Jenis-Jenis fungi yang terdapat pada tanah gambut Serba Huta Jaya, Kecamatan Merbau, Aek Kanopan

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Jenis-Jenis fungi yang terdapat pada tanah gambut Serba Huta Jaya, Kecamatan Merbau, Aek Kanopan

Hasil penelitian menunjukan ada 4 jenis fungi yang paling dominan dari hasil isolasi fungi pada tanah gambut dari Desa Serba Huta Jaya, Kecamatan Merbau, Aek Kanopan. Jenis - jenis fungi yang berhasil diisolasi adalah Rhizopus sp., dengan jumlah koloni 40; Penicillium sp., dengan jumlah koloni sebanyak 70; Fusarium sp., dengan jumlah koloni 15; dan Trichoderma sp., dengan jumlah koloni 23. Hasil pengamatan 4 jenis fungi yang paling dominan dari hasil isolasi dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1. Jenis fungi yang berhasil diisolasi dari tanah gambut dan ciri-cirinya Jenis Fungi Pengamatan Makroskopik Pengamatan mikroskopik Warna Koloni Diameter Koloni Ukuran Konidiofor Diameter Hifa Diameter Konidia Rhizhopus sp. Hitam coklat 7.6 cm 7.5-12.5 µm 8.25 µm 2.5 - 5 µm Penicillium sp Putih Abu-abu 8.6 cm 500 µm 8.5 µm 2.8 µm Fusarium sp Putih Krem 8 cm 20-50 µm 7.5 µm 2.3-2.5 µm Trichoderma sp Hijau Pekat 9 cm 18- 25 µm 8.25 µm 2.5-3.2 µm Karakteristik jenis-jenis fungi dominan pada tanah gambut 1. Rhizopus sp Pada media PDA dalam suhu ruang, koloni di awal pertumbuhan berwarna putih. Seiring bertambahnya umur koloni, warna koloni berubah menjadi abu-abu kecoklatan atau hitam kecoklatan. Pada umur 7 hari koloni berdiameter 4-5 cm dan pertumbuhannya terhenti pada umur 14 hari dengan diameter koloni 7,2 cm dan menunjukan warna seperti yang terlihat pada gambar. Ciri- ciri mikroskopis yaitu rhizoid berwarna hijau kekuningan Universitas Sumatera Utara dan bercabang banyak. Hifa berwarna hitam bening agak kekuningan dengan diameter 7,5 µm – 12,5 µm, konidia berbentuk semi bulat hingga bulat, berwarna hitam kecoklatan hingga hijau kecoklatan,dan berdiameter 2,5 µm – 5 µm. Bentuk koloni dan mikroskopik Rhizopus sp., dapat dilihat pada gambar 4. A B Gambar 4 . Rhizopus sp., koloni berumur 14 hari pada media PDA A dan bentuk mikroskopis B, konidiofor a konidia b Berdasarkan hasil isolasi, salah satu fungi yang ditemukan adalah jenis Rhizopus sp. Berdasarkan penelitian sebelumnya, Rhizopus mampu tumbuh pada tanah. Menurut Purwantisari dan Rini 2009, beberapa jenis jamur yang biasa ditemukan pada tanah diantaranya adalah Penicillium sp., Trichoderma sp., Rhizopus sp., Humicola sp., Fusarium sp., Phytophthora infestans., dan Aspergillus sp. Jamur tanah merupakan salah satu mikroorganisme yang paling banyak ditemui di tanah dan kebanyakan jamur bersifat patogen terhadap tanaman. Universitas Sumatera Utara Fungi jenis Rhizopus sp., yang ditemukan pada sampel kemungkinan berasal dari udara yang terbawa oleh air hujan dan jatuh ke tanah melalui air aliran permukaan tanah yang menjadikannya terdapat pada tanah. Menurut Agrios 1996, butiran – butiran air hujan yang jatuh dari atas akan mengambil dan membawa spora fungi yang terdapat di udara dan mencucinya ke bawah. 2. Fusarium sp. Pada media PDA dalam suhu ruang, koloni di awal pertumbuhan berwarna putih. Seiring bertambahnya umur koloni, warna koloni berubah menjadi putih krem. Pada umur 7 hari diameter koloni mencapai 5 cm dan pertumbuhannya terhenti pada umur 14 hari dengan diameter koloni mencapai 7,9 cm dan menunjukkan warna seperti yang terlihat pada gambar. A B Gambar 5. Fusarium sp., koloni berumur 14 hari pada media PDA A dan bentuk mikroskopis B, konidiofor a konidia b Menurut Sastrahidayat 1990, pertumbuhan fungi pada medium PDA diawali dengan pertumbuhan miselium berwarna putih, semakin tua warnanya menjadi krem atau kuning pucat, dalam keadaan tertentu berwarna merah muda atau agak ungu. Miselium Universitas Sumatera Utara bersekat dan membentuk percabangan. Beberapa isolat Fusarium akan membentuk pigmen biru atau merah di dalam medium Agrios, 1996. Daur hidup Fusarium sp., mengalami fase patogenesis dan saprogenesis. Pada fase patogenesis, jamur hidup sebagai parasit pada tanaman inang. Apabila tidak ada tanaman inang, patogen hidup di dalam tanah sebagai saprofit pada sisa tanaman dan masuk fase saprogenesis, yang dapat menjadi sumber inokulum untuk menimbulkan penyakit pada tanaman lain. Penyebaran propagul dapat terjadi melalui angin, air tanah, serta tanah terinfeksi dan terbawa oleh alat pertanian dan manusia.

3. Trichoderma sp.

Dokumen yang terkait

Identifikasi Fungi Endemik dan Pemanfaatan Beberapa Klon Unggulan untuk Meningkatkan Pertumbuhan Karet (Hevea brasiliensis) di Tanah Andisol

0 57 69

Studi Karakter Fisiologis Dan Sifat Aliran Lateks Klon Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) IRR SERI 300.

1 55 60

Uji Ketahanan Beberapa Klon Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muall, Arg.) Terhadap Penyakit Gugur Daun (Corynespora casiicola Berk & Curt.) di Lapangan

0 34 64

Uji Ketahanan Beberapa Klon Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis Muell. Arg.) Terhadap Penyakit Gugur Daun ( Corynespora Cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.) Di Kebun Entres

0 57 66

Penggunaan Berbagai Macam Fungi Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Tanaman Karet (Hevea brasiliensis)

0 21 49

Uji Resistensi Beberapa Klon Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) Dari Kebun Konservasi Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc.

0 35 61

Uji Resistensi Beberapa Genotipe Plasma Nutfah Karet (Hevea brasiliensis Muell.Arg.) Terhadap Penyakit Gugur Daun (Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.) Di Laboratorium

0 30 53

Tanggap Pertumbuhan Dan Serapan Hara Bibit Karet (Hevea Brasiliensis Muell Arg) Asal Stump Mata Tidur Terhadap Ketersediaan Air Tanah

0 43 107

Identifikasi Fungi Endemik dan Pemanfaatannya untuk Meningkatkan Pertumbuhan Beberapa Klon Karet (Hevea brasiliensis) Di Tanah Gambut

0 0 13

Identifikasi Fungi Endemik dan Pemanfaatan Beberapa Klon Unggulan untuk Meningkatkan Pertumbuhan Karet (Hevea brasiliensis) di Tanah Andisol

0 0 15