Sinetron Intan Dan Minat Menonton Masyarakat (Studi korelasional antara penayangan sinetron “Intan” di RCTI dengan Minat Menonton Masyarakat di Kelurahan Babura Kecamatan Medan Baru)

(1)

SINETRON INTAN DAN MINAT MENONTON

MASYARAKAT

(Studi korelasional antara penayangan sinetron “Intan” di RCTI dengan Minat Menonton Masyarakat di Kelurahan Babura Kecamatan Medan Baru)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Pendidikan Sarjana (S-1) Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Disusun oleh :

ESTER T. NAPITUPULU 030904057

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAKSI

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui minat menonton masyarakat terhadap tayangan sinetron Intan di RCTI di Kelurahan Babura Kecamatan Medan Baru. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimanakah hubungan antara tayangan sinetron Intan di RCTI terhadap minat menonton masyarakat di Kelurahan Babura Kecamatan Medan Baru. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara penayangan sinetron Intan di RCTI terhadap minat menonton masyarakat.

Penelitian ini menggunakan metode korelasional. Metode korelasional bertujuan untuk meneliti hubungan diantara variabel-variabel dan sejauhmana variasi pada salah satu faktor yang berkaitan dengan faktor lainnya. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Kelurahan Babura Kecamatan Medan Baru, dengan jumlah populasi sebanyak sebanyak 10.480 orang, yang tersebar di XIII lingkungan. Untuk menghitung jumlah sampel dari data populasi yang ada digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90%. Diperoleh sampel sebanyak 99 orang. Untuk menentukan jumlah masyarakat perlingkungan yang akan menjadi responden digunakan tehnik Proportional

Random Sampling. Tehnik penarikan sampel menggunakan cara penarikan sampel purposive sampling.

Tehnik pengumpulan data menggunakan penelitian kepustakaan, dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari literature, buku-buku, serta sumber yang relevan dan mendukung, serta penelitian lapangan untuk memperoleh data di lokasi penelitian melalui wawancara dan kuesioner. Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dengan bentuk analisa tabel tunggal, analisa tabel silang dan pengujian hipotesa,

Hasil peneltian menunjukan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara tayangan sinetron Intan di RCTI dengan minat menonton masyarakat. Hasil rs yang diperoleh adalah 0,991. Berdasarkan skala Guildford, maka hasil rs berada pada skala>0,90, yang menunjukan hubungan yang kuat sekali, sangat tinggi dan dapat diandalkan. Untuk mengetahui tingkat signifikan hasil hipotesa tersebut dilakukan dengan menghitung nilai thitung dan ttabel. Diperoleh hasil thitung>ttabel,, yaitu 72,73>1,987. Hal ini menunjukan bahwa hipotesa alternatif diterima yaitu terdapat hubungan antara penayangan sinetron Intan di RCTI dengan minat menonton masyarakat di Kelurahan Babura Kecamatan Medan Baru.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karuniaNya yang senantiasa menyertai, membimbing, dan memberikan kemampuan serta kekuatan kepada peneliti sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa pengetahuan dan pengalaman peneliti belumlah cukup untuk menyempurnakan skripsi ini sehingga masih banyak terdapat kekurangan baik dalam penggunaan bahasa maupun penyajian data. Dengan demikian peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.

Dalam menyelesaikan tugas akhir ini, peneliti banyak mendapat bimbingan, nasehat, serta dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua tercinta Ir. N. Napitupulu dan A. Simanjuntak atas segala dukungan serta doa yang membuat peneliti mampu dan dikuatkan selama penyusunan skripsi ini. Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada saudara-saudaraku Valentine, Friska, dan Iche yang terus mendorong dan memberikan semangat serta perhatian kepada peneliti.

2. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Amir Purba, MA, selaku ketua Departemen Ilmu Komunikasi dan Ibu Dra.Dewi Kurniati,Msi, selaku sekretaris Departemen Ilmu


(4)

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Rusni, MA, selaku dosen pembimbing yang telah banyak membimbing peneliti sampai menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Dra. Mazdalifah, Msi, selaku dosen wali yang telah banyak memberikan pengarahan kepada penulis.

6. Seluruh staf pengajar dan staf administrasi Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

7. Kepada sahabat-sahabatku tersayang Ana, Nova, Ivanna, terimaksih untuk semua cerita dan kebersamaan yang kita lalui bersama dan untuk dukungan serta doanya kepada penulis agar segera menyelesaikan skripsi ini.

8. Untuk keponakanku Ayu dan Chintya, terimakasih sudah banyak membantu.

9. Untuk Siska, Yulita, Edo terima kasih untuk canda tawa dan dukungannya serta gak bosan untuk selalu memberikan semangat kepada penulis. 10.Kepada kak Diana teman seperjuanganku, terimakasih untuk kerjasamanya

yang baik aku senang sekali bisa kenal dengan kakak.

11.Kepada teman – teman anak Komunikasi stambuk 2003 Yuna, Ella, Reyna, Atina, Wenny, Rido, Polinda, Cik, Clara, Ratih, Sandra dan semua anak – anak komunikasi yang tidak dapat disebutkan satu persatu terima kasih atas bantuan dan masukannya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(5)

12.Serta untuk semua pihak yang tidak henti-hentinya memberikan semangat serta doa kepada penulis.

Akhir kata peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membacanya. Semoga cinta kasih dan damai sejahtera dari Allah yang maha kuasa senantiasa menyertai kita selama-lamanya.

Medan, Agustus 2007 Peneliti,


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI ………. i

KATA PENGANTAR ………. …. ii

DAFTAR ISI ……… v

DAFTAR TABEL ...………... viii

DAFTAR GAMBAR ……… x

DARTAR LAMPIRAN ……… xi

BAB I : PENDAHULUAN ……….. 1

1.1 Latar Belakang Masalah ………. 1

1.2 Perumusan Masalah ……… 5

1.3 Pembatasan Masalah ………... 5

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ……… 6

1.5 Kerangka Teori ……… 6

1.6 Kerangka Konsep ………. 11

1.7 Model Teoritis ………. 12

1.8 Variabel Operasional ……… 12

1.9 Defenisi Variabel Opersional ………...… 13

1.10 Hipotesa ………. 15

1.11 Sistematika Penulisan ………. 16

BAB II : URAIAN TEORITIS ……….. 18

II.1 Komunikasi ……… 18

II.1.1 Pengertian Komunikasi ………... 17

II.1.2 Unsur-unsur Komunikasi ……… 19

II.1.3 Tujuan Komunikasi ………. 20

II.1.4 Dampak Komunikasi ………... 20

II.1.5 Proses Komunikasi ……….. 21

II.2 Komunikasi Massa ………. 24

II.2.1 Pengertian Komunikasi Massa ……… 24


(7)

II.2.3 Efek Komunikasi Massa ………. 27

II.3 Televisi Sebagai Media Massa ………... 28

II.3.1 Pengertian Televisi ………..…… 28

II.3.2 Karakteristik Televisi ………..…... 30

II.3.3 Fungsi Televisi Sebagai Media Massa ….. 31

II.4 Minat Menonton Tayangan Sinetron ……… 33

II.4.1 Pengertian Minat ……… 33

II.4.2 Pengertian Menonton ………... 35

II.4.3 Tayangan Sinetron ………. 36

II.5 Teori S – O – R ………. 39

II.6 Implementasi Teori S – O – R ……….. 40

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ……….. 43

III.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ……….. 43

III.1.1 Letak Geografis ……….. 43

III.1.2 Keadaan Dermografi ………. 43

III.1.3 Keadaan Sosial Ekonomi ……… 45

III.1.4 Struktur Organisasi ………. 47

III.2 Deskripsi Profil Perusahaan RCTI ……… 47

III.2.1 Visi, Misi, dan Tiga Pilar Utama RCTI …. 48 III.3 Metode Penelitian ……….. 49

III.4 Populasi dan Sampel ………. 50

III.4.1 Populasi ……….. 50

III.4.2 Sampel ……… 50

III.5. Tehnik Penarikan Sampel .……… 53

III.6 Tehnik Pengumpulan Data ………...……. 53

III.7 Tehnik Analisa Data ……….. 54

BAB IV : ANALISA DAN PEMBAHASAN ………. 57

IV.1 Pelaksanaan Pengumpulan Data ………. 57

IV.2 Tehnik Pengolahan Data ………. 58


(8)

IV.4 Analisa Tabel Silang ……… 79

IV.5 Pengujian Hipotesa ……….. 83

IV.6 Pembahasan ……….… 85

BAB V : PENUTUP ………. 89

V.1 Kesimpulan ……….. 89

V.2 Saran ………. 90

Daftar Pustaka Lampiran


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur ……… 44

Tabel 2 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama ……… 45

Tabel 3 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ………… 45

Tabel 4 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan ……….…….. 46

Tabel 5 : Jenis Kelamin Responden ………...…….. 59

Tabel 6 : Usia Responden ………...….….. 60

Tabel 7 : Pendidikan Responden………..…….……. 61

Tabel 8 : Pekerjaan Responden ………..………..……... 62

Tabel 9 : Pernah Menonton Sinetron Intan ………..……… 63

Tabel 10 : Frekuensi Menonton Tayangan Sinetron Intan dalam Seminggu..64

Tabel 11 : Pengurangan Jam Tayang Sinetron Intan ……… 65

tabel 12 : Kesesuaian Waktu Penayangan Sinetron Intan ……… 66

Tabel 13 : Perubahan Jam Tayang Sinetron Intan……….……… 67

Tabel 14 : Daya Tarik Sinetron Intan ……….……….. 68

Tabel 15 : Pemahaman Terhadap Isi Pesan ……….. 69

Tabel 16 : Penggunaan Bahasa dalam Sinetron Intan ………..… 69

Tabel 17 : Kejelasan Isi Cerita dalam sinetron Intan ……….. 70

Tabel 18 : Peran/Akting yang Diperankan dalam Sinetron Intan ……… 71

Tabel 19 : Kecocokan Penampilan Tokoh dalam Sinetron Intan ……… 71

Tabel 20 : Daya Tarik Gaya Hidup Tokoh dalam sinetron Intan ……..… 72

Tabel 21 : Daya Tarik Masing-Masing Tokoh ……… 73

Tabel 22 : Minat Menonton Tayangan Sinetron ……….. 74


(10)

Tabel 24 : Tingkat Kesukaan Menonton sinetron Intan ………. 75 Tabel 25 : Jalan Cerita dari Sinetron Intan ……….. 76 Tabel 26 : Tingkat Ketertarikan Responden Menonton Sinetron Intan … 76 Tabel 27 : Ketertarikan Responden Terhadap Jalan Cerita Sinetron Intan.. 77 Tabel 28 : Manfaat Menonton Tayangan Sinetron Intan ……… 78 Tabel 29 : Hubungan antara Pemahaman Isi Pesan dengan minat

Menonto Masyarakat ………..…….. 79 Tabel 30 : Hubungan antara Peran/Akting Pemain dan Tingkat Perhatian Responden terhadap tayangan sinetron Intan ……….. 80 Tabel 31 : Hubungan antara isi Cerita dalam Sinetron Intan dengan Tingkat Ketertarikan Responden Menonton Tayangan Sinetron Intan … 82


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Model S – O – R ……….. 10 Gambar 2 : Model Teoritis ……….. 11 Gambar 3 : Model S – O – R ……… 40


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuesioner 2. Fotron Cobol

3. Tabel Skor Data Mentah Tayangan Sinetron Inatn di RCTI dan minat Menonton Masyarakat di Kelurahan Babura Kecamatan Medan Baru 4. Daftar Ranking Tayangan Sinetron Intan dan Minat menonton Masyarakat 5. Tabel Distribusi t

6. Lembaran Catatan Bimbingan Skripsi 7. Surat Izin Penelitian


(13)

ABSTRAKSI

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui minat menonton masyarakat terhadap tayangan sinetron Intan di RCTI di Kelurahan Babura Kecamatan Medan Baru. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimanakah hubungan antara tayangan sinetron Intan di RCTI terhadap minat menonton masyarakat di Kelurahan Babura Kecamatan Medan Baru. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara penayangan sinetron Intan di RCTI terhadap minat menonton masyarakat.

Penelitian ini menggunakan metode korelasional. Metode korelasional bertujuan untuk meneliti hubungan diantara variabel-variabel dan sejauhmana variasi pada salah satu faktor yang berkaitan dengan faktor lainnya. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Kelurahan Babura Kecamatan Medan Baru, dengan jumlah populasi sebanyak sebanyak 10.480 orang, yang tersebar di XIII lingkungan. Untuk menghitung jumlah sampel dari data populasi yang ada digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90%. Diperoleh sampel sebanyak 99 orang. Untuk menentukan jumlah masyarakat perlingkungan yang akan menjadi responden digunakan tehnik Proportional

Random Sampling. Tehnik penarikan sampel menggunakan cara penarikan sampel purposive sampling.

Tehnik pengumpulan data menggunakan penelitian kepustakaan, dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari literature, buku-buku, serta sumber yang relevan dan mendukung, serta penelitian lapangan untuk memperoleh data di lokasi penelitian melalui wawancara dan kuesioner. Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dengan bentuk analisa tabel tunggal, analisa tabel silang dan pengujian hipotesa,

Hasil peneltian menunjukan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara tayangan sinetron Intan di RCTI dengan minat menonton masyarakat. Hasil rs yang diperoleh adalah 0,991. Berdasarkan skala Guildford, maka hasil rs berada pada skala>0,90, yang menunjukan hubungan yang kuat sekali, sangat tinggi dan dapat diandalkan. Untuk mengetahui tingkat signifikan hasil hipotesa tersebut dilakukan dengan menghitung nilai thitung dan ttabel. Diperoleh hasil thitung>ttabel,, yaitu 72,73>1,987. Hal ini menunjukan bahwa hipotesa alternatif diterima yaitu terdapat hubungan antara penayangan sinetron Intan di RCTI dengan minat menonton masyarakat di Kelurahan Babura Kecamatan Medan Baru.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Televisi sebagai produk maju berkembang pesat sejalan dengan perkembangan zaman. Televisi itu sendiri telah banyak menyentuh kepentingan masyarakat dunia. Siaran – siaran yang ditampilkan menyebabkan banyak perubahan dalam masyarakat karena televisi memiliki sifat – sifat medium, yaitu pesan yang disampaikan mempunyai daya rangsang yang cukup tinggi.

Televisi merupakan salah satu saluran media massa karena televisi mempunyai fungsi sebagai alat edukatif, persuasif, motivatif yang mudah dan dapat dipahami (J.B.Wahyudi, 1996 : 207). Ketiga fungsi yang diemban tadi dibentuk dalam acara yang enak untuk ditonton oleh pemirsa televisi.

Pesan – pesan yang disalurkan media televisi dapat masuk ditengah – tengah keluarga, kelompok-kelompok masyarakat dan dapat dinikmati oleh anak – anak, remaja, orang tua, pria maupun wanita, orang yang tidak berpendidikan ataupun cendekiawan, rakyat kecil, sampai pemimpin negara dan orang – orang perkotaan maupun pedesaan. Semua orang dapat menikmati siaran televisi dimanapun itu disiarkan karena kemajuan teknologi mendukung untuk semuanya. Hal ini juga seperti dikatakan oleh J.B. Wahyudi (1996:215) bahwa televisi sebagai media massa tidak mungkin dapat memuaskan semua orang yang memiliki latar belakang usia, pendidikan, status sosial, kepercayaan, faham dan golongan yang berbeda-beda. Televisi dapat membuat orang puas, tidak puas,,


(15)

senang, sedih, marah, gembira yang semuanya merupakan hal yang wajar karena sifat manusia yang berbeda-beda.

Semaraknya acara televisi yang disiarkan bagi masyarakat ditandai dengan munculnya televisi-televisi swasta di Indonesia. Hal ini sesuai dengan langkah yang dilakukan pemerintah Indonesia yang memberi izin pendirian stasiun TV yang murni komersial dan dimiliki swasta. Stasiun-stasiun televisi itu adalah RCTI, SCTV, TPI, ANTV, INDOSIAR, TRANS TV, TRANS 7, METRO TV, GLOBAL TV, bahkan adapula stasiun TV lokal yaitu DELI TV, SPACE TOON, DAAI. Semua stasiun televisi swasta itu berlomba-lomba untuk menarik perhatian penonton dengan cara menyajikan siaran-siaran yang menarik perhatian penonton tersebut. Seorang pakar komunikasi khususnya dalam komunikasi massa George Garbner memandang televisi sebagai kekuatan yang dominan dalam membentuk masyarakat modern. Garbner meyakini kekuatan televisi berasal dari simbol-simbol yang ditampilkan dalam drama kehidupan setiap harinya.

Siaran yang disajikan oleh televisi swasta kebanyakan bersifat hiburan seperti sinetron ( sinematografi elektronik ), kuis, infotaiment dll. Dari sekian banyak acara – acara yang ditayangkan oleh televisi - televisi swasta, salah satu tayangan yang banyak merebut perhatian penonton adalah tayangan sinetron. Sinetron kini bagaikan raja bagi stasiun televisi. Siaran hiburan ini sangat digemari oleh penonton. Sinetron merupakan suatu tayangan yang berisikan tentang kehidupan manusia yang dianggap mewakili citra dan identitas komunitas tertentu yang ditata sedemikian rupa sehingga hasilnya menarik perhatian dan memikat hati penontonnya. Hal ini memungkinkan bertambahnya durasi atau jam


(16)

tayang sinetron. Sinetron - sinetron lokal kebanyakan sinetron –sinetron yang bertemakan tentang dunia remaja, percintaan, persahabatan, dan kekayaan.

Sinetron mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap jiwa penonton, tidak hanya terpengaruh selama duduk menonton saja tapi bisa terus menerus sampai waktu yang cukup lama. Seperti yang kita ketahui sinetron sebagai salah satu media massa yang sangat besar pengaruhnya terutama tayangan sinetron yang dibuat khusus untuk di komsumsi seluruh lapisan masyarakat. Sinetron ini akan berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian masyarakat yang diterpa media tersebut, masyarakat yang tersugesti oleh isi cerita yang ditampilkan cenderung untuk tertarik menonton lagi, hal tersebut yang dinamakan minat menonton. Jadi tumbuhnya minat menonton disebabkan karena adanya respon positif dari pesan yang disampaikan sinetron.

Saat sekarang ini masing – masing stasiun televisi berlomba-lomba menyajikan sinetron, adapun yang menjadi harapan pihak stasiun televisi adalah tayangan sinetron dapat menarik pemirsa untuk menontonnya terlebih lagi keuntungan yang didapat dari masing-masing stasiun televisi dengan adanya

“commercial break” yang cukup padat. Hal ini dikarenakan rating yang cukup

tinggi dari suatu tayangan sinetron.

Seperti sinetron Intan yang dibuat khusus untuk dikomsumsi oleh seluruh lapisan masyarkat dimana tayangan sinetron Intan tersebut adalah produks i Sinemart dan ditayangkan oleh stasiun televisi RCTI. Sinetron yang hadir setiap hari dari hari senin sampai hari minggu mulai pukul 18.00 – 19.00 WIB itu diperankan oleh Naysila Mirdad dan Dude Herlino kedua bintang muda tersebut berusaha untuk berakting semaksimal mungkin dan akting mereka cukup banyak


(17)

digemari oleh khalayak mulai dari anak – anak sampai orang tua. Sinetron yang berisi tentang percintaan dan konflik – konflik yang terjadi di dalamnya, cukup membuat khlayak hanyut setiap menonton tayangan tersebut, karena setiap menonton sinetron tersebut penontonnya melibatkan emosi sehingga selalu ingin tahu bagaimana kelanjutannya dan tidak ingin ketinggalan setiap episodenya.

Dari awal mulai ditayangkan sinetron Intan ini, sudah menyedot banyak perhatian masyarakat. Sinetron Intan inipun selalu menduduk i rating pertama bahkan sampai episode ke dua ratus (http://Lautan Indosiar.com). Namun menjelang episode ke dua ratus lima puluh sinetron ini hanya menduduki rating lima besar. Penonton sinetron Intan inipun dari semua kalangan dan karena banyaknya penontonnya sinetron ini sering manambah durasinya setiap hari Sabtu yang tadinya berdurasi satu jam ditambah menjadi dua jam. (www.Bintang.com).

Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Kelurahan Babura Kecamatan Medan Baru. Alasan dari penulis memilih Kelurahan Babura Kecamatan Medan Baru sebagai lokasi penelitiannya karena penulis melihat tingginya antusiasme masyarakat terhadap tayangan sinetron Intan ini dan menurut observasi penulis selama melakukan pra penelitian ke lokasi tersebut masyarakat cukup menyukai isi cerita sinetron Intan dan para pemain yang terlibat dalam sinetron tersebut, bahkan saat sinetron ini mencapai episode ratusanpun masyarakat menyatakan alur cerita sinetron ini masih menarik, dan juga penulis melihat banyak masyarakat di Kelurahan Babura Kecamatan Medan Baru yang menonton acara-acara di RCTI, selain itu berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis, sebagian besar masyarakat di Kelurahan Babura Kecamatan Medan Baru mengenal atau mengetahui sinetron Intan yang ditayangkan di RCTI.


(18)

Berdasarkan uraian di atas inilah yang membuat peneliti merasa tertarik untuk meneliti bagaimanakah hubungan antara penayangan sinetron Intan di RCTI dengan minat menonton masyarakat di Kelurahan Babura Kecamatan Medan Baru.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut : “ Bagaimanakah hubungan antara penayangan sinetron “Intan” dengan minat menonton masyarakat di Kelurahan Babura Kecamatan Medan Baru? “

3. Pembatasan Masalah

Agar ruang lingkup masalah yang akan diteliti tidak terlalu luas, lebih spesifik dan menghindarkan salah pengertian, maka peneliti membuat pembatasan masalah sebagai berikut :

1. Masalah yang diteliti adalah minat menonton sinetron Intan di RCTI. 2. Khalayak yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat

Kelurahan Babura Kecamatan Medan Baru yang berumur 15 – 50.

3. Penelitian ini difokuskan pada masyarakat yang pernah menonton sinetron Intan minimal dua kali.


(19)

4. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui seberapa besar minat menonton masyarakat terhadap sinetron Intan di RCTI.

2. Untuk melihat hubungan antara penayangan sinetron Intan terhadap minat menonton masyarakat di Kelurahan Babura Kecamatan Medan Baru.

3. Untuk mengetahui besarnya pengaruh penayangan sinetron Intan terhadap peningkatan minat menonton masyarakat di Kelurahan Babura Kecamatan Medan Baru

Manfaat Penelitian

1. Secara akademis, penelitian ini dapat disumbangkan kepada FISIP USU khususnya Departemen Ilmu Komunikasi dalam rangka memperkaya sumber bacaan.

2. Secara teoritis, untuk menerapkan ilmu yang didapat penulis selama menjadi mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU. Serta memperkaya cakrawala pengetahuan dan wawasan penulis terhadap tayangan televisi.

5. Kerangka Teori

Kerangka teori sangatlah diperlukan dan merupakan hal yang mutlak dalam suatu penelitian ilmiah, karena hal itu dapat dijadikan landasan berpikir logis dan objektif. Hal ini disebabkan karena suatu penelitian memerlukan


(20)

kejelasan titik tolak dalam memecahkan masalahnya, teori – teori tersebut harus tampak dalam sebuah penelitian.

Kerangka teori merupakan landasan teori yang berguna sebagai pendukung pemecahan masalah. Untuk itu perlu disusun suatu kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran., menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti (Nawawi, 1995:6).

Kerlinger menyebutkan teori merupakan himpunan konstruk (konsep), defenisi, dan preposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rahmat, 2004 : 6)

Dalam penelitian ini, teori – teori yang dianggap relevan antara lain :

5.1 Komunikasi dan komunikasi massa

Istilah komunikasi merupakan terjemahan yang diambil dari bahasa inggris “Communication”. Istilah ini bersumber dari bahasa latin “communication” yang bersumber dari kata “Communis” yang artinya sama. Dalam hal ini yang dimaksud adalah persamaan makna.

Lasswell menerangkan cara terbaik untuk menjelaskan proses komunikasi adalah menjawab pertanyaan. Who, Says what, In which channel, To whom, with what effect (siapa, mengatakan apa, melalui saluran apa, kepada siapa, dengan efek apa).

Menurut Effendy (2006 : 50) Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahukan atau mengubah sikap, pendapat, perilaku, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui media.


(21)

Dalam proses komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan media massa disebut dengan komunikasi massa. Menurut Rahmat (2004 : 189) komunikasi massa diartikan sebagai suatu jenis komunikasi yang ditujukan kepada khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serempak dan sesaat.

Komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komuniakan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar) sangat heterogen dan menimbulkan efek (Liliweri, 1991).

Joseph A. Devito merumuskan komunikasi massa sebagai pertama : merupakan komunikasi yang ditujukan kepada massa, ini berarti khalayak, yang meliputi seluruh atau semua orang yang membaca dan menonton Televisi. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio atau visual.

Komunikasi massa barangkali akan logis bila di defenisikan menurut bentuknya : televisi, radio, film, majalah, surat kabar, buku. (Ardianto, 2004 :11).

5.2 Pengertian Minat

Menurut Effendy (1993 : 103) Minat adalah kelanjutan perhatian yang merupakan titik tolak timbulnya hasrat untuk melakukan tindakan yang diharapkan.


(22)

Menurut Riyono Pratikno (1987 : 54) Minat atau sikap yang membuat seseorang senang terhadap objek situasi dan ide tertentu. Istilah Minat dalam kamus umum Bahasa Indonesia (1998 :583) diartikan sebagai perhatian,kesukaan, ketertarikan, kecenderungan hati yang dimiliki oleh individu secara mendalam untuk mendapat sesuatu yang diinginkan dengan cara membayar atau pengorbanan lainnya.

Minat adalah suatu keadaan dalam diri individu yang mampu mengarahkan perhatiannya untuk objek tertentu yang dianggap penting yang mampu mendorong mereka untuk cenderung mencari objek yang disenangi tersebut. Adapun ciri – ciri minat dapat dilihat dari uraian sebagai berikut :

a. Minat timbul dari perhatian terhadap suatu objek.

b. Setiap orang mempunyai kesukaan terhadap objek yang diminati. c. Minat memunculkan kensenderungan hati untuk mencari objek yang objek yang di senangi.

d. Minat ditunjukan dalam bentuk hasrat melakukan sesuatu kegiatan. Dari penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa minat merupakan keadaan dalam diri seseorang yang mempunyai perhatian terhadap suatu objek dan menyukai objek tersebut.

5.3 Teori S – O – R

Teori ini dilandasi suatu anggapan bahwa organisme menghasilkan perilaku tertentu jika ada kondisi stimulus tertentu. Dalam proses perubahan sikap, maka sikap komunikan hanya dapat berubah apabila stimulus yang menerpanya benar–benar melebihi dari apa yang pernah dialaminya. Menurut


(23)

Prof.Dr. Mar’at dalam bukunya “sikap manusia, perubahan serta pengukurannya mengemukakan bahwa untuk mengenal sikap baru, dikenal tiga variabel penting yaitu:(Effendy 2003 : 255)

a. Perhatian b. Pengertian c. Penerimaan

Berdasarkan uraian diatas, maka proses komunikasi dalam teori S – O – R ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Stimulus Organisme: Perhatian Pengertian Penerimaan

Response

Jika substansi teori diatas dikaitkan dengan perbandingan minat menonton dapat dikemukakan bahwa :

a. Stimulus (pesan) yang dimaksud adalah sinetron Intan di RCTI

b. Organisme ( responden ) yang menjadi sasaran penelitian adalah masyarakat di Kelurahan Babura Kecamatan Medan Baru.

c. Response (Efek), response yang ditimbulkan stimulus dapat merubah sikap yaitu timbulnya perasaan suka atau minat terhadap sinetron Intan yang mendorong komunikan untuk menonton sinetron tersebut, yang kemudian diwujudkan dengan tindakan komunikan untuk meneonton sinetron Intan di RCTI.


(24)

Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan dapat menghantarkan penelitian pada perumusan hipotesa (Nawawi, 1995: 40).

Konsep adalah penggambaran secara tepat fenomena yang hendak diteliti yakni istilah, dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. (Singarimbun, 1995: 57).

Jadi kerangka konsep merupakan hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari masalah yang diuji kebenarannya. Agar konsep – konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel.

Variabel yang dapat digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut :

1. Variabel bebas ( X )

Variabel bebas adalah segala gejala, faktor, atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi munculnya gejala atau faktor atau unsur lain (Nawawi, 1995: 56). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tayangan “ Sinetron Intan ”.

2. Variabel terikat ( Y )

Variabel terikat merupakan sejumlah gejala atau faktor maupun unsur yang ada atau muncul, dipengaruhi atau ditentukan oleh adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah “Minat Menonton Masyarakat”.

3. Karakteristik responden

Merupakan berada diantara variabel bebas dan variabel terikat, berfungsi sebagai penguat atau pelemah hubungan antara variabel terikat. Adapun variabel antara dalam penelitian ini adalah “karakteristik responden”.


(25)

7. Model Teoritis

Variabel Bebas (X) Variabel Terikat (Y) Tayangan sinetron Minat menonton Intan masyarakat

Karakteristik Responden

8. Variabel Operasional

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep di atas maka dibuat operasional variabel yang berfungsi untuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian yaitu sebaga berikut :

Variabel teoritis Variabel operasional 1. Variabel Bebas ( X )

Tayangan Sinetron Intan

]

_________________________________ 2. Variabel Terikat ( Y )

Minat menonton Masyarakat

- Frekuensi Penayangan - Frekuensi Menonton - Waktu Penayangan - Kejelasan Isi Cerita - Peran/akting Pemain

- Gaya/Penampilan Artis/ Aktor Yang Ditampilkan

____________________________ - Perhatian


(26)

_________________________________ 3.Karakteristik responden

- Mengerti - Tertarik

- Menumbuhkan Minat Menonton ____________________________ a. Usia

b. Jenis Kelamin c. Tingkat Pendidikan d. Pekerjaan

9. Defenisi Variabel Operasional

Defenisi variabel operasional adalah unsure penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, defenisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 1995 : 46).

Defenisi operasional dari variabel – variabel dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel Bebas (Sinetron Intan) terdiri dari :

- Frekuensi Penayangan yaitu seberapa sering suatu acara ditayangkan. Dalam hal ini Sinetron Intan ditayangkan setiap Hari Senin sampai dengan Hari Minggu.

- Frekuensi Menonton yaitu untuk mengetahui frekuensi menonton dari responden.

- Waktu penayangan yaitu untuk mengetahui penilaian responden terhadap waktu penayangan sinetron Intan yaitu pukul 18.00-19.00 Wib.


(27)

- Kejelasan isi cerita yaitu untuk mengetahui apakah isi pesan dari sinetron Intan dapat dimengerti oleh responden dengan jelas.

- Peran/akting pemain yaitu bagaimana peran/akting yang diperankan oleh para pemain dalam sinetron Intan.

- Gaya/Penampilan yaitu bagaimana cara berpakaian atau penampilan setiap tokoh yang ada dalam Sinetron Intan.

2. Variabel Terikat (Minat menonton masyarakat)

- Perhatian, yaitu adanya suatu perhatian penonton terhadap tayangan sinetron Intan.

- Kesukaan, yaitu adanya rasa ketertarikan terhadap isi cerita tayangan sinetron Intan.

- Mengerti yaitu penonton mengerti sehingga menyukai isi cerita dari sinetron Intan.

- Tertarik, tumbuhnya rasa tertarik terhadap objek yang diminati dalam hal ini adalah sinetron Intan

- Menumbuhkan minat menonton yaitu karena mengerti isi cerita dari sinetron Intan sehingga menimbulkan ketertarikan untuk menonton sinetron tersebut dan tidak ingin ketinggalan setiap episodenya.

3. Karakteristik responden

a. Usia : Umur responden saat mengisi kuesioner. Tingkatan umur responde yang akan dijadikan sampel yaitu15 – 50.

b. Jenis kelamin : Jenis kelamin dari responden (wanita atau pria) c. Tingkat Pendidikan : Tingkat pendidikan terakhir dari responden yang dijadikan sampel.


(28)

d. Pekerjaan : Mata pencaharian yang digeluti oleh responden yang akan dijadikan sampel.

9. Hipotesa

Hipotesa adalah kesimpulan yang belum final dalam arti masih harus dibuktikan dan diuji lagi kebenarannya (Nawawi, 1995 : 44).

Hipotesa dalam penelitian ini adalah :

Ho: Tidak terdapat hubungan antara penayangan sinetron Intan RCTI dengan peningkatan minat menonton masyarakat.

Ha: Terdapat hubungan antara penayangan sinetron Intan RCTI dengan peningkatan minat menonton masyarakat.


(29)

11. SISTEMATIKA PENULISAN BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Perumusan Masalah 1.3 Pembatasan Masalah

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5 Kerangka Teori

1.6 Kerangka Konsep 1.7 Model Teoritis 1.8 Operasional Variabel 1.9 Defenisi Variabel 1.10 Hipotesa

1.11 Sistematika Penulisan

BAB II LANDASAN TEORI

II. 1. Komunikasi II. 2. Komunikasi Massa II. 3. Media Massa Televisi

II.4. Minat Menonton Tayangan Sinetron II.5. Teori S – O – R


(30)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

III.2 Deskripsi Profil Perusahaan RCTI III.3 Metode Penelitian

III.4 Populasi dan Sampel III.5 Tekhnik Pengumpulan Data III.6 Tekhnik Analisa Data

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Analisa Tabel Tunggal IV.2 Analisa Tabel Silang IV.3 Uji Hipotesa

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan V.2 Saran


(31)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1. Komunikasi

II.1.1. Pengertian Komunikasi

Menurut Effendi (2006 :3-4), komunikasi dalam pengertian umum dapat dilihat dari 2 segi, yaitu :

1. Pengertian Komunikasi Secara Etimologis

Secara Etimologis atau menurut asal katanya, istilah komunikasi berasal dari bahasa latin communication yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna mengenai suatu hal.

2. Pengertian Komunikasi Secara Terminologis

Secara terminologis komunikasi adalah proses suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. dari pengertian tersebut dijelaskan bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain sebagai konsekuensi dari hubungan sosial.

Dari 2 pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian suatu pernyataan yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain sebagai konsekuensi dari hubungan sosial.

Menurut H.A.W Widjaja (2000:13), komunikasi merupakan sebagai hubungan atau kegiatan – kegiatan yang berkaitan dengan masalah hubungan, atau diartikan pula sebagai saling tukar – menukar pendapat.


(32)

Arifin dalam Liliweri (1991:1) mengemukakan dalam percakapan sehari– hari banyak orang selalu memakai kalimat – kalimat yang didalamnya mengandung kata-kata komunikasi. disadari atau tidak kehidupan manusia selalu dibarengi dengan proses komunikasi untuk menyampaikan isi pikirannya, dalam rangka memenuhi kebutuhanya dan bahkan dalam kodratnya sebagai mahluk sosial, manusia tidak terlepas dari komunikasi.

II.1.2. Unsur – Unsur Komunikasi

Adapun unsur – unsur komunikasi menurut Widjaja (2000:30-38) adalah : 1) Sumber

Sumber adalah dasar yang digunakan dalam penyampaian pesan dan digunakan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri. Sumber dapat berupa orang, lembaga, buku, dokumen dan sejenisnya.

2) Komunikator

Komunikator adalah orang atau kelompok yang menyampaikan pesan – pesan komunikasi sebagai suatu proses.

3) Pesan

Pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunikator. 4) Chanel

Chanel adalah saluran penyampaian dari apa yang disampaikan oleh komunikator.

5) Komunikan

Komunikan adalah orang atau kelompok yang menerima pesan yang disampaikan oleh komunikator.


(33)

6) Effect ( hasil )

Effect adalah hasil dari suatu komunikasi, yaitu sikap dan tingkah laku orang, sesuai atau tidak dengan yang kita inginkan.

II.1.3. Tujuan Komunikasi

Tujuan komunikasi menurut Effendy (2003 : 55), yaitu : 1. Mengubah sikap (to change the attitude).

2. Mengubah opini / pendapat / pandangan (to change the opinion). 3. Mengubah perilaku (to change the behavior).

4. Mengubah masyarakat (to change the society).

II.1.4. Dampak Komunikasi

Bagian terpenting dalam berkomunikasi adalah bagaimana caranya agar suatu pesan yang disampaikan komunikator itu menimbulkan dampak atau efek tertentu pada komunikan. Dampak yang timbul dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Dampak Kognitif adalah yang timbul dalam komunikan yang menyebabkan komunikan menjadi tahu atau meningkat intelektualitasnya. b. Dampak Efektif, adalah yang timbul dalam diri komunikan bukan hanya

sekedar tahu tetapi tergerak hatinya yang menimbulkan suatu perasaan tertentu.

c. Dampak Behavioral, adalah yang timbul pada diri komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan


(34)

II.1.5.Proses Komunikasi

Suatu komunikasi dalam kegiatannya berlangsung melalui suatu proses, yaitu jalan dan urutan kegiatan sehingga terjadi/timbul pengertian tentang suatu hal diantara unsur-unsur yang saling berkomunikasi.

Proses komunikasi pada hakekatnya adalah proses penyampaian pikiran (gagasan, informasi, opini) atau perasaan (keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kemarahan, dan lain sebagainya) oleh seorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan).

Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer dan secara sekunder (Effendy, 2006 : 11)

a. Proses komunikasi secara primer

Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (simbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna dan lain sebagainya yang secara langsung mampu ”menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan. Bahasa yang paling banyak digunakan dalam komunikasi karena hanya bahasalah yang mampu ”menerjemahkan” pikiran seseorang kepada

orang lain, apakah itu berbentuk ide, informasi, atau opini. Bagaimana berlangsungnya proses komunikasi yang terdiri atas proses

rohaniah komunikator dan proses rohaniah komunikan dengan bahasa sebagai media atau penghubungnya itu?


(35)

Pertama-tama, komunikator menyandi (encode) pesan yang akan disampaikan kepada komunikan. Ini berarti, ia memformulasikan pikiran dan atau perasaannya ke dalam lambang (bahasa) yang diperkirakan akan dimengerti oleh komunikan. Kemudian menjadi giliran komunikan untuk mengawa-sandi (decode) pesan dari komunikator itu. Ini berarti, ia menafsirkan lambang yang mengandung pikiran dan atau perasaan komunikator tadi dalam konteks pengertiannya.

Umpan balik memainkan peranan yang amat penting dalam komunikasi sebab ia menentukan berlanjutnya komunikasi atau berhentinya komunikasi yang dilancarkan oleh komunikator.

Wilbur Schramm, seorang ahli komunikasi kenamaan dalan karyanya ”Communication Research in United States”, mengatakan bahwa komunikasi akan berhasil apabila pesan yang akan disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of reference), yakni panduan pengalaman dan pengertian (collection of experiences and meanings) yang pernah diperoleh komunikan (Effendy, 2001 : !3)

Menurut Schramm, bidang pengalaman (field of experience) merupakan faktor yang penting dalam komunikasi, jika pengalaman komunikator sama dengan bidang komunikan, komunikasi akan berlangsung lancar, sebaliknya bila pengalaman komunikan tidak sama dengan pengalaman komunikator, akan timbul kesukaran untuk mengerti satu sama lain.


(36)

b. Proses Komunikasi Secara Sekunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.

Pentingnya peranan media, yakni media sekunder, dalam proses komunikasi, disebabkan oleh efisiensinya dalam mencapai komunikan. Surat kabar, radio, atau televisi, misalnya, merupakan media yang efisien dalam mencapai komunikan dalam jumlah yang amat banyak.

Umpan balik dalam komunikasi bermedia dinamakan umpan balik tertunda (delayed feedback), karena sampainya tanggapan atau reaksi khalayak kepada komunikator memerlukan tenggang waktu. Dengan perkataan lain, komunikator mengetahui tanggapan komunikan jika komunikasinya sendiri selesai secara tuntas.

Karena proses komunikasi sekunder ini merupakan sambungan dari komunikasi primer untuk menembus ruang dan waktu, maka dalam menata lambang-lambang untuk memformulasikan isi pesan komunikasi, komunikator harus memperhitungkan ciri-ciri atau sifat media yang akan digunakan. Hal ini disadari pada pertimbangan mengenai siapa komunikan yang akan dituju. Komunikan media surat, poster, atau papan pengumuman akan berbeda dengan komunikan surat kabar, radio, televisi, atau film.

Dengan demikian, proses komunikasi secara sekunder itu menggunakan media yang dapat diklasifikasikan sebagai media massa (mass media) dan media nirmassa atau media non massa (non-mass media).


(37)

II.2. Komunikasi Massa

II.2.1. Pengertian Komunikasi Massa

Komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonym melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat (Rahmat, 2004:189)

Komunikasi Massa adalah proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau mengubah sikap, pendapat, atau perilaku baik secara langsung maupun tidak langsung melalui media.( Effendi, 2003 :5). Namun Wilson menyatakan komunikasi massa tidak lain adalah pembagi yang dikenal dengan media massa, yaitu: buku, pamphlet, majalah, surat kabar, radio, televisi, film, telepon, dll. (Liliweri, 1991:8).

Menurut Gerbner, komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri. Dari defenisi Gerbner tergambar bahwa komunikasi massa itu menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan komunikasi. Produk tersebut disebarkan, didistribusikan kepada khalayak luas secara terus menerus dalam jangka waktu yang tetap, misalnya harian, minggua n, dwimingguan atau bulanan. Proses memproduksi pesan tidak dapat dilakukan oleh perorangan, melainkan harus oleh lembaga dan membutuhkan suatu teknologi tertentu, sehingga komunikasi massa akan banyak dilakukan oleh masyarakat industri (Ardianto, 2004:4).


(38)

Menurut Joseph A. Devito merumuskan komunikasi massa yakni pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini berarti pula bahwa khalayak itu besar pada umumnya agak sukar untuk didefinisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio dan atau visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan logis bila didefinisikan menurut bentuknya : televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku, dan pita (Effendy, 2006 : 21).

II.2.2. Fungsi Komunikasi massa

Fungsi komunikasi massa tidak jauh berbeda dengan fungsi komunikasi pada umumnya. Joseph R. Dominick memberikan penjelasan mengenai fungsi komunikasi massa, yaitu (Ardianto, 2004:15) :

a. Pengawasan

Media mengambil tempat para pengawal yang pekerjaannya mengadakan pengawasan. Orang-orang media, yakni para wartawan surat kabar dan majalah, reporter radio dan televisi, koresponden kantor berita, dan lain-lain berada dimana di seluruh dunia, mengumpulkan informasi buat kita yang tidak bisa kita peroleh


(39)

Fungsi pengawasan dibagi dalam dua jenis, yaitu :

- Pengawasan peringatan terjadi ketika media massa menginformasikan tentang ancaman taufan, letusan gunung berapi, kondisi ekonomi yang meningkatkan inflasi, atau serangan militer.

- Pengawasan instrumental adalah penyampaian atau penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari. Berita tentang film yang dipertunjukan di bioskop setempat, harga barang kebutuhan di pasar, produk-produk baru, dan sebagainya. b. Penafsiran

Media massa tidak hanya menyajikan fakta dan data, tetapi juga memberikan informasi dan interpretasi mengenai suatu peristiwa tertentu. Contoh nyata dapat dilihat pada halaman tajuk rencana surat kabar. Penafsiran ini berbentuk komentar dan opini yang ditujukan kepada pembaca, serta dilengkapi perspektif terhadap berita yang disajikan pada halaman lainnya.

c. Pertalian

Media massa mampu menghubungkan unsur-unsur yang terdapat di dalam masyarakat yang tidak bisa dilakukan oleh saluran perseorangan. Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam, sehingga membentuk pertalian berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu.

d. Penyebaran nilai-nilai (Sosialisasi)

Sosialisasi mengacu kepada cara, dimana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Media massa menyajikan penggambaran masyarakat


(40)

dan dengan membaca, mendengarkan dan menonton, maka sesorang mempelajari bagaimana khalayak berperilaku dan nilai-nilai apa yang penting.

e. Hiburan

Meskipun fungsi utama media massa adalah informasi dalam bentuk pemberitaan, rubrik atau acara-acara hiburan selalu ada seperti cerita pendek, film, drama dan sebagainya.

II.2.3. Efek Komunikasi Massa

Secara umum ada 3 efek komunikasi massa, yaitu :

a) Efek Kognitif, pesan komunikasi massa menimbulkan perubahan dalam hal pengetahuan , pandangan, dan pendapat terhadap sesuatu yang diperoleh khalayak. efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan,keterampilan dan kepercaya atau informasi.

b) Efek Afektif, dimana pesan komunikasi massa mengakibatkan berubahnya perasaan tertentu dari khalayak. Orang dapat berubah menjadi lebih marah, atau berkurang rasa tidak senangnya terhadap sesuatu akibat membaca surat kabar, mendengarkan radio, atau menonton televisi. Efek ini berhubungan dengan emosi, sikap atau nilai.

c) Efek Konatif, komunikasi massa mengakibatkan orang mengambil keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Efek ini merujuk kepada perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi pola – pola tindakan kegiatan atau kebebasan berperilaku (Liliweri, 1991:39).


(41)

II.3. Televisi Sebagai Media Massa II.3.1. Pengertian Televisi

Televisi berasal dari dua kata yaitu tele (bahasa Yunani) yang berarti jauh, dan visi atau videre (bahasa Latin) yang berarti penglihatan. Dengan demikian, televisi dengan bahasa Inggrisnya television diartikan dengan melihat jauh. Melihat jauh di sini diartikan dengan gambar dan suara yang diproduksi di suatu tempat (studio televisi) dapat dilihat dari tempat ”lain” melalui sebuah perangkat penerima (televisi set) (Wahyudi, 1986:49).

Siaran televisi dapat terwujud karena perpaduan tiga unsur utama yaitu studio televisi, transmisi pemancar, dan pesawat televisi atau pesawat penerima siaran. Ketiga unsur utama inilah yang disebut dengan trilogi televisi. Di samping itu, yang tidak kalah pentingnya adalah organisasi pendukungnya yaitu organisasi penyiaran. Organisasi penyiaran ini terdiri atas administrasi manajemen, teknik dan siaran.

Televisi yang muncul di masyarakat di awal dekade 1960-an, semakin lama semakin mendominasi komunikasi massa. Sebagai media massa, televisi memang memiliki kelebihan dalam penyampaian pesan dibandingkan dengan media massa lain. Pesan-pesan melalui televisi disampaikan melalui gambar dan suara secara bersamaan (sinkron) dan hidup, sangat cepat (aktual) terlebih lagi dalam siaran langsung (live broadcast) dan dapat menjangkau ruang yang sangat luas. (Wahyudi, 1986:3)

Televisi menciptakan suasana tertentu yaitu pada pemirsanya agar dapat melihat sambil duduk santai tanpa kesenjangan untuk menyaksikannya.


(42)

Penyampaian isi pesan seolah – olah langsung antar komunikator dan komunikan. Informasi yang disampaikan oleh televisi, akan mudah dimengerti karena jelas terdengar secara audio dan terihat secara visual.(Effendy,2001:8)

Media Televisi adalah salah satu dari media massa yang mampu menyajikan informasi kejadian – kejadian dalam masyarakat secara objektif, itu semua tergantung dari para pengelolanya / perancang acara televisi, bagaimana mengemassuatu acara televisi agar sama dengan realitas sosial objektif yang terjadi dalam lingkungan hidup pemirsanya.

Ada tiga dampak yang ditimbulkan dalam acara televisi terhadap pemirsanya, yaitu :

1. Dampak kognitif yaitu kemampuan seseorang atau pemirsa untuk menyerap dan memahami acara yang ditayangkan televisi yang melehirkan pengetahuan bagi pemirsa.

2. Dampak peniruan yaitu pemirsa dihadapkan pada trend actual yang ditayangkan di televisi yang mempengaruhi pemirsa untuk menirunya. 3. Dampak perilaku yaitu proses tertanamnya nilai –nilai sosial budaya yang

telah ditayangkan acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan sehari – hari.


(43)

II.3.2.Karakteristik Televisi

Televisi mempunyai karakteristik sebagai berikut: (Ardianto, 2004:128-130)

1. Audiovisual

Televisi memiliki kelebihan, yakni dapat didengar sekaligus dapat dilihat (audiovisual). Khalayak televisi dapat melihat gambar yang bergerak. Kata-kata dan gambar harus ada kesesuaian secara harmonis. Karena sifatnya yang audiovisual, siaran berita harus selalu dilengkapi dengan gambar, baik gambar diam seperti foto, gambar peta, maupun film berita, yakni rekaman peristiwa yang menjadi topik berita.

2. Berpikir dalam gambar

Ada dua tahap yang dilakukan dalam proses berpikir dalam gambar. Pertama, adalah visualisasi, yakni menerjemahkan kata-kata yang mengandung gagasan yang menjadi gambar secara individual. Misalnya dalam naskah disebutkan: ”seorang gadis yang dilanda duka sedang duduk termenung”, maka visualisasinya adalah gadis dengan wajah sedih duduk di kursi dan tangannya menopang dagu. Kedua, adalah penggambaran, yakni kegiatan merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa, sehingga kontinuitasnya mengandung makna tertentu. Misalnya, penggambaran proses metamorphosa kupu mulai dari telur kupu-kupu sampai menjadi kupu-kupu-kupu-kupu. Dalam proses penggambaran ada gerakan-gerakan kamera tertentu yang dapat menghasilkan gambar yang sangat besar (big


(44)

3. Pengoperasian lebih kompleks

Pengoperasian televisi siaran lebih kompleks dan lebih banyak melibatkan orang. Peralatan yang digunakan pun lebih banyak dan untuk mengoperasikannya lebih rumit dan harus dilakukan oleh orang-orang yang terampil dan terlatih.

II.3.3. Fungsi Televisi Sebagai Media Massa.

Televisi sebagai media komunikasi pandang dengar pada pokoknya mempunyai 3 fungsi utama, yakni fungsi informasi, pendidikan, dan hiburan.(Effendy, 2003:24)

1. Fungsi Informasi (The Information Function)

Televisi dalam melaksanakan fungsinya sebagai sarana informasi tidak hanya dalam bentuk siaran pandang mata, yaitu berita yang dibacakan penyiar dilengkapi gambar-gambar faktual, akan tetapi juga menyiarkan bentuk lain seperti ceramah, diskusi dan komentar. Televisi dianggap sebagai media massa yang mampu menyiarkan informasi yang sangat memuaskan. Hal ini didorong oleh 2 faktor yang terdapat dalam media massa audio visual tersebut yaitu

immediacy dan realism.

Immediacy, mencakup pengertian langsung dan dekat. Peristiwa yang

disiarkan oleh stasiun televisi dapat dilihat dan didengar oleh pemirsa pada saat peristiwa itu berlangsung. Penyiar yang sedang membaca berita pemuka masyarakat yang sedang berpidato atau petinju yang sedang melancarkannya, tampak dan terdengar oleh para pemirsa, seolah-olah mereka berada ditempat peristiwa itu terjadi. Meskipun mereka berada dirumah masing-masing, jauh dari tempat kejadian, tetapi mereka dapat menyaksikan dengan jelas dari jarak yang


(45)

amat dekat, lebih-lebih ketika menyaksikan pertandingan sepak bola misalnya, mereka dapat melihat wajah seorang penjaga gawang lebih jelas, dibandingkan dengan kalau mereka sendiri berada di tribune sebagai penonton.

Menyaksikan jalannya pertandingan melalui pesawat televisi bagi khalayak jauh lebih memuaskan daripada membacanya di surat kabar yang menginformasikan keesokan harinya.

Realism, mengandung makna kenyataan. Ini berarti bahwa stasiun televisi

menyiarkan informasinya secara audio dan visual dengan perantaraan mikrofon dan kamera apa adanya sesuai dengan kenyataan, jadi para pemirsa melihat sendiri dan mendengar sendiri. Dalam menyiarkan informasi mengenai pidato presiden di istana negara misalnya, para pemirsa melihat sendiri wajah presiden dan mendegar sendiri suaranya. Nyata, tidak seperti ketika membaca surat kabar mengenai peristiwa yang sama, yang telah dahulu diolah oleh wartawan.

2. Fungsi Pendidikan (The Educational Function)

Sebagai media komunikasi massa televisi merupakan sarana yang ampuh untuk menyiarkan acara pendidikan kepada khalayak yang jumlahnya begitu banyak secara simultan. Sesuai dengan makna pendidikan, yakni meningkatkan pengatahuan dan penalaran masyarakat, televisi menyiarkan acara- acara tertentu secara teratur, misalnya pelajaran bahasa, matematika, dll.

Selain acara pendidikan yang dialkukan secara berkesinambungan diatas, stasiun televisi juga menyiarkan berbagai acara secara implisit mengandung pendidikan. Acara – acara tersebut antara lain sandiwara, fragmen, ceramah, film, dll, yang dinamakan pendidikan informal.


(46)

3. Fungsi Hiburan (The Entertainment Function)

Sebagai media yang melayani kepentingan masyarakat luas, fungsi hiburan yang melekat pada televisi tampaknya lebih dominan dari fungsi – fungsi lainnya, Sebagian besar dari alokasi waktu massa siaran televisi diisi oleh acara – acara hiburan seperti lagu – lagu, film, sinetron, dll. Fungsi hiburan sangat penting, karena ia menjadi salah satu kebutuhan manusia untuk mengisi waktu merekadari aktivitas di luar rumah.

Televisi sebagai media komunikasi massa hadir dengan acara – acara yang cukup memikat hati penonton dan tidak dapat dilewatkan begitu saja, seperti sinetron, komedi, kartun, kuis, musik, acara infotainment, yang membuat hati penonton jadi penasaran sehingga dapat dilihat dengan kenyataan bahwa televisi seolah-olah menggantikan bioskop sebagai sarana hiburan di dalam rumah yang menyebabkan mereka jarang keluar karena lebih betah tinggal di rumah menonton acara – acara yang ditayangkan di televisi.

II.4. Minat Menonton Tayangan Sinetron II.4.1. Pengertian Minat

Bentuk konkret dari dari efek atau terjadinya perubahan sikap, pendapat, kelakuan dan tumbuhnya minat yang merupakan akibat dari rangsangan yang menyentuhnya baik itu bersifat langsung maupun lewat media massa.

Menurut Hurloch (1992 : 115), Minat selalu berkaitan dengan bobot emosional yang akan menentukan seberapa lama minat akan bertahan dan kepuasan yang diperoleh dari minat itu. Jadi dapat dikatakan bahwa minat sangat dipengaruhi perangsang atau stimulus.


(47)

Menurut Effendy (1993 : 103) Minat adalah kelanjutan perhatian yang merupakan titik tolak timbulnya hasrat untuk melakukan tindakan yang diharapkan.

Menurut Riyono Pratikno ( 1987 : 54 ) Minat atau sikap yang membuat seseorang senang terhadap objek situasi dan ide tertentu. Istilah Minat dalam kamus umum Bahasa Indonesia ( 1988 : 583 ) diartikan sebagai perhatian, kesukaan, ketertarikan, kecenderungan hati yang dimiliki oleh individu secara mendalam untuk mendapat sesuatu yang diinginkan dengan cara membayar atau pengorbanan lainnya.

Minat adalah suatu keadaan dalam diri individu yang mampu mengarahkan perhatiannya untuk objek tertentu yang dianggap penting yang mampu mendorong mereka untuk cenderung mencari objek yang disenangi tersebut. Adapun ciri – ciri minat dapat dilihat dari uraian sebagai berikut :

1. Minat tidak dibawa sejak lahir, minat timbul dari perasaan senang terhadap suatu objek.

2. Minat dapat berubah-ubah.

3. Minat tidak berdiri sendiri, senantiasa mengandung reaksi dengan stimulus maupun objek.

4. Objek minat itu dapat merupakan suatu hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan kumpulan-kumpulan dari hal-hal tersebut.


(48)

Minat dapat timbul apabila :

1. Terjadinya sesuatu hal yang menarik

2. Terdapatnya kontras, yaitu hal yang satu dengan yang lannya, sehingga apa yang menonjol itu menimbulkan perhatian.

3. Terdapatnya harapan mendapatkan keuntungan atau mungkin gangguan dari hal – hal yang dimaksud ( Riyono, 1987 : 28 ).

Dari defenisi - defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa minat adalah sikap yang dapat menimbulkan perhatian, rasa ingin tahu dan hasrat untuk melakukan sesuatu dalam diri seseorang yang muncul akibat adanya objek tertentu ataupun rangsangan.

II.4.2. Pengertian Menonton

Menurut kamus umum Bahasa Indonesia, menonton adalah melihat pertunjukan, gambar hidup dan sebagainya (Poerwadaminta,1998 :108)

Sedangkan pengertian menonton menurut Sardji (1991 dalam Naratama, 2004:71) adalah suatu proses yang disadari atau tidak disadari dimana menonton diletakan pada alam yang samar yang dihadapkan pada tumpuan cahaya dan membantu menghasilkan ilusi di atas layar yang akan menimbulkan emosi, pikiran dan perhatian manusia yang dipengaruhi tayangan – tayangan yang ditonton


(49)

Berdasarkan pengertian tentang minat dan menonton tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan minat menonton dalam penelitian ini adalah suatu keadaan dimana diri individu atau khalayak terjangkit untuk mengarahkan perhatiannya secara sadar terhadap objek yang disenanginya dan untuk selanjutnya emosi, pikiran dan perhatiannya terpengaruh untuk mengikuti acara tersebut

II.4.3. Tayangan Sinetron

Sinema elektronik atau yang lebih populer disebut dengan sinetron adalah sandiwara bersambung yang disiarkan oleh televisi. Menjamurnya sinetron di televisi, bukan hal yang luar biasa. Kehadiran sinetron merupakan satu bentuk aktualitas komunikasi dan interaksi manusia yang diolah berdasarkan alur cerita untuk mengangkat permasalahan hidup manusia sehari-hari. Dalam membuat sinetron kru televisi (sutradara, pengarah acara, dan produser) harus memasukan isi pesan yang positif bagi pemirsa. dengan kata lain, pesan sinetron dapat mewakili aktualitas kehidupan masyarakat dalam realitas sosialnya.

Memang belum ada metode atau ukuran yang jelas dan pasti dalam membuat sinetron yang baik dan berkualitas serta memenuhi selera pemirsa. Semua masih relative tergantung penilaian masing – masing pemirsa. Tetapi para kru televisi dituntut untuk bertanggung jawab dalam membuat paket sinetron. Ini merupakan beban moral yang harus diterima.

Banyakanya sinetron yang menggambarkan sisi sosial dan moral dalam kehidupan masyarakat tentu sangat bermanfaat bagi pemirsa dalam menentukan sikap. Pesan – pesan sinetron terkadang terungkap secara simbolis dalam alur


(50)

ceritanya. kalau isi pesan sinetron tidak mencerminkan realitas sosial objektif dalam kehidupan pemirsa, maka yang tampak dalam cerita sinetron tersebut hanya gambaran semu.

Akibat fatal yang muncul apabila isi pesan sinetron berlawanan dengan kondisi sosial yakni pemirsa tidak mendapatkan manfaat secara khusus bagi kehidupannya, menyangkut aspek hubungan dan pergaulan sosial. Sinetron – sinetron hanya menjual kemiskinan dan menonjolkan doktrin tertentu (menggurui) akan membuat pemirsa jenuh untuk menontonnya.

Menurut Kuswandi (1996:132), untuk membuat sinetron ada 2 hal yang cukup penting dan perlu diperhatikan yaitu :

1. Terdapat permasalahan sosial dalam cerita sinetron yang mewakili realitas sosial dalam masyarakat.

2. Menyelesaikan permasalahan yang terjadi dalam sinetron secara positif dan responsif.

Saat ini, acara televisi yang berhubungan dengan misi pembangunan adalah paket sinetron, banyak pesan – pesan pembangunan diangkat dalam sinetron baik secara berseri maupun lepas. Diantaranya soal kehidupan keluarga, kesehatan, keagamaan, dll. Paket sinetron cukup banyak digemari pemirsa dari berbagai lapisan sosial. Tampilnya paket sinetron televisi mempunyai beberapa unsur yaitu :

a. Cerita sinetron umumnya sesuai dengan realitas kehidupan masyarakat. b. Isi pesan sinetron mengkomunikasikan soal pembangunan baik secara fisik maupun mental.


(51)

Sinetron pada umumnya bercerita tentang kehidupan manusia sehari – hari yang diwarnai dengan konflik, seperti layaknya drama, sinetron diawali dengan perkenalan tokoh – tokoh yang memiliki karakter khas masing – masing. Berbagai karakter yang berbeda menimbulkan konflik yag makin lama makin besar sehingga sampai pada titik klimaksnya. Dan akhir dari suatu sinetron dapat bahagia ataupun sedih tergantung dari jalan cerita yang ditentukan oleh penulis skenario.

Berbicara mengenai isi pesan dalam sebuah paket sinetron televisi, bukan hanya melihat dari segi budaya, tetapi juga berhubungan dengan masalah ideologi, ekonomi, maupun politik. Dengan kata lain, paket sinetron merupakan cerminan kenyataan kehidupan dari masyarakat sehari – hari.

Paket sinetron yang tampil di televisi adalah salah satu bentuk untuk mendidik masyarakat dalam bersikap dan berperilaku yang sesuai dengan tatanan norma dan nilai budaya masyarakat. Masalah yang sangat krusial dalam isi pesan sinetron adalah soal kualitas dan objektivitas. Dalam artian tidak selamanya sinetron yang berkualitas dapat menunjukan atau mengungkapkan objektivitas sosial. Ini terjadi karena dalam kehadirannya isi pesan sinetron selalu terbentur

pada masalah – masalah politis dan idiologis dalam suatu sistim politik nasional.

II.5. Teori S – O – R

Teori S – O – R ini singkatan dari Stimulus Organism Response. Teori ini semula berasal dari psikologi yang kemudian menjadi teori komunikasi. Hal ini dikarenakan objek materialnya sama dengan ilmu komunikasi, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen – komponen sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi


(52)

dan konasi. Menurut teori ini efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan.

Unsur – unsur yang terdapat dalam teori ini antara lain : 1. Pesan (Stimulus)

2. Komunikan (Organism) 3. Efek (Response)

Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap atau aspek “How”, bukan “What” dan “Why”. Jelasnya how to communicate, dalam hal ini how to change the attitude, bagaimana merubah sikap komunikan. Dalam proses perubahan sikap, tampak bahwa sikap dapat berubah hanya jika stimulus yang menerpa benar – benar melebihi dari apa yang ada didalamnya.

Teori ini dilandasi suatu anggapan bahwa organisme menghasilkan perilaku tertentu jika ada kondisi stimulus tertentu. Dalam proses perubahan sikap, maka sikap komunikan hanya dapat berubah apabila stimulus yang menerpanya benar–benar melebihi dari apa yang pernah dialaminya. Menurut Prof. Dr. Mar’at dalam bukunya “sikap manusia, perubahan serta pengukurannya” mengemukakan bahwa untuk mengenal sikap baru, dikenal tiga variabel penting yaitu (Effendy 2003: 255):

a. Perhatian b. Pengertian c. Penerimaan

Berdasarkan uraian diatas, maka proses komunikasi dalam teori S – O – R ini dapat digambarkan sebagai berikut :


(53)

Stimulus Organisme: Perhatian Pengertian Penerimaan

Response

Gambar diatas menunjukan bahwa perubahan sikap bergantung pada proses yang terjadi pada individu. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap. (Effendy, 2003 :255-256)

II.6. Implementasi Teori S – O – R Terhadap Tayangan Sinetron Intan

1. Stimulus ( Pesan )

Stimulus ( pesan ) yang dimaksud adalah Sinetron Intan. Sinetron Intan adalah salah satu sinetron yang ditayangkan oleh stasiun televisi RCTI, sinetron ini menceritakan kehidupan sepasang kekasih yang bernama Intan dan Rado, dimana dalam perjalanan cinta mereka, mereka banyak sekali menghadapi rintangan dan berbagai konflik, namun pasangan ini tetap bertahan dalam menghadapi setiap permasalahan yang ada.

Awalnya hubungan Intan dan Rado tidak mendapat restu dari orang tua Rado, dengan alasan, bahwa Intan telah mempunyai anak dari suami pertamanya Ello yang telah meninggal. Namun akhirnya kekuatan cinta mereka mampu


(54)

meluluhkan hati orang tua Rado yang kemudian mengizinkan mereka menikah. Tetapi, permasalahan tidak berhenti disitu saja karena setelah mereka menikah Intan divonis dokter tidak bisa mempunyai keturunan. Hal itu tentu semakin membuat Ibu Rado merasa khawatir, dan memcari cara untuk memisahkan Rado dan Intan. Namun segala cara yang digunakan oleh Ibu Rado selalu gagal. Sampai pada suatu saat, Intan hamil dan melahirkan anaknya, tetapi muncul masalah baru, anak yang dilahirkan Intan mengalami kelainan karena kehamilan Intan yang tidak normal. karena merasa malu memiliki cucu yang cacat, maka Ibu Rado mencari cara dengan menukar anak Intan dengan anak yang normal, tanpa sepengetahuan Intan dan Rado.

Berbagai permasalahan yang dihadapi Intan dan Rado selalu mampu mereka lewati. Hal itu menunjukan betapa besar kekuatan cinta mereka sehingga mampu menghadapi berbagai rintangan seberat apapun. Dengan adanya konflik – konflik yang mewarnai hubungan Intan dan Rado menunjukan bahwa cinta, perjuangan keras ketegaran dan tidak mudah menyerah, adalah kunci agar dapat menyelseaikan segala permasalahan yang terjadi dalam kehidupan mereka.

2. Organism ( Komunikan )

Organism ( komunikan ) yang menjadi sasaran adalah masyarakat Kelurahan Babura Kecamatan Medan Baru yang pernah menyaksikan sinetron Intan dan yang suka menonton Sinetron Intan. Dan mampu mengerti atau memahami pesan yang terdapat dalam Sinetron Intan.


(55)

3. Response ( Efek )

Response (efek) yang ditimbulkan dari stimulus (pesan) diharapkan dapat mengubah sikap dari komunikan sehingga timbul perasaan suka atau minat terhadap sinetron Intan yang ditayangkan di RCTI yang mendorong komunikan untuk menonton sinetron Intan yang kemudian diwujudkan dengan tindakan komunikan untuk menonton sinetron Intan di RCTI. Dan setelah menonton sinetron Intan komunikan menyukai dan tidak ingin ketinggalan setiap episodenya.

Selain itu, komunikan juga dapat memperoleh pesan dari penayangan sinetron Intan, sehingga komunikan mendapat inspirasi dari kisah hidup yang dihadapi oleh Intan sebagai pemeran utama dalam sinetron ini.


(56)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1 DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Babura Kecamatan Medan Baru. Sebagai gambaran umum peneliti memaparkan berbagai informasi tentang Kelurahan Babura Kecamatan Medan Baru, antara lain letak geografis, keadaan demografi, keadaan sosial ekonomi, serta struktur organisasi.

III.1.1. Letak Geografis

Kelurahan Babura berada di kawasan Kecamatan Medan Baru yang memiliki luas wilayah + 70 Hektar. Dengan luas yang besar, Kelurahan Babura Kecamatan Medan baru memiliki batas wilayah dengan daerah lainnya antara lain:

1. Sebelah Timur berbatasan dengan Jl. Iskandar Muda 2. Sebelah Barat berbatasan dengan Jl. Darussalam 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Jl. Abdullah Lubis 4. Sebelah Utara berbatasan dengann Jl. Gajah Mada

III.1.2. Keadaan Demografi

Jumlah penduduk di Kelurahan Babura Kecamatan Medan Baru secara keseluruhan mencapai 10.480 jiwa ( Kantor Kelurahan Babura, November 2006 ). Dengan jumlah kepala keluarga mencapai 1897 keluarga yang tersebar di 13 lingkungan.

Kelurahan Babura Kecamatan Medan Baru terdiri dari berbagai macam agama, tingkat pendidikan, dan tingkat ekonomi.


(57)

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang penduduk Kelurahan Babura Kecamatan Medan Baru, maka dibawah ini akan dipaparkan dalam berbagai tabel:

Tabel 1

Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur No Kelompok Umur Jumlah/Orang

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 12. 13.

1 – 5 tahun 6 – 10 tahun 11 – 15 tahun 16 – 20 tahun 21 – 25 tahun 26 – 30 tahun 31 – 35 tahun 36 – 40 tahun 41 – 45 tahun 46 – 50 tahun 51 – 55 tahun 56 tahun keatas

272 360 462 879 1820 1060 1581 1649 925 687 473 312

Total 10.480

Sumber : Kantor Kelurahan Babura April 2006

Berdasarkan tabel 1 dapat ditarik kesimpulan bahwa Kelurahan Babura Kecamatan Medan Baru, penduduk terbanyak adalah yang berumur 21 – 25 tahun, sedangkan jumlah penduduk terkecil adalah penduduk yang berumur 1 – 5 tahun.

Tabel 2

Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama

No Agama Jumlah/Orang 1. 2. 3. 4. 5. Islam Kristen Katolik Budha Hindu 5608 2967 1373 429 103 Total 10.480


(58)

Tabel 3 menunjukan bahwa mayoritas penduduk Kelurahan Babura Kecamatan Medan Baru adalah menganut agama Islam, terbanyak kedua adalah Kristen.

III.1.3. Keadaan Sosial ekonomi

Masyarakat yang bertempat tinggal di Kelurahan Babura Kecamatan Medan Baru memiliki perbedaan mata pencaharian yang membuat adanya perbedaan status sosial ekonominya. Untuk memberikan gambaran yang jelas tentang keadaan sosial, ekonomi dan pendidikan penduduk Kelurahan Babura Kecamatan Medan Baru, maka berikut ini akan dipaparkan dalam beberapa tabel:

Tabel 3.

Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan No Tingkat Pendidikan Jumlah/Orang

1. 2. 3. 4. 5.

SD/ Sederajat SLTP/ Sederajat SLTA/ Sederajat Akademi (D1/D3)

Sarjana (S1/S3)

1856 1471 3272 538 2278

Total 9415

Sumber : Kantor Kelurahan Babura April 2006

Distribusi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Kelurahan Babura Kecamatan Medan Baru tidak merata, bahkan tidak terdatanya sebagian penduduk sehingga tidak diketahuinya berapa penduduk yang tidak tamat atau putus sekolah. Namun secara keseluruhan dari segi tingkat pendidikannya kebanyakan masyarakat di Kelurahan Babura Kecamatan Medan Baru adalah tamatan SLTA/sederajat.


(59)

Tabel 4.

Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan No Mata Pencaharian Jumlah/Orang

1. 2. 3. 4. 5.

Pegawai Negeri Karyawan / Buruh

Wiraswasta POLRI Pensiunan

329 6497

746 54 3011

Total 10.637

Sumber : Kantor Kelurahan Babura April 2006

Adapun karakteristik penduduk Kelurahan Babura Kecamatan Medan Baru berdasarkan pekerjaan didominasi oleh Karyawan/Buruh.


(60)

III.1.4 Struktur Organisasi

Kelurahan : Babura Kecamaatan : Medan Baru Kota : Medan

Propinsi : Sumatera Utara

Struktur organisasi Kelurahan Babura Kecamatan Medan Baru adalah sebagai berikut: LURAH SEKRETARIS KAUR KESRA KAUR UMUM KAUR EK-BANG KAUR

PEMERINTAHAN KEUANGANKAUR

Lingku ngan VI Lingku ngan V Lingku ngan IV Lingku ngan III Lingku ngan II Lingku ngan I Lingku ngan VII Lingku ngan VIII Lingku ngan IX Lingku ngan X Lingku ngan XI Lingku ngan XII Lingku ngan XIII

sumber : kantor Kelurahan Babura April 2006

III.2. Deskripsi Profil Perusahaan Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI)

PT Rajawali Citra Televisi Indonesia merupakan stasiun televisi swasta pertama di Indonesia. Berdiri pada tanggal 21 Agustus 1987, stasiun televisi yang dibangun di atas tanah seluas 10 Hektar ini mulai mengudara dua tahun kemudian, tepatnya bulan Agustuus 1989.


(61)

Dengan wilayah jangkauan yang luas meliputi hampir seluruh wilayah di Indonesia, serta penggunaan Satelit domestik Palapa B2P yang memungkinkan merelay program ke seluruh pemirsanya, membuat RCTI menjadi stasiun televisi paling digemari oleh pemirsa, terbukti dari tingginya rating dan share terhadap program-program RCTI. Hal ini tentu saja membuat RCTI menjadi ladang yang subur bagi para pengiklan yang hendak mengiklankan produk dan jasa mereka.

Dibawah naungan perusahaan induknya MNC (Media Nusantara Citra), RCTI berhasil menempati posisi nomor satu diantara stasiun televisi lainnya di Indonesia. Selain itu pengembangan teknologi yang dilakukan RCTI juga memungkinkan pemirsa menikmati program-program RCTI melalui telepon seluler dan Internet.

Didukung oleh lebih dari 1550 tenaga professional yang penuh semangat, berdidikasi tinggi terhadap perusahaan, berkomitmen tinggi, serta konsisten memberikan pelayan terbaik mereka terhadap pemirsa, menjadikan RCTI sebagai pelopor dalam hal penyediaan program-program informasi dan hiburan terbaik dan paling digemari oleh pemirsanya.

III.2.1 Visi, Misi, dan Tiga Pilar Utama Rajawali Citra Televisi Indonesia 1. Visi

“MEDIA UTAMA HIBURAN DAN INFORMASI

Menjadi pilihan utama sebagai sumber hiburan dan informasi bagi masyarakat dengan menyajikan program yang menarik dan berkualitas dimana secara bersamaan memperhatikan keseimbangan faktor bisnis dan tanggung jawab sosial sebagai media yang dominan di tanah air.


(62)

2. MISI

Menekankan semangat kebersamaan dalam membangun sebuah tim kerja yang kuat dimana seluruh komponen perusahaan mulai dari level teratas sampai terbawah mampu bersama-sama terstimulasi, terkoordinasi, dan tersistimatisasi memberikan karya terbaiknya demi mewujudkan pelayanan terbaik dan utama.

“BERSAMA MENYEDIAKAN LAYANAN PRIMA”

1. Keutamaan dalam Kebersamaan

3. TIGA PILAR UTAMA

2. Bersatu Padu 3. Oke

Untuk mewujudkan visi dan misi perusahaan, ada 3 (tiga) nilai sebagai pilar utama yang menjadi motivasi, inspirasi, dan semangat juang insani RCTI. Proses kerja dilakukan dengan semangat kebersamaan untuk sampai pada hasil yang mendapatkan pengakuan dari para “stakeholder” atas kualitas, integritas yang ditampilkan.

III.3 Metode Penelitian

Untuk penelitian ini digunakan metode penelitian korelasional yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana variabel suatu faktor berkaitan dengan faktor lainnya (Rakhmat, 1997 : 27 ).


(63)

III.3.1. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Babura Kecamatan Medan Baru., waktu penelitian dilakukan pada bulan April – Mei 2007.

III.4. Populasi dan Sampel III.4.1. Populasi

Dalam metode penelitian kata populasi sangat popular digunakan untuk menyebutkan serumpun atau sekelompok objek yang menjadi sasaran penelitian. Oleh karenanya, populasi penelitian merupakan keseluruhan dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala-gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dsb. (Bungin, 2005:99)

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penduduk di kelurahan Babura Kecamatan Medan Baru yang berusia 15 – 50 tahun. Dan yang menjadi alasan bagi peneliti dalam memilih populasi tersebut karena berdasarkan pengamatan peneliti masyarakat Kelurahan Babura kecamatan Medan Baru adalah masyarakat yang heterogen sehingga sangat mendukung penelitian.

Berdasarkan data yang diperoleh saat pra penelitian didapati bahwa penduduk Kelurahan Babura Kecamatan Medan Baru adalah sebanyak 10.480 jiwa.

III.4.2. Sampel

Merupakan sebagian dari populasi yang diambil dengan menggunakan cara – cara tertentu (Nawawi, 1995 : 144)


(64)

Tehnik penarikan sampel yang representative dilakukan dengan menggunakan rumus Taro Yamane, dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90% (Kriyantono,2006:160), yaitu sebagai berikut:

Rumus ini digunakan karena jumlah populasi yang cukup besar. n = ___

N (d) N __

2 = __

+1 10.480(0.1)

10.480_____ 2

+ 1 = __

104,8 + 1 10.480__ = _

105,8 10.480_ = 99,05 = 99 orang Keterangan :

N = populasi n = sampel

d = presisi ( yang digunakan adalah 10% atau 0,1 )

Jadi sampel dalam penelitian adalah sebanyak 99 orang. Sedangkan untuk menentukan masyarakat yang berhak menjadi sampel digunakan tehnik

Proportional Random Sampling.

Pengambilan sampel dengan menggunakan tehnik ini karena populasi bersifat heterogen dan karena populasi di Kelurahan Babura Kecamatan Medan Baru terbagi dalam beberapa lingkungan. tehnik ini memberi peluang kepada populasi yang lebih kecil untuk dipilih menjadi sampel.

Dari jumlah sampel sebanyak 99 orang, maka dipilih jumlah sampel dari tiap-tipa lingkungan dengan menggunakan rumus:


(65)

n = N n1 x n

Keterangan :

n = jumlah sampel n1 = jumlah populasi N = populasi

Untuk mengetahui penyebaran sampel pada setiap lingkungan dapat dilihat pada tabel berikut :

Populasi dan distribusi sampel

No Lingkungan Jumlah Populasi Sampel

1 I 160 2

2 II 2105 20

3 III 1825 17

4 IV 360 3

5 V 488 5

6 VI 398 4

7 VII 683 6

8 VIII 340 3

9 IX 438 4

10 X 388 4

11 XI 1419 13

12 XII 908 9

13 XIII 968 9

jumlah 10.480 99


(66)

III.5 Tehnik Penarikan Sampel

Tehnik penarikan sampel yang memastikan setiap unsure berpeluang yang sama untuk dijadikan sampel. Peluang yang sama berarti setiap unsure mempunyai probabilitas yang sama untuk dijadikan sampel (Eriyanto, 1999:92)

Tehnik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : III.5.1Purposive sampling

Pengambilan sampel dengan tekhnik ini disesuaikan dengan tujuan penelitian, dimana sampel yang digunakan sesuai dengan kriteria – kriteria tertentu berdasarkan tujuan penelitian. Adapun kriteria tersebut adalah sebagai berikut :

1. Sampel adalah penduduk yang berdomisili di Kelurahan Babura Kecamatan

Medan Baru.

2. Berusia 15 – 50 tahun

3. Sering menonton Sinetron Intan setiap ditayangkan di RCTI.

III.6. Tekhnik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua tekhnik pengumpulan data, antara lain :

a. Penelitian Kepustakaan ( Library research )

Yaitu dengan cara mempelajari dan mengumpulkan data melalui literature dan sumber bacaan yang relevan dan mendukung penelitian.


(67)

b. Penelitian Lapangan ( Field research )

Karena langsung mengharapkan data dan fakta yang akan menjawab permasalahannya, tahapannya sebagai berikut :

• Wawancara : Merupakan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematis dan berlandaskan kepada tujuan penelitian.

• Kuesioner : Alat pengumpul data dalam bentuk sejumlah pertanyaan tertulis yang harus dijawab secara tertulis pula oleh responden (Nawawi,1995 : 117 ).

III.7. Tekhnik Analisa Data

Merupakan proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah di baca dan dipresentasikan ( Singarimbun, 1995: 23 ).

Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis melalui tiga tahap, antara lain :

1. Analisa Tabel Tunggal

Merupakan suatu analisa yang dilakukan dengan membagi – bagikan variabel penelitian ke dalam kategori – kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Table tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisa data yang terdiri dari kolom yaitu sejumlah frekwensi dan persentase untuk setiap kategori ( Singarimbun, 1995 :266 ).


(68)

2. Analisa Tabel Silang

Tekhnik yang digunakan untuk menganalisa dan mengetahui variabel yang satu memiliki hubungan dengan variabel lainnya, sehingga dapat diketahui apakah variabel tersebut bernilai positif atau negatif ( Singarimbun, 1995 : 273 ).

3. Uji Hipotesa

Adalah suatu cara untuk mengetahui apakah hipotesa yang dianjurkan dalam penelitian ditolak/diterima. Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang diukur terdapat dalam skala ordinal, maka untuk menguji hipotesis penelitian ini menggunakan rumus Spearman’s Rho Rank Order Correlation (Arikunto, 1998:427)

Rho = 1 - __6 ∑ D2

N ( N

__ 2

Keterangan :

– 1 )

Rho : Koefisien korelasi tata jenjang Spearman D : Perbedaan atau selisih pasangan rangking N : Banyaknya subjek

1 : Bilangan konstan 6 : Bilangan konstan

Spearman Rho Koefisien adalah metode untuk menganalisa data dan untuk melihat hubungan antara variabel yang sebenarnya dengan skala ordinal.

Jika rs Jika r

< 0, maka hipotesis ditolak s

Untuk menguji tingkat signifikan korelasi, jika N > 0, digunakan rumus t

> 0, maka hipotesis diterima

test


(69)

t = rs

1 – (r N – 2

s)

Keterangan : t : nilai t 2

r

hitung

s

N : jumlah sampel

: nilai koefisien korelasi

Jika thitung > ttabel Jika t

, maka hubungan signifikan hitung < ttabel

Selanjutnya untuk melihat kuat lemahnya korelasi digunakan skala Guilford (Rahmat, 2002 : 29), yaitu sebagai berikut :

, maka hubungan tidak signifikan

Kurang dari 0.20 : Hubungan rendah sekali 0.20 – 0.40 : Hubungan rendah tapi pasti 0.40 – 0.70 : Hubungan yang cukup berarti 0.70 – 0.90 : Hubungan yang tinggi


(1)

15. Menurut anda apakah penampilan masing – masing tokoh dalam sinetron Intan

sudah cocok ? 1. Sangat cocok

2. Cocok 20

3. Kurang cocok 4. Tidak cocok

16. Menurut anda bagaimanakah gaya hidup sehari – hari masing – masing tokoh yang ditampilkan dalam sinetron Intan ?

1. Sangat menarik

2. Menarik 21

3. Biasa saja 4. Tidak menarik

17. Hal apakah yang menarik dari gaya hidup masing – masing tokoh dalam sinetron Intan?

III. Minat Menonton Masyarakat

18. Sejauhmanakah minat anda untuk menonton tayangan sinetron Intan di RCTI? 1. Sangat berminat

2. Berminat

3. Kurang berminat 24

4. tidak berminat

No Keterangan Sangat menarik (1) Menarik (2) Kurang menarik (3) Tidak Menarik (4) 1. Penampilan

2. Aksesoris yang dipakai


(2)

19. Apakah anda menaruh perhatian terhadap tayangan sinetron Intan yang ditayangkan di RCTI ?

1. Sangat menaruh perhatian

2. Menaruh perhatian 25

3. Kurang menaruh perhatian

20. Apakah anda suka menonton sinetron Intan ? 1. Sangat suka

2. Suka

3. Kurang suka 26

4. Tidak suka

21. Apakah anda mengerti jalan cerita dari sinetron Intan ? 1. Sangat mengerti

2. Mengerti

3. Kurang mengerti 27

4. Tidak mengerti

22. Apakah anda tertarik untuk menonton tayangan sinetron Intan di RCTI ? 1. Sangat tertarik

2. Tertarik

3. Kurang tertarik 28

4. Tidak tertarik

23. Menurut anda apakah jalan cerita dari sinetron Intan tersebut menarik ? 1. Sangat menarik

2. Menarik

3. Kurang menarik 29


(3)

24. Manfaat apa yang anda dapat ketika menonton tayangan sinetron Intan ?

25. Saran dan Kritik ;

………. ………. ………. ………. ………. ………. ………. ………. No Keterangan Sangat

setuju (1)

Setuju

(2)

Kurang setuju

(3)

Tidak setuju (4) 1. Mengisi waktu

luang 2. Mencari hiburan 3. Menambah


(4)

(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ardianto, Elvinaro, 2004, Komunikasi Massa : Suatu Pengantar, Simbiosa Rekatama Media, Bandung.

Arikunto, Suharsimi, 1998, Manajemen Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta. Bungin, Burhan, 2004, Metode Penelitian Kuantitatif, Prenada Media,

Jakarta.

Cangara, Hafied, 1998, Pengantar Ilmu Komunikasi, Rajagrafindo Persada, Jakarta.

Effendy, Onong Uchjana, 2001, Dinamika Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung.

Effendy, Onong Uchjana, 2006, Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek, Remaja Rosdakarya, Bandung.

Effendy, Onong Uchjana, 2003, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, Citra Aditya, Bandung.

Effendy, Onong Uchjana, 1993, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, Citra Aditya, Bandung.

Eriyanto, 1999, Metodologi Poling, Remaja Rosdakarya, Bandung. Hurloch, Elizabeth R, 1992, Perkembangan Anak, Erlangga, Jakarta.

Kriyantono, Rachmat, 2006, Tehnik Praktis Riset Komunikasi, Kencana Prenada Media Group, Jakarta


(6)

Liliweri, Alo, 1991, Memahami Pesan Komunikasi Massa dalam Masyarakat, Cipta Aditya Bakti, Bandung.

Naratama, 2004, Menjadi Sutradara Televisi, Grasindo, Jakarta.

Nawawi, Hadari, 1995, Metode Penelitian Sosial, UGM Press, Yogyakarta. Poerwadarminta, 1988, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Remaja Rosdakarya,

Bandung.

Pratikno, Riyono, 1987, Berbagai Aspek Ilmu Komunikasi, Karya, Bandung. Rakhmat, Jallaludin, 2004, Metode Penelitian Komunikasi, Remaja Rosdakarya,

Bandung.

Rahkmat, Jallaludin, 1997, Metode Penelitian Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung.

Singarimbun, Masri, 1995, Metode Penelitian Survai, LP3ES, Jakarta. Wahyudi, JB, 1986, Media Komunikasi Massa Televisi, Alumni, Bandung. Wahyudi, JB, 1996, Dasar-Dasar Jurnalistik Radio dan Televisi, Pustaka Utama

Grafiti, Jakarta.

Widjaja, H.A.W, 2000, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, Rineka Cipta, Jakarta.

Website

www. Bintang.com www. rcti.tv