Anna Susana, 2015 MANAJEMEN KESEHATAN PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR DI KOTA SUKABUMI Studi Kasus di SDN
Surya Kencana CBM, SDN Dewi Sartika CBM,dan SDN Sukasirna Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Perserikatan Bangsa-Bangsa
PBB mendeklarasikan
Millenium Development Goals
MDGs pada tahun 2000 dengan 8 fokus perhatian yaitu : 1 memberantas kemiskinan dan kelaparan ekstrim, 2 mewujudkan
pendidikan dasar untuk semua, 3 mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, 4 menurunkan angka kematian anak, 5
meningkatkan kesehatan ibu hamil, 6 memerangi HIVAIDs, malaria, dan penyakit
lainnya, 7
memastikan kelestarian
lingkungan, dan
8 mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan UNO, 2013. MDGs
di bidang pendidikan difokuskan pada tujuan nomor dua yaitu mewujudkan pendidikan dasar untuk semua. Sejalan dengan hal tersebut Indonesia
mencanangkan generasi emas yang akan dicapai pada tahun 2045 dengan asumsi
bahwa pendidikan
dan kesejahteraan anak menjadi prioritas pembangunan saat ini.
Pencanangan generasi emas Indonesia 2045 dipicu oleh kenyataan bahwa Indonesia mewarisi bonus demografi yang sangat potensial pada tahun 2045.
Data tahun 2014 Indonesia memiliki jumlah anak usia sekolah usia 5 – 14
tahun sebanyak 48.740.345 jiwa atau 19,33 dari total jumlah penduduk Indonesia Badan Pusat Statistik dan Pusat Data Informasi Kemenkes RI,
2014 dimana pada tahun 2045 akan menjadi penduduk produktif yang berpotensi untuk membangun bangsa dan negara. Generasi emas Indonesia
tahun 2045 diharapkan akan memiliki sikap yang positif, berpola pikir esensial, berkomitmen normatif dan memiliki kompetensi abilitas Manulang,
Anna Susana, 2015 MANAJEMEN KESEHATAN PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR DI KOTA SUKABUMI Studi Kasus di SDN
Surya Kencana CBM, SDN Dewi Sartika CBM,dan SDN Sukasirna Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
2
2013. Menciptakan generasi emas Indonesia tahun 2045 melalui bidang pendidikan bukan sesuatu yang mudah untuk direalisasikan, perlu penataan
yang komprehensif baik dari kurikulum, infrastruktur maupun perlakuan khusus terhadap anak-anak pada saat ini. Arif, 2012; Tilaar, 2012;
Manulang, 2013. Menyikapi tantangan tersebut, sudah sepatutnya sekolah sebagai lembaga
pendidikan menyiapkan berbagai perangkat untuk menciptakan generasi emas 2045 tersebut. Perangkat tersebut bukan saja aspek kurikulum, tetapi juga
aspek pendukung lain yang sangat berpengaruh terhadap pencapaian prestasi belajar peserta didik, salah satunya adalah aspek kesehatan peserta didik di
sekolah. Aspek kesehatan peserta didik di sekolah merupakan salah satu aspek yang menentukan keberhasilan peserta didik Haas Fosse, 2008 dalam
mengikuti proses pendidikan di sekolah Fisher, Hunt, Kann, Patterson, Wechsler, n.d. karena peserta didik yang sehat memiliki kinerja yang lebih
baik untuk belajar secara akademik Lankarani Joulaei, 2014. Aspek kesehatan peserta didik secara holistik meliputi kesehatan bio fisik,
psikologis, sosial dan spiritual. Keseluruhan unsur kesehatan secara holistik tersebut harus dipenuhi oleh setiap anak sesuai dengan masa pertumbuhan dan
perkembangannya. Desmita, 2012; Nurihsan, Achmad Juntika dan Agustin, 2011.
Anak usia sekolah terdiri dari
middle childhood
usia 6-10 tahun dan
early adolescence
usia 11-14 tahun. Usia anak sekolah dasar di Indonesia rata-rata berkisar antara 6
– 12 tahun. Usia anak sekolah dasar ini termasuk dalam usia sekolah yang sangat rentan terhadap gangguan fisik, psikologis dan
sosial karena anak sudah mulai berinteraksi secara lebih terbuka dengan lingkungan, teman sebaya dan orang-orang dewasa lainnya termasuk guru.
Dilain pihak anak belum sepenuhnya memiliki daya tangkal yang cukup baik
Anna Susana, 2015 MANAJEMEN KESEHATAN PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR DI KOTA SUKABUMI Studi Kasus di SDN
Surya Kencana CBM, SDN Dewi Sartika CBM,dan SDN Sukasirna Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
3
secara fisik, psikososial dan spiritual dalam menentukan apa yang terbaik bagi dirinya. Onis et al, 2007; Department of Education and Early Childhood
Development-Victoria, 2012; UNESCO, 2012; Nurihsan. Ahma Juntika, 2011.
Berdasarkan hasil-hasil
penelitian yang
telah dilakukan, proses
pertumbuhan dan perkembangan anak serta faktor kesehatan anak akan sangat berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap prestasi belajar
anak. Case Paxson, 2006; Hass Fosse, 2008; Basch, CE, 2010; Valois, R.F. Slade Ashford, 2011; Langford. R, et.al, 2014. Prestasi belajar dapat dilihat
dari pencapaian akademik maupun non akademik. Prestasi akademik dapat diidentifikasi dari perolehan nilai di setiap mata pelajaran yang diberikan.
Sedangkan prestasi non akademik dapat dilihat dari kemampuan afeksi dan psikomotorik yang dicapai peserta didik. Dengan kata lain prestasi peserta
didik dapat dilihat dari
outcome
yang dihasilkan pendidikan yaitu dari pencapaian
cognitive processing skills, emotional and social awareness and skills, and moral character development
Huitt, et al, 2009. Gangguan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak akibat terpapar suatu penyakit,
lingkungan yang buruk, kecelakaan, maupun pengaruh sosial yang tidak aman bagi anak akan mempengaruhi prestasi belajar anak.
Secara umum anak usia sekolah menghabiskan sebagian besar waktu aktifnya berada di lingkungan sekolah Lankarani Joulaei, 2014. Selama di
sekolah, anak berinteraksi dengan anak-anak lain, guru dan tenaga kependidikan dari berbagai latar belakang lingkungan yang berbeda dan
kemungkinan akan mudah terpapar dengan berbagai penyakit menular. Demikian pula dengan kemungkinan terjadi cedera akibat aktivitas fisik yang
sering dilakukan anak-anak pada saat sekolah, seperti olah raga atau pada saat anak bermain. Selain itu, tidak menutup kemungkinan sekolah akan menerima
Anna Susana, 2015 MANAJEMEN KESEHATAN PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR DI KOTA SUKABUMI Studi Kasus di SDN
Surya Kencana CBM, SDN Dewi Sartika CBM,dan SDN Sukasirna Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
4
anak-anak yang memiliki riwayat gangguan kesehatan kronis seperti Asthma, Diabetes Melitus, Penyakit Jantung dan lain-lain yang sewaktu-waktu terjadi
serangan di sekolah. Oleh karena itu keberadaan pelayanan kesehatan di sekolah
menjadi salah
satu kebutuhan
yang cukup
penting dalam
penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Case Paxson, 2006; Lear, 2007; Valois, R.F. Slade Ashford, 2011. Sekolah harus dapat menjamin
ketersediaan lingkungan yang sehat, aman dan nyaman bagi setiap anak serta menyediakan layanan kesehatan komprehensif yang akan membantu setiap
anak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. Onis et al, 2007; Cetinkaya, 2009; UU RI No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan; Department
of Education and Early Childhood Development-Victoria, 2012; UNESCO, 2012.
Kesadaran tentang pentingnya kesehatan bagi anak usia sekolah sudah digaungkan oleh WHO sejak tahun 1995 yang menginisiasi kesehatan sekolah
secara global
global school health initiative
. Tujuan dari inisiatif WHO ini adalah untuk memobilisasi dan menguatkan promosi dan pendidikan
kesehatan di tingkat lokal, nasional, regional, bahkan global. Sasaran program adalah peserta didik, staf kependidikan di sekolah, keluarga orang tua peserta
didik dan kelompok lain di masyarakat yang akan menyokong keberhasilan promosi kesehatan di sekolah. WHO, 1996; WHO, 2000. Inisiasi WHO
tentang promosi kesehatan di sekolah menjadi
issue
internasional yang menggerakkan negara-negara di dunia untuk mengembangkan promosi
kesehatan di lingkungan sekolah. Di Indonesia, usaha kesehatan di sekolah dilaksanakan dalam rangka
mewujudkan Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 79 yang menyatakan bahwa usaha kesehatan sekolah diselenggarakan untuk
meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup
Anna Susana, 2015 MANAJEMEN KESEHATAN PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR DI KOTA SUKABUMI Studi Kasus di SDN
Surya Kencana CBM, SDN Dewi Sartika CBM,dan SDN Sukasirna Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
5
sehat sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk mencapai
tujuan tersebut
maka Pemerintah
Indonesia mengeluarkan
kebijakan pembinaan dan pengembangan usaha kesehatan sekolah yang dikelola secara
bersama oleh 4 empat Kementerian yaitu : Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Kesehatan, Menteri Agama, dan Menteri Dalam Negeri
melalui Peraturan Bersama 4 Menteri Nomor 6XPB2014, Nomor 7 Tahun 2014, Nomor 41 Tahun 2014, dan Nomor 81 Tahun 2014 tentang Pembinaan
dan Pengembangan
Usaha Kesehatan
SekolahMadrasah. Berdasarkan
kebijakan tersebut, maka seluruh sekolah mulai TKRA, SDMI, SMPMTs, dan SMASMKMA beserta sekolah-sekolah Luar Biasa dari semua jenjang
tersebut wajib melaksanakan usaha kesehatan di sekolah sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan secara nasional.
Program usaha di kesehatan sekolah di Indonesia dikenal dengan istilah Usaha Kesehatan Sekolah atau disingkat UKS. Program UKS dikenal dengan
istilah Trias UKS yaitu pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah sehat. Depkes RI, 2007; Dirjen Pendas
Kemendikbud, 2012. UKS di Indonesia sudah dirintis sejak tahun 1956. Namun sampai dengan saat ini, keberhasilan program-program UKS di
Indonesia belum mencapai hasil seperti yang diharapkan. Hasil evaluasi Dirjen Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2012
menyatakan bahwa: 1 prinsip hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik belum mencapai tingkatan yang diharapkan; 2 cakupan kegiatan UKS belum
seimbang dengan tujuan penyelenggaraan UKS; 3 ancaman penyakit endemis dan kekurangan gizi masih sangat tinggi; 4 makin meningkatnya
masalah kesehatan peserta didik akibat kurangnya sanitasi jamban dan air bersih, meningkatnya pecandu narkoba, meningkatnya HIV akibat hubungan
Anna Susana, 2015 MANAJEMEN KESEHATAN PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR DI KOTA SUKABUMI Studi Kasus di SDN
Surya Kencana CBM, SDN Dewi Sartika CBM,dan SDN Sukasirna Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
6
seksual, dan perilaku hidup tidak bersih; 5 kurangnya sumber daya manusia yang menangani UKS; 6 terbatasnya sarana dan prasarana UKS; 7 tidak
terpenuhinya pencatatan dan pelaporan kegiatan UKS; dan 8 kurangnya koordinasi dan komitmen dalam penyelenggaraan UKS. Dirjen Pendidikan
Dasar Kemendikbud, 2012. Hasil evaluasi Dirjen Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia 2012 tersebut diperkuat dengan data yang menunjukkan bahwa tahun 2008 tercatat sekitar 200.000 anak dan remaja
Indonesia hidup dengan HIV, dimana tujuh orang anak terinveksi HIV setiap harinya Laporan UNICEP tentang Indonesia tahun 2012. Tercatat 17,34
anak usia 0-17 tahun mempunyai keluhan kesehatan dan terganggu aktivitas sehari-hari Profil Anak Indonesia 2013
– Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, 2012. Cakupan penjaringan kesehatan
untuk anak kelas 1 SD secara nasional baru mencapai 82,17 dari target Renstra Kemenkes 2014 sebesar 95. Kasus anak usia 10-17 tahun yang
merokok secara aktif mencapai 4,34 Badan Pusat Statistik, Laporan Kesehatan Ibu dan Anak Tahun 2014. Data-data tersebut merupakan bagian
kecil yang menunjukkan bahwa masalah kesehatan dan perilaku hidup sehat pada anak usia sekolah masih perlu mendapatkan perhatian secara khusus
dalam pembinaan dan pengembangan usaha kesehatan di sekolah. Upaya Pemerintah Indonesia dalam menyikapi tantangan kesehatan anak
usia sekolah tersebut adalah dengan mempertahankan dan mengembangkan usaha kesehatan di sekolah dengan kebijakan umum sebagai berikut : 1
kesinambungan program UKS dari Pendidikan Anak Usia Dini sampai tingkat SMA; 2 segala upaya peningkatan dan pengembangan kesehatan warga
sekolah dan masyarakat di lingkungan sekolah diupayakan melalui jalur Tim Pembina UKS Pusat dan Tim Pembina UKS Daerah secara berjenjang; 3
Anna Susana, 2015 MANAJEMEN KESEHATAN PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR DI KOTA SUKABUMI Studi Kasus di SDN
Surya Kencana CBM, SDN Dewi Sartika CBM,dan SDN Sukasirna Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
7
pembinaan dan pengembangan UKS dilaksanakan secara lintas program dan lintas sektor melalui kegiatan yang terpadu dan berkesinambungan; 4 upaya
pendidikan kesehatan
diselenggarakan melalui
kegiatan kurikuler
dan ekstrakurikuler; 5 upaya kesehatan dilakukan secara menyeluruh meliputi
upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, diutamakan adalah upaya promotif dan preventif dibawah bimbingan dan koordinasi Puskesmas
setempat; 6 upaya peningkatan lingkungan kehidupan sekolah yang sehat diarahkan
untuk mendukung
tercapainya tujuan
pendidikan dengan
memberdayakan sumber daya yang ada dan meningkatkan peran serta masyarakat; 7 tugas dan fungsi Tim Pembina UKS Pusat dan Daerah
disesuaikan dengan peraturan perundangan yang berlaku; 8 optimalisasi program UKS pada setiap jenis dan jenjang pendidikan; dan 9
penyelenggaraan pembinaan dan pengembangan UKS dilakukan dengan peran serta aktif pemerintah pusat dan daerah, komite sekolah dan masyarakat
Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar
Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan, 2012.
Usaha Pemerintah untuk meningkatkan kinerja UKS di Indonesia salah satunya adalah dengan menyelenggarakan Lomba Sekolah Sehat LSS, yang
diprakarsai oleh Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Agama. Tujuan
dari LSS yang setiap tahun diadakan di Indonesia secara berjenjang ini adalah untuk memotivasi sekolah-sekolah dari mulai Taman Kanak-Kanak sampai
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas untuk menyelenggarakan UKS sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Kemenkes RI, 2013.
Kota Sukabumi merupakan salah satu daerah yang cukup konsisten dalam penyelenggaraan UKS di sekolah-sekolah. Sejak tahun 1996 hingga tahun
2013, Kota Sukabumi telah meraih 16 kali predikat juara LSS tingkat
Anna Susana, 2015 MANAJEMEN KESEHATAN PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR DI KOTA SUKABUMI Studi Kasus di SDN
Surya Kencana CBM, SDN Dewi Sartika CBM,dan SDN Sukasirna Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
8
nasional dari mulai Taman Kanak-Kanak sampai Sekolah Menengah Tingkat Atas. Prestasi terakhir yang diraih Kota Sukabumi pada tahun 2012 adalah
sebagai juara nasional pertama tingkat Sekolah Dasar, yang diraih oleh Sekolah Dasar Negeri Surya Kencana CBM Sukabumi dan pada tahun 2013
juara nasional ketiga tingkat Sekolah Menengah Atas yang diraih oleh SMKN 1 Sukabumi. Data Pemerintah Kota Sukabumi, 2014. Menurut narasumber
dalam penelitian ini, salah satu faktor yang menjadi kekuatan dalam pemenangan LSS tersebut adalah kerjasama sekolah dengan Puskesmas dan
unsur-unsur Pemerintah Daerah yang terjalin dengan baik. Keberhasilan Kota S
ukabumi mempertahankan predikat sebagai “Kota UK
S” sejak tahun 1996 hingga sekarang menunjukkan bahwa aspek-aspek yang dinilai dalam Lomba Sekolah Sehat dapat dipenuhi dengan baik. Hal-hal
yang dinilai dalam Lomba Sekolah Sehat Tingkat Nasional, antara lain : 1 Penilaian terhadap Tim Pembina UKS tingkat Provinsi, KabupatenKota, dan
Kecamatan. Aspek
yang dinilai
meliputi kegiatan
pembinaan UKS
diantaranya pemantauan, pelatihan, dan keterlibatan sekolah; 2 Penilaian terhadap sekolah, dengan aspek yang dinilai antara lain kebersihan
saranaprasarana kelas, ruang guru, kantin, toilet, air bersih, tempat cuci tangan, tempat ibadah, kondisi tempat sampah, dan ruang UKS ; 3 Penilaian
terhadap perilaku kesehatan peserta didik, diantaranya pengetahuan tentang UKS, perilaku hidup bersih dan sehat PHBS; 4 Penilaian terhadap
pelaksanaan pelayanan kesehatan, seperti pelaksanaan penjaringan kesehatan dan penyuluhan oleh petugas Puskesmas, dan lain-lain. Kemenkes RI, 2013.
Melihat aspek penilaian dalam LSS sedemikian, maka diperlukan persiapan yang matang dari pihak sekolah, institusi-institusi yang terkait
seperti Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Kesehatan, Pemerintah Daerah, dan unsur-unsur lain yang turut berkontribusi melaksanakan
Anna Susana, 2015 MANAJEMEN KESEHATAN PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR DI KOTA SUKABUMI Studi Kasus di SDN
Surya Kencana CBM, SDN Dewi Sartika CBM,dan SDN Sukasirna Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
9
koordinasi untuk penyelenggaraan sekolah sehat yang diharapkan. Diyakini bahwa untuk menciptakan sekolah sehat diperlukan komitmen dari semua
unsur yang teribat di dalamnya. Komitmen dari semua unsur yang terlibat akan mempengaruhi keberhasilan suatu program. Komitmen dari semua unsur
yang terlibat dibangun dari tiga pilar organisasi, yaitu 1 keselarasan kinerja
performance alignment
; 2
keselarasan psikologikal
psychological alignment
; dan 3 kapasitas untuk belajar dan berubah
capacity for learing and change
Beer Lagace, 2009. Pilar organisasi yang membangun komitmen
tersebut merupakan
aspek pendorong
yang kuat
untuk mengembangkan
organisasi sekolah,
termasuk dalam
mengakomodasi kebutuhan penyelenggaraan usaha kesehatan di sekolah.
Untuk mengakomodasi kebutuhan penyelenggaraan upaya kesehatan peserta didik di sekolah, juga diperlukan suatu konsep pengembangan
organisasi
organizational development
yang mampu mengungkit semua unsur yang ada untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Pengembangan
organisasi adalah suatu proses yang diaplikasikan berdasarkan ilmu perilaku yang membantu organisasi membangun kapasitasnya untuk berubah dan untuk
mencapai efektivitas organisasi. Pengembangan organisasi di sekolah diawali dari kekuatan rencana perubahan, khususnya proyek manajemen atau inovasi
yang membangun kemampuan organisasi sekolah dari kondisi sekarang untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Pengembangan organisasi berorientasi pada
peningkatan sistem secara total, oleh karena itu fungsi penting dalam pengembangan
organisasi adalah
efektivitas proses
manajemen yang
dijalankan. Gallos.Joan.V, 2006; Cumming Worley, 2009; McLean. Gary. N, 2005; Gazaryan. Artasches, 2006; Wahab. Abdul Azis, 2011.
Proses manajemen akan berjalan baik jika fungsi-fungsi manajemen berjalan secara sinergi. Fungsi-fungsi manajemen tersebut adalah perencanaan
Anna Susana, 2015 MANAJEMEN KESEHATAN PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR DI KOTA SUKABUMI Studi Kasus di SDN
Surya Kencana CBM, SDN Dewi Sartika CBM,dan SDN Sukasirna Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
10 planning
, pengorganisasian
organizing
, pelaksanaan dan kepemimpinan
leading
, dan pengawasan
controling
atau lebih dikenal dengan istilah
POLC framework
Carpenter Sanders, 2009. Keberhasilan usaha kesehatan peserta didik di sekolah tidak terlepas dari sejauhmana fungsi-fungsi
manajemen tersebut dapat dijalankan dan bersinergi dengan program pembelajaran secara umum di sekolah. Penyelenggaraan usaha kesehatan
peserta didik di sekolah secara holistik terdiri dari pengelolaan status kesehatan peserta didik, penyediaan infrastruktur dan lingkungan sekolah
yang sehat dan aman, serta kolaborasi multidisiplin dari lintas institusional untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara holistik. Fowler, 2004;
Fowler Dell, 2005; Department Of Defense Education Activity, 2007; Onis et al, 2007; Cetinkaya, 2009; Foster Social Development In Early Childhood,
2009; ; State Government Victoria. Departemen of Education and Early Childhood Development, 2012; UNESCO, 2012.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh Peneliti di Kota Sukabumi diperoleh keterangan bahwa Pemerintah Daerah Kota Sukabumi
dalam hal ini Tim Pembina UKS Kota Sukabumi telah menetapkan strata UKS yang disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan sekolah dalam
penyelenggaraan UKS, sebagai berikut : Tabel 1.1
Strata UKS di Kota Sukabumi menurut Jenjang Pendidikan No
Jenjang Pendidikan
Jumlah Sekolah
Strata UKS Minimal
Standar Optimal
Paripurna 1
TKRA 108
34 55
16 3
2 SDMI
146 26
87 27
6 3
SMPMTs 56
12 34
9 2
Anna Susana, 2015 MANAJEMEN KESEHATAN PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR DI KOTA SUKABUMI Studi Kasus di SDN
Surya Kencana CBM, SDN Dewi Sartika CBM,dan SDN Sukasirna Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
11
4 SMAMASMK
48 9
24 7
2 5
Pontren 65
58 7
6 SLB
3 2
1 7
Panti Asuhan 24
23 1
Jumlah 450
162 210
60 13
Sumber : Dokumentasi Laporan TP UKS Kota Sukabumi Tahun 2013
Data tersebut menunjukkan bahwa hampir seluruh sekolah yang ada di Kota Sukabumi 98,88 telah melaksanakan UKS. Dari sekolah yang sudah
melaksanakan UKS sebagian besar 62,88 masuk dalam strata standar, optimal dan paripurna. Artinya sebagian besar sudah melaksanakan Trias UKS
sesuai dengan standar yang ditetapkan berdasarkan Hasil Rapat Kerja Nasional UKS 2004. Sekolah DasarMadrasah Ibtidaiyah merupakan
lembaga pendidikan terbanyak yang ada di Kota Sukabumi dan seluruhnya 100 telah melaksanakan UKS.
Berdasarkan latar belakang tersebut, Peneliti ingin memperoleh gambaran secara lengkap tentang sejauhmana sekolah-sekolah, khususnya Sekolah Dasar
di Kota Sukabumi dapat berhasil mengelola usaha kesehatan bagi peserta didik di sekolah serta bagaimana dampak pelaksanaan UKS terhadap
peningkatan derajat kesehatan dan perubahan perilaku hidup sehat yang akan menyokong pencapaian prestasi peserta didik secara optimal.
B. Fokus dan Pertanyaan Penelitian