47
BAB III RIWAYAT HIDUP KH HUSNU MA’AD
A. Latar Belakang Keluarga
KH Husnu Ma’ad dilahirkan pada tanggal 09 September 1929 di Bekel Kampung Rembu, Kecematan Negara, Lombok Barat. Hobinya semenjak kecil
adalah memainkan alat musik gambus. Disaat ayahnya sedang mengajarkan murid-murid memainkan alat musik dia memperhatikannya.
1
Ketika ayahnya sedang memainkan alat musik khususnya gambus, ia selalu ada di samping dan memperhatikan dengan baik. Dan ayahnya mengajarkan
cara memainkan alat musik akustik dan perkusi secara perlahan-lahan. Kesempatan belajar alat musik tidak disia - siakan karena keinginan yang besar
untuk bisa memainkan alat musik tersebut.
2
Masa kecilnya mempunyai berkepribadian sebagai anak yang pendiam dan patuh kepada orang tua. Selalu mengerjakan perintah orang tua dengan ikhlas,
senang hati dan ketika mempunyai kesalahan, ia tidak sungkan untuk meminta maaf. Oleh karena itu disayangi orang tua dan saudara-saudaranya, karena
menjadi anak yang patuh dan mempunyai bakat cukup besar yang diturunkan dari Ayah dan Ibunya. Sosoknya disenangi oleh teman-teman seusianya karena ia
anak yang cerdas dan tidak banyak berbicara kecuali sesuatu hal yang penting.
3
Ayahnya, KH. Khalili Rais, adalah seorang ulama besar dan mempunyai Pondok Pesantren Tarbiyatul Qurra Wal hufffazh di Lombok Barat - Nusa
1
Wawancara Pribadi dengan KH Husnu Ma’ad. Depok, 06 Juli 2008
2
Ibid
3
Ibid
36
48 tenggara Barat NTB sejak tahun 1800 Pejuruk ampena tahun 1960 Dan
pesantren tersebut diwariskan mertuanya, Syeh Amin Ampenani Mekawi yaitu sebagai orang yang lama tinggal di Makkah. Sedangkan ibunya, HJ Jamillah,
anak dari Syeh Amin Mekawi. Ia seorang qori’ah dan hafizhah. Ayah dan ibunya bertemu saat belajar dengan kakeknya Syeh Amin Ampenani Mekawai di
Makkatul Mukarramah.
4
Ketika beranjak remaja diangkat sebagai anak oleh KH. Muhammad Saleh Hambali yang tidak mempunyai anak laki-laki dan hanya mempunyai dua anak
perempuan. Ayah angkatnya mempunyai Pondok Pesantren Darul Qur’an. Dan dari situlah dididik ilmu agama dan seni baca Al-Qur’an. Ayah angkatnya masih
saudara dengan keluarganya bahkan masih satu desa.
5
Di lingkungan keluarganya sangat kental sekali dengan jiwa seni, maklum saja orang tua kandung dan angkat adalah seorang pemain musik, qori dan qoriah.
Ia sangat bersyukur sekali karena bakat dan hobinya dapat disalurkan di lingkungan keluarga dan pondok pesantren milik kedua orang tuanya. Ia pulang
pergi kerumah orang tua kandung dan angkat untuk belajar. Di rumah orang tua kandung dapat belajar memainkan alat musik dan di rumah orang tua angkat
mempelajari seni baca Al-Qur’an dan tahfizh.
6
Hobinya memainkan alat musik dan membaca seni Al-Qur’an sangat sulit dibendung. Dan kedua keluarganya sangat bersemangat untuk menyalurkan
bakatyang dimiliki puteranya dengan mengikuti perlombaan-perlombaan
4
Ibid
5
Ibid
6
Ibid
49 kelingkungan masyarakat, dari situlah beliau mulai dikenal di desa yang ia
tempati.
7
B. Latar Belakang Pendidikan.