PENDIDIKAN ANAK DALAM SURAT LUQMAN AYAT 12-19 PERSPEKTIF TAFSIR AL-MISBAH KARYA M. QURAISH SHIHAB. - Test Repository
PENDIDIKAN ANAK DALAM SURAT LUQMAN AYAT 12-19 PERSPEKTIF TAFSIR AL-MISBAH KARYA M. QURAISH SHIHAB SKRIPSI
Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)
Oleh :
Nur Azizah NIM :111-13-298
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
MOTTO
ِﺮْﺴُﻌْﻟا َﻊَﻣ ﱠنِا ًﺮْﺴُﻳ ا
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”
(QS. Al-Insyiroh: 6)
PERSEMBAHAN
Atas rahmat dan ridho Allah SWT. Penulis mempersembahkan skripsi sederhana ini untuk:
1. Kedua orangtuaku tercinta, Bapak Ahyat dan Ibu Daryani yang selalu memberikan kasih sayang, dukungan, dan kelancaran urusanku. Kedua saudara perempuanku (Istiqomah dan Sukri Hidayati) serta seluruh keluarga besarku yang selalu memberikan dukungan sehingga saya dapat sampai pada titik ini.
2. Sahabat-sahabatku (Erba Adli Damara, Anjar Widiyanti, Inna Udhkhiawati, dan Titisari HK.) di mana pun berada yang tak jenuh mendengarkan keluh kesahku.
3. Adityo Hernawan, yang selalu meluangkan waktu dan tenaganya untuk membantu dan menemani penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Saudara seperjuangan angakatan 2013 terkhusus Kelas PAI, teman- teman PPL (Auliya, Nurul, Tia, Wasil, Endang, Umi, Irma, Laili, Huda, dan Anwar) dan teman-teman KKN (Seli, Umi, Murtafi’ah, Ratna, Syaechu, Adit, Wahid dan Ma’ani) yang memberi pengalaman baru dalam belajar sehingga penulis lebih bersemangat.
5. Keluarga besar SMC IAIN Salatiga yang telah memberikan banyak motivasi dan kenangan indah bagi penulis.
6. Beberapa pihak secara langsung dan tidak langsung yang telah membantu baik moril maupun materiil dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
7. Dan Almamaterku tercinta IAIN Salatiga.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala Puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT.
Atas segala nikmat dan anugerah-Nya. Sehingga penulis diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW. keluarga, sahabat dan para pengikutnya.
Skripsi ini dibuat untuk mematuhi persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M. Pd., Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.
3. Ibu Hj. Siti Rukhayati, M. Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI).
4. Bapak Dr. M. Ghufron, M. Ag., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah dengan ikhlas meluangkan waktunya untuk membimbing penulis untuk menyelesaikan tugas ini.
5. Bapak Dr. Sa’adi, M. ag., selaku pembimbing akademik yang senantiasa membimbing dan memotivasi dari awal masuk perkuliahan hingga akhir perkuliahan.
6. Para dosen pengajar di lingkungan IAIN Salatiga, yang telah membekali pengetahuan sehingga penuliss mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Semoga amal mereka diterima sebagai ibadah oleh Allah SWT serta mendapatkan balasan yang berlipat ganda. Penulis menyadari dan mengakui bahwa penulisan ini jauh dari kesempurnaan, semua itu dikarenakan keterbatasan, kemampuan dan pengetahuan penulis. Sehingga masih banyak kekurangan yang perlu untuk diperbaiki dalam skripsi ini.
Dengan kerendahan hati penulis mohon saran dan kritik yang sifatnya membangundemi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya maupun pembaca pada umumnya dan memberikan sumbangan bagi pengetahuan dalam dalam dunia pendidikan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Salatiga, 23 Maret 2018
Nur Azizah
NIM: 11113298
ABSTRAK
Azizah, Nur. 2018. Pendidikan Anak dalam Surat Luqman Ayat 12-19 Perspektif
Tafsir Al-Misbah Karya M. Quraish Shihab. Skripsi Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. M. Ghufron, M. Ag.
Kata Kunci: Pendidikan Anak, Surat Luqman, Perspektif Tafsir al-Misbah.
Pendidikan usia dini merupakan pendidikan terpenting dalam kehidupan anak-anak, usia ini merupakan usia pertumbuhan yang paling peka. Maka, penelitian ini membahas tentang pendidikan anak dalam surat Luqman ayat 12-13 perspektif tafsir al-Misbah karya M. Quraish Shihab. Peneliti merumuskan masalah agar penelitian tidak jauh melebar, peneliti merumuskan masalah pada; 1) Bagaimana penafsiran M. Quraish Shihab terhadap surat Luqman ayat 12-19 tentang pendidikan anak, dan 2) Bagaimana implementasi pemikiran M. Quraish Shihab terhadap surat Luqman ayat 12-19 tentang pendidikan anak dalam kehidupan sehari-hari?
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian
library research. Sumber data yang digunakan yaitu sumber data primer yang
merupakan sumber data utama yang berkaitan langsung dengan objek riset meliputi QS Luqman ayat 12-19 dan tafsir al-Misbah kemudian sumber sekunder meliputi jurnal, hadits dan buku-buku yang mendukung dan melengkapi data-data primer.
Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat tiga poin pendidikan anak dalam surah Luqman ayat 12-19 menurut Quraish Shihab yaitu: 1) Pendidikan Akidah (tauhid), 2) Pendidikan (Syariah) Ibadah, dan 3) Pendidikan Akhlak. Adapun implementasi pendidikan anak dalam kehidupan sehari-hari yaitu: 1) Pendidikan tauhid (akidah), dengan cara; melantunkan adzan di telinga kanan dan iqomah ditelinga kiri ketika bayi lahir, mendekatkan anak-anak dengan cerita yang mengesakan Allah, mengajak anak untuk merenungkan ciptaan Allah dan segala hikmah di baliknya. 2) Pendidikan syari’ah (ibadah), dengan cara; menjadi tauladan dalam beribadah seperti sholat, bersabar, dan ber-amar ma’ruf nahi munkar, mengenalkan sholat kepada anak, memberi penghargaan untuk perbuatan baik yang dilakukan anak dan sanksi yang mendidik untuk perbuatan buruknya, menanamkan sikap tidak mudah mengeluh dan tidak mudah putus asa kepada anak. 3) Pendidikan akhlak, dengan cara; lemah lembut dalam bertutur kata kepada orang tua, menjauhi ucapan bernada tinggi apalagi berkata kasar, ringan tangan menjalankan perintah orang tua, membiasakan diri untuk ta’awun (tolong menolong).
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
LOGO ............................................................................................................ ii
NOTA PEMBIMBING ................................................................................ iii
PENGESAHAN ............................................................................................ iv
DEKLARASI ................................................................................................ v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................... vi
MOTTO ........................................................................................................ vii
PERSEMBAHAN ......................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................. ix
ABSTRAK .................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ................................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ................................................................... 1 B. Perumusan Masalah ........................................................... 8 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ....................................... 8 D. Kajian Penelitian Terdahulu .............................................. 9 E. Sistematika Penulisan ........................................................ 10 BAB II TINJAUAN TEORETIS A. Pengertian Pendidikan Anak ............................................. 12 B. Dasar dan Tujuan Pendidikan Anak .................................. 15
C. Pedoman Dasar dalam Mendidik Anak ............................. 19
D. Surat Luqman 12-19 .......................................................... 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian ....................... 32 B. Sumber Data ...................................................................... 32 C. Teknik Analisis Data.. ....................................................... 33 BAB IV PEMBAHASAN A. Biografi M. Quraish Shihab............................................... 35 B. Tafsir Al-Misbah................................................................ 40 C. Asbabun Nuzul .................................................................. 43 D. Munasabah ......................................................................... 45 E. Penafsiran M. Quraish Shihab QS Luqman: 12-19............ 48 F. Implementasi Pemikiran M. Quraish Shihab dalam Kehidupan Sehari-hari ............................................................ 59 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................ 66 B. Saran .................................................................................. 68 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum pendidikan merupakan suatu cara untuk mempersiapkan
generasi muda dalam menghadapi tantangan zaman yang semakin canggih dalam teknologi dan informasi, juga dalam menghadapi kehidupan masyarakat menuju masa depan yang maju dan berakhlak mulia. Dalam hal ini, pendidikan memiliki tanggung jawab untuk menghasilkan anak didik yang cerdas, baik dalam intelektual maupun akhlak sebagai bekal kehidupannya.
Pendidikan usia dini adalah pendidikan terpenting karena usia dini merupakan masa unik dalam kehidupan anak-anak. Karena usia ini merupakan usia pertumbuhan yang paling peka. Menurut Hibana S. Rahman, pendidikan anak usia dini memegang peranan yang sangat penting dan menentukan sejarah perkembangan anak selanjutnya, sebab pendidikan anak usia dini merupakan pondasi dasar kepribadian anak. Anak yang mendapatkan pembinaan sejak dini akan dapat meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan fisik dan mental, yang itu akan berdampak pada peningkatan prestasi belajar, etos kerja dan produktifitas.
Pada akhirnya anak akan lebih mampu untuk mandiri dan mengoptimalkan potensi yang dimiliki (Rahman, 2002:6).
Dari pengertian di atas, sangat jelas menunjukkan pentingnya pendidikan anak usia dini dalam rangka mengembangkan kepribadian seorang anak yang akan sangat berguna di masa yang akan datang. Pada usia inilah ditanamkan serangkai ilmu yang akan membentengi dirinya dari pengaruh buruk kehidupan berbangsa dan bernegara.
Kata-kata pendidikan anak tampak merujuk kepada muatan atau isi pendidikan yang harus disampaikan kepada anak. Pendidikan merupakan suatu upaya mewariskan nilai, yang akan menjadi penolong dan penuntun dalam kehidupan, dan sekaligus untuk memperbaiki nasib dan peradaban umat manusia serta untuk mencapai suatu tujuan. Perlakuan itu akan manusiawi apabila mempertimbangkan kapasitas dan potensi-potensi yang ada pada manusia.
Demikian pula tujuan yang hendak dicapai akan manusiawi dengan memanifestasikan aspek-aspek kemanusiaan (Aly dan Suparta, 2003: 111).
Pada dasarnya, setiap anak dilahirkan dengan membawa fitrah serta dibekali dengan berbagai potensi dan kemampuan yang berbeda dari manusia lainnya. Dengan bekal itu kemudian ia belajar menggunakan panca indranya sebagai jendela pengetahuan. Setelah dilahirkan manusia mulai memasuki proses belajar melalui interaksi dengan lingkungannya, baik sosial maupun fisik. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
ﻪﻧﺎﺴﺠﳝو ﻪﻧاﺮﺼﻨﻳو ﻪﻧادﻮﻬﻳ ﻩاﻮﺑﺄﻓ ةﺮﻄﻔﻟا ﻰﻠﻋ ﺪﻟﻮﻳ دﻮﻟﻮﻣ ﻞﻛ
Artinya:
“setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua ibu dan bapaknyalah yang membuatnya membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi”. (al-Bukhari, 2001:92)
Sabda Rasul tersebut memberi isyarat tentang pentingnya lingkungan sosial dan pendidikan. Manusia mulai belajar melalui pendengaran dan penglihatan sebagaimana diungkapkan di atas yakni dengan panca indra, proses pengalaman dan penelitian. Inilah yang diungkapkan al-Qur’an dengan kata al-
sam’
dan al-bashar. Selanjutnya dia mulai belajar nalar, perenungan dan pemahaman. Inilah yang diungkapkan dalam al-fu’ad (Aly dan Suparta, 2003:106- 107).
Anak merupakan generasi penerus bangsa, maka baik buruknya bangsa di masa depan sangat ditentukan oleh anak di masa sekarang. Untuk itulah al- Qur’an telah memberikan petunjuk kepada orang tua agar memperhatikan pendidikan anak terutama sejak masa kecil. Dalam proses pendidikan, sebelum mengenal masyarakat secara luas dan mendapat bimbingan dari sekolah, anak terlebih dahulu memperoleh perawatan dan bimbingan dari kedua orang tuanya (Mansur, 2004:6).
Berbicara masalah pendidikan anak, al-Qur’an juga memiliki perintah untuk menjaga keluarga terutama keturunan. Sebagaimana yang terkandung dalam at-Tahrim (66) ayat 6:
...اًر َ+ ْﻢُﻜْﻴِﻠْﻫَأَو ﻢُﻜَﺴُﻔْـﻧَأ اﻮُﻗ اﻮُﻨَﻣاَء َﻦﻳ ﺬﱠﻟا ﺎَﻬﱡـﻳ ََٰ8
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka….” (Qs. at-Tahrim: 6) (Yayasan
penyelenggara Penterjemah. 2002:1063) Ayat ini mengingatkan pada semua manusia khususnya orang-orang beriman agar mereka tidak meninggalkan anak keturunannya yang lemah jiwa dan raga serta menjaganya dari siksa api neraka. Dalam arti orang tua berperan sebagai pendidik, karena pendidik adalah orang yang memikul pertanggungjawaban untuk mendidik. Oleh karenanya dituntutlah mereka agar bertaqwa kepada Allah SWT, sehingga terjaga kualitas dirinya dan terhindar dari api neraka serta menjadi teladan bagi anak-anaknya. Di samping itu mereka dituntut juga agar mengucapkan kata-kata yang benar kepada anak-anak mereka dalam arti mendidiknya dengan berlandaskan rasa takwa, sehingga anak-anak mereka menjadi keturunan yang kuat sejahtera dan selamat dari api neraka. (Marimba, 1996:37)
Bagi orang tua, mendidik anak merupakan tanggung jawab yang tidak ringan. Orang tua harus menjadi guru sekaligus pembimbing yang penuh kasih sayang bagi anak-anak mereka. mencipakan suasana nyaman dan menyenangkan agar dapat mendorong anak agar selanjutnya menjadi anak yang berhasil sebagaimana yang telah diajarkan dalam al-Qur’an (Rimm, 2003:xv). Setiap orang tua perlu mengajarkan kebaikan, sensitivitas, tanggung jawab, dan akhlak yang baik kepada setiap anaknya, dengan harapan agar mereka menjadi generasi yang sukses dan tidak terjerumus dalam pergaulan yang tidak diinginkan. Jika ingin berhasil mencapai keinginan itu, maka orang tua menerapkan prinsip-prinsip tertentu dan menumbuhkan nilai-nilai serta norma yang baik dalam diri anak.
Anak merupakan peniru yang handal, mereka mudah menyerap informasi yang didapat dari orangtua maupun lingkungan sekitar. Terlebih, teknologi informasi yang ada saat ini berkembang begitu pesat harus diimbangi dengan bekal nilai-nilai dan moral agar anak tidak ikut tergerus dalam arus globalisasi dan terjerumus ke dalam pergaulan yang tidak semestinya.
Banyak fenomena memprihatinkan terjadi dalam masyarakat yang diakibatkan oleh kemerosotan moral seperti yang dikutip dalam tribunnews (http://tribunnews.com/pendidikan/2018/02/03/ini-fakta-fakta-mengejutkan-siswa- sma-yang-bunuh-gurunya-di-sampang/ diakses pada Rabu, 4 April 2018 pukul
08.17 WIB) bahwa seorang siswa SMA di Sampang membunuh gurunya dikarenakan tidak terima atas teguran yang disampaikan. Selain itu terjadi tawuran pelajar di Kabupaten Buton yang bermula dari masalah luar yang dibawa masuk ke dalam sekolah (http://tribunnews.com/regional/2018/03/11/tawuran-pelajar-di- buton-masalah-antar-kampung-merembet-ke-sekolah-karena-hal-sepele/, diakses pada Rabu, 4 April 2018, pukul 09.05 WIB) Dalam sumber lain disebutkan seorang siswi SMP di Blitar mengalami tindak kekerasan oleh teman-temannya dikarenakan masalah asmara.
(http://detik.com/news/jawatimur/1980436/penganiayaan-yang-menimpa-siswi- smp-di-blitar-di-duga-karena-asmara diakses pada Rabu, 4 April 2018, pukul
09.36 WIB) Sedang di Kabupaten Pidie terdapat tiga remaja yang ditangkap polisi saat tengah pesta sabu di dalam sebuah rumah kosong (Agus Setyadi, dikutip dari http://detik.com/news/berita/d-3498526/pesta-sabu-di-rumah-kosong-3-remaja-di- tangkap-saat-sedang-fly diakses pada Rabu, 4 April 2018, pukul 09.45 WIB) Beberapa contoh kenakalan remaja di atas diperparah dengan adanya prilaku seks bebas. Menurut pemaparan Dr. Boy Abidin, SpOG. data kehamilan remaja di Indonesia menunjukkan hamil di luar nikah karena diperkosa sebanyak 3,2%, karena sama-sama mau 12,9%, tidak terduga sebanyak 45%, dan seks bebas sendiri mencapai 22,6%. (http://detik.com/news/berita/787950/226-remaja- penganut-seks-bebas, diakses pada Rabu, 4 April 2018, pukul 10.11 WIB).
Melihat kondisi di atas, anak merupakan suatu obyek yang sangat menarik untuk di teliti. Terlebih anak sebagai generasi penerus masa depan bangsa. Maka, upaya mendidik anak secara baik dan benar agar mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk menuju generasi yang dicintai dan dibanggakan oleh orangtua dan masyarakat adalah tujuan yang sangat mulia.
Berbagai fenomena tersebut para praktisi pendidikan selalu menyempurnakan sistem atau kurikulum pendidikan, tetapi hasil yang didapatkan tidaklah sesuai dengan harapan. Hal ini malah semakin memperparah kondisi moral anak-anak karena mereka hanya memikirkan pendidikan formal. Di sinilah pentingnya pendidikan anak diajarkan sejak dini mulai dari lingkungan terkecil (orangtua), sekolah formal maupun non formal dan diterapkan dalam masyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Oleh karenanya, untuk memenuhi harapan orangtua diperlukan cara mendidik anak dengan baik dan benar, al-Qur’an telah menyebutkan cara-cara mendidik anak dengan baik yang tertuang dalam surat Luqman yang terangkum dalam ayat 12-19.
Sehubungan dengan itu penulis memfokuskan pada tafsir al-Misbah karya M. Quraish Shihab. M. Quraish Shihab memang bukanlah satu-satunya pakar al-Qur’an di Indonesia, akan tetapi kemampuannya dalam menerjemahkan dan menyampaikan pesan-pesan al-Qur’an dalam konteks masa kini dan modern membuatnya lebih dikenal dan unggul. Di samping itu juga bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia sehingga dapat memudahkan para pembaca dalam memahami isi al-Qur’an sebagai pedoman atau petunjuk bagi manusia.
Berangkat dari sinilah penulis mencoba untuk mengkajinya dalam
PENDIDIKAN ANAK DALAM SURAT
sebuah skripsi yang berjudul
LUQMAN AYAT 12-19 PERSPEKTIF TAFSIR AL MISBAH KARYA
QURAISH SHIHAB.B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penafsiran M. Quraish Shihab terhadap Surat Luqman ayat 12-19 tentang pendidikan anak?
2. Bagaimana implementasi pemikiran M. Quraish Shihab terhadap Surat
Luqman ayat 12-19 tentang pendidikan anak dalam kehidupan Sehari-hari?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui penafsiran M. Quraish Shihab terhadap Surat Luqman ayat 12-19 tentang pendidikan anak.
2. Untuk mengetahui implementasi Muhammad Quraish Shihab terhadap Surat Luqman ayat 12-19 tentang pendidikan anak dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai:
1. Secara teoritis dapat dijadikan bahan informasi atau wawasan baru mengenai cara mendidik anak yang sesuai dengan ajaran al-Qur’an.
2. Secara praktis dapat dipergunakan oleh berbagai kalangan terutama orangtua dalam mendidik anaknya menjadi anak yang berkarakter sesuai ajaran al- Qur’an.
D. Kajian Penelitian Terdahulu
Untuk menghidari terjadinya kesamaan terhadap penelitian yang sudah ada sebelumnya maka penulis mengadakan penelusuran terhadap penelitian- penelitian yang telah ada sebelumnya, diantaranya sebagai berikut :
1. Skripsi yang berjudul Nilai-Nilai Pendidikan dalam surat LUqman (Analisis
Surat Luqman ayat 12-19) karya Ari Firmansyah, mahasiswa Fakultas
Tarbiyah UIN Malang tahun 2007. Dalam penelitian ini lebih menitik beratkan tentang pengertian dasar nilai-nilai, pengertian dasar pendidikan, tujuan nilai pendidikan, landasan nilai pendidikan Islam, dan pendidikan Islam, sedangkan analisis surat Luqman hanya menjelaskan gambaran secara umum mengenai kandungan nilai yang terdapat dalam surat tersebut.
2. Skripsi yang berjudul Pendidikan Anak Usia Dini dalam Al-Qur’an (Kajian
Tafsir QS. Luqman ayat 12-15) Karya Azhari, mahasiswa Fakultas Tarbiyah
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2014. Dalam Penelitian ini lebih menitik beratkan pada kajian tafsir yang terkandung dalam QS. Luqman: 12-15, dan konsep pendidikan anak usia dini yang merujuk pada Al-Qur’an dan pendapat para pakar ulama.
3. Skripsi yang berjudul Nilai-Nilai Pendidikan Keluarga dalam Al-Qur’an
Surat Luqman ayat 12-19. Karya Bangkit Putra Dewandaru, mahasiswa
Fakultas Tarbiyah IAIN Salatiga 2017. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dalam surat Luqman ayat 12-19 terdapat nilai pendidikan keluarga, diantaranya pendidikan kepribadian, pendidikan keagamaan, dan pendidikan akhlak.
Demikian ada beberapa penelitian yang membahas tentang surat Luqman dan Pendidikan anak. Namun, penulis mencoba memberikan perbedaan dari pembahasan yang pernah dibahas dalam penelitian di atas. Sisi perbedaannya menggali lebih dalam mengenai kandungan surat Luqman terutama ayat 12-19 dan menyajikan solusi bagaimana mendidik anak menurut M. Quraish Shihab dan pendidikan yang belum dibahas dalam penelitian di atas.
E. Sistematika Penulisan
Agar penulisan skripsi ini lebih mudah dipahami, maka tentunya perlu dibuat sistematika pembahasan sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan Pada bab ini memuat tentang: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, metode penelitian, penegasan istilah, kajian penelitian terdahulu dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan Teoretis Pada bab ini berisi pengertian pendidikan anak, dasar dan tujuan pendidikan anak, pedoman dasar dalam mendidik anak, surat Luqman ayat 12-19.
BAB III :Metodologi Penelitian Pada bab ini berisi tentang jenis penelitian dan pendekatan penelitian, sumber data, dan teknis analisis data. BAB IV : Pembahasan Pada bab ini berisi tentang biografi M. Quraish Shihab, tafsir al- Misbah, asbabun nuzul, munasabah, penafsiran M. Quraish Shihab, implementasi pemikiran M. Quraish Shihab dalam kehidupan sehari- hari.
BAB V : Penutup Pada bab ini berisi kesimpulan dan saran-saran.
BAB II TINJAUAN TEORETIS A. Pengertian Pendidikan Anak Menurut bahasa pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan,
keterampilan, dan kebiasaan. Sedang menurut istilah pendidikan adalah menanamkan tabiat yang baik agar anak-anak mempunyai sifat yang baik dan pribadi yang utama (Zahairini, Ghofir, dan Slamet 1983:27).
Dalam UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pegendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulai, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara(Undang-Undang Republik Indonesia, 2003:1). Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara di dalam bukunya (Ihsan,
1995:5). Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti, pikiran, dan tubuh anak; dalam taman siswa tidak boleh dipisahkan bagian-bagian itu agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup, hidup dan penghidupan anak-anak yang kita didik selaras dengan dunianya.
Sedang pengertian yang dimaksud dalam karya tulis ini adalah upaya dalam meningkatkan pengetahuan tentang pendidikan anak yang berlandaskan al-Qur’an.Anak merupakan generasi penerus bangsa, maka baik buruknya bangsa di masa depan sangat ditentukan oleh anak di masa sekarang. Untuk itulah al-Qur’an telah memberikan petunjuk kepada orang tua agar memperhatikan pendidikan anak terutama sejak masa kecil. Dalam proses pendidikan, sebelum mengenal masyarakat secara luas dan mendapat bimbingan dari sekolah, anak terlebih dahulu memperoleh perawatan dan bimbingan dari kedua orang tuanya (Mansur, 2006: 6).
Pendidikan anak adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukkan kepada anak yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Pendidikan anak juga merupakan bimbingan atau suatu proses yang diberikan oleh orang yang lebih dewasa (orang tua atau guru), demi terbentuknya kedewasaan, baik emosi, mental, cara berpikir, maupun kedewasaan fisik bagi generasi penerus, mulai dari anak keluar dari fase bayi hingga menjelang pubertas.
Sedangkan menurut Zakiah Daradjat pendidikan anak dalam Islam adalah lembaga pendidikan yang melaksanakan pembinaan pendidikan secara Islami dan pengajaran dengan sengaja, teratur dan terencana, guru-guru yang melaksanakan tugas pembinaan, pendidikan dan pengajaran tersebut adalah orang-orang yang telah dibekali dengan pengetahuan tentang anak didik dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas kependidikan (Daradjat, 1995:69).
Menurut perspektif Islam, pendidikan anak adalah proses mendidik, mengasuh, dan melatih jasmani dan rohani mereka yang dilakukan orangtua sebagai tanggung jawabnya terhadap anak dengan berlandaskan nilai baik dan terpuji bersumber dari al-Qur’an dan Sunnah. Bahkan dalam Islam sistem pendidikan keluarga ini dipandang sebagai penentu masa depan anak. Sampai- sampai di ibaratkan bahwa surga dan neraka anak tergantung terhadap orangtuanya. Maksudnya adalah untuk melahirkan anak yang menjadi generasi insan yang rabbani yang beriman, bertaqwa, dan beramal shaleh adalah tanggung jawab orangtua.
Apabila pembinaan agama itu tidak diberikan kepada anak sejak kecil, maka akan sukar baginya untuk menerima apabila ia telah dewasa, karena dalam kepribadiannya yang terbentuk sejak kecil itu tidak terdapat unsur- unsur agama. Jika dalam kepribadian itu tidak ada nilai-nilai agama, akan mudah orang melakukan segala sesuatu menurut dorongan dan keinginan jiwanya tanpa mengindahkan kepentingan dan hak orang lain. Ia selalu didesak oleh keinginan dan kebutuhan yang pada dasarnya tidak mengenal batas-batas, hokum, dan norma (Subqi. 2016:179).
Proses pendidikan anak dalam Islam ini harus disertai dengan keikhlasan, kesabaran dan ketulusan oleh yang melakukannya. Para pendidiknya pun juga memberikan teladan bagaimana seharusnya sosok generasi dambaan umat di masa depan. Ia akan menjadi anak sholeh dengan kepribadian islamnya yang tinggi layaknya teladan umat muslim di seluruh dunia yaitu Nabi Muhammad SAW.
B. Dasar dan Tujuan Pendidikan Anak
1. Dasar pendidikan anak
Dalam pelaksanaan pendidikan anak di Indonesia mempunyai dasar yang dapat ditinjau dari segi aspek berikut: a. Dasar yuridis atau hukum
Dasar dari sisi ini berasal dari peraturan-peraturan perundang- undangan yang secara langsung dapat dijadikan pedoman atau dasar hokum pelkasnaan dan pembinaan anak, yang dapat dilihat pada undang-undang sistem pendidikan nasional No. 20 Tahun 2003 pada
bab II pasal 3 yaitu: Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratif serta bertanggung jawab.
b. Dasar religius atau agama Dasar agama adalah dasar yang bersumber dari ajaran Islam, yaitu al-Qur’an dan al-Hadits. Dalam al-Qur’an menjelaskan bahwa anak adalah sama dengan amanah dari Allah, yaitu harus dipelihara, seperti disebutkan dalam surah al-Tahrim [66]: 6.
ﺎَﻬْـﻴَﻠَﻋ ُةَر ﺎَﺠِْﳊاَو ُسﺎﱠﻨﻟاﺎَﻫُدﻮُﻗ َو اًر َ+ ْﻢُﻜْﻴِﻠْﻫَأَو ﻢُﻜَﺴُﻔْـﻧَأ اﻮُﻗ اﻮُﻨَﻣاَء َﻦﻳ ﺬﱠﻟا ﺎَﻬﱡـﻳ ََٰ8
َٰﻣ ﷲ َنْﻮُﺼْﻌَـﻳ ﱠﻻ ٌداَﺪِﺷ ٌظَﻼِﻏ ُﺔَﻜِﺌ َٰﻠَﻣ َنْوُﺮَﻣ ْﺆُـﻳ ﺎَﻣ َنْﻮُﻠَﻌْﻔَـﻳَو ْﻢُﻫَﺮَﻣَأ ﺎArtinya:
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan . (Kementrian Agama RI, 2012:560).
Menurut tafsir ayat-ayat pendidikan (tafsir al-ayat Al-Tarbawi), Abuddin Nata memberikan penjelasan, bahwa berarti
ْﻢُﻜَﺴُﻔْـﻧَااْﻮُـﻗ
membuat penghalang datangnya siksaan api neraka, dengan cara menjauhkan perbuatan maksiat, memperkuat diri agar tidak mengikuti hawa nafsu, dan senantiasa taat menjalankan perintah Allah SWT. Sedangkan Ada keluarga yang terdiri dari istri, anak, pembantu,
ْﻢُﻜِﻠْﻫَاَو
dan budak, diperintahkan untuk menjaganya dengan cara memberikan bimbingan, nasehat dan pendidikan kepada mereka (Nata, 2002:198).
Ayat ini memberikan anjuran untuk memberikan pendidikan dan pengetahuan mengenai kebaikan terhadap diri dan keluarga.
Hamka menjelaskan bahwa beriman saja tidaklah cukup, iman mestilah dipelihara baik untuk keselamatan diri dan rumah tangga.
Sebab dari rumah tangga itulah dimulai menanamkan iman dan memupuk Islam. Karena dari rumah tangga akan terbentuk umat, dan dalam umat itulah akan tegak masyarakat Islam. Masyarakat Islam adalah suatu masyarakat yang bersamaan pandangan hidup, bersamaan penilaian terhadap alam (Hamka, 1999:7507).
Berkaitan dengan surah al-Tahrim ayat 6 tersebut, Quraish Shihab memberikan makna pada “memelihara keluarga” yang meliputi istri, anak-anak dan seluruh yang ada di bawah tanggung jawab suami, dengan membimbing dan mendidik mereka agar semuanya terhindar dari api neraka (Shihab, 2004: 326). Ahmad Mushtafa Al Maraghi juga memberikan penafsiranya berupa, mengajarkan kepada keluarga akan perbuatan yang dapat menjaga diri melalui nasehat dan pengajaran. Al-ahl (keluarga) disini mencakup istri, anak-anak, budak baik laki atau perempuan (Al-Maraghi, 1989:261-262).
2. Tujuan Pendidikan Anak
Islam sebagai agama kesejatian bagi manusia, menempatkan masalah pendidikan yang bertujuan memelihara dan mengembangkan potensi kesejatian manusia pada tempat pertama dalam ajarannya, sebagaimana yang diisyaratkan dalam ajarannya yang pertama untuk mencerdaskan manusia lewat proses baca tulis yang akan mengembangkan ilmunya untuk mencapai tujuan spiritual, materi, sosial, individu dan tujuan lainnya (al-Qurashi, 2003:31).
Dalam membahas tujuan pendidikan anak, tentu tidak dapat lepas dari tujuan pendidikan Islam yaitu untuk mencapai tujuan hidup muslim. sebagaimana ungkapan Chabib Thoha bahwa tujuan pendidikan secara umum adalah untuk mencapai tujuan hidup muslim, yakni menumbuhkan kesadaran manusia sebagai makhluk Allah SWT. Agar mereka tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang berakhlak mulia dan beribadah kepada-Nya (Thoha, 1996:100).
Pendapat senada juga dikatakan oleh Heri Noer Aly dan Munzier tentang tujuan pendidikan Islam dan mengkatagorikannya menjadi tujuan umum dan tujuan khusus. Secara umum tujuan pendidikan Islam adalah berusaha mendidik individu mukmin agar tunduk, bertakwa dan beribadah dengan baik kepada Allah, sehingga memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat (Aly dan Munzier, 2000:142). Dari tujuan umum tersebut, kemudian mereka membagi menjadi tiga tujuan khusus, yaitu:
a) Mendidik individu yang saleh dengan memperhatikan dimensi perkembangan, meliputi ruhaniah, emosional, sosial, intelektual dan fisik. b) Mendidik anggota kelompok sosial yang saleh, baik dalam keluarga, `amupun masyarakat muslim.
c) Mendidik manusia yang saleh bagi masyarakat (Aly dan Munzier, 2000:143-144).
Sehingga dari tujuan-tujuan tersebut, diharapkan proses pendidikan dapat menciptakan manusia yang bertakwa kepada Allah.
Karena ketakwaan merupakan sumber kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dengan pendidikan Islam, kedamaian hidup di dunia (bermasyarakat dan bernegara) dapat terjalin dengan baik, sehingga membawa kebahagiaan akhirat.
C. Pedoman Dasar dalam Mendidik Anak
Pada prinsipnya pedoman dasar yang harus diberikan kepada anak tidak lain adalah ajaran Islam itu sendiri. Ajaran Islam secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga, yakni akidah atau tauhid, ibadah dan akhlak.
1. Pendidikan akidah (tauhid)
Islam menempatkan pendidikan akidah pada posisi yang paling mendasar terlebih pada kehidupan anak, maka dasar-dasar akidah harus terus menerus ditanamkan pada diri anak agar setiap perkembangannya senantiasa dilandasi oleh akidah yang benar (Halim, 2000:92). Dalam konsep pendidikan anak memposisikan akidah sebagai hal yang sangat mendasar, yakni sebagai rukun Islam dengan non Islam. Pada bidang akidah meskipun anak masih kecil dan belum layak untuk diajak berfikir tentang hakikat Tuhan, malaikat, nabi, kitab suci, hari akhir dan qadha dan qadar, tetapi anak sudah dapat diberi pendidikan tentang akidah.
2. Pendidikan syariah (ibadah)
Pendidikan ibadah merupakan hal yang penting bagi perkembangan anak. Sebagaimana yang termaktub dalam ajaran fikih Islam yang menyatakan bahwa pendidikan ibadah hendaknya diajarkan mulai dari masa kanak-kanak atau masa usia dini. Pendidikan ibadah diajarkan mulai usia dini agar supaya mereka kelak benar-benar dapat menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran Islam dan menjadi insan yang taat melaksanakan segala perintah agama dan taat pula menjauhi segala larangan. Ibadah sebagai realisasi dari akidah Islamiah harus tetap terpancar dan teramalkan dengan baik oleh anak.
Menurut pandangan ajaran agama Islam, setiap manusia yang dilahirkkan dalam keadaan suci, dan faktor penentuan kualitas keagamaan pada anak itu sendiri banyak ditentukan oleh peran serta orangtua. Landasan itu memberikan makna bagi kita bahwa ternyata faktor lingkungan keluarga adalah peringkat pertama yang akan memberi warna dasar bagi nilai-nilai keagamaan anak. Dengan kata lain apabila anak yang masih suci dan bersih serta memiliki potensi ini tidak dikembangkan secara maksimal dalam hal-hal positif maka mereka akan tubuh dalam kondisi yang tidak terkendali. Oleh karena itu, betapa pentingnya orangtua dan guru dalam hal ini mengembangkan potensi anak-anak sejak usia dini dengan cara menanamkan nilai-nilai keagamaan yang harus ditanamkan oleh guru seyogyanya diintegrasikan atau dipadukan dalam kegiatan belajar mengajar dari pembukaan sampai penutup. Apabila nilai-nilai tersebut telah tertanam kuat pada diri anak maka mereka akan tumbuh dan berkembang dengan memiliki kemampuan untuk mencegah dan menangkal serta membentengi mereka dari berbagai pengaruh yang negative. Sebaliknya jika nilai-nilai keagamaan itu tidak ditanamkan secara maksimal maka yang akan muncul adalah perilaku-perilaku kurang baik dan cenderung menyimpang dari aturan agama.
3. Pendidikan akhlak
Kata akhlak berasal dari khalaqa yang artinya kelakuan, tabiat, watak kebiasaan kelaziman, dan peradaban. Al-Ghazali mengemukakan (Nata, 2008:25) bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan beraneka ragam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Memperhatikan rumusan di atas, bahwa akhlak merupakan manifestasi dari gambaran jiwa seseorang yang terwujud dalam sikap, ucapan dan perbuatan. Tentunya akhlak perilaku yang sungguh-sungguh, bukanlah permainan silat lidah, sandiwara. Aktivitas itu dilakukan dengan ikhlas semata-mata menuju ridha-Nya. Disisi lain, akhlak merupakan prilaku yang timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, perasaan, pikiran, bawaan dan kebiasaan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindak akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup. Dari kelakuan itu lahirlah perasaan (moral) yang terdapat dalam diri manusia sebagai fitrah, sehingga ia mampu membedakan antara yang baik dan yang buruk (Darajat, 1995:10).
Penerapan akhlak dapat dipandang dari dua sisi, yaitu secara vertikal dan horizontal.
Adapun akhlak secara vertikal adalah akhlak kepada Allah yaitu suatu tatacara etika melakukan hubungan atau komunikasi dengan Allah sebagai tanda syukur atas rahmat dan karunia-Nya yang beraneka ragam. Sedangkan akhlak secara horizontal yaitu sikap dan etika perbuatan terhadap diri sendiri, terhadap sesama manusia dan terhadap alam sekitarnya. Untuk menumbuhkan generasi penerus yang ber-akhlakul
karimah , maka perlu diberikan dan ditanamkan kepada anak sejak dini tata
cara berakhlak, baik kepada Allah, terhadap diri sendiri dan lingkungan keluarga serta alam sekitar. Untuk itu agar anak terhindar dari akhlak tercela, pembinaan akhlak perlu dilakukan sejak usia dini, melalui latihan, pembiasaan dan contoh suri teladan dari anggota keluarga terutama orang tua, sebab apa yang diterima dan dialami sejak dini akan melekat pada dirinya dan akan membentuk kepribadiannya.
D. Surat Luqman ayat 12-19
1. Teks ayat
ِِّٰF ْﺮُﻜْﺷا ِنَأ َﺔَﻤْﻜِْﳊا َﻦٰﻤْﻘُﻟ ﺎَﻨْـﻴَـﺗاَء ْﺪَﻘَﻟَو ۚ◌ ُﺮُﻜْﺸَﻳ ﺎَﱠﳕِﺎَﻓ ْﺮُﻜْﺸَﻳ ْﻦَﻣَو ِﻪِﺴَﻨِﻟ ۖ◌ ٌﺪْﻴَِﲪ ٌِّﲏَﻏ ََّٰFَا ﱠنِﺎَﻓَﺮَﻔَﻛ ْﻦَﻣَو ﱠَﲎُﺒٰـﻳ ﻪُﻈِﻌَﻳ َﻮُﻫَو ﻪِﻨْﺑِﻻ ُﻦٰﻤْﻘُﻟ َلﺎَﻗ ْذِاَو SِT ْكِﺮْﺸُﺗ َﻻ ۖ◌ ْﻠُﻈَﻟ َكْﺮِﺸﻟا ﱠنِا ٌﻢْﻴِﻈَﻋ ٌﻢ ُﻪْﺘَﻠََﲪ ِﻪْﻳَﺪِﻟاَﻮِﺑ َﻦٰﺴْﻧِْﻻاﺎَﻨْـﻴﱠﺻ َوَو ُﲑِﺼَﻤْﻟا ﱠَﱃِا َﻚْﻳَﺪِﻟٰﻮِﻟَو ِﱃ ْﺮُﻜْﺷَا ِنَا ِْﲔَﻣﺎَﻋ ِﰱ ﻪُﻠٰﺼِﻓَو ٍﻦْﻫَو ﻰٰﻠَﻋ ﺎًﻨْﻫَو ﻪﱡﻣُا َﻤُﻬْﻌِﻄُﺗ َﻼَﻓ ٌﻢْﻠِﻋ ﻪِﺑ َﻚَﻟ َﺲْﻴَﻟ ﺎَﻣ ِﰉ َكِﺮْﺸُﺗ ْنَا ٰﻰَﻠَﻋ َكاَﺪَﻬٰﺟ ْنِاَو ﺎ ۖ◌ ﺎَﺻَو
ﺎًﻓوُﺮْﻌَﻣ ﺎَﻴْـﻧﱡﺪﻟا ِﰱ ﺎَﻤُﻬْـﺒِﺣ ۖ◌ ﱠَﱃِا َبَ+َا ْﻦَﻣ َﻞْﺒِﺒَﺳ ْﻊِﺒﱠﺗاَو ۚ◌ ْﻢُﻜُﻌِﺟ ْﺮَﻣ ﱠَﱃِا ﱠُﰒ َنﻮُﻠَﻤْﻌَـﺗ ْﻢُﺘْـﻨُﻛ ﺎَِﲟ ﻢُﻜُﺌِّﺒَـﻧُﺎَﻓ ٍلَدْﺮَﺧ ْﻦِّﻣ ٍﺔﱠﺒَﺣ َل ﺎَﻘْـﺜِﻣ ُﻚَﺗ نِاﺎَﱠhِا ﱠَﲎُﺒَـﻳ ﻟا ِﰲ ْوَا ٍةَﺮْﺨَﺻ ِﰲ ْﻦُﻜَﺘَـﻓ ﷲ ﺎَِk ِت َْ8 ِضْرَْﻷا ِﰲ ْوَا ِت اَﻮٰﻤﱠﺴ ۚ◌ َﷲ ﱠنِا ٌﲑِﺒَﺧ ٌﻒْﻴِﻄَﻟ ِْﱪْﺻَاَو ِﺮَﻜْﻨُﻣْا ِﻦَﻋ َﻪﻧأو ِفوُﺮْﻌَﻤْﻟ ِT ْﺮُﻣ ْأَو َةٰﻮَﻠﱠﺼﻟا ِﻢِﻗَأ ﱠَﲎُﺒٰـﻳ َﻚَﺑ ﺎَﺻَا ﺎَﻣ ٰﻰَﻠَﻋ ۖ◌ ِﺮُﻣُْﻷا ِمْﺰَﻋ ْﻦِﻣ َﻚِﻟاذ ﱠنِا َكﱠﺪَﺧ ْﺮِّﻌَﺼُﺗ َﻻَو ِسﺎﱠﻨﻠِﻟ
ﺎًﺣَﺮَﻣ ِضْرَْﻷا ِﰱ ِﺶَْﲤ َﻻَو ۖ◌ ٍرﻮُﺨَﻓ ٍل ﺎَﺘُْﳐ ﱠﻞُﻛ ﱡﺐُِﳛ َﻻ َﷲ ﱠنِا ْﺪِﺼْﻗاَو َﻚِﺗ ْﻮَﺻ ْﻦِﻣ ْﺾُﻀْﻏاَو َﻚِﻴْﺸَﻣ ِﰱ ۚ◌ ِْﲑِﻤَْﳊا ُتْﻮًﺼَﻟ ِت اَﻮْﺻَْﻷا َﺮَﻜْﻧَأ ﱠنِا
Artinya:
12. Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, Yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”.
13. Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya:”Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”.
14. Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kepada kedua orang ibu bapakmu, hanya kepada Kulah kembalimu.
15. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberikan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
16. (Luqman berkata); “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit, atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.
17. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)
18. Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.
19. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.
2. Pendidikan anak dalam QS. Luqman menurut M. Quraish Shihab
a. Pendidikan akidah (tauhid)