Alat Pengumpulan Data Analisis Data

2 Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti: hasil-hasil penelitian dan karya ilmiah dari kalangan hukum, yang berkaitan jual beli atas tanah milik bersama anak di bawah umur dan pendaftarannya. 3 Bahan tertier adalah bahan pendukung di luar bidang hukum seperti kamus ensiklopedia atau majalah yang terkait dengan jual beli atas tanah milik bersama anak di bawah umur dan pendaftarannya. b. Penelitian Lapangan field research untuk mendapatkan data yang terkait dengan jual beli atas tanah milik bersama anak di bawah umur dan pendaftarannya di Pematang Siantar dengan melakukan wawancara kepada: a. Pejabat Pembuat Akta Tanah PPAT di Pematang Siantar, sebanyak 5 orang. b. PejabatKepala Kantor Pertanahan Pematang Siantar, sebanyak 1 orang c. Hakim Pengadilan Negeri Pematang Siantar, sebanyak 1 orang. d. Hakim Pengadilan Agama Pematang Siantar, sebanyak 1 orang. e. Orangtua atau wali anak di bawah umur yang melakukan jual beli atas tanah hak milik bersama anak di bawah umur, sebanyak 1 orang.

3. Alat Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan 2 dua alat pengumpulan data yaitu: 1. Studi Dokumen untuk mengumpulkan data sekunder yang terkait dengan permasalahan yang diajukan, dengan cara mempelajari buku-buku, hasil penelitian dan dokumen-dokumen perundang-undangan yang terkait selanjutnya digunakan untuk kerangka teoritis pada penelitian lapangan. Universitas Sumatera Utara 39 am penelitian ini. 2. Wawancara, yang dilakukan dengan pedoman wawancara yang terstruktur kepada responden yang telah ditetapkan yang terkait objek penelitian.

4. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian tesis ini adalah analisis data kualitatif, yaitu analisis data yang tidak mempergunakan angka-angka tetapi berdasarkan atas peraturan perundang-undangan, pandangan-pandangan responden hingga dapat menjawab permasalahan dari penelitian ini. Semua data yang diperoleh disusun secara sistematis, diolah dan diteliti serta dievaluasi. Kemudian data dikelompokkan atas data yang sejenis, untuk kepentingan analisis, sedangkan evaluasi dan penafsiran dilakukan secara kualitatif yang dicatat satu persatu untuk dinilai kemungkinan persamaan jawaban. Oleh karena itu data yang telah dikumpulkan kemudian diolah, dianalisis secara kualitatif dan diterjemahkan secara logis sistematis untuk selanjutnya ditarik kesimpulan dengan menggunakan metode pendekatan deduktif. 46 Kesimpulan adalah merupakan jawaban khusus atas permasalahan yang diteliti, sehingga diharapkan akan memberikan solusi atas permasalahan dal 46 Sutandyo Wigjosoebroto, Apakah Sesungguhnya Penelitian Itu, Kertas Kerja, Universitas Airlangga, Surabaya, tt, hal. 2. Prosedur Deduktif yaitu bertolak dari suatu proposisi umum yang kebenarannya telah diketahui dan diyakini dan berakhir pada suatu kesimpulan yang bersifat lebih khusus. pada prosedur ini kebenaran pangkal merupakan kebenaran ideal yang bersifat aksiomatik self efident yang esensi kebenarannya sudah tidak perlu dipermasalahkan lagi. Universitas Sumatera Utara

BAB II SIKAP KANTOR PERTANAHAN KOTA PEMATANG SIANTAR DALAM

MENDAFTARKAN JUAL BELI TANAH HAK MILIK YANG DIMILIKI BERSAMA DENGAN ANAK DI BAWAH UMUR

A. Deskripsi Kantor Pertanahan Pematang Siantar

Badan Pertanahan Nasional lahir berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1988 Tentang Badan Pertanahan Nasional, yang diundangkan di Jakarta tanggal 13 Oktober 1992 Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 115. Berdasarkan Pasal 30 ayat 3 Keputusan Presiden nomor 26 Tahun 1988 tersebut menyebutkan Di setiap Ibu Kota KabupatenKotamadya dibentuk Kantor Pertanahan yang dalam pelaksanaan tugasnya secara taktis operasional dikoordinasi oleh BupatiWalikotamadya selaku Kepala Wilayah dan teknis administaratif di bawah Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan setempat. Selanjutnya dalam Pasal 30 ayat 4 antara lain menyebutkan bahwa pembentukan Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kantor Pertanahan dilakukan dan ditetapkan dengan Keputusan Kepala Badan Pertanahan. Struktur Organisasi Kantor Pertanahan sesuai dengan Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 1989 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional. Struktur organisasi tersebut berlaku untuk Kantor Pertanahan KotaKabupaten di seluruh Indonesia. Untuk lebih jelasnya tentang struktur organisasi kantor pertanahan tersebut sebagaimana jelas dalam bagan berikut ini. Universitas Sumatera Utara Gambar 1. Bagan Struktur Organisasi Kantor Pertanahan Kepala Kantor Pertanahan merupakan Pejabat Eselon III, dan Kepala Sub Bagian Tata Usaha merupakan Pejabat Eselon IV, sedangkan Kepala Seksi dan Sub Seksi merupakan Pejabat Eselon V. Kantor Pertanahan Kabupaten Kota Sub Bagian Tata Usaha Urusan Urusan Umum dan Perencanaan dan Keuangan Kepegawaian Seksi Pengaturan dan Penataan Pertanahan Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan Seksi Survei, Pengukuran Dan Pemetaan Seksi Sengketa, Konflik dan Perkara Sub Seksi Penatagunaan Tanah dan Kawasan Tertentu Sub Seksi Pengukuran dan Sub Seksi Sengketa dan Konflik Pertanahan Sub Seksi Pengendalian Pertanahan Sub Seksi Penetapan Hak Tanah Pemetaan Sub Seksi Landreform Sub Seksi Tematik dan Potensi Sub Seksi Pengaturan Tanah Pemerintah Sub Seksi Pemberdayaan Masyarakat Sub Seksi Perkara Pertanahan dan Konsolidasi Tanah Tanah Sub Seksi Pendaftaran Hak Sub Seksi Peralihan, Pembebanan Hak dan PPAT Universitas Sumatera Utara Sesuai dengan Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 6 Tahun 1993 Tentang Uraian Tugas Sub Bagian Dan Seksi Pada Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Di Propinsi Dan Uraian Tugas Sub Bagian Seksi Dan Urusan KabupatenKotamadya maka petugas yang menangani masalah pemeriksaan sertifikat hak atas tanah adalah Sub Seksi Peralihan Hak, Pembebanan Hak Dan PPAT. Dalam Keputusan Kepala Badan Pertanahan tersebut telah dijabarkan secara rinci tentang fungsi dan tugas masing-masing dari Kepala Seksi, Sub Seksi dan Kepala Urusan. Mengetahui bidang yang menangani Pemeriksaan sertifikat hak atas tanah adalah penting agar setiap orangbadan dapat dengan mudah di tempatbidang mana berurusan dalam peroses pemeriksaan sertifikat hak atas tanah. Pelayanan pemeriksaan sertifikat hak atas tanah bila dilihat dari Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional BPN tersebut menjadi tugas dari Sub Seksi Peralihan Hak, Pembebanan Hak Dan PPAT. Sub seksi ini adalah merupakan bagian dari seksi pengukuran dan Pendaftaran Tanah. Seksi pengukuran dan pendaftaran Tanah tersebut terdiri dari: a. Sub seksi pengukuran, Pemetaan dan konversi. b. Sub seksi pendaftaran hak dan informasi pertanahan. c. Sub seksi peralihan hak, pembebanan hak dan PPAT. Secara teknis maka pemeriksaan sertifikat hak atas tanah ini menjadi tugas Sub seksi peralihan Hak, pembebanan hak dan PPAT. Universitas Sumatera Utara Secara umum tugas dari Sub seksi pralihan hak, pembebanan hak dan PPAT pada kantor Pertanahan adalah sebagai berikut; 1. Sub Seksi Peralihan Hak, Pembebanan Hak dan PPAT mempunyai tugas menyiapkan penyelesaian peralihan hak atas tanah, pembebanan hak atas tanah dan bahan-bahan bimbingan PPAT, serta penyiapan bahan-bahan daftar isian di bidang pengukuran dan pendaftaran tanah. 2. Uraian tugas tersebut pada poin 1 adalah sebagai berikut: a. Membantu Kepala Seksi Pengukuran dan Pendaftaran Tanah dalam melaksanakan tugas di bidang penyelesaian peralihan hak atas tanah, pembebanan hak atas tanah dan bahan-bahan bimbingan PPAT, serta penyiapan bahan-bahan daftar isian di bidang pengukuran dan pendaftaran tanah. b. Menyampaikan saran-saran dan atau pertimbangan-pertimbangan kepada Kepala Seksi Pengukuran dan Pendaftaran Tanah tentang langkah langkah atau tindakan yang perlu diambil di bidang penyelesaian peralihan hak atas tanah, pembebanan hak atas tanah dan bahan-bahan bimbingan PPAT, serta bahan-bahan daftar isian di bidang pengukuran dan pendaftaran tanah. c. Menghimpun dan mempelajari peraturan perundang-undangan, kebijaksanaan, pedoman dan petunjuk teknis serta bahan-bahan lainnya yang berhubungan dengan bidang sebagai pedoman dan landasan kerja. d. Membuat rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Sub Seksi Peralihan Hak, Pembebanan Hak dan Konversi sebagai pedoman pelaksanaan tugas. Universitas Sumatera Utara e. Mempersiapkan bahan-bahan dalam rangka pelaksanaan kebijaksanaan, pedoman dan petunjuk teknis di bidang penyelesaian peralihan hak atas tanah, pembebanan hak atas tanah dan bahan-bahan bimbingan PPAT, serta penyiapan bahan-bahan daftar isian di bidang pengukuran dan pendaftaran tanah. f. Mengumpulkan, menghimpun dan mensistimatisasikanmengolah data dan informasi yang berhubungan dengan bidang penyelesaian peralihan hak atas tanah, pembebanan hak atas tanah dan bahan-bahan bimbingan PPAT, serta penyiapan bahan-bahan daftar isian di bidang pengukuran dan pendaftaran tanah. g. Melakukan inventarisasi permasalahan dan mengumpulkan bahan-bahan dalam rangka pemecahan masalah di bidang penyelesaian peralihan hak atas tanah, pembebanan hak atas tanah dan bahan-bahan bimbingan PPAT, serta penyiapan bahan-bahan daftar isian di bidang pengukuran dan pendaftaran tanah. h. Melakukan hubungan kerja dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugasnya dengan: 1 Sub Seksi di lingkungan Seksi Pengukuran dan Pendaftaran Tanah Kantor Pertanahan. 2 Unit kerja yang terkait di lingkungan Kantor Pertanahan. i. Mencatat permohonan peralihan hak atas tanah pada D.I 301 c dan permohonan pembebanan hak atas tanah pada D.I 208b sesuai disposisi Kepala Seksi. Universitas Sumatera Utara j. Membuat perincian biaya dan memerintahkan pemohon untuk menyetor biaya peralihan hak kepada Bendaharawan Khusus. k. Meneliti dan memeriksa berkas-berkas permohonan.- l. Menyiapkan dan menulis buku tanah,- mengkoordinir pengetikan dan penjilidan sertifikat Balik Nama dan sertifikat Hipotik sekarang Hak Tanggungan. m. Mengarsipmenjilid warkah peralihan hak dan pembebanan hak. n. Menghimpun laporan bulanan PPAT.- o. Menyiapkan bahan-bahan untuk bimbingan- PPAT serta memberikan bimbingan teknis mengenai tata cara pembuatan akta peralihan hak dan pembebanan hak atas tanah. p. Menyiapkan dan menyalurkan bahan-bahan teknis pemeriksaan sertifikat hak atas tanah diatur dalam Peraturan Menteri Negara AgrariaKa.BPN daftar isian di bidang pengukuran dan pendaftaran tanah.- q. Melaksanakan evaluasi dan menyusun laporan pelaksanaan pekerjaan di bidang penyelesaian- peralihan hak atas tanah, pembebanan hak atas tanah dan bahan-bahan bimbingan PPAT, serta penyiapan bahan-bahan daftar isian di bidang- pengukuran dan pendaftaran tanah. r. Melakukan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Seksi Pengukuran dan Pendaftaran Tanah sesuai dengan bidang tugasnya. 47 47 Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 6 Tahun 1993 Tentang Uraian Tugas Sub Bagian Dan Seksi Pada Kantor Wilayah Badan pertanahan Nasional di Propinsi Dan Uraian Tugas Sub Bagian, Seksi Dan Urusan Serta Sub Seksi Pada Kantor Pertanahan. Universitas Sumatera Utara

B. Pendaftaran Tanah Pada Kantor Pertanahan Pematang Siantar

Pembangunan di bidang hukum diarahkan pada terwujudnya sistem hukum nasional yang bersumber pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, yang meliputi pembangunan materi hukum, aparatur hukum, sarana dan prasarana hukum, serta budaya hukum sebagai perwujudan negara hukum yang lebih menghormati dan menjunjung tinggi hak asasi manusia untuk menciptakan masyarakat yang tertib, aman dan tentram. Salah satu perwujudan pembangunan di bidang materi hukum, adalah produk legislatif yang diundangkan dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria UUPA yang bertujuan untuk mengendalikan penggunaan, penguasaan, pemilikan tanah dan pengalihan hak atas tanah, dalam rangka menunjang berbagai kegiatan pembangunan, terutama pembangunan di sektor pertanahan nasional. Tanah sebagai karunia Tuhan merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan manusia, sebagaimana dikemukakan oleh Suardi: Tanah sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan manusia untuk mencukupi kebutuhan baik yang langsung untuk kehidupannya seperti misalnya untuk bercocok tanam guna mencukupi kebutuhannya tempat tinggalperumahan, maupun untuk melaksanakan usahanya seperti untuk tempat perdagangan, industri, pendidikan, pembangunan sarana dan prasarana lainnya. 48 Tanah merupakan permukaan, sehingga hak atas tanah adalah hak atas permukaan bumi, sebagaimana dikemukakan oleh Oloan Sitorus dan H.M. Zaki Sierrad: 48 Suardi, Hukum Agraria, Badan Penerbit IBLAM, Jakarta, 2005, hal. 1. Universitas Sumatera Utara Pasal 4 ayat 1 UUPA mengartikan tanah sebagai permukaan bumi the surface of the earth. Dengan demikian, hak atas tanah adalah hak atas permukaan bumi. Selanjutnya ayat 2 dari Pasal 4 tersebut menyatakan bahwa hak-hak atas tanah tersebut memberi wewenang untuk mempergunakan tanah yang bersangkutan, demikian pula tubuh bumi dan air serta ruang yang ada di atasnya sekedar diperlukan untuk kepentingan yang langsung berhubungan dengan penggunaan tanah itu dalam batas-batas menurut UUPA dan peraturan-peraturan hukum lainnya. Tegasnya, meskipun secara pemilikan hak atas tanah hanya atas permukaan bumi, penggunaannya selain atas tanah itu sendiri, juga atas tubuh bumi, air dan ruang yang ada di atasnya. Itu sangat logis, karena suatu hak atas tanah tidak akan bermakna apapun juga kepada pemegang haknya tidak diberikan kewenangan untuk menggunakan sebagian dari tubuh bumi, air dan ruang di atasnya tersebut. 49 Sebagai contoh, seorang pemilik sebidang tanah yang akan menggunakan tanahnya untuk membangun bangunan construction rumah tinggal, selain menggunakan tanah itu sendiri, otomatis juga akan menggunakan ruang di atas tanah tersebut untuk tinggi bangunan rumah dan ruang tubuh bumi untuk pondasi bangunan rumah. Dengan perkataan lain, kewenangan penggunaan hak tersebut diperluas. Oleh karena itulah maka Boedi Harsono menyatakan, “yuridis tanah merupakan permukaan bumi, yang berdimensi dua; dalam penggunaannya tanah berarti ruang, yang berdimensi tiga”. 50 Kalau dikaitkan dengan pengertian tanah menurut berbagai sistem hukum di berbagai negara, terdapat persamaan dalam pengertian tanah, yakni: tanah merupakan permukaan bumi, pemilikannya terhadap yang ada di permukaan bumi; penggunaannya juga terhadap sebagian yang ada di atas bumi dan tubuh bumi. 49 Oloan Sitorus dan H.M. Zaki Sierrad, Hukum Agraria di Indonesia Konsep Dasar dan Implementasi, Mitra Kebijakan Tanah Indonesia, Yogyakarta, 2006, hal. 71. 50 Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Jilid I, Cetakan Kesembilan Edisi Revisi, Penerbit Djambatan, Jakarta, 2003, hal. 296. Universitas Sumatera Utara Mengenai penggunaan di atas bumi misalnya, harus disesuaikan dengan batas- batasnya, yakni: keperluannya, kemampuan dari tanahnya, dan kewajaran serta ketentuan-ketentuan hukum lainnya. 51 Pengaturan kegiatan pendaftaran tanah terdapat dalam UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria UUPA, tepatnya dalam Pasal 19 yang berbunyi: 1 Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan peraturan pemerintah. 2 Pendaftaran tersebut dalam ayat 1 pasal ini meliputi: a. Pengukuran, perpetaan dan pembukuan tanah. b. Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak atas tanah c. Pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat. 3 Pendaftaran tanah diselenggarakan dengan mengingat keadaan negara dan masyarakat, keperluan lalu lintas sosial ekonomis serta kemungkinan penyelenggaraannya, menurut pertimbangan Menteri Agraria. 4 Dalam peraturan pemerintah diatur biaya-biaya yang bersangkutan dengan pendaftaran termaksud dalam ayat 1 di atas dengan ketentuan bahwa rakyat yang tidak mampu dibebaskan dari pembayaran biaya-biaya tersebut. Ketentuan pendaftaran tanah sebagaimana diatur dalam Pasal 19 di atas ialah meletakkan kewajiban untuk menyelenggarakan pendaftaran tanah pada pemerintah, cara ini disebut juga pendaftaran tanah secara sistematik atau atas prakarsa pemerintah. Lawannya adalah pendaftaran tanah dengan cara sporadik yakni atas permintaan pemilik tanah sendiri. Kewajiban subjek hak atas tanah untuk melakukan pendaftaran tanah secara sporadik tersebut diatur dalam UUPA, yaitu pasal-pasal. 51 Oloan Sitorus dan H.M. Zaki Sierrad, op. cit., hal. 72. Universitas Sumatera Utara Pasal 23: 1 Hak milik demikian pula setiap peralihan, hapusnya dan pembebanannya dengan hak-hak lain harus didaftarkan menurut ketentuan-ketentuan yang dimaksud Pasal 19. 2 Pendaftaran termaksud dalam ayat 1 merupakan alat pembuktian yang kuat mengenai hapusnya hak milik serta sahnya peralihan dan pembebanan hak tersebut. Pasal 32: 1 Hak Guna Usaha termasuk syarat-syarat pemberiannya, demikian juga setiap peralihan dan penghapusan hak tersebut harus didaftarkan menurut ketentuan-ketentuan yang dimaksud dalam Pasal 19 2 Pendaftaran termaksud dalam ayat 1 merupakan alat pembuktian yang kuat mengenai hapusnya hak guna usaha, kecuali dalam hal hak itu hapus karena jangka waktunya berakhir. Pasal 38: 1 Hak Guna Bangunan, termasuk syarat-syarat pemberiannya demikian juga setiap peralihan dan hapusnya hak tersebut harus didaftarkan menurut ketentuan-ketentuan yang dimaksud dalam Pasal 19. 2 Pendaftaran termaksud dalam ayat 1 merupakan alat pembuktian yang kuat mengenai hapusnya hak guna bangunan serta sahnya peralihan hak tersebut kecuali dalam hal hak itu hapus karena jangka waktunya berakhir. Selanjutnya sebagai landasan operasional guna merealisir instruksi Pasal 19 UUPA di atas, maka dikeluarkan peraturan pelaksanaan UUPA yakni PP No. 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah, yang dimuat dalam LN 1961 No. 28 tanggal 23 Januari 1961, yang sejak tanggal 8 Juli 1997 telah diganti dengan PP No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah LN 1997-57. Dalam ketentuan peralihan Pasal 64 dinyatakan, bahwa semua peraturan perundang-undangan pelaksanaan PP No. 10 Tahun 1961 yang telah ada, tetap berlaku, sepanjang tidak bertentangan atau Universitas Sumatera Utara diubah ataupun diganti berdasarkan peraturan pemerintah yang baru. Juga dinyatakan, bahwa hak-hak yang didaftar serta hal-hal lain yang dihasilkan dalam kegiatan pendaftaran tanah berdasarkan ketentuan PP No. 10 Tahun 1961 tetap sah sebagai hasil pendaftaran tanah menurut peraturan pemerintah yang baru. Ketentuan peralihan tersebut memungkinkan pendaftaran tanah tetap dilaksanakan tanpa ditunda menunggu tersedianya secara lengkap peraturan-peraturan pelaksanaannya yang baru. 52 Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 butir 1 UUPA, pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya. Unsur-unsur pengertian pendaftaran tanah di atas meliputi a rangkaian kegiatan b dilakukan oleh pemerintah c terus menerus, berkesinambungan dan teratur. Rangkaian kegiatan, maksudnya bahwa pendaftaran tanah itu dilakukan secara sistematis baik kegiatan yang bersifat administrasi maupun kegiatan operasional yang meliputi pengukuran, perpetaan dan pembukuan tanah, serta pemberian sertifikat sebagai alat pembuktian yang kuat. Dilakukan oleh pemerintah, maksudnya bahwa urusan pendaftaran tanah dimonopoli oleh satu lembaga pemerintah secara sentralistik. Hal ini sesuai dengan instruksi 52 M. Yamani Qomar, dkk., Hukum Agraria Indonesia, Buku Panduan Mahasiswa, LEMLIT UNIB Press, Bengkulu, 2000, hal. 77-78. Universitas Sumatera Utara UUPA pada ketentuan Pasal 19 ayat 1 yang memerintahkan agar pemerintah mengadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia. Unsur terus menerus, berkesinambungan dan teratur maksudnya, bahwa penyelenggaraan pendaftaran tanah itu mengarah pada terpeliharanya tertib administrasi pendaftaran tanah, sehingga data fisik dan yuridis selalu tetap terpelihara secara akurat. Pada akhirnya dengan tertib administrasi itu fungsi pendaftaran tanah sebagai alat kontrol penguasaan tanah present land tenure dan penggunaan tanah present land use dalam konteks land information system and geographic information system dapat dijalankan secara optimal. Artinya setiap persil tanah yang terdapat dalam suatu wilayah dapat dimonitor kondisi penguasaannyapemilikannya apakah sudah beralih kepada subjek hak lain, jika beralih dengan cara bagaimana peralihan hak itu berlangsung dan lain sebagainya. Demikian juga mengenai aspek penggunaan tanahnya itu sendiri, akan selalu dapat dimonitor, sehingga dapat diketahui apakah tanah itu digunakan atau justru diterlantarkan. 53 Menurut A.P. Parlindungan: Pendaftaran tanah berasal dari kata cadastre bahasa Belanda kadaster yaitu suatu istilah teknis untuk suatu rekaman, yang menunjukkan kepada luas, nilai, dan kepemilikan atau lain-lain alas hak terhadap suatu bidang tanah. Pengertian lebih tegas, cadastre berarti alat yang tepat untuk memberikan uraian dan identifikasi dari lahan dan juga sebagai continues recording dari hak atas tanah. 54 Pendapat ini menjelaskan bahwa pendaftaran tanah itu adalah merupakan rekaman data fisik dan data yuridis yang dibuat dalam 53 Ibid., hal. 78-79. 54 A.P. Parlindungan, Pendaftaran Tanah di Indonesia Berdasarkan PP 24 Tahun 1997 dilengkapi dengan Peraturan Jabatan Pembuat Akta Tanah PP 37 Tahun 1998, Mandar Maju, Bandung, 1999, hal. 18. Universitas Sumatera Utara bentuk peta dan daftar bidang-bidang tanah tertentu, yang dilaksanakan secara objektif dan itikad baik, oleh pelaksana administrasi negara. 55 Pendaftaran tanah di Indonesia hanya terfokus untuk pendaftaran tanah pada bidang tanah yang merupakan bagian dari permukaan bumi dalam satuan bidang yang terbatas, artinya tidak mencakup bumi, air, dan ruang angkasa. 56 Penyelenggaraan pendaftaran tanah dilaksanakan melalui 2 dua cara: pertama, pendaftaran tanah secara sistematik, yaitu pendaftaran untuk pertama kali yang dilakukan secara serentak meliputi semua objek pendaftaran tanah yang belum didaftar dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desakelurahan dan terutama kegiatan ini dilakukan atas prakarsa pemerintah. Kedua, pendaftaran tanah secara sporadik, yaitu kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama sekali mengenai suatu atau beberapa objek pendaftaran tanah dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desakelurahan secara individual atau massal. 57 Pelaksanaan pendaftaran tanah harus memperhatikan bukan hanya pelaksanaan pendaftaran tanah untuk pertama kalinya, tetapi juga harus memperhatikan pemeliharaan data fisik maupun data yuridis, sebagaimana yang dikemukakan oleh Safruddin Kalo: 55 Safruddin Kalo, Op. Cit., hal. 8. 56 Sedangkan pendaftaran untuk hak-hak dari kehutanan atau pertambangan dilakukan sendiri oleh departemen yang bersangkutan dengan surat-surat keputusan tentang HPH atau HPHH atau KP. Dengan diaturnya secara sektoral mengenai hak pengelolaan hutan oleh pengaturan yang akan berdampak kepada pengelolaan pertanahan yang diatur dalam UUPA. Misalnya akan terjadi konflik antara pemberian hak guna usaha HGU dan Hak Pengelolaan Hutan HPH pada lokasi yang sama masing-masing menyatakan berhak untuk melakukan pengelolaan. Konflik akan merugikan pemegang hak yang bersangkutan. Ibid., hal. 9. 57 Lihat Pasal 1 angka 10 dan angka 11 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Universitas Sumatera Utara Pelaksanaan pendaftaran tanah harus memperhatikan bukan hanya pelaksanaan pendaftaran tanah untuk petama kalinya, tetapi juga harus memperhatikan pemeliharaan data fisik maupun data yuridis dari obyek pendaftaran tanah yang sudah terdaftar. Setiap perubahan terjadi baik data fisik maupun data yuridis pada objek pendaftaran tanah yang sudah terdaftar diwajibkan bagi pemegang hak untuk mendaftarkan perubahan tersebut. Pendaftaran terhadap perubahan dan peralihan serta hapusnya dan pembebanan hak milik, hak guna usaha, dan hak guna bangunan juga harus didaftarkan sebagai alat bukti yang kuat. Dengan demikian maksud dari pemeliharaan data pendaftaran tanah, agar tetap terpelihara dan selalu sesuai dengan kenyataan di lapangan. Pemegang hak yang berkepentingan dapat membuktikan haknya kepada pihak ketiga, sehingga tercipta kepastian hukum dan perlindungan hukum atas pemegang hak-hak atas tanah yang merupakan salah satu unsur penting dari keadilan dan kesejahteraan rakyat. 58

1. Asas Pendaftaran Tanah