Peran Keluarga dalam Pendidikan Anak

8

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Untuk menjelaskan peran keluarga dalam pendidikan anak dan kaitannya dengan hasil belajar siswa, peneliti mengkaji beberapa literatur maupun hasil penelitian. Secara berturut-turut, berikut disajikan uraian mengenai peran keluarga dalam pendidikan anak serta dilanjutkan pada kaitan antara peran keluarga dengan hasil atau prestasi belajar anak.

A. Peran Keluarga dalam Pendidikan Anak

Parke Buriel 1998 mengemukakan teori sistem keluarga yang memandang keluarga sebagai keseluruhan, baik struktur maupun pola organisasinya, dan dalam level indvidu dalam arti bagaimana anggota keluarga berinteraksi dengan anggota yang lain Berns, 2004: 78. Dalam teori ekologi, keluarga sebagai microsystem. Konsep keluarga bergeser dari pandangan secara klasik structural fungsional oleh George Murdock 1962, p.19, adalah kelompok sosial yang dicirikan oleh tinggal bersama, kerja sama ekonomi, dan reproduksi, yang mencakup dua jenis kelamin, yang paling sedikit dua orang yang memelihara hubungan seksual yang disetujuidirestui secara sosial dan satu atau lebih anak, sendiri atau mengadopsi, hidup bersama suami isteri, ke pandangan U.S. Bureau of the Census 2000, bahwa keluarga adalah dua atau lebih orang yang terkait dengan kelahiran, perkawinan, atau adopsi untuk bertempat tinggal bersama Berns, 2004: 78. 9 Secara umum, fungsi dasar keluarga adalah reproduksi, sosialisasipendidikan, penugasan peran sosial, dukungan ekonomi, dan dukungan pengasuhanemosional. Keluarga yang fungsional memelihara kegembiraan dan penyesuaian, sebaliknya keluarga yang tidak fungsional beresiko perpecahan atau permasahan. Reproduksi sebagai fungsi keluarga, berarti keluarga menjamin populasi masyarakat yang dipelihara, sejumlah anak dilahirkan dan diasuh untuk mengganti yang meninggal. Keluarga berfungsi sebagai sosialisasi atau pendidikan, berarti keluarga menjamin nilai, keyakinan, sikap, pengetahuan, keterampilan, dan teknik bagi masyarakat yang ditransformasikan kepada yang muda. Penugasan peran sosial sebagai fungsi keluarga, mengandung makna bahwa keluarga menyediakan identitas keturunan peran ras, etnik, agama, sosio- ekonomi, dan gender, yang mencakup perilaku dan kewajiban. Keluarga berfungsi dalam dukungan ekonomi, berarti keluarga menyediakan tempat berlindung, makanan, dan perlindungan. Keluarga berfungsi sumber dukungan pengasuhanemosional, berarti keluarga menyediakan pengalaman pertama anak dalam interaksi sosial., yang mencakup teman karib, pengasuhan, dan penerimaan, yang memberikan perlindungan emosi bagi anak. Keluarga juga mengasuh anggotanya ketika mereka sakit, luka, dan lanjut usia. Beberapa hasil penelitian menegaskan bahwa orang tua merupakan komponen kunci untuk sukses sekolah bagi anak-anak mereka. Namun demikian, kenyataan pada saat ini, orang tua sering bekerja seharian, memiliki lebih dari satu pekerjaan, dan berpartisipasi di dalam tanggung jawab yang banyak, sehingga terbatas partisipasi mereka Brandon, et.al., 2010: 208. 10 Cotton dan Wikelund 2001 menyatakan bahwa keterlibatan orang tua di dalam belajar anak secara positif terkait dengan prestasi belajar anak Unal Unal, 2010: 6. Hasil penelitian Unal Unal 2010, merekomendasikan bahwa untuk meningkatkan keterlibatan ayah, dapat melalui program yang ditekankan pada meningkatkan dan memfasilitasi keterlibatan ayah di dalam pengalaman sekolah anak-anak mereka. Terdapat asumsi-asumsi orang tua dalam membantu pendidikan anak. Beberapa orang tua dengan penghasilan rendah low-income tidak mampu melihat peran mereka untuk aktif terlibat di sekolah dan hanya percaya kepada sekolah atau guru-guru Lareau, 1989, sedang orang yang lain cenderung lebih aktif perannya di dalam proses persekolahan Clark, 1993; Segal 1985 dalam Lazar Slostad, 1999: 208. Orang tua yang memiliki rasa efikasi rendah cenderung menghidar dalam membantu anak-anak mereka karena mereka tidak menginginkan kemampuan mereka tak cukup, atau mereka berasumsi bahwa keterlibatan akan membuahkan hasil yang positif Bandura, 1989 dalam Lazar Slostad, 1999: 208. Beberapa orang tua merasakan mereka harus atau dapat membantu perkembangan anak- anak mereka, namun mereka benar-benar tidak mengetahui bagaimana untuk melakukannya Tharp Gallimore, 1988 dalam Lazar Slostad, 1999: 208. Lingkungan keluarga, cara perlakuan orang tua terhadap anaknya sebagai salah satu cara atau bentuk partisipasi mereka dalam pendidikan dapat meningkatkan intelektual anak Levine Hagigust, 1988 dalam Depdiknas, 2007: 7. Beberapa contoh peran orang tua dalam membantu pendidikan anak di rumah 11 Depdiknas, 2007: 41-43, yaitu: 1 mengawasimembimbing kebiasaan anak belajar di rumah, 2 membimbing dan mendukung kegiatan akademik anak, 3 memberikan dorongan untuk meneliti, berdiskusi tentang gagasan dan atau kejadian-kejadian aktual, dan 4 mengarahkan aspirasi dan harapan akademik anak. Penjelasan masing-masing bentuk bantuan tersebut disajikan pada uraian berikut. 1 Mengawasimembimbing kebiasaan anak belajar di rumah mencakup aktivitas sebagai berikut. a Mendorong anak dalam belajar secara teratur di rumah, termasuk membimbing dan memberikan pengawasan terhadap kegiatan belajar anak di rumah. b Mendorong anak dalam menyusun jadwal dan struktur waktu belajar serta menetapkan prioritas kegiatan di rumah, pengawasan pelaksanaan jadwal belajar di rumah. c Membimbing dan mengarahkan anak dalam penggunaan waktu belajar, bermain, dan istirahat. d Membimbing dan mengarahkan anak melakukan suatu kegiatan yang menunjang pelajaran di sekolah. Dalam hal ini, orang tua diharapkan berperan aktif dalam membimbing anak dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang menunjang pembentukan dirinya ke arah kedewasaan. 2 Membimbing dan mendukung kegiatan akademik anak, meliputi kegiatan- kegiatan sebagai berikut. 12 a Mendorong dan menumbuhkan minat anak untuk rajin membaca dan rajin belajar. Di lingkungan keluarga, perlu diciptakan situasi yang kondusif dan iklim yang menumbuhkan minat baca agar ada kesamaan antara iklim yang tercipta di rumah sama dengan di sekolah. b Memberikan penguatan kepada anak untuk melakukan kegiatan yang bermanfaat bagi dirinya, misal: pemberian hadiah, pujian, dan lain-lain untuk memperkuat perilaku positif anak. c Menyediakan bahan yang tepat serta fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan anak dalam belajar. d Mengetahui kekuatan dan kelemahan anak serta problem belajarnya dan berusaha untuk memberikan bimbingan. e Mengawasi pekerjaan rumah dan aktivitas belajar anak. f Menciptakan suasana rumah yang mendukung kegiatan akademik anak. g Membantu anak secara fungsional dalam belajar dan menyelesaikan tugas- tugas sekolah tepat waktu. 3 Memberikan dorongan untuk meneliti, berdiskusi tentang gagasan dan atau kejadian-kejadian aktual, yang dapat berupa kegiatan-kegiatan sebagai berikut. a Mendorong anak untuk suka meneliti serta memiliki motivasi menulis analitisilmiah. b Menyediakan fasilitas bagi anak-anak untuk melakukan penelitian. c Mendorong anak untuk melakukan kegiatan ilmiah. 13 d Berdiskusi dan berdialog dengan anak tentang ide-ide, gagasan atau tentang bahan pelajaran yang baru, aktivitas yang bermanfaat, masalah- masalah aktual dan sebagainya. 4 Mengarahkan aspirasi dan harapan akademik anak, dengan cara antara lain sebagai berikut. a Memberikan motivasi kepada anak untuk belajar dengan baik sebagai bekal masa depan. b Mendorong dan mendukung aspirasi anak dalam belajar. c Mengetahui aktivitas sekolah dan aktivitas anak dalam mempelajari sesuatu. d Mengetahui standar dan harapan sekolah terhadap anak dalam belajar. e Hadir pada pertemuan guru dengan orang tua murid yang diselenggarakan oleh sekolah. f Memberikan ganjaran positif terhadap performansi anak di rumah atau di sekolah yang mendukung belajar anak. Yan 1999: 10-11 juga telah mengembangkan variabel modal sosial keluarga dalam kaitannya dengan pendidikan anak yang mencakup empat aspek, yaitu: 1 interaksi orang tua – anak remaja, 2 interaksi orang tua – sekolah, 3 interaksi dengan orang tua yang lain antar orang tua, dan 4 norma keluarga. Selanjutnya dijelaskan secara rinci sebagai berikut. 1 Interaksi orang tua – anak remaja, mencakup: 1 mendiskusikan pengalaman sekolah anak dan rencana masa yang akan datang, antara lain: pilihan kursus, sekolah, kegiatan sekolah, topik yang dipelajari di kelas, keberhasilan, rencana 14 mengambil SATACT, pendaftaran sekolah menengah; 2 mendiskusikan permasalahan dan minat anak, misal: pekerjaan yang mungkin dilakukan anak, kejadian masyarakat, bangsa, dunia, permasalahan kekacauan anak, minat atau hobi anak; 3 berpartisipasi dalam aktivitas budaya bersama, seperti: mengikuti, menghadiri kegiatan olahraga di luar sekolah, pengambilan hari wisata atau liburan, bekerja pada hobi atau permainan olah raga, menghadiri konser, permainan, film. 2 Interaksi orang tua – sekolah, meliputi: 1 berpartisipasi dalam aktivitas organisasi sekolah – orang tua, misal: memiliki organisasi orang tua – guru, menghadiri pertemuan organisasi orang tua – guru, menghadiri pertemuan organisasi orang tua – guru, mengambil bagian dalam kegiatan organisasi orang tua – guru, kegiatan sebagai sukarelawan di sekolah; 2 mengontak sekolah tentang pengalaman sekolah anak dan rencana masa yang akan datang, berkait dengan: performan akademik, program akademik, rencana anak setelah SMA, pilihan college course; 3 mengetahui pengalaman sekolah anak dan rencana masa yang akan datang, dalam hal: kursus mana yang diambil anak, bagaimana anak menerima baik kerja di sekolah, kredit anak menuju keberhasilankelulusan, kredit anak membutuhkan untuk dicapai. 3 Interaksi dengan orang tua yang lain antar orang tua, mencakup: 1 mendiskusikan pengalaman sekolah anak dan rencana masa yang akan datang dengan orang tua, misal: persoalan sekolah anak, rencana pendidikan anak, rencana karier anak; 2 pengetahuan orang tua tentang teman-teman anaknya, 15 antara lain: teman pertama anaknya, teman kedua anaknya, teman ketiga anaknya, teman keempat anaknya, teman kelima anaknya. 4 Norma keluarga, mencakup: 1 peran keluarga, dalam hal: pembatasan orang tua dalam menonton TV atau video game, pembatasan orang tua dalam bersama dengan temannya, pembatasan orang tua dalam hak istimewa terhadap kelulusan yang rendah, anak memerlukan bekerja untuk sekitar rumah; 2 harapan pendidikan, misalnya seberapa jauh: ayah menginginkan anaknya pergi ke sekolah, ibu menginginkan anaknya pergi ke sekolah, anak berpikir dia akan pergi ke sekolah, orang tua mengharapkan anaknya pergi ke sekolah; 3 hubungan orang tua – anak yang positif, misal: orang tua mempercayai anaknya untuk mengerjakan apa yang mereka harapkan, orang tua percaya anaknya akan menjadi sumber kebanggaan orang tua, anak dan orang tua memiliki hubungan baik dengan setiap orang yang lain. Mengingat besarnya peran orang tua murid terhadap prestasi aspek kognitif, afektif dan psikomotor, Radin seperti dikutip oleh Seifert Hoffnung 1991 menjelaskan ada enam kemungkinan cara yang dapat dilakukan orang tua murid dalam mendidikanaknya, yaitu: pemodelan perilaku, memberikan ganjaran dan hukuman, perintah langsung, menyatakan aturan-aturan, nalar, dan menyediakan berbagai fasilitas belajar Depdiknas, 2007: 43-45. a. Pemodelan perilaku modelling of behaviors, yaitu gaya dan cara orang tua berperilaku dihadapan anak-anak, dalam pergaulan sehari-hari atau dalam setiap kesempatan akan menjadi sumber imitasi bagi anak-anaknya. Oleh sebab itu orang tua ataupun lingkungan keluarga dan masyarakat yang 16 menunjukkan perilaku negatif akan sangat mempengaruhi perilaku anak di rumah, di sekolah, maupun dimasyarakat. Dalam kaitan dengan hal ini diperlukan kesamaan nilai dan norma yang berlaku di sekolah dengan yang berlaku di keluarga dan masyarakat. b. Memberikan ganjaran dan hukuman giving rewards and punishments. Cara orang tua memberikan ganjaran dan hukuman juga mempengaruhi terhadap perilaku anak. c. Perintah langsung direct instruction, pemberian perintah secara langsung atau tidak langsung memberi pengaruh terhadap perilaku, seperti ungkapan orang tua “jangan malas belajar kalau ingin dapat hadiah” pernyataan ini sebenarnya perintah langsung yang lebih bijaksana, sehingga dapat menumbuhkan motivasi anak untuk lebih giat belajar. Banyak masyarakat tidak mengerti bagaimana penghargaan dan hukuman yang akan memberikan dampak bagi proses pendidikan, Akibatnya setelah terjadi penyimpangan perilaku akibat pemberian yang berlebihan tersebut baru mereka sadar. d. Menyatakan aturan-aturan stating rules, menyatakan dan menjelaskan aturan-aturan oleh orang tua secara berulang kali akan memberikan peringatan bagi anak tentang apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindarkan oleh anak. e. Nalar reasoning. Pada saat-saat menjengkelkan, orang tua bisa mempertanyakan kapasitas anak untuk bernalar, dan cara itu digunakan orang tua untuk mempengaruhi anaknya, misalnya orang tua bisa mengingatkan anaknya tentang kesenjangan perilaku dengan nilai-nilai yang dianut melalui 17 pernyataan-pernyataan. Contohnya “sekarang rangking kamu jelek, karena kamu malas belajar, bukan karena kamu bodoh “. f. Menyediakan berbagai fasilitas belajar providing materials and settings. Orang tua perlu menyediakan berbagai fasilitas belajar yang diperlukan oleh anak-anaknya seperti buku-buku dan lain sebagainya. Tetapi buku apa dan fasilitas apa yang sesuai dengan kebutuhan sekolah, banyak orang tua tidak memahaminya. Berdasarkan uraian di atas dapat diambil makna bahwa peran orang tua dalam pendidikan anak sangat penting dan berpengaruh pada keberhasilan pendidikan anak mereka, karena keluarga merupakan pemberi sosialisasi utama bagi anak. Beberapa keuntungan berperannya orang tua dalam pendidikan anak memberikan sikap positif terhadap belajar, prestasi akademik lebih tinggi, dan aspirasi yang lebih tinggi bagi anak-anak mereka. Keuntungan bagi anggota keluarga yang berperan akan memiliki self-esteem yang lebih tinggi dan lebih efektif berinteraksi dengan anak.

B. Keterkaitan Peran Keluarga dengan Hasil Belajar