22 Tenaga Kerja Asing TKA dalam Data dan Informasi
C. Sektor yang Ditutup
Gambaran mengenai daya saing Indonesia di antara sesama negara ASEAN dapat dilihat pada Indeks Daya Saing Global
Global Competitiveness Index. Indeks Daya Saing Global yang dipublikasikan
setiap tahun oleh World Economic Forum memotret daya saing dari 144 negara di dunia. Indeks tersebut disusun dengan menggunakan 12
pilar yang digolongkan ke dalam tiga kategori yang disebut subindex, yaitu
basic requirements pilar yang penting untuk perekonomian yang bersifat “
factor-driven”, efficiency enhancers pilar yang penting untuk perekonomian yang bersifat “
efficiency-driven,” dan innovation and sophistication factor pilar yang penting untuk perekonomian yang
bersifat “innovation-driven”. Pilar yang masuk dalam subindeks
basic requirements adalah: 1 institusi; 2 infrastruktur; 3 makroekonomi; dan 4 kesehatan
dan pendidikan dasar. Pilar yang masuk ke dalam subindeks efficiency
enhancers meliputi: 1 pendidikan tinggi dan pelatihan; 2 efisiensi
pasar barang; 3 efisiensi pasar tenaga kerja; 4 perkembangan pasar keuangan; 5 kesiapan teknologi; dan 6 ukuran pasar. Sementara
itu, pilar yang masuk ke dalam subindeks innovation and sophistication factors adalah business sophistication dan inovasi.
Peringkat Indonesia dalam Indeks Daya Saing Global meningkat dari peringkat 38 pada tahun 2013 menjadi peringkat 34 pada tahun
2014. Pada Indeks tersebut, Indonesia masih berada di bawah Singapura peringkat 2, Malaysia peringkat 20, dan Thailand peringkat 31.
Pada 2013 posisi Brunei berada di atas Indonesia, yakni di peringkat 26. Namun, pada 2014 Brunei tidak disertakan dalam daftar Indeks
Daya Saing Global. Walaupun Indonesia masih berada di bawah negara- negara tersebut, peningkatan peringkat Indonesia cukup signifikan.
23 Antisipasi MEA 2015
Tabel 2.5. Peringkat Negara-Negara ASEAN dalam Indeks Daya Saing Global
Tahun 2013 dan 2014
Negara Peringkat 2013
Peringkat 2014
Singapura 2
2 Malaysia
24 20
Brunei Darussalam 26
- Thailand
37 31
Indonesia 38
34 Filipina
59 52
Vietnam 70
68 Laos
81 93
Kamboja 88
95 Myanmar
139 134
Sumber: The Global Competitiveness Report 2014–2015
Namun, terkait dengan kualitas tenaga kerjanya, terlihat bahwa Indonesia masih kalah dari sejumlah negara ASEAN yang lain. Data dari
United Nations Development Programme UNDP pada 2013 mengenai Human Development Index HDI atau Indeks Pembangunan Manusia
IPM, menempatkan Indonesia pada peringkat ke-108 dari 187 negara. Peringkat ini masih kalah jika dibandingkan dengan beberapa negara
ASEAN lainnya, yaitu Singapura 9, Brunei Darussalam 30, Malaysia 62, dan Thailand 89. Namun, peringkat HDI Indonesia masih di
atas Filipina 117, Vietnam 121, Kamboja 136, Laos 139, dan Myanmar 150.
Human Development Index HDI atau Indeks Pembangunan Manusia IPM adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup,
melek huruf, pendidikan, dan standar hidup untuk semua negara di seluruh dunia. Indeks Pembangunan Manusia merupakan salah satu
ukuran yang sering digunakan untuk membandingkan keberhasilan
24 Tenaga Kerja Asing TKA dalam Data dan Informasi
pembangunan sumber daya manusia antarnegara. Indeks tersebut merupakan indikator komposit yang terdiri atas indikator kesehatan
umur harapan hidup waktu lahir, pendidikan angka melek huruf dan sekolah serta ekonomi pengeluaran riil per kapita.
Dengan mengacu pada Indeks Daya Saing Global dan Indeks Pembangunan Manusia, terlihat bahwa sumber daya manusia Indonesia
masih menghadapi ancaman dengan akan diberlakukannya MEA pada 2015. Untuk itu, pemerintah perlu memproteksi beberapa sektor
dari arus TKA guna melindungi Tenaga Kerja Indonesia menjelang pemberlakuan MEA. Sebab, adanya pasar barang dan jasa secara bebas
dengan diberlakukannya MEA akan mengakibatkan tenaga kerja asing dengan mudah masuk dan bekerja di Indonesia sehingga mengakibatkan
persaingan yang semakin ketat di bidang ketenagakerjaan. Salah satu regulasi yang diterapkan untuk menyeleksi tenaga
kerja asing yang masuk ke Indonesia adalah diberlakukannya Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia SKKNI bagi tenaga kerja asing
yang bekerja di bidang industri. Regulasi tersebut tertuang dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian Pasal
28 ayat 1 bahwa tenaga kerja asing yang bekerja di bidang industri harus memenuhi Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia. Tenaga
kerja asing tersebut hanya diperbolehkan bekerja dalam jangka waktu tertentu. Selanjutnya, dalam rangka pengamanan kepentingan strategis
industri nasional tertentu, Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Perindustrian dapat melakukan pelarangan
penggunaan tenaga kerja asing Pasal 29 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014.
Perusahaan industri danatau perusahaan kawasan industri mesti mengutamakan penggunaan tenaga kerja industri dan konsultan
industri nasional. Dalam kondisi tertentu perusahaan industri danatau
25 Antisipasi MEA 2015
perusahaan kawasan industri dapat menggunakan tenaga kerja industri asing danatau konsultan industri asing. Namun, perusahaan industri
danatau perusahaan kawasan industri yang menggunakan tenaga kerja industri asing danatau konsultan industri asing tersebut diharuskan
melakukan alih pengetahuan dan keterampilan kepada tenaga kerja industri danatau konsultan industri nasional.
Demi kepentingan nasional, industri strategis dikuasai oleh negara. Industri strategis terdiri atas industri yang:
1. memenuhi kebutuhan yang penting bagi kesejahteraan rakyat atau menguasai hajat hidup orang banyak;
2. meningkatkan atau menghasilkan nilai tambah sumber daya alam strategis; danatau
3. mempunyai kaitan dengan kepentingan pertahanan serta keamanan negara.
Penguasaan industri strategis oleh negara dilakukan melalui: pengaturan kepemilikan; penetapan kebijakan; pengaturan perizinan;
pengaturan produksi, distribusi, dan harga; dan pengawasan. Pengaturan kepemilikan industri strategis tersebut dilakukan melalui:
1. penyertaan modal seluruhnya oleh Pemerintah; 2. pembentukan usaha patungan antara Pemerintah dan swasta; atau
3. pembatasan kepemilikan oleh penanam modal asing. Yang dimaksud dengan “pembatasan kepemilikan” adalah tidak
diperbolehkannya penanaman modal asing. Pembatasan kepemilikan industri strategis oleh penanam modal asing, secara langsung akan
membendung arus TKA yang masuk ke dalam sektor tersebut. Dengan demikian, selain melindungi kepentingan nasional, regulasi ini juga
dapat melindungi tenaga kerja lokal.
26 Tenaga Kerja Asing TKA dalam Data dan Informasi
Selain industri strategis, beberapa sektor lain juga dibatasi kepemilikannya dari penanam modal asing. Industri kecil hanya
dapat dimiliki oleh warga negara Indonesia. Artinya, orang asing yang telah mendapat izin membuka industri kecil di Indonesia tidak bisa
memperpanjang izin, jika sudah selesai. Selain industri kecil, industri yang memiliki keunikan dan merupakan warisan budaya bangsa juga
hanya dapat dimiliki oleh warga negara Indonesia. Sementara itu, industri menengah tertentu dicadangkan untuk dimiliki oleh warga
negara Indonesia. Ketentuan mengenai pembatasan kepemilikan asing untuk industri kecil, industri yang memiliki keunikan dan merupakan
warisan budaya bangsa, dan industri menengah diatur dalam Undang- Undang nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian. Alasan mengapa
regulasi ini diatur dengan tegas dalam undang-undang tersebut adalah untuk membendung serbuan TKA di Indonesia, serta melindungi pelaku
industri kecil di Indonesia. Perlindungan terhadap tenaga kerja lokal juga dituangkan dalam
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Dalam Pasal 10 undang-undang ini disebutkan bahwa
perusahaan penanaman modal harus mengutamakan tenaga kerja warga negara Indonesia WNI. Mereka berhak menggunakan tenaga
ahli warga negara asing WNA untuk jabatan dan keahlian tertentu sesuai dengan ketentuan. Namun, perusahaan penanaman modal wajib
meningkatkan kompetensi tenaga kerja warga negara Indonesia melalui pelatihan kerja. Mereka diwajibkan menyelenggarakan pelatihan dan
melakukan alih teknologi kepada tenaga kerja warga negara Indonesia WNI.
Namun, di sisi lain, berkaitan dengan tenaga kerja asing, Pemerintah memberikan kemudahan pelayanan danatau perizinan
kepada perusahaan penanaman modal untuk memperoleh fasilitas
27 Antisipasi MEA 2015
pelayanan keimigrasian. Pasal 23 Undang Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal menyebutkan bahwa
kemudahan pelayanan danatau perizinan atas fasilitas keimigrasian dapat diberikan untuk:
1. penanaman modal yang membutuhkan tenaga kerja asing dalam merealisasikan penanaman modal;
2. penanaman modal yang membutuhkan tenaga kerja asing yang bersifat sementara dalam rangka perbaikan mesin, alat bantu
produksi lainnya, dan pelayanan purnajual; dan 3. calon penanam modal yang akan melakukan penjajakan penanaman
modal. Kemudahan pelayanan danatau perizinan atas fasilitas
keimigrasian yang diberikan kepada penanaman modal tersebut diberikan setelah penanam modal mendapat rekomendasi dari Badan
Koordinasi Penanaman Modal.
Untuk penanam modal asing diberikan fasilitas, yaitu: 1. pemberian izin tinggal terbatas bagi penanam modal asing selama
2 dua tahun; 2. pemberian alih status izin tinggal terbatas bagi penanam modal
menjadi izin tinggal tetap dapat dilakukan setelah tinggal di Indonesia selama 2 dua tahun berturut-turut;
3. pemberian izin masuk kembali untuk beberapa kali perjalanan bagi pemegang izin tinggal terbatas dan dengan masa berlaku 1 satu
tahun diberikan untuk jangka waktu paling lama 12 dua belas bulan terhitung sejak izin tinggal terbatas diberikan;
4. pemberian izin masuk kembali untuk beberapa kali perjalanan bagi pemegang izin tinggal terbatas dan dengan masa berlaku 2 dua
tahun diberikan untuk jangka waktu paling lama 24 dua puluh empat bulan terhitung sejak izin tinggal terbatas diberikan; dan
28 Tenaga Kerja Asing TKA dalam Data dan Informasi
5. pemberian izin masuk kembali untuk beberapa kali perjalanan bagi pemegang izin tinggal tetap diberikan untuk jangka waktu paling
lama 24 dua puluh empat bulan terhitung sejak izin tinggal tetap diberikan.
Pemberian izin tinggal terbatas bagi penanam modal asing sebagaimana yang dimaksud dilakukan oleh Direktorat Jenderal
Imigrasi atas dasar rekomendasi dari Badan Koordinasi Penanaman Modal.
Gambar 2.1. Ruang pelayanan tenaga kerja asing
29 Regulasi Penggunaan TKA dan Pengelolaan TKA
B
AB
3 R
EGULASI
P
ENGGUNAAN
TKA
DAN
P
ENGENDALIAN
TKA
P
enggunaan dan pengendalian TKA diatur dalam beberapa regulasi yang mengacu pada Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan. Dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan ini penggunaan tenaga kerja asing diatur secara khusus dalam satu
bab tersendiri, yaitu Bab VIII. Regulasi tersebut berupa Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri, Keputusan Menteri, Keputusan Direktur
Jenderal Binapenta, dan MoU Ditjen Binapenta dengan Ditjen Imigrasi.
A. Tata Cara Penggunaan TKA