Pengantar Ilmu Hukum 002

(1)

A. Hakikat manusia dan masyarakat : Sebelum mempelajari masyarakat terlebih dahulu kita mengetahui pengertian individu atau manusia , yaitu makhluk ciptaan tuhan di dalam dirinya selalu dilengkapi oleh kelengkapan hidup meliputi raga, rasa, rasio dan rukun. masyrakat adalah persatuan manusia atau individu yang timbul dari kodrat yang sama. Jadi masyarakat itu timbul karena hubungan manusia dengan manusia lain yang menyebabkan interaksi sosial yang mnegakibatkan seorang dan orang lain kenal mengenal dan pengaruh mempengaruhi.

B. Bentuk-bentuk masyarakat : a) Berdasarkan hubungan yang diciptakan para anggotanya : Pertama, Masyarakat Peguyuban (gemeinchaft) apabila hubungan itu bersifat kepribadian dan menimbulkan ikatan batin. Contoh : Ikatan Mahasiswa Riau Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Ikatan ini membantu mahasiswa yang asal riau yang kuliah di ITS agar mempermudah mengetahui daerah disana dan membuat rasa tolong menolong antar kampung halaman tinggi. Yang kedua, Masyarakat Patembayan (gesellschaft) apabila hubungan itu bersifat tidak kepribadian dan bertujuan untuk mencapai keunungan kebendaan. Contoh : Himpunan Pengusaha Muda Indonesia, dan PT Angkasa Pura II kedua Perkumpulan ini membuat kebijakan untuk mendapat untung sebanyak mungkin. b) Berdasarkan sifat pembentuknya : Pertama, Masyarakat yang teratur oleh karena sengaja diatur untuk tujuan tertentu. Contoh : Persatuan Bola Volly Seluruh Indonesia (PBVSI) bertujuan untuk memajukan olahraga volly di Indonesia Kedua, Masyarakat yang teratur tetapi terjadi dengan sendirinya, oleh karena orang-orang yang bersangkutan mempunyai kepentingan bersama. Contoh : Pendukung Semen Padang FC atau Spartak menonton timnya untuk member dukungan berua moril kepada tim kesayangannya.Ketiga, Masyarakat yang tidak teratur. Contoh : Pembaca surat kabar Koran ataupun online. c) Berdasarkan kekeluargaan, seperti rumah tangga, sanak saudara, suku, bangsa dan lain-lain. d) Berdasarkan kebuydayaan : Pertama, Masyarakat primitive dan modern : orang sakai dan daerah kota pekanbaru Kedua, Masyarakat desa dan masyarakat kota : Masyarakat Desa Rimbo Panjang dan Masyarakat Kota Padang. Ketiga, Masyarakat Territorial ( terikat dengan wilayah dan hukum wilayahnya) : masyarakat minangkabau. Keempat, Masyarakat genealogis ( terikat dengan pertalian darah ) : masyarakat jawa dan suku-suku lainnya di Indonesia. Kelima, Masyarakat territorial-genealogis : Masyarakat Batak.

C. Norma : Norma adalah kebiasaan, adat istiadat, dan peraturan yang ada dalam masyarakat. Pada umumnya norma yang ada dalam masyarakat itu adalah : 1) Norma Agama : Peraturan hidup yang harus diterima manusia sebagai perintah-perntah petunjuk serta larangan-larangan yang bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa. Biasanya pelanggar norma ini akan di siksa kelak di akhirat nanti Contoh : Islam melarang kita untuk berjudi karena berjudi itu dapat merusak keuangan dan jiwa manusia apabila tetap dilakukan akan di siksa di akhirat nantinya. 2) Norma Kesusilaan : Peraturan hidup yang berasal dari suara hati manusia, pelanggaran norma kesusilaan hukumannya yaitu merasa bersalah dan beakibat pada penyesalan. Contoh : orang yang setiap hari jujur dalam perbuatannya sekali dia melakukan kecurangan maka hati dia tidak akan tenang dan selalu gelisah sebelum memperbaiki kecurangan yang telah dia buat. 3) Norma Kesopanan Peraturan hidup yang timbul dalam pergaulan antar manusia dalam masyarakat. Akibat dari pelanggaran terhadap norma ini adalah berupa celaan atau hinaan sesamanya, karena sumber norma ini adalah keyakinan masyarakat yang bersangkutan itu sendiri. Contoh : Apabila laki-laki bertamu ke dalam kos cewe dia harus diluar rumah dan tidak boleh lewat dari jam 9 malam apabila lewat maka baik laki-laki maupun perempuan akan di hukum dengan cara di arak oleh warga sebagai hukumannya. 4) Norma Hukum : Peraturan-peraturan yang timbul dan dibuat oleh lembaga kekuasaan Negara. Norma hukum bersifat memaksa dan bagi pelanggarnya akan di beri sanksi berupa hukuman.


(2)

Contoh : Apabila seseorang melakukan pembunuhan maka dia akan terkena pasal pasal 338 Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.

D. Pengertian Hukum : hukum itu merupakan kaedah norma-norma yang berlaku dimasyarakat yang gunanya untuk mengatur hubungan antara individu didalam masyarakat yang dibuat ataupun tidak oleh lembaga hukum Negara. Selain menurut para ahli ada beberapa pengertian hukum menurut : a) Hukum arti ilmu hukum : Ilmu hukum yaitu ilmu yang menelaah hukum sebagai kaidah, atau system kaidah-kaidah, dengan dogmatic hukum dan sistematik hukum. b) Hukum dalam arti gejala sosial : Manusia menurut Aristoteles merupakan “Zoon Politicon” ialah manusia yang hidup bermasyarakat. Dalam bermasyarakat terdapat kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan sehingga kerapkali terjadi pertikaian dalam memenuhi kebutuhan itu sehingga diperlukan tata tertib atau peraturan untuk mencegah perpecahan atau perselesihan itu. c) Hukum dalam arti tata hukum : Hukum yang sedang berlaku di suatu Negara. Hukum ini diwujudkan dengan peraturan-peraturan yang saling berhubungan dan saling menguntungkan tata hukum meliputi perbuatan apa yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan

E. Ciri-Ciri Hukum : Untuk mengenal hukum kita harus dapat mengenal cirri-ciri hukum yaitu berupa : 1) Adanya perintah dan larangan. 2)Perintah dan larangan itu harus patuh dan ditaati oleh setiap orang. Setelah kita mengetahui ciri-cirinya dapat kita ketahui hukum itu mempunyai ciri perintah dan harus dipatuhi oleh semua orang contoh : UU no 18 Tahun 2008 adalah peraturan yang di kelaurkan oleh Mentri Lingkungan Hidup agar tidak membuang sampah sembarangan sehingga kebersihan lingkungan terjaga dan peraturan itu harus dilaksanakan oleh semua orang termasuk pejabat Negara tanpa terkecuali.

F. Unsur-Unsur Hukum : 1) Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat. 2) Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang wajib. 3) Peratutan itu bersifat memaksa. 4) Sanksi pelanggaran peraturan tersebut adalah tegas

G. Sifat Hukum : Menurut sifatnya, hukum dapat digolongkan menjadi dua yaitu : 1) Hukum yang memaksa : Hukum yang dalam keadaan bagaimanapun juga harus dilaksanakan dan mempunyai paksaan yang mutlak. Contoh : Dalam pasal 340 KUHP berbunyi Barang siapa dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan rencana, dengan pidana rnati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun. Diharapkan dari hukuman ini tidak ada pelaku pembunuhan terulang kembali. 2) Hukum yang mengatur : Hukum yang dapat dikesampingkan apabila pihak-pihak yang bersangkutan telah membuat peraturan sendiri dalam suatu perjanjian. Contoh : Hukum dagang yang mengatur tentang monopoli tidak terjadi dalam system pasar local maupun non local.

H. Fungsi Hukum : Dalam perkembangan masyarakat fungsi hukum dapat terdiri dari : 1) Alat pengatur tata tertib hubungan masyarakat : Hukum digunakan sebagai petunjuk untuk mengatur masyarakat mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak karena hukum mempunyai sifat dan watak mengatur tingkah laku manusia serta mempunyai cirri memerintah dan melarang. Contoh : Saat pajak motor yang dimiliki oleh seseorang akan habis maka dia akan tau langkah apa yang harus dia lakukan yaitu kembali membayar pajak di kantor Samsat dengan membawa STNK dan persyaratan yang telah ditentukan. Kesemuanya dilakukan karena mengerti dan menaati peraturan yang telah ditentukan. 2) Sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir batin : Hukum dapat menghukum siapa yang salah, hukum dapat memaksa agar peraturan ditaati dan siapa yang melanggar akan diberi sanksi hukuman sehingga hukum bisa menimbulkan keadilan sosial lahir batin.


(3)

Contoh : Seseorang yang bertikai karena masalah tanah akan teratasi bila dibawa keperadilan supaya mendapat kepausan dan keadilan siapa pemilik tanah tersebut. 3) Sebagai penggerak pembangunan : Daya mengikat dan memaksa dari hukum dapat digunakan atau didayahgunakan untuk menggerakkan pembangunan. Disini hukum dijadikan alat untuk membawa masyarakat ke arah yang lebih maju. Contoh : Dalam melaksanakan peraturan di pasar akan membuat pasar tersebut rapi dan mempercepat pembangunan atau pergerakan pasar tersebut menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya. 4) Kritis Hukum : Dr. Soedjono Dirdjosisworo, SH dalam bukunya Pengantar Ilmu Hukum, hal 155 mengatakan : “Dewasa ini sedang berkembang suatu pandangan bahwa hukum mempunyai fungsi kritis, yaitu daya kerja hukum tidak semata-mata melakukan pengawasan pada aparatur pengawasan pada aparatur pemerintah saja melainkan aparatur penegak hukum termasuk didalamnya”. Contoh : Penangkapan Mantan Ketua MK Akil Muchtar dalam kasus korupsi membuktikan bahwa fungsi dari kritis hukum berjalan karna Akil sebagai ketua lembaga penegak hukum di jerat oleh lemabag penegak hukum (KPK) sehingga fungsi hukum berjalan sebagaimana mestinya.

I. Tujuan Hukum: 1) Menurut para sarjana hukum : Jadi dapat disimpulkan dari pendapat sarjana hukum tujuan hukum adalah membuat kenyamanan dengan mengadakan keselamatan, keseimbangan, dan melindungi kepentingan masing-masing individu didalam kehidupan masyarakat. 2) Tujuan hukum dalam rangka terciptanya kepastian hukum : Setelah kita perhatikan tujuan hukum yang dikemukakan oleh sarjana hukum tersebut, inti dari tujuan hukum adalah mendapat kepastian hukum sendiri, karena hukum sangat penting dalam mengatur kehidupan masyarakat sehingga apabila hukum itu pasti ditegakkan maka ketertiban dan keamanan akan terjaga.

J. Sumber-sumber hukum : Sumber hukum adalah segala sesuatu yang menimbulkan aturan-aturan yang mengikat dan memaksa, sehingga apabila aturan-aturan itu dilanggar akan menimbulkan sanksi yang tegas dan nyata bagi pelanggarnya. 1) Historis : Tempat kita dapat menemukan hukumnya dalam sejarah atau dari segi historis. Sumber hukum historis ini dibagi menjadi dua yaitu : a) Sumber hukum yang merupakan tempat dikenalnya hukum secara historis, dokumen-dokumen kuno, lontar, dan sebagainya. Contoh : Piagam Magna Charta sebagai symbol munculnya HAM di dunia ini. b) Sumber hukum yang merupakan tempat pembentukan undang-undang mengambil bahannya. Contoh : Piagam Madinah merupan contoh dari tempat pembentukan undang-undang mengambil bahannya, karena tempat mengambil bahan ini adalah Al-qur’an itu sendiri dan di jadikan undang-undang oleh Nabi Muhammad SAW untuk mengatur penduduk Madinah dan sekitarnya. 2) Sosiologis : Yaitu merupakan faktor-faktor yang menentukan isi hukum positif. Maksudnya sumber hukum ini berasal dari keadaan-keadaan tertentu, seperti keadaan-keadaan agama, pandangan agama, kebudayaan, pendidikan dll. Contoh : Dalam dunia pendidikan terdapat beberapa masalah seperti masih maraknya KKN sehingga pemerintah membuat suatu UU yang mengatur pelarang KKN dalam dunia pendidikan. 3) Filosofis : Sumber hukum ini dapat dibagi menjadi dua yiatu : a) Sumber isi hukum, disini ditanyakan isi hukum itu berasal dari mana. b) Sumber kekuatan mengikat dari hukum, mengapa hukum mempunyai kekuatan mengikat, mengapa kita tunduk pada hukum Jadi, pada intinya Filosofis itu sama dengan pandangan hidup, jadi hukum itu sendiri merupakan pandangan hidup kita sebagai manusia. Contoh : Kita mematuhi membayar pajak motor bukan karena takut akan bermasalah dengan polisi atau saat razia tetapi karena dorongan jiwa kita tahu bahwa ini menjadi kewajiban sebagai warga Negara yang baik yaitu taat membayar pajak. 4) Materil : Sumber hukum material atau materil dilihat dari segi isinya dan dapat di tinjau dari berbagai sudut yang diambil dari permasalahan yang ada pada masyarakat. Contoh : Ketika pemerintah melihat kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan pantai maka pemerintah


(4)

daerah membuat suatau peraturan daerah untuk menjaga kebersihan pantai sehingga dapat menumbuhkan semangat masyarakat menjaga kebersihan pantai. 5) Formil : Sumber-sumber hukum formal ini sah sebagai hukum apabila terjadinya atau terbentuknya hukum itu yang dibentuk oleh lemabag hukum yang berwenang. Sumber hukum formil ini adalah : a) Undang-Undang : Undang-undang adalah suatu peraturan Negara yang mempunyai kekuatan hukum yang mengikat, diadakan dan dipelihara oleh penguasa Negara. Suatu undang-undang baru ada apabila telah dibentuk oleh yang bersangkutan dan cara pembentukan undang-undang itu sendiri tergantung kepada system pemerintahan yang dianut oleh Negara yang bersangkutan. Di Indonesia pembuatan undang-undang dilaksanakan oleh Presiden bersama DPR. Di Indonesia mempunyai tata jenjang perundangan yaitu urutan-urutan mengenai tingkat dan derajat daripada undang-undang yang bersangkutan dengan mengingat badan yang berwenang yang membuatnya dan masalah-masalah yang diaturnya. Berikut adalah perbandingan tata urutan perundang-undangan dari tahun ke tahun : 1) Tap MPRS NO. XX/MPRS/1996 tentang Memorandum DPR-GR mengenai sumber tertib hukum Republik Indonesia dan tata urutan perundang-undangan Republik Indonesia. Urutannya yaitu : UUD 1945; Ketetapan MPR; UU; Peraturan Pemerintah; Keputusan Presiden; Peraturan Pelaksana yang terdiri dari : Peraturan Menteri dan Instruksi Menteri. 2) Tap MPR No. III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Undang-Undang. Berdasarkan ketetapan MPR tersebut, tata urutan peraturan perundang-undangan RI yaitu : UUD 1945; Tap MPR; UU; Peraturan pemerintah pengganti UU; PP; Keppres; Peraturan Daerah. 3) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Berdasarkan ketentuan ini, jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia adalah sebagai berikut : UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945; UU/Perppu; Peraturan Pemerintah; Peraturan Presiden; Peraturan Daerah. 4) Menurut UU No. 12 Tahun 2011 tentang Peraturan Perundang-undangan tata urutan perundang-undangan di Indonesia adalah : UUD 1945; TAP MPR; UU/PP Pengganti Undang-Undang; Peraturan Pemerintah; Peraturan Presiden; Peraturan Daerah Provinsi; Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. b) Kebiasaan (Custom) Kebiasaan merupakan perbuatan manusia yang dilakukan berulang-ulang. Namun demikian tiak semua kebiasaan itu mengandung hukum yang baik dan adil. Oleh karenanya belum tentu kebiasaan atau adat istiadat itu pasti menjadi sumber hukum. Contoh : Kebiasaan membantu orang lain itu bukanlah sumber hukum melainkan hanya kebiasaan yang harus dilakukan oleh semua orang dan sanksi bila tidak menjalan kanpun tidak tegas. Kebiasaan yang baik cenderung akan dipakai oleh masyarakat sebagai sumber hukum sedangkan yang jelek akan diabaikan oleh masyaraka. Syarat kebiasaan menjadi hukum terdapat pada pasal 15 AB yang berbunyi “Selain pengecualian-pegecualian yang diteteapkan mengenai orang-orang Indonesia dan orang-orang yang dipersmakan, maka kebiasaan tidak merupakan hukum kecuali apabila undang-undang menetapkan demikian”. c)Yurisprudentie : Dari segi praktikn peradilan yurisprudentie adalah keputusan hakim yang selalu dijadikan pedoman hakim lain dalam memutuskan kasus-kasus yang sama. Penyebab kenapa timbulnya yurisprudentie adalah terdapat pasal 22 AB menyatakan bahwa hakim tidak boleh menolak menyelesaikan perkara yang diajukan kepadanya, sehingga apabila hakim tidak bisa menyelesaikan masalah ini dia dapat menggunakan yurisprudentie yang ada. Contoh : Seorang hakim asal Maluku dipindah tugaskan ke Provinsi Aceh, disana dia dihadapkan oleh kasus adat istiadat, saat itu hakim tersebut tidak boleh menolak kasus tersebut dan menyelesaikan kasus pertikaian adat istiadat dengan yurisprudentie yang ada. d)Traktat: Perjanjian yang dibuat antar Negara yang dibuat antar Negara yang dituangkan dalam bentuk tertentu. Perjanjian tersebut merupakan perjanjian internasional. Traktat ini mepunyai tiga macam, yaitu : 1) Traktat


(5)

bilateral yaitu perjanjian antara dua Negara. Contoh : Traktat antara pemerintah Indonesia dan Pemerintah Malaysia tentang perjanjian ekstradisi menyangkut kejahatan criminal biasa dan kejahatan politik. 2) Traktat Multilateral yaitu perjanjian yang dibuat oleh banyak Negara. Contoh : Perjanjian 5 negara, Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura, dan Filiphina tentang kerjasama regional antar rumpun Asia Tenggara (ASEAN) 3) Traktat kolektif atau traktat terbuka adalah traktat multilateral yang boleh dimasuki oelh Negara lain. Contoh : Charter of United Nation merupakan perjanjian banyak Negara-negara yang menegakkan kedamaian di dunia Indonesia masuk sebagai Negara ke 60. e) Doktrin : Pendapat para sarjana hukum yang terkemuka yang besar pengaruhnya terhadap hakim dalam pengambilan putusan. Contoh : Di Indonesia pengadilan agama menggunakan mazhab-mazhab yang terkemuka yaitu Mazhab Imam Syafi’e yang digunakan oleh hakim untuk memutuskan perkara agama islam.

K. Mazhab-mazhab ilmu pengetahuan hukum : 1) Mengapa orang menaati huku? a) Karena orang merasakan bahwa peraturan-peraturan itu dirasakan sebagai hukum. Contoh : Ketika orang membuang sampah pada tempatnya dia merasakkan bahwa bila dia membuang sampah sembarang akan melanggar hukum yang ada dan akan dikenakan sanksi. b)Karena ia harus menerimanya supaya ada rasa ketentraman. Contoh : Peraturan bertamu sampai jam 21.00 di kos perempuan merupakan suatu keharusan karena kalau sudah larut malam cenderung berbahay bagi perempuan sehingga perempuan merasa nyaman diterapkan peraturan atau hukum seperti itu. c) Karena masyarakat mengehndakinya. Contoh : Peraturan Ronda malam merupakan hukum yang dikehendaki oleh masyrakat karena menyangkut dengan keamanan kampungnya. d) Karena adanya paksaan (sanksi) sosial. Contoh : Bila seseorang telah melanggar keamanan seperti mencuri maka sanksi sosialnya yaitu si pencurui dan keluarga di cap sebagai keluarga pencuri sehingga membuat malu si keluarga pencuri tersebut. 2) Perbedaan mazhab-mazhab hukum : a) Mazhab hukum alam atau hukum kodrat: Hukum yang tidak bergantung pada pandangan manusia, berlaku kapan saja, dimana saja, bagi siapa saja dan jelas bagi semua manusia tanpa ada yang menjelaskannya. Contoh : Hukum kekekalan energy yaitu energy tidak dapat dimusnahkan tetapi dapat diciptakan, hukum kekekalan energy merupakan hukum alam yang berlaku untuk semua manusia. b)Mazhab Sejarah :Tiap-tiap hukum hukum itu ditentukan secara historis, selalu berubah menurut waktu dan tempat. Contoh : Hukum potong tangan bagi pencuri merupakan bagian sejarah yang ada di Negara Asia bagian Barat sehingga hukum tersebut tidak bisa diterapkan oleh semua Negara yang ada didunia ini, misalnya Indonesia. c) Teori Theokrasi : Teori ini menganggap bahwa hukum itu kemauan Tuhan. Dasar teori ini adalah kepercayaan kepada Tuhan. Contoh : Umat islam menggunakan kitab suci Al-qur’an dan Hadist sebagai pedoman dan hukum dalam menajalankan kehidupan sehari-hari. d) Teori Kedaulatan rakyat : Bahwa Negara bersandar atas kemauan rakyat, demikian pula halnya semua peraturan-peraturan perundangan adalah penjelmaan kemauan rakyat tersebut. Contoh : Piagam Madinah merupakan kedaulatan rakyat yang dibuat dari perjanjian-perjanjian antara masyarakat madinah dengan masyarakat luar madinah yang diserahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai raja atau pemimpin saat itu. e) Teori Kedaulatan Negara : Teori ini menentang teori perjanjian masyarakat yaitu Hukum adalah kehendak Negara. Hukum bukan kemauan bersama anggota masyarakat, dan segera nmempunyai kekuasaan tak terbatas dan setiap hukum yang dibuat Negara wajib ditaati oleh warganya. Contoh : Negara Singapura menerapkan peraturan bahwa setiap warga Negara Singapura wajib mengikuti pendidikan wajib militer dan tanpa terkecuali semua warga Singapura mengikuti wajib militer. f) Teori Kedaulatan Hukum : Hukum berasal dari perasaan hukum yang ada pada sebagian besar anggota masyarakat oleh karenanya hukum ditaati oleh anggota masyarakat. Contoh : Menghukum berat


(6)

pencuri merupakan kemauan dari semua masyarakat karna mencuri pelanggaran hukum yang berat seharusnya ditaati oleh setiap individu dalam masyarakat.

L. Pembentukan Hukum : 1) Penemuan Hukum oleh Hakim : Hakim dalam melaksanakan tugas dipengadilan dapat menemukan dan memulai keputusannya merupakan pembentuk hukum. Hal ini dimaksudkan supaya pencari keadilan dipeangadilan terhadap suatau perkara dapat memperoleh pastian hukum.Jika sesuatu peraturan dalam keputusan hakim selalu diikuti dan dipedomani oleh para hakim berikutnya terhadap suatu pertanyaan hukum yang tertentu, telah terbentuk yurisprudenti yang tetap, mka peraturan hukum tersebut merupakan hukum objektif. Dalam pembentukan hukum oleh hakim mempunyai beberapa aliran yaitu : a) Aliran Legisme : Satu-satunya sumber hukum adalah undang-undang dan bahwa diluar undang-undang-undang-undang tidak ada hukum. Aliran ini menunjukkan kekurangannya yaitu bahwa permasalahan-permasalahan hukum yang timbul kemudian tidak dapat dipecahkan oleh undang-undang yang telah dibentu. b) Aliran Freie rechtlsehre : Merupakan aliran bebas yang hukumnya tidak dibuat oleh undang-undang, maka hakim dalam Freie rechtlsehre bebas menemukan atau menciptakan hukum dengan melaksanakan undang-undang atau tidak. c) Aliran Rechtsvinding (Penemuan hukum) : Merupakan hukum terdapat dalam undang-undang yang diselaraskan dengan hukum yang ada didalam masyarakat. 2) Perbedaan Putusan dan Peraturan : a) Keputusan : Besifat individual dan konkret, pengujiannya melalui gugatan diperadilan tata usaha Negara, bersifat sekali-selesai, Contoh : Vonis hukuman mati kepada teroris. b) Peraturan : Bersifat umum dan abstrak, pengujiannya untuk peraturan dibawah undang-undang ke MA, sedangkan untuk undang-undang dibawa ke MK, selalu berlaku terus-menerus, Contoh : Peraturan Pemrintah mengenai pelaksaan kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara. 3) Penafsiran hukum dan Macam-macamnya : Mencari dan menetapkan pengertian atas dalil-dalil yang tercantum dalam undang-undang sesuai dengan dikehendaki serta yang dimaksud oleh pembuat undang-undang, Penafsiran atau Interpretasi ini yaitu metode penemuan hukum dalam hal peraturannya ada tetapi tiodak jelas untuk diterapkan pada peristiwanya. Interpretasi ini dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu: 1) Gramatikal, yaitu penafsiran menurut bahasa sehari-hari biasanya dalam penafsiran secara gramatikal diminta ahli bahasa sebagai nara sumber. Contoh : Istilah “menggelapkan” dalam pasal 41 KUHP sering ditafsirkan sebagai menghilangkan. 2) Historis, yaitu penafsiran berdasarkan sejarah hukum menyelidiki asal peraturan perundang-undangan dari suatu system hukum yang dulu pernah berlaku dan sekarang tidak berlaku lagi atau asal-usul peraturan itu dari system hukum lain yang masih berlaku dinegara lain. Contoh : KUHP yang dikodifikasikan pada tahun 1848 di Hindia Belanda menurut sejarahnya mengikuti code civil Perancis dan di Belanda di kodifikasikan pada tahun 1838. 3) Sistematis yaitu penafsiran undang-undang sebagai bagian dari keseluruhan system perundang-undangan. Dengan cara menghubungkan dengan undang-undang lain . dngan metode ini hendak dikatan bahwa dalam penafsiran undang-undang tidak boleh menyimpang dari system perundang-undangan. Contoh : Apabila hendak mengetahui sifat pengakuan anak yang dilahirkan diluar perkawinan orangtuanya, tidak cukup hanya mencari ketentuan-ketentuan didalam KUHP saja melainkan harus dihubungkan juga dengan pasal 278 KUHP. 4) Teleologis, yaitu penafsiran menurut makna atau tujuan masyarakat, menurut Soerjono Soekanto dkk menjelaskan bahwa Interpretasi teologis yaitu menafsirkan undang-undang dengan menyelidiki maksud dan tujuan dibuatkannya undang-undang tersebut. Contoh : Didaerah suku Dayak di Kalimantan, tanah dianggap seperti ibu yang dapat dimiliki oleh setiap orang dan harus diajaga/dirawat layaknya menjaga seorang ibu. Dalam hal ini hakim harus menserasikan pandangan sosial kemasyarakatannya dengan UU No. 5 Tahun 1960 tentang pokok-pokok Agraria. 5) Perbandingan Hukum, yaitu penafsiran dengan


(7)

cara membandingkan dengan kaedah hukum ditempat lain, biasanya metode ini diterapkan dalam perjanjian Internasional. Contoh : Perjanjian Negara Uni Eropa dapat ditiru oleh Negara –negara lain dengan melihat konteks tujuan dan makna dari didirikannya organisasi Internasional itu sendiri serta melaksanakan kerja sama dengan organisasi internasional itu dengan mematuhi hukum-hukum yang sudah di tentukan. 6) Futuristis, yaitu penafsiran antisipatif yang berpedoman pada undang-undang yang belum mempunyai kekuatan hukum.. Contoh : pada saat undang-undang tentang pemnberantasan tindak subversi yang pada saat itu dibahas di DPR akan mencabut berlakunya undang-undang tersebut, maka jaksa berdasarkan interpretasi futuristic, menghentikan penuntutan terhadap orang di sidik berdasarkan undang-undang pemberantasan tindak pidana subversi. 7) Otentik, yaitu penafsiran yang resmi yang diberikan oleh pembuat undang-undang tentang arti kata-kata yang digunakan dalam undang-undang tersebut. Contoh : Pasal 97 KUHP dimaksud dengan “sehari” adalah masa yang lamanya 24 jam.,“sebulan” adalah masa yang lamanya 30 hari. 8) Ekstensif, yaitu penafsiran dengan cara memperluas arti kata-kata yang terdapat dalam undang-undang seingga suatu peristiwa dapat dimasukkan kedalamnya. Contoh : Bahwa Yurisprudensi di Belanda “menyambung” atau “menyadap” aliran listrik dapat dikenakan pasal 362 KUHP artinya Yurisprudensi memperluas pengertian unsure barang dalam pasal 362 KUHP. 9) Restriktif, yaitu penafsiran membatasi/memepersempit maksud suatu pasal dalam undang-undang. Contoh : Putusan Hoge Road Belanda tentang kasus Per Kereta Api “Linden Baum” bahwa kerugian yang dimaksud pasal 1365 KUHPerdata juga termasuk kerugian immateril yaitu pejalan kaki harus bersikap hati-hati sehingga pejalan kaki juga harus menanggung tuntutan ganti rugi separuhnya (orang yang dirugikan juga ada kesalahannya). 10) Analogi, yaitu memberi penafsiran pada suatu peraturan hukum dengan member kias pada kata-kata dalam peraturan tersebut sesuai dengan asas hukumnya sehingga suatu peristiwa yang sebenarnya tidak termasuk kedalamnya dianggap sesuai denga bunyi peraturan tersebut. Contoh : “meminjam” sandal tanpa izin sama dengan “mencuri” sandal. 11) Argumnentus a contrario yaitu suatu penafsiran yang mmeberikan perlawan pengertian antara peristiwa konkrit yang dihadapi dengan peristiwa yang diatur dalam undang-undang. Contoh : pasal 34 KUHPerdata menyatakan bahwa seorang perempuan tidak dibenarkan menikah lagi sebelum lewat suatu jangka waktu tertentu yaitu 300 hari sejak perceraian dengan suaminya. Berdasarkan penafsiran argumentus a contrario maka ketentuan tersebut tidak berlaku bagi lelaki/pria.

M. Subjek Hukum : Subjek hukum adalah sesuatu yang menurut hukum berhak/berwenang untuk melakukan perbuatan hukum atau siapa yang mempunyai hak dan cakap untuk bertindak. Pada dasarnya yang menjadi subjek hukum itu ialah person/manusia, karena manusia sendiri adalah pembawa hak, yaitu sesuatu yang mempunyai hak dan kewajiban. Manusia memperoleh hak dan kewajibannya ketika dia baru lahir. Badan hukum adalah subjek hukum. Badan hukum adalah suatu perkumpulan orang-orang yang mengadakan kerjasama dan atas dasar ini merupakan suatu kesatuan yang telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan oleh hukum.Badan hukum bermacam macam, badan hukum menurut bentuknya yaitu : a) Badan hukum public : Didirikan berdasarkan hukum public yang menyangkut kepentingan publik, orang banyak atau Negara pada umumnya. Contoh : Porli, TNI, Kepada Daerah tingkat I dan II, dan Pertamina. b) Badan Hukum Privat : Didirikan berdasarkan hukum sipil atau perdata yang menyangkut kepentingan pribadi orang untuk tujuan tertentu, yaitu mencari keuntungan, sosial pendidikan, ilmu pengetahuan, politikl, kebudayaan, kesenian, olahraga dll. Contoh : Keuntungan : PT Angkasa pura II, Sosial Pendidikan : Muhammadiyah, Ilmu Pengetahuan : Bimbel ABC, Politik : Partai Golongan Karya, Kebudayaan : Lembaga Adat Melayu Riau, Olahraga : Ikatan Pencat Silat Indonesia. Badan Hukum menurut jenisnya : a) Korporasi : Suatu


(8)

gabungan orang-orang yang dalam pergaulan hukum bertindak bersama sebagai satu subyek hukum tersendiri. Ada bebeerapa macam mengenai korporasi : Perhimpunan, Persekutuan orang, organisasi orang, Contoh : Perhimpunan : Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Sosial Politi, Persekutuan Orang : PT Angkasa Pura II, organisasi orang : ICW. b) Yayasan: Tiap kekayaan yang tidak merupakan kekayaan orang atau kekayaan badan dan yang diberi tujuan tertentu serta sebagai pendukung hak dan kewajiban sendiri dan didirikan oleh para pendiri dengan tujuan sosial pendidikan, ilmu pengetahuan, kesenian dan kebudayaan. Contoh : Sosial pendidikan dan ilmu pengetahuan : Muhammadiyah, kesenian dan kebudaayn : Yayasan Kesenian Indonesia.

N. Obyek Hukum : Segala sesuatu yang berguna bagi subyek hukum dan apa yang menjadi pokok permasalahn dan kepentingan bagi para subyek hukum, oleh karenanya dapat dikuasi oleh subjek hukum. Contoh : Saat kita menyewa mobil dilakukan suatu perjanjian diantar penyewa dan yang disewakan maka mobil itu merupakan objek hukumnya. Jenis objek hukum berdasarkan pasal 503 – 504 KUHPerdata disebutkan bahwa dapat dibagi menjadi 2, yakni : 1) Benda bergerak : Suatu benda yang sifatnya dapat dilihat,diraba,dirasakan dengan panca inder, terdiri dari benda berubah/berujud. Contoh : Meja, kursi, pistol dan benda wujud lainnya. 2) Benda tidak bergerak : Suatu benda yang dirasakan oleh panca indra saja dan kemuadian dapat direalisasikan menjadi suatu kenyataan. Contoh : merk suatu perusahaan dan hak cipta, dalam kasus korupsi proyek yang dilakukan oleh pemerintah sering sekali perusahaan yang bersangkutan yang kena imbasnya, seperti kasus korupsi Hambalang.

O. Hubungan Hukum : Hubungan antara dua atau lebih subyek hukum. Dalam hubungan hukum ini hak dan kewajiban pihak yang satu berhadapan dengan hak dan kewajibanyang lain. Tiap hubungan hukum mempunyai dua segi yaitu berupa Hak dan kewajiban dari segi hubungan hukum itu dapat juga kita mengetahui unsure-unsuru dari hubungan hukum, yaitu adanya orang-orang yang hak/kewajibannya saling berhadapan, lalu ada objek yang berlaku berdasarkan hak dan kewajiban, terakhir adanya hubungan antara pemilik hak dan pengenmbang kewajiban . setelah kita mengetahui segi dan unsure hubungan hukum kita mengetahui bahwa jenis hubungan hukum itu ada tiga macam yaitu : 1) Hubungan hukum bersegi satu : Dalam hal hubungan hukum yang bersegi satu hanya pihak yang berwenang, pihak lain hanya berkewajiban. Contoh : Tiap-tiap perikatan untuk berbuat sesuatu atau untuk tidak berbuat sesuatu, apabila si berutang tidak memenuhi kewajibannya, mendapatkan penyelesaian dalam kewajiban penggantian biasa dan bunga (pasal 1239 KUHPerdata) bila seorang terjadi kecelakaan maka disana timbul hubungan hukum bersegi satu yaitu yang menabrak berkewajiban mengganti rugi yang ditabraknya dan yang ditabrak mempunyai hak untuk mendapatkan ganti rugi bagi si penabrak.2) Hubungan hukum bersegi dua, yaitu dua-duanya mempunyai hak dan kewajiban. Contoh : dalam suatu perjanjian jual beli kedua belah pihak berwenang meminta sesuatu dari pihak lain. Tetapi sebaiknya kedua belah pihak juga berkewajiban untuk member sesuatu pada pihak yang lain (pasal 1457 KUH Perdata) Di pasar si pembeli berhak menerima buah papaya yang dimintanya dan penjual berhak menerima uang dari si pembeli itu dan pembeli berkewajiban membayar buah papaya itu dan Penjual berkewajiban memberikan papaya yang berkualitas baik untuk si pembeli. 3) Hubungan antara “satu” seubyek hukum dengan “semua” subyek hukum lainnya., hubungan ini terdapat dalam hal hak milik. Contoh : Bila seseorag di cap sebagai pemilik tunggal tanah disana maka dia berhak untuk menerima segala hal yang ada di tanah tersebut dan sebaliknya semua orang berkewajiban mengakui bahwa tanah itu adalah miliknya.

P. Peristiwa Hukum : Peristiwa berdasarkan hukum menimbulkan atau menghapuskan hak. Periwtiwa hukum dapat dibagi menjadi berbagai golongan : 1) Peristiwa menurut hukum


(9)

dan periwsiwa melanggar hukum : Peristiwa-peristiwa tidak memenuhi kewajiban untuk berbuat atau tidak berbuat sama sekali, akibat hukumnya mengganti biaya, rugi dan bunga. Contoh : Jika kita melakukan peminjanman uang dan tidak mengembalikan uang tepat pada watunya maka akan dikenai biaya ganti rugi dan bunganya juga. 2) Peristiwa hukum tunggal dan peristiwa hukum majemuk. Kalau peristiwa hukum tunggal terdiri dari satu peristiwa saja. Contoh : Terjadi kecelakaan lalu lintas yang terjadi sekali saja dalam peristiwa itu sehingga menyebabkan korban yang tidak berturt turut. Peristiwa hukum majemuk terdiri dari berbagai peristiwa. Contoh : Dalam melakukan perikatan jual dan beli kita melakukan banyak peristiwa hukum mulai dari tawar menawar penyerahan barang dan penerimaan barang. 3) Peristiwa hukum sepintas dan terus-menerus. Contoh : Apabila kita menyewa rumah yang dalam hitungan sewanya perbulan maka rumah itu akan kita sewa selama sebulan dan akan terus diulang kembali hingga ita selesai menyewa rumah tersebut.

Q. Kodifikasi Hukum : Pembukuan hukum dalam suatu himpunan undang-undang dalam materi yang sama. Mengapa diadakn kodifikasi hukum? Karena agar didapat suatu kesatuan hukum dan suatu kepastian hukum. Hukum itu memang pasti namun kepastian yang dimaksud dalam kodifkasi ini adalah untuk mempersatukan hukum-hukum yang sudah ada sehingga dalam menyelesaikan suatu masalah tidak akan berbeda-beda dalam tiap daerah disuatu Negara. Dalam melkukan kodifikasi terdapat unsure-unsurnya yaitu harus berdasarkan jenis-jenis hukum tertentu, sistematis, dan lengkap. Tujuan kodifikasi sendiri adalah berupa kepastian hukum, penyerdehanaan hukum dan kesatuan hukum.Contoh Kodofikasi hukum yaitu : KUHSipil ( 1 mei 1848 ) serta KUHPidana ( 1 Januari 1918) Setelah adanya kodifikasi ini muncullah aliran-aliran hukum yaitu : 1) Aliran Legisme, yang berpendapat bahwa hukum adalah undang-undang dan diluar undang-undang tidak ada hukum. 2) Aliran Freie Rechslehre, yang berpendapat bahwa hukum terdapat di dalam masyarakat. 3) Aliran Rechslehre adalah hukum terdapat dalam undang-undang yang diselaraskan dengan hukum yang ada didalam masyarakat.

R. PEMBIDANGAN HUKUM : Walaupun hukum itu terlalu luas sekali sehingga orang tak dapat membuat definisi singkat yang meliputi segala-galanya, namun dapat juga hukum itu dibagi dalam beberapa golongan hukum menurut beberapa asas pembagian sebagai berikut :1) Menurut Sumbernya, hukum dapat dibagi dalam : a) Hukum Undang-Undang yaitu hukum yang tercantum dalam peraturan perundangan. Contoh : UU tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berlaku sekarang yaitu UU No. 20 tahun 2003. b) Hukum Kebiasaan (adat) yaitu hukum yang terletak di dalam peraturan-peraturan kebiasaan (adat). Contoh : di Papua yang diberlakukan kepada seseorang yang mengakibatkan seseorang meninggal dunia dalam kecelakaan lalu lintas adalah diminta untuk mengganti kerugian dengan uang dan ternak babi. c) Hukum Traktat yaitu hukum yang ditetapkan oleh negara-negara di dalam suatu perjanjian antara neagara (traktat). Contoh : Perjanjian Indonesia dengan Malaysia tentang wilayah perairan, ditanda tangani perdana menteri Malaysia Tun Abdul Rozak dan menteri luar negeri Indonesia Adam Malik. d) Hukum Jurisprudensi yaitu hukum yang terbentuk karena keputusan hakim. Contoh : Putusan Mahkamah Agung No. 3428 K/Pdt. / 1985 Kualitas surat pernyataan. Surat bukti yang hanya merupakan suatu “Pernyataan” tidaklah mengikat dan tidak dapat dipersamakan dengan kesaksian yang diberikan di bawah sumpah di muka Pengadilan. 2) Menurut bentuknya, hukum dapat dibagi dalam : a) Hukum Tertulis. Hukum ini dapat pula merupakan:1) Hukum Tertulis yang dikodifiksikan. Contoh : KUHPidana dan KUHSipil di Indonesia. 2) Hukum Tertulis tidak dikodifikasikan. Contoh : PP 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin PNS. b) Hukum Tidak Tertulis (Hukum Kebiasaan). Contoh : hukum adat tidak dituliskan atau tidak dicantumkan pada perundang-undangan tetapi dipatuhi oleh daerah tertentu. 3) Menurut Tempat berlakunya hukum dapat dibagi dalam : a)


(10)

Hukum Nasional yaitu hukum yang berlaku dalam suatu negara. Contoh : undang-undang republik indonesia nomor 1 tahun 2009 tentang penerbangan b) Hukum Internasional yaitu hukum yang mengatur hubungan hukum dalam dunia internasional. Contoh : Piagam PBB c) Hukum Asing yaitu hukum yang berlaku dalam negara lain. Contoh : UU No.1 Thn 1967 - Penanaman Modal Asing. d) Hukum Gereja yaitu kumpulan norma-norma yang ditetapkan oleh gereja untuk para anggotanya. Contoh : Perkara-perkara pernyataan tidak sahnya perkawinan (Bab I, Kan. 1671-1691) 4) Menurut waktu berlakunya, hukum dapat dibagi dalam : a) Ius Constitutum (Hukum Positif yaitu hukum yang berlaku sekarang bagi suatu masyarakat tertentu dalam suatu daerah tertentu.) Singkatnya : hukum yang berlaku bagi suatu masyarakat pada suatu waktu, dalam suatu tempat tertentu. Ada sarjana yang menamakan hukum positif itu ”Tata Hukum”. Contoh : Perda b) Ius Constituendum yaitu hukum yang diharapkan berlaku pada waktu yang akan datang. Contoh : RUU, RAPBN, RAPBD. c) Hukum Asasi yaitu hukum yang berlaku dimana-mana dalam segala waktu dan untuk segala bangsa di dunia. Hukum ini tak mengenal batas waktu melainkan berlaku untuk selama-lamanya (abadi) terhadap siapapun juga diseluruh tempat. Contoh : Deklarasi Universal 5) Menurut cara mempertahankannya hukum dapat dibagi dalam : a) Hukum material yaitu hukum yang memuat peraturan-peraturan yang mengatur kepentingan-kpentingan dan hubungan-hubungan berwujud perintah-perintah dan larangan-larangan. Contoh : Hukum Pidana, Hukum Perdata, Hukum Dagang, dan lain-lain. b) Hukum Formal (Hukum Proses atau Hukum Acara) yaitu hukum yang memuat peraturan-peraturan yang mengatur bagaimana cara-cara melaksanakan dan mempertahankan hukum material atau peraturan-peraturan yang mengatur bagaimana cara-caranya mengajukan sesuatu perkara ke muka pengadilan dan bagaimana cara-cara Hakim memberi putusan. Contoh: Hukum Acara Pidana dan Hukum Acara Perdata. Hukum Acara Pidana : peraturan-peraturan hukum yang mengatur bagaimana cara memelihara dan mempertahankan Hukum Pidana Material atau peraturan-peraturan yang mengatur bagaimana cara-caranya mengajukan sesuatu perkara-perkara ke muka Pengadilan Pidana dan bagaimana caranya Hakim pidana memberi putusan. Hukum Acara Perdata yaitu peraturan-peraturan hukum yang mengatur bagimana cara memelihara dan mempertahankan Hukum Perdata Material atau peraturan-peraturan yang mengatur bagaimana cara-caranya mengajukan sesuatu perkara-perkara ke muka Pengadilan Perdata dan bagaimana caranya Hakim perdata memberi putusan. 6) Menurut sifatnya, hukum dapat dibagi dalam : a) Hukum yang memaksa yaitu hukum yang dalam keadaan bagaimanapun juga harus dan mempunyai paksaaan mutlak. Contoh : hukum pidana pada kasus penipuan pelaku penipu dikenakan hukuman yang berat sehingga tidak mengulangi tindakannya lagi. b) Hukum yang mengatur (Hukum Pelengkap) yaitu hukum yang dapat dikesampingkan apabila pihak-pihak yang bersangkutan telah membuat peraturan sendiri dalam satu perjanjian. Contoh : pasal 1477 BW ditentukan bahwa penyerahan harus terjadi di tempat dimana barang yang dijual berada pada waktu penjualan, jika tentang itu tidak telah ditentukan lain. 7) Menurut wujudnya, hukum dapat dibagi dalam : a) Hukum Objektif yaitu hukum dalam suatu negara yang berlaku umum dan tidak mengenai orang atau golongan tertentu. Hukum ini hanya menyebut peraturan hukum saja yang mengatur hubungan hukum antara dua orang atau lebih. Contoh : Kitab Undang-Undang Pidana. b) Hukum Subjektif yaitu hukum yang timbul dari Hukum Objektif dan berlaku terhadap seorang tertentu atau lebih. Hukum subjektif disebut juga HAK. Pembagian hukum jenis ini kini jarang digunakan orang. Contoh : Kitab Undang-undang Hukum Militer 8) Menurut Isinya, hukum dapat dibagi dalam : a) Hukum Privat (Hukum Sipil) yaitu hukum yang mengatur hubungan-hubungan natar orang yang satu dengan orang yang lain, dengan menitikberatkan kepada kepentingan perseorangan. Contoh : Hukum Sipil, Hukum Dagang, dan Hukum Perdata.


(11)

b) Hukum Publik (Hukum Negara) yaitu hukum yang mengatur hubungan antara Negara dengan alat-alat perlengkapan atau hubungan antara Negara dengan perseorangan (warganegara). Contoh : Hukum Negara dan Instansi-instansi Negara.

DAFTAR PUSTAKA

Aina dkk.2003.PengantarIlmu Hukum.DIP Proyek UNP : Padang http://belajarhukumindonesia.blogspot.com/2010/02/macam-macam-hukum.html (diakses pada 12/16/2014 pukul 12:37)

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4f0281130c750/perbedaan-keputusan-dengan-peraturan (diakses pada 11/30/2014 pukul 1:31 PM )

Soeroso, R.1992. Pengantar Ilmu Hukum.Sinar Grafika : Jakarta Sudarsono.2004. Pengantar Ilmu Hukum.Rineka Cipta : Jakarta


(1)

pencuri merupakan kemauan dari semua masyarakat karna mencuri pelanggaran hukum yang berat seharusnya ditaati oleh setiap individu dalam masyarakat.

L. Pembentukan Hukum : 1) Penemuan Hukum oleh Hakim : Hakim dalam melaksanakan tugas dipengadilan dapat menemukan dan memulai keputusannya merupakan pembentuk hukum. Hal ini dimaksudkan supaya pencari keadilan dipeangadilan terhadap suatau perkara dapat memperoleh pastian hukum.Jika sesuatu peraturan dalam keputusan hakim selalu diikuti dan dipedomani oleh para hakim berikutnya terhadap suatu pertanyaan hukum yang tertentu, telah terbentuk yurisprudenti yang tetap, mka peraturan hukum tersebut merupakan hukum objektif. Dalam pembentukan hukum oleh hakim mempunyai beberapa aliran yaitu : a) Aliran Legisme : Satu-satunya sumber hukum adalah undang-undang dan bahwa diluar undang-undang-undang-undang tidak ada hukum. Aliran ini menunjukkan kekurangannya yaitu bahwa permasalahan-permasalahan hukum yang timbul kemudian tidak dapat dipecahkan oleh undang-undang yang telah dibentu. b) Aliran Freie rechtlsehre : Merupakan aliran bebas yang hukumnya tidak dibuat oleh undang-undang, maka hakim dalam Freie rechtlsehre bebas menemukan atau menciptakan hukum dengan melaksanakan undang-undang atau tidak. c) Aliran Rechtsvinding (Penemuan hukum) : Merupakan hukum terdapat dalam undang-undang yang diselaraskan dengan hukum yang ada didalam masyarakat. 2) Perbedaan Putusan dan Peraturan : a) Keputusan : Besifat individual dan konkret, pengujiannya melalui gugatan diperadilan tata usaha Negara, bersifat sekali-selesai, Contoh : Vonis hukuman mati kepada teroris. b) Peraturan : Bersifat umum dan abstrak, pengujiannya untuk peraturan dibawah undang-undang ke MA, sedangkan untuk undang-undang dibawa ke MK, selalu berlaku terus-menerus, Contoh : Peraturan Pemrintah mengenai pelaksaan kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara. 3) Penafsiran hukum dan Macam-macamnya : Mencari dan menetapkan pengertian atas dalil-dalil yang tercantum dalam undang-undang sesuai dengan dikehendaki serta yang dimaksud oleh pembuat undang-undang, Penafsiran atau Interpretasi ini yaitu metode penemuan hukum dalam hal peraturannya ada tetapi tiodak jelas untuk diterapkan pada peristiwanya. Interpretasi ini dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu: 1) Gramatikal, yaitu penafsiran menurut bahasa sehari-hari biasanya dalam penafsiran secara gramatikal diminta ahli bahasa sebagai nara sumber. Contoh : Istilah “menggelapkan” dalam pasal 41 KUHP sering ditafsirkan sebagai menghilangkan. 2) Historis, yaitu penafsiran berdasarkan sejarah hukum menyelidiki asal peraturan perundang-undangan dari suatu system hukum yang dulu pernah berlaku dan sekarang tidak berlaku lagi atau asal-usul peraturan itu dari system hukum lain yang masih berlaku dinegara lain. Contoh : KUHP yang dikodifikasikan pada tahun 1848 di Hindia Belanda menurut sejarahnya mengikuti code civil Perancis dan di Belanda di kodifikasikan pada tahun 1838. 3) Sistematis yaitu penafsiran undang-undang sebagai bagian dari keseluruhan system perundang-undangan. Dengan cara menghubungkan dengan undang-undang lain . dngan metode ini hendak dikatan bahwa dalam penafsiran undang-undang tidak boleh menyimpang dari system perundang-undangan. Contoh : Apabila hendak mengetahui sifat pengakuan anak yang dilahirkan diluar perkawinan orangtuanya, tidak cukup hanya mencari ketentuan-ketentuan didalam KUHP saja melainkan harus dihubungkan juga dengan pasal 278 KUHP. 4) Teleologis, yaitu penafsiran menurut makna atau tujuan masyarakat, menurut Soerjono Soekanto dkk menjelaskan bahwa Interpretasi teologis yaitu menafsirkan undang-undang dengan menyelidiki maksud dan tujuan dibuatkannya undang-undang tersebut. Contoh : Didaerah suku Dayak di Kalimantan, tanah dianggap seperti ibu yang dapat dimiliki oleh setiap orang dan harus diajaga/dirawat layaknya menjaga seorang ibu. Dalam hal ini hakim harus menserasikan pandangan sosial kemasyarakatannya dengan UU No. 5 Tahun 1960 tentang pokok-pokok Agraria. 5) Perbandingan Hukum, yaitu penafsiran dengan


(2)

cara membandingkan dengan kaedah hukum ditempat lain, biasanya metode ini diterapkan dalam perjanjian Internasional. Contoh : Perjanjian Negara Uni Eropa dapat ditiru oleh Negara –negara lain dengan melihat konteks tujuan dan makna dari didirikannya organisasi Internasional itu sendiri serta melaksanakan kerja sama dengan organisasi internasional itu dengan mematuhi hukum-hukum yang sudah di tentukan. 6) Futuristis, yaitu penafsiran antisipatif yang berpedoman pada undang-undang yang belum mempunyai kekuatan hukum.. Contoh : pada saat undang-undang tentang pemnberantasan tindak subversi yang pada saat itu dibahas di DPR akan mencabut berlakunya undang-undang tersebut, maka jaksa berdasarkan interpretasi futuristic, menghentikan penuntutan terhadap orang di sidik berdasarkan undang-undang pemberantasan tindak pidana subversi. 7) Otentik, yaitu penafsiran yang resmi yang diberikan oleh pembuat undang-undang tentang arti kata-kata yang digunakan dalam undang-undang tersebut. Contoh : Pasal 97 KUHP dimaksud dengan “sehari” adalah masa yang lamanya 24 jam.,“sebulan” adalah masa yang lamanya 30 hari. 8) Ekstensif, yaitu penafsiran dengan cara memperluas arti kata-kata yang terdapat dalam undang-undang seingga suatu peristiwa dapat dimasukkan kedalamnya. Contoh : Bahwa Yurisprudensi di Belanda “menyambung” atau “menyadap” aliran listrik dapat dikenakan pasal 362 KUHP artinya Yurisprudensi memperluas pengertian unsure barang dalam pasal 362 KUHP. 9) Restriktif, yaitu penafsiran membatasi/memepersempit maksud suatu pasal dalam undang-undang. Contoh : Putusan Hoge Road Belanda tentang kasus Per Kereta Api “Linden Baum” bahwa kerugian yang dimaksud pasal 1365 KUHPerdata juga termasuk kerugian immateril yaitu pejalan kaki harus bersikap hati-hati sehingga pejalan kaki juga harus menanggung tuntutan ganti rugi separuhnya (orang yang dirugikan juga ada kesalahannya). 10) Analogi, yaitu memberi penafsiran pada suatu peraturan hukum dengan member kias pada kata-kata dalam peraturan tersebut sesuai dengan asas hukumnya sehingga suatu peristiwa yang sebenarnya tidak termasuk kedalamnya dianggap sesuai denga bunyi peraturan tersebut. Contoh : “meminjam” sandal tanpa izin sama dengan “mencuri” sandal. 11) Argumnentus a contrario yaitu suatu penafsiran yang mmeberikan perlawan pengertian antara peristiwa konkrit yang dihadapi dengan peristiwa yang diatur dalam undang-undang. Contoh : pasal 34 KUHPerdata menyatakan bahwa seorang perempuan tidak dibenarkan menikah lagi sebelum lewat suatu jangka waktu tertentu yaitu 300 hari sejak perceraian dengan suaminya. Berdasarkan penafsiran argumentus a contrario maka ketentuan tersebut tidak berlaku bagi lelaki/pria.

M. Subjek Hukum : Subjek hukum adalah sesuatu yang menurut hukum berhak/berwenang untuk melakukan perbuatan hukum atau siapa yang mempunyai hak dan cakap untuk bertindak. Pada dasarnya yang menjadi subjek hukum itu ialah person/manusia, karena manusia sendiri adalah pembawa hak, yaitu sesuatu yang mempunyai hak dan kewajiban. Manusia memperoleh hak dan kewajibannya ketika dia baru lahir. Badan hukum adalah subjek hukum. Badan hukum adalah suatu perkumpulan orang-orang yang mengadakan kerjasama dan atas dasar ini merupakan suatu kesatuan yang telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan oleh hukum.Badan hukum bermacam macam, badan hukum menurut bentuknya yaitu : a) Badan hukum public : Didirikan berdasarkan hukum public yang menyangkut kepentingan publik, orang banyak atau Negara pada umumnya. Contoh : Porli, TNI, Kepada Daerah tingkat I dan II, dan Pertamina. b) Badan Hukum Privat : Didirikan berdasarkan hukum sipil atau perdata yang menyangkut kepentingan pribadi orang untuk tujuan tertentu, yaitu mencari keuntungan, sosial pendidikan, ilmu pengetahuan, politikl, kebudayaan, kesenian, olahraga dll. Contoh : Keuntungan : PT Angkasa pura II, Sosial Pendidikan : Muhammadiyah, Ilmu Pengetahuan : Bimbel ABC, Politik : Partai Golongan Karya, Kebudayaan : Lembaga Adat Melayu Riau, Olahraga : Ikatan Pencat Silat Indonesia. Badan Hukum menurut jenisnya : a) Korporasi : Suatu


(3)

gabungan orang-orang yang dalam pergaulan hukum bertindak bersama sebagai satu subyek hukum tersendiri. Ada bebeerapa macam mengenai korporasi : Perhimpunan, Persekutuan orang, organisasi orang, Contoh : Perhimpunan : Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Sosial Politi, Persekutuan Orang : PT Angkasa Pura II, organisasi orang : ICW. b) Yayasan: Tiap kekayaan yang tidak merupakan kekayaan orang atau kekayaan badan dan yang diberi tujuan tertentu serta sebagai pendukung hak dan kewajiban sendiri dan didirikan oleh para pendiri dengan tujuan sosial pendidikan, ilmu pengetahuan, kesenian dan kebudayaan. Contoh : Sosial pendidikan dan ilmu pengetahuan : Muhammadiyah, kesenian dan kebudaayn : Yayasan Kesenian Indonesia.

N. Obyek Hukum : Segala sesuatu yang berguna bagi subyek hukum dan apa yang menjadi pokok permasalahn dan kepentingan bagi para subyek hukum, oleh karenanya dapat dikuasi oleh subjek hukum. Contoh : Saat kita menyewa mobil dilakukan suatu perjanjian diantar penyewa dan yang disewakan maka mobil itu merupakan objek hukumnya. Jenis objek hukum berdasarkan pasal 503 – 504 KUHPerdata disebutkan bahwa dapat dibagi menjadi 2, yakni : 1) Benda bergerak : Suatu benda yang sifatnya dapat dilihat,diraba,dirasakan dengan panca inder, terdiri dari benda berubah/berujud. Contoh : Meja, kursi, pistol dan benda wujud lainnya. 2) Benda tidak bergerak : Suatu benda yang dirasakan oleh panca indra saja dan kemuadian dapat direalisasikan menjadi suatu kenyataan. Contoh : merk suatu perusahaan dan hak cipta, dalam kasus korupsi proyek yang dilakukan oleh pemerintah sering sekali perusahaan yang bersangkutan yang kena imbasnya, seperti kasus korupsi Hambalang.

O. Hubungan Hukum : Hubungan antara dua atau lebih subyek hukum. Dalam hubungan hukum ini hak dan kewajiban pihak yang satu berhadapan dengan hak dan kewajibanyang lain. Tiap hubungan hukum mempunyai dua segi yaitu berupa Hak dan kewajiban dari segi hubungan hukum itu dapat juga kita mengetahui unsure-unsuru dari hubungan hukum, yaitu adanya orang-orang yang hak/kewajibannya saling berhadapan, lalu ada objek yang berlaku berdasarkan hak dan kewajiban, terakhir adanya hubungan antara pemilik hak dan pengenmbang kewajiban . setelah kita mengetahui segi dan unsure hubungan hukum kita mengetahui bahwa jenis hubungan hukum itu ada tiga macam yaitu : 1) Hubungan hukum bersegi satu : Dalam hal hubungan hukum yang bersegi satu hanya pihak yang berwenang, pihak lain hanya berkewajiban. Contoh : Tiap-tiap perikatan untuk berbuat sesuatu atau untuk tidak berbuat sesuatu, apabila si berutang tidak memenuhi kewajibannya, mendapatkan penyelesaian dalam kewajiban penggantian biasa dan bunga (pasal 1239 KUHPerdata) bila seorang terjadi kecelakaan maka disana timbul hubungan hukum bersegi satu yaitu yang menabrak berkewajiban mengganti rugi yang ditabraknya dan yang ditabrak mempunyai hak untuk mendapatkan ganti rugi bagi si penabrak.2) Hubungan hukum bersegi dua, yaitu dua-duanya mempunyai hak dan kewajiban. Contoh : dalam suatu perjanjian jual beli kedua belah pihak berwenang meminta sesuatu dari pihak lain. Tetapi sebaiknya kedua belah pihak juga berkewajiban untuk member sesuatu pada pihak yang lain (pasal 1457 KUH Perdata) Di pasar si pembeli berhak menerima buah papaya yang dimintanya dan penjual berhak menerima uang dari si pembeli itu dan pembeli berkewajiban membayar buah papaya itu dan Penjual berkewajiban memberikan papaya yang berkualitas baik untuk si pembeli. 3) Hubungan antara “satu” seubyek hukum dengan “semua” subyek hukum lainnya., hubungan ini terdapat dalam hal hak milik. Contoh : Bila seseorag di cap sebagai pemilik tunggal tanah disana maka dia berhak untuk menerima segala hal yang ada di tanah tersebut dan sebaliknya semua orang berkewajiban mengakui bahwa tanah itu adalah miliknya.

P. Peristiwa Hukum : Peristiwa berdasarkan hukum menimbulkan atau menghapuskan hak. Periwtiwa hukum dapat dibagi menjadi berbagai golongan : 1) Peristiwa menurut hukum


(4)

dan periwsiwa melanggar hukum : Peristiwa-peristiwa tidak memenuhi kewajiban untuk berbuat atau tidak berbuat sama sekali, akibat hukumnya mengganti biaya, rugi dan bunga. Contoh : Jika kita melakukan peminjanman uang dan tidak mengembalikan uang tepat pada watunya maka akan dikenai biaya ganti rugi dan bunganya juga. 2) Peristiwa hukum tunggal dan peristiwa hukum majemuk. Kalau peristiwa hukum tunggal terdiri dari satu peristiwa saja. Contoh : Terjadi kecelakaan lalu lintas yang terjadi sekali saja dalam peristiwa itu sehingga menyebabkan korban yang tidak berturt turut. Peristiwa hukum majemuk terdiri dari berbagai peristiwa. Contoh : Dalam melakukan perikatan jual dan beli kita melakukan banyak peristiwa hukum mulai dari tawar menawar penyerahan barang dan penerimaan barang. 3) Peristiwa hukum sepintas dan terus-menerus. Contoh : Apabila kita menyewa rumah yang dalam hitungan sewanya perbulan maka rumah itu akan kita sewa selama sebulan dan akan terus diulang kembali hingga ita selesai menyewa rumah tersebut.

Q. Kodifikasi Hukum : Pembukuan hukum dalam suatu himpunan undang-undang dalam materi yang sama. Mengapa diadakn kodifikasi hukum? Karena agar didapat suatu kesatuan hukum dan suatu kepastian hukum. Hukum itu memang pasti namun kepastian yang dimaksud dalam kodifkasi ini adalah untuk mempersatukan hukum-hukum yang sudah ada sehingga dalam menyelesaikan suatu masalah tidak akan berbeda-beda dalam tiap daerah disuatu Negara. Dalam melkukan kodifikasi terdapat unsure-unsurnya yaitu harus berdasarkan jenis-jenis hukum tertentu, sistematis, dan lengkap. Tujuan kodifikasi sendiri adalah berupa kepastian hukum, penyerdehanaan hukum dan kesatuan hukum.Contoh Kodofikasi hukum yaitu : KUHSipil ( 1 mei 1848 ) serta KUHPidana ( 1 Januari 1918) Setelah adanya kodifikasi ini muncullah aliran-aliran hukum yaitu : 1) Aliran Legisme, yang berpendapat bahwa hukum adalah undang-undang dan diluar undang-undang tidak ada hukum. 2) Aliran Freie Rechslehre, yang berpendapat bahwa hukum terdapat di dalam masyarakat. 3) Aliran Rechslehre adalah hukum terdapat dalam undang-undang yang diselaraskan dengan hukum yang ada didalam masyarakat.

R. PEMBIDANGAN HUKUM : Walaupun hukum itu terlalu luas sekali sehingga orang tak dapat membuat definisi singkat yang meliputi segala-galanya, namun dapat juga hukum itu dibagi dalam beberapa golongan hukum menurut beberapa asas pembagian sebagai berikut :1) Menurut Sumbernya, hukum dapat dibagi dalam : a) Hukum Undang-Undang yaitu hukum yang tercantum dalam peraturan perundangan. Contoh : UU tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berlaku sekarang yaitu UU No. 20 tahun 2003. b) Hukum Kebiasaan (adat) yaitu hukum yang terletak di dalam peraturan-peraturan kebiasaan (adat). Contoh : di Papua yang diberlakukan kepada seseorang yang mengakibatkan seseorang meninggal dunia dalam kecelakaan lalu lintas adalah diminta untuk mengganti kerugian dengan uang dan ternak babi. c) Hukum Traktat yaitu hukum yang ditetapkan oleh negara-negara di dalam suatu perjanjian antara neagara (traktat). Contoh : Perjanjian Indonesia dengan Malaysia tentang wilayah perairan, ditanda tangani perdana menteri Malaysia Tun Abdul Rozak dan menteri luar negeri Indonesia Adam Malik. d) Hukum Jurisprudensi yaitu hukum yang terbentuk karena keputusan hakim. Contoh : Putusan Mahkamah Agung No. 3428 K/Pdt. / 1985 Kualitas surat pernyataan. Surat bukti yang hanya merupakan suatu “Pernyataan” tidaklah mengikat dan tidak dapat dipersamakan dengan kesaksian yang diberikan di bawah sumpah di muka Pengadilan. 2) Menurut bentuknya, hukum dapat dibagi dalam : a) Hukum Tertulis. Hukum ini dapat pula merupakan:1) Hukum Tertulis yang dikodifiksikan. Contoh : KUHPidana dan KUHSipil di Indonesia. 2) Hukum Tertulis tidak dikodifikasikan. Contoh : PP 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin PNS. b) Hukum Tidak Tertulis (Hukum Kebiasaan). Contoh : hukum adat tidak dituliskan atau tidak dicantumkan pada perundang-undangan tetapi dipatuhi oleh daerah tertentu. 3) Menurut Tempat berlakunya hukum dapat dibagi dalam : a)


(5)

Hukum Nasional yaitu hukum yang berlaku dalam suatu negara. Contoh : undang-undang republik indonesia nomor 1 tahun 2009 tentang penerbangan b) Hukum Internasional yaitu hukum yang mengatur hubungan hukum dalam dunia internasional. Contoh : Piagam PBB c) Hukum Asing yaitu hukum yang berlaku dalam negara lain. Contoh : UU No.1 Thn 1967 - Penanaman Modal Asing. d) Hukum Gereja yaitu kumpulan norma-norma yang ditetapkan oleh gereja untuk para anggotanya. Contoh : Perkara-perkara pernyataan tidak sahnya perkawinan (Bab I, Kan. 1671-1691) 4) Menurut waktu berlakunya, hukum dapat dibagi dalam : a) Ius Constitutum (Hukum Positif yaitu hukum yang berlaku sekarang bagi suatu masyarakat tertentu dalam suatu daerah tertentu.) Singkatnya : hukum yang berlaku bagi suatu masyarakat pada suatu waktu, dalam suatu tempat tertentu. Ada sarjana yang menamakan hukum positif itu ”Tata Hukum”. Contoh : Perda b) Ius Constituendum yaitu hukum yang diharapkan berlaku pada waktu yang akan datang. Contoh : RUU, RAPBN, RAPBD. c) Hukum Asasi yaitu hukum yang berlaku dimana-mana dalam segala waktu dan untuk segala bangsa di dunia. Hukum ini tak mengenal batas waktu melainkan berlaku untuk selama-lamanya (abadi) terhadap siapapun juga diseluruh tempat. Contoh : Deklarasi Universal 5) Menurut cara mempertahankannya hukum dapat dibagi dalam : a) Hukum material yaitu hukum yang memuat peraturan-peraturan yang mengatur kepentingan-kpentingan dan hubungan-hubungan berwujud perintah-perintah dan larangan-larangan. Contoh : Hukum Pidana, Hukum Perdata, Hukum Dagang, dan lain-lain. b) Hukum Formal (Hukum Proses atau Hukum Acara) yaitu hukum yang memuat peraturan-peraturan yang mengatur bagaimana cara-cara melaksanakan dan mempertahankan hukum material atau peraturan-peraturan yang mengatur bagaimana cara-caranya mengajukan sesuatu perkara ke muka pengadilan dan bagaimana cara-cara Hakim memberi putusan. Contoh: Hukum Acara Pidana dan Hukum Acara Perdata. Hukum Acara Pidana : peraturan-peraturan hukum yang mengatur bagaimana cara memelihara dan mempertahankan Hukum Pidana Material atau peraturan-peraturan yang mengatur bagaimana cara-caranya mengajukan sesuatu perkara-perkara ke muka Pengadilan Pidana dan bagaimana caranya Hakim pidana memberi putusan. Hukum Acara Perdata yaitu peraturan-peraturan hukum yang mengatur bagimana cara memelihara dan mempertahankan Hukum Perdata Material atau peraturan-peraturan yang mengatur bagaimana cara-caranya mengajukan sesuatu perkara-perkara ke muka Pengadilan Perdata dan bagaimana caranya Hakim perdata memberi putusan. 6) Menurut sifatnya, hukum dapat dibagi dalam : a) Hukum yang memaksa yaitu hukum yang dalam keadaan bagaimanapun juga harus dan mempunyai paksaaan mutlak. Contoh : hukum pidana pada kasus penipuan pelaku penipu dikenakan hukuman yang berat sehingga tidak mengulangi tindakannya lagi. b) Hukum yang mengatur (Hukum Pelengkap) yaitu hukum yang dapat dikesampingkan apabila pihak-pihak yang bersangkutan telah membuat peraturan sendiri dalam satu perjanjian. Contoh : pasal 1477 BW ditentukan bahwa penyerahan harus terjadi di tempat dimana barang yang dijual berada pada waktu penjualan, jika tentang itu tidak telah ditentukan lain. 7) Menurut wujudnya, hukum dapat dibagi dalam : a) Hukum Objektif yaitu hukum dalam suatu negara yang berlaku umum dan tidak mengenai orang atau golongan tertentu. Hukum ini hanya menyebut peraturan hukum saja yang mengatur hubungan hukum antara dua orang atau lebih. Contoh : Kitab Undang-Undang Pidana. b) Hukum Subjektif yaitu hukum yang timbul dari Hukum Objektif dan berlaku terhadap seorang tertentu atau lebih. Hukum subjektif disebut juga HAK. Pembagian hukum jenis ini kini jarang digunakan orang. Contoh : Kitab Undang-undang Hukum Militer 8) Menurut Isinya, hukum dapat dibagi dalam : a) Hukum Privat (Hukum Sipil) yaitu hukum yang mengatur hubungan-hubungan natar orang yang satu dengan orang yang lain, dengan menitikberatkan kepada kepentingan perseorangan. Contoh : Hukum Sipil, Hukum Dagang, dan Hukum Perdata.


(6)

b) Hukum Publik (Hukum Negara) yaitu hukum yang mengatur hubungan antara Negara dengan alat-alat perlengkapan atau hubungan antara Negara dengan perseorangan (warganegara). Contoh : Hukum Negara dan Instansi-instansi Negara.

DAFTAR PUSTAKA

Aina dkk.2003.PengantarIlmu Hukum.DIP Proyek UNP : Padang http://belajarhukumindonesia.blogspot.com/2010/02/macam-macam-hukum.html (diakses pada 12/16/2014 pukul 12:37)

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4f0281130c750/perbedaan-keputusan-dengan-peraturan (diakses pada 11/30/2014 pukul 1:31 PM )

Soeroso, R.1992. Pengantar Ilmu Hukum.Sinar Grafika : Jakarta Sudarsono.2004. Pengantar Ilmu Hukum.Rineka Cipta : Jakarta