan meningkatnya ketahanan fisik tanaman terhadap infeksi patogen maupun kerusakan fisik Chitoor et al., 1999.

H. Genetika Ketahanan Kakao terhadap Penyakit P. palmivora

Dokumen yang terkait

Pengaruh Ekstrak Kulit Buah Kakao (Theobroma cacao L) 3% dalam Bentuk Obat Kumur terhadap Akumulasi Plak pada Mahasiswa FKG USU Angkatan 2011

3 71 65

Efektivitas Bentuk Fisik Ransum Yang Mengandung Pod Kakao (Theobroma cacao L.) Fermentasi Aspergillus niger Terhadap karkas Kelinci Rex Lepas Sapih

2 65 61

Analisis Usaha Pemanfaatan Kulit Buah Kakao (Theobroma cacao L,.)Difermentasi Rhizopus sp, Saccharomyces sp dan Lactobacillus sp Terhadap Ternak Babi Jantan Peranakan Landrace

3 67 60

Substitusi Dedak Padi Dengan Pod Kakao(Theobroma cacao L) Dipermentasi Dengan Rhizopus SP, Saccharomyces SP, Lactobacilus SP Terhadap Performans Ternak Babi Perternakan Larance Jantan

0 46 68

Daya Simpan Benih Kakao (Theobroma cacao L.) Dengan Pemberian Polyethylene Glycol (PEG) Pada Berbagai Wadah Simpan

7 73 70

Pemanfaatan Limbah Cair Biji Kakao (Theobroma cacao L.) Untuk Pembuatan ”Nata De Kakao”

0 18 163

APLIKASI KONSENTRASI BUBUR CALIFORNIA DALAM BIOCOATING TERHADAP TINGKAT SERANGAN BUSUK BUAH (Phytophthora palmivora Butl.) PADA TIGA KLON KAKAO (Theobroma cacao Lin.)

0 3 17

INDUKSI KETAHANAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP Phytophthora palmivora MENGGUNAKAN MUTAGEN ETHYL METHANE SULFONATE (EMS) Induction of Resistance of Cocoa (Theobroma cacao L.) seeds to Phytophthora palmivora with Ethyl Methane Sulfonat (EMS) as

0 6 17

Kajian genetika ketahanan tanaman kakao (Theobroma cacao L.) terhadap penyakit busuk buah (Phytophthora palmivora Butl) di Indonesia

2 34 202

Key words: Antagonism, Trichoderma spp., Phytophthora palmivora, Cacao pod

0 0 13