Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Ubi Kayu ( Manihot esculanta )

(1)

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI

UBI KAYU ( Manihot esculanta )

(Studi Kasus : Desa Tandukan Raga, Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

OLEH :

LAILAN SYAFINA

080304009

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

(Studi Kasus : Desa Tandukan Raga, Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

OLEH :

LAILAN SYAFINA

080304009

AGRIBISNIS

Diajukan Kepada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Untuk Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Dr. Ir. Tavi Supriana, M.S) (Emalisa, SP, M.Si) NIP. 196411021989032001 NIP. 196721181998022001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(3)

ABSTRAK

RIZKI UTAMI (080304065/AGRIBISNIS) dengan judul skripsi Faktor-Faktor

Yang Mempengaruhi Produksi Ubi Kayu ( Manihot esculanta ) (Studi Kasus : Desa Tanduka Raga, Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deli

Serdang) Penelitian ini dibimbing oleh Dr. Ir. Tavi Supriana, MS dan Emalisa, SP, M.Si yang bertujuan untuk Mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi ubi kayu di Desa Tandukan Raga.

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tandukan Raga, Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deli Serdang Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive

(sengaja) dengan pertimbangan bahwa daerah ini sebahagian besar penduduknya adalah petani. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah Metode Sensus, yaitu seluruh populasi merupakan sampel dalam penelitian, dengan jumlah sampel adalah 30. Penelitian ini menggunakan analisis regresi dengan metode taksiran OLS (Ordinary Least Square).

Dari hasil penelitian diperoleh: luas lahan, tenaga kerja, bibit, pupuk urea, dan pupuk posca berpengaruh nyata terhadap produksi ubi kayu.

Kata Kunci: ubi kayu, produksi.


(4)

LAILAN SYAFINA lahir di Medan pada tanggal 4 Agustus 1990,

sebagai anak pertama dari dua bersaudara, seorang putri dari Ayahanda H. Parlaungan Nasution,BA dan Ibunda Hj. Nurhaida Lubis, SE.

Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis adalah sebagai berikut: 1. Tahun 1996 masuk Sekolah Dasar di SD Swasta Sabilina Percut Sei Tuan dan

tamat pada tahun 2002.

2. Tahun 2002 masuk Sekolah Menengah Pertama di SMPN 1 Percut Sei Tuan dan tamat pada tahun 2005.

3. Tahun 2005 masuk Sekolah Menengah Atas di SMAN 10 Medan dan tamat pada tahun 2008.

4. Tahun 2008 penulis diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur PMP.

Kegiatan yang pernah diikuti penulis adalah sebagai berikut:

1. Anggota Forum Silaturahmi Mahasiswa Muslim Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

2. Anggota Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

3. Bulan Juli 2012 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Desa Lubuk Palas, Kecamatan Silau Laut, Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara.


(5)

4. Bulan Agustus 2014 penulis melaksanakan penelitian skripsi di Desa Tandukan Raga, Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deli Serdang. Provinsi Sumatera Utara.


(6)

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI UBI KAYU ( Manihot esculanta ) (Studi Kasus: Desa Tandukan Raga, Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deli Serdang)” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Departemen Agribisinis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Secara khusus penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Ayahanda tercinta H. Parlaungan Nasution, BA dan Ibunda tercinta Hj. Nurhaida Lubis, SE atas seluruh perhatian dan dukungan baik secara materi, moril maupun doa yang diberikan kepada penulis, serta kepada adik penulis Fakhrul atas doa dan dukungan yang diberikan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

• Dr. Ir. Tavi Supriana, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk mengajar dan membimbing serta memberikan masukan yang berharga dalam menyelesaikan skripsi ini.

• Emalisa, SP, M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah mengayomi dan memberikan masukan yang sangat berarti kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

• Dr. Ir. Salmiah, MS selaku Ketua program studi Agribisnis, FP-USU dan Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Sekertaris program studi Agribisnis, FP-USU.


(7)

• Seluruh staf pengajar dan pegawai di Program Studi Agribisnis, FP-USU khususnya Kak Yani, Kak Lisbeth, Kak Seruni dan Kak Nita yang memberikan kelancaran dalam hal administrasi.

• Bapak Petani ubi kayu yang telah bersedia meluangkan waktu sehingga penulis dapat memperoleh data guna menyempurnakan proses pengerjaan skripsi ini.

• Rekan-rekan mahasiswa stambuk 2008 di Program Studi Agribisnis, khususnya Irma Yusnita Hsb, SP, Lolisa Efa Matovai, SP, , Sri Ardianti Pratiwi Srg, SP, Giska Rizky Aulia, SP, Sri Novi Yanti, SP, Rizki Utami, SP, Izzatul Dwina Mahsaiba, SP, Arini Pebristya Duha, SP, Rafika Zahara, SP, dll yang tidak bisa disebutkan satu persatu serta kepada kakak-kakak dan abang-abang senior yang telah memberikan dukungan dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih kepada Cindi Habibi,ST yang selama ini dengan setia memberikan dukungan, doa dan motivasi serta nasehat kepada penulis.

Penulis juga menyadari kekurangan dan keterbatasan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun dari pembaca. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan dan penelitian selanjutnya.

Medan, 2014


(8)

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Kegunaan Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 7

2.1. Tinjauan Pustaka ... 7

2.2. Landasan Teori ... 10

2.3. Kerangka Pemikiran ... 13

2.4. Hipotesis ... 15

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 16

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 16

3.2. Metode Pengambilan Sampel ... 17

3.3. Mteode Pengumpulan Data ... 17

3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 17

3.5. Definisi dan Batasan Operasional ... 23

3.5.1. Definisi ... 24

3.5.2. Batsan Operasional... 24

IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL ... 25

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian ... 25

4.1.1. Letak Geografis ... 25

4.1.2. Keadaan Daerah ... 26


(9)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35

5.1. Gambaran Usahatani Ubi Kayu di Daerah Penelitian ... 35

5.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Ubi Kayu ... 37

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 49

6.1. Kesimpulan ... 49

6.2. Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

No. Judul Halaman

1. Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Ubi Kayu/ Harvest Area,

Yield and Production Of Cassava 2001-2010 ... 5

2. Banyaknya Rumah Tangga Dirinci menurut Mata Pencaharian di Kecamatan STM Hilir Tahun 2012 ... 16

3. Luas Desa/Kelurahan dan Persentasenya Terhadap Luas Kecamatan STM Hilir Tahun 2012 ... 26

4. Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin di Kecamatan STM Hilir Tahun 2012 ... 27

5. Jumlah Rumah Tangga, Penduduk dan Rata-rata Per Desa di Kecamatan STM Hilir Tahun 2012 ... 28

6. Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Umur ... 30

7. Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Lama Usaha ... 31

8. Distribusi Volume Bibit Ubi Kayu Dalam Satu Kali Musim Panen ... 31

9. Distribusi Penggunaan Pupuk Urea Pada Usahatani Ubi Kayu ... 32

10. Distribusi Penggunaan Pupuk Posca Pada Usahatani Ubi Kayu ... 32

11. Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Penggunaan Tenaga Kerja ... 33

12. Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Luas Lahan ... 33

13. Distribusi Produksi Ubi Kayu Dalam Satu Kali Musim Panen ... 34

14. Hasil Rata-rata Luas lahan, biaya produksi, produksi, penerimaan dan pendapatan dalam Usahatani Ubi Kayu ... 36


(11)

15. Hasil Uji Asumsi Multikoliniearitas Model Jumlah Produksi Usahatani Ubi Kayu Menggunakan Statistik Kolinearitas ... 38 16. Hasil Uji Asumsi Heteroskedasitas Model Jumlah Produksi Usahatani Ubi

Kayu dengan Menggunakan Uji Park ... 38 17. Hasil Uji Asumsi Normalitas Model Jumlah Produksi Usahatani Ubi Kayu

Menggunakan Uji Kolmograv-Smirnov... 43 18. Hasil Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Ubi


(12)

No. Judul Halaman

1. Skema Kerangka Pemikiran ... 14 2. Grafik Uji Asumsi Heterokedastisitas Model Jumlah Produksi Usahatani

Ubi Kayu ... 40 3. Grafik Uji Asumsi Normalitas Model Jumlah Produksi Usahatani Ubi

Kayu... ... 41 4. Histogram Normalitas Model Jumlah Produksi Usahatani Ubi Kayu ... 42


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Karakteristik Petani Sampel Usahatni Ubi Kayu ... 53

2. Biaya Tenaga Kerja Usahatani Ubi Kayu ... 55

3. Biaya Bibit Usahatani Ubi Kayu ... 57

4. Biaya Pupuk Urea dan Pupuk Posca Usahatani Ubi Kayu ... 58

5. Total Biaya Produksi Ubi Kayu ... 59

6. Produksi dan Biaya per Rante Usahatani Ubi Kayu ... 60

7. Biaya Produksi, Penerimaan, dan Pendapatan Usahatani Ubi Kayu ... 61

8. Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Ubi Kayu ... 62

9. Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Model Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Ubi Kayu ... 67


(14)

RIZKI UTAMI (080304065/AGRIBISNIS) dengan judul skripsi Faktor-Faktor

Yang Mempengaruhi Produksi Ubi Kayu ( Manihot esculanta ) (Studi Kasus : Desa Tanduka Raga, Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deli

Serdang) Penelitian ini dibimbing oleh Dr. Ir. Tavi Supriana, MS dan Emalisa, SP, M.Si yang bertujuan untuk Mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi ubi kayu di Desa Tandukan Raga.

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tandukan Raga, Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deli Serdang Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive

(sengaja) dengan pertimbangan bahwa daerah ini sebahagian besar penduduknya adalah petani. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah Metode Sensus, yaitu seluruh populasi merupakan sampel dalam penelitian, dengan jumlah sampel adalah 30. Penelitian ini menggunakan analisis regresi dengan metode taksiran OLS (Ordinary Least Square).

Dari hasil penelitian diperoleh: luas lahan, tenaga kerja, bibit, pupuk urea, dan pupuk posca berpengaruh nyata terhadap produksi ubi kayu.

Kata Kunci: ubi kayu, produksi.


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ubi kayu atau ketela pohon adalah salah satu komoditas pertanian jenis umbi-umbian yang cukup penting di Indonesia baik sebagai sumber pangan maupun sumber pakan. Hal ini disebabkan karena tanaman ubi kayu mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan tanaman pangan lain, diantaranya dapat tumbuh di lahan kering dan kurang subur, daya tahan terhadap penyakit relatif tinggi, masa panennya yang tidak diburu waktu sehingga dapat dijadikan lumbung hidup. Selain itu, daun dan umbi ubi kayu dapat diolah menjadi aneka makanan, baik makanan utama maupun selingan.

Ubi kayu segar memiliki nilai ekonomi yang sangat rendah pada saat panen raya, karena itu perlu suatu upaya meningkatkan nilai tambah (added value) dari ubi kayu dengan mengolah menjadi beranekaragam produk. Alternatif pengolahan umbi ubi kayu yang sedang digalakkan oleh pemerintah adalah pengolahan umbi ubi kayu menjadi tepung ubi kayu. Tepung ubi kayu (kasava) adalah tepung yang dihasilkan dari penghancuran (penepungan) umbi ubi kayu yang telah dikeringkan. Dan dapat diolah menjadi berbagai bentuk produk akhir juga sebagai substitusi terigu serta dapat digunakan menjadi salah satu komoditi ekspor maupun bahan baku industri.

Di Indonesia, ketela pohon menjadi makanan bahan pangan pokok setelah beras dan jagung. Manfaat daun ketela pohon sebagai bahan sayuran memiliki protein


(16)

cukup tinggi, atau untuk keperluan yang lain seperti bahan obat-obatan. Kayunya bisa digunakan sebagai pagar kebun atau di desa-desa sering digunakan sebagai kayu bakar untuk memasak. Dengan perkembangan teknologi, ketela pohon dijadikan bahan dasar pada industri makanan dan bahan baku industri pakan. Selain itu digunakan pula pada industri obat-obatan.

Ubi kayu atau ketela pohon (Manihot Esculenta Grant) adalah salah satu komoditas pertanian jenis umbi-umbian yang cukup penting di Indonesia baik sebagai sumber pangan maupun sumber pakan. Hal ini disebabkan karena tanaman ubi kayu mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan tanaman pangan lain, diantaranya dapat tumbuh di lahan kering dan kurang subur, daya tahan terhadap penyakit relatif tinggi, masa panennya yang tidak diburu waktu sehingga dapat dijadikan lumbung hidup. Selain itu, daun dan umbi ubi kayu dapat diolah menjadi aneka makanan, baik makanan utama maupun selingan.

Ubi kayu merupakan tanaman yang mudah ditanam, dapat tumbuh di berbagai lingkungan agroklimat tropis, walaupun tingkat produksinya akan bervariasi menurut tingkat kesuburan dan ketersediaan air tanah. Ubi kayu merupakan tanaman yang tahan di lahan kering, sedangkan pada lahan-lahan dengan tingkat kesuburan tinggi, akan menyerap unsur hara yang banyak.

Ubikayu mempunyai nilai gizi sebagai bahan pangan terutama sebagai sumber karbohidrat. Beberapa eunggulan ubikayu adalah 1) kadar gizi makro (kecuali protein) dan mikro tinggi, sehingga sejumlah penderita anemia dan kekurangan vitamin A dan C di tengah masyarakat yang pangan pokoknya ubikayu relatif sedikit, 2) daun mudanya sebagai bahan sayuran berkadar


(17)

gizi makro dan mikro paling tinggi dan proporsional dibandingkan dengan bahan sayuran lainnya, 3) kadar glikemik dalam darah rendah, 4) kadar serat pangan larut tinggi, 5) dalam usus dan lambung berpotensi menjadi probiotik, dan 6) secara agronomis mampu beradaptasi terhadap lingkungan marginal sehingga merupakan sumber kalori potensial di wilayah yang didominasi oleh lahan marginal dan iklim kering.

Dalam rangka mengatasi rawan pangan dan ketergantungan penduduk terhadap beras. maka sebagai salah satu kebijakan pemerintah yakni meningkatkan program diversilikasi pangan. Dalam program tersebut usahatani ubi kayu dan agroindustrinya memberikan peluang menjadi salah satu alternatif pilihan. Hal ini dapat dilakukan karena keunggulan-keunggulan yang dimiliki tanaman ubi kayu yaitu disamping memiliki daya adaptasi cukup tinggi dan usahataninya relatif lebih mudah. dan juga manfaatnya beragam, baik untuk pangan, pakan. maupun untuk bahan baku industri.

Menurut Amri, 2011 menyatakan bahwa input produksi ubi kayu yaitu pupuk, tenaga kerja, dan obat-obatan secara terpisah benar-benar berpengaruh nyata terhadap hasil produksi ubi kayu. Produksi ubi kayu dapat dicapai secara optimal apabila penggunaan input produksi seperti bibit, pupuk, obat-obatan, dan tenaga kerja sudah dilaksanakan dengan baik serta sesuai dengan sistem usahatani.

Kenaikan jumlah penduduk, kenaikan taraf hidup masyarakat banyak dan untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat menjadi alasan masyarakat mengkonsumsi ubi kayu mengakibatkan peningkatan permintaan terhadap komoditi ini sangat besar. Kuatnya pasaran ubi kayu juga dapat dilihat dari pertumbuhan dan perkembangan perusahaan industri pengolahan yang mengolah ubi kayu menjadi


(18)

berbagai jenis produk makanan, baik itu dalam bentuk cemilan ataupun pakan ternak.Seperti daun dari ubi kayu dapat digunakan sebagai sayuran yang sangat laris di pasaran, juga umbi nya dapat dijadikan sebagai makanan ringan seperti keripik, tapai, juga menjadi tepung tapioca.Jelas bahwa ubi kayu adalah produk yang multifungsi yang sangat menjanjikan. Pengembangan budi daya ubi kayu di Indonesia akan lebih baik didukung oleh agroklimatologi dan agroekonomi wilayah Indonesia yang sesuai untuk ubi kayu.

Sering terjadi, dibalik naiknya produksi ternyata pendapatan petani malah turun dan berdasarkan pengamatan universal, penyebab perseoalan ini adalah langkanya informasi yang berkaitan dengan usaha tani dalam pengaplikasian dalam kehidupan petani sehari-hari.Apalagi bagi petani yang hidupnya jauh terpencil dan tidak terjangkau oleh jaringan komunikasi.Peran petani sebagai produsen dalam bernegeoisasi tidak memperlihatkan posisi yang berarti.Seluruh ketentuan yang disepakati terutama tentang harga jual petani berada sepenuhnya berdasarkan tawaran pedagang perantara.Hal ini sangat dimungkinkan karena pedagang perantara pada umumnya telah mendapatkan informasi harga pasar dari para pedagang besar/eksportir, sedangkan para petani tidak. Ketidakmampuan para petani dalam mengakses informasi harga serta kondisi permintaan dalam setiap periode merupakan salah satu masalah penting yang harus ditanggulangi untuk meningkatkan posisi tawar-menawar yang seimbang.Kendala usahatani di beberapa negara berkembang, termasuk Indonesia adalah rendahnya nilai pendapatan petani, keterbatasan pengetahuan petani, keterbatasan lahan yang memiliki petani dan posisi penawaran pada pihak petani yang kurang kuat. Hal tersebut menyebabkan rendahnya nilai keuntungan yang diperoleh petani.


(19)

Pada tahun 2001 produksi ubi kayu di Kabupaten Deli Serdang sekitar 238.232 ton dengan rata-rata produksi 123,20 kg/ha. Luas areal usahatani ubi kayu pada tahun 2001 di Kabupaten Deli Serdang adalah 19.337 ha. Tetapi pada tahun 2010 produksi ubi kayu di Kabupaten Deli Serdang mengalami penurunan yaitu 60.582 ton dengan rata-rata produksi 231,84. Hal ini disebabkan karena luas panen pada tahun 2010 mengalami penurunan yakin 2.833 ha. Dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini.

Tabel 1. Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Ubi Kayu / Harvest Area, Yield Rate and Production Of Cassava 2001-2010

No Tahun/ Year

Luas Panen/ Harvest Area (Ha)

Produksi/ Production (Ton) Rata-rata Produksi/ Yield Rate (Kg/Ha)

(1) (2) (3) (4)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 19.337 6.352 6.172 4.916 4.817 5.194 6.331 6.352 6.208 2.833 238.232 77.640 75.729 64.744 102.404 110.426 134.953 129.297 132.614 60.582 123,20 122,23 122,70 131,70 212,59 212,60 213,16 203,55 213,62 231,84

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang


(20)

1.2 Idenifikasi Masalah

Masalah penelitian ini adalah Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi ubi kayu di Desa Tandukan Raga?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi kayu di Desa Tandukan Raga, Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deli Serdang.

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Sebagai bahan informasi bagi petani ubi kayu dalam upaya peningkatan produksi, umumnya petani ubi kayu di Provinsi Sumatera Utara dan khususnya petani ubi kayu di Desa Tanduka Raga Kecamatn STM Hilir Kabupaten Deli Serdang.

2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dan instansi-instansi terkait dalam melaksanakan pembangunan pertanian.

3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak-pihak yang membutuhkan dalam melakukan penelitian


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Ubi kayu atau singkong merupakan salah satu sumber karbohidrat yang berasal dari umbi. Ubi kayu atau ketela pohon merupakan tanaman perdu. Ubi kayu berasal dari benua Amerika, tepatnya dari Brasil. Penyeberannya hampir ke seluruh dunia, antara lain Afrika, Madagaskar, India, dan Tiongkok. Ubi kayu

berkembang di negara-negara yang terkenal dengan wilayah pertaniannya ( Purwono, 2009 ).

Penyebaran tanaman ubi kayu di Nusantara, terjadi pada sekitar tahun 1914- 1918, yaitu saat terjadi kekurangan atau sulit pangan. Tanaman ubi kayu dapat tumbuh dengan baik pada daerah yang memiliki ketinggian samapai dengan 2.500 m dari permukaan laut. Demikian pesatnya tanaman ubi kayu berkembang di daerah tropis, sehingga ubi kayu dijadikan sebagai bahan makanan pokok ketiga setelah padi dan jagung. Pada daerah yang kekurangan pangan tanaman ini merupakan makanan pengganti (substitusi) serta dapat pula dijadikan sebagai sumber karbohidrat utama. Adapun sentra produksi ubi kayu di Nusantara adalah Jawa, Lampung, dan NTT ( Sunarto, 2002 ). Umumnya tanaman ini dibudidayakan oleh manusia terutama adalah untuk diambil umbinya, sehingga segala upaya yang selama ini dilakukan adalah untuk mempertinggi hasil umbinya.


(22)

Sebagai tanaman pangan, ubi kayu merupakan sumber karbohidrat bagi sekitar 500 juta manusia di dunia. Ubi kayu mempunyai kandungan karbohidrat yang cukup tinggi yaitu sebanyak 32,4 gr dan kalori 567,0 kal dalam 100 gr ubi kayu. Pemilihan ubi kayu sebagai bahan pangan subtitusi beras mempunyai alasan yang kuat, karena mudah dibudidayakan, merupakan makanan pokok asli sebagian masyarakat Indonesia, dan kandungan gizi yang memadai. Selain sebagai bahan pangan, ubi kayu juga sebagai bahan baku berbagai sektor industri diantaranya dapat diolah menjadi asam sitrat, monosodium glutamat, sorbitol, glukosa kristal, dextrose monohydrate, dextrin, alcohol, etanol.

Populasi tanaman dalam budidaya ubi kayu sangat berpengaruh terhadap produktivitasnya. Faktor dominan yang menetukan populasi tanaman dalam mendapatkan indeks luas daun optimal adalah tingkat kesuburan tanah dan tipe kanopi (Wargiono, 2006). Diameter kanopi ubi kayu pada tanah subur lebih lebar dibanding dengan di tanah kurus. Demikian pula diameter kanopi antara varietas ubi kayu tipe bercabang dan tidak bercabang. Populasi tanaman ubi kayu lebih dari 10.000 batang/ha tidak meningkatkan hasil ubi kayu pada tanah yang subur, baik untuk varietas bercabang maupun tidak bercabang. Jarak tanam segi empat (100 cm x 100 cm dan 100 cm x 80 cm), jarak tanam model barisan (90 x 74 cm), memperlihatkan perbedaaan hasil ubi kayu sebesar 7-12% (Tonglum, 2001). Jarak tanam model barisan dapat digunakan untuk pola tumpang sari, dengan jarak antar barisan diperlebar menjadi 200-250 cm. Jarak tanam yang dianjurkan 100 x 66 cm atau 125 x 64 cm untuk monokultur pada tanah kurang subur dan 200 x 50 cm atau 250 x 50 cm di tanah subur.


(23)

Waktu tanam ubi kayu untuk daerah kering dilakukan pada awal musim hujan, sedangkan di daerah beriklim basah dapat dilakukan dari awal sampai akhir musim hujan. Hal tersebut berkaitan dengan penyediaan air pada saat tanaman berumur 0-3 bulan, serta sebelum dan saat panen. Menurut Wagiono (2006), untuk memenuhi kebutuhan bahan baku ubi kayu untuk industri, sepanjang tahun diperlukan pewilayahan hamparan pertanaman berdasarkan waktu tanam dan umur panen ubi kayu. Wagiono (2006), mengelompokkan pewilayahan tersebut menjadi enam kelompok, yaitu : 1) kelompok Oktober, 2) kelompok November,

3) kelompok Desember, 4) kelompok Januari, 5) kelompok Februari, dan 6) kelompok Maret dan kebun penyangga April dan Mei.

Menurut Amri, 2011 menyatkan bahwa input produksi ubi kayu yaitu pupuk, tenaga kerja, dan obat-obatan secara terpisah benar-benar berpengaruh nyata terhadap hasil produksi ubi kayu. Produksi ubi kayu dapat dicapai secara optimal apabila penggunaan input produksi seperti bibit, pupuk, obat-obatan, dan tenaga kerja sudah dilaksanakan dengan baik serta sesuai dengan sistem usahatani

.

Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Hermawan (2008) menunjukkan penggunaan input produksi berpengaruh nyata terhadap total biaya produksi ubi kayu. Dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan tersebut, input produksi yang digunakan dalam usahataninya antara lain, yakni lahan, bibit, tenaga kerja, pupuk, dan obat-obatan.


(24)

2.2 Landasan Teori

Konsep Produksi

Produksi merupakan serangkaian proses dalam penggunaan input yang ada untuk menghasilkan barang atau jasa (output). Produksi terkait erat dengan jumlah penggunaan berbagai kombinasi input dengan jumlah dan kualitas output yang dihasilkan. Hubungan diantara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang diciptakan dinamakan fungsi produksi (Sukirno, 2002). Faktor-faktor produksi dapat dibedakan ke dalam empat golongan, yaitu tenaga kerja, tanah, modal, dan keahlian keusahawanan. Sedangkan menurut Soekartawi (1990) fungsi produksi adalah hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan (X). Hubungan kuantitatif antara masukan dan produksi dikenal dengan istilah fungsi produksi, sedangkan analisis dan pendugaan hubungan itu disebut analisis fungsi produksi. Fungsi produksi dapat ditulis sebagai berikut: Y=f (X,X,X,...Xn)

Keterangan:

Y = Output

X₁,X₂,X₃,...Xn = Input-input yang digunakan dalam proses produksi

Hubungan masukan dan produksi pertanian mengikuti kaidah kenaikan hasil yang berkurang (law of diminishing returns). Tiap tambahan unit masukan akan mengakibatkan proporsi unit tambahan produksi yang semakin kecil dibanding unit tambahan masukan tersebut (Soekartawi, 1986). Sedangkan menurut Sukirno (2002) menyatakan bahwa apabila faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya (tenaga kerja) dan terus ditambah sebanyak satu unit, pada mulanya produksi total


(25)

akan semakin banyak pertambahannya, tetapi apabila sudah mencapai suatu tingkat tertentu produksi tambahan akan semakin berkurang, dan akhirnya akan mencapai nilai yang negatif. Sifat pertambahan produksi yang seperti ini menyatakan pertambahan produksi total semakin lambat dan pada akhirnyua mencapai tingkat maksimum dan kemudian menurun.

Fungsi Produksi

Fungsi produksi adalah sebuah deskripsi matematis atau kuantitatif dari berbagai macam kemungkinan produksi teknis yang dihadapi oleh suatu perusahaan. Fungsi produksi memberikan output maksimum dalam pengertian fisik dari tiap-tiap tingkat input dalam pengertian fisik (Beattie dan Taylor, 1996).

Fungsi produksi adalah hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan (X). Variabel yang dijelaskan biasanya berupa output

dan variabel yang menjelaskan biasanya berupa input. Secara matematis, hubungan ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

Y = f (X1, X2, ...., Xn) Dimana:

Y = produk atau variabel yang dipengaruhi oleh faktor produksi X, dan X = faktor produksi atau variabel yang mempengaruhi Y

(Soekartawi, 1994).


(26)

Faktor Produksi

Dalam proses produksi terkandung hubungan antara tingkat penggunaan faktor-faktor produksi dengan produk atau hasil yang akan diperoleh. Hal ini disebut dengan hubungan antara input dan output. Di samping itu, dalam menghasilkan suatu produk dapat pula dipengaruhi oleh produk yang lain, bahan untuk menghasilkan produk tertentu dapat digunakan input yang satu maupun input

yang lain (Suratiyah, 2009).

Dalam berbagai literatur, faktor produksi dikenal pula dengan istilah input,

production factor, dan korbanan produksi. Faktor produksi memang sangat menentukan besar atau kecilnya produksi yang diperoleh. Berbagai pengalaman menunjukkan bahwa faktor produksi lahan, modal untuk membeli bibit, pupuk, dan obat-obatan, tenaga kerja, serta aspek manajemen adalah faktor produksi yang terpenting diantara faktor produksi yang lain (Soekartawi, 2002).

Pembagian faktor-faktor produksi ke dalam tanah, tenaga kerja, dan modal adalah konvensional. Sumbangan tanah adalah berupa unsur-unsur tanah yang asli dan sifat-sifat tanah yang tak dapat dirusakkan (original and indestructible properties of the soil) yang dengannya hasil pertanian dapat diperoleh. Tetapi, untuk memungkinkan diperolehnya produksi, diperlukan tangan manusia, yaitu tenaga kerja petani (labor). Akhirnya, yang dimaksud modal adalah sumber-sumber ekonomi di luar tenaga kerja yang dibuat oleh manusia (Mubyarto, 1989).


(27)

2.3 Kerangka Pemikiran

Dalam melakukan usahatani ubi kayu dibutuhkan berbagai faktor-faktor produksi (input) yang dapat meningkatkan produksi ubi kayu (output). Faktor-faktor produksi tersebut adalah luas lahan, tenaga kerja, bibit, pupuk urea, dan pupuk posca, dimana faktor-faktor produksi tersebut menjadi biaya dalam usahatani ubi kayu. Peningkatan produktivitas juga dibutuhkan agar dapat meningkatkan produksi ubi kayu sehingga dapat memenuhi kebutuhan permintaan masyarakat.

Lahan merupakan tempat atau wadah yang digunakan dalam usahatani ubi kayu. Lahan dalam hal ini adalah ladang. Luas lahan sangat berpengaruh dalam produksi ubi kayu dikarenakan dengan luas yang memadai maka persentase kehidupan ubi kayu tinggi sehingga produksi yang diperoleh juga akan tinggi.

Penggunaan tenaga kerja dalam usahatani ubi kayu juga berpengaruh terhadap produksi yang dihasilkan. Tenaga kerja menjaga usahahatani ubi kayu dari hama yang dapat menurunkan persentase kehidupan ubi kayu yang dapat mengakibatkan produksi yang dihasilkan kecil.

Banyaknya bibit usahatani ubi kayu oleh petani tergantung pada luas lahan yang dimiliki. Banyaknya bibit yang ditanam berpengaruh terhadap banyaknya produksi yang dihasilkan. Persentase kehidupan ubi kayu diperoleh sekitar 80-90% dari jumlah keseluruhan bibit yang ditanam.


(28)

Penggunaan pupuk pada ubi kayu dapat mempengaruhi tingkat produksi. Jika pupuk yang digunakan semakin banyak maka tingkat produksi ubi kayu juga semakin meningkat. Pupuk yang digunakan antara lain urea dan posca.

Dari hasil produksi yang diperoleh kemudian dipasarkan sesuai dengan harga jual yang telah ditentukan sehingga memperoleh penerimaan. Hasil penerimaan tersebut bila dikurangkan dengan biaya produksi yang telah dikeluarkan maka diperoleh pendapatan bagi petani ubi kayu.

Pengetahuan tentang faktor-faktor produksi atau variabel-variabel yang mempengaruhi dalam usahahatani ubi kayu dapat menghasilkan efisiensi pada komponen-komponen tertentu. Faktor-faktor produksi tersebut dapat mengoptimalkan hasil produksi (output). Secara skematis kerangka pemikiran tersebut digambarkan sebagai berikut.

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan :

: faktor yang berpengaruh Lahan

Pupuk Urea Pupuk Posca

Tenaga Kerja


(29)

2.4. Hipotesis

Luas lahan, tenaga kerja, bibit, pupuk urea, dan pupuk posca berpengaruh nyata terhadap produksi ubi kayu di Desa Tandukan Raga, Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deli Serdang.


(30)

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive atau secara sengaja, yaitu teknik penentuan sampel data dilakukan dengan pertimbangan tertentu yang telah dibuat terhadap obyek yang sesuai dengan tujuan (Sugiyono, 2010). Pertimbangan ini didasarkan karena Desa Tandukan Raga sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai petani. Banyaknya Rumah Tangga dirinci menurut mata pencaharian di Desa Kecamatan STM Hilir disajikan pada Tabel 2 berikut

Tabel 2. Banyaknya Rumah Tangga Dirinci menurut Mata Pencaharian di Kecamatan STM Hilir Tahun 2012

No Desa/Kelurahan Petani Pedagang Peg. Negeri Karyawan Perusahaan Swasta 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12 13. 14. 15. Telun Kenas Sumbul Tandukan Raga Limau Mungkur Nagara Beringin Lau Barus Baru Juma Tombak Gunung Rintih Siguci Kuta Jurung Tala Peta Lau Rakit Penungkiran Lau Rempak Rambai 506 605 721 417 528 317 331 559 319 169 502 338 193 173 136 101 105 72 42 64 52 38 82 41 31 40 28 17 11 10 49 35 41 13 39 29 29 40 37 18 31 21 8 11 5 43 120 236 82 103 298 22 64 19 117 6 3 18 18 24

Jumlah 5.814 734 406 1.173


(31)

3.2 Metode Pengambilan Sampel

Metoda yang digunakan dalam pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu secara sensus, karena semua populasi dijadikan subjek penelitian.Sampel sebagai bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi harus diambil secara representatif (mewakili) agar kesimpulan yang diambil bisa mewakili keseluruhan populasi (Sugiyono, 2011). Responden yaitu semua anggota aktif yang merupakan petani ubi kayu sebanyak 30 orang. Populasi target adalah seluruh unit populasi sedangkan populasi survei adalah sub unit dari populasi target yang selanjutnya menjadi sampel penelitian (I. Made Wirantha, 2006 ).

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung melalui wawancara kepada responden dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Data sekunder yang berhubungan dengan penelitian diperoleh dari Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang dan Badan Pusat Statistik Sumatera Utara serta instansi terkait lainnya.

3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah diperoleh dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan dengan cara mendeskripsikan fenomena yang ada di lapangan. Analisis data secara kuantitatif antara lain analisis fungsi Cobb-Douglas untuk menganalisis fungsi produksi, karena pada penelitian ini mempunyai variabel X sebanyak 5, yaitu luas lahan, tenaga kerja, bibit, pupuk urea, dan pupuk posca.


(32)

Untuk tes signifikansinya dapat digunakan tabel kritik F dengan terlebih dahulu menetapkan derajat kebebasannya, yaitu menggunakan ketentuan sebagai berikut (n₁- 1) dan (n₂- 2). Jika F observasi harganya lebih kecil dari pada harga kritik F dalam tabel dengan tingkat kepercayaan 95% (taraf signifikansi 0,05), maka varians-varians tersebut adalah homogen, dan sebaliknya jika F observasi lebih besar dari pada harga F dalam tabel maka dapat dipastikan varians sampel tersebut adalah heterogen (Soepono, 2002).

Perhitungan varians dilakukan dengan rumus :

S² = ∑(xi−x)²

�−1 (Sudjana, 1992)

Fungsi produksi ditransformasikan menjadi model persamaan regresi linier berganda sebagai berikut.

Y = b + bX + bX + bX + bX + bX

Dimana :

Y = Produksi usahatani ubi kayu (kg/musim panen) X₁ = Luas lahan (rante)

X₂ = Tenaga kerja (HOK/rante) X₃ = Bibit (setek)

X₄ = Pupuk urea (kg) X₅ = Pupuk posca (kg)

b₀ = Koefisien intersep atau konstanta


(33)

Uji asumsi Ordinary Least Square (OLS)

1. Uji asumsi multikolinearitas

Uji asumsi multikolinearitas dimaksudkan untuk menghindari adanya hubungan yang linear antar variabel bebas. Multikolinearitas dapat dideteksi dengan beberapa metode, diantaranya adalah dengan melihat :

• Jika nilai koefisien determinasi (R²) tinggi; dalam uji serempak (F-test), variabel-variabel eksogen secara serempak berpengaruh nyata terhadap variabel endogen; tetapi dalam uji secara parsial (t-test), variabel-variabel eksogen secara parsial banyak yang tidak berpengaruh nyata terhadap variabel endogen, maka hal ini mengindikasikan terjadinya multikolinearitas.

• Melihat nilai standard error. Nilai standard error yang besar mengindikasikan terjadinya multikolinearitas.

• Jika nilai Toleransi atau VIF (Variance Inflation Factor) kurang dari 0,1 atau nilai VIF melebihi 10 mengindikasikan terjadinya multikolinearitas.

• Terdapat koefisien korelasi sederhana yang mencapai atau melebihi 0,8 jika nilai F-hitung melebihi F-tabel dari regresi antar variabel bebas

(Nachrowi dan Usman, 2002)

2. Uji asumsi heteroskedastisitas

Salah satu asumsi yang penting dari model regresi linier klasik adlah bahwa gangguan (disturbance) atau residual yang muncul dalam fungsi regresi populasi adalah homoskedastik. Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain dalam model regresi. Jika varians dari residual satu pengamatan ke


(34)

pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut

heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas (Gujarati, 1995). Cara mendeteksi terjadinya heteroskedastisitas dalam model

regresi dengan Program SPSS adalah dengan analisis grafik. Analisis grafik dilakukan dengan cara melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel endogen, yaitu Y: ZPRED dengan residualnya X: SRESID. Dengan kriteria uji sebagai berikut.

− Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit): terjadi heteroskedastisitas.

− Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di

bawah angka 0 pada sumbu Y: tidak terjadi heteroskedastisitas (Walpole, 1992).

3. Uji asumsi normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Cara mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak dalam model regresi dengan Program SPSS adalah sebagai berikut.

• Analisis grafik

Analisis grafik dilakukan dengan cara melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal dan melihat normal probability plot yang membandingkan


(35)

distribusi kumulatif dari distribusi normal. Dengan kriteria uji sebagai berikut.

− Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola berdistribusi normal: data residual model terdistribusi normal.

− Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola berdistribusi normal: data residual model tidak terdistribusi dengan normal.

• Uji Kolmogorov-Smirnov

Konsep dasar uji Kolmogorov-Smirnov adalah dengan membandingkan distribusi data yang akan diuji normalitasnya dengan distribusi normal baku. Cara melakukan Uji Kolmogorov-Smirnov adalah sebagai berikut.

a. Lakukan regresi utama OLS.

b. Dapatkan variabel residual (RES_i) dengan mengaktifkan

Unstandardized Residual.

c. Dari menu utama, pilih menu Analyze, lalu pilih Nonparametric Test. d. Pilih sub-menu 1-Sample K-S.

e. Pada kotak Test Variable List, isi Unstandardized Residual, dan aktifkan

Test Distribution pada kotak Normal.

f. Output SPSS akan menunjukkan besar nilai Kolmogorov-Smirnov.


(36)

Dengan kriteria sebagai berikut.

− Jika signifikansi > α : tidak ada perbedaan antara distribusi residual

dengan distribusi normal, data residual model berdistribusi normal.

− Jika signifikansi ≤ α : ada perbedaan antara distribusi residual dengan distribusi normal, data residual model tidak berdistribusi normal.

Uji Keseuaian ( test goodness of fit ) model dan uji hipotesis

Ketepatan fungsi regresiu sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari

goodnes of fit-nya. Secara statistik, setidaknya ini dapat diukur dari nilai koefisien determinasi, nilai statistik F, dan nilai satitik t. Perhitungan statistik disebut siginifikansi secara statitik apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dimana H₀ ditolak). Sebaliknya, disebut tidak siginifikansi apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah dimana H₀ diterima (Ghozali, 2006). Koefisien yang dihasilkan dapat dilihat pada output regresi berdasarkan data yang dianalisis untuk kemudian diinterprestasikan serta dilihat signifikansi tiap-tiap variabel yang teliti.

Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variansi variabel endogen. Koefisien determinasi (R²) bertujuan untuk mengetahui kekuatan variabel-variabel eksogen dalam menjelaskan variabel endogen.

1. Uji pengaruh variabel secara serempak (Uji F)

Uji F digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan ke dalam model mempunyai pengaruh secara serempak terhadap variabel terkait. Dengan kriteria sebagai berikut.


(37)

Jika Fhitung≤ Ftabel atau jika signifikansi F >α : H0 diterima Jika Fhitung> Ftabel atau jika signifikansi F ≤α : H1 diterima Dimana :

H0 : variabel luas lahan, tenaga kerja , bibit, pupuk urea dan pupuk posca secara serempak tidak berpengaruh nyata terhadap produksi ubi kayu.

H1 : variabel luas lahan, tenaga kerja , bibit, pupuk urea dan pupuk posca secara serempak berpenagruh nyata terhadap produksi ubi kayu.

2. Uji pengaruh variabel secara parsial (Uji t)

Uji t (t-test) pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengeruh satu variabel bebas secara parsial dalam menerangkan variasi variabel terikat. Dengan kriteria uji sebagai berikut.

Jika thitung≤ ttabel atau jika signifikansi t >α : H0 diterima Jika thitung> ttabel atau jika signifikansi t ≤α : H1 diterima Dimana :

H0 : variabel luas lahan, tenaga kerja, bibit, pupuk urea, dan pupuk posca secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap produksi ubi kayu.

H1 : variabel luas lahan, tenaga kerja, bibit, pupuk urea, dan pupuk posca secara parsial berpengaruh nyata terhadap produksi ubi kayu.

3. 5 Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami penelitian ini, maka dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut:


(38)

3.5.1. Defenisi

Variabel – variabel yang digunakan dalam menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi produksi ubi kayu di lokasi penelitian, antara lain:

1. Produksi total ubi kayu adalah dan diukur pada sebidang tanah dengan luasan tertentu dalam periode tanam dan diukur dalam satuan kilogram (kg).

2. Bibit adalah jumlah bibit ubi kayu yang digunakan petani luasan tertentu dalam satu periode tanam dan diukur dalam satuan setek (bibit)

3. Pupuk urea adalah jumlah pupuk urea yang digunakan selama proses produksi dalam satu periode tanam dan diukur dalam satuan kilogram (kg) 4. Pupuk posca adalah jumlah pupuk posca yang digunakan selama proses

produksi dalam satu periode tanam dan diukur dalam satuan kilogram (kg) 5. Lahan adalah luas lahan yang diusahakan petani untuk membudidayakan ubi

kayu dan diukur dalam satuan hektar (ha).

6. Tenaga kerja merupakan jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi dalam satu periode tanam, baik yang berasal dari dalam keluarga maupun luar keluarga. Tenaga kerja yang digunakan diukur dalam satuan Hari Kerja Orang (HKO).

3.5.2. Batasan Operasional

1. Populasi penelitian adalah petani ubi kayu.

2. Daerah penelitian adalah Desa Tandukan Raga, Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deli Serdang.


(39)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

DAN KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1. Letak Geografis

Kecamatan STM Hilir terdiri dari 15 Desa dan 80 Dusun. Sejak tahun 1990 karena adanya penciutan Desa yang mana Kecamatan STM Hilir dikelilingi oleh Kecamatan Patumbak, Bangun Purba Biru – Biru dan Kecamatan STM Hulu. Kecamatan STM Hilir luasnya 190,50 Km². Kecamatan STM Hilir memiliki batasan wilayah dengan daerah lain yaitu :

Sebelah Utara : Kecamatan Patumbak dan Biru-Biru Sebelah Selatan : Kecamatan STM Hulu

Sebelah Timur : Kecamatan Bangun Purba dan STM Hulu Sebelah Barat : Kecamatan Biru-Biru

Kecamatan STM Hilir beriklim sedang, dimana sebelah Selatan berbatasan dengan bukit kecil dan Tinggi dari permukaan laut 190 s/d 500 m.

Kecamatan STM Hilir beriklim sedang, terdiri dari iklim/musim hujan dan musim kemarau. Kedua iklim ini dipengaruhi oleh 2 arah angin laut dan angin pegunungan. Curah hujan yang menonjol pada bulan Januari s/d Agustus musim sedang agak kemarau dan bulan September s/d Desember musim hujan.


(40)

Desa yang paling luas diantara 16 Desa yang ada di Kecamatan STM Hilir adalah Desa Lau Barus Baru dan Gunung Rintih yang memiliki luas sebesar 36,93 Km². Luasan Desa ini adalah adalah 19,39% dari keseluruhan luas Kecamatan STM Hilir. Luas wilayah menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan STM Hilir Tahun 2012 disajikan pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3. Luas Desa/Kelurahan dan Persentasenya Terhadap Luas Kecamatan STM Hilir Tahun 2012

No Desa/Kelurahan Luas (Km) Persentase

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12 13. 14. 15. Telun Kenas Sumbul Tandukan Raga Limau Mungkur Nagara Beringin Lau Barus Baru Juma Tombak Gunung Rintih Siguci Kuta Jurung Tala Peta Lau Rakit Penungkiran Lau Rempak Rambai 3,06 6,97 7,61 9,49 7,52 36,93 6,21 36,93 9,65 8,91 11,71 4,87 6,11 27,71 6,83 1,61 3,66 3,99 4,98 3,95 19,39 3,26 19,39 5,07 4,68 6,15 2,56 3,21 14,54 3,58

Jumlah 190,50 100,00

Sumber : Kecamatan STM Hilir Dalam Angka, 2013

4.1.2. Keadaan Daerah

1. Kependudukan

Penduduk Kecamatan STM Hilir sebanyak 30.563 jiwa terdiri dari 15.848 jiwa penduduk laki-laki dan 15.699 jiwa penduduk perempuan. Sebanyak 30.563 jiwa penduduk Kecamatan STM Hilir menyebar di 15 Desa. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin di Kecamatan STM Hilir tahun 2012 disajikan pada Tabel 4. berikut.


(41)

Tabel 4. Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin di Kecamatan STM Hilir Tahun 2012

Dewasa Anak-anak No Desa Kelurahan Laki- Perem- Laki- Perem-

Laki puan laki puan

1. Rambai 208 213 109 96

2. Kuta Jurung 407 386 247 233

3. Penungkiren 256 288 148 120

4. Lau Rakit 485 483 245 220

5. Tala Peta 730 750 366 376

6. Siguci 547 518 252 243

7. Gunung Rintih 1.001 935 451 411

8. Lau Rempah 275 273 148 160

9. Juma Tombak 516 510 296 256

10. Negara/Beringin 977 973 481 481

11. Telun Kenas 925 972 400 384

12. Sumbul 1.076 1.065 565 505

13. Limau Mungkur 806 752 387 341

14. Tandukan Raga 1.604 1.537 706 661

15. Lau Barus Baru 993 973 419 406

Jumlah 10.628 10.806 5.220 4.893

Sumber : Kecamatan STM Hilir Dalam Angka, 2013

Desa Tandukan Raga memiliki jumlah penduduk terpadat di Kecamatan STM Hilir, yaitu dengan kepadatan sebesar 4.508 jiwa. Dengan jumlah penduduk laki-laki dewasa yaitu 1.604 jiwa, perempuan dewasa yaitu 1.537 jiwa sedangkan untuk jumlah penduduk anak-anak yaitu laki-laki berjumlah 706 jiwa dan perempuan 661 jiwa. Desa dengan jumlah penduduk terjarang di Kecamatan STM Hilir adalah Desa Rambai dengan kepadatan penduduk sebesar 626 jiwa.

Berdasarkan perbandingan menurut suku bangsa, Suku Karo mendominasi di Kecamatan STM Hilir sebesar 21.589 jiwa pada tahun 2012, yang diikuti oleh Suku Jawa sebesar 5.686 jiwa, Simalungun sebesar 2.804 jiwa, Toba sebesar 1.234 jiwa, sedangkan Melayu sebesar 204 jiwa sementara Tapsel hanya 30 jiwa.


(42)

Jumlah rumah tangga penduduk dan rata-rata per Desa di Kecamatan STM Hilir tahun 2012

Tabel 5. Jumlah Rumah Tangga, Penduduk dan Rata-rata Per Desa di Kecamatan STM Hilir Tahun 2012

No. Desa/Kelurahan Rumah Penduduk Rata-rata

Tangga Penduduk

Tiap RT

1. Rambai 175 626 4

2. Kuta Jurung 335 1.273 4 3. Penungkiren 237 812 3

4. Lau Rakit 390 1.433 4

5. Tala Peta 579 2.222 4

6. Siguci 416 1.560 4

7. Gunung Rintih 745 2.798 4 8. Lau Rempah 211 856 4 9. Juma Tombak 420 1.578 4 10. Negara/Beringin 734 2.912 4 11. Telun Kenas 699 2.681 4

12. Sumbul 865 3.211 4

13. Limau Mungkur 554 2.286 4 14. Tandukan Raga 1.071 4.508 4

15. Lau Barus Baru 697 2.791 4

Jumlah 8.128 31.547 4

Sumber : Kecamatan STM Hilir Dalam Angka, 2013

Dari 15 Desa yang ada di Kecamatan STM Hilir terdapat 1 Desa dengan jumlah rumah tangga lebih tinggi jika dibandingkan dengan yang lain, yaitu Desa Tandukan Raga. Desa Tandukan Raga terdapat 1.071 rumah tangga dan jumlah penduduk 4.508 jiwa. Sedangkan Desa Rambai merupakan desa yang paling sedikit jumlah rumah tangga yaitu 175 dan jumlah penduduk 626 jiwa.

2. Pendidikan

Pada tahun 2012, Desa Tandukan Raga Kecamatan STM Hilir memiliki 2 sekolah tingkat dasar dengan jumlah guru adalah 43 orang dan jumlah murid sebanyak 669 orang. Tidak terdapat sekolah menengah pertama dan sekolah menegah atas


(43)

di Desa Tandukan Raga Kecamatan STM Hilir. (Kecamatan STM Hilir Dalam Angka,2013).

3. Kesehatan

Kesehatan merupakan salah satu hal terpenting dalam kehidupan manusia. Dengan tersedianya sarana dan prasarana kesehatan, sangat membantu dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat. Pada tahun 2012 terdapat 1 puskesmas di Desa Tandukan Raga Kecamatan STM Hilir. Tenaga medis Pemerintah yang tersedia di Desa Tandukan Raga Kecamatan STM Hilir berjumlah 4 orang bidan dan 1 dukun bayi.

4. Pertanian

Sektor pertanian terdiri dari sub sektor tanaman bahan makanan, perkebunan, perternakan, kehutanan, dan perikanan. Selain sub sektor perkebunan, kehutanan dan perikanan, sub sektor peternakan dan tanaman bahan makanan sangat berpotensi untuk dikembangkan di Desa Tandukan Raga Kecamatan STM Hilir. Selama kurun waktu 2010 – 2013, populasi ternak besar meningkat sebesar 13,20% dan ternak kecil meningkat sebesar 9,85%. Sub sektor tanaman bahan pangan mencakup tanaman padi, ubi kayu, palawija, dan holtikultura.


(44)

4.2 Karakteristik Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah petani usahatani ubi kayu di Desa Tandukan Raga, Kecamatan STM Hilir yaitu 50 orang. Karakteristik petani meliputi umur, lama berusaha, jumlah bibit, jumlah pupuk urea, jumlah pupuk posca, jumlah tenaga kerja, luas lahan dan jumlah produksi.

1. Umur

Distribusi sampel (petani) berdasarkan umur di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 6 berikut.

Tabel 6. Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Umur No. Kelompok Umur

(Tahun) Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1. 2. 3. 4. 5. 6.

21 – 30 31 – 40 41 – 50 51 – 60 61 – 70 71 – 80

5 7 7 8 2 1 16,7 23,3 23,3 26,7 6,7 3,3

Jumlah 30 100

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 1), 2014

Tabel 6 menunjukkan bahwa kelompok umur petani sampel dengan jumlah terbanyak untuk usahatani ubi kayu adalah kelompok umur 51 – 60 tahun yaitu sebanyak 8 jiwa (26,7%). Sedangkan kelompok petani sampel dengan jumlah paling sedikit untuk usahatani ubi kayu adalah kelompok umur 71 – 80 tahun yaitu sebanyak 1 jiwa (3,3%)


(45)

2. Lama Berusaha Tani

Karakteristik petani sampel berdasarkan lama berusahatani disajikan pada Tabel 7 berikut.

Tabel 7. Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Lama Usaha

No. Lama Usaha

(Tahun) Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1. 2. 3. 4.

1 – 5 6 – 10 11 – 15 16 – 20

2 14 9 5 6,7 46,6 30 16,7

Jumlah 30 100

Sumber : Analisis Data Primer ( Lampiran 1), 2014

Berdasarkan Tabel 7. dapat dilihat bahwa 46,6% petani sampel telah mengusahatanikan ubi kayu selama 6 – 10 tahun sebanyak 14 jiwa.

3. Jumlah Bibit

Volume bubit ubi kayu yang ditebar di daerah penelitian bervariasi dikarenakan perbedaan luas lahan. Jumlah bibit yang ditebar berdasarkan hasil penelitian disajikan pada Tabel 8 berikut.

Tabel 8. Distribusi Volume Bibit Ubi Kayu Dalam Satu Kali Musim Panen

No. Lama Usaha

(Tahun) Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1. 2. < 2000 2000 – 3000

15 15

50 50

Jumlah 30 100

Sumber : Analisis data Primer (Lampiran 3), 2014

Tabel 8 menunjukkan pada usahatani ubi kayu terdapat 15 jiwa (50%) yang melakukan penebaran bibit sebanyak < 2000 setek/luas lahan dan 15 jiwa (50%) yang melakukan penebaran bibit sebanyak 2000 - 3000 setek/luas lahan.


(46)

4. Jumlah Pupuk Urea

Distribusi penggunan pupuk urea pada usahatani ubi kayu di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 9 berikut.

Tabel 9. Distribusi Penggunaan Pupuk Urea Pada Usahatani Ubi Kayu No. Lama Pupuk Urea

(Kg) Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1. 2. < 15 15 – 35

15 15

50 50

Jumlah 30 100

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 4), 2014

Tabel 9 menunjukkan bahwa terdapat 50% petani sampel yang menggunakan pupuk urea sebanyak < 15 kg/lahan. Sedangkan terdapat 50 yang menggunakan pupuk urea sebanyak 15 – 35 kg/lahan.

5. Jumlah Pupuk Posca

Distribusi penggunaan pupuk posca pada usahatani ubi kayu di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 10 berikut.

Tabel 10. Distribusi Penggunaan Pupuk Posca Pada Usahatani Ubi Kayu No. Lama Pupuk Posca

(Kg) Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1. 2. < 15 15 – 35

20 10

66,67 33,33

Jumlah 30 100

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 4), 2014

Tabel 10 menunjukkan bahwa terdapat 66,67% petani sampel yang menggunakan pupuk posca sebanyak < 15 kg/lahan. Sedangkan terdapat 33,33% yang menggunakan pupuk urea sebanyak 15 – 35 kg/lahan.


(47)

6. Penggunaan Tenaga Kerja

Distribusi penggunaan tenaga kerja pada usahatani ubi kayu di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 11 berikut.

Tabel 11. Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Penggunaaan Tenaga Kerja

No. Jumlah Kerja (HOK) Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1. 2. < 5 >5 29 1 96,67 3,33

Jumlah 30 100

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 1), 2014

7. Luas Lahan Ubi Kayu

Luas lahan tani di daerah penelitian sebesar 2 – 7 rante, dengan rata-rata 4,76/ rante Distribusi luas lahan di Desa Tandukan Raga kecamatan STM Hilir pada Tabel 12

Tabel 12. Distribusi Petani sampel Berdasarkan Luas Lahan

No. Luas Lahan

(rante) Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1. 2. < 15 5 – 10

15 15

50 50

Jumlah 30 100

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 1), 2014

Tabel 12 menunjukkan bahwa petani sampel yang memiliki luas lahan < 5 rante sebanyak 15 jiwa (50%), dan petani yang memiliki luas lahan 5 – 10 rante sebanyak 15 jiwa (50%).


(48)

8. Produksi

Jumlah produksi ubi kayu bervariasi dikarenakan perbedaan luas lahan dan jumlah bibit yang ditebar. Jumlah produksi ubi kayu berdasarakan hasil penelitian disajikan pada Tabel 13 berikut.

Tabel 13. Distribusi Produksi Ubi Kayu Dalam Satu Kali Musim Panen

No. Produksi

(Kg)

Jumlah (jiwa)

Persentase (%)

1. 2.

< 5000 5.000 – 10.000

20 10

66,67 33,33

Jumlah 30 100

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 1), 2014

Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat bahwa petani sampel yang memperoleh hasil produksi lebih besar adalah sebesar 66,67% yaitu sebanyak 20 jiwa. Dan yang memperoleh hasil produksi 5.000 – 10.000 kg/musim panen adalah sebesar 33,33% yaitu sebesar 10 jiwa.


(49)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Gambaran Usahatani Ubi Kayu di Daerah Penelitian

Sebagian besar lahan di daerah penelitian merupakan lahan milik PTPN II (Persero). Sehingga para petani tidak perlu membayar uang sewa lahan. PTPN II (Persero) meminjamkan lahan kepada para petani untuk menanam tanaman seperti ubi kayu, kacang, jagung dll. Upah tenaga kerja berkisar Rp 300.000/org/periode. Luas lahan usahatani ubi kayu rata – rata per petani di Desa Tandukan Raga Kecamatan STM Hilir Kabupaten Deli Serdang adalah 3 – 7 rante.

Bibit ubi kayu pertama kali diperoleh petani dari Pemerintah. Petani tidak perlu membayar bibit ubi kayu tersebut. Karena Pemerintah memberikan secara gratis kepada petani ubi kayu. Bibit yang digunakan adalah ubi malaysia. Karena ubi ini memliki kualitas yang terbaik. Namun untuk penanaman selanjutnya petani mengggunakan bibit dari tanaman sebelumnya.

Bibit ubi kayu yang diperlukan untuk menanam ubi kayu seluas 1 rante dengan jarak tanam 22 cm x 22 cm, diperlukan bibit sebanyak kurang lebih 500 batang bibit/rante. Batang yang baik berdiameter 2-3 cm. Pemotongan batang stek dapat dilakukan dengan menggunakan pisau atau sabit yang tajam dan steril. Potongan batang untuk setek yang baik adalah 3-4 ruas mata atau 15-20 cm. Bagian bawah dari batang stek dipotong miring dengan maksud untuk menambah dan memperluas daerah perakaran.


(50)

Pupuk yang digunakan pupuk urea dan pupuk posca. Pada Tahap I Pupuk urea diberikan pada ubi kayu yang berusia sekitar 1,5 bulan. Sedangkan pada tahap II pupuk posca diberikan pada ubi kayu yang berusia sekitar 3 bulan. Penyiangan dilakukan sedikitnya 1 - 2 kali, sehingga tanaman bebas gulma hingga umur 3 bulan. Pada umur 2 – 3 bulan dilakukan pembubunan.

Panen singkong dapat di lakukan setelah tanaman berusia sekitar 8 hingga 10 bulan tergantung kegunaanya. Cara pemanenan dilakukan dengan membuat atau memangkas batang ubi kayu terlebih dahulu dengan tetap meninggalkan batang sekitar 15 cm untuk mempermudah pencabutan. Batang dicabut dengan tangan atau alat pengungkit dari batang kayu atau linggis agar umbi singkong tidak terluka.

Tenaga kerja yang digunakan ketika panen berlangsung adalah tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Hasil panen tersebut langsung diambil oleh pengumpul dan harga juga ditentukan oleh pengumpul.

Tabel 14. Hasil Rata-rata Luas lahan, biaya produksi, produksi, penerimaan dan pendapatan dalam Usahatani Ubi Kayu

Uraian Satuan Rata-rata per Sampel

1. Luas lahan rante 3,85 2. Biaya produksi Rp 316375

3. Produksi Kg 4197,33

4. Penerimaan Rp 8648000 5. Pendapatan Rp 8331925

Ubi kayu panen sekitar 8 – 10 bulan dengan rata – rata per sampel yaitu sekitar 3,85 rante. Hasil produksi ubi kayu ini cukup besar di daerah penelitian tersebut. Biaya produksi untuk usahatani ubi kayu di daerah penelitian rata – rata per


(51)

sampel yaitu Rp 316.375. Sementara itu pendapatan rata – rata per sampel usahatani ubi kayu adalah Rp. 8.331.925/ musim panen.

5.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Ubi Kayu

Jumlah produksi usahatani ubi kayu di Desa Tandukan Raga Kecamatan STM Hilir dianalisis dengan metode analisis regresi linier berganda. Jumlah produksi udang (Y) diduga dipengaruhi oleh bibit ubi kayu (X₁), pupuk urea (X₂), pupuk posca (X₃), tenaga kerja (X₄), lahan (X₅).

Uji asumsi Ordinary Least Square (OLS)

Sebelum dilakukan uji kesesuaian (goodness of fit) model, perlu dilakukan uji asumsi untuk mendeteksi terpenuhinya asumsi-asumsi dalam model regresi linear jumlah produksi usahatani ubi kayu yang dispesifikasi. Hasil pengujian asumsi klasik diuraikan pada bagian berikut.

1. Uji Asumsi Multikolinearitas

Hasil uji asumsi multikolinearitas untuk model jumlah produksi usahatani ubi kayu disajikan pada Tabel 15 menunjukkan bahwa masing-masing variabel eksogen memiliki nilai toleransi (tolerance) lebih kecil dari 0,1 dan nilai VIF lebih besar dari 10. Hal ini menunjukkan terjadinya multikolinearitas. Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi linear jumlah produksi usahatani ubi kayu terdapat masalah multikolinearitas.


(52)

Tabel 15. Hasil Uji Asumsi Multikolinearitas Model Jumlah Produksi Usahatani Ubi Kayu Menggunakan Statistik Kolinearitas

No. Variabel Eksosgen Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1. 2. 3. 4. 5.

Luas Lahan (rante)

Tenaga Kerja (HOK/rante) Bibit (setek)

Pupuk Urea (kg) Pupuk Posca (kg)

0,002 0,082 0,017 0,020 0,012 45,578 12,242 59,087 49,433 84,388

Sumber : Analisis Data Primer, 2014

2. Uji Asumsi Heteroskedastisitas a) Uji Park

Metode uji Park yaitu dengan meregresikan nilai residual (Lnei2) dengan masing-masing variabel dependen (LnX1 dan LnX2).

Kriteria pengujian adalah sebagai berikut: 1. Ho : tidak ada gejala heteroskedastisitas 2. Ha : ada gejala heteroskedastisitas

3. Ho diterima bila –t tabel < t hitung < t tabel berarti tidak terdapat heteroskedastisitas dan Ho ditolak bila t hitung > t tabel atau -t hitung < -t tabel yang berarti terdapat heteroskedastisitas.

Tabel 16. Hasil Uji Asumsi Heteroskedasitas Model Jumlah Produksi Usahatani Ubi Kayu dengan Menggunakan Uji Park

No Variabel Eksosgen Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1. 2. 3. 4. 5.

Luas Lahan (rante) Tenaga kerja (Rp/HOK) Bibit (setek)

Pupuk urea (kg) Pupuk posca (kg)

0,018 0,054 0,015 0,026 0,009 57,050 18,506 67,003 38,655 105,543


(53)

Hasil uji asumsi normalitas residual model jumlah produksi usahatani ubi kayu dengan menggunakan uji park pada Tabel 16 adalah :

− Luas lahan diperoleh nilai t hitung adalah 0,018. Sedangkan nilai t tabel dapat dicari pada t tabel dengan df = n-2 atau 29 – 2 = 27 pada pengujian 2 sisi (signifikansi 0,025), didapat nilai t tabel sebesar 2,052. Karena nilai t hitung > t tabel (0,018 < 2,052) maka H₀ ditolak maka yang berarti tidak terdapat heteroskedastisitas.

− Tenaga kerja diperoleh nilai t hitung adalah 0,054. Sedangkan nilai t tabel dapat dicari pada t tabel dengan df = n-2 atau 29 – 2 = 27 pada pengujian 2 sisi (signifikansi 0,025), didapat nilai t tabel sebesar 2,052. Karena nilai t hitung < t tabel (0,054 < 2,052 ) maka H₀ diterima maka yang berarti tidak terdapat heteroskedasitas.

− Bibit diperoleh nilai t hitung adalah 0,015. Sedangkan nilai t tabel dapat dicari pada t tabel dengan df = n-2 atau 29 – 2 = 27 pada pengujian 2 sisi (signifikansi 0,025), didapat nilai t tabel sebesar 2,052. Karena nilai t hitung < t tabel (0,015 < 2,052) maka H₀ diterima maka yang berarti tidak terdapat heteroskedasitas.

− Pupuk urea diperoleh nilai t hitung adalah 0,026. Sedangkan nilai t tabel dapat dicari pada t tabel dengan df = n-2 atau 29 – 2 = 27 pada pengujian 2 sisi (signifikansi 0,025), didapat nilai t tabel sebesar 2,052. Karena nilai t hitung < t tabel (0,026 < 2,052) maka H₀ diterima maka yang berarti tidak terdapat heteroskedasitas.

− Pupuk posca diperoleh nilai t hitung adalah 0,009. Sedangkan nilai t tabel dapat dicari pada t tabel dengan df = n-2 atau 29 – 2 = 27 pada pengujain 2 39


(54)

sisi (signifikansi 0,025), didapat nilai t tabel sebesar 2,052. Karena nilai t hitung < t tabel (0,009 < 2,052) maka H₀ diterima maka yang berarti tidak terdapat heteroskedasitas.

Gambar 2. Grafik Uji Asumsi Heteroskedastisitas Model Jumlah Produksi Usahatani Ubi Kayu

Sumber : Analisis Data Primer, 2014

Hasil uji asumsi heteroskedasitas dengan menggunakan analisis grafik untuk model jumlah produksi usahatani ubi kayu dapat dilihat pada gambar 2 menunjukkan bahwa titik-titik tidak membentuk pola yang jelas, dan titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini menunjukkan tidak terjadinya heteroskedastisitas. Maka dapat dinyatakan bahwa model regresi linear jumlah produksi usahatani ubi kayu terbebas dari masalah heteroskedastisitas.


(55)

3. Uji Asumsi Normalitas

a. Analisis Grafik

Gambar 3. Grafik Uji Asumsi Normalitas Model Jumlah Produksi Usahatani Ubi Kayu

Sumber : Analisis Data Primer, 2014


(56)

Gambar 4. Histogram Normalitas Model Jumlah Produksi Usahatani Ubi Kayu

Sumber : Analisis Data Primer, 2014

Hasil uji asumsi normalitas residual model jumlah produksi usahatani ubi kayu dengan menggunakan uji park adalah :

Hal ini menunjukkan bahwa data residual model terdistribusi dengan normal. Maka dapat dinyatakan bahwa model regresi linier jumlah produksi usahatani ubi kayu memenuhi asumsi normalitas.

b. Uji Kolmogorov-Smirnov

Hasil uji asumsi normalitas residual model jumlah produksi usahatani ubi kayu dengan menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov disajikan pada Tabel 16. Tabel 16 menunjukkan bahwa nilai signifikansi Kolmogorov-Smirnov pada kolom

Asymp. Sig. (2-tailed) adalah sebesar 0,041. Nilai yang diperoleh lebih kecil dari probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan


(57)

bahwa ada perbedaan antara distribusi normal. Maka dapat disimpulkan bahwa data data tersebut tidak berdistribusi normal.

Tabel 16. Hasil Uji Asumsi Normalitas Model Jumlah Produksi Usahatani Ubi Kayu Menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov

Unstandardized Residual N

Normal Parametera,,b

Most Extreme Differences

Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

Mean

Std. Deviation Absolute Positive Negative

30 0 .0000000 1.11014882E2 0,255 0,255 -0,184 1,395 0,041

Sumber : Analisis Data Primer, 2014

Uji kesesuaian (test goodness of fit) model dan uji hipotesis

Setelah dilakukan uji asumsi, maka dilakukan uji kesesuaian model dan uji hipotesis. Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah produksi usahatani ubi kayu disajikan pada Tabel 17 menunjukkan bahwa terdapat lima variabel yang berpengaruh terhadap jumlah produksi usahatani ubi kayu bibit (X₁), Pupuk Urea (X₂), Pupuk Posca (X₃), Tenaga Kerja (X₄), dan Luas lahan (X₅).


(58)

Tabel 17. Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Ubi Kayu

No. Variabel Koefisien

Regresi T Hitung Sig. 5%

1. 2. 3. 4. 5. 6. Konstanta

Luas Lahan (rante)

Tenaga Kerja (HOK/rante) Bibit (setek)

Pupuk Urea (kg) Pupuk Posca (kg)

235.601 483.074 -284.865 0.196 111.185 26.194 0,768 3,487 -2,523 0,692 4,103 0,688 0,450 0,002 0,019 0,496 0,000 0,498 N N tn N tn R²

F hitung

Signifikansi F Keterangan :

n = Berpengaruh nyata tn = Tidak berpengaruh nyata

0,992 609,925 0,000

Sumber : Analisis Data Primer, 2014

Untuk mempermudah pembacaan hasil dan interpretasi analisis regresi, maka digunakan bentuk persamaan yang berisi kostanta dan koefisien-koefisien regresi yang didapat dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan sebelumnya. Persamaan regresi faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah produksi usaha tani ubi kayu adalah sebagai berikut.

Y = 235,601 + 483,074X - 284,865X + 0,196X+ 111,185X + 26,194X

Pada model regresi ini, nilai kostanta yang tercantum adalah 235,601. Hal ini menunjukkan bahwa besar efek rata-rata dari seluruh variabel eksogen terhadap variabel jumlah produksi usahatani ubi kayu adalah sebesar 235,601.


(59)

Pada Tabel 17. Menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (R²) yang diperoleh adalah sebesar 0,992. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 99,2% variasi jumlah produksi ubi kayu (Y) dipengaruhi oleh Luas Lahan (X₁), Tenaga Kerja (X₂), Bibit (X₃), Pupuk Urea (X₄), dan Pupuk Posca (X₅). Sedangkan 0,8 % dipengaruhi oleh variabel lain yang belum dimasukkan kedalam model.

Untuk menguji hipotesis secara serempak, dilakukan dengan uji F, dan secara parsial dilakukan dengan uji t, dengan tingkat signifikansi dalam penelitian ini menggunakan α = 5% atau 0,05. Hasil pengujian hipotesis diuraikan sebagai berikut.

1. Uji pengaruh variabel secara serempak

Hasil uji pengaruh variabel secara serempak dengan menggunakan uji F disajikan pada Tabel 16 yang menunjukkan nilai signifikansi F adalah 0,000. Nilai yang diperoleh lebih kecil dari probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu 5% atau 0,05 (0,000 ≤ 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H₀ ditolak atau H₁ diterima, yaitu variabel luas Luas Lahan (X₁), Tenaga Kerja (X₂), Bibit (X₃), Pupuk Urea (X₄), dan Pupuk Posca (X₅) secara secara serempak berpengaruh nyata terhadap variabel jumlah produksi usahatani ubi kayu (Y).

2. Uji pengaruh variabel secara parsial

Uji pengaruh variabel secara parsial dengan menggunakan Uji t disajikan pada Tabel 17.


(60)

a. Pengaruh Luas Lahan (X) terhadap Produksi Ubi Kayu

Hasil uji t yang telah dilakukan pada model jumlah produksi ubi kayu dapat dilihat pada Tabel 17. Nilai signifikansi t yang diperoleh untuk luas lahan adalah sebesar 0,002. Nilai yang diperoleh lebih kecil dari probabilitas, yaitu 5% atau 0,05 (0,022 ≤ 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H₀ ditolak atau H₁ diterima, yaitu variabel luas lahan (X₁) secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel jumlah produksi ubi kayu.

Nilai koefisien regresi yang diperoleh adalah sebesar 483,074 yang menunjukkan bahwa setiap adanya peningkatan luas lahan sebesar 1 rante, maka akan terjadi peningkatan jumlah produksi ubi kayu sebesar 483,074 kg/musim panen. Sebaliknya jika terjadi penurunan lahan, akan menyebabkan penurunan jumlah produksi ubi kayu.

b. Pengaruh Penggunaan Tenaga Kerja (X) terhadap Produksi Ubi Kayu

Tabel 17 menunjukkan bahwa nilai signifikansi t yang diperoleh untuk variabel penggunaan tenaga kerja (X₂) adalah sebesar 0,019. Nilai yang diperoleh lebih kecil dari probabilitas, yaitu 5% atau 0,05 (0,019 ≤ 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H₀ ditolak atau H₁ diterima, yaitu variabel tenaga kerja (X₂) secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel jumlah produksi ubi kayu.

Nilai koefisien regresi yang diperoleh adalah sebesar -284,865 yang menunjukkan bahwa setiap adanya peningkatan tenaga kerja sebesar 1 HOK/rante, maka akan terjadi penurunan jumlah produksi ubi kayu sebesar -284,865 kg/musim panen.


(61)

Sebaliknya jika terjadi peningkatan tenaga kerja, akan menyebabkan peningkatan jumlah produksi ubi kayu.

c. Pengaruh Penggunaan Bibit (X) terhadap Produksi Ubi Kayu

Tabel 17 menunjukkan bahwa nilai signifikansi t yang diperoleh untuk variabel penggunaan pupuk posca (X₃) adalah sebesar 0,496. Nilai yang diperoleh lebih besar dari probabilitas, yaitu 5% atau 0,05 (0,496 ≥ 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H₀ diterima atau H₁ ditolak, yaitu variabel bibit (X₃) secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap variabel jumlah produksi ubi kayu.

Nilai koefisien regresi yang diperoleh adalah sebesar 0,196 yang menunjukkan bahwa setiap adanya peningkatan penggunaan bibit sebesar 1 setek, maka akan terjadi peningkatan jumlah produksi ubi kayu sebesar 0,196 kg/musim panen. Sebaliknya jika terjadi penurunan penggunaan bibit, akan menyebabkan penurunan jumlah produksi ubi kayu.

d. Pengaruh Pupuk Urea (X) terhadap Produksi Ubi Kayu

Tabel 17 menunjukkan bahwa nilai signifikansi t yang diperoleh untuk variabel tenaga kerja (X₄) adalah sebesar 0,000. Nilai yang diperoleh lebih kecil dari probabilitas, yaitu 5% atau 0,05 (0,000 ≤ 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H₀ ditolak atau H₁ diterima, yaitu variabel tenaga kerja (X₄) secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel jumlah produksi ubi kayu..

Nilai koefisien regresi yang diperoleh adalah sebesar 111,185 yang menunjukkan bahwa setiap adanya peningkatan penggunaan pupuk urea 1 kg, maka akan terjadi


(62)

peningkatan jumlah produksi ubi kayu sebesar 111,185 kg/musim panen. Sebaliknya jika terjadi penurunan penggunaan pupuk urea, akan menyebabkan penurunan jumlah produksi ubi kayu.

e. Pengaruh Pupuk Posca (X) terhadap Produksi Ubi Kayu

Tabel 17 menunjukkan bahwa nilai signifikansi t yang diperoleh untuk variabel luas lahan (X₅) adalah sebesar 0,498. Nilai yang diperoleh lebih besar dari probabilitas, yaitu 5% atau 0,05 (0,498 ≥ 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H₀ diterima atau H₁ ditolak, yaitu variabel pupuk posca (X₄) secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap variabel jumlah produksi ubi kayu..

Nilai koefisien regresi yang diperoleh adalah sebesar 26,194 yang menunjukkan bahwa setiap adanya peningkatan penggunaan pupuk posca 1 kg, maka akan terjadi peningkatan jumlah produksi ubi kayu sebesar 26,194 kg/musim panen. Sebaliknya jika terjadi penurunan penggunaan pupuk posca, akan menyebabkan penurunan jumlah produksi ubi kayu.


(63)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Luas lahan, tenaga kerja, bibit, pupuk urea dan pupuk posca secara serempak berpengaruh positif dan nyata terhadap jumlah produksi ubi kayu. Luas lahan, tenaga kerja, dan pupuk urea secara parsial berpengaruh positif dan nyata terhadap produksi ubi kayu. Sedangkan bibit dan pupuk posca tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah produksi ubi kayu.

6.2. Saran

Kepada Pemerintah

Perlu adanya perhatian harga pupuk urea dan pupuk posca terhadap usahatani ubi kayu agar harga tidak terlalu tinggi, sehingga para petani tidak akan merasa kesulitan untuk membeli pupuk tersebut.

Kepada Petani Ubi Kayu

Untuk dapat meningkatkan produksi ubi kayu, petani sebaiknya menambah luas lahan ubi kayu agar dapat meningkatkan produksi ubi kayu. Selain itu juga pemakaian pupuk urea agar ditambahkan penggunaannya.


(64)

Kepada Peneliti

Perlu dilakukan penelitian selanjutnya mengenai faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap produksi ubi kayu di Desa Tandukan Raga Kecamatan STM Hilir Kabupaten Deli Serdang, seperti penggunaan pupuk kandang serta menambah sampel penelitian karena dalam penelitian ini sampel yang digunakan kecil.


(65)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Sumatera Utara. 2010. Deli Serdang dalam angka 2010. Medan

Baharsjah, J. dan Delima Azahari. 1980. Posisi Kacang-Kacangan di Indonesia. Departemen Agronomi, FakultasPertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hermawan, F., 2007. Analisis Optimasi Penggunaan Input Produksi Pada

Usahatani Kubis. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

Nazir, Mohammad. 1983. Metode Penelitian.Jakarta: Ghalia Indonesia.

Prihandana R et al. 2007. Bioetanol Ubi Kayu: Bahan Bakar Masa Depan. Jakarta: AgroMedia Pustaka.

Purwono. 2009. Budidaya 8 Jenis Tanaman Unggul. Jakarta : Penebar Swadaya

Rahmat Rukmana. 1997. Usaha Tani Jagung. Penerbit Kanisius. Jogjakarta. Rahmat Rukmana. 2002. Usaha Tani Ubi Kayu. Penerbit Kanisius. Jogjakarta Rahim dan Diah. 2007. Pengantar Teori dan Aplikasi. Ekonomika Pertanian.

Jakarta. Penebar Swadaya.

Rismayani,2007.Usaha Tani dan Pemasaran Hasil Pertanian. USU-Press, Medan.

Sadono, Sukirno. 2002. Pengantar Teori Makroekonomi. edisi kedua, Rajawali Pers, Jakarta

Saragih, Bungaran,2003. Lembaga Agrobisnis Petani Perlu Terus Dikembangkan agar Petani Mampu Memanfaatkan Fasilitas Skim Kredit. Pikiran Rakyat-Online. Bandung


(66)

Soekartawi, dkk.1986. Ilmu Usaha Tani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia Dillon, John L., J. Brian Hardaker. Farm Management Research for Small Development. Soekartawi, 1995, Analisis Usaha Tani, UI-Press, Jakarta

Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasi. PT. Raja Grafindo. Jakarta

Sunarto. 2002. Membuat Kerupuk Singkong dan Keripik Kedelai. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.

Suprapti, Lies. 2005. Tepung Tapioka Pembuatan dan Pemanfaatannya. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.

Tonglum, A., P. Suriyanapan, and R.H. Howeler. 2001. Cassava agronomy research and adoption of improved practices in Thailand – majora chievement during the past 35 years. Cassava’s potential in Asia in the 21st century: Present situation and future research and development needs. Proc. Of the Sixth Regional Workshop, held in Ho Chi Minch City, Vietnam;p.228-258.


(67)

Lampiran 1. Karakteristik Petani Sampel Usahatani Ubi Kayu

Nomor Sampel

Umur (tahun)

Lama Berusaha

(tahun)

Jumlah Bibit (setek)

Jumlah Pupuk Urea (kg)

Jumlah Pupuk Posca (kg)

Jumlah TK (orang)

Luas Lahan (rante)

Produksi (kg/musim

panen)

1 52 10 2300 17 13 3 5 4600

2 44 15 2700 22 18 4 6 5400

3 48 10 1800 13 9 3 4 3300

4 53 13 1050 10 5 2 3 2500

5 50 20 3700 35 28 5 7 7600

6 40 8 1800 12 8 3 4 3200

7 32 3 2800 23 17 4 6 5400

8 59 5 1800 12 9 3 4 3250

9 49 16 1800 13 9 3 4 3300

10 56 10 2800 22 18 4 6 5400

11 31 14 2200 18 13 3 5 4750

12 32 10 2700 22 19 4 6 5470

13 58 16 1800 13 9 3 4 3300

14 72 16 1800 12 9 3 4 3230

15 24 15 2200 18 13 4 5 4670


(68)

Lanjutan Lampiran 1. Karakteristik Petani Sampel Usahatani Ubi Kayu Nomor Sampel Umur (tahun) Lama Berusaha (tahun) Jumlah Bibit (setek) Jumlah Pupuk Urea (kg) Jumlah Pupuk Posca (kg) Jumlah TK (orang) Luas Lahan (rante) Produksi (kg/musim panen)

16 65 15 1800 12 8 3 4 3200

17 64 10 1800 12 8 3 4 3200

18 45 16 2800 22 18 4 6 5400

19 51 13 1050 10 5 2 3 2500

20 37 10 2800 23 17 4 6 5400

21 50 15 1800 12 8 3 4 3200

22 37 10 2800 23 17 4 6 5400

23 40 12 1800 12 8 3 4 3200

24 45 9 1800 12 8 3 4 3200

25 23 6 2800 22 18 4 6 5400

26 45 10 2200 17 12 3 5 4650

27 57 14 2300 18 13 3 5 4700

28 30 10 2700 22 18 4 6 5400

29 25 8 1800 12 8 3 4 3200

30 24 6 1050 10 5 2 3 2500

Total 1338 345 52500 501 368 96 143 125920


(69)

Lampiran 2. Biaya Tenaga Kerja Usahatani Ubi Kayu Nomor Sampel Jlh TK (org)

Jenis Kegiatan

Pengolahan Lahan

Penanaman Pemupukan I

Pemupukan

II Pemeliharaan Tanaman Panen

Total Kegiatan (menit/ hari) Total HOK Upah Tenaga Kerja Waktu (menit) H O K Waktu (menit) H O K Waktu (menit) H O K Waktu (menit) H O K Waktu (menit) H O K Waktu (menit) H O K

Hari Bulan

Rp/ periode

Rp/ HOK 1 3 35 0,218 180 1,1 100 0,625 90 0,56 120 0,75 240 1,5 765 4,753 142,59 300000 2103,93

2 4 35 0,291 180 1,5 100 0,833 90 0,75 120 1 240 2 765 6,374 191,22 300000 1568,87

3 3 35 0,218 180 1,1 100 0,625 90 0,56 120 0,75 240 1,5 765 4,753 142,59 300000 2103,93 4 2 35 0,145 180 0,75 120 0,5 110 0,45 150 0,625 270 1,1 865 3,57 107,1 300000 2801,12 5 5 30 0,312 150 1,56 90 0,937 80 0,833 100 1,041 240 2,5 690 7,183 215,49 300000 1392,17 6 3 35 0,218 180 1,1 100 0,625 90 0,56 120 0,75 240 1,5 765 4,753 142,59 300000 2103,93

7 4 35 0,291 180 1,5 100 0,833 90 0,75 120 1 240 2 765 6,374 191,22 300000 1568,87

8 3 35 0,218 180 1,1 100 0,625 90 0,56 120 0,75 240 1,5 765 4,753 142,59 300000 2103,93 9 3 35 0,218 180 1,1 100 0,625 80 0,56 120 0,75 240 1,5 765 4,753 142,59 300000 2103,93

10 4 35 0,291 180 1,5 100 0,833 90 0,75 120 1 240 2 765 6,374 191,22 300000 1568,87

11 3 35 0,218 180 1,1 100 0,625 90 0,56 120 0,75 240 1,5 765 4,753 142,59 300000 2103,93

12 4 35 0,291 180 1,5 100 0,833 90 0,75 120 1 240 2 765 6,374 191,22 300000 1568,87

13 3 35 0,218 180 1,1 100 0,625 80 0,56 120 0,75 240 1,5 765 4,753 142,59 300000 2103,93 14 3 35 0,218 180 1,1 100 0,625 90 0,56 120 0,75 240 1,5 765 4,753 142,59 300000 2103,93

15 4 35 0,291 180 1,5 100 0,833 90 0,75 120 1 240 2 765 6,374 191,22 300000 1568,87


(1)

Lampiran 8. Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Ubi Kayu

Model Summaryb Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .996a .992 .991 122.03224 1.906

a. Predictors: (Constant), pupuk posca (kg), tenaga kerja (Rp/HOK), luas lahan (rante), pupuk urea (kg), bibit (setek)

b. Dependent Variable: produksi (kg/musim panen)

ANOVAb Model

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 4.541E7 5 9082916.370 609.925 .000a

Residual 357404.818 24 14891.867

Total 4.577E7 29

a. Predictors: (Constant), pupuk posca (kg), tenaga kerja (Rp/HOK), luas lahan (rante), pupuk urea (kg), bibit (setek)

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B

Std.

Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 235.601 306.960 .768 .450

lahan (ha) 483.074 138.533 .425 3.487 .002 .022 45.578 tenaga kerja

(Rp/HOK)

-284.865 112.909 -.159 -2.523 .019 .082 12.242

bibit (setek) .196 .283 .096 .692 .496 .017 59.087 pupuk urea (kg) 111.185 27.101 .520 4.103 .000 .020 49.433 pupuk posca (kg) 26.194 38.097 .114 .688 .498 .012 84.388

a. Dependent Variabel : produksi (kg/musim panen)


(2)

(3)

Lanjutan Lampiran 8.


(4)

(5)

Lanjutan Lampiran 8.

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

Collinearity Statistics

B

Std.

Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 40.049 51.629 .776 .446

lnx1 25.578 9.688 2.497 2.640 .014 .018 57.050 lnx2 -1.535 5.895 -.140 -.260 .797 .054 18.506 lnx3 -9.806 8.297 -1.211 -1.182 .249 .015 67.003 lnx4 15.223 5.840 2.029 2.607 .015 .026 38.655 lnx5 -15.641 7.139 -2.818 -2.191 .038 .009 105.543 a. Dependent Variabel : Lnei2


(6)

Mempengaruhi Produksi Ubi Kayu

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 30

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation 1.11014882E2

Most Extreme Differences Absolute .255

Positive .255

Negative -.184

Kolmogorov-Smirnov Z 1.395

Asymp. Sig. (2-tailed) .041

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.