Pada masa pertunangan, calon mempelai begitu pula calon kerabat masing-masing diharapkan agar dapat saling mengenal dan mempererat hubungan
kekerabatan serta menetapkan hari baik untuk melangsungkan acara pernikahan. Dan dalam ini pihak laki-laki menyerahkan sepenuhnya kepada pihak keluarga
perempuan untuk mencari hari baik untuk pernikahan mereka.
d. Membalas Lamaran
Sebagai kelanjutan dari proses melamar, sekarang pihak perempuan berkunjung ke rumah pihak laki-laki untuk mengembalikan gunem, yaitu hari baik
yang telah disepakati bersama oleh pihak keluarga perempuan yang telah dicocokkan dengan hitungan dukun adat setempat.
e. Siraman
Pada saat menjelang hari perkawinan di tempat pihak perempuan diadakan ritual siraman, memandikan calon pengantin putri dengan air bunga
setaman yang terdiri dari bunga mawar, melati, dan bunga kenanga. Maksud dari ritual siraman ini yaitu untuk menyucikan calon pengantin wanita tersebut.
f. Selamatan
Acara ini setelah ritual siraman, yaitu acara doa bersama yang dipimpin
oleh dukun adat dengan mengundang tetangga terdekat dan para kerabat. Acara selamatan ini adalah untuk kirim doa kepada para leluhur disertai dengan sesaji-
sesaji yang dipersembahkan untuk para leluhur tersebut, Yaitu untuk memohon
9
Universitas Sumatera Utara
doa restu agar perkawinan bahagia, langgeng dan supaya senantiasa diberi keselamatan.
g. Midodareni
Setelah siraman, pada malam harinya diadakan acara midodareni, yaitu suatu acara dimana calon pengantin wanita pamit dengan teman-teman sebayanya
dan dalam waktu yang bersama calon pengantin pria melakukan ritual tirakatan dirumahnya.
h. Pengukuhan Perkawinan Akad Nikah
Dalam proses ini mempelai laki-laki dan perempuan akan disahkan perkawinannya dan dihadiri oleh dukun, dua orang saksi, seorang dari orang tua
mempelai wanita sebagai wali dan seorang sebagai pencatat nikah. Dalam tradisi masyarakat Tengger, khususnya dalam acara pengukuhan perkawinan tidak ada
aturan adat yang bersifat simbolis dan sakral, sebagaimana upacara lainya seperti siraman, mododareni dan sebagainya.
3.2 Prosesi Pelaksanaan Perkawinan
Sistem perkawinan yang ada di Tengger dianggap sah apabila sudah
disahkan oleh agama dan petugas yang berwenang, tetapi dianggap lebih sahnya apabila sudah melaksanakan upacara perkawinan adat wologoro. Adapun syarat-
syarat sahnya perkawinan adat Tengger yang harus dipenuhi antara lain:
10
Universitas Sumatera Utara
1. Suatu perkawinan sah, apabila sesuai denngan adat Tengger yang tidak
jauh berbeda dengan hukum Hindu.
2. Untuk pengesahan perkawinan dilakukan oleh pendeta.
3. Berdasarkan tradisi yang berlaku di daerah Tengger, suatu
perkawinan sah apabila sudah melaksanakan upacara perkawinan wologoro.
Setelah upcara penerimaan mempelai pria oleh wanita selesai, selanjutnya adalah pelaksanaan upacara inti yakni “upacara perkawinan
wologoro”. Adapun tata urutan perkawinan wologoro, meliputi upacara mengundang besan, upacara nurunen, upacara bebanten, upacara dedulitan, dan
upacara penyembahan leluhur.
a. Upacara Mengundang Besan