D ADPEN 1201082 Chapter1

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendeklarasikan Millenium Development Goals (MDGs) pada tahun 2000 dengan 8 fokus perhatian yaitu : (1) memberantas kemiskinan dan kelaparan ekstrim, (2) mewujudkan pendidikan dasar untuk semua, (3) mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, (4) menurunkan angka kematian anak, (5) meningkatkan kesehatan ibu hamil, (6) memerangi HIV/AIDs, malaria, dan penyakit lainnya, (7) memastikan kelestarian lingkungan, dan (8) mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan (UNO, 2013). MDGs di bidang pendidikan difokuskan pada tujuan nomor dua yaitu mewujudkan pendidikan dasar untuk semua. Sejalan dengan hal tersebut Indonesia mencanangkan generasi emas yang akan dicapai pada tahun 2045 dengan asumsi bahwa pendidikan dan kesejahteraan anak menjadi prioritas pembangunan saat ini.

Pencanangan generasi emas Indonesia 2045 dipicu oleh kenyataan bahwa Indonesia mewarisi bonus demografi yang sangat potensial pada tahun 2045. Data tahun 2014 Indonesia memiliki jumlah anak usia sekolah (usia 5 – 14 tahun) sebanyak 48.740.345 jiwa atau 19,33% dari total jumlah penduduk Indonesia (Badan Pusat Statistik dan Pusat Data & Informasi Kemenkes RI, 2014) dimana pada tahun 2045 akan menjadi penduduk produktif yang berpotensi untuk membangun bangsa dan negara. Generasi emas Indonesia tahun 2045 diharapkan akan memiliki sikap yang positif, berpola pikir esensial, berkomitmen normatif dan memiliki kompetensi abilitas (Manulang,


(2)

2013). Menciptakan generasi emas Indonesia tahun 2045 melalui bidang pendidikan bukan sesuatu yang mudah untuk direalisasikan, perlu penataan yang komprehensif baik dari kurikulum, infrastruktur maupun perlakuan khusus terhadap anak-anak pada saat ini. (Arif, 2012; Tilaar, 2012; Manulang, 2013).

Menyikapi tantangan tersebut, sudah sepatutnya sekolah sebagai lembaga pendidikan menyiapkan berbagai perangkat untuk menciptakan generasi emas 2045 tersebut. Perangkat tersebut bukan saja aspek kurikulum, tetapi juga aspek pendukung lain yang sangat berpengaruh terhadap pencapaian prestasi belajar peserta didik, salah satunya adalah aspek kesehatan peserta didik di sekolah. Aspek kesehatan peserta didik di sekolah merupakan salah satu aspek yang menentukan keberhasilan peserta didik (Haas & Fosse, 2008) dalam mengikuti proses pendidikan di sekolah (Fisher, Hunt, Kann, Patterson, & Wechsler, n.d.) karena peserta didik yang sehat memiliki kinerja yang lebih baik untuk belajar secara akademik (Lankarani & Joulaei, 2014). Aspek kesehatan peserta didik secara holistik meliputi kesehatan bio (fisik), psikologis, sosial dan spiritual. Keseluruhan unsur kesehatan secara holistik tersebut harus dipenuhi oleh setiap anak sesuai dengan masa pertumbuhan dan perkembangannya. (Desmita, 2012; Nurihsan, Achmad Juntika dan Agustin, 2011).

Anak usia sekolah terdiri dari middle childhood (usia 6-10 tahun) dan

early adolescence (usia 11-14 tahun). Usia anak sekolah dasar di Indonesia rata-rata berkisar antara 6 – 12 tahun. Usia anak sekolah dasar ini termasuk dalam usia sekolah yang sangat rentan terhadap gangguan fisik, psikologis dan sosial karena anak sudah mulai berinteraksi secara lebih terbuka dengan lingkungan, teman sebaya dan orang-orang dewasa lainnya (termasuk guru). Dilain pihak anak belum sepenuhnya memiliki daya tangkal yang cukup baik


(3)

secara fisik, psikososial dan spiritual dalam menentukan apa yang terbaik bagi dirinya. (Onis et al, 2007; Department of Education and Early Childhood Development-Victoria, 2012; UNESCO, 2012; Nurihsan. Ahma Juntika, 2011).

Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan, proses pertumbuhan dan perkembangan anak serta faktor kesehatan anak akan sangat berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap prestasi belajar anak. (Case Paxson, 2006; Hass & Fosse, 2008; Basch, CE, 2010; Valois, R.F. Slade & Ashford, 2011; Langford. R, et.al, 2014). Prestasi belajar dapat dilihat dari pencapaian akademik maupun non akademik. Prestasi akademik dapat diidentifikasi dari perolehan nilai di setiap mata pelajaran yang diberikan. Sedangkan prestasi non akademik dapat dilihat dari kemampuan afeksi dan psikomotorik yang dicapai peserta didik. Dengan kata lain prestasi peserta didik dapat dilihat dari outcome yang dihasilkan pendidikan yaitu dari pencapaian cognitive processing skills, emotional and social awareness and skills, and moral character development (Huitt, et al, 2009). Gangguan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak akibat terpapar suatu penyakit, lingkungan yang buruk, kecelakaan, maupun pengaruh sosial yang tidak aman bagi anak akan mempengaruhi prestasi belajar anak.

Secara umum anak usia sekolah menghabiskan sebagian besar waktu aktifnya berada di lingkungan sekolah (Lankarani & Joulaei, 2014). Selama di sekolah, anak berinteraksi dengan anak-anak lain, guru dan tenaga kependidikan dari berbagai latar belakang lingkungan yang berbeda dan kemungkinan akan mudah terpapar dengan berbagai penyakit menular. Demikian pula dengan kemungkinan terjadi cedera akibat aktivitas fisik yang sering dilakukan anak-anak pada saat sekolah, seperti olah raga atau pada saat anak bermain. Selain itu, tidak menutup kemungkinan sekolah akan menerima


(4)

anak-anak yang memiliki riwayat gangguan kesehatan kronis seperti Asthma, Diabetes Melitus, Penyakit Jantung dan lain-lain yang sewaktu-waktu terjadi serangan di sekolah. Oleh karena itu keberadaan pelayanan kesehatan di sekolah menjadi salah satu kebutuhan yang cukup penting dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. (Case & Paxson, 2006; Lear, 2007; Valois, R.F. Slade & Ashford, 2011). Sekolah harus dapat menjamin ketersediaan lingkungan yang sehat, aman dan nyaman bagi setiap anak serta menyediakan layanan kesehatan komprehensif yang akan membantu setiap anak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. (Onis et al, 2007; Cetinkaya, 2009; UU RI No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan; Department of Education and Early Childhood Development-Victoria, 2012; UNESCO, 2012).

Kesadaran tentang pentingnya kesehatan bagi anak usia sekolah sudah digaungkan oleh WHO sejak tahun 1995 yang menginisiasi kesehatan sekolah secara global (global school health initiative). Tujuan dari inisiatif WHO ini adalah untuk memobilisasi dan menguatkan promosi dan pendidikan kesehatan di tingkat lokal, nasional, regional, bahkan global. Sasaran program adalah peserta didik, staf kependidikan di sekolah, keluarga (orang tua peserta didik) dan kelompok lain di masyarakat yang akan menyokong keberhasilan promosi kesehatan di sekolah. (WHO, 1996; WHO, 2000). Inisiasi WHO tentang promosi kesehatan di sekolah menjadi issue internasional yang menggerakkan negara-negara di dunia untuk mengembangkan promosi kesehatan di lingkungan sekolah.

Di Indonesia, usaha kesehatan di sekolah dilaksanakan dalam rangka mewujudkan Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 79 yang menyatakan bahwa usaha kesehatan sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup


(5)

sehat sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk mencapai tujuan tersebut maka Pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan pembinaan dan pengembangan usaha kesehatan sekolah yang dikelola secara bersama oleh 4 (empat) Kementerian yaitu : Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Kesehatan, Menteri Agama, dan Menteri Dalam Negeri melalui Peraturan Bersama 4 Menteri Nomor 6/X/PB/2014, Nomor 7 Tahun 2014, Nomor 41 Tahun 2014, dan Nomor 81 Tahun 2014 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah. Berdasarkan kebijakan tersebut, maka seluruh sekolah mulai TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/SMK/MA beserta sekolah-sekolah Luar Biasa dari semua jenjang tersebut wajib melaksanakan usaha kesehatan di sekolah sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan secara nasional.

Program usaha di kesehatan sekolah di Indonesia dikenal dengan istilah Usaha Kesehatan Sekolah atau disingkat UKS. Program UKS dikenal dengan istilah Trias UKS yaitu pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah sehat. (Depkes RI, 2007; Dirjen Pendas Kemendikbud, 2012). UKS di Indonesia sudah dirintis sejak tahun 1956. Namun sampai dengan saat ini, keberhasilan program-program UKS di Indonesia belum mencapai hasil seperti yang diharapkan. Hasil evaluasi Dirjen Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2012) menyatakan bahwa: (1) prinsip hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik belum mencapai tingkatan yang diharapkan; (2) cakupan kegiatan UKS belum seimbang dengan tujuan penyelenggaraan UKS; (3) ancaman penyakit endemis dan kekurangan gizi masih sangat tinggi; (4) makin meningkatnya masalah kesehatan peserta didik akibat kurangnya sanitasi jamban dan air bersih, meningkatnya pecandu narkoba, meningkatnya HIV akibat hubungan


(6)

seksual, dan perilaku hidup tidak bersih; (5) kurangnya sumber daya manusia yang menangani UKS; (6) terbatasnya sarana dan prasarana UKS; (7) tidak terpenuhinya pencatatan dan pelaporan kegiatan UKS; dan (8) kurangnya koordinasi dan komitmen dalam penyelenggaraan UKS. (Dirjen Pendidikan Dasar Kemendikbud, 2012).

Hasil evaluasi Dirjen Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (2012) tersebut diperkuat dengan data yang menunjukkan bahwa tahun 2008 tercatat sekitar 200.000 anak dan remaja Indonesia hidup dengan HIV, dimana tujuh orang anak terinveksi HIV setiap harinya (Laporan UNICEP tentang Indonesia tahun 2012). Tercatat 17,34% anak usia 0-17 tahun mempunyai keluhan kesehatan dan terganggu aktivitas sehari-hari (Profil Anak Indonesia 2013 – Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, 2012). Cakupan penjaringan kesehatan untuk anak kelas 1 SD secara nasional baru mencapai 82,17% dari target Renstra Kemenkes 2014 sebesar 95%. Kasus anak usia 10-17 tahun yang merokok secara aktif mencapai 4,34% (Badan Pusat Statistik, Laporan Kesehatan Ibu dan Anak Tahun 2014). Data-data tersebut merupakan bagian kecil yang menunjukkan bahwa masalah kesehatan dan perilaku hidup sehat pada anak usia sekolah masih perlu mendapatkan perhatian secara khusus dalam pembinaan dan pengembangan usaha kesehatan di sekolah.

Upaya Pemerintah Indonesia dalam menyikapi tantangan kesehatan anak usia sekolah tersebut adalah dengan mempertahankan dan mengembangkan usaha kesehatan di sekolah dengan kebijakan umum sebagai berikut : (1) kesinambungan program UKS dari Pendidikan Anak Usia Dini sampai tingkat SMA; (2) segala upaya peningkatan dan pengembangan kesehatan warga sekolah dan masyarakat di lingkungan sekolah diupayakan melalui jalur Tim Pembina UKS Pusat dan Tim Pembina UKS Daerah secara berjenjang; (3)


(7)

pembinaan dan pengembangan UKS dilaksanakan secara lintas program dan lintas sektor melalui kegiatan yang terpadu dan berkesinambungan; (4) upaya pendidikan kesehatan diselenggarakan melalui kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler; (5) upaya kesehatan dilakukan secara menyeluruh meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, diutamakan adalah upaya promotif dan preventif dibawah bimbingan dan koordinasi Puskesmas setempat; (6) upaya peningkatan lingkungan kehidupan sekolah yang sehat diarahkan untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan dengan memberdayakan sumber daya yang ada dan meningkatkan peran serta masyarakat; (7) tugas dan fungsi Tim Pembina UKS Pusat dan Daerah disesuaikan dengan peraturan perundangan yang berlaku; (8) optimalisasi program UKS pada setiap jenis dan jenjang pendidikan; dan (9) penyelenggaraan pembinaan dan pengembangan UKS dilakukan dengan peran serta aktif pemerintah (pusat dan daerah), komite sekolah dan masyarakat (Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2012).

Usaha Pemerintah untuk meningkatkan kinerja UKS di Indonesia salah satunya adalah dengan menyelenggarakan Lomba Sekolah Sehat (LSS), yang diprakarsai oleh Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Agama. Tujuan dari LSS yang setiap tahun diadakan di Indonesia secara berjenjang ini adalah untuk memotivasi sekolah-sekolah dari mulai Taman Kanak-Kanak sampai Sekolah Lanjutan Tingkat Atas untuk menyelenggarakan UKS sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. (Kemenkes RI, 2013).

Kota Sukabumi merupakan salah satu daerah yang cukup konsisten dalam penyelenggaraan UKS di sekolah-sekolah. Sejak tahun 1996 hingga tahun 2013, Kota Sukabumi telah meraih 16 kali predikat juara LSS tingkat


(8)

nasional dari mulai Taman Kanak-Kanak sampai Sekolah Menengah Tingkat Atas. Prestasi terakhir yang diraih Kota Sukabumi pada tahun 2012 adalah sebagai juara nasional pertama tingkat Sekolah Dasar, yang diraih oleh Sekolah Dasar Negeri Surya Kencana CBM Sukabumi dan pada tahun 2013 juara nasional ketiga tingkat Sekolah Menengah Atas yang diraih oleh SMKN 1 Sukabumi. (Data Pemerintah Kota Sukabumi, 2014). Menurut narasumber dalam penelitian ini, salah satu faktor yang menjadi kekuatan dalam pemenangan LSS tersebut adalah kerjasama sekolah dengan Puskesmas dan unsur-unsur Pemerintah Daerah yang terjalin dengan baik.

Keberhasilan Kota Sukabumi mempertahankan predikat sebagai “Kota UKS” sejak tahun 1996 hingga sekarang menunjukkan bahwa aspek-aspek yang dinilai dalam Lomba Sekolah Sehat dapat dipenuhi dengan baik. Hal-hal yang dinilai dalam Lomba Sekolah Sehat Tingkat Nasional, antara lain : (1) Penilaian terhadap Tim Pembina UKS tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota, dan Kecamatan. Aspek yang dinilai meliputi kegiatan pembinaan UKS diantaranya pemantauan, pelatihan, dan keterlibatan sekolah; (2) Penilaian terhadap sekolah, dengan aspek yang dinilai antara lain kebersihan sarana/prasarana kelas, ruang guru, kantin, toilet, air bersih, tempat cuci tangan, tempat ibadah, kondisi tempat sampah, dan ruang UKS ; (3) Penilaian terhadap perilaku kesehatan peserta didik, diantaranya pengetahuan tentang UKS, perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS); (4) Penilaian terhadap pelaksanaan pelayanan kesehatan, seperti pelaksanaan penjaringan kesehatan dan penyuluhan oleh petugas Puskesmas, dan lain-lain. (Kemenkes RI, 2013).

Melihat aspek penilaian dalam LSS sedemikian, maka diperlukan persiapan yang matang dari pihak sekolah, institusi-institusi yang terkait seperti Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Kesehatan, Pemerintah Daerah, dan unsur-unsur lain yang turut berkontribusi melaksanakan


(9)

koordinasi untuk penyelenggaraan sekolah sehat yang diharapkan. Diyakini bahwa untuk menciptakan sekolah sehat diperlukan komitmen dari semua unsur yang teribat di dalamnya. Komitmen dari semua unsur yang terlibat akan mempengaruhi keberhasilan suatu program. Komitmen dari semua unsur yang terlibat dibangun dari tiga pilar organisasi, yaitu (1) keselarasan kinerja (performance alignment); (2) keselarasan psikologikal (psychological alignment); dan (3) kapasitas untuk belajar dan berubah (capacity for learing and change) (Beer & Lagace, 2009). Pilar organisasi yang membangun komitmen tersebut merupakan aspek pendorong yang kuat untuk mengembangkan organisasi sekolah, termasuk dalam mengakomodasi kebutuhan penyelenggaraan usaha kesehatan di sekolah.

Untuk mengakomodasi kebutuhan penyelenggaraan upaya kesehatan peserta didik di sekolah, juga diperlukan suatu konsep pengembangan organisasi (organizational development) yang mampu mengungkit semua unsur yang ada untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Pengembangan organisasi adalah suatu proses yang diaplikasikan berdasarkan ilmu perilaku yang membantu organisasi membangun kapasitasnya untuk berubah dan untuk mencapai efektivitas organisasi. Pengembangan organisasi di sekolah diawali dari kekuatan rencana perubahan, khususnya proyek manajemen atau inovasi yang membangun kemampuan organisasi sekolah dari kondisi sekarang untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Pengembangan organisasi berorientasi pada peningkatan sistem secara total, oleh karena itu fungsi penting dalam pengembangan organisasi adalah efektivitas proses manajemen yang dijalankan. (Gallos.Joan.V, 2006; Cumming & Worley, 2009; McLean. Gary. N, 2005; Gazaryan. Artasches, 2006; Wahab. Abdul Azis, 2011).

Proses manajemen akan berjalan baik jika fungsi-fungsi manajemen berjalan secara sinergi. Fungsi-fungsi manajemen tersebut adalah perencanaan


(10)

(planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan dan kepemimpinan (leading), dan pengawasan (controling) atau lebih dikenal dengan istilah

POLC framework (Carpenter & Sanders, 2009). Keberhasilan usaha kesehatan peserta didik di sekolah tidak terlepas dari sejauhmana fungsi-fungsi manajemen tersebut dapat dijalankan dan bersinergi dengan program pembelajaran secara umum di sekolah. Penyelenggaraan usaha kesehatan peserta didik di sekolah secara holistik terdiri dari pengelolaan status kesehatan peserta didik, penyediaan infrastruktur dan lingkungan sekolah yang sehat dan aman, serta kolaborasi multidisiplin dari lintas institusional untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara holistik. (Fowler, 2004; Fowler & Dell, 2005; Department Of Defense Education Activity, 2007; Onis et al, 2007; Cetinkaya, 2009; Foster Social Development In Early Childhood, 2009; ; State Government Victoria. Departemen of Education and Early Childhood Development, 2012; UNESCO, 2012).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh Peneliti di Kota Sukabumi diperoleh keterangan bahwa Pemerintah Daerah Kota Sukabumi dalam hal ini Tim Pembina UKS Kota Sukabumi telah menetapkan strata UKS yang disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan sekolah dalam penyelenggaraan UKS, sebagai berikut :

Tabel 1.1

Strata UKS di Kota Sukabumi menurut Jenjang Pendidikan

No Jenjang

Pendidikan

Jumlah Sekolah

Strata UKS

Minimal Standar Optimal Paripurna

1 TK/RA 108 34 55 16 3

2 SD/MI 146 26 87 27 6


(11)

4 SMA/MA/SMK 48 9 24 7 2

5 Pontren 65 58 7 0 0

6 SLB 3 0 2 1 0

7 Panti Asuhan 24 23 1 0 0

Jumlah 450 162 210 60 13

(Sumber : Dokumentasi Laporan TP UKS Kota Sukabumi Tahun 2013)

Data tersebut menunjukkan bahwa hampir seluruh sekolah yang ada di Kota Sukabumi (98,88%) telah melaksanakan UKS. Dari sekolah yang sudah melaksanakan UKS sebagian besar (62,88%) masuk dalam strata standar, optimal dan paripurna. Artinya sebagian besar sudah melaksanakan Trias UKS sesuai dengan standar yang ditetapkan berdasarkan Hasil Rapat Kerja Nasional UKS (2004). Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah merupakan lembaga pendidikan terbanyak yang ada di Kota Sukabumi dan seluruhnya (100 %) telah melaksanakan UKS.

Berdasarkan latar belakang tersebut, Peneliti ingin memperoleh gambaran secara lengkap tentang sejauhmana sekolah-sekolah, khususnya Sekolah Dasar di Kota Sukabumi dapat berhasil mengelola usaha kesehatan bagi peserta didik di sekolah serta bagaimana dampak pelaksanaan UKS terhadap peningkatan derajat kesehatan dan perubahan perilaku hidup sehat yang akan menyokong pencapaian prestasi peserta didik secara optimal.

B. Fokus dan Pertanyaan Penelitian

Fokus penelitian ini adalah penyelenggaraan usaha kesehatan peserta didik Sekolah Dasar di Kota Sukabumi dengan melihat proses manajemen yang dilakukan dalam upaya mendukung pencapaian prestasi peserta didik secara optimal. Pertanyaan penelitian yang ingin diangkat adalah :


(12)

“bagaimana proses manajemen kesehatan peserta didik Sekolah Dasar dilaksanakan secara berkesinambungan sehingga dapat mendukung pencapaian prestasi peserta didik secara optimal?”.

Secara khusus pertanyaan penelitian diidentifikasi sebagai berikut :

1. Bagaimana Kebijakan Daerah Kota Sukabumi dalam penyelenggaraan usaha kesehatan peserta didik Sekolah Dasar ?

a. Bagaimana perumusan kebijakan yang berkaitan dengan pentingnya usaha kesehatan peserta didik di Kota Sukabumi?

b. Bagaimana formulasi kebijakan penyelenggaraan usaha kesehatan peserta didik di Kota sukabumi ?

c. Bagaimana pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan usaha kesehatan peserta didik di Kota Sukabumi ?

d. Bagaimana pengendalian kebijakan penyelenggaraan usaha kesehatan peserta didik di Kota Sukabumi ?

e. Bagaimana dampak kebijakan penyelenggaraan usaha kesehatan peserta didik di Kota Sukabumi ?

2. Bagaimana proses manajemen usaha kesehatan peserta didik yang dikembangkan di Sekolah Dasar Kota Sukabumi ?

a. Bagaimana perencanaan usaha kesehatan peserta didik di Sekolah Dasar Kota Sukabumi ?

b. Bagaimana pengorganisasian usaha kesehatan peserta didik di Sekolah Dasar Kota Sukabumi ?

c. Bagaimana pelaksanaan kegiatan usaha kesehatan peserta didik di Sekolah Dasar Kota Sukabumi ?


(13)

d. Bagaimana pengendalian yang dikembangkan untuk keberlangsungan usaha kesehatan peserta didik di Sekolah Dasar Kota Sukabumi ?

3. Bagaimana koordinasi antar institusi dalam pengelolaan usaha kesehatan peserta didik Sekolah Dasar di Kota Sukabumi ?

a. Bagaimana bentuk koordinasi lintas institusi yang dikembangkan di Kota Sukabumi ?

b. Bagaimana pelaksanaan koordinasi lintas institusi untuk mendukung penyelenggaraan usaha kesehatan peserta didik Sekolah Dasar di Kota Sukabumi ?

4. Bagaimana pendanaan usaha kesehatan peserta didik Sekolah Dasar di Kota Sukabumi ?

a. Bagaimana perencanaan keuangan usaha kesehatan peserta didik di sekolah .

b. Bagaimana penggunaan dana usaha kesehatan peserta didik di sekolah. c. Bagaimana pengendalian dan pengawasan penggunaan dana usaha

kesehatan peserta didik di sekolah.

5. Bagaimana implementasi sistem informasi manajemen kesehatan peserta didik Sekolah Dasar di Kota Sukabumi ?

a. Bagaimana struktur data kesehatan peserta didik yang diperlukan dalam pengelolaan kesehatan siswa Sekolah Dasar Kota Sukabumi? b. Bagaimana mekanisme pelaporan data kesehatan peserta didik Sekolah


(14)

c. Bagaimana penggunaan sistem informasi manajemen kesehatan yang dikembangkan untuk mendukung pengelolaan kesehatan siswa Sekolah Dasar di Kota Sukabumi ?

6. Bagaimana dampak usaha kesehatan peserta didik di sekolah terhadap pencapaian prestasi peserta didik Sekolah Dasar di Kota Sukabumi ? a. Bagaimana potensi kesehatan peserta didik dalam menempuh

pembelajaran di sekolah ?

b. Bagaimana peningkatan pengetahuan dan perubahan perilaku hidup sehat di sekolah ?

c. Bagaimana pencapaian prestasi akademik dan non akademik rata-rata yang dicapai peserta didik ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran secara lengkap tentang penyelenggaraan usaha kesehatan peserta didik Sekolah Dasar di Kota Sukabumi dengan melihat proses manajemen yang dilakukan dalam upaya mendukung pencapaian prestasi peserta didik secara optimal.

2. Tujuan Khusus

a. Menganalisis kebijakan daerah yang dikembangkan terkait dengan pelaksanaan usaha kesehatan peserta didik Sekolah Dasar di Kota Sukabumi.


(15)

b. Menganalisis proses manajemen usaha kesehatan peserta didik yang dilaksanakan di Sekolah Dasar Kota Sukabumi.

c. Menganalisis pelaksanaan koordinasi lintas institusi dalam penyelenggaraan usaha kesehatan peserta didik Sekolah Dasar di Kota Sukabumi.

d. Menganalisis pendanaan usaha kesehatan peserta didik Sekolah Dasar di Kota Sukabumi.

e. Menganalisis implementasi sistem informasi manajemen kesehatan peserta didik Sekolah Dasar di Kota Sukabumi.

f. Menganalisis dampak usaha kesehatan peserta didik di sekolah terhadap pencapaian prestasi peserta didik Sekolah Dasar di Kota Sukabumi.

g. Mengembangkan model hipotetik manajemen usaha kesehatan peserta didik di Sekolah Dasar.

D. Manfaat dan Signifikansi Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, penulis meyakini bahwa hasil penelitian ini akan bermanfaat secara teoritik dan praktis :

1. Manfaat Dari Aspek Teori dan Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian tentang proses manajemen kesehatan peserta didik Sekolah Dasar di Kota Sukabumi ini diharapkan dapat memperkuat ilmu Administrasi Pendidikan khususnya dalam memahami konsep tatakelola


(16)

terkait penyelenggaraan suatu program di lembaga pendidikan yang melibatkan berbagai unsur internal dan eksternal yang terintegrasi. Program di sini adalah program usaha kesehatan peserta didik di sekolah, dimana program ini merupakan salah satu program pengembangan manajemen sekolah yang akan menunjang peningkatan prestasi belajar peserta didik secara optimal.

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya terkait dengan efektivitas model pengembangan manajemen kesehatan peserta didik di sekolah, dampak model pengembangan terhadap berbagai variabel yang terkait dengan usaha kesehatan peserta didik di sekolah, serta bagaimana penerapan model pengembangan manajemen pada berbagai tingkatan sekolah dari mulai Pendidikan Usia Dini sampai Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMA).

2. Manfaat Dari Aspek Kebijakan

Hasil penelitian akan mendukung implementasi UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional khususnya pasal 36 yang menyatakan bahwa Kurikulum pendidikan harus memperhatikan peningkatan potensi, kecerdasan dan minat serta pasal 45 bahwa setiap satuan pendidikan menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik. Berdasarkan pernyataan tersebut maka sudah selayaknya sekolah dijadikan tempat yang kondusif untuk membentuk generasi penerus bangsa yang sehat dan berkualitas sesuai dengan cita-cita Bangsa Indonesia.


(17)

Hasil penelitian akan mendukung implementasi UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, khususnya pasal 45 ,46, 47, dan 79 yang menyatakan bahwa kesehatan sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh, dan berkembang secara harmonis dan setinggi-tingginya menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Kesehatan sekolah diselenggarakan melalui sekolah formal dan informal.

Hasil penelitian akan mendukung implementasi koordinasi antara empat Kementerian yang tertuang dalam Peraturan Bersama 4 Menteri yaitu Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Kesehatan, Menteri Agama, dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 6/X/PB/2014; Nomor 73 Tahun 2014; Nomor 41 Tahun 2014; Nomor 81 Tahun 2014 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah. Hasil penelitian akan memperkuat jalur komunikasi antar institusi untuk lebih meningkatkan koordinasi dalam penyelenggaraan usaha kesehatan peserta didik di sekolah.

Hasil penelitian akan menyempurnakan implementasi Pedoman Pelaksanaan UKS di Sekolah (2014) dan Pedoman Pembinaan dan Pengembangan UKS (2012) yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, khususnya dalam meningkatkan kemampuan sekolah untuk mengelola usaha kesehatan peserta didik di sekolah yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah secara optimal.

Hasil penelitian akan memberikan masukan kepada Pemerintah Daerah Kota Sukabumi dalam menyusun kebijakan daerah terkait


(18)

penyelenggaraan dan pengelolaan UKS di Kota Sukabumi sesuai dengan kebutuhan dan potensi daerah yang dimiliki.

3. Manfaat Praktis : a. Bagi Peneliti

Penelitian ini memberikan manfaat kepada Peneliti dalam hal :

1) Pengembangan konsep berfikir secara sistematis melalui tahapan penelitian sesuai dengan kaidah-kaidah penelitian yang dilaksanakan.

2) Pengalaman dalam membina hubungan saling percaya antara Peneliti dengan Nara Sumber dalam penelitian ini.

3) Pengalaman mengeksplorasi teori dan konsep yang mendukung menjadi suatu konsep baru atau hipotesis berdasarkan hasil penelitian kualitatif yang dilaksanakan.

4) Peningkatan wawasan, pengetahuan serta aplikasi konsep/teori dalam lingkup ilmu manajemen pendidikan khususnya dalam pengembangan manajemen kesehatan peserta didik di sekolah.

b. Peserta didik dan Orang Tua Peserta didik

Hasil penelitian akan memberikan gambaran kepada peserta didik dan orang tua peserta didik tentang manfaat program usaha kesehatan peserta didik di sekolah yang secara langsung akan diterima oleh peserta didik selama bersekolah di lembaga pendidikan melalui pemantauan status kesehatan secara berkala, pendidikan kesehatan dan pembinaan hidup sehat yang dilaksanakan di sekolah.


(19)

Hasil penelitian akan memberikan manfaat kepada Pengelola Lembaga Pendidikan terkait dengan proses manajemen kesehatan peserta didik di sekolah yang dilaksanakan secara koordinatif dan integratif sehingga memudahkan pelaksana program usaha kesehatan peserta didik di sekolah dalam penatalaksanaannya.

d. Tim Pembina UKS Kota Sukabumi

Hasil penelitian akan memberikan manfaat kepada Tim Pembina UKS Kota Sukabumi dalam hal pemantauan dan pengendalian serta pengembangan program kesehatan peserta didik di sekolah. Tim Pembina UKS Kota Sukabumi akan memperoleh data dan informasi yang cepat dan akurat dengan pengembangan sistem informasi manajemen yang terintegrasi.

e. Pemerintah Daerah Kota Sukabumi.

Hasil penelitian akan memberikan manfaat kepada Pemerintah Daerah Kota Sukabumi untuk menetapkan kebijakan daerah terkait pengembangan sistem manajemen kesehatan peserta didik di Kota Sukabumi sesuai dengan potensi yang dimiliki dan dapat diberlakukan untuk semua sekolah dari jenjang pendidikan Dasar dan Menengah yang ada di Kota Sukabumi.

E. Struktur Organisasi Disertasi

Struktur Organisasi Disertasi terdiri dari :

1. BAB I Pendahuluan, berdasarkan struktur pendahuluan yang diadaptasi dari Evans, Gruba dan Zobel (2014) serta Paltridge dan Starfield (2007) yang diadopsi oleh UPI dalam Peraturan Rektor Universitas Pendidikan


(20)

Indonesia Nomor 451/UN40/HK/2014, maka penulisan Bab Pendahuluan ini terdiri dari :

a. Latar belakang penelitian, bagian ini memaparkan konteks penelitian yang dilakukan. Latar belakang mengenai topik atau isu yang akan diangkat dalam penelitian sesuai dengan kondisi dewasa ini, adanya gap yang perlu diisi dengan melakukan pendalaman terhadap topik yang akan diteliti. Pada bagian ini pula dipaparkan secara ringkat hasil penelurusan literatur terkait teori dan temuan dari peneliti sebelumnya mengenai topik yang akan diteliti lebih lanjut

b. Fokus penelitian, bagian ini memuat identifikasi spesifik mengenai permasalahan yang akan diteliti. Pertanyaan penelitian menunjukkan sifat dan kompleksitas penelitian yang dilakukan.

c. Tujuan Penelitian, bagian ini terkait erat dengan rumusan masalah dalam bagian sebelumnya, diuraikan dalam tujuan umum dan tujuan khusus.

d. Manfaat/signifikansi penelitian, bagian ini memberikan gambaran mengenai nilai lebih atau kontribusi yang dapat diberikan oleh hasil penelitian yang dilakukan. Manfaat dalam penelitian ini terdiri dari : (1) manfaat dari aspek teori; (2) manfaat dari aspek kebijakan; (3) manfaat dari aspek praktis, yaitu manfaat untuk peneliti sendiri, peserta didik dan orang tua peserta didik, pengelola lembaga pendidikan, tim pembina UKS, dan Pemerintah Daerah.

2. BAB II Kajian Pustaka, bagian ini berisi : (1) konsep, teori, dalil, hukum, model, dan rumusan serta turunannya yang relevan dengan bidang kajian penelitian; (2) hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan bidang


(21)

yang diteliti termasuk prosedur, subjek, dan temuannya; (3) posisi teoritis peneliti yang berkenaan dengan masalah yang diteliti.

3. BAB III Metode Penelitian, bagian ini berisi rancangan penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif, yang terdiri dari : (1) desain penelitian, (2) partisipan dan tempat penelitian, (3) teknik pengumpulan data, (4) analisis data, dan (5) jadual penelitian.

4. BAB IV Temuan dan Pembahasan, bagian ini menyampaikan tiga hal utama, yakni : (1) temuan penelitian berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dengan berbagai kemungkinan bentuknya sesuai dengan urutan permasalahan penelitian, (2) pembahasan temuan penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya, dan (3) rumusan hipotetik berdasarkan hasil analisis peneliti terhadap fokus kajian penelitian.

5. BAB V Simpulan, Implikasi dan Rekomendasi, serta Keterbatasan Penelitian. Bagian ini menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian sekaligus mengajukan hal-hal penting yang dapat dimanfaatkan dari hasil penelitian yang dilaksanakan. Simpulan menjawab fokus dan pertanyaan penelitian. Implikasi dan rekomendasi ditujukan kepada pembuat kebijakan, para pengguna hasil penelitian, kepada penelitian selanjutnya, serta follow up dari hasil penelitian. Keterbatasan penelitian menjelaskan tentang keterbatasan yang terkait dengan metode penelitian dan proses penelitian yang dirasakan oleh peneliti selama melaksanakan penelitian.


(22)

(1)

Hasil penelitian akan mendukung implementasi UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, khususnya pasal 45 ,46, 47, dan 79 yang menyatakan bahwa kesehatan sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh, dan berkembang secara harmonis dan setinggi-tingginya menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Kesehatan sekolah diselenggarakan melalui sekolah formal dan informal.

Hasil penelitian akan mendukung implementasi koordinasi antara empat Kementerian yang tertuang dalam Peraturan Bersama 4 Menteri yaitu Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Kesehatan, Menteri Agama, dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 6/X/PB/2014; Nomor 73 Tahun 2014; Nomor 41 Tahun 2014; Nomor 81 Tahun 2014 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah. Hasil penelitian akan memperkuat jalur komunikasi antar institusi untuk lebih meningkatkan koordinasi dalam penyelenggaraan usaha kesehatan peserta didik di sekolah.

Hasil penelitian akan menyempurnakan implementasi Pedoman Pelaksanaan UKS di Sekolah (2014) dan Pedoman Pembinaan dan Pengembangan UKS (2012) yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, khususnya dalam meningkatkan kemampuan sekolah untuk mengelola usaha kesehatan peserta didik di sekolah yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah secara optimal.

Hasil penelitian akan memberikan masukan kepada Pemerintah Daerah Kota Sukabumi dalam menyusun kebijakan daerah terkait


(2)

penyelenggaraan dan pengelolaan UKS di Kota Sukabumi sesuai dengan kebutuhan dan potensi daerah yang dimiliki.

3. Manfaat Praktis : a. Bagi Peneliti

Penelitian ini memberikan manfaat kepada Peneliti dalam hal :

1) Pengembangan konsep berfikir secara sistematis melalui tahapan penelitian sesuai dengan kaidah-kaidah penelitian yang dilaksanakan.

2) Pengalaman dalam membina hubungan saling percaya antara Peneliti dengan Nara Sumber dalam penelitian ini.

3) Pengalaman mengeksplorasi teori dan konsep yang mendukung menjadi suatu konsep baru atau hipotesis berdasarkan hasil penelitian kualitatif yang dilaksanakan.

4) Peningkatan wawasan, pengetahuan serta aplikasi konsep/teori dalam lingkup ilmu manajemen pendidikan khususnya dalam pengembangan manajemen kesehatan peserta didik di sekolah.

b. Peserta didik dan Orang Tua Peserta didik

Hasil penelitian akan memberikan gambaran kepada peserta didik dan orang tua peserta didik tentang manfaat program usaha kesehatan peserta didik di sekolah yang secara langsung akan diterima oleh peserta didik selama bersekolah di lembaga pendidikan melalui pemantauan status kesehatan secara berkala, pendidikan kesehatan dan pembinaan hidup sehat yang dilaksanakan di sekolah.


(3)

Hasil penelitian akan memberikan manfaat kepada Pengelola Lembaga Pendidikan terkait dengan proses manajemen kesehatan peserta didik di sekolah yang dilaksanakan secara koordinatif dan integratif sehingga memudahkan pelaksana program usaha kesehatan peserta didik di sekolah dalam penatalaksanaannya.

d. Tim Pembina UKS Kota Sukabumi

Hasil penelitian akan memberikan manfaat kepada Tim Pembina UKS Kota Sukabumi dalam hal pemantauan dan pengendalian serta pengembangan program kesehatan peserta didik di sekolah. Tim Pembina UKS Kota Sukabumi akan memperoleh data dan informasi yang cepat dan akurat dengan pengembangan sistem informasi manajemen yang terintegrasi.

e. Pemerintah Daerah Kota Sukabumi.

Hasil penelitian akan memberikan manfaat kepada Pemerintah Daerah Kota Sukabumi untuk menetapkan kebijakan daerah terkait pengembangan sistem manajemen kesehatan peserta didik di Kota Sukabumi sesuai dengan potensi yang dimiliki dan dapat diberlakukan untuk semua sekolah dari jenjang pendidikan Dasar dan Menengah yang ada di Kota Sukabumi.

E. Struktur Organisasi Disertasi

Struktur Organisasi Disertasi terdiri dari :

1. BAB I Pendahuluan, berdasarkan struktur pendahuluan yang diadaptasi dari Evans, Gruba dan Zobel (2014) serta Paltridge dan Starfield (2007) yang diadopsi oleh UPI dalam Peraturan Rektor Universitas Pendidikan


(4)

Indonesia Nomor 451/UN40/HK/2014, maka penulisan Bab Pendahuluan ini terdiri dari :

a. Latar belakang penelitian, bagian ini memaparkan konteks penelitian yang dilakukan. Latar belakang mengenai topik atau isu yang akan diangkat dalam penelitian sesuai dengan kondisi dewasa ini, adanya gap yang perlu diisi dengan melakukan pendalaman terhadap topik yang akan diteliti. Pada bagian ini pula dipaparkan secara ringkat hasil penelurusan literatur terkait teori dan temuan dari peneliti sebelumnya mengenai topik yang akan diteliti lebih lanjut

b. Fokus penelitian, bagian ini memuat identifikasi spesifik mengenai permasalahan yang akan diteliti. Pertanyaan penelitian menunjukkan sifat dan kompleksitas penelitian yang dilakukan.

c. Tujuan Penelitian, bagian ini terkait erat dengan rumusan masalah dalam bagian sebelumnya, diuraikan dalam tujuan umum dan tujuan khusus.

d. Manfaat/signifikansi penelitian, bagian ini memberikan gambaran mengenai nilai lebih atau kontribusi yang dapat diberikan oleh hasil penelitian yang dilakukan. Manfaat dalam penelitian ini terdiri dari : (1) manfaat dari aspek teori; (2) manfaat dari aspek kebijakan; (3) manfaat dari aspek praktis, yaitu manfaat untuk peneliti sendiri, peserta didik dan orang tua peserta didik, pengelola lembaga pendidikan, tim pembina UKS, dan Pemerintah Daerah.

2. BAB II Kajian Pustaka, bagian ini berisi : (1) konsep, teori, dalil, hukum, model, dan rumusan serta turunannya yang relevan dengan bidang kajian penelitian; (2) hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan bidang


(5)

yang diteliti termasuk prosedur, subjek, dan temuannya; (3) posisi teoritis peneliti yang berkenaan dengan masalah yang diteliti.

3. BAB III Metode Penelitian, bagian ini berisi rancangan penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif, yang terdiri dari : (1) desain penelitian, (2) partisipan dan tempat penelitian, (3) teknik pengumpulan data, (4) analisis data, dan (5) jadual penelitian.

4. BAB IV Temuan dan Pembahasan, bagian ini menyampaikan tiga hal utama, yakni : (1) temuan penelitian berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dengan berbagai kemungkinan bentuknya sesuai dengan urutan permasalahan penelitian, (2) pembahasan temuan penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya, dan (3) rumusan hipotetik berdasarkan hasil analisis peneliti terhadap fokus kajian penelitian.

5. BAB V Simpulan, Implikasi dan Rekomendasi, serta Keterbatasan Penelitian. Bagian ini menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian sekaligus mengajukan hal-hal penting yang dapat dimanfaatkan dari hasil penelitian yang dilaksanakan. Simpulan menjawab fokus dan pertanyaan penelitian. Implikasi dan rekomendasi ditujukan kepada pembuat kebijakan, para pengguna hasil penelitian, kepada penelitian selanjutnya, serta follow up dari hasil penelitian. Keterbatasan penelitian menjelaskan tentang keterbatasan yang terkait dengan metode penelitian dan proses penelitian yang dirasakan oleh peneliti selama melaksanakan penelitian.


(6)