PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP KINERJA GURU YAYASAN PENDIDIKAN PANJANG LAMPUNG (YPPL) BANDAR LAMPUNG

(1)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF EMOTIONAL INTELLIGENCE AND MOTIVATION ON THE PERFORMANCE OF HER CLASS THE TEACHER

EDUCATIONFOUNDATION PANJANG LAMPUNG IN BANDAR LAMPUNG. By

DEDEK ISKANDAR

Research is aimed to know and analyzing: 1 ) the influence of emotional intelligence, on the performance of a teacher 2 ) the influence of motivation of her class the teacher, on the performance 3 ) the influence of emotional intelligence and motivation for achievement betawi together on the performance teacher education foundation PanjangLampung in Lampung.

This research is research with the approach of (ex post facto) with the technique of correlational.Population this research is 67 teacher covering teacher level ,junior high school, high school, and vocational high school.Samples research determined with using formulas Slovin, 40 respondents.Data is collected by using kuisoner and then analyzed used technique regression analysis simple and multiple regression. The result showed that: 1 ) there are significant and positive influence on the performance between teacher of emotional intelligence 28,2%, 2 ) there are positive influence and significant achievement between teacher motivation on the performance of 30,1%, 3 ) there is a positive influence between intelligence and significant achievement emotional motivation and teacher on the performance of 32%, where factors motivation achievement its influence the greatest of factors intelligence emotional.

Keywords: Emotional Intelligence, MotivationPerformance, ThePerformance of The Teacher.


(2)

ii

ABSTRAK

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP KINERJA GURU YAYASAN PENDIDIKAN PANJANG

LAMPUNG DI BANDAR LAMPUNG Oleh

DEDEK ISKANDAR

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis : 1) pengaruhkecerdasan emosional terhadap kinerja guru, 2) pengaruhmotivasi berprestasi terhadapkinerja guru, 3) pengaruhkecerdasan emosional dan motivasi berprestasi secara bersama-sama terhadapkinerja guru Yayasan Pendidikan Panjang Lampung di Bandar Lampung.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan (ex post facto) dengan teknikkorelasional. Populasi penelitian ini adalah 67 guru yang meliputi guru tingkat satuan pendidikan SMP, SMA, dan SMK. Sampel penelitian ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin, sebanyak 40 responden. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuisoner dan kemudian dianalisis menggunakan teknik analisis regresi sederhana dan regresi berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara kecerdasan emosional terhadap kinerja guru sebesar 28,2%, 2) terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara motivasi berprestasi terhadap kinerja guru sebesar 30,1%, 3) terdapat pengaruh positif dan signifikan antara kecerdasan emosional dan motivasi berprestasi terhadap kinerja guru sebesar 32%, dimana faktor motivasi berprestasi pengaruhnya lebih besar dari pada faktor kecerdasan emosional.


(3)

(4)

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN

MOTIVASIBERPRESTASITERHADAP KINERJA GURU YAYASAN PENDIDIKAN

PANJANG LAMPUNG DI BANDAR LAMPUNG (Tesis )

Oleh

DEDEK ISKANDAR

PROGRAM PASCASARJANA MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(5)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 KonstelasiHubunganantarvariabelPenelitian ... 37

3.1 Normal Q-Q Plot Kinerja Guru ... 57

3.2 Normal Q-Q Plot KecerdasanEmosional ... 58

3.3 Normal Q-Q Plot MotivasiBerprestasi ... 58

4.1 DiagramSkorKinerja Guru ... 71

4.2 DiagramSkorKecerdasanEmosional ... 72


(6)

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ... ii

RIWAYAT HIDUP ... .. iv

MOTTO ... ... v

PERSEMBAHAN ... . vi

PERNYATAAN ... ... vii

SANWACANA ... ... viii

DAFTAR ISI ... .. x

DAFTAR TABEL... . xiii

DAFTAR GAMBAR... . xv

DAFTAR LAMPIRAN... . xvi

BAB IPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1 1.2. Identifikasi Masalah ... 7

1.3. Batasan Masalah ... 8

1.4. Rumusan Masalah ... 8

1.5. Tujuan Penelitian ... 9

1.6. Manfaat Penelitian ... 9

1.7. Ruang Lingkup Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS 2.1. TinjauanPustaka ... 11

2.1.1. Kinerja Guru ... 11

2.1.1.1. Penilaian Kinerja Guru ... 12

2.1.1.2.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru 20 2.1.2. Kecerdasan Emosional ... 22

2.1.2.1. Pengertian Kecerdasan Emosional ... 22

2.1.2.2.Faktor Kecerdasan Emosional ... 25

2.1.3. Motivasi Berprestasi ... 28

2.1.3.1.Pengertian Motivasi ... 28


(7)

xi

2.2. Kerangka Pikir ... 35

2.2.1. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Kinerja Guru ... 35

2.2.2. Pengaruh Motivasi Berprestasi Terhadap Kinerja Guru ... 36

2.2.3. Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Motivasi Berprestasi Terhadap Kinerja Guru ... 37

2.3. Hipotesis Tindakan ... 38

BAB IIIMETODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian ... 39

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian... 39

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 39

3.4. Variabel Penelitian ... 41

3.4.1. Variabel Bebas ... 41

3.4.2. Variabel Terikat ... 42

3.5. Definisi Konseptual ... 42

3.5.1. Variabel Kinerja Guru ... 42

3.5.2. Variabel KecerdasanEmosional ... 42

3.5.3. Variabel MotivasiBerprestasi ... 42

3.6. Definisi Operasional Variabel ... 43

3.6.1. Variabel Kinerja Guru ... 43

3.6.2. Variabel KecerdasanEmosional ... 45

3.6.3. Variabel MotivasiBerprestasi ... 46

3.7. Uji Coba Instrument ... 47

3.7.1. Uji Validasi ... 47

3.7.1.1. Hasil Uji Validasi Kinerja Guru ... 49

3.7.1.2. Hasil Uji Validasi Kecerdasan Emosional. 50 3.7.1.3. Hasil Uji Validasi Motivasi Berprestasi ... 51

3.7.2. Uji Realibilitas ... 52

3.7.2.1. Hasil Uji Realibilitas Kinerja Guru ... 53

3.7.2.2. Hasil Uji Realibilitas Kecerdasan Emosional 54 3.7.2.3. Hasil Uji Realibilitas Motivasi Berprestasi 54 3.8. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 55

3.8.1. Teknik Analisis Data ... 55

3.8.2. Uji Persyaratan Analisis ... 55

3.8.2.1. Uji Normalitas ... 56

3.8.2.2. Hasil Uji Normalitas . ... 56

3.8.2.3. Uji Homogenitas ... 59

3.8.2.4. Hasil Uji Homogenitas ... 59

3.8.3. Uji Linieritas ... 60

3.8.4. Pengujian Hipotesis ... 61


(8)

xii BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Tinjauan Umum Lokasi Penelitian ... 66

4.1.1. Selayang Informasi YPPL Bandar Lampung ... 66

4.1.2. SMA YPPL ... 67

4.1.3. SMP YPPL ... 68

4.1.4. SMK YPPL ... 68

4.2. DeskripsiHasilPenelitian ... 69

4.2.1. Variabel Kinerja Guru ... 70

4.2.2. Variabel Kecerdasan Emosional ... 71

4.2.3. Variabel Motivasi Berprestasi ... 73

4.3. Pengujian Linieritas ... 74

4.3.1. PengaruhAntaraKecerdasanEmosionalTerhadap Kinerja Guru ... 75

4.3.2. PengaruhAntara Motivasi BerprestasiTerhadap Kinerja Guru ... 76

4.4. PengujianHipotesisPenelitian ... 77

4.4.1. HipotesisPertama ... 77

4.4.2. HipotesisKedua... 80

4.4.3. HipotesisKetiga ... 82

4.5. PembahasanHasilPenelitian ... 85

4.5.1. PengaruhKecerdasanEmosionalTerhadapKinerja Guru ... 85

4.5.2. PengaruhMotivasiBerprestasiTerhadapKinerja Guru ... 87

4.5.3. PengaruhKecerdasanEmosionaldanMotivasi Berprestasiterhadap Kinerja Guru ... 89

4.6. Keterbatasan Penelitian ... 90

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 93

5.2. Implikasi ... 94

5.3. Saran ... 96

DAFTAR PUSTAKA ... 98 LAMPIRAN


(9)

x

DAFTAR LAMPIRAN

LampiranHalaman

1. Kisi-kisi Instrumen Penilaian Variabel Kinerja Guru ... 102

2. Identitas Responden Kinerja Guru ... 103

3. Instrumen Kinerja Guru ... 104

4. Kisi-kisi instrument KecerdasanEmosional ... 107

5. Identitas Responden Kecerdasan Emosional ... 108

6. Instrumen Kinerja Guru ... 109

7. Kisi-kisi instrument Motivasi Berprestasi ... 111

8. Identitas Responden Motivasi Berprestasi ... 112

9. Instrumen Motivasi Berprestasi ... 113

10. Data Uji Instrumen Kinerja Guru ... 115

11. Data Uji Instrumen Kecerdasan Emosional ... 116

12. Data Uji Instrumen Motivasi Berprestasi ... 117

13. Hasil Uji Data Uji Instrumen Kinerja Guru ... 118

14. Hasil Uji Data Uji Instrumen Kecerdasan Emosional ... 130

15. Hasil Uji Data Uji Instrumen Motivasi Berprestasi ... 134

16. Hasil Uji Realibilitas ... 138

17. Data AnalisisDeskriptif, Frequencies Table, Gambar, Histogram dan Diagram ... 139

18. Uji Normalitas dan Normal Q-Q Plot ... 148

19. UjiHomogenitas ... 150

20. UjiLinieritas ... 151

21. HasilAnalisis Regression KecerdasanEmosional TerhadapKinerja Guru ... 152

22. HasilAnalisis Regression KecerdasanEmosional Terhadap Kinerja Guru ... 153 23. HasilAnalisis Regression KecerdasanEmosionaldan


(10)

xi

MotivasiBerprestasi Terhadap Kinerja Guru Hasil ... 154

24. Tabel r ... 155

25. Tabel t ... 160


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Rata-rata tingkat kehadiran guru Yayasan Pendidikan Panjang

Lampung (YPPL) ... 6

1.2 Penyusunan Perangkat Pembelajaran guru YPPL ... 7

3.1 Populasi dan Sampel ... 40

3.2 Indikator Kinerja Guru ... 44

3.3 Kisi-kisi instrument Kecerdasan Emosional ... 46

3.4 Kisi-kisi Instrumen Motivasi Berprestasi ... 47

3.5 Daftar Interprestasi Nilai r (validitas instrumen) ... 49

3.6 Hasil Perhitungan Validasi Kinerja Guru ... 49

3.7 Hasil Perhitungan Validasi Kecerdasan Emosional ... 50

3.8 Hasil Perhitungan Validasi Motivasi Berprestasi ... 51

3.9 Daftar Interpretasi Nilai r (reliabilitas instrumen) ... 53

3.10 Statistika Reliabilias Kinerja Guru (Y) ... 54

3.11Statistika Reliabilias Kecerdasan Emosional (X1) ... 54

3.12 Statistika Reliabilias Motivasi Berprestasi (X2) ... 55

3.13Hasil Uji normalitas Variabel Penelitian ... 57

3.14 Analisis Test of Homogeneity of Variances ... 59

4.1 Data Statistik Dasar Variabel Penelitian ... 70

4.2 Distribusi skor Variabel Kinerja Guru (Y) ... 70

4.3 Distribusi Skor Variabel Kecerdasan Emosional (X1) ... 72

4.4 Distribusi Skor Variabel Motivasi Berprestasi (X2) ... 73

4.5 Uji Linieritas Antara Kecerdasan Emosional Terhadap Kinerja Guru ... 75

4.6 Uji Linieritas Antara Motivasi Berprestasi Terhadap Kinerja Guru ... 76 4.7 Hasil Uji Analisis Regresi Kecerdasan Emosional Terhadap


(12)

Kinerja Guru ... 78 4.8 Hasil Perhitungan Korelasi Person Product Moment

KecerdasanEmosional dengan Kinerja Guru ... 79 4.9 Hasil Uji Analisis Regresi Motivasi berprestasi Terhadap

Kinerja Guru ... 80 4.10 Hasil Perhitungan Korelasi Person Product Moment

Motivasi Berprestasi dengan Kinerja Guru ... 81 4.11 Hasil Uji Analisis Regresi Kecerdasan Emosional (X1) dan

MotivasiBerprestasi (X2) Terhadap Kinerja Guru (Y) ... 83 4.12ANOVA Regresi Kecerdasan Emosional (X1) dan Motivasi

Berprestasi (X2) Terhadap Kinerja Guru (Y)... 83 4.13 Hasil Perhitungan Korelasi Person Product Moment

KecerdasanEmosional (X1) dan Motivasi Berprestasi (X2) dengan Kinerja Guru (Y) ... 84


(13)

(14)

(15)

(16)

v

MOTO

”Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah

selesai dari sesuatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang

lain dan hanya kepadaTuhan Mu’lah kamu berharap”

(Q.S. Al-Insyirah: 6-8)

Hidup itu perjuangan dan janganlah kamu menyerah (Penulis)


(17)

vi

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT yang telah menciptakan akal bagi manusia sehingga manusia dapat meneliti dan menafakuri ciptaan-Nya yang menghantarkan pada keimanan yang sempurna. Dengan segala kerendahan hati kupersembahkan lembaran-lembaran sederhana ini kepada :

1. Kedua orang tuaku Bapak Zuher Suhaimi dan Ibu Salmah yang selalu berkorban, membimbing dan mendoakan setiap waktu untuk keberhasilanku dunia dan akhirat.

2. Adik-adikku : Arief Munandar Z.S, S. Pd, Syawalia Fitriani Z.S, Tambih Hul Khair Z.S, dan Muhammad Zulfikar Z.S yang memberiku semangat dan dukungan bagi kesuksesanku.

3. Keluarga Besarku yang selalu mendukung, mendoakan dan membantu keberhasilanku.


(18)

iv

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 22 Mei 1988, anak pertama dari lima bersaudara, dari pasangan Bapak Zuher Suhaimi dan Ibu Salmah. Adapun adik penulis yaitu Arief Munandar Z.S, S. Pd yang pertama, Syawalia Fitri Yani Z.S yang kedua, Tambih Hul Khair Z.S yang ketiga, dan Muhammad Zulfikar Z.S yang keempat.

Pendidikan yang pernah ditempuh penulis yaitu di Taman Kanak-Kanak (TK) Setia Kawan Panjang Utara pada tahun 1993. Kemudian pada tahun 1994 menempuh pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD N 1 Panjang Utara Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2000. Penulis melanjutkan sekolah di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 16 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2003. Sekolah Menengah Atas (SMA) penulis tempuh di SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung dan diselesaikan pada tahun 2006. Serta Pendidikan Sarjana (S1) pada Program Pendidikan Fisika di Universitas Lampung diselesaikan pada tahun 2011.

Pada tahun 2012, penilis terdaftar sebagai mahasiswa pada Program Magister Manajemen Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung di Bandar Lampung.


(19)

viii

SANWACANA

Syukur Alhamdulillah, segala puji penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga tesis ini dapat terselesaikan sesuai dengan harapan. Penulisan tesis ini tersaji dalam lima bab memaparkan dan menganalisis pengaruh kecerdasan emosional dan motivasi berprestasi terhadap kinerja guru Yayasan Pendidikan Panjang Lampung (YPPL) di Bandar Lampung. Proses penulisan tesis ini tidak terlepas dari bantuan yang diberikan oleh berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis sampaikan apresiasi yang tinggi serta ucapan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S. selaku rektor Universitas Lampung yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan di Pascasarjana Manajemen Pendidikan Universitas Lampung. 2. Prof. Dr. Sudjarwo, M.S. selaku Direktur Program Pascasarjana

Manajemen Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan arahan dan kemudahan.

3. Dr. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah memfasilitasi penelitian ini. 4. Dr. Irawan Suntoro, M.S. selaku Ketua Program Studi Manajemen

Pendidikan Pascasarjana Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan arahan dan kemudahan. 5. Dr. Sowiyah, M.Pd. selaku Sekretaris Program Studi Manajemen

Pendidikan Pascasarjana Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung sekaligus selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, koreksi, dan masukan berharga serta arahan selama penyusunan tesis ini.


(20)

ix 6. Dr. Alben Ambarita, M.Pd. selaku Pembimbing I dalam penyusunan tesis ini yang telah memberikan bimbingan, koreksi, dan masukan berharga serta arahan selama penyusunan tesis ini.

7. Dr. Sumadi, M.S. selaku pembahas dalam penyusunan tesis ini yang telah mengoreksi dan memberikan masukan berharga serta arahan selama penyusunan tesis ini.

8. Kepala SMA YPPL, SMK YPPL, SMP YPPL, dan Karyawan yang telah memfasilitasi penelitian ini.

9. Dewan guru Yayan Pendidikan Panjang Lampung (YPPL) di Bandar Lampung yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. 10. Teman-teman Mahasiswa Pascasarjana Manajemen Pendidikan FKIP

Unila, khususnya angkatan ke-4 yang senantiasa membantu dan menyemangati penulis.

11. Pak Subagiyo dan Mas Dwi, Staf Sekretariat Pascasarjana Manajemen Pendidikan FKIP Unila yang telah bersedia membantu menyediakan fasilitas seminar proposal, seminar hasil, dan sidang tesis.

Semoga Allah SWT memberikan ganjaran atas semua bantuan, saran, dan masukan yang konstruktif sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dan semoga tulisan sederhana ini dapat bermanfaat bagi Keilmuan Manajemen Pendidikan.

Bandar Lampung, 9 September 2014

Ttd


(21)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha membudayakan manusia atau memanusiakan manusia, pendidikan sangat strategis untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan diperlukan guna untuk meningkatkan mutu bangsa secara menyeluruh. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagaamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Penyelenggaraan pendidikan diindonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 20 Tahun 2003).

Fungsi pendidikan harus betul-betul diperhatikan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional sebab tujuan berfungsi sebagai pemberi arah yang jelas


(22)

terhadap kegiatan penyelenggaraan pendidikan. Sehingga penyelenggaraan pendidikan harus diarahkan kepada; (1) pendidikan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa, (2) pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistematik dengan sistem terbuka dan multimakna, (3) pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat, (4) pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran, (5) pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis dan berhitung bagi segenap warga masyarakat, (6) pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.

Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya manusia yang terlibat dalam proses pendidikan. Guru merupakan salah satu faktor penentu tinggi rendahnya mutu hasil pendidikan yang mempunyai posisi strategis,maka setiap usaha peningkatan mutu pendidikan perlu memberikan perhatian besar kepada peningkatan guru baik dalam segi jumlah maupun mutunya. Guru adalah figur manusia sumber yang menempati posisi dan memegang peran penting dalam pendidikan.

Guru merupakan unsur yang sangat mempengaruhi tercapainya tujuan pendidikan selain unsur murid dan fasilitas lainnya. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan sangat ditentukan kesiapan guru dalam mempersiapkan peserta didiknya melalui


(23)

kegiatan belajar mengajar. Namun demikian posisi strategis guru untuk meningkatkan mutu hasil pendidikan sangat dipengaruhi oleh mutu kinerjanya. Berkualitas tidaknya proses pendidikan sangat tergantung pada kreativitas dan inovasi yang dimiliki guru. Guru dituntut memiliki kinerja yang mampu memberikan dan merealisasikan harapan dan keinginan semua pihak terutama masyarakat umum yang telah mempercayai sekolah dan guru dalam membina anak didik. Dalam meraih mutu pendidikan yang baik sangat dipengaruhi oleh kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya sehingga kinerja guru menjadi tuntutan penting untuk mencapai keberhasilan pendidikan. Secara umum mutu pendidikan yang baik menjadi tolak ukur bagi keberhasilan kinerja yang ditunjukkan guru. Guru sebagai pekerja harus memiliki kemampuan yang meliputi penguasaan materi pelajaran, penguasaan profesional keguruan dan pendidikan, penguasaan cara-cara menyesuaikan diri dan berkepribadian untuk melaksanakan tugasnya, disamping itu guru harus merupakan pribadi yang berkembang dan bersifat dinamis. Hal ini sesuai dengan yang tertuang dalam undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban; (1) manciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis, (2) mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan dan (3) memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.

Harapan dalam undang-undang tersebut menunjukkan adanya perubahan paradigma pola mengajar guru yang pada mulanya sebagai sumber informasi bagi


(24)

siswa dan selalu mendominasi kegiatan dalam kelas berubah menuju paradigma yang memposisikan guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran dan selalu terjadi interaksi antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa dalam kelas. Kenyataan ini mengharuskan guru untuk selalu meningkatkan kemampuannya terutama memberikan keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.

Di sisi lain kinerja guru pun dipersoalkan ketika memperbincangkan masalah peningkatan mutu pendidikan. Kontroversi antara kondisi ideal yang harus dijalani guru sesuai harapan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 dengan kenyataan yang terjadi dilapangan merupakan suatu hal yang perlu dan patut untuk dicermati secara mendalam tentang faktor penyebab munculnya dilema tersebut, sebab hanya dengan memahami faktor yang berpengaruh terhadap kinerja guru maka dapat dicarikan alternatif pemecahannya sehingga faktor tersebut bukan menjadi hambatan bagi peningkatan kinerja guru melainkan mampu meningkatkan dan mendorong kinerja guru kearah yang lebih baik sebab kinerja sebagai suatu sikap dan perilaku dapat meningkat dari waktu ke waktu. Untuk itu, faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru dipandang perlu untuk dipelajari secara mendalam agar dapat memberikan gambaran yang jelas faktor yang berperan dan urgen yang mempengaruhi kinerja guru.

Sejalan dengan kondisi diatas, dibutuhkan peningkatan kinerja guru agar dapat melaksanakan tugas sebaik mungkin. Peningkatan kinerja guru menurut Umar (1997:266) dalam Mangkunegara (200:18) dipengaruhi oleh mutu pekerjaan, kejujuran karyawan, inisiatif, kehadiran, sikap, kerjasama, keandalan, pengetahuan


(25)

tentang pekerjaan, tanggung jawab, dan pemanfaatan waktu kerja. Untuk itu perlu diperhatikan sikap dasar guru terhadap diri-sendiri, kompetensi, pekerjaan saat ini serta gambaran mereka mengenai peluang yang bisa diraih dalam struktur organisasi yang baru.

Kinerja guru di sekolah Yayasan Pendidikan Panjang Lampung (YPPL) masih rendah pada beberapa hal, sebagai contoh guru sering meninggalkan kelas ketika kepala sekolah tidak ada di tempat. Hal lain pun terlihat dari masih banyaknya tugas yang dilakukan dengan hasil yang kurang sistematis dan kurang detail dalam menjelaskan kinerja, sehingga cendrung kurang menggambarkan secara akurat performa kinerja guru dari guru tertentu.

Pada penelitian ini, peneliti berusaha mencari tahu besarnya pengaruh sistem kecerdasan emosional dan motivasi kerja yang diterapkan disekolah tempat peneliti berdedikasi dengan cara mengkolaborasikan kedua hal tersebut melalui pendekatan kuantitatif.

Proses pelaksanaan pendidikan yang dilakukan oleh guru tidak lepas dari sistem penilaian untuk melihat potensi mereka atau dapat juga digunakan sebagai alat evaluasi terhadap prestasi yang telah dicapai guru dan evaluasi pencapaian tujuan sekolah. Sistem penilaian ialah penentu drajat kualitas berdasarkan indikator yang ditetapkan terhadap penyelenggara pekerjaan.

Kenyataan yang penulis temui di lapangan, pada Yayasan Pendidikan Panjang Lampung (YPPL), terdapat gejala-gejala yang menunjukan rendahnya kecerdasan emosional dan motivasi kerja yang dimiliki oleh guru.


(26)

Tabel 1.1 Rata-rata tingkat kehadiran guru Yayasan Pendidikan Panjang Lampung Tingkatan Satuan Pendidikan Persentase Kehadiran Tahun 2013

SMA 70%

SMK 68%

SMP 65%

Sumber : Yayasan Pendidikan Panjang Lampung Tahun 2013

Berdasarkan tabel diatas, tingkat kehadiran guru yang masih rendah dalam kegiatan belajar mengajar hanya mencapai 65% – 70% . Guru sering meninggalkan jam pelajaran baik itu dengan alasan sakit, alasan kepentingan tertentu atau bahkan tanpa alasan dan terlihat cenderung masa bodo, ini mengindikasikan kecerdasan emosional guru belum stabil, sehingga proses pembelajaran belum dicapai sesuai dengan tujuan. Sudah dijelaskan bahwa guru mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis dalam pendidikan untuk mencapai tujuan, baik itu tujuan intruksional, kurikuler, institusional, dan sampai pada tujuan pendidikan Nasional. Berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan tersebut tentu dapat diestimasi dengan melihat kinerja guru. Jika kinerja guru itu baik tentu optimisme pencapain tujuan semakin besar, sebaliknya jika kinerja itu buruk, maka pesimislah yang semakin besar. Salah satu indikator kinerja guru dapat dilihat dari prestasi atau hasil belajar siswa.

Selanjutnya, faktor motivasi juga berperan dalam meningkatkan kinerja guru. Motivasi mendorong seseorang melaksanakan suatu kegiatan guna mendapatkan hasil yang terbaik. Oleh karena itulah tidak heran jika para guru yang mempunyai motivasi tinggi cenderung mempunyai kinerja yang tinggi pula. Untuk itu motivasi guru dapat menghasilkan kinerja yang terbaik. Temuan tingkat kesiapan mengajarnya berupa penyelesaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran masih


(27)

belum tuntas dan rendahnya motivasi guru dalam membuat alat-alat peraga yang dapat membantu dalam kegiatan belajar dan mengajar.

Tabel 1.2 Penyusunan Perangkat Pembelajaran Guru YPPL

Tingkatan Satuan Pendidikan Persentase Perangkat Pembelajaran 2013

SMA 55%

SMK 50%

SMP 50%

Sumber : Yayasan Pendidikan Panjang Lampung Tahun 2013

Berdasarkan data, pembuat perangkat pembelajaran yang hanya mencapai 50% – 55%. Guru yang mengajar tanpa adanya kesiapan yang matang, tentunya dalam memberikan pengajaran tidak memiliki tujuan yang jelas, sehingga standar kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa tidak dapat tercapai .

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah, maka permaslahan yang terjadi dilokasi penelitian dapat diidentifikasikan berikut ini:

1.2.1 Presensi kehadiran sebagian guru SMA Yayasan Pendidikan Panjang Lampung (YPPL) untuk mengajar di kelas tergolong masih rendah. 1.2.2 Interaksi antara guru dengan guru, guru dengan siswa, guru dengan staf

kurang baik.

1.2.3 Guru menggunakan teknik ceramah sebagai teknik yang paling diminati dalam mengajar sehingga aktivitas siswa hanya mendengarkan. Dampaknya, siswa cenderung pasif dalam belajar.

1.2.4 Tingkat kesiapan mengajar berupa penyelesaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran masih belum tuntas.


(28)

1.2.5 Sebagian guru SMA Yayasan Pendidikan Panjang Lampung (YPPL) kurang berinisiatif dalam memanfaatkan dan menggunakan media pembelajaran.

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka peneliti perlu membatasi masalah guna menghindari salah penafsiran dan menyesuaikan dengan kemampuan, pengetahuan, waktu, dan materi peneliti. Adapun batasan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.3.1 Kecerdasan emosional guru pada Yayasan Pendidikan Panjang Lampung (YPPL).

1.3.2 Motivasi berprestasi guru pada Yayasan Pendidikan Panjang Lampung (YPPL).

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:

1.4.1 Apakah terdapat pengaruh positif dan signifikan kecerdasan emosional terhadap kinerja guru di YPPL Bandar Lampung?

1.4.2 Apakah terdapat pengaruh positif dan signifikan motivasi berprestasi terhadap kinerja guru di YPPL Bandar Lampung?

1.4.3 Apakah terdapat pengaruh positif dan signifikan kecerdasan emosional dan motivasi berprestasi terhadap kinerja guru di YPPL Bandar Lampung?


(29)

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mengetahui:

1.5.1 Pengaruh kecerdasan emosional terhadap kinerja guru di YPPL Bandar Lampung.

1.5.2 Pengaruh motivasi berprestasi terhadap kinerja guru di YPPL Bandar Lampung.

1.5.3 Pengaruh kecerdasan emosional dan motivasi berprestasi secara bersama-sama terhadap kinerja guru di YPPL Bandar Lampung.

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut: 1.6.1 Manfaat bagi Pendidik

Memberikan motivasi tentang pentingnya kecerdasan emosional dan motivasi berprestasi dalam pencapaian dan peningkatan kinerja guru. 1.6.2 Manfaat bagi Yayasan

Diharapkan dapat memberi gambaran dan rekomendasi bagi manajemen sekolah YPPL dalam menentukan kebijaksanaan dan mengambil keputusan untuk meningkatkan kinerja para guru.

1.6.3 Manfaat bagi Dinas Pendidikan

Memberikan sumbangan pemikiran tentang pengambilan kebijakan yang berkenaan dengan program peningkatan mutu pendidikan melalui kinerja guru.


(30)

1.6.4 Manfaat bagi Peneliti

Sebagai masukan untuk penelitian selanjutnya, baik dibidang yang sama maupun bidang lainnya dengan cakupan yang lebih luas, khususnya yang berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru. 1.7 Ruang Lingkup Penelitian

Pembahasan tentang ruang lingkup penelitian akan difokuskan pada tiga hal pokok yang berupa objek penelitian, subjek penelitian, tempat dan waktu serta ruang lingkup ilmu.

1.7.1 Objek Penelitian

Objek penelitian adalah kecerdasan emosional, motivasi berprestasi dan kinerja guru.

1.7.2 Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah guru sekolah YPPL Bandar Lampung 1.7.3 Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah di sekolah YPPL Bandar Lampung. 1.7.4 Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan dari tanggal 20 Januari s.d 25 Maret 2014. 1.7.5 Bidang Keilmuan

Penelitian ini masuk dalam bidang keilmuan manajemen pendidikan khususnya manajemen sumber daya manusia, yakni mengkaji perilaku individu guru dalam organisasi pendidikan.


(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

2.1 Tinjauan Pustaka

Bagian ini merupakan teori-teori serta pustaka yang dipakai pada waktu penelitian. Teori-teori ini diambil dari buku literatur, koran, dan internet. Teori yang dibahas meliputi teori tentang kinerja guru, kecerdasan emosional, dan motivasi berprestasi.

2.1.1 Kinerja Guru

Kinerja guru pada dasarnya merupakan kinerja atau unjuk kerja yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Kualitas kinerja guru akan sangat menentukan pada kualitas hasil pendidikan, karena guru merupakan pihak yang banyak bersentuhan langsung dengan siswa dalam proses pembelajaran dilembaga pendidikan. Rivai (2005:14) menyatakan bahwa kinerja merupakan terjemahan dari kata performance yang didefinisikan sebagai hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standart hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama.

Samsudin (2006:159) memberikan pengertian kinerja sebagai tingkat pelaksanaan tugas yang dapat dicapai seseorang dengan menggunakan kemampuan yang ada dan batasan-batasan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan organisasi.


(32)

Nawawi (2005: 234) memberikan pengertian kinerja sebagai hasil pelaksanaan suatu pekerjaan. Pengertian tersebut memberikan pemahaman bahwa kinerja merupakan suatu perbuatan atau prilaku seseorang secara langsung maupun tidak langsung dapat diamati oleh orang lain, Mulyasa (2004:136) mendefinisikan kinerja sebagai prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil kerja atau unjuk kerja.

Berdasarkan beberapa definisi yang dikemukakan diatas, dapat dinyatakan bahwa kinerja guru merupakan prestasi yang dicapai oleh seseorang guru dalam melaksanakan tugasnya atau pekerjaannya selama priode tertentu sesuai standar kompetensi dan kriteria yang telah ditetapkan untuk pekerjaan tersebut. Kinerja seseorang guru tidak dapat terlepas dari kompetensi yang melekat dan harus dikuasai. Kompetensi guru merupakan bagian penting yang dapat menentukan tingkat kemampuan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang pengajar. 2.1.1.1 Penilaian Kinerja Guru

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 menyebutkan penilaian kinerja guru adalah penilaian dari tiap butir kegiatan tugas utama guru dalam rangka pembinaan karir, kepangkatan, dan jabatan. Pelaksanaan tugas utama guru tidak dapat dipisahkan dari kemampuan seorang guru dalam penguasaan pengetahuan, penerapan pengetahuan dan keterampilan sebagaimana kompetensi yang dibutuhkan sesuai amanat Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Penguasaan kompetensi dan penerapan pengetahuan serta keterampilan guru sangat menentukan tercapainya


(33)

kualitas proses pembelajaran atau pembimbingan siswa dan pelaksanaan tugas tambahan yang relevan bagi sekolah/madrasah, khususnya bagi guru dengan tugas tambahan tersebut. Sistem penilaian kinerja guru adalah sistem penilaian yang dirancang untuk mengidentifikasi kemampuan guru dalam melaksanakan tugasnya melalui pengukuran penguasaan kompetensi yang ditunjukan dalam unjuk kerjanya.

Aspek yang dinilai dalam menentukan kinerja seseorang guru menurut Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 tahun 2009, seorang guru mata pelajaran harus memiliki kemampuan: (a) meyusun kurikulum pembelajaran satuan pendidikan, (b) menyusun silabus pembelajaran, (c) meyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, (d) melaksanakan kegiatan pembelajaran, (e) menyusun alat ukur/soal sesuai mata pelajaran, (f) menilai dan mengevaluasi proses dan hasil belajar pada mata pelajaran yang diampunya, (g) menganalisis hasilpenilain pembelajaran, (h) melaksanakan pembelajaran dan pengayaan dengan memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi, (i) menjadi pengawas penilaian dan evaluasi terhadap proses dan hasil belajar tingkat sekolah dan nasional, (j) membimbing guru pemula dalam program induksi, (k) membimbing siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler, (l) melaksanakan pengembangan diri, (m) melaksanakan publikasi ilmiah dan (n) membuat karya inovatif.

Usman (2005:17) menyebutkan kemampuan profesional guru meliputi kemampuan guru dalam (a) menguasai landasan pendidikan, (b) menguasai bahan pengajaran, (c) menyusun program pengajaran, (d) melaksanakan program pengajaran dan (e)


(34)

menilai hasil dan proses belajar mengajar. Menurut Sudjana (2012:17), kinerja guru dapat dilihat dari kompetensinya melaksanakan tugas-tugas guru, yaitu (a) merencanakan proses belajar mengajar, (b) melaksanakan dan mengelolah proses belajar mengajar, (c) menilai kemajuan proses belajar mengajar dan (d) menguasai bahan pelajaran.

Berdasarkan uraian pendapat dari beberapa ahli dan merujuk pada Peraturan Menteri Pemberdaya Aparatur Negara No 16 tahun 2009 maka indikator penilaian kinerja guru dapat disimpulkan menjadi empat yaitu: (a) menguasai bahan ajar, (b) merencanakan proses belajar mengajar, (c) kemampuan melaksanakan dan mengelolah proses belajar mengajar, (d) kemampuan melakukan evaluasi atau penilaian. Keempat indikator penilaian kinerja dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Menguasai Bahan Ajar

Nurdin (2005:80) mengatakan penguasaan bahan ajar yang akan diajarkan adalah mutlak dimiliki dan dikuasai oleh setiap guru. Kemampuan seseorang dalam mengkomunikasikan pengetahuan sangat bergantung pada penguasaan pengetahuan yang akan dikomunikasikannya itu. Hal ini berarti bahwa dalam proses komunikasidengan siswa, faktor penguasaan bidang studilah yang dapat membantu guru dalam mengkomunikasikan bahan ajarnya.

Penguasaan bidang studi oleh guru akan tampak dalam prilaku nyata ketika ia mengajar. Penguasaan itu akan tampak pada kemampuan guru dalam menjelaskan, mengorganisasikan bahan ajar dan sikap guru. Penguasaan bahan ajar yang baik oleh guru akan meningkatkan kemampuan guru dalam menjelaskan dan mengorganisasikan bahan ajar. Penguasaan bahan ajar merupakan salah satu faktor


(35)

yang mempengaruhi kinerja guru.

Guru yang kurang mantap penguasaan bidang studi atau kurang yakin apa yang dikuasainya, akan kehilangan kepercayaan diri bila berada dalam kelas, selalu ragu-ragu dan tidak dapat memberikan jawaban yang tepat dan tuntas atas poertanyaan siswa. Hal ini akan berakibat kurang optimalnya guru dalam mengajarkan bahan ajar, sebab akan merendahkan mutu pembelajaran dan dapat menimbulkan kesulitan pemahaman oleh siswa.

Guru perlu banyak membaca, mempelajari, mendalami, dan mengkaji bahan ajar yang ada dalam buku teks maupun buku pelajaran. Berdasarkan uraian diatas, dapat dinyatakan bahwa kinerja guru, salah satunya dipengaruhi oleh penguasaan bahan ajar yang akan diajarkan. Penguasaan bahan ajar oleh guru adalah kemampuan yang dimiliki guru dalam menerapkan sejumlah fakta, konsep, prinsip, dan keterampilan untuk menyelesaikan dan memecahkan soal-soal atau masalah yang berkaitan dengan pokok bahasan yang diajarkan.

b. Kemampuan Merencanakan Kegiatan Pembelajaran

Kemampuan guru dapat dilihat dari cara atau proses penyusunan program kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru yaitu, mengembangkan silabus terdiri dari: (a) identitas silabus, (b) standar kompetensi, (c) kompetensi dasar, (d) materi pembelajaran, (e) kegiatan pembelajaran, (f) Indikator, (g) alokasi waktu, (h) sumber pembelajaran.

Program pembelajaran jangka waktu singkat sering dikenal dengan istilah RPP, yang merupakan penjabaran lebih rinci dan spesifik dari silabus, ditandai oleh


(36)

adanya komponen-komponen: (a) identitas RPP, (b) standar kompetensi, (c) kompetensi dasar, (d) indikator, (e) tujuan pembelajaran, (f) materi pembelajaran, (g) metode pembelajaran, (h) langkah-langkah kegiatan, (i) sumber pembelajaran dan (j) penilaian.

c. Kemampuan Mengelolah dan Melaksanakan Proses Belajar Mengajar

Menurut Uno (2006:129) kemampuan merujuk pada kinerja seseorang dalam suatu pekerjaan yang dapat dilihat dari pikiran, sikap, dan prilakunya. Hal ini berarti kemampuan berhubungan dengan kinerja efektif dalam suatu pekerjaan. Pengertian pengelolaan dipertegas Djamarah (2005:144) bahwa pengelolaan berhubungan dengan keterampilan menciptakan dan memelihara kondisi yang optimal bagi terjadinya proses interaksi antar pihak yang terkait. Sanjaya (2005:150) menjelaskan bahwa salah satu tugas guru adalah mengelolah sumber belajar untuk mewujudkan tujuan belajar, sedangkan Usman (2002:21), menjelaskan bahwa guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran, salah satunya dipengaruhi oleh kemampuan guru mengelola pembelajaran.

Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran menjadi hal penting karena berkaitan langsung dengan aktivitas belajar siswa dikelas. Guru harus berupaya memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama untuk meningkatkan kulaitas pembelajaran dan kesempatan belajar bagi siswanya. Mulyasa (2005:69) menjelaskan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks yang melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan satu dengan yang lain. Aspek-aspek yang saling berkaitan tersebut, antara lain: guru, siswa, bahan ajar,


(37)

sarana pembelajaran, lingkungan belajar. Syafaruddin dan Nasution (2005:110) menjelaskan bahwa mengorganisir dalam pembelajaran adalah pekerjaan yang dilakukan seorang guru dalam mengatur dan mengunakan sumber belajar dengan maksud mencapai tujuan belajar dengan cara efektif dan efesien.

Berdarkan beberapa pengertian kemampuan mengelolah pembelajaran diatas, maka salah satu tugas guru adalah mengupayakan dan memberdayakan semua aspek yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran, yaitu: guru, siswa, bahan ajar, sarana pembelajaran, dan lingkungan belajar sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung efektif. Pernyataan tersebut dipertegas lagi oleh Usman (2002:21) bahwa pengelolaan pembelajaran terkait dengan upaya guru untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung, mengembangkan bahan ajar dengan baik, dan meningkatkan kemampuan siswa untuk memahami materi pelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran yang harus mereka capai.

Kondisi pembelajaran yang efektif dapat tercapai jika guru mampu mengatur siswa dan sarana pembelajaran, mampu menjalin hubungan dengan siswa serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kondisi pembelajaran yang efektif akan mempengaruhi kualitas pelaksanaan pembelajaran. Kemampuan mengelolah pembelajaran merupakan upayah guru dalam mengelola pembelajaran selama proses pembelajaran berlangsung dengan dimensi: (a) menciptakan dan memelihara kondisi pembelajaran yang optimal, (b) melaksanakan kegiatan pembelajaran, (c) membina hubungan yang positif dengan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.


(38)

Guru menciptakan dan memelihara kondisi pembelajaran meliputi indikator: (a) menunjukkan sikap tanggap, (b) memberi perhatian dan petunjuk yang jelas, (c) mengatur/memberi ganjaran, (d) mengatur ruang belajar sesuai kondisi kelas. Upaya guru melaksanakan pembelajaran meliputi indikator: (a) membuka pembelajaran, (b) melaksanakan pembelajaran, (c) melakukan penilaian dan tindak lanjutnya terhadap kegiatan pembelajaran, dan (d) menutup pembelajaran, sedangkan upaya guru membina hubungan positif dengan siswa meliputi indikator: (a) membantu mengembangkan sikap positif pada diri siswa, (b) bersikap luwes dan terbuka terhadap siswa, (c) menunjukkan kegairahan dan kesungguhan dalam mengajar, dan (d) mengelola interaksi prilaku siswa didalam kelas.

d. Kemampuan Melakukan Evaluasi/Penilaian Pembelajaran

penilaian hasil belajar adalah kegiatan atau cara yang ditujukan untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dan juga proses pembelajaran yang telah dilakukan. Pada tahap ini seorang guru dituntut memiliki kemampuan dalam menentukan pendekatan dan cara-cara evaluasi, penyusun alat-alat evaluasi, pengolahan, dan penggunaan hasil evaluasi.

Pendekatan atau cara yang dapat digunakan untuk melakukan evaluasi/penilaian hasil belajar adalah melalui Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP). PAN adalah cara penilaian yang tidak selalu tergantung pada jumlah soal yang diberikan atau penilaian dimaksudkan untuk mengetahui kedudukan hasil belajar yang dicapai berdasarkan norma kelas. Siswa yang paling besar skor yang didapat dikelasnya, adalah siswa yang memiliki kedudukan tertinggi dikelasnya. PAP adalah cara penilaian, dimana nilai yang diperoleh siswa


(39)

tergantung pada beberapa jauh tujuan yang tercermin dalam soal-soal tes yang dapat dikuasai siswa. Nilai tertinggi adalah nilai sebenarnya berdasarkan jumlah soal tes yang dijawab dengan benar oleh siswa. PAP adalah passing grade atau batas lulus, apakah siswa dapat dikatakan lulus ataulah tidak berdasarkan batas lulus yang telah ditetapkan.

Pendekatan PAN dan PAP dapat dijadikan acuan untuk memberikan penilaian dan memperbaiki sistem pembelajaran. Kemampuan lainnya yang perlu dikuasai oleh guru pada kegiatan evaluasi meliputi: tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan. Seorang guru dapat menentukan alat tes tersebut sesuai dengan materi yang disampaikan.

Bentuk tes tertulis yang banyak dipergunakan guru adalah ragam benar/salah, pilihan ganda, menjodohkan, melengkapi, dan jawaban singkat. Tes lisan adalah soal tes yang diajukan dalam bentuk pertanyaan lisan dan langsung dijawab oleh siswa secara lisan. Tes ini umumnya ditujukan untuk mengulang atau mengetahui pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang telah disampaikan sebelumnya. Tes perbuatan adalah tes yang dilakukan oleh guru kepada siswa. Dalam hal ini siswa diminta melakukan atau memperagakan sesuatu perbuatan sesuai dengan materi yang telah diajarkan seperti pada mata pelajaran kesenian, keterampilan, olah raga, komputer, dan sebagainya.

Indikasi kemampuan guru dalam penyusunan alat-alat tes ini digambarkan dari frekuensi penggunaan bentuk alat-alat tes secara variatif, karena alat-alat tes yang telah disusun pada dasarnya digunakan sebagai alat penilaian hasil belajar. Hal lain yang harus diperhatikan selain pendekatan penilaian dan penyusunan alat-alat tes


(40)

adalah pengolaan dan penggunaan hasil belajar. Ada dua halyang perlu diperhatikan dalam penggunaan hasil belajar, yaitu: (a) Jika bagian-bagian tertentu dari materi pelajaran yang tidak dipahami oleh sebagian kecil siswa, guru tidak perlu memperbaiki program pembelajaran, melainkan cukup memberikan kegiatan remidial bagi siswa-siswa yang bersangkuatan, (b) jika bagian-bagian tertentu dari materi pelajaran tidak dipahami oleh sebagian besar siswa, maka diperlukan perbaikan terhadap program pembelajaran, khususnya berkaitan dengan bagian-bagian yang sulit dipahami.mengacu pada kedua hal tersebut, maka frekuensi kegiatan pengembangan pembelajaran dapat dijadikan indikasi kemampuan guru dalam pengolahan dan penggunaan hasil belajar. Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi: (a) kegiatan remidial, yaitu penambahan jam pelajaran, mengadakan tes, dan menyediakan waktu khusus untuk bimbingan siswa, (b) kegiatan perbaikan program pembelajaran, baik dalam program semesteran maupun program satuan pelajaran atau rencana pelaksanaan pembelajaran, yaitu menyangkut perbaikan berbagai aspek yang perlu diganti atau disempurnakan.

2.1.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Robert (2001:82) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja individu tenaga kerja yaitu: (a) kemampuan mereka, (b) motivasi, (c) dukungan yang diterima, (d) keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan, dan (e) hubungan mereka dengan organisasi. Mangkunegara (2000:67) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi kinerja antara lain: (a) faktor kemampuan secara psikologis kemampuan (ability) pegawai terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan


(41)

realita (pendidikan), oleh karena itu pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya, (b) faktor motivasi yang dibentuk dari sikap (attuide) seorang pegawai dalam menghadapi situasi kerja.

Winsol (dalam Wirasasmita, 1998:30) menjelaskan bahwa studi komunikasi antar personal efektif berdasarkan teori yang logis meliputi keahlian yang dapat diterapkan pada lingkungannya. Keahlian komunikasi antar personal dan keahlian hubungan manusia (diikuti oleh keahlian lisan) menduduki urutan dalam keenam faktor-faktor terpenting yang diperlukan dalam keberhasilan prestasi kerja.

Motivasi merupakan kondisi yang menggerakan diri guru terarah untuk mencapai tujuan kerja. Sikap mental merupakan kondisi mental yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai potensi kerja secara maksimal. Mc. Cleland (dalam Mangkunegara, 2001:68) berpendapat bahwa ada hubungan yang positif antara motif berprestasi dengan pencapaian kerja. Motif berprestasi adalah suatu dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan suatu kegiatan atau tugas dengan sebaik-baiknya agar mampu mencapai prestasi kerja (kinerja) dengan predikat terpuji. Mc. Cleland, mengemukakan ada enam karakteristik dari seseorang yang memiliki motif yang tinggi yaitu: (a) memiliki tanggung jawab yang tinggi, (b) berani mengambil resiko, (c) memiliki tujuan yang realistis, (d) memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasi tujuan,(e) memanfaatkan umpan balik yang kongkrit dalam seluruh kegiatan kerja yang dilakukan, (f) mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah diprogramkan. Gibson (1999:53) menyatakan ada tiga faktor yang berpengaruh terhadap kinerja: (a) faktor individu: kemampuan, keterampilan, latar belakang keluarga,


(42)

pengalaman kerja, tingkat sosial, dan demografi seseorang, (b) Faktor psikologis: persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi, dan kepuasan kerja,(c) faktor organisasi: struktur organisasi, desain pekerjaan, kepemimpinan, sistem penghargaan (reward system).

Berdasarkan uraian diatas, definisi kinerja guru dalam penelitian ini sebagai prestasi yang dicapai oleh seseorang guru dalam melaksanakan tugas mengajar selama priode tertentu sesuai standart kompetensi dan kriteria yang telah ditetapkan untuk pekerjaan tersebut, dengan indikator: (a) menguasai bahan ajar, (b) kemampuan merencanakan kegiatan pembelajaran, (c) kemampuan mengelola dan melaksanakan kegiatan pembelajaran, (d) kemampuan mengadakan evaluasi dan prilaku pembelajaran.

2.1.2 Kecerdasan Emosional

Istilah kecerdasan emosional baru dikenal secara luas pada pertengahan 1990-an dengan kemunculan karya fenomenal Daniel Goleman: Emotional Intelligent. Hasil penelitian yang luar biasa tentang kecerdasan emosional lebih dari sepuluh tahun dilakukannya. Namun menunggu waktu yang cukup lama untuk mengumpulkan bukti-bukti ilmiah yang cukup kuat. Sehingga saat Goleman mempublikasikan hasil risetnya, kecerdasan emosional mendapat sambutan positif dari para akademisi dan praktisi.

2.1.2.1 Pengertian Kecerdasan Emosional

Salovey dan Mayer dalam Shapiro (1998:8), mendefinisikan kecerdasan emosional atau yang sering disebut EQ adalah sebagai himpunan bagian dari kecerdasan sosial


(43)

yang melibatkan kemampuan memantau perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada orang lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan. Menurut Goleman kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan intelegensi , menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, emapati dan keterampilan sosial. Kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh lingkungan, tidak bersifat menetap, dan berubah-rubah setiap saat. Untuk itu peran lingkungan terutama orang tua pada masa kanak-kanak sangat mempengaruhi dalam pembentukan kecerdasan emosional. Keterampilan EQ bukanlah lawan keterampilan IQ atau keterampilan kognitif, namun keduannya berinteraksi secara dinamis, baik pada tingkatan konseptual maupun pada dunia nyata. Selain itu EQ tidak begitu dipengaruhi oleh faktor keturunan Shapiro (1998:10). Koordinasi suasana hati adalah inti dari hubungan sosial yang baik. Apabila seseorang pandai menyesuaikan dengan suasana hati individu yang lain atau dapat berempati, orang tersebut akan memiliki tingkat emosionalitas yang baik dan akan lebih mudah menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial serta lingkungannya.

Lebih lanjut, Goleman mengemukakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan emosional tersebut seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memiliki kepuasan dan mengatur suasana hati.


(44)

Sebuah model pelopor lain tentang kecerdasan emosional diajukan oleh BAR-On pada tahun 1992 seseorang ahli pskologi Israel, yang mendefenisikan kecerdasan emosional sebagai serangkaian kemampuan pribadi, emosi dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil dalam mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan. Menurut (Goleman, 2002:180), kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi, menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial.

Gardner dan Goleman (2000:50-53), mengatakan bahwa bukan hanya satu jenis kecerdasan yang monolitik yang penting utnuk meraih sukses dalam kehidupan, melainkan ada spektrum kecerdasan yang lebar dengan tujuan varietas utama yaitu lunguistic, matematika/logika, spesial, kinestetik, musik, interpersonal dan intrapersonal, kecerdasan ini dinamakan oleh Gardner sebagai kecerdasan pribadi yang ileh Daniel Goleman disebut sebagai kecerdasan emosional. Menurut Gardner, kecerdasan pribadi terdiri dari kecerdasan antar pribadi yaitu kemampuan memahami orang lain, apa yang memotivasi mereka, bagaimana mereka bekerja, bagaimana bekerja bahu membahu dengan kecerdasan. Sedangkan kecerdasan intra pribadi adalah kemampuan yang korelatif, tetapi terarah kedalam diri. Kemampuan tersebut adalah kemampuan membentuk suatu model diri sendiri yang teliti dan mengacu pada diri serta kemampuan untuk menggunakan modal tadi sebagai alat untuk menempuh kehidupan secara efektif.

Dalam rumusan lain, Gardner menyatakan bahwa inti kecerdasan antar pribadi itu mencakup kemampuan untuk membedakan dan menanggapi dengan tepat suasana


(45)

hati, tempramen, motivasi dan hasrat orang lain. Dalam kecerdasan antar pribadi yang merupakan kunci menuju pengetahuan diri, mencantumkan akses menuju perasaan-perasaan diri seseorang dan kemampuan untuk membedakan perasaan-perasaan tersebut serta memanfaatkannya untuk menuntun tingkah laku. (Goleman, 2002:52). Berdasarkan kemampuan yang dinyatakan Gardner tersebut, Selovey dalam Goleman (2002:57), memilih kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal untuk dijadikan sebagai dasar untuk mengungkap kecerdasan emosional pada diri individu.

Dapat disentesiskan bahwa, kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain.

2.1.2.2 Faktor Kecerdasan Emosional

Goleman mengutip Salovey (2002:58-59), menempatkan kecerdasan pribadi Gardner dalam definisi dasar tentang kecrdasan emosional yang dicetuskan dan memperluas kemampuan tersebut menjadi lima kemampuan utama yaitu; (1) Mengenali emosi diri, mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar dari kecerdasan emosional, para ahli psikologi menyebutkan kesadaran diri sebagai metmood, yakni kesadaran seseorang akan emosinya sendiri. Menurut Mayer dalam Goleman (2002:64), kesadaran diri adalah waspada terhadap suasana hati maupun pikiran tentang suasana hati, bila kurang waspada maka individu menjadi mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi. Kesadaran diri


(46)

memang belum menjamin penguasaan emosi, namun merupakan salah satu prasyarat penting untuk mengendalikan emosi sehingga individu mudah menguasai emosinya; (2) Mengelola Emosi, mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras, sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu. Menjaga agar emosi yang merisaukan tetap terkendali merupakan kunci menuju kesehjateraan emosi. Emosi berlebihan, yang meningkat dengan itensitas terlampau lama akan mengoyak kesetabilan kita Goleman (2002:77-78). Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang ditimbulkannya serta kemampuan untuk bangkit dari perasaan-perasaan yang menekan; (3) Memotivasi Diri Sendiri, prestasi harus dilalu dengan dimilikinya motivasi dalam diri individu, yang berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati, serta mempunyai motivasi yang positif, yaitu; (a) antusianisme, (b) gairah, (c) optimis, (d) dan keyakinan diri; (4) Mengenali Emosi Orang Lain, kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga empati. Goleman (2002:57), berpendapat kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau peduli dengan orang lain,menunjukkan kemampuan empati seseorang. Individu yang memiliki kemampuan empati, lebih mampu mengungkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan orang lain sehingga ia lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap perasaan orang lain dan lebih mampu untuk mendengarkan orang lain. Rosenthal dalam penelitiannya menunjukkan bahwa orang-orang yang mampu membaca perasaan dan isyarat non verbal lebih mampu menyesuaikan diri secara emosional,


(47)

lebih popular, lebih mudah bergaul, dan lebih peka (Goleman,2002:136), seseorang yang mampu membaca emosi orang lain juga memiliki kesadaran diri yang tinggi. Semakin mampu terbuka terhadap emosinya sendiri, mampu mengenal dan mengakui emosinya sendiri, maka orang tersebut mempunyai kemampuan untuk membaca perasaan orang lain; (5) Kemampuan Membina Hubungan, kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antar pribadi Goleman (2002:59). Keterampilan dalam berkomunikasi merupakan kemampuan dasar dalam keberhasilan membina hubungan. Individu sulit untuk mendapatkan apa yang diinginkannya dan sulit juga memahami kegiatan serta kemauan orang lain. Orang-orang yang hebat dalam keterampilan membina hubungan ini akan sukses dalam bidang apapun. Orang yang berhasil dalam pergaulan karena mampu berkomunikasi dengan lancar pada orang lain. Orang-orang yang popular dalam lingkungannya dan menjadi teman yang menyenangkan kerana kemampuannya berkomunikasi Goleman (2002:59). Ramah tamah, baik hati, hormat dan disukai orang lain dapat dijadikan petunjuk positif bagaimana seorang guru mampu membina hubungan dengan orang lain.

Berdasarkan kajian, maka yang dimaksud dengan kecerdasan emosional adalah kemampuan guru untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain dengan indikator; (1) mengenali emosi; (2) mengelola emosi; (3) memotivasi diri sendiri; (4) mengenali emosi orang lain; (5) membina hubungan dengan orang lain.


(48)

2.1.3 Motivasi Berprestasi

Motivasi berprestasi merupakan bekal untuk meraih sukses. Sukses berkaitan dengan prilaku produktif dan selalu memperhatikan/menjaga kualitas produknya. Motivasi berprestasi merupakan konsep personal yang inheren yang merupakan faktor pendorong untuk meraih atau mencapai sesuatu yang diinginkan agar meraih kesuksesan. Setiap orang memiliki hambatan yang berbeda-beda dalam mencapai kesuksesan, dan dengan memiliki motivasi berprestasi yang tinggi, diharapkan hambatan-hambatan tersebut akan dapat diatasi dan kesuksesan yang diinginkan dapat diraih.

2.1.3.1 Pengertian Motivasi

Hasibuan (2005:216) menyatakan bahwa motivasi dapat diartikan sebagai faktor pendorong yang berasal dalam diri manusia, yang akan mempengaruhi cara bertindak seseorang. Motivasi kerja akan berpengaruh terhadap performansi pekerja. Rumusan lain motivasi sesuai dengan pendapat Robbins (2002:198) tentang motivasi karyawan adalah kesediaan untuk melaksanakan upaya tinggi untuk mencapai tujuan-tujuan keorganisasian, yang dikondisi oleh kemampuan upaya demikian, untuk memenuhi kebutuhan individual tertentu.

Berdasarkan pendapat Mitchell (1981) yang dikutip oleh Winardi (2001: 1) bahwa motivasi mewakili proses-proses psikologikal, yang menyebabkan timbulnya pengarahan dan persistensi kegiatan-kegiatan sukarela yang ditujukan ke arah pencapaian tujuan. Defenisi lain dari motivasi pendapat dari Gray et al. (dalam Winardi, 2001:2) bahwa motivasi merupakan hasil jumlah proses, yang bersifat


(49)

internal, atau eksternal bagi seseorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi dalam hal melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu. Seseorang yang sangat termotivasi, yaitu orang yang melaksanakan upaya substansial, guna menunjang tujuan-tujuan produksi kesatuan kerjanya, dan organisasi di tempat dia bekarja. Seseorang yang tidak termotivasi hanya memberikan upaya minimum dalam hal bekerja. Konsep motivasi merupakan sebuah konsep penting tentang studi tentang kinerja kerja individual. Menurut Winardi (2001: 2) motivasi merupakan sebuah determinan penting bagi kinerja individual. Motivasi bukan satu-satunya determinan, kerena masih ada variabel-variabel lain yang bersangkutan dan pengalaman kerja sebelumnya. Menurut Danim (2004:2) motivasi (motivation) diartikan sebagai kekuatan, dorongan, kebutuhan, semangat, tekanan atau mekanisme psikologi yang mendorong seseorang atau kelompok orang untuk mencapai prestasi tertentu sesuai dengan apa yang dikehendakinya. Davis dan John Newstroom (dalam Uno, 2009: 88) mendefenisikan motivasi berprestasi (achievement motivation) adalah dorongan dalam diri orang-orang untuk mengatasi segala tantangan dan hambatan dalam upaya mencapai tujuan. Orang yang memilki dorongan ini ingin berkembang dan tumbuh, serta ingin maju menelusuri tangga keberhasilan. Penyelesaian seseuatu merupakan hal yang penting demi penyelesaian itu sendiri, tidak untuk imbalan yang menyertainya.

Motivasi dalam arti kognitif dapat diasumsikan sebagai aktivitas individu untuk menentukan kerangka dasar tujuan penentuan prilaku untuk mencapai tujuan itu. Motivasi dalam arti afeksi bermakna sikap dan nilai dasar yang dianut oleh seorang


(50)

atau sekelompok orang untuk bertindak atau tidak bertindak. Kekuatan, dorongan, kebutuhan, semangat, tekanan atau mekanisme psikologi yang dimaksudkan di atas merupakan akumulasi faktor-faktor internal dan eksternal (internal and external factors).

Faktor internal (internal factors) bersumber dari alam diri individu itu sendiri, sedangkan faktor eksternal (external factors) bersumber dari luar individu. Faktor internal dapat pula disebut sebagai akumulasi aspek-aspek internal individu, seperti kepribadian, intelegensi, ciri-ciri fisik, kebiasaan, kesadaran, minat, bakat, dan kemauan, spirit, antusiasme dan sebagainya. Faktor eksternal bersumber dari lingkungan, apakah itu lingkungan fisik, sosial, tekanan, dan regulasi keorganisasian. Faktor internal dan eksternal itu berinteraksi dan diaktualisasikan oleh individu dalam bentuk kapasitas untuk kerja (working performance) atau kapasitas produksi, baik yang dapat dikuantifikasi secara hampir pasti maupun yang bersifat variabilitas.

2.1.3.2 Kebutuhan Manusia Akan Motivasi

Mc.Clelland (dalam Danim, 2004:3) mengelompokkan tiga kebutuhan manusia yang dapat memotivasi gairah bekerja, yaitu kebutuhan akan prestasi (need for achievement), kebutuhan akan afiliasi (need for affiliation) dan kebutuhan akan kekuasaan (need for power).

a. Kebutuhan akan Prestasi (Need for Achievement)

Menurut Hasibuan (2005:217) kebutuhan akan prestasi merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat kerja seseorang, karena need for achievement akan


(51)

mendorong seseorang untuk mengembangkan kreativitas dan mengarahkan semua kemampuan serta energi yang dimilikinya demi mencapai prestasi kerja yang optimal.

Need for achievement berhubungan dengan pemilihan pekerjaan, bagi orang yang mempunyai need for achievement rendah mungkin akan memilih tugas yang mudah, untuk meminimalisasi resiko kegagalan, atau tugas dengan kesulitan tinggi, sehingga bila gagal tidak akan memalukan,tapi sebaliknya bagi yang memilki need for achievement tinggi cenderung memilih tugas dengan tingkat kesulitan moderat, mereka akan merasa tertantang tetapi masih dapat dicapai dan memiliki karakteristik dengan kecenderungan untuk mencari tantangan dan tingkat kemandirian tinggi.

Orang-orang yang berprestasi tinggi (achievers) menghindari situasi dengan resiko rendah karena dengan mudah dicapai kesuksesan yang bukan pencapaian yang sunguh-sungguh. Proyek dengan resiko tinggi, achievers melihat hasilnya sebagai suatu kesempatan yang melampaui kemampuan seseorang sehingga cenderungn bekarja pada situasi dengan tingkat kesuksesan yang moderat, idealnya peluan 50%. Achievers membutuhkan umpan balik yang berkesinambungan untuk memonitor kemajuan dari pencapaiannya. Mereka lebih suka bekerja sendiri atau dengan orang lain dengan tipe achievers tinggi.

Menurut Uno (2007:29) sumber need for achievement meliputi: (a). orang tua yang mendorong kemandirian dimasa kanak-kanak, (b) menghargai dan memberi hadiah atas kesuksesan, (c) asosiasi prestasi dengan perasaan positif, (d) asosiasi prestasi dengan orang-orang yang memiliki kompetensi dan usaha sendiri bukan karena


(52)

keberuntungan, (e) suatu keinginan untuk menjadi efektif atau tertantang, (f) kekuatan pribadi.

b. Kebutuhan akan Afiliasi (Need for Affiliation)

Mereka yang memilki kebutuhan affiliasi (need for affiliation) tinggi membutuhkan hubungan kemanusiaan dengan orang lain dan membutuhkan rasa diterima dari orang lain. Mereka cenderung memperkuat norma-norma dalam kelompok kerja mereka. Orang dengan need for affiliation tinggi cenderung bekerja pada tempat yang memungkinkan interaksi personal. Mereka bekerja dengan baik pada layanan

customer dan situasi interaksi dengan pelanggan.

Menurut Hasibuan (2005:217) kebutuhan akan afiliasi menjadi daya penggerak yang akan memotivasi semangat bekerja seseorang, karena itu need for affiliation

ini yang akan merangsang gairah kerja seseorang karyawan, sebab setiap orang menginginkan: (a) kebutuhan dan perasaan diterima orang lain di lingkungan dia hidup dan bekerja (sense of bilonging), (b) kebutuhan akan perasaan dihormati, karena setiap manusia merasa dirinya penting (sense of impotance), (c) perasaan akan kebutuhan akan maju dan tidak gagal (sense of achievement), (d) kebutuhan akan perasaan ikut serta (sense of participation)

Seseorang karena keburtuhan need for affiliation akan memotivasi dan mengembangkan dirinya serta memnfaatkan semua energinya untuk menyelesaikan tugas-tugasnya.

c. Kebutuhan akan Kekuatan (Need for Power)


(53)

kerja seorang karyawan serta mengarahkan semua kemampuan demi mencapai kekuasaan atau kedudukan terbaik dalam organisasi.

Ego manusia yang lebih berkuasa dari manusia yang lainnya sehingga menimbulkan persaingan. Persaingan ini oleh manajer ditumbuhkan secara sehat dalam memotivasi bawahannya, supaya mereka termotivasi untuk bekerja dengan giat. Manajer harus mampu menciptakan suasana persaingan yang sehat dan memberi kesempatan untuk promosi sehingga meningkatkan semangat kerja bawahannya untuk mencapai need for affiliation dan need for power yang diinginkannya.

Hasibuan (2005:218) kebutuhan prestasi merupakan keinginan atau kehendak untuk menyelesaikan suatu tugas secara sempurna, atau sukses didalam situasi persaingan. Menurut Danim (2004:3) kebutuhan berprestasi merupakan suatu motif yang secara kontras dapat dibedakan dengan kebutuhan yang lainnya. Menurut Winardi (2001:3) teori-teori prestasi meyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Sekalipun semua orang mempunyai kebutuhan dan motif ini namun kekuatan pengaruh kebutuhan itu tidak sama bagi semua orang, bahkan untuk satu orang yang sama tidak sama kuatnya pada setiap saat atau pada saat yang berbeda.

Menurut Mc.Clelland (dalam Zainun, 2007:50) kebanyakan orang memiliki dan menunjukkan satu kombinasi karakteristik dari ketiga kebutuhan tersebut. Sebagian orang cenderung menunjukkan dominasi dari salah satu kebutuhan, sementara sebagian yang lain menunjukkan campuran ketiga kebutuhan secara imbang.


(54)

Menurut Uno (2007:30) karakteristik dari mereka yang tinggi motivasi berprestasinya ini adalah adanya pengembangan dan perbaikan dalam segala hal yang dikerjakan, ingin mendapatkan umpan balik yang segera dan ingin selalu merasa telah melakukan sesuatu yang bermakna secar tuntas.

Seseorang yang dianggap mempunyai motivasi berprestasi, jika dia ingin mengungguli yang lain. Ada enam karakteristik orang yang berprestasi tinggi yaitu: (a) memilki tingkat tanggung jawab pribadi yang tinggi, (b) berani mengambil dan memikul tanggung jawab, (c) memiliki tujuan yang realistik, (d) memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasi tujuan, (e) memanfaatkan umpan balik yang konkrit dalam semua kegiatan yang dilakukan (f) mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah diprogramkan.

Pendapat yang dikemukakan oleh Mc.Clelland dalam Hidayat (2008:80) dalam penelitiannya tentang hubungan motivasi berprestasi, meyebutkan ada sembilan indikator motivasi berprestasi yaitu: (a) memiliki semangat yang tinggi untuk mencapai kesuksesan, (b) memiliki tanggung jawab, (c) memiliki rasa percaya diri, (d) memilih untuk melakukan tugas yang menantang, (e) menunjukkan usaha kerasdan tekun dalam mencapai tujuan yang bersifat lebih baik, (f) memupuk keberanian untuk mengambil resiko, (g) adanya keinginan untuk selalu unggul dari orang lain, kreatif dan selalu menentukan tujuan yang realistik.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian motivasi berprestasi adalah semangat atau dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas kerja guna mencapai suatu tujuan yang berpengaruh positif dalam mencapai hasil yang lebih baik, dengan indikator: (a) berusaha unggul, (b)


(55)

menyelesaikan tugas dengan baik, (c) rasional dalam meraih keberhasilan, (d) menyukai tantangan, (e) menerima tanggungjawab, (f) menyukai situasi pekerjaan dengan tanggung jawab pribadi umpan balik dan resiko tingkat menengah.

2.2 Kerangka Pikir

2.2.1. Pengaruh Kecerdasan Emosional (X1) Terhadap Kinerja Guru.

Kecerdasan emosional merupakan wacana baru di wilayah psikologi dan setelah bertahun-tahun masyarakat sangat meyakini bahwa faktor penentu keberhasilan hidup seseorang adalah IQ. Namun temuan peneliti dibidang psikologi yang dilakukan oleh Gardner tentang multiple intellegence yang menyatakan bahwa manusia memiliki banyak kecerdasan, yang bukan hanya kecerdasan intelektual saja. Ini telah membuka cakrawala baru tentang potensi manusia yang belum dieksplorasi untuk mendorong keberhasilan hidup.

Salovey dan Mayer dalam Shapiro (1998:8), mendefinisikan kecerdasan emosional atau yang sering disebut EQ adalah sebagai himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada orang lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan.

Menurut (BAR-On,1992) seseorang ahli pskologi Israel, yang mendefenisikan kecerdasan emosional sebagai serangkaian kemampuan pribadi, emosi dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil dalam mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan.


(56)

seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi, menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya melalui keterampilan

Dari beberapa definisi para ahli diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kecerdasan emosional yang tinggi dibutuhkan guru sebagai seorang pendidik agar tetap bisa diterima dan sukses dilingkungannya tempat bekerja.

Mengutip beberapa pendapat tersebut, itu artinya bahwa kecerdasan emosional mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja guru.

2.2.2 Pengaruh Motivasi Berprestasi (X2) Terhadap Kinerja Guru.

Berdasarkan pendapat Winardi (2001: 1) bahwa motivasi mewakili proses-proses psikologikal, yang menyebabkan timbulnya pengarahan dan persistensi kegiatan-kegiatan sukarela yang ditujukan ke arah pencapaian tujuan.

Menurut Danim (2004:2) motivasi (motivation) diartikan sebagai kekuatan, dorongan, kebutuhan, semangat, tekanan atau mekanisme psikologi yang mendorong seseorang atau kelompok orang untuk mencapai prestasi tertentu sesuai dengan apa yang dikehendakinya.

Davis dan John Newstroom (dalam Uno, 2009: 88) mendefenisikan motivasi berprestasi (achievement motivation) adalah dorongan dalam diri orang-orang untuk mengatasi segala tantangan dan hambatan dalam upaya mencapai tujuan. Orang yang memilki dorongan ini ingin berkembang dan tumbuh, serta ingin maju menelusuri tangga keberhasilan. Penyelesaian sesuatu merupakan hal yang penting demi penyelesaian itu sendiri, tidak untuk imbalan yang menyertainya. Dari beberapa definisi para ahli diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi


(57)

berprestasi yang tinggi dibutuhkan guru sebagai seorang pendidik. Guru yang bekerja tidak hanya karena ingin dipuji atau untuk mendapatkan imbalan, tetapi lebih dari itu karena tuntutan profesinya.

Mengutip beberapa pendapat tersebut, itu artinya bahwa motivasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja guru.

2.2.3. Pengaruh antar Kecerdasan Emosional dan Motivasi Berprestasi Terhadap Kinerja Guru

Guru yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi senantiasa dapat mengatur motivasi dirinya secara tepat, dalam hal ini tentunya guru yang memiliki motivasi berprestasi yang kuat pula dalam dirinya. Guru yang memiliki motivasi berprestasi disertai kecerdasan emosi yang tinggi maka arah pemikiran dan tingkah lakunya akan menuju kepeningkatan. Seorang guru yang mampu menggunakan kecerdasan emosi dan motivasi berprestasi yang dimilikinya secara bersama-sama dapat melaksanakan pekerjaannya secara optimal.

Hubungan antara variabel penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Konstelasi Hubungan antarvariabel Penelitian (rx2y)

(rx12y)

X

1

X

2

Y

(rx1y)


(58)

Keterangan:

X1 : Kecerdasan Emosional X2 : Motivasi Berprestasi Y : Kinerja Guru

2.3. Hipotesis

Berdasarkan deskripsi teoritis dan kerangka pikir, maka hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:

2.3.1 Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara kecerdasan emosional terhadap kinerja guru sekolah YPPL di Bandar Lampung.

2.3.2 Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara motivasi berprestasi terhadap kinerja guru sekolah YPPL di Bandar Lampung.

2.3.3 Terdapat pengaruh positif dan signifikan secara bersama-sama antara kecerdasan emosional dan motivasi berprestasi terhadap kinerja guru sekolah YPPL di Bandar Lampung.


(59)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Pendekatan jenis dan teknik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu jenis penelitian kuantitatif ex post facto dengan teknik korelasional. Metode penelitian survei merupakan penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi yang menggunakan kuesioner (angket) sebagai alat pengumpul data pokok

Penelitian ini menggunakan angket, artinya data dikumpulkan dengan memberikan daftar pertanyaan dan isian yang digunakan untuk menggali data penelitian. Angket diharapkan dapat mengungkap data dari variabel yang hendak diteliti secara obyektif. Selanjutnya, hasilnya dicari sebab-sebabnya yang saling berhubungan. Tujuannya untuk membuat deskripsi mengenai fakta dan sifat-sifat populasi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di YPPL Bandar Lampung. Aktivitas penelitian meliputi kegiatan persiapan, seminar proposal, penyusunan instrumen, uji coba instrumen, pengambilan data, analisis data, dan seminar hasil penelitian serta penyusunan laporan penelitian dilaksanakan 20 Januari s.d 25 Maret 2014.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Sugiyono (2009:117) menjelaskan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitasdan karakteristik


(60)

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Selanjutnya Arikunto (2002:105) menyatakan bahwa populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Jadi populasi merupakan objek dan subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. Populasi dalam penelitian ini, guru-guru YPPL Bandar Lampung dari 67 orang guru dari 3 Tingkat Satuan Pendidikan SMP, SMA dan SMK. Sampel diambil dengan teknik proposional random sampling, dengan menggunakan rumus Slovin (Husen Umar, 2000:108)

dibulatkan 40 atau 60 % Keteranagan:

n = jumlah sampel

e = persen kelonggaran penelitian/taraf signifikan N = jumlah populasi

Tabel 3.1 Populasi dan Sampel

No Tingkat Satuan Pendidikan Jumlah Guru Jumlah Sampel

1 Sekolah Menengah Pertama 16 10

2 Sekolah Menengah Atas 24 14

3 Sekolah Menegah Kejuruan 27 16

Jumlah 67 40

Sumber: Yayasan Pendidikan Panjang Lampung Tahun 2013 Keterangan:

S = target jumlah sampel x = jumlah keseluruhan sampel y = jumlah populasi


(61)

Langkah-langkah pengambilan sampel penelitian adalah (1) Menetapkan populasi dari tingkat satuan pendidikan yang ada di YPPL Bandar Lampung (2) dari tingkat satuan pendidikan dipilih sejumlah guru yang akan dijadikan sampel kemudian dibuat nomor kode guru untuk setiap satuan tingkat pendidikan (3) setelah itu nomor kode guru yang udah ditulis pada potongan kertas kecil sejumlah guru sebanyak populasi, (3) kemudian nomor kode guru yang ditulis pada potongan kertas, kemudian digulung dan dimasukkan dalam tabung dan dikocok, lalu dikeluarkan satu persatu, (4) gulungan yang keluar, ditulis sebagai sampel kemudian dimasukkan kembali ke dalam tabung, lalu dikocok untuk mendapatkan sampel berikutnya, (5) jika yang keluar kode guru yang sudah menjadi sampel, maka dikembalikan lagi dan dikocok lagi sampai keluar kode guru yang lain sebanyak jumlah guru yang dibutuhkan dan cadangannya. Begitu seterusnya pada sampai terpenuhi sejumlah guru yang akan dijadikan sampel penelitian.

3.4. Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi perhatian suatu : penelitian (Arikunto 2006 : 96). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel penelitian meliputi dua variabel bebas (indevenden) dan satu variabel terikat (devenden). Untuk memperoleh data penelitian yang lebih cermat, ada dua variabel bebas dan satu variabel terikat; (1). X1 Kecerdasan Emosional; (2). X2 Motivasi Berprestasi; (3). Y Kinerja Guru.

3.4.1 Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang akan mempengaruhi variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah ; Kecerdasan Emosional (X1) dan Motivasi


(1)

bukanlah bawaan lahir atau keturunan. Untuk itu peranan lingkungan, terutama lingkungan keluarga dan lingkungan tempat kerja, banyak menentukan dalam pembentukan kecerdasan emosional.

Cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kecerdasan emosional guru antara lain: (1) Menciptakan keharmonisan pergaulan dimana tempat kita bekerja pada akhir-akhir sekolah misalnya dengan melakukan acara jalan-jalan, arisan keluarga dll. (2) Menciptakan suasan kerja yang aman, nyaman bebas tetapi bertanggung jawab, sehingga memunculkan, rasa, karsa, kretivitas, dan produktivitas kerja.

5.2.2 Implikasi yang Berkenaan dengan Motivasi Berprestasi

Motivasi berprestasi merupakan kekuatan, dorongan, kebutuhan, semangat, tekanan atau mekanisme psikologi yang mendorong seseorang atau kelompok orang untuk mencapai prestasi tertentu sesuai dengan apa yang dikehendakinya.

Cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi berprestasi guru antara lain: (1) Memfasilitasi guru untuk mengembangkan kemampuan akademik baik melalui jalur pendidikan formal maupun non formal. (2) Memberikan isentif bagi guru yang memiliki prestasi baik. (3) Membuat aturan yang yang saling menguntungkan antara guru dan sekolah.

5.3 Saran

Beradasarkan kesimpulan dan implikasi penelitian seperti diuraikan di atas, maka diajukan beberapa sara sebagai berikut:


(2)

5.3.1 Saran untuk Guru

a. Agar dapat meningkatkan hubungan emosional sesama guru dan kepala sekolah, guru dengan sesama guru, guru dengan siswa akan membuat suasana menjadi nyaman.

b. Meningkatkan motivasi guna meningkatkan kinerja.

5.3.2 Saran untuk Yayasan

a. Memfasilitas guru untuk mengembangkan potensinya dengan memberikan hadiah bagi guru yang memiliki prestasi dan dedikasi yang tinggi.

b. Memberikan kesempatan kepada guru untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan dengan dukungan dana.

c. Membuat regulasi yang saling menguntungkan antara guru dan sekolah, sehingga guru merasa nyaman dan memiliki semangat untuk memajukan sekolah.

5.3.3 Saran untuk Dinas Pendidikan

a. Memfasilitas guru swasta untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan dengan dukungan dana dan kemudahan perijinan.

b. Memberikan isentif bagi guru yang memiliki prestasi baik dalam lingkup kota maupun tingkat nasional.

c. Menyelenggarakan bimbingan teknis dalam rangka peningkatan kemampuan guru dalam mengajar.


(3)

5.3.4 Saran Bagi Peneliti

Peneliti diharapkan dapat melakukan penelitian lanjutan yang berkaitan kecerdasan emosional, motivasi berprestasi dan kinerja guru dengan menambah faktor-faktor lain guna mendapatkan berbagai informasi dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Danim, Sudarwan. 2004. Motivasi Kepemimpinan & Efektifitas Kelompok. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas. 2005. Peraturan Pemerintah RI No. 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Depdiknas. Jakarta.

Depdiknas. 2007. Peraturan Pemerintah RI. No. 16 tahun 2007 Tentang Standar Kompetensi Guru. Depdiknas. Jakarta.

Djamarah. Syaiful Bahri. 2005. Guru dan anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis. Jakarta : Rineka Cipta.

Emzir. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers.

Goleman, Daniel. 2000. Working With Emational Intelegence (terjemahan). Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Goleman, Daniel. 2002. Working With Emational Intelegence (terjemahan). Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Goleman Daniel. 2004. Emotional Intelegensi (Kecerdasan Emosional mengapa lebih penting dari pada IQ). Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Griffin. Ricky W. 2004. Manajemen Personalia. Jakarta : Erlangga.

Greenberg, Jerald. 2005. Managing Behavior in Organization. Fourth edition. Prentice Hall. London.

Hasibuan, Malayu SP. 2003. Organisasi dan Motivasi. Jakarta : Bumi Aksara. Hasibuan. Melayu SP. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi.


(5)

Hidayat, Y. 2008. Psikologi Olah Raga. Bandung : Rineka Cipta.

http://rimuu.wordpress.com/2010/01/ Diaskes 18 Juli 2014, Pukul 10.31 WIB. (Online)

Ilyas, Y. 1999. Kinerja. Cetakan pertama. Penerbit: Badan Penerbit FKM UI. Depok.

Mankunegara, AA. Prabu. 2001. Manajemen Sumber Daya Perusahaan. Bandung : PT. Rosda Karya.

Mathis, Robert L. 2001. Human Resources Management. Jakarta : PT.Salemba Emban Patria.

Mulyasa. 2005. Guru Profesional. Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung : Rosda Karya.

Mulyasa, E. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung : Rosda Karya.

Nawawi, Hadari. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Bisnis dan Kompetitif. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Nurdin, syafrudin. 2005. Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum. Quantum teaching. Jakarta.

Permenpan. 2009. Peraturan Pemerintah RI No. 16 tahun 2009 Tentang Jabatan Fungsional Guru. Jakarta.

Rivai, Veitzal. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Samsudin, Sadili. 2006. Pembelejaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta : Prenada Media.

Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta : Prenada Media.

Saphiro, Lawrence E. 1998. Mengajarkan Emotional Intelligence Pada Anak. Jakarta :

Gramedia.


(6)

Remaja Rosdakarya.

Universitas Lampung. 2012. Format Penulisan Karya Ilmiah. Penerbit Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Uno, Hamzah. 2007. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Usman, M U. 2002. Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT. Ramaja Rosdakarya.