Pengantar Ilmu Hukum 002
PENGANTAR ILMU HUKUM
OLEH :
H U SEN BAFADDAL, SH Fa k ula t s H uk um
U nive rsit a s Wira sw a st a I ndone sia J a k a rt a – J a nua ri 2 0 1 5
(2)
Pengantar Tata Hukum Indonesia
• Tata hukum ialah semua peraturan hukum yang diadakan/diatur oleh negara atau bagian-bagiannya dan berlaku pada waktu itu seluruh masyarakat dalam negara itu
• TATA HUKUM INDONESIA DAN TUJUAN TATA HUKUM
a. Tata hukum di Indonesia saat ini (ius consitutum), b. Hukum atau kaidah-kaidah yang kita cita-citakan (Ius
constituendum).
• Ilmu pengetahuan yang berobjekkan hukum yang sedang berlaku dalam suatu negara dikatakan ilmu pengetahuan hukum positif.
• Tujuan tata hukum ialah untuk mempertahankan, memelihara dan
melaksanakan tata tertib di kalangan anggota-anggota masyarakat dalam negara itu dengan peraturan-peraturan yang diadakan oleh negara atau bagian-bagiannya.
(3)
Saat Timbulnya Tata Hukum Indonesia
Pada saat proklamasi negara RI 17-08-1945
Aturan2 sebelum proklamasi dapat berlaku dengan ketentuan:
a. Selama hukum tsb tidak bertentangan dg jiwa proklamasi
b. Selama belum diubah, dicabut, atau diganti dengan yang baru
c. Selama tidak bertentangan dengan jiwa UUD 1945.
(4)
Peraturan pada zaman Hindia Belanda
a. Algemene Bepaling van Wetgeving voor Indonesia, disingkat A.B.
(Ketentuan-ketntuan Umum tentang Peraturan-Perundangan untuk
Indonsia). A.B. ini dikeluarkan pada 30 April 1847 termuat dalam Stb. 1847/23. Beberapa ketentuan penting dalam AB ini misalnya terdapat dalam pasal 15 dan 22.
b. Regerings Reglement (R.R) yang dikeluarkan pada 2 September 1854 yang termuat dalam Stb. 1854/2. Ketentuan yang penting dalam R.R. ini
misalnya yang diatur dalam pasal 75.
c. Indische Staatsregeling (IS) atau Praturan Ketatanegaraan Indonesia. Pada tanggal 23 Juni 1925 Regerings Reglement tersebut diubah menjadi
Indische Staatsregeling (I.S), termuat dalam Stb. 1925/415 yang mulai berlaku pada 1 Januari 1926.
R.R. dan IS ini adalah peraturan-peraturan pokok yang dapat dikatakan merupakan “Undang-Undang Dasar Hindia Belanda” dan merupakan sumber peraturan-peraturan organik pada masa itu.
(5)
Peraturan Pokok di Zaman Penjajahan Jepang
• Satu-satunya peraturan pokok yang diadakan
Pemerintah Militer Jepang di Indonesia ialah Undang-undang No. 1 Tahun 1942 yang
menyatakan berlakunya kembali semua
peraturan-perundangan Hindia Belanda yang tidak bertentangan dengan kekuasaan Militer Jepang.
(6)
Berlakunya peraturan sebelum Proklamasi
Pasal II Aturan Peralihan: “Segala badan negara dan
peraturan yang ada masih langsung berlaku selama belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini”.
1. Tidak cukup waktu untuk membuat peraturan-peraturan yang baru untuk menggantikan
semua peraturan-peraturan yang diadakan kedua pemerintahan jajahan tersebut.
2. Jika peraturan perundangan Jepang dan
Belanda tersebut secara serentak dihapuskan, sehingga menimbulkan kekosongan (vacuum) dalam peraturan perundangan dan hukum.
(7)
Berlakunya Peraturan masa RIS
• Peraturan-peraturan yang sudah ada pada 17 Agustus 1950 ialah segala peraturan-peraturan yang diadakan berdasarkan Konstitusi RIS 1949, dan peraturan-peraturan yang dinyatakan berlaku oleh Konstitusi RIS tersebut.
• Peraturan-peraturan yang dinyatakan berlaku oleh Konstitusi RIS itu adalah segala peraturan-peraturan yang telah ada sebelum terbentuk Konstitusi RIS pada 6 Februari 1950, seperti yang dinyatakan oleh Pasal 192
Ketentuan Peralihan Konstitusi RIS “Peraturan-peraturan dan ketentuan tata-usaha yang sudah ada pada saat Konstitusi ini mulai berlaku tetap berlaku dengan tidak berubah sebagai peraturan-peraturan dan
ketentuan-ketentuan Republik Indonesia sendiri selama dan sekedar
peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan itu tidak dicabut, ditambah atau diubah oleh Undang-undang dan ketentuan-ketentuan tata-usaha atas kuasa Konstitusi ini,” Kansil 9.
(8)
UUDS-1950
• Semua peraturan-peraturan perundangan yang berlaku pada masa Konstitusi RIS yang diambil alih oleh UUDS-1950 (Pasal 142 Ketentuan Peralihan), ditambah dengan peraturan-peraturan yang dibuat berdasarkan UUDS-1950 tersebut selama masa UUDS 1950. • Peraturan Perundangan yang dinyatakan berlaku oleh UUDS-1950
ialah segala peraturan-peraturan yang telah ada sebelum terbentuknya UUDS-1950 pada 15 Agustus 1950. Sebab menurut UUDS-1950 Pasal 142 Ketentuan Peralihan:
• “Peraturan undang-undang dan ketentuan-ketntuan tata usaha negara yang sudah ada pada tanggal 17 Agustus 1950, tetap berlaku dengan tidak berubah sebagai peraturan-ketentuan RI sendiri, selama dan sekedar peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan itu tidak dicabut, ditambah, atau diubah oleh Undang-undang dan ketentuan tata-usaha atas kuasa UUD ini.”
• Jelaslah di sini, bahwa segala peraturan-peraturan perundangan yang ada sebelum terbentuknya UUDS-1950 tetap berlaku selama belum dicabut, ditambah atau diubah.
(9)
Dekrit Presiden 5 Juli 1959
• Akhirnya semua peraturan-peraturan perundangan yang berlaku selama masa berlakunya UUDS 1950 yang diambil alih oleh UUD 1945 (UUD 1945 dinyatakan berlaku dengan Dekrit Presiden), ditambah:
1. Peraturan perundangan yang dibuat berdasarkan UUD 1945.
2. ditambah lagi dengan peraturan-peraturan yang dibuat berdasarkan Dekrit Presiden (sebagai peraturan-peraturan pelaksanaan Dekrit Presiden tersebut sepanjang belum dicabut) berlaku pada masa sekarang ini.
Alhasil dapatlah kita mengambil kesimpulan bahwa berdasarkan:
• Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 (Setelah Dekrit Presiden) juncto (berhubungan dengan);
• Pasal 142 ketentuan Peralihan UUDS RI 1950 juncto;
• Pasal 192 ketentuan Peralihan Konstitusi RIS 1949 juncto; • Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 (Proklamasi) juncto;
• Pasal 3 Undang-undang Balatentara Jepang Tahun 1942 No. 1.
FH-UWIN
(10)
Asas-asas Hukum Tata Negara Indonesia
1. Pengertian Dasar
2. Proklamasi Kemerdekaan dan Lahirnya Pemerintah Indonesia
3. Kekuasaan Pemerintahan Negara RI menurut UUD 1945 Sebelum Amandemen
4. Pokok-pokok Tata Pemerintahan RI menurut UUD 1945 Sesudah Amandemen
FH-UWIN
(11)
Beberapa pendapat tentang Pengertian Hukum Tata Negara, dan kaitannya dengan ilmu hukum lainnya, yaitu:
1. Scholten
Hukum tata Negara adalah hukum yang mengatur organisasi daripada Negara.
2. Van Der Pot
Hukum tata Negara adalah peraturan-peraturan yang menentukan badan-badan yang diperlukan serta wewenang-wewenangnya masing-masing hubungan satu dengan yang lainnya, dan hubungannya dengan (dalam kegiatannya).
3. Apeldoorn
Hukum Tata Negara dalam arti sempit menunjukkan orang-orang yang memegang kekuasaan pemerintahan dan batas-batas kekuasaannya.
(12)
Hubungan ilmu negara dengan hukum
tata negara
Rengers Hora Siscama,
• Ilmu negara mementingkan nilai teoritisnya. Sedangkan
hukum tata negara yang lebih dipentingkan adalah nilai-nilai praktisnya
• dari objek yang diselidikinya. Jika objek penyelidikan ilmu negara adalah asas-asas pokok dan pengertian-pengertian pokok tentang negara dan hukum tata negara pada
umumnya,
maka objek hukum tata negara adalah hukum positif yang berlaku pada suatu waktu di suatu tempat. Karena itu lazim disebut hukum tata negara positif sebagai hukum tata
negara Indonesia, Inggris dan sebagainya.
FH-UWIN
(13)
Hubungan tata Negara dengan
ilmu politik
• Menurut Barents, hubungan ilmu politik dan hukum tata negara pertama-tama ditujukan dengan perumpamaan hukum tata negara sebagai kerangka manusia,
sedangkan ilmu politik sebagai daging yang ada disekitarnya.
• Dalam beberapa hal untuk mengetahui latar belakang dari suatu peraturan undang-undang.Sebaliknya perlu dibantu dengan mempelajari ilmu politik, karena undang-undang sukar diketahui apa maksud serta bagaimana terbentuknya suatu peraturan-peraturan undang-undang itu. Keputusan-keputusan politik merupakan peristiwa-peristiwa yang banyak pengaruhnya terhadap hukum tata negara.
(14)
Hubungan HTN dengan HAN
Menurut Vollenhoven
Dalam karangannya yang pertama berjudul Thorbecke en het administratiefrecht, ia
mengartikan hukum tata negara sebagai sekumpulan peraturan-peraturan hukum yang menentukan badan- badan kenegaraan serta memberi beberapa wewenang kepadanya, dan bahwa kegiatan suatu pemerintahan modern adalah membagi-bagi wewenang itu kepada badan-badan tersebut dari yang tertinggi sampai yang terendah kedudukannya.
Vollenhoven merumuskan
hukum administrasi negara adalah sekumpulan peraturan-peraturan hukum yang mengikat badan-badan negara baik yang tinggi maupun yang rendah jika badan-badan itu mulai menggunakan wewenangnya yang ditentukan dalam hukum tata negara. Sesuai dengan paham Oppenheim, rumusan hukum tata negara itu sama dengan negara dalam keadaan tidak bergerak, sedangkan hukum administrasi negara ini dimisalkan seperti negara dalam keadaan bergerak.
(15)
Prof. MR. WG. Vegting dalam bukunya het Algemeen Nederland Administratiefrecht I, 1954 mengemukakan bahwa
Hukum tata negara bertujuan mengetahui organisasi negara dan pengorganisasian alat-alat perlengkapan negara. Jadi, objek HTN mengenai masalah
fundamental organisasi negara
Hukum administrasi negara bertujuan mengetahui cara
tingkah laku negara dan alat-alat perlengakapan negara. Objek HAN mengenai pelaksanaan teknik
dalam mengelola negara.
(16)
Proklamasi kemerdekaan RI dan Lahirnya Pemerintahan Indonesia
Proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 adalah sumber hukum bagi pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Proklamasi kemerdekaan telah mewujudkan Negara RI dari Sabang sampai Merauke. Proklamasikan kemerdekaannya itu bukanlah merupakan tujuan semata-mata, melainkan hanyalah alat untuk mencapai cita-cita bangsa dan tujuan negara, yakni membentuk masyarakat adil, makmur berdasarkan Pancasila.
(17)
Adapun arti daripada Proklamasi
Lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia;
• Puncak perjuangan pergerakan kemerdekaan, setelah berjuang berpuluh tahun sejak 20 Mei 1908;
• Titik tolak daripada pelaksanaan amanat penderitaan rakyat. Sejarah pemerintahan Indonesia semula semenjak bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya tanggal 17 Agustus 1945.
(18)
Sejarah Singkat Pembentukan Undang-Undang Dasar 1945
• Pada tanggal 29 April 1945 pemerintah Jepang di Jakarta membentuk Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai (BPUPK) yang diketuai oleh Dr. Radjiman
Widyadingrat. Tugasnya menentukan dasar-dasar falsafah dalam pembentukan pedoman bernegara. Dalam sidang-sidang dihasilkan sbb:
• Dasar falsafah Pancasila sebagai pedoman utama dalam bernegara (1 Juni 1945);
• Pembukaan Undang-Undang Dasar (14 Juli 1945); • Rancangan Undang-Undang Dasar.
(19)
sa m bunga n
Pada tanggal 9 Agustus 1945 Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan dibubarkan dan diganti dengan Dokuritsu Zyunbi Linkai (Panitia Persiapan
Kemerdekaan I ndonesia) yang terdiri dari 21 orang diketuai oleh I r. Soekarno dan Wakil Ketua Drs. Moh.
Hatta. Sehari setelah proklamasi 17 Agustus 1945, yaitu tanggal 18 Agustus panitia tersebut ditambah menjadi 27 orang dan menetapkan:
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945; Undang-Undang Dasar 1945.
FH-UWIN
(20)
Penyelenggaraan Pemerintahan
• Undang-Undang Dasar 1945 terdiri dari 37 pasal, 4 pasal
Aturan Peralihan dan 2 ayat Aturan Tambahan. Berdasarkan ketentuan pasal-pasal itu, maka secara tegas ditetapkan hal-hal sebagai berikut.
• Sebagai negara yang berdasarkan atas hukum wewenang,
pemerintahannya dibatasi oleh konstitusi dengan
penyelenggaraan oleh rakyat yang dijelmakan dalam MPR.
• Sebagai negara kesatuan yang berbentuk Republik, kepala
negaranya adalah presiden sebagai penyelenggara
pemerintahan tertinggi dan dibantu oleh para menteri negara yang tidak bertanggung jawab kepada DPR.
• Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas, karena wajib
bertanggug jawab kepada MPR dan dalam melaksanakan usaha mencapai tujuan negara wajib memperhatikan DPR.
(21)
Sejak proklamasi 17 Agustus 1945 berlaku tiga macam Undang-Undang Dasar dl 4 periode:
1 Periode 18-8-1945 s.d 27-12-1949; PPKI mensahkan UUD 1945 sbg UUD Republik Indonesia.
2. Periode 27-12-1949 s.d.17-08-1950 3. Periode 17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959 4. Periode 5 Juli 1959 s.d. sekarang
Dalam Dekrit Presiden itu ditegaskan hal-hal berikut.
Membubarkan konstituante.
Undang-Undang Dasar 1945 berlaku lagi bagi
segenap bangsa Indonesia.
Akan segera dilantik MPR yg angg terdiri atas angt
DPR, utusan-utusan daerah dan golongan-golongan serta akan dibentuk pula DPAS.
(22)
Kekuasaan pemerintahan
sebelum amandemen
• UUD 1945 (sebelum amandemen) kekuasaan pemerintahan negara RI terdapat dalam
beberapa bab dan pasal sebagai berikut. • Bab III memuat ttg KEKUASAAN
PEMERINTAHAN NEGARA (psl 4 s.d. 15): • Psl 4 berbunyi sbb: Presiden RI memegang
kekuasaan Pemerintahan menurut
Undang-Undang Dasar; dlm melakukan kewajibannya Presiden dibantu oleh seorang Wakil Presiden.
(23)
sambungan Pasal 5 menentukan bahwa: Presiden memegang
kekuasaan membentuk Undang-undang dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat, dan
Presiden menetapkan Peraturan Pemerintah untuk menjalankan Undang-undang sebagaimana
mestinya.
Bab VI I tentang Dewan Perwakilan Rakyat, yang terdiri atas pasal 19 s.d. 22.
Bab I X memuat tentang Kekuasaan Kehakiman, yang terdiri dari 2 pasal, yaitu pasal 24 dan 25.
FH-UWIN
(24)
Sistem Pemerintahan Negara
Indonesia adalah Negara yang berdasarkanatas hukum (Rechtsstaat); dan tidak berdasarkan atas kekuasaan semata (macthsstaat).
Pemerintah berdasarkan atas sistem Konstitusi, tidak bersifat obsolutisme (kekuasaan tanpa batas).
Kekuasaan tertinggi berada ditangan MPR.
bersambung
(25)
bersambung
Pokok-pokok tata pemerintahan RI yaitu:
1. Landasan Hukum Tata Pemerintahan Indonesia
Landasan ideal: Pancasila
Landasan Konstitusional: UUD 1945, terdiri dari Pembukaan dan Batang Tubuh, serta
penjelasannya.
Batang Tubuh UUD 1945, terdiri dari 16 bab dan 37 Pasal, adanya aturan peralihan yang terdiri dari 4 pasal dan aturan tambahan yang terdiri dari 2
ayat.
Penjelasan UUD 1945.
(26)
bersambung
2. Lembaga-lembaga Negara menurut UUD 1945
Yang dimaksud dengan lembaga-lembaga negara adalah alat perengkapan negara sebagaimana
dimaksud oleh UUD 1945, yaitu:
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang merupakan Lembaga Tertinggi Negara;
Presiden;
Dewan Pertimbangan Agung (DPA);
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR);
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK);
Mahkamah Agung (MA).
(27)
Sistem penyelenggaraan pemerintahan negara (Amandemen UUD) didasarkan pada asas-asas sebagai berikut.
1.Negara Indonesia adalah Negara hukum (rechstaat). 2.Kedaulatan berada di tangan rakyat
3.Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD 1945
4.Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan (Pasal 7).
bersambung
(28)
bersambung
5.Usul pemberhentian Presiden dam/atau Wakil Presiden dapat diajukan oleh DPR kepada MPR. hanya dengan
terlebih dahulu mengajukan permintaan kepada Mahkamah Konstitusi untuk memeriksa, mengadili, dan memutus
pendapat DPR .
6. Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara (Pasal 17 ayat (1)). Pasal 17 ayat (2) menyatakan bahwa menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.
Ketentuan UUD 1945 tersebut menunjukkan bahwa negara Indonesia menganut sistem Presidensial, dimana menteri-menteri negara tidak bertanggung jawab kepada DPR tetapi bertanggung jawab kepada Presiden.
(29)
Kelembagaan Negara
Kelembagaan Negara merupakan
lembaga-lembaga negara yang diatur dalam UUD 1945.
Setelah UUD 1945 diamandemen sebanyak empat kali, lembaga-lembaga tinggi negara yang ada
adalah:
1) MPR; 2) Presiden; 3) DPR; 4) DPD; 5) MA; 6) Komisi Yudisial; 7) MK; dan 8) BPK. Sedangkan
(30)
PENGERTIAN
HUKUM PERDATA
Peraturan-peraturan yang memberi perlindungan atas kepentingan pribadi dalam masyarakat
tertentu, terutama yang bertalian dengan
hubungan kekeluargaan, lalu lintas hubungan individu dan perjanjian-perjanjian antar individu.
Ketentuan-ketentuan yang mengatur dan membatasi tingkah laku manusia dalam memenuhi kepentingan (kebutuhan)nya.
(31)
Tujuan Hukum Perdata
adalah untuk mewujudkan keadilan, kedamaian dan ketenangan dalam
masyarakat. Manusia itu harus hidup bermasyarakat dan mengadakan
hubungan satu dengan lainnya demi mengejar kepentingan dan keperluan-keperluan hidupnya.
(32)
Pembagian Hukum Perdata
1.Hukum perdata materiil, merupakan rangkaian
peraturan mengenai isi dari hubungan orang yang satu dengan yang lainnya, mengatur kepentingan-kepentingan perdata atau kepentingan-kepentingan-kepentingan-kepentingan perseorangan yang berwujud hak dan kewajiban.
2. Hukum perdata formal, merupakan prt-prt yang
mengatur tentang bagaimana caranya orang-orang mempertahankan kepentingannya yang diatur oleh Hukum Perdata materiil tadi. Atau dapat juga
dikatakan “peraturan-peraturan yang mengatur
pertikaian hukum mengenai kepentingan-kepentingan perdata atau cara-cara mempertahankan prt-prt hkm perdata materiil dengan pertolongan Hakim.
(33)
HUBUNGAN HUKUM PERDATA DENGAN HUKUM DAGANG
• Dalam arti luas termasuk didalamnya hukum dagang, sesuai dengan pesatnya perkembangan zaman ‘memisahkan diri’ dari induk hukum
perdata dan menjadi bidang ilmu tersendiri yang dikenal hukum bisnis (bussiness law), yang
meliputi hukum dagang (trade), hukum industri (industrial law), hukum perbankan (banking law), hukum transportasi (darat, laut, dan udara), dan bahkan Cyber Space law (hukum tentang
penggunaan ruang maya).
(34)
SUBJEK HUKUM PERDATA
• orang,
• Badan hukum
Badan hukum itu ialah subjek hukum yang tidak bernyawa, karena itu kalau bertindak harus diwakili atau dilakukan oleh para
pengurusnya.
(35)
OBJEK HUKUM PERDATA
Barang-barang yang berwujud,
hak dan kewajiban dapat menjadi objek. 1. Benda dapat dibagi dalam dua
a. Benda tetap
b. Benda bergerak
Menurut pasal 503 KUH Perdata (BW)
tentang objek hukum dapat dibagi sebagai berikut:
Yang tidak berbentuk, misalnya hak dan kewajiban. bersambung
(36)
sambungan
Hak sebagai objek hukum:
1. Hak relatif, yaitu hak yang berlaku bagi seseorang atau beberapa orang saja;
2. Hak mutlak, misalnya hak yang tetap akan melekat pada pemiliknya, bila ia meninggal dunia maka hak ini akan pindah kepada
ahli warisnya, seperti hak pemilikan tanah.
•
(37)
SUSUNAN HUKUM PERDATA
Konseptor KUH Perdata, yaitu tersusun sbb: 1.Buku I Orang,yang berisi berkisar tentang
kedudukan hkm perorangan dan hkm kel; 2.Buku II Benda, yang berisi ttg hukum harta
kekayaan dan hukum waris;
3.Buku III Perikatan, yang berisi perikatan yang lahir dari UU dan dari persetujuan/perj;
4.Buku IV Bukti dan Lewat Waktu, yang berisi alat-alat bukti dan kedudukan benda sebagai akibat daluarsa atau lampau waktu.
(38)
Susunan menurut ilmu pengetahuan hukum:
1. Hukum Perorangan: mengatur kedudukan orang dlm hkm serta hak dan kewajiban serta akibat hukum yang
ditimbulkannya;
2. Hukum Keluarga: hukum yang mengatur hub-hub hkm yang timbul dari hubungan kekeluargaan,
3. Hukum Harta Kekayaan:mengatur hub-hub yang dapat dinilai dengan uang/kedudukan benda dlm hkm serta pelbagai hak-hak kebendaan yang bisa diperoleh orang. Hukum Harta Kekayaan ini dapat:
a. Hukum Benda (Zaken Recht).
b. Hukum Perikatan (Verbintenissens Recht).
4. Hukum Waris, yaitu hukum yang mengatur harta benda seseorang yang telah meninggal dunia.
(39)
Penjelasan:
1.Hukum pribadi:hukum ttg diri seseorang memuat peratuan-peraturan tentang
individu/anggota masy sbg subjek dalam hukum, tentang kecakapannya untuk
memilki hak-hak, bertindak dalam melaksanakan hak-hak tersebut dan selanjutnya tentang hal-hal yang
mempengaruhi kecakapan-kecakapannya itu.
(40)
Menurut KUHPerdata
1.Anak di bawah umur:
2.Orang sakit ingatan dan keborosan:
3.Seorang wanita yang telah bersuami, oleh
Hakim dianggap tidak cakap untuk melakukan hubungan hukum.
(41)
Hukum Kekeluargaan
Mengatur hubungan-hubungan hukum yang timbul dari lingkungan keluarga, mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Keturunan
2. Kekuasaan orang tua
• Masalah hak dan kewajiban, kedua orang tua wajib untuk memelihara dan mendidik anak-anak mereka dengan sebaik-baiknya. Kewajiban itu berlaku sampai anaknya menikah atau dapat berdiri sendiri walaupun hubungan hukum perkawinan antara kedua orang tuanya telah putus.
3. Perwalian
• Masalah perwalian diatur dalam pasal 50, 51, 52, 53 dan 54 UU No. 1/1974. Seorang anak yang belum mencapai usia 18/belum pernah menikah, yang tidak berada di bawah
kekuasaan orang tua, berada di bawah kekuasaan wali. samb.
FH-UWIN
(42)
Sambungan
4. Pendewasaan
Pendewasaan itu dapat diberikan atas keputusan pengadilan bagi yang telah berusia delapan belas tahun.
5. Pengampuan
Seseoang yang telah dewasa dan sakit ingatan, menurut undang-undang harus diletakkan di
bawah pengampuan.
6. Perkawinan
Mengenai perkawinannya itu sendiri, akibat
perkawinan dan tentang perkawinan campuran.
(43)
Hukum Kekayaan
1. Hukum kekayaan merupakan ketentuan-ketentuan yang mengatur mengenai hubungan antara subjek hukum dan objek hukum dalam suatu peristiwa hukum.
2. Ruang lingkup hukum kekayaan terdiri dari:
• Hukum benda ialah ketentuan-ketentuan yang mengatur mengenai hal yang diartikan dengan benda dan hak-hak yang melekat di atasnya.
• Hukum perikatan.
(44)
Hukum perikatan
• Hukum perikatan ialah ketentuan-ketentuan yang mengatur hak dan kewajiban subjek hukum dalam tindakan hukum kekayaan.
• Pasal 1233 KUH Perdata mengatur bahwa: Perikatan dapat dilahirkan karena UU/perjanjian. Perikatan yang lahir krn undang-undang, dibagi menjadi:
1. Perikatan dikarenakan oleh perbuatan orang yang
diperbolehkan secara hukum, misalnya ‘zaakwarneming’ (Pasal 1354 KUH Perdata)
2. Karena perbuatan orang yang melanggar hukum. persetujuan atau perjanjian.
(45)
Perikatan yang lahir karena persetujuan atau perjanjian.
Bagi suatu perikatan harus ada unsur-unsur sebagai berikut: 1. Harus ada dua pihak, yaitu:
2. Harus ada objeknya, yaitu isi daripada prestasi, yang dapat berupa: Penyerahan atau memberikan sesuatu; melakukan perbuatan sesuatu,
atau untuk tidak berbuat sesuatu.
Tentang prestasi yang wajib dipenuhi oleh debitur, menurut pasal-pasal KUH Perdata adalah sbb:
1. Psl 1320 (3) KUH Perdata: prestasi harus tertentu atau dapat
ditentukan, jadi harus jelas ditentukan dalam perikatan tersebut; 2. Psl. 1320 (4), prestasi harus dibenarkan UU/oleh hukum harus
memungkinkan dan halal.
Prestasi itu merupakan sesuatu /barang sesuatu yang dapat dituntut, yang menurut undang-undang dapat berupa:
1. Menyerahkan atau penyerahan suatu barang; 2. Melakukan suatu perbuatan;
3. Tidak melakukan suatu perbuatan.
(46)
Prinsip-prinsip Perikatan antara lain:
1. Prinsip kebebasan bertindak
Didasarkan atas kemauan dan kebebasan dirinya sendiri, psl 1338 KUH P.
2. Prinsip perjanjian hrs dilaksanakan dgan iktikad baik (te goeder trouw)
hubungan hukum didasarkan atas keinginan dan niat yang baik. Apabila prinsip itu dilanggar maka perikatan dapat dibatalkan demi hukum (Pasal 1338 KUH Perdata).
3. Prinsip perjanjian bagi mereka yang membuatnya
harus menghormati dan menaatinya sejajar dengan UU dan hkm Pasal 1313
4. Prinsip semua harta kekayaan seseorang menjadi jaminan atau tanggungan bagi semua utang-utangnya.
semua yang dimilikinya merupakan jaminan atas apa yang diperbuat.
5. Prinsip Acto Pauliana
Prinsip hukum yang menekankan diperbolehkannya tindakan atau aksi bagi seorang kreditur untuk membatalkan semua perjanjian dengan debitur yang dilakukan dengan iktikad buruk (te kwader trouw).
(47)
Macam-macam Perikatan:
1. Perikatan bersyarat
kejadian belum tentu akan timbul atau tidak. perjanjian asuransi.
2. Perikatan bertanggung pada suatu ketetapan
Yaitu suatu perikatan yang digantungkan pada kejadian atau peristiwa yang akan datang pasti terjadi. Contoh antara lain perjanjian sewa-menyewa, perjanjian kerja.
3. Perikatan yang membolehkan memilih (beralternatif)
pihak debitur untuk memberikan macam prestasi. dibayar kembali dengan uang atau oleh mobilnya.
4. Perikatan tanggung menanggung
Dalam perikatan ini telah disepakati yang akan menanggung prestasi debitur terhadap kreditur ada beberapa orang.
(48)
sambungan
5. Perikatan yang dapat dibagi dan yang tidak dapat dibagi,
Dalam hal ini kewajiban untuk memenuhi prestasinya
disanggupi oleh pihak /keluarga si debitur kepada kreditur. Contoh: A mengadakan perikatan dengan B, di mana
disepakati oleh anak-anakinya apabila sampai/keburu
meninggal hutangnya belum terlunasi, anak-anak A secara bersama akan melaksanakan prestasinya sampai tuntas.
6. Perikatan dengan penetapan hukuman
Yang dimaksud hukuman di sini bukan hukuman penjara, misalnya penyitaan benda yang sesuai dengan kewajiban si debitur apabila si debitur melakukan wanprestasi, benda apa yang dapat disita atau diserahkan melalui Hakim, biasanya telah dikemukakan dalam perjanjiannya.
(49)
suatu perikatan dapat berakhir karena:
1. Pembayaran (betaling), artinya jika kewajiban terhadap perikatan itu telah dipenuhi. Ada kemungkinan pihak
ketiga yang membayar hutang seseorang debitur kemudian menjadi kreditur baru pengganti kreditur lama (subrogasi).
2. Penawaran bayar tunai diikuti penyimpanan
(consignatie), yaitu pembayaran tunai yang diberikan oleh debitur, namun tidak diterima oleh kreditur.
3. Pembaharuan hutang atau novasi, yaitu apabila hutang yang lama digantikan dengan hutang yang baru.
4. Imbalan (vergelijking), atau kompensasi, yaitu apabila kedua belah pihak saling mempunyai hutang maka hutang mereka masing-masing saling diperhitungkan,
(50)
sambungan
5. Pencampuran hutang (schuldvermenging), apabila suatu perikatan kedudukan debitur dan kreditur ada di satu
tangan seperti warisan.
6. Pembebasan hutang (kwijtschelding der schuld), yaitu apabila kreditur membebaskan segala hutang-hutang .
7. Batal dan pembatalan (neitegheid of te niet doening) perikatan batal atau dibatalkan. Misalnya, karena pihak-pihak tidak cakap, terdapat paksaan, dsb.
8. Hilangnya benda yang diperjanjikan (het vergaan der verschulddigde zaak) apabila benda tersebut binasa, maka perjanjian batal.
9. Timbul syarat yang membatalkan (door werking ener ontbindende voorwaarde), hadiah kepada B, jika lulus.
10.Kadaluarsa (verjaring).
(51)
Perikatan yang lahir karena persetujuan atau perjanjian
Pasal 1338 KUH Perdata menyatakan bahwa “Semua
perjanjian yang dibuat dengan memenuhi syarat-syarat
yang ditentukan oleh undang-undang mempunyai kekuatan sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”. Syarat yang ditetapkan dalam Pasal 1320 KUH Perdata:
• Kata sepakat antara mereka yang mengikatkan dirinya; • Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
• Suatu hal tertentu;
• Suatu sebab yang halal.
• Berdasarkan Pasal 1338 dan 1320 KUH Perdata, “sistem terbuka”.
(52)
Macam-macam Perjanjian Khusus
Pengertian: ..menyerahkan sejumlah uang guna pembayarannya harganya.
1. Perjanjian Jual beli
2. Perjanjian sewa-menyewa: menyerahkan suatu brg 3. Perjanjian pemberian atau hibah
4. Perjanjian persekutuan (maatschap)
Perjanjian sepakat melakukan kerjasama dalam bidang ekonomi dengan tujuan memperoleh keuntungan bersama.
5. Perjanjian penyuruhan: memberikan perintah kepada pihak yang lain untuk melakukan suatu perbuatan hukum dan perintah mana disepakati dengan penuh tanggung jawab.
bersambung
(53)
6.Perjanjian pinjam
• Perjanjian pinjam barang yang tidak dapat diganti,
• Perjanjian barang yang dapat diganti.
7. Perjanjian penanggungan hutang, dan Perjanjian kerja.
Suatu perjanjian di mana pihak pertama (buruh, pekerja) akan memberikan
tenaganya untuk melakukan suatu pek.bagi pihak lain (majikan) dgn menerima upah.
(54)
Lenyapnya/berakhirnya suatu
perjanjian (persetujuan) yakni
• Telah lampau waktu.
• Telah tercapai tujuannya.
• Dinyatakan berhenti.
• Dicabut kembali.
(55)
Hukum waris
1. Hukum waris tanpa wasiat atau hukum waris abintestato, yaitu mengatur tentang penerimaan warisan dari
seseorang yang meninggal dunia dan ketentuan-ketentuan mengenai kekayaannya.
• Hukum waris dengan wasiat (testamen), mengatur
bagaimana cara membua wasiat bagi seseorang sebelum meninggal dunia dan akibat-akibat hukum dari pembuatan wasiat itu.
(56)
HUBUNGAN HUKUM, FAKTA HUKUM DAN PERBUATAN HUKUM
1.Tentang Hubungan Hukum, 2.Tentang Fakta Hukum
3.Tentang perbuatan hukum, dapat berupa: a. Perbuatan orang (manusia), terbagi:
1) Perbuatan hukum; dan 2) Bukan perbuatan hukum. b. Bukan perbuatan manusia
• Perbuatan hukum menurut VOLMAR, adalah perbuatan orang yang dilakukan dengan maksud untuk menimbulkan akibat yang dikehendaki dan diizinkan oleh hukum atau undang-undang.
(57)
sambungan
• Perbuatan hukum menurut VAN APELDOORN, adalah perbuatan orang yang oleh hukum objektif dikaitkan
dengan timbulnya dan hapusnya hak karena hukum objektif menganggap orang tersebut menghendaki akibatnya.
• Sebagai contoh (hubungkan dengan pendapat VOLMAR) seorang membeli rokok yang sudah tertentu banderolnya (ia berarti melakukan perbuatan hukum), orang itu
menghendaki akibatnya yaitu penyerahan rokok, demikian pula penjualnya menghendaki penyerahan sejumlah uang harga rokok tersebut.
(58)
Perbuatan hukum menurut VOLMAR,
• adalah perbuatan orang yang dilakukan dengan maksud
untuk menimbulkan akibat yang dikehendaki dan diizinkan oleh hukum atau undang-undang.
Perbuatan hukum menurut VAN APELDOORN,
adalah perbuatan orang yang oleh hukum objektif
dikaitkan dengan timbulnya dan hapusnya hak karena
hukum objektif menganggap orang tersebut menghendaki akibatnya. Sebagai contoh (hubungkan dengan pendapat VOLMAR) seorang membeli rokok yang sudah tertentu banderolnya
(59)
Alat Bukti dan Kadaluarsa
Pasal 1865 menyatakan sebagai berikut: “Setiap orang yang mendalilkan bahwa ia mempunyai suatu hak, atau, guna meneguhkan haknya sendiri maupun membantah suatu hak orang lain, menunjuk pada suatu peristiwa, diwajibkan membuktikan adanya hak atas peristiwa tersebut.”
Alat-alat pembuktian berdasarkan pasal 1866 KUH Perdata : • Bukti tulisan,
• Bukti dengan saksi-saksi, • Persangkaan-persangkaan, • Pengakuan, dan
• Sumpah.
(60)
Kadaluarsa
• Tentang jangka waktu untuk menentukan
kedaluarsaan ini adalah tidak sama, melainkan ditentukan berdasarkan undang-undang. Dalam
hal ini undang-undang telah menentukan adanya.
• Daluarsa akuisitif, ialah lewatnya waktu sebagai cara untuk memperoleh hak milik atas suatu
benda;
• Daluarsa ekstingtif, ialah lewat waktu sebagai cara pembebasan dari suatu penagihan atau tuntutan
hukum.
(61)
Pengertian Hukum Pidana
• Menurut Prof. DR. H. Muchsin, S.H. adalah keseluruhan dari prt-prt yang menentukan perbuatan apa yang dilarang dan termasuk kedalam tindak pidana, serta menentukan hukuman apa yang dapat dijatuhkan terhadap yang melakukannya.
• Menurut Prof. Moeljatno, S.H., adalah bagian drpada keseluruhan hukum yang berlaku di suatu negara, yang mengadakan
dasar-dasar dan aturan-aturan untuk:
1. Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan dengan disertai ancaman atau sanksi yang berupa yang melanggar larangan tersebut.
2. Menentukan kapan dan dalam hal-hal melanggar larangan-larangan itu dapat pidana sebagaimana yang telah direncankn.
• 3. Menentukan dg cara bagaimana pengenaan pidana itu dpt
dilaksanakan apbila ada orang yang disangka telah melanggar
A d dik k k id d l h
(62)
Pengertian lain
Atau dapat dikatakan Hukum pidana adalah mengatur tentang persoalan mengenai
tindakan-tindakan terhadap
kejahatan-kejahatan dan hal-hal yang bersangkut paut dengan kejahatan perilaku anggota
(63)
Istilah dalam hukum pidana
• Indonesia : delik• Latin : delictum
• Belanda : Strafbaar Feith
• Inggris : Criminal Act
• Negara-negara Anglo saxon : offesen
(64)
Pembagian Hukum Pidana
1. Menurut bentuknya: (Sumber Hk Pidana
a.Hukum pidana tertulis, (UU) 1) Hk. pidana kodifikasi
2) Hk. pidana diluar kodifikasi, b. Hukum pidana tidak tertulis, atau
disebut dengan hukum pidana adat.
• Hukum pidana yang adalah hukum tertulis
saja, karena tunduk pada asas legalitas.
(65)
Kesan dari rumusan di atas dapat disimpulkan dalam tiga prinsip:
1. Prinsip Pertama, bahwa perbuatan tersebut harus dinyatakan sebagai suatu perbuatan delik atau
pidana dengan peraturan dalam undang-undang.
2. Prinsip Kedua, bahwa peraturan hukum pidana itu harus telah berlaku sebelum perbuatan itu
terjadi,
3. Prinsip Ketiga, bahwa dalam menerapkan
Hukum Pidana itu tidak boleh mempergunakan analogi.
(66)
Dari rumusan di atas, dapat dikatakan bahwa asas-asas Hukum Pidana yaitu:
1. Asas Legalitas, tiada suatu perbuatan dapat dipidana kecuali atas kekuatan pidana dalam
Peraturan Perundangan-undangan yang telah ada sebelum perbuatan itu dilakukan (Pasal 1 Ayat (1) KUHP).
2. Tiada Pidana Tanpa Kesalahan. Untuk
menjatuhkan pidana kepada orang yang telah melakukan tindak pidana harus dilakukan
bilamana ada unsur kesalahan pada diri orang tersebut.
(67)
Menurut wujudnya:
2. hukum pidana dapat dibagi menjadi dua a) Hk pidana dl arti objektif (ius poenali)
1) materill, 2) formil
b) Hk pidana dl arti subjektif (ius poemendi) Menurut Penggolongannya
a) Hukum pidana sipil,
b) Hukum pidana militer, dan
c) Hukum pidana fiskal.
(68)
Fungsi Hukum Pidana
• Secara umum hukum pidana berfungsi
mengatur dan menyelenggarakan kehidupan masyarakat agar dapat tercipta dan
terpeliharanya ketertiban umum.
• Secara khusus sebagai bagian dari hukum publik, 1. Melindungi kepentingan hukum ,
2. Memberi dasar legitimasi bagi negara dalam rangka negara menjalankan fungsi perlindungan atas
berbagai kepentingan hukum;
3. Mengatur dan membatasi kekuasaan negara dalam rangka negara melaksanakan fungsi perlindungan atas kepentingan hukum.
(69)
Tujuan Hukum Pidana
• Tujuan Hukum Pidana, menjamin agar di dalam masyarakat tercipta kedamiaan dan keadilan bagi setiap orang.
• Terdapat 3 alasan mengapa negara melalui aparat hukumnya menjatuhkan hukuman kepada mereka yang melakukan pelanggaran, yaitu:
1. mempertahankan tata tertib;
2. Untuk mencegah terjadinya perbuatan yang bisa menimbulkan ketidaktertiban dan tdk adil 3. Untuk mengembalikan serta mempertahankan
keamanan, ketertiban dan keadilan manakala terganggu.
(70)
Teori-teori tentang Hukum Pidana
1. Teori absolut/teori pembalasan
wajib diberi pembalasan sesuai dengan kejahatannya atau sanksi pidana yang mengikatnya dan yang berhak
menjatuhkan sanksi itu adalah negara.
2. Teori relatif/teori prevensi
Dijatuhkannya sanksi oleh pemerintah kepada mereka yang telah melakukan pelanggaran hukum dengan tujuan agar mereka yang telah berbuat salah atau keliru itu dikemudian hari
3. Teori gabungan
• membenarkan bahwa pemerintahlah berhak untuk
bertindak terhadap seseorang yang telah berbuat kesalahan, sanksinya tidak hanya bersifat pembalasan melainkan juga untuk memperbaiki tabiat yang berbuat kejahatn/ksalahan.
(71)
Tujuan penibanan/penjatuhan sanksi tersebut pada hakekatnya gunanya untuk:
• Pertama, untuk menakut-nakuti,
• Kedua, untuk memperbaiki,
• Ketiga, untuk melindungi masyarakat.
(72)
Riwayat Hukum Pidana di Indonesia
• Secara singkat hukum pidana untuk menanggulangi
kejahatan. Hukum pidana tertulis yang sangat sederhana di Indonesia sendiri mulai dikenal pada saat masuknya VOC dan hanya diberlakukan pada golongan Eropa saja.
• KUHP yang berlaku sekarang di Indonesia pada dasarnya merupakan peninggalan dari pemerintah kolonial Hindia Belanda yang dinamakan Wetboek van Strafrecht vor Nederlandscg Indie (WvSNI) diberlakukan berdasarkan Koninklijk Besluit tertanggal 15 Oktober 1915 Staadsblad 1915 No. 732 dan mulai berlaku pada 1 Januari 1918.
• Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1946 nama resmi Wetboek van Strafrecht vor Nederlandscg Indie (WvSNI diubah
menjadi Wetboek van Strafrecht (WvS) yang dapat disebut sebagai Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
(73)
KUHP dan UU Hukum Pidana Khusus yang Bersifat Nasional
Sistematika KUHP:
• Buku I tentang Ketentuan Umum (Pasal 1 – 103);
• Buku II tentang Kejahatan (Pasal 104 – 488);
• Buku III tentang Pelanggaran (Pasal 489 – 569). (Wikipedia)
Dan juga ada beberapa Undang-undang yang mengatur tindak pidana khusus yang dibuat setelah kemerdekaan antara lain:
• UU No. 8 Drt Tahun 1955 tentang Tindak Pidana Imigrasi;
• UU No. 9 Tahun 1967 tentang Narkoba
• UU No. 16 Tahun 2003 tentang Anti Terorisme.
FH-UWIN
(74)
Ketentuan-ketentuan Umum dalam KUHP
Berdasarkan Pasal 10 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Pidana terdiri atas:
1. Pidana Pokok
• Pidana mati
• Pidana penjara
• Kurungan
• Denda
2. Pidana Tambahan
• Pencabutan hak-hak tertentu
• Perampasan barang-barang tertentu
• Pengumuman putusan hakim
FH-UWIN
(75)
Macam-macam Delik
1. Menurut penuntutannya
a) Delik aduan (klachtdelict) b) Delik biasa (delik umum)
2. Menurut jumlah perbuatannya a) Delik tunggal (voudig delict) b) Delik jamak
3. Menurut tindakan atau akibatnya a) Delik materiil
b) Delik formil
(76)
Pengertian kejahatan
Sumber dari alam nilai, maka ia memiliki pengertian yang sangat relatif.
R. Soesilo, membedakan pengertian kejahatan
1. Secara Yuridis, suatu perbuatan tingkah laku yang bertentangan dengan UU
2. Sosiologis, kejahatan adalah perbuatan, disebut kejahatan oleh seseorang belum tentu diakui oleh pihak lain sbg suatu kejahatan pula.
(77)
Unsur-unsur Delik
• Pihak yang berwajib dalam menentukannya
harus memperhatikan dua unsur atau fakta:
1. Unsur obyektif
tertuju hanya kepada perbuatan si pelaku
2. Unsur subyektif
a) dilakukan secara sengaja:delik doleuse. b) akibat kelalaian, ketidak sengajaan:
delik culpoos.
(78)
Melakukan persidangan peradilan, yaitu:
1. Bahwa Hakim tidak boleh berada dalam keadaan sakit/kesehatan badannya tertanggu;
2. Sebelum kasus itu ke pengadilan, pihak polri dan kejaksaan telah melakukan interogasi dan
penyidikan (investigation) terhadap tertuduh, yang hasil-hasilnya telah termuat dalam Berita Acara, dan Jaksa akan melakukan penuntutan
berdasarkan Berita Acara tersebut.
(79)
Yang dimaksud dengan interogasi
ialah cara atau teknik melakukan Tanya jawab yang efektif dan terarah dalam proses
pemeriksaan perkara pidana.
Investigasi adalah penyidikan kejahatan yaitu segala usaha, pekerjaan dan kegiatan
bagaimana dan mengapa perbuatan itu
dilakukan serta apa fakta pembuktiannya, demi untuk tercapainya kebenaran
materiil.
(80)
Pidana mati
1. Pidana terberat, karena pelaksanaannya
berupa penyerangan terhadap hak hidup manusia
2. Tidak dapat dikoreksi apabila terjadi
(81)
Pidana penjara
1. Seumur hidup
2. Sementara dengan waktu paling pendek
satu hari dan paling lama 15 th (psl 12 ayat (2) KUHP
Pidana penjara dp melewati maks (15 th) menjadi 20 th
1. Hakim boleh memilih antara pidana mati/
penjara seumur hidup/penjara sementara 20 th
2. Hakim boleh memilih antara pidana
penjara seumur hidup atau pidana penjara sementara 20 th
3. Ada pemberatan umum. bersambung
FH-UWIN
(82)
3. Ada pemberatan umum
1. Concorsus/pembarengan yang diatur dalam pasal 65 hingga pasal 70.
2. Reseidve/pengulangan yang diatur dl pasal 486 hingga 488.
3. Penyalahgunaan wewenang jabatan (pasal 52).
4. Penyalahgunaan bendera RI (pasal 52a) 4. Ada pemberatan khusus,
seperti pasal 355 jo pasal 356 mengenai penganiayaan seorang anak terhadap ibu kandungnya.
(83)
Pidana denda
Hukuman berupa kewajiban, seseorang untuk “mengembalikan keseimbangan hukum” atau
“menebus dosanya” dengan pembayaran sejumlah uang tertentu.
a. Tunggal, hanya pidana denda saja yg diancamkan terhadap pelanggaran, psl 403, 489 KUHP
b. Alternatif, sesuai psl 174 KUHP c. Secara resmi alternatif terhadap
pelanggaran ttt seperti pasal 489 (2) KUHP . bersambung
(84)
sambungan
d. Secara ganda absolut, yaitu dengan bunyi pidana denda dan/atau pidana lainnya.
Misal psl 3 UU No. 20 Tahun 2001 ttg Tindak Pidana Korupsi.
(85)
AsAs-AsAs HUKUM DAGANG
Arti dan Tugas Perdagangan
• Perdagangan atau perniagaan pada umumnya,
ialah pekerjaan membeli barang dari suatu tempat atau pada suatu waktu dan menjual
barang itu di tempat lain atau pada waktu yang berikut dengan maksud memperoleh
(86)
Sistematika hukum dagang
1. Buku I KUHD : Perdagangan pada Umumnya;
2. Buku II KUHD : Hak dan Kewajiban yang Lahir dari Pelayaran;
3. Buku III KUHD: Kepailitan dan Penundaan Pembayaran
(87)
Pada pokoknya perdagangan mempunyai tugas untuk:
1. Membawa/memindahkan barang-barang dari tempat yang berkelebihan (surplus) ke
tempat-tempat yang berkekurangan (minus);
2. Memindahkan barang-barang dari produsen ke konsumen;
3. Menimbun dan menyimpan barang-barang itu dalam masa yang berkelebihan sampai mengancam bahaya kekurangan;
•
(88)
Sumber-sumber Hukum Dagang
1. Hukum tertulis yg dikodifikasikan a. KUHD
b. KUHS
2. Hukum tertulis yang belum dikodifikasikn, yakni peraturan perundangan khusus yang mengatur tentang hal-hal yang berhub dng
(89)
Hubungan Hukum Dagang dengan Hukum Perdata
Prof. Subekti: bahwa kedudukanKUHD terhadap KUH Perdata adalah sebagai hukum khusus terhadap hukumumum. Prof. Sudiman Kartohadiprojo: KUHD
merupakan suatu lex specialis terhadap
KUH Perdata sebagai lex generalis.
Soekardono menyatakan, bahwa pasal 1 KUHD “memelihara kesatuan antara Hukum Perdata Umum dengan Hukum Dagang, sekedar KUHD itu tidak khusus menyimpang dari KUH Perdata.
Tirtaamidjaja menyatakan, bahwa Hukum Dagang adalah suatu Hukum Sipil yang istimewa.
(90)
Buku I KUHD : Perdagangan pada Umumnya
1. Kewajiban membuat pembukuan
Pasal 6 KUHD menyatakan: barang siapa menjalankan suatu perusahaan, wajib
menuruti syarat-syarat perusahaannya untuk mengadakan pembukuan/pencatatan tentang harta kekayaannya dalam semua hal yang
berhubungan dengan perusahaan tersebut, sehingga sewaktu-waktu dapat diketahui hak dan kewajibannya.
FH-UWIN
(91)
Jenis-jenis perusahaan
1. Maatschap (Persekutuan Usaha)
adalah suatu bentuk kerjasama yang paling sederhana dan paling tidak mengikat.
Maatschap hanyalah suatu perjanjian intern saja, oleh karena perjanjian mengenai
maatschap tidak dipersyaratkan untuk diadakan pengumuman.
Akan tetapi kekayaan maatschap merupakan 1. terikat.
(92)
2. Perkembangan dari bentuk maatschap: a. Firma
adalah suatu maatschap yang bertujuan melakukan perusahaan bersama di
bawah satu nama, sehingga dalam
bentuk firma beberapa orang melakukan usaha itu di bawah nama yang telah
mereka sepakati.
Unsur-unsur dari Firma: 1. Harus ada maatshap;
2. Menjalankan perusahaan; 3. Mempunyai nama bersama.
(93)
Firma:
1. Renteng, artinya tindakan seorang pesero
menjadi tanggung jawab pula bagi semua atau pesero-pesero lainnya.
2. Penuh, artinya tanggung jawab dari para
pesero tidak terbatas pada modal yang dimasukkannya, melainkan juga jika
Firma itu mengalami pailit dan hutang-hutang tidak terbayar maka harta benda para pesero harus dibantukan untuk
melunasi hutang-hutang Firma tersebut.
(94)
Pembentukan Firma
1. Firma harus diumumkan mengenai pembentukannya,
2. harus disaksikan oleh notaris. Firma akan berakhir apabila:
1. Waktu perjanjiannya telah lampau; 2. Diputuskan oleh para pesertanya ut
dibubarkan;
(95)
b. Perseroan Komanditer (CV)
1. Nama aslinya Commanditaire Venootschap atau CV.
2. Dalam CV terdapat dua macam pesero, yaitu:
a. Pesero yang aktif, bertanggung jawab renteng dan penuh;
b. Pesero yang pasif atau pesero
komanditaris ataupun yang dalam istilah Inggrisnya disebut “sleeping partner”’ yang tanggung jawabnya terbatas sampai sebesar modal yang dimasukkan.
(96)
Perseroan Komanditer (CV) dapat berupa: 1. CV yang murni, yang dimaksud di sini
ialah CV yang biasa, dimana para
peseronya aktif berjuang mengusahakan keuntungan;
2. CV Campuran, yaitu bentuk firma yang disokong orang lain dengan sokongan
modal melulu sebagai komanditaris yang berdiri di belakang layar.
(97)
c.
Perseroan Terbatas (PT)Perseroan Terbatas (PT)/Naamloze
Vennootschap (NV),/“Limited” (Ltd) merupakan suatu perseroan yang tiap peseronya bertanggungjawab dengan
modal yang disetorkannya saja, jadi dengan jumlah tanggungjawab yang terbatas.
Modal perseroan terdiri dari:
1. Hasil penjualan saham-sahamnya; dan 2. Modal yang disebut dalam naskah
pendiriannya
(98)
PT harus didirikan dengan:
1. Akta notaris, dan kemudian mendapat
2. Pengesahan dari kementerian kehakiman.
3. Perizinan beserta Anggaran Dasarnya harus diumumkan dalam Berita Negara.
(99)
Macam-macam PT 1. PT Tertutup,
2. PT Terbuka,
3. PT perseorangan, 4. PT Umum.
Pembubaran PT
• Dibubarkan oleh hakim atas permohonan
kejaksaan
• Karena waktu yang ditentukan oleh akta
pendirian lampau.
• Atas keputusan rapat umum pemegang
saham.
• Karena insolvensi setelah dinyatakan pailit.
• Karena modal perseroannya berkurang
75% atau lebih.
(100)
Buku II KUHD : Hak dan Kewajiban yang Lahir dari Pelayaran
1. Tentang Kapal Laut dan Muatannya 2. Tentang pendaftaran kapal dan akibat
hukumnya
3. Tentang pengoperasian kapal dan akibat hukumnya
(1)
Istilah orang-orang yang berperkara di muka pengadilan perdata
• Penggugat, yaitu pihak yang berinisiatif
mengajukan perkara karena merasa haknya tidak dipenuhi orang lain.
• Tergugat, adalah orang yang harus berperkara di pengadilan, karena orang lain menginginkan yang bersangkutan untuk memenuhi kewajiban hukumnya.
• Gugatan balik, seorang penggugat menjadi tergugat, atau sebaliknya.
(2)
Alat bukti tertulis
• Alat bukti tertulis, • Kesaksian,• Pengakuan,
• Persangkaan (presumption) yaitu dugaan kuat telah terjadi atau dilakukannya suatu
wanprestasi oleh tergugat dan dugaan ini oleh penggugat dijadikan dasar tuntutan ke
pengadilan.
(3)
Putusan hakim mempunyai 3 macam
kekuatan, yaitu:
• Kekuatan mengikat,
mengikat kedua pihak untuk menaatinya. • Kekuatan pembuktian
sbg alat bukti bagi para pihak, yang mungkin digunakan ut mengajukan banding atau kasasi. • Kekuatan eksekutorial,
melekat pada putusan hakim bisa digunakan sebagai dasar realisasi atau Pelaksanaan putusan hakim secara paksa.
(4)
BANDING, KASASI, DAN PENINJAUAN
KEMBALI
• Dalam hukum perdata atau pidana apabila
para pihak atau salah satu pihak tidak
menerima putusan hakim maka dalam
hukum acara perdata/pidana
dimungkinkan adanya upaya hukum
berupa apel atau banding dan kasasi pada
tingkat peradilan yang lebih tinggi, atau
bahkan bisa dimintakan peninjauan
kembali (PK).
(5)
Dapat mengajukan PK
• Ada bukti baru tentang perkara tersebut
yang belum pernah diungkapkan atau
dikemukakan dalam sidang-sidang
terdahulu.
• Terdapat bukti kuat bahwa putusan hakim
tersebut dilakukan dengan prosedur
hukum yang salah;
• Terbukti adanya ketidakcocokan antara
fakta-fakta yang disajikan para pihak serta
cara persidangan.
(6)