PENGARUH PEMANFAATAN BAKTERI PENGHASIL FITASE (Pantoea agglomerans) DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS KARKAS AYAM BROILER

(1)

i

PENGARUH PEMANFAATAN BAKTERI PENGHASIL FITASE (Pantoea agglomerans) DALAM RANSUM TERHADAP

KUALITAS KARKAS AYAM BROILER

Oleh : DWI HARYADI

H0503004

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2007


(2)

ii

PENGARUH PEMANFAATAN BAKTERI PENGHASIL FITASE (Pantoea agglomerans) DALAM RANSUM TERHADAP

KUALITAS KARKAS AYAM BROILER

Skripsi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Peternakan

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi Peternakan

Oleh : DWI HARYADI

H0503004

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2007


(3)

iii

PENGARUH PEMANFAATAN BAKTERI PENGHASIL FITASE (Pantoea agglomerans) DALAM RANSUM TERHADAP

KUALITAS KARKAS AYAM BROILER yang dipersiapkan dan disusun oleh :

DWI HARYADI H0503004

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal : 12 November 2007

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan tim penguji Ketua

Ir. Pudjomartatmo, MP NIP 130 814 530

Anggota I

Ir. Joko Riyanto, MP NIP 131 862 346

Anggota II

Ir. Suharto, MS NIP 130 803 673

Surakarta, November 2007

Mengetahui Universitas Sebelas Maret

Fakultas Pertanian Dekan

Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS NIP. 131 124 609


(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis haturkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar sebagai syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari dapat terselesaikannya penulisan skripsi ini dengan baik dan lancar tidak lepas dari bantuan dan kerjasama berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Ir. Sudiyono, MS selaku Ketua Jurusan Peternakan FP UNS.

3. Bapak Ir. Pudjomartatmo, MP selaku dosen pembimbing utama skripsi saya untuk saran, masukan dan bimbingannya selama menyusun skripsi.

4. Bapak Ir. Joko Riyanto, MP selaku dosen pembimbing pendamping skripsi saya untuk saran, masukan dan bimbingannya selama menyusun skripsi.

5. Bapak Ir. Suharto, MS selaku dosen penguji skripsi saya.

6. Teman-teman di Jurusan Peternakan 2003 atas kebersamaan, keceriaan dan supportnya, serta pihak-pihak yang belum disebutkan satu persatu.

Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan bagi semua pihak.


(5)

v DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

RINGKASAN ... viii

SUMMARY ... x

I. PENDAHULUAN A. Latar belakang... 1

B. Rumusan masalah ... 2

C. Tujuan Penelitian ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Broiler... 4

B. Ransum Ayam Broiler ... 5

C. Asam Fitat ... 5

D. Fitase ... 6

E. Bakteri Pantoea agglomerans... 6

F. Aktifitas dalam saluran pencernaan ... 7

G. Kualitas Karkas ... 7

HIPOTESIS... 10

III.METODE PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian ... 11


(6)

vi

C. Persiapan penelitian ... 13

D. Cara penelitian ... 15

E. Cara analisis data ... 17

IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Bobot Potong ... 18

B. Persentase Karkas ... 19

C. Persentase Bagian-Bagian Karkas ... 20

D. Persentase Lemak Abdominal ... 24

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 25

B. Saran... 25

DAFTAR PUSTAKA

...

26


(7)

vii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Kebutuhan nutrien ayam broiler ... 11

2. Kandungan nutrien dalam bahan penyusun pakan... 12

3. Komposisi dan kandungan nutrien pakan perlakuan ... 12

4. Rerata bobot potong ayam broiler g/ekor) ... 18

5. Rerata persentase karkas ayam broiler selama penelitian (g/ekor) ... 19

6. Rerata Persentase dada ayam broiler (%) ... 20

7. Rerata Persentase punggung ayam broiler (%) ... 21

8. Rerata Persentase paha ayam broiler (%) ... 22

9. Rerata Persentase sayap ayam broiler (%) ... 23


(8)

8

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Analisis variansi konsumsi ransum ... 29

2. Analisis variansi bobot potong... 30

3. Analisis variansi persentase karkas... 31

4. Analisis variansi persentasedada... 32

5. Analisis variansi persentasepunggung ... 33

6. Analisis variansi persentasepaha... 34

7. Analisis variansi persentasesayap ... 35

8. Analisis variansi persentaselemak abdominal ... 36

9. Daftar temperatur kandang harian selama penelitian... 37


(9)

9

PENGARUH PEMANFAATAN BAKTERI PENGHASIL FITASE (Pantoea agglomerans) DALAM RANSUM TERHADAP

KUALITAS KARKAS AYAM BROILER

DWI HARYADI H 0503004

RINGKASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan bakteri Pantoea agglomerans penghasil fitase dalam ransum terhadap kualitas karkas ayam broiler dan mengetahui level penggunaan bakteri Pantoea agglomerans penghasil fitase yang paling optimal terhadap kualitas karkas ayam broiler. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 minggu, dari tanggal 7 September sampai 18 Oktober 2006 di kandang Unggas Jurusan peternakan di Desa Gondang Rejo, Jatikuwung, Kabupaten Karanganyar.

Materi yang digunakan dalam penelitian ini DOC ayam broiler strain Hubbard jantan sebanyak 75 ekor. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola searah dengan tiga macam perlakuan (P0, P1, P2) setiap perlakuan diulang lima kali dan tiap ulangan terdiri dari lima ekor ayam broiler. Perlakuan yang diujikan antara lain P0 (Ransum 100% + tanpa bakteri ),

P1 (Ransum 100% + bakteri Pantoea agglomerans 10 2,5), P2 (Ransum 100% + bakteri Pantoea agglomerans 10 5). Ransum kontrol (P0) yang digunakan terdiri dari campuran jagung kuning, bungkil kedelai, tepung ikan, wheat pollard, minyak kelapa, batu kapur, garam dapur. Parameter yang diamati antara lain : bobot potong, persentase karkas, persentase potongan karkas, persentase lemak abdominal.

Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa penggunaan bakteri Pantoea agglomerans sampai dengan level 105 CFU /ml berpengaruh tidak nyata terhadap bobot potong, persentase karkas, persentase potongan karkas dan


(10)

10

persentase lemak abdominal. Rerata bobot potong adalah 1586,60-1632,30 gram/ekor, persentase karkas 58,30-59,39 %, persentase potongan karkas untuk bagian dada adalah 0,285-0,304 %, bagian punggung adalah 0,227-0,236 %, bagian paha adalah 0,347-0,352 %, bagian sayap adalah 0,123-0,127 %, dan persentase lemak abdominal adalah 0,010-0,013 %.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa penggunaan bakteri pantoea agglomerans dalam ransum sampai level 105 CFU/ml belum dapat meningkatkan kualitas karkas dan lemak abdominal ayam broiler.


(11)

11

THE EFFECT OF FITASE PRODUCER BACTERIA

UTILIZATION (Pantoea agglomerans) IN RATION ON THE BROILER‘S CARCASS QUALITY

DWI HARYADI H 0503004

SUMMARY

Broiler chicken was one of poultry livestock that can be relyed as meat producting. One important factor in its maintenance was its welt. The main composition of broiler chicken welt was 80% made from seeds. The nutrient contained in seed was difficult to be digested in chiken’s digestive system because it bonded by phytate compound. One method used to reduce the phytate contained in ration was done by using Pantoea agglomerans bacteria as the phytase enzyme producer. It was hoped that by the existence of this enzyme, the nutrient contained in welt can be absorbed by the tisue, thus good growth can be obtained and better broiler’s carcass can be obtained as well.

Objective of this research was to know the effect of phytase producer, Pantoea agglomerans bacteria, in welt due to broiler’s carcass and to know the Pantoea agglomerans bacteria utilization as the most optimal Phytase producer due to broiler’s carcass quality.

This research was conducted for 6 weeks, from September 7th 2006 to October 18th 2006 in Poultry’s Cage of Livestock Production Division in Jatikuwung of Gondangrejo Sub district of Karanganyar Regency. Subject of this research was 75 male Hubbard strain broiler chicken DOC. The research design used was one way Complete Random Design (CRD) with three treatments (P0, P1, and P2) each treatment was repeated five times and each repetition consisted of five chickens. Treatment to be tested was P0 (welt 100% + without bacteria), P1 (welt 100% + Pantea agglomerans bacteria 102,5), P2 (welt 100% + Pantea agglomerans bacteria 105). Control welt (P0) to be used consisted of yellow corn


(12)

12

mix, soybean meal, fish flour, wheat pollard, coconut oil, limestone and salt. Parameters to be observed were: lump weight, carcass percentage and abdominal fat parentage.

Result of variance analysis showed that Pantoea agglomerans bacteria utilization until 105 CFU level /ml has no significant effect due to lump weight, carcass percentage and abdominal fat parentage. The weight average were 1586.60 – 1632.30 gram/each, the carcass percentage 0.285-0.304%, back meat 0.227-0.236%, thigh meat 0.347-0.352%, wing meat 0.123-0.127% and abdominal fat was 0.010-0.013%.

Conclusion of this research was the Pantoea agglomerans bacteria utilization in welt until 105 CFU/ml level has not increases the carcass and abdominal fat yet for broiler chicken.


(13)

13

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu sumber protein hewani yang paling digemari oleh masyarakat dari sektor peternakan adalah daging dan olahannya. Protein hewani sangat berguna untuk perkembangan sel-sel tubuh, meningkatkan daya tahan tubuh, dan meningkatkan kecerdasan otak, dengan demikian peningkatan hasil subsektor peternakan sudah sewajarnya dilakukan untuk mengimbangi peningkatan kebutuhan daging masyarakat Indonesia.

Upaya yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah dengan mengembangkan ternak unggas seperti ayam broiler sebagai salah satu jenis ternak unggas yang dapat diandalkan dalam penyediaan daging. Ayam broiler merupakan ternak yang ekonomis bila dibandingkan dengan ternak lainnya. Ayam broiler mempunyai kelebihan yaitu dalam waktu lima sampai enam minggu sudah dapat dipasarkan (Rasyaf, 2002).

Menurut Anggorodi (1995) sekitar 80% komponen penyusun pakan unggas berasal dari biji-bijian diantaranya bekatul padi dan wheat pollard. Wheat pollard atau dedak gandum merupakan salah satu hasil ikutan dari proses penggilingan gandum menjadi tepung terigu. Kandungan nutrisi dari wheat pollard memiliki nilai yang lebih baik dari bekatul padi misalnya pada kandungan protein lebih tinggi, mengandung vitamin B kompleks yang penting untuk pertumbuhan dan kandungan fosfor yang tinggi (Sumarno, 2003) selain itu wheat pollard relatif tahan disimpan dalam waktu yang lebih lama jika dibandingkan dengan bekatul padi. Bahan pakan tersebut terdapat mineral-mineral penting dalam metabolisme unggas yang terikat oleh senyawa fitat. Senyawa ini mampu mengikat logam-logam seperti: Mg++, Fe ++, Zn++, Mn++, Ca++ ( Pallauf et al., 1998) dan protein enzim yang sangat berguna bagi pertumbuhan hewan. Senyawa ini tidak sukar dicerna dalam saluran pencernaan unggas karena tidak terdapat enzim fitase yang dapat memecah senyawa fitat kompleks dalam bahan pakan.


(14)

14

Fitase merupakan salah satu enzim yang tergolong dalam kelompok Phosphatase yang mampu menghidrolisis senyawa fitat berupa Myo-inositol (1,2,3,4,5,6) Hexsa Phosphatase menjadi Myo-inositol dan Phosphat organik. Pada saluran pencernaan ternak non ruminansia tidak terdapat enzim fitase, hal ini menyebabkan kandungan senyawa fitat dalam biji sukar dicerna karena kuatnya sifat chelating, sehingga fitat terbuang bersama kotoran (feses)

Salah satu alternatif untuk menurunkan kandungan fitat dalam pakan adalah dengan menggunakan bakteri penghasil enzim fitase. Fitase adalah suatu enzim yang diproduksi oleh mikroorganisme, salah satunya yaitu bakteri Pantoea agglomerans (Greiner and Sajidan, 2006) selain itu ada juga jenis bakteri yang dapat menghasilkan enzim Fitase, antara lain Escherichia coli dan Klebsiella pneumoniae (Sajidan, 2004).

Bakteri Pantoea agglomerans mampu menguraikan senyawa organik kompleks dalam suatu bahan pakan menjadi senyawa organik sederhana yang lebih mudah diserap oleh alat-alat pencernaan sehingga diperoleh lebih banyak zat pakan yang dapat digunakan untuk pertumbuhan maupun produksi (Barrow, 1992).

Penggunaan bakteri penghasil fitase dalam ransum diharapkan dapat membebaskan mineral-mineral penting yang terikat pada ikatan fitat dalam bahan pakan yang digunakan ternak untuk metabolisme tubuhnya, dengan demikian apabila metabolisme di dalam tubuh ayam berjalan sempurna, maka proses absorpsi mineral-mineral penting dalam bahan pakan dapat dimanfaatkan bagi tubuh ayam, sehingga diharapkan akan terjadi pertumbuhan yang lebih baik dan akan menghasilkan karkas ayam broiler yang baik pula.

B. Rumusan Masalah

Pakan merupakan salah satu faktor penting bagi pertumbuhan ayam broiler sehingga diperlukan bahan pakan yang memiliki kandungan nutrien baik dan tidak mudah mengalami kerusakan. Pakan utama ayam broiler adalah berupa konsentrat, bahan penyusun konsentrat lebih banyak berasal dari


(15)

biji-15

bijian. Wheat pollard merupakan salah satu bahan pakan yang digunakan untuk menyusun konsentrat.

Bahan pakan asal tanaman termasuk wheat pollard mengandung senyawa P yang terikat dalam bentuk fitat. Wheat pollard mengandung asam fitat yang dapat menurunkan ketersediaan mineral, karena mineral ini membentuk ikatan komplek dengan asam fitat. Asam fitat sulit dicerna di dalam saluran pencernaan ayam broiler, karena ayam broiler kurang mampu menyerap asam fitat. Agar asam fitat tersebut dapat dicerna di dalam saluran pencernaan ayam broiler, maka perlu adanya bantuan dari enzim fitase. Enzim fitase dapat dihasilkan dari bakteri Pantoea agglomerans, dan bakteri tersebut ditumbuhkan di dalam saluran pencernaan dengan media wheat pollard

Adanya enzim fitase, maka asam fitat dapat didegradasi sehingga mineral (Ca, P, Mg, Fe, Zn) dan protein yang terikat oleh senyawa tersebut dapat diserap oleh usus dan dimanfaatkan ternak untuk metabolisme tubuhnya sehingga menghasilkan pertumbuhan yang lebih baik dan berpengaruh terhadap kualitas karkas ayam broiler.

Penelitian ini ingin mengetahui apakah penggunaan bakteri Pantoea agglomerans penghasil fitase pada ransum dapat berpengaruh terhadap kualitas karkas ayam broiler.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui pengaruh pemanfaatan bakteri Pantoea agglomerans penghasil fitase dalam ransum terhadap kualitas karkas ayam broiler. 2. Mengetahui level penggunaan bakteri Pantoea agglomerans penghasil


(16)

16

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Ayam Broiler

Secara genetik ayam broiler mampu mengolah makanan dengan cepat begitu ayam mengkonsumsi pakan. Sifat pertumbuhan yang sangat cepat ini dicerminkan dari tingkah laku makannya yang sangat lahap. Frekuensi ayam broiler labih tinggi dibandingkan dengan ayam petelur, apalagi dimasa akhir pemeliharaan. Pada saat menjelang dipanen dalam ukuran besar yaitu umur 6-7 minggu, ayam broiler dapat mengkonsumsi ransum sebanyak 150-175 gram/ekor/hari. Selain itu ransum ayam broiler sekarang ini tidak lagi sekedar campuran bahan-bahan makanan yang digiling, tetapi sebelumnya bahan itu sudah mengalami perlakuan pemanasan, pemasakan sehingga benar-benar siap untuk dikonsumsi, dicerna, diolah oleh tubuh dan diubah menjadi daging (Amrullah, 2004).

Ayam Broiler merupakan ayam jantan dan betina muda yang berumur di bawah 8 minggu ketika dijual dengan bobot tubuh tertentu, mempunyai pertumbuhan yang cepat serta mempunyai dada yang lebar dengan timbunan daging yang baik dan banyak. Ayam broiler sebagai ayam pedaging karena pertumbuhannya sangat fantastik sejak usia 1 minggu hingga 5 minggu. Pada saat berusia 3 minggu saja tubuhnya sudah gempal dan padat. Ayam broiler yang berusia 6 minggu sudah sama besarnya dengan ayam kampung dewasa (Rasyaf, 1994).

Ayam ras pedaging merupakan ayam ras yang pertumbuhan dagingnya sangat cepat dengan perolehan timbangan bobot badan yang tinggi dalam waktu yang pendek : umur 5-6 minggu bobot badan mencapai 1.3-1.8 Kg. mempunyai kemampuan merubah makanan menjadi daging dengan sangat hemat, artinya jumlah makanan yang sedikit dapat diperoleh penambahan bobot badan yang tinggi (Rasyaf, 1995).

B. Ransum Ayam Broiler

Ransum merupakan kumpulan bahan pakan yang layak dimakan oleh ayam yang telah disusun mengikuti aturan tertentu. Aturan itu meliputi nilai kebutuhan gizi bagi ayam dan nilai kandungan gizi dari bahan makanan yang digunakan. Bahan makanan yang tersedia dan terbanyak dimakan oleh bangsa


(17)

17

unggas berasal dari biji-bijian, limbah pertanian, dan sedikit dari hasil hewani dan perikanan. Strategi yang dianut kini adalah menggunakan bahan makanan yang tidak bersaing dengan kebutuhan manusia. Disamping tidak bersaing dengan kebutuhan manusia, pakan ayam juga harus mudah didapatkan dan harganya relatif murah. Bahan makanan yang biasa digunakan sebagai pembentuk ransum ayam adalah bekatul, dedak, bungkil kelapa, bungkil kacang, bungkil kacang kedelai, tepung ikan, jagung kuning, lemak dan minyak (Rasyaf, 1994).

Fungsi makanan yang diberikan ke ayam pada prinsipnya memenuhi kebutuhan pokok untuk hidup, membentuk sel-sel yang rusak. Selanjutnya makanan itu untuk keperluan berproduksi (Sudaryani dan Santoso, 1997).

Energi dalam ransum berasal dari karbohidrat, lemak dan protein. Energi yang dikonsumsi ayam pedaging digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi untuk aktivitas diubah menjadi panas dan dapat disimpan dalan jaringan tubuh (Anggorodi, 1985).

C. Asam Fitat

Asam fitat merupakan senyawa yang selalu terdapat pada bahan pakan yang berasal dari tanaman dan merupakan senyawa yang tidak dapat didigesti oleh ternak monogastrik. Jika jumlah asam fitat yang dicerna meningkat akan menimbulkan tambahan biaya pada pakan dengan adanya P yang tidak tercerna. Tidak terdigestinya fitat juga mengakibatkan efek negatif pada digesti mineral dan protein (Meanz, 2005).

Fitat merupakan senyawa fosfat komplek yang hingga 80% oleh tanaman disimpan dalam biji-bijian. Senyawa ini mampu mengikat P dan logam-logam seprti Mg++, Fe++, Zn++, Mn++, Ca++ dan protein enzim yang sangat berguna bagi pertumbuhan hewan. Asam fitat adalah suatu senyawa yang umumnya terdapat pada tanaman yang disimpan sebagian besar sebagai garan komplerk dari Mg++, K++, bersama-sama dengan protein dalam biji-bijian (Aziz, 1998).


(18)

18

Fitase dapat diisolasi dan dikarakterisasi dari tanaman seperti gandum, kedelai, jagung, rerumputan, bunga lili, padi-padian, kacang-kacangan dan wortel. Aktivitas spesifikasi fitase dari tanaman ternyata jauh lebih kecil dibanding fitase dari mikroorganisme (Sajidan, 2004).

Fitase merupakan salah satu enzim yang tergolong dalam kelompok phosphatase yang mampu menghidrolisis senyawa fitat yang berupa myo-inositol (1,2,3,4,5,6) hexaphosphatase menjadi myo-myo-inositol dan fosfat organik. Studi tentang fitase sangat pesat pada beberapa tahun terakhir terutama dalam pemanfaatan enzim fitase sebagai campuran pakan ternak guna mereduksi senyawa fitat dalam pakan, sehingga pemanfaatan unsur

fosfor dalam tubuh ternak monogastrik menjadi lebih optimal (Greiner et al., 1997).

Asam fitat dalam biji-bijian pada umumnya terdapat pada sel-sel kotiledon dan apabila fitase bertemu dengan fitat maka fitase akan segera menyerang fitat dan aktivitas firase akan meningkat dengan tajam sejalan dangan peningkatan suhu dan takanan udara, setelah itu grop ester fosfat pada fitat akan terhidrolisis. Hal ini menyebabkan ester fosfat yang lemah pada mio-inositol tidak cukup kuat untuk mengikat kation sehingga kation terdifusi keluar (Killmer, et al., 1994 disitasi oleh Sugiarti, 2005).

E. Bakteri Pantoea agglomerans

Pantoea agglomerans termasuk famili Enterobactericeae dengan ciri berbentuk batang kecil, gram negatif dan mampu tumbuh secara

aerobik (anaerobik fakultatif). Pada umumnya bakteri ini diisolasi dari tanah. Pantoea agglomerans mempunyai pH optimum 4,5 dan mempunyai temperatur optimum 370C (Greiner and Sajidan, 2006).

F. Aktivitas Dalam Saluran Intestinal

Proses pencernaan bahan makanan berlangsung dengan dua cara, yaitun enzimatik dan mikrobia. Pencernaan enzimatik dilaksanakan oleh enzim-enzim yang dihasilkan oleh berbagai kelenjar ke dalam gastro intestinal. Kecernaan enzimatik dilaksanakan oleh berbagai enzim yang dihasilkan oleh bakteri dan protozoa yang terdapat di dalam saluran pencernaaan. Enzim-enzim pencernaan dapat melaksanakan reaksi-reaksi pada suhu tubuh dalam larutan yang sangat cair dan pH netral ( Anggorodi, 1995).


(19)

19

Metabolisme merupakan parameter untuk menunjukkan perubahan-perubahan kimiawi dalam komponen bahan makanan yang terjadi setelah pencernaan dan penyerapan. Berbagai zat nutrisi (protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral) selama proses pencernaan telah diubah ke dalam struktur yang lebih sederhana sehingga dapat diserap oleh tubuh. Akan tetapi zat-zat nutrisi tersebut harus diubah kembali ke dalam bentuk komplek sebelum zat-zat nutrisi tersebut bermanfaat bagi tubuh. Agar jaringan tubuh unggas mampu menggunakan senyawa sederhana yang dibawa aliran darah, maka perlu terjadi reaksi kimiawi lebih lanjut (Anggorodi, 1995).

Salah satu hasil hidrolisis fitase adalah menghasilkan fosfat. Fosfat merupakan unsur yang penting dalam penyusunan ATP (Adenosin Tri Phosphat), ADP (Adenosin Di Phosphat) dan AMP (Adenosin Mono Phosphat). ATP bertugas sebagai pusat medium perantara yang menghubungkan reaksi-reaksi biokimia berpenghasilan energi penyambung dalam proses-proses yang memerlukan energi dalam sel. Hampir semua proses metabolisme, biosintesa, sisten transfer osmotic dan gerak otot membutuhkan ATP unutk kebutuhan energi (Page, 1985).

G. Kualitas Karkas

Pemberian pakan yang memenuhi kebutuhan baik secara kualitas dan kanititas akan memberikan pengaruh terhadap peningkatan berat badan ternak di samping manajemen pemeliharaan yang baik (Warwick and Legates, 1988). Bobot potong ternak ditentukan oleh bobot hidupnya, bobot potong akan berpengaruh terhadap besarnya penimbunan lemak tubh, persentase karkas dan kualitas daging. Kenaikan bobot potong cenderung akan meningkatkan persentase karkas, yang diikuti dengan kenaikan persentase tulang dan daging (Soeparno, 1994).

Karkas merupakan komponen tubuh ayam pedaging yang paling tinggi nilai ekonomisnya. Salah satu penyebabnya adalah karena karkas mempunyai daging yang paling banyak (Abubakar dan Natamijaya, 1999).

Karkas Broiler adalah daging bersama tulang ayam bersama pemotongan, setelah dipisahkan dari kepala sampai batas pangkal leher dan


(20)

20

dari kaki sampai batas lutut serta dari isi rongga perut ayam. Rata-rata bobot karkas ayam broiler berkisar antara 65-75% bobot hidup broiler waktu siap potong (Murtidjo, 1987).

Menurut Harimurti (1990), bahwa persentase lemak abdominal ayam betina relatif lebih tinggi daripada jantan. Hal tersebut dikarenakan sifat pertumbuhan ayam jantan lebih cepat sehingga energi yang ada digunakan untuk pertumbuhan. Bobot lemak abdominal diperoleh dengan menimbang lemak yang terdapat dalam rongga abdominal.

Kualitas pakan sangat berpengaruh terhadap pembentukan lemak abdominal. Meningkatnya kandungan energi pakan akan diikuti oleh meningkatnya lemak abdominal (Hakim, 1997). Menurut Soeparno (1992), bahwa lemak abdominal ayam broiler berkisar antara 2-3% dari bobot hidup.

Kualitas karkas adalah nilai karkas yang dihasilkan oleh ternak terhadap suatu kondisi pemasaran. Faktor yang menentukan nilai karkas meliputi bobot karkas, jumlah daging yang dihasilkan dan kualitas dari karkas yang dihasilkan. Penilaian karkas dapat didasarkan atas bobot karkas dan tingkat perlemakan (Soeparno, 1994).

Menurut Swatland (1984), bagian-bagian karkas unggas adalah sayap, yaitu bagian daging pada tulang radius ulna dan humerus dengan tulang-tulangnya. Dada yaitu daging yang menempel pada tulang sternum dengan tulang-tulangnya. Paha yaitu bagian daging yang melekat pada tulang pelvis ditambah daging dan tulang paha yang dipisahkan pada sendi antara femur dan tibia (patela), serta punggung yaitu bagian yang memanjang dari pangkal leher sampai pada bagian pelvis dengan daging dan tulang yang ada padanya.


(21)

21 HIPOTESIS

Hipotesis penelitian ini adalah pemanfaatan bakteri Pantoea agglomerans penghasil fitase dalam ransum dapat meningkatkan kualitas karkas pada ayam broiler.


(22)

22

II. MATERI DAN METODE

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penilitian ini dilaksanakan selama 6 minggu dari tanggal 7 September sampai 18 Oktober 2006 di kandang Unggas Jurusan Peternakan di Desa Gondang Rejo, Jatikuwung, Kabupaten Karanganyar.

Analisis proksimat dilaksanakan di laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

B. Bahan dan Alat Penelitian

1. Ayam Broiler

Dalam penelitian ini menggunakan DOC ayam broiler strain Hubbard jantan sebanyak 75 ekor.

2. Ransum

Ransum yang digunakan dalam penelitian ini berupa ransum hasil pencampuran sendiri. Bahan pakan untuk menyusun ransum perlakuan terdiri dari jagung kuning, bungkil kedelai, tepung ikan, wheat pollard, minyak kelapa, batu kapur dan garam dapur.

Kebutuhan nutrien ayam broiler dapat dilihat pada Tabel 1, dan susunan ransum perlakuan pada Tabel 2 serta kandungan nutriennya dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 1. Kebutuhan nutrien ayam broiler

Nutrien Starter Finisher

Metabolisme Energi/ME (Kkal/kg) 2) 2800 - 3.200 2.900-3.200 Protein(%) 2) 19,00-22,00 20,00

Kalsium (%) 1) 1,00 0,90

Phospor (%) 1) 0,45 0,35 Sumber : 1. NRC (1994)

2. Wahju (1997)

Tabel 2. Kandungan nutrien dalam bahan penyusun pakan


(23)

23

CP (%) ME (Kkal/kg) Ca (%) Pav (%) Jagung kuning 1) 8.50 3.350,00 0,02 0,08 Bungkil kedelai 2) 44.00 2.230,00 0,29 0,65 Tepung ikan 2) 60.00 2.820,00 5,11 2,88

Wheat pollard

15.00 2.708,00 0,12 0,30 Minyak kelapa 2) 0.00 8.800,00 0,00 0,00 Batu kapur

0.00 0,00 38,00 0,00

Garam dapur 0.00 0,00 0,00 0,00

Sumber : 1) Hartadi,et all (1990) 2) NRC (1994)

Tabel 3. Komposisi dan kandungan nutrien pakan perlakuan Komposisi (%) Bahan Pakan

Starter Finisher

Jagung kuning Bungkil kedelai Tepung ikan Wheat pollard Minyak kelapa Batu kapur Garam dapur 36,50 19,25 9,50 30,00 3,50 1,10 0,15 38,75 18,00 8,25 30,00 3,50 1,35 0,15

Jumlah 100,00 100,00

Jenis Pakan Nutrien

Starter Finisher

CP (%) ME (Kkal/Kg) Ca (%) P (%) 21,78 3.040,33 1,00 1,02 20,67 3.052,58 1,03 0,66 Sumber : Penghitungan Tabel 2

3. Vaksin, Vitamin, dan obat-obatan

Vaksin yang digunakan dalam penelitian ini antara lain vaksin ND B1, ND La Sota, dan Gumboro. Sedangkan vitamin dan obat-obatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain vitachick, vitastress, terappy, dan trimezym.


(24)

24 4. Kandang dan Peralatan

a. Kandang

Kandang yang digunakan adalah kandang dengan sistem liter pada periode starter 0-3 minggu dan baterai yang terbuat dari bilahan bambu dengan ukuran 0,23x0,42x0,34 meter, sebanyak 75 petak pada periode finiser 3-6 minggu. Tiap petak kandang baterai diisi oleh satu ekor ayam broiler.

b. Lampu pijar

Lampu pijar 10 watt digunakan sebagai penerang dan juga sebagai brooder/penghangat.

c. Tempat pakan dan tempat minum

Tempat pakan dan minum terbuat dari plastik yang diletakkan pada masing-masing petak (jumlah 75 pasang).

d. Timbangan

Timbangan yang digunakan adalah timbangan merk five goats berkapasitas 5 kg dengan kepekaan 10 gram untuk menimbang pakan, berat potong, dan berat karkas ayam broiler.

e. Pisau potong

Pisau potong digunakan untuk menyembelih ayam dan memotong bagian-bagian karkas ayam broiler.

f. Thermometer

Termometer yang digunakan adalah termometer ruang untuk mengetahui suhu kandang.

C. Persiapan penelitian

1. Persiapan kandang

Sebelum proses pemeliharaan dilakukan pencucian kandang dan lantai kandang., kemudian dilakukan pengapuran pada dinding dan lantai kandang. Selanjutnya kandang disemprot dengan menggunakan sanimex (dosis 30 ml per 10 liter air). Tempat pakan yang sudah bersih direndam selama 1 jam dengan menggunakan antiseptik (15 ml per 100 ml air), kemudian dikeringkan dan dimasukkan ke dalam kandang untuk ikut


(25)

25

didesinfektan. Tiga hari sebelum ayam tiba, setiap petak kandang disemprot dengan antiseptik.

2. Persiapan ayam

DOC ditimbang dan diidentifikasi kemudian dimasukkan ke dalam petak kandang. Pengelompokkan ayam Broiler sebanyak 75 ekor dibagi dalam 3 perlakuan. Setiap perlakuan diulang lima kali dan setiap ulangan terdapat lima ekor ayam.

3. Penentuan petak kandang

Penentuan petak kandang digunakan untuk menentukan petak kandang perlakuan yang dilakukan secara acak sederhana yaitu dengan undian.

4. Pencampuran bahan pakan

Pencampuran bahan pakan dilakukan dua hari sekali berupa campuran jagung kuning, bungkil kedelai, tepung ikan, wheat pollard, minyak kelapa, batu kapur, garam dapur dengan komposisi seperti pada tabel 3. Bakteri dibuat dalam bentuk inokulan dengan media carier wheat pollard dan diberikan 30 menit sebelum pakan basal.

5. Pembuatan inokulan

Pembuatan inokulan bakteri dengan konsumsi 102,5/gram dan 105/gram wheat pollard

a. 102,5 :

· Mengambil 10 ml PA yang telah ditumbuhkan dalam media Luria Bertany (LB)

· Ditambahkan 10 ml aquades dan 30 gram wheat pollard · Dicampur hingga rata kemudian dikeringkan

b. 105 :

· Mengambil 10 ml PA yang telah ditambahkan dalam media Luria Bertany (LB)

· Ditambahkan 5 ml aquades dan 30 gram wheat pollard · Dicampur hingga rata kemudian dikeringkan


(26)

26

D. Cara penelitian

1. Rancangan percobaan

Penelitian ini merupakan penelitian experimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola searah. Dengan tiga macam perlakuan (P0, P1, P2) setiap perlakuan diulang lima kali dan tiap ulangan berisi lima ekor ayam broiler.

Ransum kontrol (P0) yang digunakan terdiri dari campuran jagung kuning, bungkil kedelai, tepung ikan, wheat pollard, minyak kelapa, limestone, garam dapur. Ransum perlakuan 1 dan 2 merupakan Perlakuan Kontrol (P0) ditambah dengan komposisi mikrobia berbagai sebagai berikut :

P0 : Ransum 100% + tanpa bakteri sebagai kontrol. P1 : Ransum 100% + bakteri Pantoea agglomerans 10 2,5 P2 : Ransum 100% + bakteri Pantoea agglomerans 10 5 2. Pelaksanaan penelitian

Pemberian ransum pada masa starter diberikan ransum kontrol (P0) dan secara bertahap ditambahkan ransum sesuai dengan ransum perlakuan masing – masing sampai umur 21 hari atau 3 minggu dengan kandang liter tiap perlakuaan. Perlakuan dengan 100% ransum perlakuan dimulai setelah konsumsi pakan sudah stabil dan selanjutnya koleksi data dilaksakan pada akhir penelitian yaitu pada saat ayam berumur 42 hari. Pemberian inokulan dilakukan 30 menit sebelum pakan basal diberikan. Pemberian air minum diberikan secara ad libitum. Pakan diberikan pada pagi hari antara pukul 07.00 – 08.00 WIB dan siang hari antara pukul 14.00 – 15.00 WIB. Penimbangan pertambahan bobot badan dilakukan setiap satu minggu sekali.

Pada saat umur 4 hari, ayam diberi vaksin ND B1 melalui tetes mata dan pada umur 14 hari diberi vaksin gumboro melalui air minum untuk mencegah panyakit gumboro yang sebelumnya ayam dipuasakan, sedangkan pada saat berumur 18 hari diberi vaksin ND Lasota melalui air minum untuk mencegah penyakit ND (Newcastle Disease) yang


(27)

27

sebelumnya ayam juga dipuasakan. Setelah berumur 6 minggu dilakukan pemotongan dan karkasing dengan sampel sebanyak 2 ekor tiap ulangan. Jadi total sampel adalah 30 ekor. Sampel yang akan digunakan untuk analisis kualitas karkas diambil dari daging dada, paha, sayap dan punggung.

3. Peubah penelitian

Peubah penelitian yang diamati adalah : a. Bobot Potong

Bobot potong diperoleh dengan menimbang ayam hidup diakhir penelitian setelah dipuasakan selama 12 jam. Bobot potong dinyatakan dalam satuan gram/ekor (Soeparno, 1994).

b. Persentase karkas

Persentase karkas diperoleh dengan membagi bobot karkas dengan bobot potong kemudian dikalikan dengan 100%.

(Soeparno, 1994)

c. Persentase bagian-bagian karkas

Persentase bagian-bagian karkas diperoleh dengan cara membagi bobot bagian-bagian karkas (dada, paha dan punggung) dengan bobot karkas kemudian dikalikan 100% (Soeparno, 1994).

Bobot bagian-bagian karkas diperoleh dengan cara menimbang bagian-bagian karkas ayam meliputi dua buah paha, dada dan punggung (Swatland, 1984)

d. Persentase Lemak Abdominal

Presentase lamak abdominal diperoleh dari perbandingan antara bobot lemak abdominal dengan bobot potong kemudian dikalikan 100%. Lemak abdominal yaitu lapisan lemak di dalam rongga abdomen. Bobot lemak abdominal dinyatakan dengan gram per ekor (Abubakar et al., 1999).


(28)

28

E. Cara Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis variansi berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola searah untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diukur. Apabila diperoleh hasil yang berbeda nyata, maka dilanjutkan dengan uji DMRT untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan (Hanafiah, 2000).


(29)

29

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A.

Bobot Potong

Rerata bobot potong ayam broiler dari hasil penelitian, pada masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4. Rerata Bobot Potong Ayam Broiler Umur 42 hari (gram/ekor)

Rerata bobot potong ayam broiler jantan yang diperoleh selama penelitian P0,P1,dan P2 berturt-turut yaitu 1603,80 gram,1632,30 gram dan 1586,60 gram.

Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa pemberian bakteri Pantoea agglomerans sampai level 105 CFU / ml dalam ransum berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap bobot potong ayam broiler. Greiner et. al., (1997) bahwa bakeri Pantoea agglomerans merupakan bakteri penghasil fitase. Fitase merupakan salah satu enzim yang mampu menghidrolisis asam fitat di dalam saluran pencernaan, dengan demikian mineral-mineral penting yang terikat kuat bersama asam fitat dapat terurai. Salah satunya adalah fosfor (P) organik yang diubah dari P anorganik dalam ransum. P organik merupakan bagian dari ATP (Adenosin Trifosfat) yang berperan pentig di dalam proses-proses bioenergi dan metabolisme tubuh.

Hasil analisis yang diperoleh ternyata pemberian Pantoea agglomerans sampai level 105 dalam ransum tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap proses pencernaan. Pelezar dan Chan (1986) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi akivitas enzim adalah pH dan suhu. Dengan adanya variasi pH pada saluran pencernaan diduga bakteri Pantoea agglomerans belum dapat menghidrolisis asam fitat secara optimum, enzim fitase yang diharapkan bisa membantu proses pencernaan ternyata tidak

Ulangan

Perlakuan

1 2 3 4 5 Total Rerata

P0 1633,5 1625,5 1625 1562,5 1572,5 8019 1603,80 P1 1584,5 1602,5 1769 1633,5 1572 8161,5 1632,30 P2 1590,5 1606,5 1619,5 1471,5 1645 7933 1586,60


(30)

30

bekerja sempurna, dengan demikian proses absorpsi nutrien pada dinding usus sama antara ayam broiler yang diberi ransum kontrol dengan ransum perlakuan, sehingga belum mampu meningkatkan ketersediaan asam amino yang diperlukan unuk sintesis protein daging yang mengakibatkan pertumbuhan ayam broiler sama pada tiap-tiap perlakuan. Pertumbuhan yang sama memeberikan akibat yang sama pula terhadap pertambahan bobot badan. Bobot potong yang tidak berbeda nyata diduga karena konsumsi ransum pada semua perlakuan juga menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (lampiran 1), disamping itu kandungan nutrien yang diberikan pada setiap perlakuan juga sama, dimungkinkan nutrien tersebut di dalam tubuh digunakan untuk mencukupi kebutuhan pokok hidup dan untuk pertumbuhan organ dan jaringan tubuh. Scott et. al., (1982) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang erat antara pertumbuhan dengan konsumsi ransum.

B.

Persentase Karkas

Rerata persentase karkas ayam broiler dari hasil penelitian, pada masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 5

Tabel 5. Rerata Persentase Karkas Ayam Broiler (%) Ulangan

Perlakuan

1 2 3 4 5 Total Rerata

P0 55,174 59,657 58,44 60,254 61,992 295,517 59,10 P1 57,188 57,334 58,701 58,744 59,55 291,517 58,30 P2 59,541 63,169 54,174 59,059 61,001 296,944 59,39 Rerata persentase karkas ayam broiler jantan yang diperoleh selama penelitian P0,P1,dan P2 berturt-turut yaitu 59,10 %,58,30 % dan 59,39 %.

Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa persentase karkas ayam broiler jantan antara yang diberi ransum kontrol dengan ransum perlakuan tidak berbeda nyata (P> 0,05). Hal ini disebabkan rata-rata bobot badan akhir tidak berbeda nyata antar perlakuan. Mugiyono et. al., (1991) menyatakan bahwa bobot karkas berhubungan erat dengan pertumbuhan dan bobot badan akhir.


(31)

31

Rerata persentase karkas ayam broiler menunjukkan hasil tidak adanya pengaruh yang nyata dengan pemberian bakteri Panotea agglomerans dalam ransum. Kondisi ini disebabkan pertambahan bobot badan dan bobot akhir yang dihasilkan sama,maka bobot potong yang dihasilkan juga sama. Keadaan ini mengakibatkan bobot karkas yang dihasilkan sama. Hal ini sesuai dengan pendapat Parakkasi (1986) bahwa pencapaian bobot karkas sangat berkaitan dengan bobot potong dan pertambahan bobot badan, semakin besar bobot potong dan pertambahan bobot badan, maka bobot karkas akan meningkat. Abubakar dan Natamijaya (1999) menambahkan bahwa persentase karkas merupakan perbandingan antara bobot karkas dengan bobot potong, sehingga nilainya dipengaruhi langsung oleh bobot karkas dan bobot potongnya.

C.

Persentase Bagian-bagian Karkas

1. Persentase Dada

Rerata persentase dada ayam broiler dari hasil penelitian, pada masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 6

Tabel 6. Rerata Persentase Dada Ayam Broiler (%) Ulangan

Perlakuan

1 2 3 4 5 Total rerata

P0 0,286 0,286 0,318 0,298 0,284 1,472 0,294 P1 0,304 0,297 0,303 0,289 0,325 1,518 0,304 P2 0,266 0,296 0,274 0,279 0,309 1,424 0,285 Rerata persentase dada ayam broiler jantan yang diperoleh selama penelitian P0,P1,dan P2 berturt-turut yaitu 0,294 %, 0,304 % dan 0,285 %.

Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa persentase dada ayam broiler jantan antara yang diberi ransum kontrol dengan ransum perlakuan tidak berbeda nyata (P> 0,05). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua perlakuan memberikan pengaruh relatif sama terhadeap rata-rata persentase bagian dada. Hal ini dikarenakan bobot dada dan bobot karkas ayam broiler juga menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata, sehingga persentase bagian dada ayam broiler menunjukkan hasil yang sama.


(32)

32

Menurut Widhiarti (1987) bahwa bobot bagian-bagian tubuh secara langsung ditentukan oleh bobot karkasnya.

Hasil yang tidak berbeda nyata (P> 0,05) pada persentase bagian dada juga dapat disebabkan oleh faktor ransum. Dalam penelitian ini, ayam mengkonsumsi ransum dengan nutrien yang sama, diduga enzim fitase yang dihasilkan oleh bekeri Pantoea agglomerans dalam ransum perlakuan kurang bisa membantu proses pencernaan nutrien secara enzimatis, sehingga penyerapan nutrien antar perlakuan juga tidak berbeda. Hal inilah yang mungkin juga menyebabkan persentase bagian dada ayam broiler tidak berbeda nyata. Menurut Moran (1995) bahwa bagian dada dari karkas ayam broiler sangat dipengaruhi oleh faktor ransum.

2. Persentase Punggung

Rerata persentase punggung ayam broiler dari hasil penelitian, pada masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 7

Tabel 7. Rerata Persentase Punggung Ayam Broiler (%) Ulangan

Perlakuan

1 2 3 4 5 Total Rerata

P0 0,238 0,22 0,217 0,231 0,261 1,167 0,233 P1 0,215 0,244 0,239 0,238 0,199 1,135 0,227 P2 0,236 0,243 0,23 0,237 0,236 1,182 0,236

Rerata persentase punggung ayam broiler jantan yang diperoleh selama penelitian P0,P1,dan P2 berturt-turut yaitu 0,233 %, 0,227 % dan 0,236 %.

Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa persentase punggung ayam broiler jantan antara yang diberi ransum kontrol dengan ransum perlakuan tidak berbeda nyata (P> 0,05). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua perlakuan memberikan pengaruh relatif sama terhadeap rata-rata persentase bagian punggung. Hal ini dikarenakan bobot punggung dan bobot karkas ayam broiler juga menunjukkan hasil tidak berbeda nyata, sehingga persentase bagian punggung ayam broiler menunjukkan


(33)

33

hasil yang sama. Menurut Widhiarti (1987) bahwa bobot bagian-bagian tubuh secara langsung ditentukan oleh bobot karkasnya.

3. PersentasePaha

Rerata persentase paha ayam broiler dari hasil penelitian, pada masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 8

Tabel 8. Rerata Persentase Paha Ayam Broiler (%) Ulangan

Perlakuan

1 2 3 4 5 Total Rerata

P0 0,351 0,376 0,344 0,341 0,333 1,745 0,349 P1 0,361 0,332 0,338 0,35 0,353 1,734 0,347 P2 0,357 0,333 0,364 0,359 0,345 1,758 0,352

Rerata persentase paha ayam broiler jantan yang diperoleh selama penelitian P0,P1,dan P2 berturt-turut yaitu 0,349 %, 0,347 % dan 0,352 %. Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa persentase paha ayam broiler jantan antara yang diberi ransum kontrol dengan ransum perlakuan tidak berbeda nyata (P> 0,05). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua perlakuan memberikan pengaruh relatif sama terhadeap rata-rata persentase bagian paha. Hal ini dikarenakan bobot paha dan bobot karkas ayam broiler juga menunjukkan hasil tidak berbeda nyata, sehingga persentase bagian paha ayam broiler menunjukkan hasil yang sama. Menurut Widhiarti (1987) bahwa bobot bagian-bagian tubuh secara langsung ditentukan oleh bobot karkasnya.

Hasil yang tidak berbeda nyata (P> 0,05) pada persentase bagian paha juga dapat disebabkan oleh faktor ransum. Dalam penelitian ini, ayam mengkonsumsi ransum dengan jumlah dan nutrien yang sama, diduga enzim fitase yang dihasilkan menyerap nurien yang relatif sama pula, sehingga enzim fitase tersebut belum mampu memberikan pengaruh yang nyata terhadap ketersediaan asam amaino yang diperlukan untuk


(34)

34

sintesis protein daging paha. Energi dan asam amino yang ada lebih aktif digunakan untuk berjalan atau sebagai tenaga gerak. Hal inilah yang mungkin juga menyebabkan persentase bagian paha ayam broiler tidak berbeda nyata. Menurut Moran (1995) bahwa bagian paha dari karkas ayam broiler sangat dipengaruhi oleh faktor ransum.

4. Persentase Sayap

Rerata persentase sayap ayam broiler dari hasil penelitian, pada masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 9

Tabel 9. Rerata Persentase Sayap Ayam Broiler (%) Ulangan

Perlakuan

1 2 3 4 5 Total Rerata

P0 0,125 0,118 0,121 0,130 0,122 0,616 0,123 P1 0,120 0,126 0,121 0,123 0,123 0,613 0,123 P2 0,140 0,128 0,131 0,125 0,110 0,634 0,127 Rerata persentase sayap ayam broiler jantan yang diperoleh selama penelitian P0,P1,dan P2 berturt-turut yaitu 0,349 %, 0,347 % dan 0,352 %.

Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa persentase sayap ayam broiler jantan antara yang diberi ransum kontrol dengan ransum perlakuan tidak berbeda nyata (P> 0,05). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua perlakuan memberikan pengaruh relatif sama terhadeap rata-rata persentase bagian sayap. Hal ini dikarenakan bobot sayap dan bobot karkas ayam broiler juga menunjukkan hasil tidak berbeda nyata, sehingga persentase bagian sayap ayam broiler menunjukkan hasil yang sama. Menurut Widhiarti (1987) bahwa bobot bagian-bagian tubuh secara langsung ditentukan oleh bobot karkasnya.

Hasil yang tidak berbeda nyata (P> 0,05) pada persentase bagian sayap juga dapat disebabkan oleh faktor ransum. Penggunaan bakteri Pantoea agglomerans sampai level 105 memiliki kandungan nutrien yang setara, sehingga ayam broiler menyerap nutrien yang relatif sama pula. Keadaan ini menyebabkan pertumbuhannya sama sehingga menghasilkan


(35)

35

bobot badan akhir dan bobot potongnya sama. Bobot potong yang sama menyebabkan potongan sayap yang sama, sehingga persentase sayap terhadap karkas sama antar perlakuan. Hal inilah yang menyebabkan persentase sayap tidak berbeda nyata antar perlakuan

D.

Persentase Lemak Abdominal

Rerata persenase lemak abdominal ayam broiler dari hasil penelitian, pada masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 10

Tabel 10. Rerata Persentase Lemak Abdominal Ayam Broiler (%) Ulangan

Perlakuan

1 2 3 4 5

Total Rerata P0 0,011 0,009 0,008 0,013 0,009 0,050 0,010 P1 0,010 0,009 0,012 0,016 0,017 0,064 0,013 P2 0,011 0,014 0,011 0,014 0,015 0,065 0,013

Rerata persentase karkas ayam broiler jantan yang diperoleh selama penelitian P0,P1,dan P2 berturt-turut yaitu 0,010 %, 0,013 % dan 0,013 %.

Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa persentase lemak abdominal ayam broiler jantan antara yang diberi ransum kontrol dengan ransum perlakuan tidak berbeda nyata (P> 0,05). Tetapi pada perlakuan yang diberi bakteri Pantoea agglomerans 105 mempunyai persentase lemak abdominal yang tertinggi, yaitu sebesar 0,013 %, kemudian semakin rendah sesuai dengan jumlah level pemberian bakteri. Hal ini diduga disebabkan adanya pembebasan energi pada ikatan fitat pakan yang mempengaruhi jumlah energi pakan yang terdigesti dan pembentukan lemak tubuh ayam broiler. Menurut Rezaei et. al., (2004) melaporkan bahwa pemberian enzim fitase dalam pakan akan meningkatkan lemak abdominal ayam broiler.


(36)

36

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pemberian bakteri Pantoea agglomerns penghasil fitase dalam ransum sampai level 105 CFU/ ml belum dapat meningkatkatkan kualitas karkas (Bobot Potong, Persentase Karkas, Persentase Potongan Karkas dan Persentase Lemak Abdominal) ayam broiler.

B. Saran

Penggunaan bakteri Pantoea agglomerans dalam ransum dilakukan dengan mencampurkan terlebih dahulu pada semua ransum yang akan diberikan.


(37)

37

DAFTAR PUSTAKA

Abubakar dan A. G. Natamijaya. 1999. Persentase Karkas dan Bagian-bagiannya Dua Galur Ayam Broiler Dengan Penambahan Tepung Kunyit Dalam Ransum. Broiler Peternakan. Edisi Tambahan Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Amrullah, I.K., 2004. Nutrisi Ayam Broiler. Seri Beternak Mandiri. Bogor.

Anggorodi, R., 1985. Kemajuan Mutakhir Dalam Ilmu Makanan Ternak Unggas. Universitas Indonesia. Jakarta.

Anggorodi, R., 1995. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gramedia. Jakarta..

Aziz, A., 1988. Performan dan Perulangan Ayam Broiler yang Mendapat Triple Superphosphate dan Dicalcium Phospahate Sebagai Sumber Fosfor Anorganik di Dalam Ransum. Tesis. Pasca Sarjana Peternakan niversitas Gajah Mada. Yogyakara.

Barrow, PA., 1992. Probiotics For Chiken. In R. Fuller 1st Ed. Probiotics The Scientific Basis. Chapman and Hall. London hlm 225-250.

Greiner, R. and Sajidan. 2006. Production of D-myo-inositol (1,2,4,5,6) pentakisphosphate using alginate-entrapped recombinant Pantonea agglomerans glucose I-phosphatse. J. of Biotechnology (Submit, 2006). Greiner, R., E. Haller, U. Konietzny, and K.D. Jany. 1997. Purification and

characterization of a phytase from Klebsiella terrigena. Arch. Biochem. Biophys. 341:201-206.

Hanafiah, K. A., 2000. Rancangan Percobaan : Teori dan Aplikasi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Hakim, L., 1997. Respon Lima Genotipe Broiler (Ayam Pedaging) Pada Kualitas Pakan Berbeda. Jurnal Penelitian (9) 2:103-108. Fakultas Peternakan. Universitas Brawijaya. Malang.

Harimurti, S., 1990. Pengaruh Level Pemberian Energi dan Protein Pakan Terhadap Persentase Berat Karkas dan Bagian-bagiannya Pada Ayam Potong. Agritech (10) 1:4-15. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Hartadi, H.S. Reksodiprojo dan A. D.Tilman.1990. Tabel Komposisi Pakan Untuk Indonesia. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta Meanz, D. D., 2005. Enzymatic Characteristic of Phytases as They Relate to Their

Use in Animal Feeds. In E-Book: Enzyme in Animal Nutition. M. R. Bedford dan G.G Partridge, Eds. CABI Pub., United Kingdom.


(38)

38

Moran, E. T., 1995. Body Compotition. In: Poultry Production. P. Hunon, Eds. Elsivier Science BV. Amsterdam.

Mugiyono, S., Riswaniyah dan Sri Mulyowati. 1991. Meningkatnya Produktivitas Ayam Broiler dengan Pemberian Berbegai Bentuk Pakan dan Pemotongan Paruh. Proceding Vol I Bidang Peternakan. Badan Penerbit niversitas Diponegoro. Semarang.

Murtidjo, B.A., 1987. Pedoman Meramu Pakan Unggas. Kanisius. Yogyakarta. National Researc Council. 1994. Nutrien Requirement of Poultry. 9th eds. National

academic of science. Washington DC.

Page, D. S., 1985. Principles of Biological Chemistry. Alih Bahasa: R. Soendoro. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Pallauf. J, M. Pietsch, and G. Rimbach. 1998. Dietary Phytase Reduce Magnesium Biovaliilibility in Growing Rats. Nutr.Res.18:1029-1037. Parakkasi, A., 1986. Monogastrik. Universitas Indonesia. Jakarta

Pelezar dan Chan. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi I.Terjemahan: Hadioyoetomo, Ratna Sri., Teja Imas., s. Sutarmi jitrosomo dan Sri Lestari Angka. Universitas Indonesia Pres. Jakara.

Rasyaf. 1995. Pengelolaan Usaha Ayam Broiler Pedaging. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

______. 2002. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta.

Rezaei, M., H. N. Moghaddam, J. P. Reza and H. Kermanshahi. 2004. The Effect of Dietary Protein and Lysine Levels on Broiler,s Performance, Carcass Characteristics and N Exretion. Poult Sci 3(2) : 148-152

Sajidan. 2004. Aplikasi Enzim Fitase untuk Campuran Pakan Ternak Unggas. Dalam: Seminar Nasional sosialisasi dan Promosi Hasil Penelitian. UNS. Surakarta.

Scott, M. L., M. C. Nesheim and R. J. Young, 1982. Nutrition of The Chicken 2nd ed. M. L Scott and Associates Ithaca. New York.

Soeparno, 1992. Pilihan Produksi Daging Sapi dan Teknologi Prosesing Daging Unggas. Fakultas Peternakan. Program Pascasarjana. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

_______. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Gajah Mada University Press. Yogyakarta

Sudaryani, T., H. Santoso. 1997. Pembibitan Ayam Ras. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sugiyarti, 2005. Pengaruh Pemberian Enzim Fitase Terhadap Kandungan Fosfor Darah, Tulang, dan Ekskreta Ayam Broiler. Skripsi. Fakultas Peternakan. Universias Gajah Mada. Yogyakarta.


(39)

39

Sumarno, A., 2003. Penampilan Produksi Ayam Petelur yang Mendapat Pakan Pollard deang Level Berbeda dan Penambahan Asam Amino Kritis. Skipsi. Fakultas Peternakan Gadjah Mada. Yogyakarta.

Swatland, H. J., 1984. Structure and Development of Meat Animal. Prenticed Hall Inc. Englewood. Cliffs. New Jersey.

Wahju, J ., 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Gajah Mada University press. Yogyakarta. Warwich, E. J. and J. E. Legates. 1988. Breeding and Improvement of Farm

Animals. Tata Mc Graw. Hill Publishing Company Ltd. New York. Widhiarti, 1987. Pengaruh Level Energi dan Level Protein Pakan terhadap

Performan, Karkas ddan Lemak Abdominal pada beberapa Tingkat Umur Ayam Broiler. Karya Ilmiah. Fakultas Pasca Sarjana UGM. Yogyakarta


(40)

40

Lampiran 1. Rerata Konsumsi Ransum (gram/ekor)

Analisis Variansi

Faktor Koreksi (FK) = (2610,5+2596+2570,5+…..+2606,5)2/15 = 99307508,02

JK Total = (2610,52+259622+2570,52+…..+2606,52) - FK = 68713,733

JK Perlakuan = (128162+129822+12797,52)/5 - FK = 4129,233

JK Galat = JK Total – JK Perlakuan = 64584,50

Analisis variansi pengaruh perlakuan terhadap konsumsi ransum

F Tabel

Sb.Var. db JK KT F Hit

5% 1%

Perlakuan 2,00 4129,233 2064,617 0,38 ns) 3,88 6,93 Galat 12,00 64584,50 5382,042

Jumlah 14,00 68713,73

Ket : ns) non significant (berbeda tidak nyata) Ulangan Perlakuan

1 2 3 4 5 Total Rata-rata

P0 2610,5 2596,0 2570,5 2629,0 2410,0 12816 2563,200 P1 2568,0 2547,5 2661,0 2612,0 2593,5 12982 2596,400 P2 2594,0 2621,5 2552,0 2423.5 2606,5 12797,5 2559,500


(41)

41

Lampiran 2. Rerata Bobot Potong Ayam Broiler (gram/ekor)

Ket : ns) non significant (berbeda tidak nyata)

Ulangan

Perlakuan

1 2 3 4 5

Total Rerata P0 1633,5 1625,5 1625 1562,5 1572,5 8019 1603,8 P1 1584,5 1602,5 1769 1633,5 1572 8161,5 1632,3 P2 1590,5 1606,5 1619,5 1471,5 1645 7933 1586,6

Analisis variansi

Faktor Koreksi (FK) = (1633,5+1625,5+1625+…..+1646)2/15 = 38764058.82

JK Total = (1633,52+1625,52+16252+…..+16462) - FK = 53464,93

JK Perlakuan = (80192+8161.52+76862)/5 - FK = 5327,633333

JK Galat = JK Total – JK Perlakuan = 48137,300

Analisis Variansi pengaruh perlakuan terhadap bobot potong ayam broiler F Tabel

Sb. Var. db JK KT F Hit

5% 1%

Perlakuan 2,00 5327,633 2663,817 0,66 ns) 3,88 6,93 Galat 12,00 48137,300 4011,442


(42)

42

Lampiran 3. Rerata Persentase Karkas Ayam Broiler (%)

Analisis variansi pengaruh perlakuan terhadap persentase karkas ayam broiler

Ket: ns) non significant (berbeda tidak nyata)

Ulangan

Perlakuan

1 2 3 4 5

Total Rerata P0 55,174 69,657 58,44 60,254 61,992 295,517 59,10 P1 57,188 57,334 58,701 58,744 59,55 291,517 58,30 P2 59,541 63,169 54,174 59,l059 61,001 296,944 59,39

Analisis variansi

Faktor Koreksi (FK) = (55,174+69,657+58,44+…..+61,001)2/15 = 52743,20

JK Total = (55,1742+69,6572+58,442+…..+61,0012) - FK = 59,12

JK Perlakuan = (295,5172+291,5172+296,9442)/5 - FK = 12,1946

JK Galat = JK Total – JK Perlakuan = 46,928

F Tabel

Sb. Var. Db JK KT F Hit

5% 1%

Perlakuan 2,00 12,194 6,097 1,59 ns) 3,88 6,93 Galat 12,00 46,928 3,911


(43)

43

Lampiran 4. Rerata Persentase Dada Ayam Broiler (%) Ulangan

Perlakuan

1 2 3 4 5

Total Rerata P0 0,286 0,286 0,318 0,298 0,284 1,472 0,294 P1 0,304 0,297 0,303 0,289 0,325 1,518 0,304 P2 0,266 0,296 0,274 0,279 0,309 1,424 0,285

Analisis Variansi

Faktor Koreksi (FK) = (0,286+0,286+0,318+…..+0,309)2/15

= 1,30

JK Total = (0,2862+0,2862+0,3182+…..+0,3092) – FK

= 0,00363

JK Perlakuan = (1,4722+1,5182+1,4242)/5 - FK

= 0,000884

JK Galat = JK Total – JK Perlakuan

= 0,003

Analisis variansi pengaruh perlakuan terhadap persentase dada ayam broiler F Tabel

Sb. Var. Db JK KT F Hit

5% 1%

Perlakuan 2,00 0,000088 0,000044 0,18 ns) 3,88 6,93 Galat 12,00 0,003000 0,000250

Jumlah 14,00 0,003


(44)

44

Lampiran 5. Rerata Persentase Punggung Ayam Broiler (%)

Ulangan Total Rerata

Perlakuan

1 2 3 4 5

P0 0,238 0,22 0,217 0,231 0,261 1,167 0,233 P1 0,215 0,244 0,239 0,238 0,199 1,135 0,227 P2 0,236 0,243 0,23 0,237 0,236 1,182 0,236

Analisis Variansi

Faktor Koreksi (FK) = (0,238+0,22+0,217+…..+0,236)2/15

= 0,81

JK Total = (0,2382+0,222+0,2172+…..+0,2362) - FK

= 0,00303

JK Perlakuan = (1,1672+1,1352+1,1822)/5 - FK

= 0,000231

JK Galat = JK Total – JK Perlakan

= 0,003

Analisis variansi pengaruh perlakuan terhadap persentase punggung ayam

broiler

F Tabel

Sb. Var. db JK KT F Hit

5% 1% Perlakuan 2,00 0,000231 0,000115 0,46 ns) 3,88 6,93 Galat 12,00 0,003000 0,000250

Jumlah 14,00 0,003


(45)

45

Lampiran 6. Rerata Persentase Paha Ayam Broiler (%)

Ulangan Total Rerata

Perlakuan

1 2 3 4 5

P0 0,35 0,376 0,344 0,341 0,333 1,745 0,349 P1 0,36 0,332 0,338 0,350 0,353 1,734 0,347 P2 0,36 0,333 0,364 0,359 0,345 1,758 0,352

Analisis Variansi

Faktor Koreksi (FK) = (0,351+0,376+0,344+…..+0,345)2/15

= 1,83

JK Total = (0,3512+0,3762+0,3442+…..+0,3452) - FK

= 0,00231

JK Perlakuan = (1,7452+1,7342+1,7582)/5 - FK

= 0,00005773

JK Galat = JK Total – JK Perlakuan

= 0,002

Analisis Variansi pengaruh perlakuan terhadap persentase paha ayam broiler F Tabel

Sb. Var. db JK KT F Hit

5% 1%

Perlakuan 2,00 0,0000577 0,000029 0,17 ns) 3,88 6,93 Galat 12,00 0,002000 0,000167

Jumlah 14,00 0,0020577


(46)

46

Lampiran 7. Rerata Persentase Sayap Ayam Broiler (%) Ulangan

Perlakuan

1 2 3 4 5

Total

Rerata P0 0,125 0,118 0,121 0,130 0,122 0,616 0,123 P1 0,120 0,126 0,121 0,123 0,123 0,613 0,123 P2 0,140 0,128 0,131 0,125 0,110 0,634 0,127

Analisis Variansi

Faktor Koreksi (FK) = (0,125+0,118+0,121+…..+0,110)2/15

= 0,23

JK Total = (0,1252+0,1182+0,1212+…..+0,1102) - FK

= 0,00063

JK Perlakuan = (0,6162+0,6132+0,6342)/5 - FK

= 0,0000516

JK Galat = JK Total – JK Perlakuan

= 0,000583

Analisis Variansi pengaruh perlakuan terhadap persentase sayap ayam broiler F Tabel

Sb. Var. db JK KT F Hit

5% 1%

Perlakuan 2,00 0,0000516 0,000026 0,53 ns) 3,88 6,93 Galat 12,00 0,000583 0,000049

Jumlah 14,00 0,0006346


(47)

47

Lampiran 8. Rerata Persentase Lemak Abdominal Ayam Broiler(%)

Ulangan Perlakuan

1 2 3 4 5

Total Rerata P0 0,011 0,009 0,008 0,013 0,009 0,050 0,010 P1 0,010 0,009 0,012 0,016 0,017 0,064 0,013 P2 0,011 0,014 0,011 0,014 0,015 0,065 0,013

Analisis Variansi

Faktor Koreksi (FK) = (0,011+0,009+0,008+…..+0,015)2/15

= 0,0021

JK Total = (0,0112+0,0092+0,0082+…..+0,0152) - FK

= 0,0001

JK Perlakuan = (0,0502+0,0642+0,0652)/5 - FK

= 0,0000281

JK Galat = JK Total – JK Perlakuan

= 0,0000808

Analisis variansi pengaruh perlakuan terhadap persentase lemak abdominal F Tabel

Sb. Var. Db JK KT F Hit

5% 1%

Perlakuan 2,00 0,0000281 0,000014 2,09 ns) 3,88 6,99 Galat 12,00 0,0000808 0,000007

Jumlah 14,00 0,0001089


(48)

48

Lampiran 9. Temperatur kandang harian selama penelitian.

NO HARI/TGL SUHU PAGI SUHU SIANG SUHU SORE

1 Kamis, 07 Sept. 2006 23 31 29

2 Jum’at, 08 Sept. 2006 22 31 29

3 Sabtu, 09 Sept. 2006 24 33 30

4 Minggu, 10 Sept. 2006 22 31 28

5 Senin, 11 Sept. 2006 24 33 29

6 Selasa , 12 Sept. 2006 24 33 29

7 Rabu, 13 Sept. 2006 23 33 28

8 Kamis, 14 Sept. 2006 25 31 28

9 Jum’at, 15 Sept. 2006 22 33 30

10 Sabtu, 16 Sept. 2006 24 33 29

11 Minggu, 17 Sept. 2006 24 32 29

12 Senin, 18 Sept. 2006 23 33 28

13 Selasa, 19 Sept. 2006 22 33 28

14 Rabu, 20 Sept. 2006 22 31 29

15 Kamis, 21 Sept. 2006 24 33 30

16 Jum’at, 22 Sept. 2006 24 33 27

17 Sabtu, 23 Sept. 2006 22 33 29

18 Minggu, 24 Sept. 2006 21 32 28

19 Senin, 25 Sept. 2006 24 33 29

20 Selasa, 26 Sept. 2006 22 33 30

21 Rabu, 27 Sept. 2006 23 33 29

22 Kamis, 28 Sept. 2006 22 32 28

23 Jum’at, 29 Sept. 2006 22 33 29

24 Sabtu, 30 Sept. 2006 24 31 28

25 Minggu, 01 okt. 2006 25 33 28

26 Senin, 02 okt. 2006 24 33 29

27 Selasa , 03 okt. 2006 24 33 30

28 Rabu, 04 okt. 2006 22 33 28

29 Kamis, 05 okt. 2006 23 30 28

30 Jum’at, 06 okt. 2006 22 33 29

31 Sabtu, 07 okt. 2006 24 32 31

32 Minggu, 08 okt. 2006 24 33 29

33 Senin, 09 okt. 2006 24 32 30

34 Selasa , 10 okt. 2006 23 33 28

35 Rabu, 11 okt. 2006 24 33 29

36 Kamis, 12 okt. 2006 22 33 29

37 Jum’at, 13 okt. 2006 24 33 29

38 Sabtu, 14 okt. 2006 23 33 30

39 Minggu, 15 okt. 2006 22 31 29

40 Senin, 16 okt. 2006 23 33 29

41 Selasa , 17 okt. 2006 22 33 28


(49)

49 ฀

 ฀ ฀ ฀


(50)

(1)

45

Lampiran 6. Rerata Persentase Paha Ayam Broiler (%)

Ulangan Total Rerata

Perlakuan

1 2 3 4 5

P0 0,35 0,376 0,344 0,341 0,333 1,745 0,349 P1 0,36 0,332 0,338 0,350 0,353 1,734 0,347 P2 0,36 0,333 0,364 0,359 0,345 1,758 0,352

Analisis Variansi

Faktor Koreksi (FK) = (0,351+0,376+0,344+…..+0,345)2/15

= 1,83

JK Total = (0,3512+0,3762+0,3442+…..+0,3452) - FK

= 0,00231

JK Perlakuan = (1,7452+1,7342+1,7582)/5 - FK

= 0,00005773

JK Galat = JK Total – JK Perlakuan

= 0,002

Analisis Variansi pengaruh perlakuan terhadap persentase paha ayam broiler F Tabel

Sb. Var. db JK KT F Hit

5% 1%

Perlakuan 2,00 0,0000577 0,000029 0,17 ns) 3,88 6,93 Galat 12,00 0,002000 0,000167

Jumlah 14,00 0,0020577


(2)

46

Lampiran 7. Rerata Persentase Sayap Ayam Broiler (%) Ulangan

Perlakuan

1 2 3 4 5

Total

Rerata P0 0,125 0,118 0,121 0,130 0,122 0,616 0,123 P1 0,120 0,126 0,121 0,123 0,123 0,613 0,123 P2 0,140 0,128 0,131 0,125 0,110 0,634 0,127

Analisis Variansi

Faktor Koreksi (FK) = (0,125+0,118+0,121+…..+0,110)2/15

= 0,23

JK Total = (0,1252+0,1182+0,1212+…..+0,1102) - FK

= 0,00063

JK Perlakuan = (0,6162+0,6132+0,6342)/5 - FK

= 0,0000516

JK Galat = JK Total – JK Perlakuan

= 0,000583

Analisis Variansi pengaruh perlakuan terhadap persentase sayap ayam broiler F Tabel

Sb. Var. db JK KT F Hit

5% 1%

Perlakuan 2,00 0,0000516 0,000026 0,53 ns) 3,88 6,93 Galat 12,00 0,000583 0,000049

Jumlah 14,00 0,0006346


(3)

47

Lampiran 8. Rerata Persentase Lemak Abdominal Ayam Broiler(%) Ulangan

Perlakuan

1 2 3 4 5

Total Rerata P0 0,011 0,009 0,008 0,013 0,009 0,050 0,010 P1 0,010 0,009 0,012 0,016 0,017 0,064 0,013 P2 0,011 0,014 0,011 0,014 0,015 0,065 0,013 Analisis Variansi

Faktor Koreksi (FK) = (0,011+0,009+0,008+…..+0,015)2/15

= 0,0021

JK Total = (0,0112+0,0092+0,0082+…..+0,0152) - FK

= 0,0001

JK Perlakuan = (0,0502+0,0642+0,0652)/5 - FK

= 0,0000281

JK Galat = JK Total – JK Perlakuan

= 0,0000808

Analisis variansi pengaruh perlakuan terhadap persentase lemak abdominal F Tabel

Sb. Var. Db JK KT F Hit

5% 1%

Perlakuan 2,00 0,0000281 0,000014 2,09 ns) 3,88 6,99 Galat 12,00 0,0000808 0,000007

Jumlah 14,00 0,0001089


(4)

48

Lampiran 9. Temperatur kandang harian selama penelitian.

NO HARI/TGL SUHU PAGI SUHU SIANG SUHU SORE

1 Kamis, 07 Sept. 2006 23 31 29

2 Jum’at, 08 Sept. 2006 22 31 29

3 Sabtu, 09 Sept. 2006 24 33 30

4 Minggu, 10 Sept. 2006 22 31 28

5 Senin, 11 Sept. 2006 24 33 29

6 Selasa , 12 Sept. 2006 24 33 29

7 Rabu, 13 Sept. 2006 23 33 28

8 Kamis, 14 Sept. 2006 25 31 28

9 Jum’at, 15 Sept. 2006 22 33 30

10 Sabtu, 16 Sept. 2006 24 33 29

11 Minggu, 17 Sept. 2006 24 32 29

12 Senin, 18 Sept. 2006 23 33 28

13 Selasa, 19 Sept. 2006 22 33 28

14 Rabu, 20 Sept. 2006 22 31 29

15 Kamis, 21 Sept. 2006 24 33 30

16 Jum’at, 22 Sept. 2006 24 33 27

17 Sabtu, 23 Sept. 2006 22 33 29

18 Minggu, 24 Sept. 2006 21 32 28

19 Senin, 25 Sept. 2006 24 33 29

20 Selasa, 26 Sept. 2006 22 33 30

21 Rabu, 27 Sept. 2006 23 33 29

22 Kamis, 28 Sept. 2006 22 32 28

23 Jum’at, 29 Sept. 2006 22 33 29

24 Sabtu, 30 Sept. 2006 24 31 28

25 Minggu, 01 okt. 2006 25 33 28

26 Senin, 02 okt. 2006 24 33 29

27 Selasa , 03 okt. 2006 24 33 30

28 Rabu, 04 okt. 2006 22 33 28

29 Kamis, 05 okt. 2006 23 30 28

30 Jum’at, 06 okt. 2006 22 33 29

31 Sabtu, 07 okt. 2006 24 32 31

32 Minggu, 08 okt. 2006 24 33 29

33 Senin, 09 okt. 2006 24 32 30

34 Selasa , 10 okt. 2006 23 33 28

35 Rabu, 11 okt. 2006 24 33 29

36 Kamis, 12 okt. 2006 22 33 29

37 Jum’at, 13 okt. 2006 24 33 29

38 Sabtu, 14 okt. 2006 23 33 30

39 Minggu, 15 okt. 2006 22 31 29

40 Senin, 16 okt. 2006 23 33 29

41 Selasa , 17 okt. 2006 22 33 28


(5)

49 ฀

 ฀ ฀ ฀


(6)