digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Untuk mempermudah memahami hasil penelitian secara sistematis dan agar mendapatkan gambaran yang lebih jelas dan menyeluruh dalam penelitian ni, maka
penulis perlu menguraikan sistematika pembahasan. Adapun sistematika susunan tesis ini adalah sebagai berikut :
Bab pertama : merupakan bagian pendahulian, sebagai pertanggung jawaban secara
metodologi yang meliputi : Latar belakang masalah, Identifikasi masalah, Rumusan masalah, Tujuan penelitian, Manfaat penelitian, Kerangka teori, Kajian pustaka,
Metode penelitian, dan Sistematika pembahasan
Bab kedua : Kerangka teori. Bab ini akan secara khusus membahas kerangka teori
yang menjadi pijakan dalam pembahasan selanjutnya yang berisikan Konsep Pendidikan Islam, Tujuan Pendidikan Islam, dan Dasar dan aspek Pendidikan
Islam.
Bab ketiga : akan membahas secara khusus mengenai biografi Ibn Sah}nun dan
K .H. Hashim Ash’ari. Pembahasan mengenai biografi tokoh ini dirasakan penting
sebagai bahan untuk menganalisis pemikiran pemikirannya, yang mana pemikiran seorang tokoh umumnya tidak terlepas dari proses pergulaan hidup yang dijalaninya.
Bab ke empat : Pokok-pokok konsep pendidikan Ibn Sah}nun dan K.H. Hashim
Ash’ari. Bab ini akan membahas mengenai konsep pendidikan yang di cetuskan dan di kembangkan oleh Ibn Sah}nun dan K
.H. Hashim Ash’ari. Bab ini juga berupaya memaparkan secara naratif diskriptif yang meliputi tentang pendidikan
Islam, dan dalam pembahasan atau bab ini meliputi: Konsep, Tujuan, Dasar pendidikan Islam, dan Persamaan serta Perbedaan komparasi pendidikan Islam
menurut Ibn Sah}nun dan K .H. Hashim Ash’ari dan berupaya menganalisis
seluruh pemikirannya yang terkait dengan pendidikan di Indonesia.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Bab ke lima : Kesimpulan merupakan bab terakhir dari tesis ini yang akan
menyajikan hasil pembahasan dari penelitian mengenai garis besar konsep pendidikan Ibn Sah}nun dan K
.H. Hashim Ash’ari.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Pendidikan
Pendidikan agama merupakan kata majemuk yang terdiri dari kata “Pendidikan”
dan agama”. Menurut kamus Bahasa Indonesia Kata Pendidikan berasal dari kata ‘didik’ dan mendapat imbuhan ‘pe’ dan akhiran ‘an’, maka kata ini mempunyai arti proses atau
cara atau perbuatan mendidik. Secara bahasa definisi pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
1
Istilah pendidikan jika dilihat dalam bahasa Inggris adalah education, berasal dari bahasa latin educare, dapat diartikan pembimbingan keberlanjutan to lead forth. Maka
dapat dikatakan secara arti etimologis adalah mencerminkan keberadaan pendidikan yang berlangsung dari generasi kegenerasi sepanjang eksistensi kehidupan manusia. Secara
teoritis, para ahli berpendapat pertama; bagi manusia pada umumnya, pendidikan berlangsung sejak 25 tahun sebelum kelahiran. Pendapat itu dapat didefinisikan bahwa
sebelum menikah, ada kewajiban bagi siapapun untuk mendidik diri sendiri terlebih dahulu sebelum mendidik anak keturunannya. Pendapat kedua; bagi manusia individual,
pendidikan dimulai sejak bayi lahir dan bahkan sejak masih didalam kandungan. Memperhatikan kedua pendapat itu, dapat disimpulkan bahwa keberadaan pendidikan
melekat erat pada dan di dalam diri manusia sepanjang zaman.
2
Definisi diatas menggambarkan bahwa pada hakikatnya pendidikan dilaksanakan jauh dari masa kelahiran. Dimana sebelum dan sesudah lahir, manusia dituntut untuk
melaksanakan proses pendidikan. Semua manusia dimanapun berada mendapatkan
1
KBBI, 1991, 232
2
Suparlan Suhartono, Filsafat Pendidikan, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007, 77.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
kewajiban untuk menuntut ilmu. Karena hanya dengan ilmulah derajat manusia akan dianggkat oleh Allah SWT.
Sedangkan, menurut UU No. 20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.
3
Hal senada juga di utarakan oleh menurut Ki Hajar Dewantara Bapak Pendidikan Nasional Indonesia menjelaskan
Pendidikan adalah tuntutan didalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar
mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.
Telah banyak ahli yang membahas definisi pendidikan, tetapi dalam pembahasannya mengalami kesulitan, karena antara satu definisi dengan definisi yang lain
sering terjadi perbedaan. Berikut pendapat para pakar ; 1.
Djumarsih berbendapat pendidikan adalah usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan, baik jasmani maupun rohani sesuai
dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarkat dan kebudayaan
4
. 2.
Ahmad Mar imba, “pendidikan adalah bimbingan atau didikan secara sadar yang
dilakukan oleh pendidik terhadap perkembangan anak didik, baik jasmani maupun rohani, menuju terbentuknya kepribadian yang
utama”. Definisi ini sangat sederhana meskipun secara substansial telah mencerminkan pemahaman tentang proses
pendidikan. Menurut definisi ini, pendidikan hanya terbatas pengembangan pribadi anak didik oleh pendidik. Sedangkan Ahmad Tafsir mendefinisikan pendidikan secara
3
Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS Bandung: Citra Umbara. 2006, 72
4
M. Djumransjah, Filasafat Pendidikan Malang: Bayumedia Publishing, 2004, 22.