3.2 Billboard di Bandung
Bandung  merupakan  kota  yang  potensial  untuk  segala  produk  yang  akan dipasarkan,  hal  ini  didukung  dengan  banyaknya  orang-orang  datang  ke  kota
Bandung,  orang  datang  ke  Bandung  di  dominasi  oleh  pekerja,  pelajar  atau berwisata,  melihat  keadaan  tersebut  menjadi  sasaran  produsen  rokok  untuk
mempromosikan  produk  melalui  berbagai  cara,  salah  satunya  dengan  memasang billboard  disetiap  sudut  kota.  Begitupun  dengan  rokok  yang  melakukan  promosi
menggunakan  media  billboard.  Keberadaan    billboard  rokok  merupakan  potensi bagi  suatu  daerah  sebagai  penghasil  pajak,  karena  rokok  merupakan  penghasil
pajak  terbesar.    Promosi  menggunakan  media  billboard  bisa  disesuaikan  dengan lokasi  sehingga  mampu  tepat  pada  khalayak  yang  menjadi  sasaran,  sehingga
khalayak selalu mengingat brand atau produk yang di iklankan di billboard. Namun billboard rokok hingga saat ini menjadi permasalahan besar bagi kota
Bandung,  karena  rokok  akan  merusak  pemikiran  orang  dalam  jumlah  banyak, billboard  yang  tidak  beraturan  membuat  tata  kota  menjadi  tidak  baik,  seperti
berada di daerah yang dilarang seperti di area pendidikan, perkantoran, dibelokan jalan,  visualisasi iklan  rokok lebih  dominan  daripada  iklan  kampanye  anti  rokok
sehingga  bisa  menghambat  program  pemberantasan  rokok  yang  dilakukan  oleh pemerintah  kepada  masyarakat,    dan  sebagainya.    Mengingat  kota  Bandung  saat
ini  dalam  proses  pembenahan  diri  menjadi  kota  yang  bersih,  rapih  dan berpendidikan.
Pemkot  Bandung  pada  bulan  November  2013  mengeluarkan  kebijakan moratorium,  yakni  suatu  kebijakan  terhadap  perundang-undangan  perijinan
penerbitanpemasangan  billboard,  khusunya  untuk  iklan  rokok,  tahun  2013 perijinan  tersebut  akan  ditutup  sehingga  pemasangan  billboard  akan  ditiadakan.
Pemkot Bandung melakukan perpanjangan moratorium hingga bulan Januari 2015 dengan pertimbangan pendapatan untuk daerah masih berpengaruh besar. Namun
pada  kenyataannya  saat  ini  memasuki  bulan  Oktober  2015  billboard  rokok bermunculan  pada  lokai-lokasi  baru  yang  tidak  terdaptar  di  perijinan  daerah.
Seperti  di  kutip  dari  GalamediaNews.com,  diakses  25  Oktober  2015  menurut Sanjaya  sebagai  Sekjen  Forum  Kebijakan  Analisa  Hukum  Publik  Forkahup
mengatakan “Belakangan  bayak  iklan-iklan  rokok  bertebaran  di  beberapa  titik  kota
Bandung.  Kebanyakan  billboard,  dan  ukurannya  juga  cukup  mencolok. Bukankah sekarang masih ada moratorium untuk reklame?” tutur Sanjaya
kepada wartawan, senin 1912015. Sementara  di  kutip  dari  sumber  yang  sama,  menurut    Aat  Safaat  sebagai
Ketua  Asosiasi Pengusaha Reklame Indonesia Asperindo menanggapi hal  yang sama.
“Kondisi tersebut menjadi pertanyaan besar bagi Asosiasi, karena hingga saat  ini  belum  adanya  aturan  baru  yang  mengatur  tentang
penyelenggaraan reklame, termasuk untuk tat letak reklame bermaterikan iklan rokok” senin 1912015.
Masalah  billboard  masih  banyak  terpasang  di  kota  Bandung  ,  dikutip  dari harian Tempo dalam www.aboutbdg.com diperkuat dengan pendapat Wali Kota
Bandung Ridman kamil mengatakan: “jadi kalau saat ini ada reklame rokok di Bandung. Maka kami pastikan
ilegal,” kamis 2 April 2015
Pemkot  Bandung  telah  menutup  perijinan  pemasangan  reklame  dari perusahaan  rokok,  namun  sifatnya  masih  berupa  anjuran  belum  mengeluarkan
aturan  resmi.  Untuk  Memperjelas  hal  tersebut  apakah  pemasukan  pajak  dari billboard  rokok  masih  berjalan,  maka  penulis  melakukan  wawancara  dengan
Cecep  Sutisna  S.Sos,  Msi.  di  Dinas  Pelayanan  Pajak  Kota  Bandung,  pada  27 Agustus  2015,  Cecep  Sutisna  berperan  penting  terhadap  proses  pajak  billboard
yang akan dipasang disuatu daerah. Cecep Sutisna mengatakan : “Hingga  saat  ini  dinas  Pajak  masih  banyak  menerima  proposal  dari
BPPT  untuk  proses  penarikan  pajak  kepada  produsen  rokok  untuk kepentingan pemasangan billboard. Namun saat ini mengalami penurunan
yang  diakibatkan  adanya  peraturan  daerah  yang  membatasi  peredaran billboard  rokok  di  kota  Bandung,  Pola  penyelenggaraan  tersebut
keberadaannya  sudah  diatur  dalam  Perda  213  dengan  adanya  peraturan dari
daerah tersebut
bahwa billboard
rokok bukanlah
Zero Areaditiadakan  tetapi  masih  dibatasi  atau  hanya  daerah  tertentu  yang
diperbolehkan dan dilarang. Namun hingga saat ini di Perda masih dalam proses  mengenai  peraturan  tersebut  apakah  ada  peraturan  baru,  hingga