digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Adapun ciri-ciri dari linguistik diakronik adalah sebagai berikut:
27
1. Linguistik diakronik menelaah bahasa tanpa ada batasan waktu. 2. Bersifat vertikal, karena melakukan perbandingan bahasa dari masa ke
masa. 3. Bersifat historis dan komparatif.
4. Perkembangan dan perubahan struktural bahasa dapat diketahui secara jelas.
Sedangkan analisis singkronik secara h}arfiyah berasal dari bahasa Yunani dari akar kata syn yaitu bersama dan kronos adalah waktu,
artinya mempelajari suatu bahasa dengan suatu bahasa pada suatu kurun waktu.
28
Jadi analisis sinkronik adalalah analisis terhadap sistem kata statis yang merupakan satu permukaan dari perjalanan sejarah suatu
bahasa sebagai konsep yang diorganisasikan dalam sebuah jaringan yang rumit. Dengan analisis ini diperoleh struktur-struktur makna-makna
tertentu yang pada gilirannya, bersama analisis diakronik, akan membawa pada suatu weltanschauung pandangan dunia dari obyek kajian- dalam
hal ini pandangan dunia al-Qur’an.
29
27
http:annahchuchubidamdam.blogspot.com201210apa-itu-linguistik-sinkronik- dan.html.
28
J.W.M Verhaar, Pengantar Lingguistik ,... 7.
29
Chafid Wahyudi, Pandangan Dunia al-Qur’an Tentang Taubah; Aplikasi Pendekatan Semantik Terhadap al-Qur’an Skripsi: Yogyakarta: Program Strata Satu Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijogo, 2002, 28.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Ciri-ciri linguistik sinkronik secara garis besar ada tiga, yaitu sebagai berikut:
30
1. Dari segi waktu, linguistik sinkronik menelaah bahasa pada waktu tertentu, dikhususkan dan terbatas.
2. Bersifat deskriptif, adanya penggambaran bahasa apa adanya pada masa tertentu.
3. Bersifat horisontal dan mendatar, karena tidak ada perbandingan bahasa dari masa ke masa.
3. Teknik Penerapan Semantik
Untuk menerapkan teknik analisis semantik diakronik dan sinkronik, diperlukan beberapa cakupan momentum linguistik yang dapat
diuraikan sebagai berikut: 1. Makna Dasar grundbedeutung
Makna dasar adalah kandungan kontekstual dari kosa kata yang akan tetap melekat pada kata tersebut meskipun kata tersebut
dipisahkan dari konteks pembicaraan kalimat. Dalam kasus al-Qur’an, misalnya kata kitab di dalam al-Qur’an maupun di luar al-Qur’an
artinya sama. Kata kitab sepanjang dirasakan secara aktual oleh masyarakat penuturnya menjadi satu kata, mempertahankan makna
fundamentalnya yaitu kitab dimanapun ia ditemukan. Kandungan unsur semantik ini tetap ada pada kata tersebut dimanapun ia
30
http:annahchuchubidamdam.blogspot.com201210apa-itu-linguistik-sinkronik- dan.html.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
diletakkan dan bagaimanapun ia digunakan.
31
Jadi makna dasar adalah sesuatu yang melekat pada kata itu sendiri, yang selalu terbawa
dimanapun kata tersebut diletakkan. 2. Makna Relasional relational bedeutung
Sedangkan makna relasional adalah sesuatu yang konotatif yang diberikan dan ditambahkan pada makna yang sudah ada dengan
meletakkan kata itu pada posisi khusus dalam bidang khusus, berada pada relasi yang berbeda dengan semua kata-kata penting lainnya
dalam sistem tersebut.
32
Contoh pada kata kitab dalam makna dasar, ketika kata tersebut dihubungkan dengan kata ahl menjadi ahl al-
kitab maka kata kitab telah bermakna kitab milik orang Kristen dan Yahudi.
3. Struktur Batin Struktur batin secara general mengungkap fakta pada dataran
yang lebih abstrak dan riil, sehingga fakta tersebut menimbulkan kekaburan dalam dataran manapun, dan semua ciri struktural dapat
diungkap dengan jelas ke permukaan. Sedangkan analisis batin yang terdapat dalam al-Qur’an secara definitif adalah mengungkap
kecendrungan kosa kata dalam al-Qur’an dalam ayat tertentu dengan konteks yang menyertainya.
33
4. Medan Semantik
31
M. Nur Kholis Setiawan, Akar-akar Pemikiran Progresif dalam Kajian al-Qur’an Yogyakarta: ELSAQ, 2008, 88.
32
Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia,... 12.
33
Chafid Wahyudi, Pandangan Dunia Taubah; Aplikasi Pendekatan Semantik Terhadap al-Qur’an, 30.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Dalam bahasa ada banyak kosa kata yang memiliki sinonim, terlebih dalam bahasa Arab. Aspek budaya terkadang juga masuk ke
dalam aspek kebahasaan, meski kosa kata itu sama, namun penggunaannya berbeda. “Bidang semantik” memahami jaringan
konseptual yang terbentuk oleh kata-kata yang berhubungan erat, sebab tidak mungkin kosa kata akan berdiri sendiri tanpa ada kaitan
dengan kosa kata lain.
34
4. Urgensi Semantik dalam Penafsiran Al-Qur’an
Semantik sebagai salah satu pendekatan untuk mengungkap gagasan yang ada di dalam al-Qur’an melahirkan banyak paradigma yang
merupakan cara pandang dan kerangka berpikir seseorang dalam membaca, membedah dan menganalisis objek yang dikaji dalam al-
Qur’an. Pengkaji al-Qur’an yang menggunakan pendekatan semantik
dalam analisis penafsiran al-Qur’an beralasan bahwa selain hanya untuk kepentingan analisis juga untuk memahami variasi dan konteks makna
kata dari kata-kata kunci keyterms dalam al-Qur’an. Jadi cara yang terbaik dalam meneliti al-Qur’an adalah mencoba menguraikan kategori
semantik.
35
34
Moh. Yardho, Ahsan Taqwim Dalam Wordview al-Qur’an; Sebuah Pendekatan Semantik Terhadap al-Qur’an, 15.
35
Yayan Rahtikawati dan Dadan Rusmana, Metodologi Tafsir Al-Qur’an: Strukturalisme, Semantik, Semiotik dan Hermeneutik, Bandung: Pustaka Setia, 2013, 252-253.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Untuk mengurai terma-terma kunci dalam al-Qur’an yang berbahasa Arab, semantik memberikan sejumlah prosedur dalam mengurai
keragaman subtansif makna bahasa Arab tersebut. Oleh karena itu, analisis semantik bertujuan untuk menyelaraskan makna al-Qur’an sesuai dengan
konteks pragmatiknya dan dinamika historikalitasnya serta penyelarasan makna dalam konteks dialektika universalitas makna dan lokalitas
pemahaman dan penafsiran al-Qur’an.
36
Sehingga nantinya dari pendekatan semantik akan didapatkan gagasan al-Qur’an yang totalitas sesuai dengan pandangan dunia al-Qur’an
itu sendiri. Karena al-Qur’an yang diturunkan bagi kepentingan manusia mempunyai fungsi penting sebagai hidayah, mengharuskan pemahaman
yang tepat atas ajaran-ajaran yang di kandungnya, sesuai maksud yang dikehendaki Allah SWT.
B. Teori Munasabah
1. Definisi Munasabah
Secara etimologi, munasabah berarti musyabahah kedekatan dan muqarabah penyerupaan. Berasal dari kata nasab yang berarti
kerabat dekat yang garis keturunannya masih bersambung. Ketika dua hal dikatakan bermunasabah, maka berarti mengisyaratkan keduanya satu
dalam kedekatan, keserupaan dan keterkaitan. Dengan kata lain, adanya
36
Yayan Rahtikawati dan Dadan Rusmana, Metodologi Tafsir Al-Qur’an,... 253.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
suatu bagian dari keduanya yang menjadikannya dekat, serupa dan terkait.
37
Dilihat dari segi terminologi, munasabah dapat diartikan sebagai keserupaan atau kedekatan makna antara satu ayat dengan lainnya
dalam satu surat, kumpulan ayat dalam satu surat dengan lainnya dalam surat yang lain, antara satu kalimat dengan kalimat lain dalam satu ayat,
atau dapat juga antara satu surat dengan surat yang lain.
38
Nasr Hamid Abu Zayd memahami munasabah antar ayat dan surat adalah bahwa teks merupakan kesatuan struktual yang bagiannya
saling berkaitan. Mengaitkan antar ayat dan surat itu adalah tugas seorang mufassir, karenanya mufassir mempunyai peranan penting dalam
menangkap cakrawala teks. Jadi mufassir mengungkapkan dialektika bagian-bagian teks melalui dialektika mufassir selaku pembaca dengan
teks.
39
Adapun ulama al-Qur’an menggunakan kata munasabah untuk dua makna. Pertama, hubungan kedekatan antara ayat atau kumpulan ayat-
ayat al-Qur’an. Hal ini mencakup banyak ragam, diantaranya adalah hubungan kata demi kata dalam satu ayat, hubungan ayat dengan ayat
sesudahnya, hubungan kandungan ayat dengan fashilah atau penutupnya, dan lain sebagainya. Kedua, hubungan makna satu ayat dengan ayat yang
37
Ahmad Rasyid, Munasabah dalam Al-Qur’an Konstruksi Pemahaman Makna Korelatif, Skripsi: Surabaya: Program Strata Satu Universitas Islam Negeri Sunan
Ampel, 2006, 14.
38
Manna al-Qattan, Mabahith fi Ulum al-Qur’an, Beirut: Mu’assasah al-Risalah, 1993, 97.
39
Nasr Hamid Abu Zayd, Mafhum al-Nas} Dirasah fi ‘Ulum al-Qur’an, Kairo: Dar al-Ih}ya al-Kutub al-‘Arabiyah, 1992, 161.