Metode Penelitian BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY DALAM MENANGANI KETERASINGAN SEORANG LESBI DI SEMOLOWARU SURABAYA.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Peneliti memahami mengenai Bimbingan dan Konseling Islam dengan Rasional Emotive Behavior Therapy REBT untuk mengatasi keterasingan pada seorang lesbian di Semolowaru Surabaya. Klien adalah rekan kerja ketika bekerja di Kendangsari Surabaya. Klien dapat dikatakan seorang lesbi karena dapat dipandang dari beberapa sudut, yaitu: a. Dari segi penampilan seperti laki-laki. b. Dari segi berperilaku lesbi, sering membawa pasangan lesbi ke kostnya, labil, ringan tangan, tertutup, individual Setelah mengetahui hal tersebut maka peneliti membuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, definisi konsep dan membuat rancangan data-data yang diperlukan. 2. Memilih Lapangan Penelitian Dengan memilih Bimbingan dan Konseling Islam dengan Rasional Emotive Behavior Therapy REBT dalam menagani masalah keterasingan seorang lesbi, menjadi obyek penelitian dan menentukan laporan penelitian perlu mempertimbangkan teori subtantif yaitu untuk melihat apakah yang terjadi kesesuaian dengan kenyataan di lapangan. 3. Mengurus Perizinan Sebagai awal dari proses ini peneliti melakukan sejak awal pengajuan judul, setelah mengadakan konsultasi pengajuan judul digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id peneliti melanjutkan dengan rencana peneliti mengurus perizinan mulai dari pihak yang bersangkutan hingga lembaga-lembaga terkait. 4. Menjajaki dan Menilai Keadaan Lapangan Dalam memilih dan menjajaki lapangan, peneliti dapat melakukan wawancara dengan orang-orang yang dekat dengan klien seperti teman dekat, tetangga, informasi yang akan membantu peneliti menyelesaikan penelitiannya. 5. Memilih dan Memanfaatkan Informasi Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang latar belakang penelitian, maka informan harus benar- benar orang yang memahami tentang hal yang terkait dengan penelitian ini. 6. Menyiapkan Perlengkapan Penelitian Peneliti menyiapkan perlengkapan yang dibutuhkan, pedoman wawancara, alat tulis, buku panduan, izin penelitian, dan lain-lain. Selain itu perlengkapan yang digunakan untuk menyelesaikan laporan penelitian seperti seperangkat komputer. 7. Persoalan Etika Penelitian Salah satu ciri untuk peneliti kualitatif adalah orang sebagai alat mengumpulkan data, sehingga perlu memperhatikan etika dalam masyarakat yang menjadi obyek penelitian pada dasarnya penelitian ini meyangkut hubungan antara peneliti dan penelitian. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id b. Tahap Persiapan Lapangan Pada tahap ini peneliti melakukan persiapan untuk memasuki lapangan dan mempersiapkan yang harus dipersiapkan yaitu jadwal penelitian yang mencakup waktu, kegiatan yang dijabarkan secara rinci. Kemudian ikut berperan serta sambil mengumpulkan data yang ada di lapangan. c. Tahap Pekerjaan Lapangan Dalam tahap ini peneliti mulai terjun di lapangan penelitian, dan mulai pendekatan dengan klien, sahabat klien, tetangga klien, dan lain-lain, sehingga mendapat informasi selengkapnya. Adapun sasaran yang akan digali adalah informasai keterasingan dan penyebab-penyebabnya. d. Tahap Analisis Data Analisis data adalah proses pengorganisasian dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. 14 Dalam analisis data ini, peneliti mulai menganalisis data klien dan menganalisis proses konseling dengan mengkomparasikan terlebih dahulu proses pelaksanaan konseling tersebut, serta melihat kondisi klien sebelum dan sesudah dilakukan proses konseling. Setelah peneliti mendapatkan data dari lapangan, mengatur, mengurutkan dan menyajikan data yang diperoleh bertujuan untuk 14 Lexy J.Moleng, Metode Penelitian, hal 280 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id mengetahui factor penyebab keterasingan, bagaimana pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam, serta bagaimana hasil proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan Rasional Emotive Behavior Therapy REBT dalam menangani kasus keterasingan seorang lesbi. 15 5. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah instrumen penentuan data yang menentukan berhasil atau tidaknya suatu penelitian. Adapun teknik data yang peneliti gunakan adalah sebagai berikut: a. Observasi Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis mengenai kasus keterasingan untuk kemudian dilakukan pencatatan. 16 Diartikan sebagai pemusatan perhatian terhadap suatu obyek yang diteliti menggunakan seluruh alat indra dalam penelitian ini, observasi dilakukan untuk mengamati klien meliputi: kondisi klien, kegiatan klien, proses konseling yang dilakukan. Pada tahap awal observasi dilakukan secara umum, peneliti mengumpulkan data atau informasi sebanyak mungkin. Dengan itu peneliti melakukan observasi di lingkungan klien bekerja, dan juga sahabat kecil klien, sehingga peneliti mendapatkan data tentang klien dari tetangga warung klien dan juga sahabat kecil klien. Adapun hasil dari observasi tersebut peneliti 15 Lampiran verbatim 16 Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006 hal 224 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id mendapatkan data yang valid bahwa kasus yang dialami oleh klien adalah keterasingan yang disebabkan akibat prilaku klien yang lesbi, labil, ringan tangan mudah memukul, individualis. Dari faktor tersebut, klien terasingkan dari teman dan lingkungannya. b. Wawancara Wawancara merupakan bagian penting dalam penelitian kualitatif sehingga peneliti dapat memperoleh data dari berbagai informan secara langsung.Penelitian kualitatif sangat memungkinkan untuk penyatuan teknik observasi dengan wawancara.Sebagaimana bahwa dalam sebuah penelitian kualitatif observasi saja, belum memadai itu sebabnya observasi harus dilengkapi dengan wawancara.Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan jalan tanya-jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematis dan berlandaskan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 2 macam wawancara: wawancara terstruktur dan wawancara tak terstruktur. Wawancara tak struktur adalah wawancara yang bebas dimana peniliti tidak menggunakan pedoman wawancara. Dalam melakukan wawancara tak struktur ini digunakan peneliti untuk mencari data yang berkaitan dengan aktivitas- aktivitas klien setiap harinya, berbagai informan berasal dari sahabat Pinkan sahabat atau teman dekat klien mencari informasi tentang cara pola pikir dan perilaku berteman, apa saja curhatan atau keluh kesah klien waktu saat ada masalah, dari tetangga Pak Hamim tetanggah di sekitar digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id klien tinggal saat ini yang cukup mengenal klien tersebut yang tau sehari- harinya tentang menganai pergaulan dengan temannya dan sebagainya. Wawancara terstruktur dalam melakukan wawancara ini peneliti menyiapkan pertanyaan – pertanyaan tertulis yang alternative jawabannya pun telah disiapkan. Dalam melakukan wawancara terstruktur ini peneliti menyiapkan pertanyaan untuk klien sebagai ukuran berperannya program konseling dalam mengubah cara pola pikir dan perilaku klien tersebut agar lebih rasional lagi. 17 c. Dokumentasi Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada subjek penelitian. Studi dokumentasi ada yang berupa foto klien, dan karya yang berupa tulisan biasanya berupa gambar kegiatan harian klien, yang berupa gambar biasanya mengenai foto-foto pribadi. 18 Data yang diperoleh dalam metode ini adalah data berupa gambaran umum mengenai lokasi penelitian dan dalam hal ini penelitian memperoleh data-data dari sumber data. Tabel 1.1 Jenis Data, Sumber Data, dan Teknik Pengumpulan Data No Jenis Data Sumber Data TPD 1 a Identitas klien b Tempat tanggal lahir klien c Usia klien Klien W + O +D 17 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif; Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya Jakarta: Kencana, 2010, 18 Ibid hal. 34. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id d Pendidikan klien e Masalah yang dihadapi klien f proses konseling yang dilakukan 2 a Identitas konselor b Pendidikan konselor c Usia konselor d Penggalaman dan proses konseling yang dilakukan Konselor W + O 3 a Kebiasaan klien b Kondisi keluarga, lingkungan dan ekonomi klien Informan tetangga, teman dekat W + O 4 a Luas wilayah penelitian b Jumlah penduduk c Batas wilayah Perangkat Desa O + W Keterangan: TPD : Teknik Pengumpulan Data O : Observasi W : Wawancara D : Dokumentasi 6. Teknik Analisis Data Dalam menganalisa data ini, peneliti mulai menganalisis data klien dan menganalisis proses konseling. Di dalam pelaksanaan penelitian, peneliti akan menganalisis data dengan cara analisis deskriptif. Adapun data yang akan dianalis adalah: 1. Menguraikan tentang proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan Rasional Emotive Behavior Therapy REBT dalam menangani masalah keterasingan seorang lesbi. 2. Menguraikan tentang keberhasilan pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Isam dengan Rasional Emotive Behavior Therapy REBT dalam menangani masalah keterasingan seorang lesbi. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 3. Menggunakan teknik analisis deskriptif komperatif, yaitu membandingkan data hasil observasi klien sebelum dan sesudah dilakukannya proses konseling. 7. Teknik Keabsahan Data Keabsahan data merupakan tingkat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti. hasil penelitian dikatakan valid apabila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Untuk mendapatkan data yang lebih akurat dan valid maka di perlukan teknik triangulasi. teknik triangulasi yaitu pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data yang di peroleh untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data yang telah di peroleh. untuk menguji kreadibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. misalnya data yang diperoleh dengan wawancara lalu di cek dengan observasi dan dokumentasi. bila dengan kedua teknik pengujian kreadibilitas data tersebut menghasilkan data yang berbeda maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain untuk memastikan data mana yang dianggap benar atau mungkin benar namun sudut pandangnya yang berbeda-beda. 19 19 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan RD, Bandung : ALFABETA, 2011, hal. 76. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 8. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut: Bab satu merupakan pendahuluan yang berisi tentang gambaran umum yang memuat pola dasar penulisan skripsi ini yaitu latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep, dan metode penelitian yang meliputi: pendekatan dan jenis penelitian, subjek penelitian, tahap-tahap penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data serta teknik keabsahan data, dan sistematika pembahasan. Bab dua membahas tentang kajian teoretik yang meliputi pengertian Bimbingan dan Konseling Islam, tujuan Bimbingan dan Konseling Islam, fungsi Bimbingan dan Konseling Islam, pengertian Rational Emotive Behavior Therapy REBT, tujuan Rational Emotive Behavior Therapy REBT, fungsi Rational Emotive Behavior Therapy REBT. pengertian keterasingan, sebab-sebab keterasingan. Bab tiga membahas tentang gambaran umum pada subjek penelitian, yakni seorang lesbi yang mana peneliti akan mengulas tentang permasalahan keterasingan yang berdampak pada kehidupannya. Bab empat mambahas tentang analisa Bimbingan dan Konseling Islam dengan terapi rasional emotive untuk menangani masalah keterasingan diri seorang lesbian. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Bab lima membahas tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id BAB II TINJAUAN TEORITIK

A. Bimbingan dan Konseling Islam

1. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam Bimbingan konseling secara etimologi dari kata guidance “guide” yang diartikan sebagai berikut: menunjukkan jalan showing the way, memimpin leading, memberikan petunjuk giving instruction, mengatur regulating, mengarahkan governing, dan memberikan nasehat giving advice. 1 Menurut Bimo Walgito dalam buku bimbingan dan konseling perkawinan. Bimbingan adalah “Bantuan kepada individu untuk mengembangkan kemampuannya dengan baik, serta individu dapat memecahkan masalahnya sendiri dan dapat mengadakan penyesuaian diri. Konseling adalah masalah yang akan dipecahkan bersama konselor dan klien secara face to face”. Sedangkan menurut Sofyan S. Willis Bimbingan adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar ia mampu memahami dirinya dan dunianya, sehingga dengan demikian ia dapat memanfaatkan potensi- potensinya. 2 Konseling menurut Husen adalah konseling secara mendasar dikembangkan atas dasar metode vocational guidance untuk membantu 1 Thohirin , Bimbingan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah, Berbasis Integral, Jakarta: Raja Persada, hal.16 2 Sofyan S. Willis, Konseling Individual Teori dan Praktek Bandung Alfabeta, 2004,hal.14 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id individu secara tepat sesuai yang dibutuhkannya. Dengan demikian, kondeling dalam makna helping relationship dipandang suatu relasi yang terjadi antara dua pihak dimana salah satu mempunyai kehendak untuk meningkatkan pertumbuhan, perkembangan, kedewasaan, memperbaiki fungsinya dan kemampuan pihak lain untuk menghadapi dan menangani kehidupannya sendiri. 3 Sedangkan konseling menurut Rogers dalam buku Namora Lumongga Lubis adalah sebagai hubungan membantu dimana salah satu pihak konselor bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan fungsi mental pihak lain Klien, agar dapat menghadapi persoalan atau konflik yang dihadapi dengan lebih baik. Disamping itu, Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah swt kepada hamba-hamba-Nya melalui para Rasul. Sebagai agama, Islam memuat seperangkat nilai yang menjadi acuan pemeluknya dalam berperilaku. Aktualisasi nilai yang benar dalam bentuk perilaku akan berimplikasi pada kehidupan yang positif, pahala dan surga, sedangkan praktik nilai yang salah akan berimplikasi pada kehidupan yang negatif, dosa dan neraka. 4 3 Saiful Ahyar Lubis, Konseling Islam Yogyakarta: eLSAQ press, 2007 hal 29 4 Abdul Mujib, Kepribadian dalam Psikologi Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006 hal 1 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Bimbingan Islami adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar ia mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagian hidup didunia dan diakhirat. 5 Dari definisi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Bimbingan dan Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu secara terarah, continue dan sistematis agar ia dapat hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah swt dengan cara menginternalisasikan nilai- nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadits Rasulullah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. 2. Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam Secara garis besar atau secara umum, tujuan bimbingan dan konseling islam dapat dirimuskan sebagai “membantu individu mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhhnya agar mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat”. HM. Arifin menyatakan secara garis besar dari tujuan bimbingan dan konseling islam yaitu “untuk membantu pemecahan problema perseorangan dengan melalui keinginan. Dengan menggunakan pendekatan nilai-nilai dan konseling tersebut, klien diberi insight kesadaran adanya hubungan sebab akibat dalam rangkaian problema- problema yang dialami dalam pribadinya yang dihubungkan dengan nilai keimanannya yang mungkin pada saat telah lenyap dari dalam jiwa klien”. 6 5 Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam. hal 4 6 HM. Arifin, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan Dan Penyuluhan Agama Di Sekolah Dan Luar Sekolah, Jakarta : Bulan Bintang , hal. 47 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Adapun tujuan umumnya yaitu: untuk membantu individu mengembangkan diri secara optimal dengan tahap perkembangan sesuai dengan kemampuannya dengan berbagai latar belakang yang ada serta sesuai dengan tuntutan positif lingkungan. 7 Sedangkan tujuan secara khusus yaitu: 1. Agar individu dapat memahami dirinya, lingkungannya sehingga bisa hidup lebih efektif dan terhindar dari masalah. 2. Membantu individu agar bisa mengatasi masalah yang sedang dihadapinya sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. 3. Membantu individu agar bisa memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang baik tetap menjadi baik, sehingga tidak terjadi adanya sumber masalah bagi dirinya dan masyarakat. 8 3. Fungsi Bimbingan dan Konseling Islam Fungsi Bimbingan dan Konseling Islam ditinjau dari kegunaan atau manfaat, ataupun keuntungan-keuntungan yang diperoleh melalui pelayanan tersebut. Fungsi-fungsi Bimbingan dan Konseling Islam dikelompokkan menjadi empat, yaitu: 9 a Fungsi pemahaman Undestanding Function Yaitu konseling yang menghasilkan pemahaman bagi konseli dari segi 7 Prayitno Erman Ami, Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling, Jakarta: PT.Asdi Mahasatya, 1985, hal.114 8 Thohari musnamar, Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam, Yogyakarta, UII Press, 1992 hal 34 9 Thohirin, Bimbingan dan Konseling di sekolah dan madrasah Jakarta: PT, Raja Grafindo persada, 2007 hal 46-49 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id psikologis baik fisik maupun intelegensi, lingkungan serta berbagai informasi yang dibutuhkan seperti karier, keluarga maupun agama. b Fungsi Pencegahan preventif Yaitu membantu individu agar dapat berupaya aktif dalam melakukan pencegahan sebelum mengalami masalah kejiwaan. Upaya ini meliputi pengembangan strategi dan program yang dapat diguunakan untuk mengantisipasi resiko hidup yang tidak perlu terjadi. c Fungsi remedial atau rehabilitate Yaitu konseling yang banyak memberikan penekanan pada fungsi remedial karena sangat dipengaruhi psikologi klinik dan psikiatri. Focus penekanan remedial adalah: penyesuaian diri, penyembuhan masalah psikologi yang dihadapi dan mengembalikan kesehatan mental serta mengatasi gangguan emosional d Fungsi edukatif pengembangan atau developmental. Yaitu berfokus pada membantu meningkatkan keterampilan dalam kehidupan, mengidentifikasi dan memecahkan masalah hidup serta meningkatkan kemampuan menghadapi transisi kehidupan. 10 e Developmental Atau Pengembangan Bimbingan Konseling Merupakan usaha untuk memelihara dan memperkembangkan potensi individu agar potensi tersebut dapat berkembang dengan baik. Untuk itu Bimbingan dan Konseling Islam berfungsi untuk memelihara dan