PERCIEVED VALUE KONSUMEN PRIA DALAM PEMBELIAN PRODUK SKIN CARE DI BANDAR LAMPUNG

ABSTRAK

PERCEIVED VALUE KONSUMEN PRIA DALAM PEMBELIAN PRODUK
SKIN CARE DI BANDAR LAMPUNG

Oleh
M.Irham

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana profil konsumen pria dan
mendeskripsikan perceived value serta mengetahui faktor apa yang membentuk
konsumen pria dalam membeli produk skin care di Bandar Lampung. Jenis
penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan dengan
tujuan utama untuk memberikan gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan
secara objektif. Sampel dalam penelitian ini adalah 100 responden konsumen pria
dalam pembelian produk skin care di Bandar Lampung. Analisis data yaitu
dengan analsis statistik deskriptif dan analisis faktor. Profil konsumen pria
sebagian besar berumur 20 sampai 30 tahun. Mereka memiliki pendapatan lebih,
sebagian besar sudah bekerja dengan latar belakang tingkat pendidikan baik, dan
sadar akan kebutuhan dirinya. Hasil penelitian berdasarkan analisis faktor dari
keempat variabel X1, X2, X3, X4 diperoleh lima faktor utama yang membentuk
konsumen pria dalam pembelian produk skin care di Bandar lampung yaitu harga,

persepsi sosial, emosional diri, hubungan sosial, kualitas produk, dan diketahui
dari kelima faktor, ada satu faktor yang lebih dominan yaitu dengan nilai MSA
0,807 dan 0,782 > 0,5 adalah faktor ketiga (emosional diri) artinya bahwa
emosional diri merupakan faktor konsumen pria dalam pembelian produk skin
care di Bandar Lampung.

Kata Kunci : Perceived Value, Pembelian Produk, Konsumen Pria.

ABSTRACT

MALE CONSUMER PERCEIVED VALUE IN PURCHASING SKIN CARE
PRODUCT IN BANDAR LAMPUNG

BY
M. IRHAM

This study aimed to explain the male consumer profile and describe perceived
value and find out what factor forms male consumer in purchasing skin care
products in Bandar Lampung. This research is descriptive research, a study
conducted with the main objective to describe a situation objectively. The samples

in this study were 100 male consumers respondents in purchasing skin care
products in Bandar Lampung. Data analysis technique used is descriptive
statistics and factor analysis. The profil of respondents are majority male
consumers aged 20 to 30 years. They have more income, most are already
working with a good level of education background, and aware of their needs.
The results based on factor analysis of four variables X1, X2, X3, X4 obtained five
main factors that shape male consumers in purchasing skin care products in
Bandar Lampung, namely price, social perception, emotional self, social
relations, product quality, and it is known from the fifth factor, there is one more
dominant factor, it is the value of MSA 0.807 and 0.782 > 0.5 is the third factor
(emotional self), it means that the emotional self is a factor of male consumers in
purchasing skin care products in Bandar Lampung.

Keywords : Perceived Value, Purchase Product, Male Consumer.

RIWAYAT HIDUP

M.IRHAM dilahirkan di Bandar Lampung pada
tanggal 06 Agustus 1993 berkat ridho Allah SWT
sebagai putra pertama dari tiga bersaudara, buah hati

dari pasangan Bapak KOMPOL. Ali Umar dan Ibu
Syahdiah.

Penulis menjalani pendidikan di usia dini di TK Kartini 1 Tanjung Karang Bandar Lampung dan menyelesaikannya pada tahun 2000. Kemudian melanjutkan
ke tingkat SD dan menyelesaikan pendidikan dasarnya pada tahun 2005 di SDN 2
Palapa Tanjung Karang – Bandar Lampung, dan melanjutkan pendidikan di SMP
Negri 9 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2008. Setelah lulus di
SMP Negri 9 Bandar Lampung , penulis melanjutkan pendidikan di SMA Taman
Madya pada jurusan IPA dan lulus pada tahun 2011.

Pada tahun 2011 penulis melanjutakn studi pada jenjang pendidikan Strata Satu
(S1) pada Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Lampung melalui jalur (UM) Mandiri. Selama menjadi mahasiswa
penulis berkesempatan untuk melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) 2014 di
Desa Cimarias, Kecamatan Bangun Rejo, Kabupaten Lampung Tengah.

!

"


!

#

$! %&

&'

&

!
(

(

!
! )

!
!


!
* +

&
,

SANWACANA

Assalammualaikum wr.wb,
Alhamdullillahi rabbil alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas
rahmat dan nikmat-Nya, skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat serta
salam tidak lupa penulis haturkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad
SAW.
Skripsi ini berjudul “Percieved Value Konsumen Pria Dalam Pembelian Produk
Skin Care di Bandar Lampung” merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Administrasi Bisnis di Universitas Lampung. Oleh karena itu
penulis dengan segala hormat mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah banyak membantu hingga selesainya skripsi ini, antara lain:
1.


Bapak Drs. H. Agus Hadiawan, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

2.

Bapak Drs. A. Effendi, M.M. selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

3.

Bapak Prof. Dr. Yulianto, M.S. selaku Pembantu Dekan II Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

4.

Bapak Drs. Pairulsyah, S.Sos., M.H. selaku Pembantu Dekan III Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

5.


Bapak Dr. Suripto, S.Sos., M.A.B. selaku Kepala Jurusan Ilmu Administrasi
Bisnis Universitas Lampung, dan sebagai Dosen Pembahas, Terima kasih
banyak atas kebaikan, kebijakan, saran, dan nasehat-nasehat yang diberikan
serta arahan kepada penulis sehingga dapat membantu dalam proses
penyelesaian skripsi ini.

6.

Bapak Suprihatin Ali S. Sos., M.Sc. Selaku Pembimbing dan Pembimbing
Akademik. Terima kasih banyak telah meluangkan waktunya untuk
memberikan bimbingan, kritik, saran, bantuannya, ilmu, motivasinya, dan
kesediaan waktunya untuk mendengarkan keluh kesah penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.

7.

Ibu Dr. Baroroh Lestari, S.Sos.,M.A.B. Terima kasih telah meluangkan
waktunya untuk memberikan bimbingan, kritik, saran, dan arahan serta
kebaikan dan kebijakan beliau dalam proses penyelesaian skripsi ini.


8.

Seluruh dosen Ilmu Administrasi Bisnis Unila yang telah memberikan ilmu
dan pengetahuannya yang bermanfaat kepada penulis sehingga dapat
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

9.

Ibu Mertayana selaku Staff Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis. Terima kasih
untuk semua bantuannya dan waktunya dalam membantu proses
penyelesaian skripsi ini.

10.

Kepada kedua orang tuaku Bapak KOMPOL. Ali Umar dan ibuku Syahdiah
yang amat kusayangi, yang tak pernah henti mendo’akan disetiap sujudnya,
yang selalu bekerja keras, mendidik dan membesarkan dengan penuh
kesabaran, cinta kasih dan selalu memberikan dukungan dan motivasi yang


tiada henti untuk masa depan dan kesuksesanku. Aku sangat menyayangi
kalian.
11.

Keluargaku Tercinta, Untuk Bapak, Ibu, Yai, Nyai, yang sangat
menyayangiku dari kecil hingga sebesar ini, selalu mendukung apa
pilihanku, selalu memberikan cinta kasih sayang yang tiada putus hingga
kini. Aku sangat menyayangi kalian.

12.

Kedua adik perempuanku yang cantik-cantik

Annisa dan Rika, serta

saudariku Era, Esti yang selalu menghiburku dikala susah,sedih,senang
dalam proses membuat skripsi ini.
13.

Teman-teman setiaku dari awal masuk perkuliahan hingga akhir, yang

selalu saling mensupport, suka, duka, canda, tawa bersama : Erika Oktania,
F.Inggrid Krismasri, Ni Made Ria Bintari, Heral Viryando Maki, I Gede
Wira Dharma, Yudha Lukmansyah. Thanx guys atas kebersamaanya.

14.

Teman TK yang selalu setia ke kampus bareng, saling mensupport satu
sama lain, semua dilalaui bersama Vivi Ariani Aminanda si kecil yang
lincah, jatuh bangun kita berdua guys.

15.

Teman panceku Maulina Agustin dan Ena thank’s gaes supportnya.

16.

Mba Maretha Prima Putri yang baik hati yang telah meminjamkan beberpa
bukunya dan mau membantu serta mensupport hingga skripsi ini selesai.

17.


Teman-Teman satu bimbingan (Pak Ali) : Ahmad Junaidi, Agnes, Yornelis,
layla, kak Romario, Tina, Desi, yang selalu saling support.

18.

Keluarga besar ABI 2011 tercinta dan Teman-teman seperjuangan : Agung,
Ade, Meta, Tomy, Suheria, Balqis, David, Herdiyani, Ega, Dini, Fenika,
Zeva, Rinda, Bekti, Rifkia, Yuki, Ratih, Riko, K.Rama, Paksi, Supri,

Rohani, mba Resti, Riko, Andre, Eka, Ahwa, Rifly, Ogi, Intan, Rika, Sendy,
Nabila, Vera, Loli, Eriza, Nanda, Linda dkk, William W. dan semua temanteman ABI 2011 yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Terima kasih atas
bantuan dan kebersamaan.
19.

Teman-teman senior, kak Hari Candra yang selalu membantuku dalam
skripsi ini, kak Barney (ilkom), mba Devi, kak Dimaz, kak Agha, kak Kafi,
Kak Romario, kak may roni, kak alfred, dan lainnya. Terima kasih atas
kebersamaan dan keluargaannya.

20.

Keluarga besar HMJ Ilmu Administrasi Bisnis.

21.

Thanks buat sahabatku Fadilah Muliana Sari, Doni Irwansyah, Bripda Redy
Firmansyah, dkk terima kasih atas supportnya selama ini.

22.

Teman-teman KKN Cimarias Kec. Bangun Rejo. Kab. Lampung Tengah.
Buat Jhony, Komang, Kholis, Abi, Jenny, Linda, ses Lia, Iren, Mba Ita.
Terima kasih buat pengalaman dan kerja samanya selama 40 hari di Bulan
Januari- Maret 2014, jatuh bangun bersama.

23.

Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini
yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima Kasih

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bandar Lampung, ... Maret 2015

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI ................................................................................................... i
DAFTAR TABEL .......................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... v
I.

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 9
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 9
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................. 10

II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pemasaran ........................................................................ 11
2.2 Pengertian Perilaku Konsumen .......................................................... 16
2.2.1 Model Prilaku Konsumen ......................................................... 16
2.2.2 Jenis-Jenis Keputusan Pembelian .......................................... 18
2.2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen .................... 19
2.3 Perceived value .................................................................................. 20
2.4 Nilai .................................................................................................... 22
2.5 Keputusan Pembelian......................................................................... 23
2.5.1 Tahap Dalam Proses Keputusan Pembelian Konsumen ........... 24
2.6 Model Penelitian ................................................................................ 25
III. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian .................................................................................... 27
3.2 Definisi Konseptual............................................................................. 28
3.3 Definisi Operasional ........................................................................... 28
3.4 Skala Pengukuran................................................................................ 30
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian .......................................................... 31
3.5.1 Populasi Penelitian .................................................................... 31
3.5.2 Sampel Penelitian...................................................................... 32
3.6 Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 33
3.7 Jenis dan Sumber Data ....................................................................... 33
3.8 Rancangan Analisis ............................................................................ 34
3.8.1 Metode Analisis ........................................................................ 34
3.8.2 Uji Instrumen ............................................................................ 35
3.8.3 Analisis Data ............................................................................. 39

IV. PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum .............................................................................. 42
4.1.1 Gambaran Umum Produk Skin care ......................................... 42
4.1.2 Jenis Produk Skin care Pria............................................................ 43
4.2 Analisis Statistik Deskriptif .................................................................... 44
4.2.1 Distribusi Frekuensi Identitas Responden .................................... 44
4.2.2 Analisis Jawaban Responden ................................................... 55
4.2.3 Analisis Faktor.......................................................................... 75
4.3 Pembahasan ....................................................................................... 84
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 95
5.2 Saran .................................................................................................. 96
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1.1
Tabel 1.2
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Tabel 3.4
Tabel 3.5
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5

Persentase Produk ........................................................................... 5
Persentase Pertumbuhan Produk Pada Kota Besar ......................... 6
Definisi Operasional Variabel......................................................... 29
Skala Likert ..................................................................................... 31
Hasil Uji Validitas ........................................................................... 36
Pedoman Interpretasi Koefisien Penentu ........................................ 38
Hasil Uji Reliabilitas ....................................................................... 38
Distribusi frekuensi berdasarkan Lama menggunakan produk ......... 45
Distribusi frekuensi berdasarkan Pembelian produk dalam 1 bulan 46
Distribusi frekuensi berdasarkan Biaya rata-rata perbulan ............... 47
Distribusi frekuensi berdasarkan Tujuan membeli produk............... 48
Distribusi frekuensi berdasarkan Banyaknya jenis produk
yang digunakan ................................................................................ 49
Tabel 4.6 Distribusi frekuensi berdasarkan Kesediaan rekomendasi ............... 50
Tabel 4.7 Distribusi frekuensi berdasarkan Usia .............................................. 51
Tabel 4.8 Distribusi frekuensi berdasarkan Tingkat Pendidikan ...................... 52
Tabel 4.9 Distribusi frekuensi berdasarkan Pekerjaan ..................................... 53
Tabel 4.10 Distribusi frekuensi berdasarkan Penghasilan / Uang Saku ............ 54
Tabel 4.11 Produk Skin care Memiliki Fungsi yang Dibutuhkan .................... 55
Tabel 4.12 Produk Skin care Dapat Merawat Tubuh ....................................... 56
Tabel 4.13 Produk Skin care Memiliki Kualitas Kemasan yang Bagus .......... 57
Tabel 4.14 Produk Skin care Memiliki Bentuk Kuat ....................................... 57
Tabel 4.15 Produk Skin care Memiliki Aroma yang Tahan Lama .................. 68
Tabel 4.16 Penggunaan Produk Skin care Dapat Membuat Rasa Senang ....... 60
Tabel 4.17 Penggunaan Produk Skin care Dapat Membuat Rasa Nyaman ..... 61
Tabel 4.18 Penggunaan Produk Skin care Dapat Membuat Lebih
Percaya Diri .................................................................................... 62
Tabel 4.19 Penggunaan Produk Skin care Dapat Memberikan Kepuasan
Tersendiri ........................................................................................ 62
Tabel 4.20 Penggunaan Produk Skin care Membuat Rasa Ingin Selalu
Menggunakannya............................................................................ 63
Tabel 4.21 Produk Skin care Memiliki Harga yang Terjangkau ..................... 65

Tabel 4.22 Produk Skin care Menawarkan Value of Money ............................ 66
Tabel 4.23 Produk Skin care Merupakan Produk yang Bagus Sesuai dengan
Harganya......................................................................................... 67
Tabel 4.24 Produk Skin care Ekonomis ........................................................... 68
Tabel 4.25 Produk Skin care Meningkatkan Persepsi ...................................... 70
Tabel 4.26 Produk Skin care Memberikan Kesan yang Bagus
dalam Berteman .............................................................................. 71
Tabel 4.27 Produk Skin care Memberikan Pengakuan dalam Bergaul ............ 72
Tabel 4.28 Produk Skin care Membantu Diterima Dalam Pergaulan .............. 73
Tabel 4.29 Ukuran Kecukupan Sampling ........................................................ 76
Tabel 4.30 Ukuran Kecukupan Sampling ........................................................ 77
Tabel 4.31 Ukuran Kecukupan Sampling ........................................................ 78
Tabel 4.32 Ukuran Kecukupan Sampling ........................................................ 79
Tabel 4.33 Ukuran Kecukupan Sampling ........................................................ 79
Tabel 4.34 Ukuran Kecukupan Sampling ........................................................ 80
Tabel 4.35 KMO and Bartlett's Test ................................................................ 81
Tabel 4.36 Penentuan Faktor untuk Analisis Selanjutnya ............................... 82
Tabel 4.37 Distribusi Indikator kepada Faktor Setelah Rotasi ........................ 84

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Model Perilaku Pembeli ............................................................... 17
Gambar 2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkah Laku Konsumen ... 19
Gambar 2.3 Tahap-Tahap Keputusan Pembelian............................................. 24
Gambar 2.4 Bagan Model Penelitian ............................................................... 26
Gambar 4.1 Nilai Rata-rata (mean) Dimensi Nilai Fungsional
(Kinerja/Kualitas) .......................................................................... 59
Gambar 4.2 Nilai Rata-rata (mean) Dimensi Nilai Emosional ........................ 64
Gambar 4.3 Nilai Rata-rata (mean) Dimensi Nilai Fungsional
(Harga/Value for Money) .............................................................. 69
Gambar 4.4 Nilai Rata-rata (mean) Dimensi Nilai Sosial................................ 74

1

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Seiring berjalannya waktu dan era globalisasi, saat ini dapat terlihat fenomena
yang sangat berbeda dengan masa lalu dimana banyak Kaum pria banyak
berbelanja di pertokoan untuk membeli produk tertentu. Perubahan apa yang
sebenarnya sedang terjadi, mengapa pria yang di masa lalu biasanya tidak tertarik
untuk berbelanja tetapi kini menjadi begitu tertarik untuk berbelanja. Masyarakat
konsumen Indonesia terlihat tumbuh beriringan dengan sejarah globalisasi
ekonomi dan transformasi kapitalisme konsumsi yang ditandai dengan
menjamurnya pusat perbelanjaan bergaya shopping mall , industri mode atau
fashion, industri kecantikan, kawasan perumahan mewah dan gencarnya iklan
barang-barang mewah, liburan ke luar negeri hingga pesatnya perkembangan
telepon seluler.
Dengan melihat hal di atas, barang konsumsi yang diciptakan manusia dari masa
ke masa telah

mengalami penyempurnaan. Dimana penyempurnaan tersebut

tidak hanya dibutuhkan untuk efektifitas pemakaian barang, tetapi sekaligus
diusahakan memiliki arti simbolik dari kepuasan dan budaya yang dianutnya.
Budaya konsumen telah menyumbang pada suatu hubungan yang refleksif yang
kemudian meningkat

terhadap identitas diri melalui pembagiannya dalam

2

seperangkat pengetahuan

keahlian, contohnya dalam hubungan dengan gaya

hidup, selera, fashion, dan kecantikan, yang mungkin digunakan individu dalam
meningkatkan identitas dirinya..
Berpenampilan rapi dengan aroma tubuh wangi, wajah mulus, dan tatanan gaya
rambut trendi, inilah yang menjadi sebagian gambaran pria-pria pesolek.
Dandanannya menjadi tampak berbeda dari pria-pria kebanyakan. Mereka juga
mendandani tubuhnya dengan kemeja halus, celana keren, dan sepatu super
bersih.Bagi mereka penampilan harus menjadi yang terdepan, terlebih soal
fashion dan bentuk tubuh. Trendi, mungkin ini kata yang tepat merangkum
kepentingan mereka ini. Penampilan yang menawan bukanlah impian seorang
wanita saja. Seiring berjalannya waktu, perubahan gaya hidup pun terjadi pada
kalangan pria. Kaum Adam juga merasa membutuhkan hal yang dilakukan oleh
wanita dalam penampilan mereka.

Kulit pria lebih rentan menimbun komedo yang terjebak dalam pori-pori kulit.
Kulit pria juga lebih banyak mengeluarkan minyak dibandingkan dengan kulit
wanita. Itulah alasan kenapa pria butuh perawatan wajah (facial) seperti halnya
wanita agar kulit wajahnya tetap sehat. Kaum Adam memang memiliki kimia
tubuh yang berbeda dan jenis kulit yang unik jika dibandingkan dengan wanita.
Mungkin masih ada pria yang menganggap bahwa perawatan kulit wajah tidak
diperlukan untuk pria dan hanya diperlukan untuk wanita. Facial dan perawatan
wajah mempunyai kesan hanya untuk wanita. Meskipun pria zaman sekarang
sudah banyak juga yang sangat memperhatikan perawatan tubuh dan wajah.Dalam
hal ini perilaku tersebut juga dapat dikatakan sebagai prilaku metrosexual.

3

Metroseksual Saat Ini Pandangan lainnya melihat bahwa keberadaan pria
metroseksual merupakan produk dari masyarakat masa kini. Simpson (2002)
melakukan kritik terhadap masyarakat beserta kulturnya. Karena pada waktu itu
banyak orang yang membelanjakan uangnya untuk membeli berbagai produk serta
menjadikannya sebagai aktivitas yang paling penting. Dia tidak begitu menyukai
gagasan mengenai adanya pria kaya yang hidup di daerah metropolitan dan hanya
menghabiskan uangnya untuk membeli berbagai produk yang diiklankan.

Menurut Simpson, iklan inilah yang kemudian mendorong para pria untuk hidup
dengan gaya konsumerisme. Tetapi sejak saat itu, seluruh media mulai
menggunakan istilah “metroseksual” dan segera menjadi simbolisasi bagi seorang
pria muda yang kaya dan sukses. Gambaran diri ini kemudian ditangkap
perusahaan-perusahaan kosmetik dengan mulai memfokuskan kepada pria
metroseksual ini dan hasilnya ternyata sangat bagus. Produksi kosmetik mereka
terus meningkat serta mengalami pertumbuhan yang pesat.

Sehingga berbagai perusahaan yang pada awalnya hanya memproduksi kosmetik
bagi wanita seperti Nivea, Clarins dan Christian Dior secara perlahan-lahan mulai
mengganti strategi pemasaran mereka dengan mendistribusikan produk bagi kaum
pria. Keadaan ini terus berlanjut sampai saat ini dengan sisi komersialisasi yang
lebih masif dibandingkan sebelumnya. Perusahaan tersebut berlomba-lomba untuk
“membujuk” pria ini agar menggunakan berbagai jenis produk kosmetik mereka.
Setiap majalah fashion kemudian menampilkan pakaian dan produk perawatan
kulit terbaru dan pria yang muncul didalam iklan tersebut kemudian dianggap

4

sebagai simbol “sex” bagi para perempuan sehingga banyak pria lainnya yang
mencoba meniru.

Seperti dikutip dari Men's Health Tune Up, Kamis (22/9/2011), perawatan kulit
dan facial tidak hanya untuk wanita. Pria juga dapat melakukan facial dan
perawatan kulit wajah lainnya. Karena bagaimanapun juga menjaga kesehatan
kulit bermula dengan menjaga kebersihannya.Berkembangnya produk perawatan
khusus pria pun, membuktikan pesatnya tren berdandan ini. Lembaga survei
Nielsen mencatat, penjualan produk perawatan pria terus meningkat dari tahun ke
tahun. Dari tahun 2009 ke 2010 saja, penjualan produk kosmetik pria di Indonesia
naik sebesar Rp1,2 triliun. Belum lagi di tahun-tahun berikutnya.

Produk yang laris manis di pasaran, antara lain parfum, sabun mandi khusu pria,
pembersih wajah, shampoo, sampai body lotion. Yang paling dicari pria, pertama
adalah parfum. Belanja pria terhadap produk kosmetik yang satu ini, mencapai
68,2 persen. Setelah parfum, pria juga mulai tergantung pada produk pembersih
wajah, kebutuhannya sekitar 16,6 persen dan terus meningkat seiring variasi
produk.

Permasalahan utama yang membuat pria berlari pada produk pembersih wajah
adalah kulit berminyak dan kulit kusam. Sedangkan kebutuhan akan sabun mandi
khusus pria, persentasenya sebesar 5,9. Sama halnya dengan produk perawatan
pria, para desainer pun berlomba-lomba meluncurkan label khusus pria. Bukan
lagi sekadar kemeja polos, tapi lebih menonjolkan detail yang tidak biasa, yang
mampu membuat penampilan mereka lebih menarik di mata wanita. Berbagai
aksesori pria melengkapi gaya.

5

Lingkungan memegang peranan penting yang membentuk pria menjadi seperti ini.
Entah itu pertemanan, keluarga, dan pasangan wanita, memengaruhi pria lebih
memperhatikan penampilan

Sebuah lembaga survei internasional escentual.com pernah mencatatkan bahwa
sepertiga pria yang menjadi responden, mengaku ikut menjajal produk kecantikan
yang dimiliki pasangannya. Lagi-lagi demi penampilan. 25 persen dari mereka
bahkan mengikuti pasangannya ke tempat perawatan untuk melakukan hal yang
sama.

Lembaga survei Nielsen mencatat, pada 2010, pria berbelanja produk-produk
perawatan kulit hingga Rp 11,89 triliun atau naik sekitar 13,5 persen dibanding
pada tahun sebelumnya. Angka itu meliputi alokasi belanja untuk cologne
mendominasi hingga 68,2 %, disusul produk pembersih muka hingga 16,6 %,
shampo 7,3 %, sabun cair 5,9 %, hand and body lotion 1,5 % dan moisturizer
0,5%.

Tabel 1.1 Persentase Produk

!
"

"#

$

%

*

)

% & %' ( )
+

Sumber : (www.marketing.co.id)

"
,"

6

Tabel 1.2
Persentase Pertumbuhan Produk Pada Kota Besar

- . )
&

""

%
! '

"

* %

"#

Sumber : (www.marketing.co.id)

Pada acara "Indonesia International Motor Show 2011" di Jakarta, beberapa waktu
lalu, Olay dari P&G Group, yang biasa memproduksi produk kecantikan
perempuan, meluncurkan produk baru, yakni Olaymen One-Stop Solution. "Olay
untuk pria di atas 25 tahun, sedangkan Gilette untuk cowok 25 tahun ke bawah,"
kata juru bicara P&G, Junita Kartikasari. Sebelumnya, Oriflame, Nivea, Biore,
dan Garnier dengan ikonnya, Pasha "Ungu", juga mengeluarkan produk kosmetik
perawatan pria. Hasil riset L'oreal Paris terhadap 250 laki-laki di berbagai kota di
Indonesia menemukan bahwa 58 persen pria di Indonesia mencuci mukanya pada
pagi dan malam hari. Sekitar 30 persen menggunakan produk perawatan kulit, 69
persennya membeli sendiri.
Maraknya kini pria baik remaja dan dewasa yang memakai produk- produk skin
care sebagai salah satu usaha untuk menjadi "sempurna" merupakan fenomena
baru yang kian terjadi belakangan ini. Hal ini sangat menarik untuk diteliti karena
terjadi keberanian untuk memakai produk skin care (pria) merupakan satu hal
yang baru, dengan status mereka yang tidak hanya golongan remaja bahkan
dewasa yang mayoritas sudah berpenghasilan ternyata tidak menjadi masalah.

7

Keinginan untuk menjadi "sempurna" baik dari segi penampilan yaitu secara fisik.
Produk-produk skin care adalah salah satu contoh kosmetik. Kosmetik adalah
sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan,
gigi, dan rongga mulut, untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah
penampilan, melindungi supaya dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan,
tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan penyakit. Dalam
hal ini kosmetik sendiri termasuk sediaan farmasi maka pembuatannya harus
mengikuti persyaratan, keamanan, dan kemanfaatan sesuai Undang- Undang
Kesehatan serta Peraturan Pelaksanaannya ( Permenkes Nomor 72 Tahun 1998 ).
Dari segi definisi umum, kosmetik merupakan sediaan yang digunakan pada
bagian luar badan untuk tujuan kecantikan atau pembersihan supaya rupa bentuk
berubah menjadi lebih menawan atau menarik. Sedangkan menurut Sec. 201 (i)
FD&C Act, kosmetik adalah produk, terkecuali sabun, yang dimaksudkan
(intended) untuk dipaparkan ke tubuh manusia dengan tujuan membersihkan,
mempercantik (beautify), meningkatkan daya tarik, atau memperbaiki (alter)
penampilan. (Pertiwi, 2007).

Dalam hal ini perilaku pembelian

seseorang

dapat

dikatakan

sesuatu

yang

unik, dikarenakan preferensi dan sikap terhadap obyek setiap orang berbeda.
Tidak hanya itu konsumen berasal dari beberapa segmen, sehingga apa yang
dibutuhkan dan diinginkan juga berbeda. Masih terdapat banyak faktor yang
berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Produsen harus memahami perilaku
konsumen terhadap produk atau merek yang ada di pasar, selanjutnya perlu
dilakukan berbagai cara untuk membuat konsumen tertarik terhadap produk yang
telah dihasilkan.

8

Model perilaku konsumen telah mengalami pengembangan dengan menetapkan
tiga faktor yang berpengaruh terhadap perilaku konsumen. Faktor pertama yang
berpengaruh pada konsumen adalah stimuli. Stimuli menunjukkan penerimaan
informasi oleh konsumen dan pemprosesan informasi terjadi saat konsumen
mengevaluasi informasi dari periklanan, teman atau dari pengalaman sendiri.
Faktor kedua berasal dari hasil penelitian mengenai faktor-faktor pada proses atau
keputusan pembelian telah banyak dilakukan dan faktor Ketiga adalah harus
mengetahui sikap konsumen atas produk.
Dapat diketahui bahwa kini banyak perusahaan yang menjual produk skin care
wanita,tidak hanya memproduksi untuk wanita saja tetapi untuk pria juga, dalam
hal ini perusahaan mengikuti sesuai perkembangan jaman, dimana kini sebuah
gaya hidup bersih dan sehat yang kini di terapkan oleh pria masa kini membuat
perusahaan kecantikan wanita juga memproduksi hal tersebut untuk pria.
Berdasarkan kondisi dan fenomena yang ada, maka perlu dilakukan penelitian
mengenai

“PERCEIVED

VALUE

KONSUMEN

PRIA

PEMBELIAN PRODUK SKIN CARE DI BANDAR LAMPUNG”

DALAM

9

1.2 Rumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan hal yang penting dalam suatu penelitan, hal ini
diperlukan agar batasan masalah menjadi jelas sehingga dapat dijadikan sebagai
pedoman dalam melakukan sebuah penelitian. Adapun perumusan maslah pada
penelitian ini adalah :
1) Bagaimana profil konsumen pria dalam membeli produk skin care di
Bandar Lampung ?
2) Bagaimana perceived value konsumen pria dalam membeli produk skin
care di Bandar Lampung ?
3) Faktor apa saja yang membentuk konsumen pria dalam memebeli produk
skin care di Bandar Lampung ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang ingin dicapau dalam penulisan skripsi ini adalah :

1) Menjelaskan bagaimana profil konsumen pria dalam membeli produk skin
care di Bandar Lampung.
2) Mendeskripsikan bagaimana perceived value konsumen pria dalam
membeli produk skin care di Bandar Lampung.
3) Untuk mengetahui faktor apa saja yang memebentuk konsumen pria dalam
memembeli produk skin care di Bandar Lampung.

10

1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dengan diadakannya penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1) Secara Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu perilaku
konsumen dan mendukung penelitian mengenai masalah perceived value
konsumen dalam pembelian produk skin care di Bandar Lampung.

2) Secara Praktis
Secara praktis dapat digunakan bagi pihak perusahaan produk skin care dalam
mengukur sejauh mana perceived value konsumen dalam pembelian produk
skin care yang ditawarkan oleh perusahaan, agar dapat dijadikan sebagai
pengambilan keputusan di masa mendatang

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pemasaran
Pemasaran adalah salah satu kegiatan yang sangat penting dalam dunia usaha.
Pada kondisi usaha seperti sekarang ini, pemasaran menjadi pendorong untuk
meningkatkan penjualan sehingga tujuan dari perusahaan dapat tercapai.
Memiliki pengetahuan mengenai pemasaran merupakan hal penting bagi sebuah
perusahaan pada saat dihadapkan pada permasalahan, seperti menurunnya
pendapatan perusahaan yang disebabkan oleh menurunnya daya beli konsumen
terhadap suatu produk sehingga memberikan dampak melambatnya pertumbuhan
pada perusahan.
Berkaitan dengan permasalahan di atas, yang terkait dengan pemasaran, maka
diperlukan suatu kemampuan untuk berpandangan ke depan dalam mengarahkan
dan mengambil tindakan pemasaran untuk mencapai sebuah tujuan perusahaan.
Itu merupakan hal yang sulit dicapai oleh sebuah perusahaan. Oleh sebab itu,
dalam hal ini dibutuhkan kesadaran dan inisiatif yang tinggi dalam mempelajari
serta menguasai hal-hal yang kiranya berkaitan dengan pengertian dan pentingnya
kegiatan pemasaran.
Sebutan marketing berasal dari kata market yang artinya pasar. Pasar dapat
diartikan sebagai suatu tempat di mana terjadi kontrak antara penawaran dan

12

permintaan yang dapat terjadi di mana saja, dan kapan saja serta tidak dibatasi
oleh waktu.
Berikut ini akan dikemukakan definisi pemasaran dikemukakan oleh :
Menurut Philip Kotler (2000) menyatakan bahwa definisi pemasaran ada dua,
yaitu definisi sosial dan manajerial. Definisi sosial (pemasran) adalah sebagai
proses sosial dan manajerial didalamnya individu dan kelompok memperoleh apa
yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk
yang bernilai dengan pihak lain.
Untuk menerapkan definisi tersebut, kita akan membahas istilah-istilah penting
berikut ini : Kebutuhan, keinginan, dan permintaan, produk, dan jasa, nilai,
kepuasan, dan kualitas, pertukaran, dan relasional, dan pasar. Sedangkan definisi
manajerial (pemasaran) adalah proses perencanaan dan menjalankan konsep,
harga, promosi serta distribusi sejumlah barang dan jasa untuk menciptakan
pertukaran yang mampu memuaskan tujuan individu dan organisasi.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa proses pemasaran terjadi atau
dimulai jauh sejak sebelum barang-barang di produksi. Keputusan-keputusan
dalam pemasaran itu harus dibuat untuk menentukan produk serta pasarnya,
penentuan harga, dan kegiatan promosi. Kegiatan pemasaran tidak hanya berupa
pertukaran berupa uang, tapi mencakup distribusi sejumlah ide maupun jasa yang
dapat memberikan kebutuhan dan kepuasan kepada individu dan organisasi.
Pemasaran merupakan penghubung antara organisasi dengan konsumennya.
Peran

penghubung

ini

akan

berhasil

bila

semua

diorientasikan kepada pasar. Dikemukakan oleh Yazid (2005)

upaya

pemasaran

13

Berdasarkan definisi di atas, maka pemasaran merupakan sebuah sistem dari
kegiatan-kegiatan yang beroperasi dalam suatu lingkungan yang dibatasi oleh
sumber-sumber dari perusahaan itu sendiri, peraturan-peraturan maupun
konsentrasi sosial dari perusahaan yang berusaha menghasilkan laba dari
hasil penjualan yang dicapai. Jadi tugas seorang manajer pemasaran adalah
memilih dan melaksanakan kegiatan dalam pemasaran yang dapat membantu
dalam mencapai tujuan suatu organisasi.

Berikut pengertian pemasaran dikemukakan oleh Basu Swastha dan Handoko
(2008) bahwa :
Pemasaran merupakan suatu sistem keseluruhan dari kegiatan kegiatan usaha yang
ditujukan untuk merencanakan, menetukan harga, mempromosikan, dan
mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan baik kepada
pembeli harga ada maupun pembeli potensial.
Kegiatan-kegiatan tersebut beroperasi didalam suatu lingkungan yang terus
menerus berkembang sebagai konsekuensi sosial dari perusahaan, tetapi juga
dibatasi oleh sumber-sumber dari perusahaan itu sendiri dan peraturan-peraturan
yang ada. Bagi pemasaran, perubahan pada lingkungan dapat merupakan
tantangan-tantangan baru yang memerlukan tanggapan dan cara penyelesaian
yang baru pula, atau sebaliknya dapat serupa suatu peluang atau kesempatan
mengembangkan usahanya.
Dilihat dari definisi di atas maka pemasaran dapat dipahami lebih lanjut dengan
beberapa konsep inti yaitu :

14

1. Pasar sasaran dan segmentasi
Jarang seorang pemasar dapat memuaskan setiap orang di pasar. Tidak setiap
orang menyukai minuman ringan, ruangan hotel, restoran, mobil, perguruan
tinggi, dan film yang sama. Oleh karena itu, para pemasar memulai dengan
segmentasi pasar. Mereka mengidentifikasi dan membedakan kelompokkelompok pembeli yang mungkin lebih menyukai atau memerlukan berbagai
produk dan bauran pemasaran. Segmen pasar dan perilaku dikalangan para
pembeli. Selanjutnya perusahaan memutuskan segmen mana yang menyajikan
peluang yang lebih besar, mereka yang kebutuhannya dapat dipenuhi oleh
perusahaan dengan cara unggul.
2. Pemasaran dan prospek
Seorang pemasar adalah seseorang yang mencari tanggapan (perhatian,
pembelian, pemberian suara, sumbangan) dari pihak lain yang disebut
prospek. Jika dua pihak itu saling berusaha untuk menjual sesuatu kepada
yang lain, kita menyebut keduanya pemasar (marketers).
3. Kebutuhan, keinginan, dan permintaan
Pemasar harus berupaya untuk memahami kebutuhan, keinginan dan
permintaan pasar sasaran. Kebutuhan menggambarkan tuntutan dasar manusia.
Orang membutuhkan makanan, udara, air, pakaian, dan tempat berlindung
untuk bisa bertahan hidup. Orang juga sangat membutuhkan rekriasi,
pendidikan, dan hiburan. Kebutuhan-kebutuhan menjadi keinginan bila
diarahkan kepada sasaran-sasaran spesifik yang mungkin dapat memenuhi
kebutuhan.
4. Produk atau tawaran
Orang memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka dengan produk. Produk
adalah setiap tawaran yang dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan. Kita
sudah menyebutkan sebelumnya jenis utama tawaran dasar; barang jasa,
pengalaman, peristiwa, orang, tempat, properti, organisasi, informasi dan
gagasan.
5. Nilai dan kepuasan
Produk atau tawaran akan berhasil jika memberikan nilai dan kepuasan kepada
pembeli sasaran. Pembeli memilih di antara beraneka ragam tawaran yang
dianggap memberikan nilai yang paling banyak. Kita mendefinisikan nilai
sebagai resiko antara apa yang didapatkan dan apa yang diberikan pelanggan.
Pelanggan mendapatkan manfaat dan mengeluarkan biaya.
6. Pertukaran dan transaksi
Pertukaran hanyalah salah satu dari empat cara yang dapat dipakai seseorang
untuk mendapatkan sebuah produk. Orang itu dapat menghasilkan sendiri
produk atau jasa, seperti ketika seseorang berburu, mencari ikan, atau
mengumpulkan buah-buahan. Orang itu dapat mengemis, seperti menawarkan
sebuah produk atau jasa, atau uang untuk sesuatu yang diinginkannya.
7. Hubungan dan Jaringan kerja
Pemasaran transaksi adalah bagian dari suatu gagasan yang lebih besar yang
disebut pemasaran hubungan (relationship marketing). Pemasaran hubungan
mempunyai tujuan membangun hubungan jangka panjang yang saling
memuaskan dengan pihak-pihak yang memiliki kepentingan utama pelanggan,

15

pemasok, distributor dalam rangka mendapatkan serta mempertahankan
preferensi dan kelangsungan bisnis jangka panjang mereka.
Jaringan pemasaran terdiri dari perusahaan dan pemercaya (stakeholder)
pendukung (pelanggan, karyawan, pemasok, distributor, pengecer, agen
periklanan, ilmuwan universitas, dan lain-lain) yang dengannya perusahaan
membangun hubungan bisnis timbal balik yang saling menguntungkan.
8. Saluran pemasaran
Untuk mencapai pasar sasaran, pemasar menggunakan tiga jenis saluran
pemasaran. Saluran komunikasi (comunicartion channels) digunakan untuk
menyerahkan dan menerima pesan dari pembeli sasaran. Saluran komunikasi
ini meliputi surat kabar, majalah, radio, televisi, pos, telepon, papan iklan,
poster pamphlet, CD, audiotape, dan internet. Lebih jauh dari itu komunikasi
disalurkan melalui ekspresi wajah dan pakaian. Penampilan toko-toko eceran,
dan banyak media lain.
9. Rantai pasokan
Sementara saluran pemasaran menghubungkan pemasar dengan pembeli
sasaran, rantai pasokan (suplay chain) menggambarkan suatu saluran yang
lebih panjang yang terentang dari bahan mentah, komponen-komponen,
hingga produk-produk final yang disampaikan kepada pembeli final. Rantai
pasokan untuk dompet wanita dimulai dengan pekerjaan menyamak kulit,
memotong, membuat, dan dilanjutkan dengan saluran pemasaran yang
mengantarkan produk kepada pelanggan.
10. Persaingan
Persaingan mencakup semua tawaran dari pesaing serta barang pengganti yang
actual dan potensial yang mungkin dipertimbangkan oleh seorang pembeli.
11. Lingkungan pemasaran
Lingkungan pemasaran itu terdiri dari lingkungan tugas dan lingkungan luas.
Lingkungan tugas mencakup aktor-aktor dekat yang terlibat dalam
memproduksi, menyalurkan dan mempromosikan tawaran. Aktor-aktor
utamanya adalah perusahaan, pemasok, distributor, dealer, dan pelanggan
sasaran. Lingkungan luas terdiri dari enam komponen, lingkungan demografis,
lingkungan ekonomi, lingkungan alam, lingkungan teknologi, lingkungan
hukum-politik, dan lingkungan sosial-budaya. Lingkungan-lingkungan itu
mengandung kekuatan yang dapat membawa dampak utama bagi para pelaku
dilingkungan tugas.
12. Bauran pemasaran
Para pemasar menggunakan sejumlah alat untuk mendapatkan tanggapan yang
diinginkan dari pasar sasaran mereka. Alat-alat itu membentuk suatu bauran
pemasaran. Bauran pemasaran (marketing mix) adalah seperangkat alat
pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus-menerus mencapai tujuan.

16

2.2 Pengertian Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen adalah ilmu yang relatif terbilang baru dibandingkan ilmu
yang lain. Ilmu ini berkembang ketika konsep pemasaran mulai banyak diterapkan
di perusahaan-perusahaan. Kompleksnya perilaku konsumen dan perlunya
memahami konsumen mendorong ilmu ini dalam perkembangan memerlukan
ilmu-ilmu lain yang terkait dan memungkinkannya mampu menjelaskan perilaku
konsumen dengan lebih baik.

2.2.1 Model Prilaku Konsumen
Prilaku membeli konsumen (consumer buying behavior) merujuk pada perilaku
membeli yang dilakukan oleh konsumen akhir atau individu dan rumah tangga
yang membeli barang dan jasa untuk konsumsi secara pribadi seluruh konsumen
akhir tersebut bila digabungkan akan membentuk pasar konsumen (consumer
market). Kotler dan Armstrong (2001)
Dalam menentukan keputusan pembelian ini, para konsumen mempunyai
pertimbangan yang sangat berbedda dalam hal umur, pendapatan, tingkat
pendidikan, dan selera, baik itu membeli suatu barang ataupun jasa. Keputusan
konsumen yang berbeda menimbulkan sususnan faktor yang menarik bagi
produsen untuk memnenukan produk jasa apa saja yang merak tawrakan kepada
konsumen.
Setiap harinya konsumen menentukan berbagai pilihan pembelian baik itu
pembelian produk atau jasa. Perusahaan-perusahaan besar menyelidiki keputusan
pembelian konsumen dengan begitu rincinya untuk mengetahui apa yang dibeli
konsumen, kapan mereka membeli, dimana mereka membeli dan mengapa mereka

17

membeli. Para pemasar harus mempelajari pembelian konsumen tersebut. Agar
barang dan jasa yang mereka tawarkan dapat diterima dengan baiknoleh
konsumen.

Gambar 2.1
Model Perilaku Pembeli

Pemasaran dan
Rangsangan lainya

Kotak Hitam pembeli

Tanggapan Pembeli

Harga

Karakteristik

Pemilihan produk

Distribusi

pembeli

Pemilihan merek

Promosi

Proses

Pemilihan tempat

Produk

keputusan

Waktu pembelian

pembelian

Jumalh pembelian

Sumber : Kotler dan Armstrong, (2001)

Dimana perusahaan yang benar-benar ingin memahami tanggapan konsumen atas
sifat-sifat produk, harga dan pendekatan iklan yang berbeda memilki keunggulan
yang besar atas pesaingnya. Titik awalnya merupakan

model rangsangan-

tanggapan perilaku membeli. Dari skema gambar diatas dijelaskan bahwa
pemasran terdiri dari 4P yaitu Price (harga), Place (saluran distribusi), Promotion
(promosi), Product (produk).
Tidak hanya 4P, rangsangan lainya yaitu mencakup kekuatan dan peristiwa besar
dalam lingkungan pembeli, yaitu teknologi, politik, ekonomi, dan budaya. Dan

18

seluruh masukan ini memasuki kotak hitam pembeli, kemudian diubah menjadi
satu susunan tanggapan pembeli yang diantaranya ialah pilihan produk, pilihan
merek, pilihan tempat, waktu pembelian, jumlah pembelian.

2.2.2 Jenis-Jenis Keputusan Pembelian
Proses pengambilan keputusan dan kegiatan yang dilakukan konsumen secara
fisik dalam pengevaluasian, perolehan penggunaan atau mendapatkan barang dan
jasa tercakup dalam perilaku konsumen. Jadi di dalam menganalisis perilaku
konsumen

tidak

hanya

menyangkut

faktor-faktor

yang

mempengaruhi

pengambilan keputusan kegiatan saat pembelian, akan tetapi juga meliputi proses
pengambilan keputusan yang menyertai pembelian.
Kotler dan Armstrong (2008) mengatakan ada empat tipe perilaku pembelian
konsumen berdasarkan pada tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat perbedaan
di antara merek sebagai berikut :
1. Perilaku pembelian kompleks (complex buying behavior)
Perilaku ini menyingkapkan adanya perbedaan-perbedaan yang jelas di antara
merek-merek yang ada. Dimana perilaku membeli yang kompleks
membutuhkan keterlibatan tinggi dalam pembelian.. Perilaku ini terjadi pada
waktu membeli produk-produk yang mahal, tidak sering dibeli, berisiko dan
dapat mencerminkan diri pembelinya.
Rata-rata konsumen tidak terlalu banyak mengetahui tentang kategori produk
dan harus belajar untuk mengetahuinya, sehingga pemasar harus menyusun
strategi untuk memberikan informasimtentang atribut, kepentingannya,
tentang merek perusahaan, dan atribut penting lainnya kepada konsumen.
2. Perilaku pembelian untuk mengurangi ketidakcocokan (dissonance reducing
buying behavior)
Perilaku membeli ini terjadi pada pembelian produk yang mahal, tidak sering
dilakukan, berisiko, dan membeli secara relative cepat karena perbedaan
merek tidak terlihat. Perilaku membeli mempunyai keterlibatan yang tinggi
dan konsumen menyadari hanya sedikit perbedaan antara berbagai merek.

19

3. Perilaku pembelian berdasarkan kebiasaan (habitual buying behaviour)
Dalam hal ini, konsumen memilih produk secara berulang bukan karena
merek produk, tetapi karena konsumen sudah mengenal produk tersebut.
konsumen membeli suatu produk berdasarkan kebiasaan, bukan berdasarkan
kesetiaan terhadap merek.. Setelah membeli produk tersebut konsumen tidak
mengevaluasi kembali mengapa mereka membeli produk tersebut. Perilaku ini
biasanya terjadi pada produk seperti gula, garam, air mineral dan lain-lain.
4. Perilaku pembelian berdasarkan kebiasaan (habitual buying behaviour)
Dalam hal ini konsumen berperilaku dengan tujuan mencari keragaman dan
bukan kepuasan. Perilaku ini memiliki keterlibatan yang rendah, namun masih
terdapat perbedaan merek yang jelas. Jadi merek dalam perilaku ini bukan
merupakan suatu yang mutlak, dan mencari keragaman biasanya terjadi pada
produk-produk yang sering dibeli, harganya murah dan sering mencoba
merek-merek baru.

2.2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Pembelian konsumen secara kuat dipengaruhi leh beberapa faktor, yaitu mulai
dari budaya, sosial, pribadi, dan psikologi. Kotler dan Armstrong (2001)

Gambar 2.2
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkah Laku Konsumen

BUDAYA

Budaya

Sub budaya

SOSIAL
Kelompok
acuan

Keluarga

PRIBADI
Umur dan
tahap daur
hidup
pekerjaan
Situasi
ekonomi
Gaya hidup

Sumber : Kotler dan Armstrong (2001)

PSIKOLOGI
Motivasi
Persepsi
Pengetahuan
Keyakinan
dan sikap

PEMBELI

20

2.3 Perceived value
Perceived value adalah suatu konstruk pemasaran yang belum banyak ditelaah
secara mendalam. Berikut merupakan beberapa definisi dari Perceived value :
Customer perceived value is the difference between the perspective customer’s
evaluation of all benefits and all the costs of an offering and the perceived
alternatives. (Kotler,2008).
Perceived value is the consumer’s overall assessment of the utility of a product
based on perception of what is received and what is given. Hal ini dikemukakan
oleh (Zeithaml,1988).
Perceived value pelanggan merupakan keseluruhan penilaian pelanggan terhadap
kegunaan suatu produk atas apa yang diterima dan yang diberikan oleh produk itu.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
perceived value pelanggan merupakan penilaian pelanggan yang dilakukan
dengan cara membandingkan antara manfaat yang akan diterima dengan
pengorbanan yang dikeluarkan untuk memperoleh sebuah produk/jasa. Tetapi
perceived value pelanggan dapat juga berarti usaha pelanggan dalam
membandingkan produk/jasa dari perusahaan tertentu dengan perusahaan pesaing
ditinjau dari manfaat, kualitas, harga.
Persepsi terhadap nilai juga dapat berbeda sesuai dengan situasi penggunaannya.
Di samping itu, pelanggan dapat merasakan bahwa nilai yang ditawarkan berbeda
berdasarkan pada nilai personal, kebutuhan, preferensi dan sumber daya
keuangannya.. Dalam Ariningsih (2010) riset yang dilakukan dua pakar
pemasaran dari University of Western Australia, Sweeney dan Soutar (2001)

21

berusaha mengembangkan 19 item ukuran customer perceived value. Skala yang
dinamakan PERVAL (Perceived Value) tersebut dimaksudkan untuk menilai
persepsi pelanggan terhadap nilai suatu produk konsumen tahan lama (consumer
durable good) pada level merek. Skala ini dikembangkan berdasarkan konteks
situasi pembelian ritel untuk menentukan nilai-nilai konsumsi yang mengarah
pada sikap dan perilaku pembelian. Menurut Sweeney dan Soutar (2001) dimensi
persepsi nilai terdiri empat aspek utama:

1. Emotional Value, yaitu utilitas yang berasal dari perasaan atau afektif / emosi
positif yang ditimbulkan dari mengkonsumsi produk.
2. Social Value, yaitu utilitas yang didapatkan dari kemampuan produk untuk
meningkatkan konsep diri-sosial pelanggan.
3. Quality/Performance Value, yaitu utilitas yang diperoleh dari persepsi terhadap
kualitas dan kinerja yang diharapkan atas produk.
4. Price/Value of Money, yakni utilitas yang didapatkan dari produk dikarenakan
reduksi biaya jangka pendek dan biaya jangka panjang.
Dari beberapa definisi tentang Perceived Value di atas yang telah dikemukakan
oleh para ahli dapat disimpulkan bahwa Percieved Value (persepsi nilai)
merupakan suatu perbandingan nilai antara pengorbanan yang sudah dilakukan
Pelanggan/konsumen dalam hal ini adalah mengeluarkan biaya berupa harga
dengan manfaat atau utilitas sesuai dengan ekspektasi dari pelanggan sendiri.

22

2.4 Nilai
Didasarkan pada nilai inti dari masyarakat tempat mereka tinggal, individu
mempunyai nila