Pengaruh Tayangan Kuliner Hell Kitchen Terhadap Motif Belajar Siswa (Studi pada Siswa SMKN 3 Bandar Lampung Jurusan Tata Boga Kelas XI Angkatan 2014/2015)

(1)

ABSTRACT

The influence of Hell's Kitchen Program Towards Student Study Motives (Study to Student SMK 3 Bandar Lampung Majoring in Culinary

Force 2014/2015 Class XI)

by Cahya Wulan

Hell's Kitchen is a reality competition show that first comes in various countries such as America, Britain, Germany, and Russia. For the first time program Hell's Kitchen is present in Asia, Indonesia. Chef Juna present as Head Chef, the jury at the same host. This event was first started in 2015. It contains events related to cooking and for 90 minutes. The aim of the research is based on the formulation of the problem is to knowing the influence of Hell Kitchen culinary impressions of the students' motives culinary department 3 SMK Bandar Lampung force 2014/2015 class XI. The theory is Usses and Gratification theory and social learning theory.

The type of research used in this research is explanatory with a quantitative approach that uses research methods survey with a sample of 80 respondents. Data collection techniques used questionnaires and literature study. Data processing techniques in this study through the stages of editing, coding and tabulating the data analysis techniques using simple linear regression formula because there are only two variables involved. Based on this research, it is known there are significant student learning motive culinary department SMK 3 Bandar Lampung. Correlation value Hell Kitchen Culinary impressions influence on student learning motive is 0.416 which is in the range of influence being. While the greatest effect was 17.3%.


(2)

ABSTRAK

Pengaruh Tayangan Kuliner Hell Kitchen Terhadap Motif Belajar Siswa (Studi pada Siswa SMKN 3 Bandar Lampung Jurusan Tata Boga

Kelas XI Angkatan 2014/2015

)

Oleh :

Cahya Wulan

Hell’s Kitchen adalah acara reality kompetisi yang terlebih dahulu hadir di berbagai negara seperti Amerika, Inggris, Jerman, dan Rusia. Untuk pertama kalinya program Hell’s Kitchen hadir di Asia yaitu Indonesia. Chef Juna hadir sebagai Head Chef, juri sekaligus host. Acara ini pertama kali dimulai pada tahun 2015. Berisi acara yang berhubungan dengan memasak selama 90 menit. Tujuan dari penelitian berdasarkan pada rumusan masalah yaitu untuk melihat besarnya pengaruh tayangan kuliner Hell Kitchen terhadap motif belajar siswa jururusan tata boga SMKN 3 Bandar Lamapung angkatan 2014/2015 kelas XI. Teori yang digunkan adalah teori Usses and Gratification dan teori belajar sosial.

Tipe penelitan yang digunakan dalam adalah penelitian (explanatory) dengan pendekatan kuantitatif yang menggunakan metode penelitian survey dengan jumlah sampel sebanyang 80 responden. Teknik pengumpulan data digunakan kuisioner dan studi literatur. Teknik pengolahan data dalam penelitian ini melalui tahap editing, coding dan tabulating dengan teknik analisa data menggunakan rumus regresi liniear sederhana karena hanya ada dua variabel yang terlibat. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat pengaruh motif belajar siswa jurusan tata boga SMKN 3 Bandar lampung. Nilai korelasi pengaruh tayangan Kuliner Hells Kitchen

terhadap motif belajar siswa adalah 0,416 yang berada pada rentang pengaruh sedang. Sedangkan besar pengaruhnya adalah 17,3%.


(3)

PENGARUH TAYANGAN KULINER HELL KITCHEN

TERHADAP MOTIF BELAJAR SISWA JURUSAN TATA BOGA

(Studi pada Siswa SMKN 3 Bandar Lampung

Kelas XI Angkatan 2014/2015)

Oleh Cahya Wulan

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA ILMU KOMUNIKASI

Pada

Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Lampung

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2015


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap penulis Cahya Wulan. Lahir di Bandung, pada tanggal 18 Februari 1992, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, buah hati dari pasangan Bapak Saeroh Hadi dan Ibu Tiur Andriani.

Pendidikan formal yang pernah penulis tempuh adalah Taman Kanak-Kanak Fransiskus Bandar Lampung, Sekolah Dasar Fransiskus 1 Tanjung Karang yang diselesaikan pada tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Bandar Lampung pada tahun 2007, Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis diterima sebagai mahasiswa Ilmu Komunikasi Melalui Jalur SNPTN (Seleksi Nasional Perguruan Tinggi Negeri) Undangan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Selama menjadi mahasiswa Ilmu Komunikasi, penulis aktif di HMJ Ilmu Komunikasi sebagai anggota bidang Public Relation. Penulis melaksanakan KKN (Kuliah Kerja Nyata) pada Januari 2014 di Way Muli Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan. Kemudian pada September 2013 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Radar Lampung TV Provinsi Lampung selama 30 hari kerja.


(8)

PERSEMBAHAN

Dengan segenap hati kupersembahkan karyaku ini kepada orang-orang yang kukasihi serta mengasihiku :

Allah SWT,

Atas ridho-Nya semua ini ada

Atas kehendak-Nya semua ini aku dapatkan Atas kekuatan dari-Nya aku bisa bertahan. Bapak Saeroh Hadi dan Ibu Tiur Andriani

Karya ini sebagai tanda baktiku, terima kasih atas segalanya, doa, kasih sayang, pengorbanan, dan keikhlasannya.

Ini hanyalah setitik balasan yang tidak bisa dibandingkan dengan berjuta-juta pengorbanan dan kasih sayang

yang tidak pernah berakhir. Muhamad Farhan dan Mutiara Adelia

Terima kasih adik-adikku tersayang atas doa, dukungan, canda, tawa yang telah kita lewati bersama

Sahabat dan teman-teman tersayang yang aku banggakan Serta tak lupa kupersembahkan kepada Almamaterku tercinta,


(9)

MOTO


(10)

SANWACANA

Puji Syukur yang tiada terkira penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat, rahmat dan hidayah-Nya Penulis dapaat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Tayangan Kuliner Hell Kithen Terhadap Motif Belajar Siswa Jurusan Tata Boga (Studi pada Siswa SMKN 3 Bandar Lampung kelas XI angkatan 2014/2015). Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW atas cahaya kebenaran yang dibawa oleh beliau. Skripsi ini merupakan salah satu syarat guna menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai hambatan dan kesulitan, namun dapat terselesaikan dengan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa hormat dan terima kasih kepada :

1. Allah SWT. Atas segala kebesaran, kuasa, ridho dan petunjuk serta kesehatan yang selalu Engkau berikan. Nabi Muhammad SAW, atas cahaya kebenaran yang disampaikan kepada kami.

2. Kepada Ibuku tercinta Tiur Andriani, Sosok wanita terhebat yang pernah saya miliki yang senantiasa berdoa bagi kesuksesan disetiap langkah anak-anaknya, yang tiada henti mencurahkan kasih dan sayangnya kepada keluarga. Makasih ya mamaku tersayang buat pelajaran keikhlasannya


(11)

mengajarkan kesabaran dan kekuatan dalam mengahadapi apapun. Terima kasih ya Allah karena telah memberikan kedua orang tua yang sangat hebat dan sangat luar biasa dalam hidupku, yang selalu berkorban segala sesuatunya kepada keluarga terlebih kepadaku, dan selalu mendukung harapan serta keinginan anak-anaknya. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kesehatan dan limpahan rahmat bagi kedua orang tua yang sangat aku cintai. Amin

3. Kepada Kedua Adiku Farhan Hadianto dan Mutiara Adelia. Jadilah adik yang selalu menjadi kebanggaan keluarga. Semoga Allah senantiasa memberikan kesehatan dan berkah dalam hidup kalian. Terima kasih atas doa dan dukunganya sayang.

4. Drs. Agus Hadiawan, M.Si, Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

5. Bapak Drs. Teguh Budi Raharjo, M.Si, selaku Pembimbing Akademik, Dosen Pembahas serta Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

6. Ibu Dr. Tina Kartika, S.Pd,. M.Si selaku Dosen Pembimbing saya yang telah meluangkan banyak waktu, tenaga serta pikran dan juga memberikan banyak sekali masukan, saran serta bimbingan yang sangat berharga, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Terima kasih banyak ya ibu.


(12)

7. Seluruh jajaran dosen FISIP Universitas Lampung terutama pada Jurusan Ilmu Komunikasi antara lain, Pak Sarwoko, Pak Firman, Pak Agung, Pak Andy Chorry, Pak Rudi, Pak Cahyono, Pak Riza, Ibu Ida, Ibu Nina, Ibu Dhanik, Ibu Nanda, Ibu Ana, Ibu Andi Windah, Ibu Wulan, Ibu Bangun, Ibu Hestin yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis kelak dalam menghadapi dunia kerja.

8. Untuk my beloved, Andreas Raharjo terimakasih atas kehadirannya setiap hari di waktu skripsi ini dikerjakan. Terimakasih telah menjadi motif agar selalu menjadi lebih baik lagi. Melatih dan mengajarkan arti kesabaran, keikhlasan, ketulusan.

9. Buat sahabatku tercinta, Anissa Fadia Nizatama, Indah Juni Kartika serta Achmad Zulkarnain. Semoga kita selalu menjadi sahabat yang saling mengerti, saling mendukung dan saling mendoakan demi kebaikan kita semua. Terima kasih atas bantuan, saran, kritikan, dorongan dan motivasi kalian untuku selama ini. Terima kasih selalu ada disaat susah maupun senang. You are my best !!!!!

10.Buat sahabat baruku Bela, Lisa, Rani dan Tiara. Terimakasih atas bantuannya selama ini, atas dorongan untuk menyelesaikan skripsi. Serta selalu ada disaat saya bersedih dan butuh pertolongan. Semoga kita semua sukses kedepannya. Amin.

11.Anak Komsepuluh, azul dan kak adi selaku bapaknya anak-anak komunikasi 2010, Rina, Dewi, Shinta, Vie, Deka, Obi, Siti, Imam, Dina, Beatrich, Yohana, Genta, Aji, Gilang Pandu, Ester, Finda, Bogi, Ulfa, Tio, Oemar, Waskito, Darwin, Hani, Togar, Ojan, Tia, Ardika,


(13)

13.Semua pihak yang telah mendoakan saya dan memberikan arahan, pelajaran berharga baik secara langsung maupun tidak langsung. Dan untuk semua apresiasinya terhadap saya, untuk simpatinya kepada saya siapapun itu saya ucapkan terima kasih banyak.

Seluruh pihak-pihak lain yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Semoga Allah SWT membalas seluruh ketulusan dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis, dan semoga skripsi saya ini bermanfaat.

Bandar Lampung, 9 September 2015 Penulis,


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1Model Usses and Gratification ... 42

Tabel 2 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin ... 74

Tabel 3 Karakteristik responden berdasarkan kelas ... 75

Tabel 4 Hasil uji Validitas variabel (X)... 76

Tabel 5 Hasil uji validitas variabel (Y) ... 77

Tabel 6 Daftar interpretasi koefisien ... 78

Tabel 7 Durasi mengakses tayangan ... 79

Tabel 8 Lama menonton tayangan kuliner ... 80

Tabel 9 Karakteristik responden terhadap tayangan... 82

Tabel 10 Karakteristik terhadap chef pembawa acara ... 83

Tabel 11 Ketertarikan responden terhadap gesture chef pembawa acara ... 84

Tabel 12 Keaneka ragaman jenis masakan yang diolah ... 86

Tabel 13 informasi yang disampaikan dalam tayangan ... 87

... Tabel 14 Kredibilitas chef pembawa acara... 89

Tabel 15 Keinginan responden untuk belajar lebih giat ... 90

Tabel 16 Ketertarikan responden terhadap sikap chef pembawa acra ... 91

Tabel 17 Ketertarikan responden terhadap situasi tayangan ... 93

Tabel 18 Kemampuan responden dalam mengingat tayangan ... 96

Tabel 19 Giat berkreasi dalam menciptakan masakan baru ... 97

Tabel 20 Ingin mendapat nilai yang baik ... 99

Tabel 21 Terdorong untuk bersaing secara sehat di dalam kelas ... 101

Tabel 22 Giat menambah jam belajar di sekolah ... 102

Tabel 23 Keinginan untuk menjadi chef profesional di dalam kelas ... 103

Tabel 24 Keinginan untuk bekerja di hotel berbintang ... 105

Tabel 25 keinginan utuk mempunyai usaha kuliner sendiri ... 106

Tabel 26 adanya target cita-cita yang tinggi ... 107

Tabel 27 Analisis data berdasarkan tayangan kuliner (X) ... 108

Tabel 28 Analisis data berdasarkan motif belajar (Y) ... 112


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 ... 49 Gambar 2 ... 52


(16)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1. 1. Latar belakang Masalah ... 1

1. 2. Perumusan Masalah ... 9

1. 3. Tujuan Penelitian ... 10

1. 4. Kegunaan Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Tinjauan Tentang Komunikasi Massa ... 11

2. 1. 1. Pengertian Komunikasi Massa ... 11

2. 1. 2. Ciri-Ciri Komunikasi Massa ... 13

2. 1. 3. Fungsi Komunikasi Massa ... 15

2. 2. Tinjauan Tentang Media Massa ... 17

2. 2. 1. Pengertian Tentang Media Massa ... 17

2. 2. 2. Fungsi Media Massa ... 18

2. 2. 3. Karakteristik Media Massa ... 21

2. 3. Tintauan Tentang Media Televsi ... 22

2..4. Tinjauan Tentang Hells Kitchen…... 26

2. 5. Tinjauan Tentang Motif Belajar... 30

2. 5. 1. Pengertian Motif ... 30

2. 5. 2. Hakekat Belajar ... 36

2. 6. Penelitian Terdahulu ... 39

2. 7. Teori Komunikasi Penunjang Penelitian ... 40

2. 8. Kerangka Pikir ... 49

2. 9. Hipotesis ... 52

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. 1. Tipe Penelitian ... 53

3. 2. Identifikasi Variabel Penelitian... 54

3. 3. Definisi Konseptual ... 54

3. 4. Definisi Operasional ... 55

3. 5. Populasi ... 58

3. 6. Sampel... 59

3. 7. Sumber Data... 59

3. 8. Teknik Pengumpulan Data ... 60

3. 9. Teknik Pengolahan Data ... 61

3. 10. Teknik Pengujian Instrumen Penelitian ... 62

3. 10. 1. Validitas ... 62

3. 10. 2. Reliabilitas ... 63


(17)

BAB IV GAMBARAN UMUM

4. 1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 69

4. 1. 1. Sejarah ... 69

4. 1. 2. Visi ... 71

4. 1. 3. Misi ... 71

4. 2. Gambaran Umum Tayangan Hells Kitchen ... 71

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5. 1. Karakteristik Penelitian ... 75

5. 1. 1. Karakteristik Responden Penelitian ... 75

5. 1. 2. Uji Validitas ... 76

5. 1. 3. Uji Reabilitas ... 79

5. 1. 4. Analisis Tabel Tunggal ... 81

5. 1. 5. Analisis Data Berdasarkan Katagori Jawaban (X) ... 109

5. 1. 6. Analisis Data Berdasarkan Katagori Jawaban (Y) ... 111

5. 1. 7. Analisis Penerapan Regresi Linear ... 114

5. 2. Pembahasan ... 118

5. 2. 1. Pembahasan Mengenai Interval Tertinggi Terendah ... 118

5. 2. 2. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarka Tujuan Penelitian ... 120

5. 2. 3. PembahasanPenelitian Secara Teoritis ... 124

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6. 1. Kesimpulan ... 132

6. 2. Saran ... 134 Lampiran


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Televisi sebagai media massa memiliki fungsi sebagai penyampai informasi. Program televisi seperti news, entertainment, bahkan acara-cara kuliner mampu memberikan informasi yang sekiranya diperlukan oleh khalayak. Fungsi lain dari televisi adalah sebagai sarana hiburan. Kehadiran program-program acara televisi yang menghibur sangat diperlukan untuk melepas stres dan kejenuhan sejenak setelah seharian beraktivitas. Pada dasarnya fungsi televisi sama seperti dengan fungsi media massa lainnya (surat kabar, dan radio siaran), yaitu memberi informasi, mendidik, menghibur dan membujuk. Namun keberadaan televisi pada saat ini merupakan media massa yang sangat dominan pengunaannya di kalangan masyarakat Indonesia.

Semakin para khalayak tertarik terhadap tayangan televisi, maka semakin produktif pula televisi dalam menyiarkan program-program unggulan. Televisi tidak membatasi diri hanya untuk konsumsi kalangan tertentu namun telah menjangkau konsumen dari semua kalangan masyarakat tak terkecuali remaja dan anak-anak. Dengan semakin berkembang pesat minat khalayak untuk menonton


(19)

televisi, akibatnya adalah para industri televisi tersebut berlomba untuk menyuguhkan tayangan-tayangan yang tidak hanya bersifat menghibur tetapi terdapat unsur edukasi. Kehadiran televisi sebagai media massa memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap khalayak baik efek kognitif, afektif maupun konatif. Efek kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami dan dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan atau informasi. Efek afektif timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi atau dibenci khalayak. Efek ini ada hubungannya dengan emosi, sikap dan nilai. Selanjutnya efek konatif merujuk pada sikap nyata yang diamati, meliputi pola-pola tindakan, kegiatan atau kebiasaan bersikap (Rakhmat, 2005:219).

Terpaan informasi dari televisi yang terus menerus pada khalayak memungkinkan posisinya sebagai penuntun atau pedoman bersikap. Semakin tinggi sikap kritis masyarakat terhadap informasi dan hiburan, mendorong para industri televisi untuk menyajikan program-program acara yang kreatif, berkualitas, menarik serta memiliki manfaat langsung maupun tidak langsung. Jumlah dan kualitas program televisi dari segi jenis tayangan telah meningkat, industri televisi berusaha semakin inovasi dan teknis penggarapan yang semakin berkualitas, agar sesuai dengan harapan dan keinginan masyarakat yang menginginkan tayangan yang kreatif dan berkualitas, baik dari segi isi maupun teknisinya.


(20)

3

Motif menonton tayangan televisi oleh khalayak dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, faktor dari dalam diri individu (intrinsik) dan faktor yang datang dari luar diri individu (ekstrinsik). Faktor intrinsik terdiri atas beberapa variabel yaitu usia, jenis kelamin, dan etnis. Sedangkan faktor ekstrinsik dipengaruhi oleh adanya informasi yang didapatkan dari program acara yang ditayangkan dan hiburan untuk melepaskan rasa lelah karena aktifitas sehari-hari, ataupun untuk mengisi waktu kosong. Saat ini, stasiun televisi banyak menyajikan program-program acara hiburan yang bertujuan untuk menghibur pemirsanya. Salah satunya adalah program kuliner yang saat ini mendapatkan perhatian khusus karena menampilkan berbagai ragam masakan lezat yang khas dari berbagai daerah serta menampilkan para juru masak atau chef yang terampil. Hampir semua stasiun televisi yang ada di Indonesia mempunyai program kulinernya masing-masing, dari mulai kuliner jajanan pinggir jalan, keliling nusantara untuk menampilkan makanan-makanan khas daerah, juga terdapat acara kuliner yang dikemas dengan format kompetisi. Contoh program acara kuliner dengan format kompetisi berada di salah satu stasiun televisi swasta SCTV yaitu Hell Kitchen yang merupakan acara kuliner ringan namun memiliki unsur hiburan dan edukatif yang tinggi.

Hell Kitchen adalah sebuah reality kompetisi dimana perlombaan ataupun persaingan antara para chef – chef yang sudah mumpuni keahliannya dalam memasak atau juga rakyat sipil yang memang jago dalam bidang memasak yang terbagi dalam dua tim (tim biru dan tim merah). Dimana persaingan tersebut tak lain adalah memperebutkan sebuah hadian utama yang menurut logika sangat


(21)

menggiurkan. Sang pemenang akan mendapatkan kesempatan untuk menjadi seorang direktur sekaligus kepala chef dari sebuah restaurant mewah yang sudah disiapkan. Sebagai peserta harus bekerja terlebih dahulu (magang) bisa juga dibilang penyeleksian untuk mengukur kemampuan individu, kerja sama tim, uji kendali mutu, dan kepemimpinan di dalam sebuah restaurant yang bernama Hell Kitchen. Empat hal tersebut mutlak dipunyai oleh seorang juara nantinya. Hal yang menarik pada acara ini adalah adanya seorang kepala chef sekaligus direktur yang bernama Juna Rorempandey pada restaurant Hell Kitchen. Jadi, semua kendali, perintah, mutu masakan, taraf tekstur masakan telah menjadi kewenangan beliau dalam menentukan layak tidaknya sebuah masakan tersebut disajikan untuk pelanggan.

Sejatinya, seorang kepala chef sekaligus direktur dari sebuah restaurant tidak akan mau mengacewakan pelangganya lantaran sebuah masakan yang tidak layak untuk disajikan di sebuah restaurant berkelas mewah di mata masyarakat Indonesia. Untuk itu, chef Juna sangat ketat dalam menilai dan mengamati setiap hasil masakan yang disajikan oleh para peserta Hell Kitchen. Cara yang ketat tersebut ditunjukan dengan perilaku ala “Militer”. Sungguh mengejutkan bila melihat sekilas, seorang chef bukanlah seorang prajurit yang harus digembleng kedisiplinanya untuk berperang di medan perang namun sebagai juru masak yang mengasilkan maskan bagi pelanggannya.


(22)

5

Chef Juna sebagai head chef dari kompetisi ini bernama lengkap Junior Rorimpandey adalah seorang koki profesional kelahiran Manado, 20 Juli 1975.

Chef Juna adalah seorang koki spesialis makanan Jepang dan Perancis yang telah menghabiskan waktu selama kurang lebih 12 tahun di luar negeri. Pada awal karirnya ia mendapat pekerjaan sebagai pelayan di sebuah restoran tradisional Jepang. Selang beberapa lama, master Sushi di tempatnya bekerja menawari Juna untuk menjadi muridnya. Ia bersedia dilatih dari awal dengan metode yang sangat keras. Berkat kemampuannya yang luar biasa, pemilik restoran pun kagum dan mempromosikan Juna untuk mendapatkan Permanent Resident. Tahun 2002, Juna mengambil alih posisi sebagai head chef (kepala koki) di restoran tersebut karena sushi master yang melatih Juna pindah ke restoran lain.

Selanjutnya, pada tahun 2003, Juna pun pindah ke restoran sushi nomor 1 di Houston yang bernama Uptown Sushi dan menjadi Executive Chef di sana. Selang berapa lama juna pindah ke restoran Perancis, The French Laundry yang dikenal sebagai restoran yang menerapkan standar tinggi. Dia pun harus belajar lagi dari awal. Di sana dia dididik dengan sangat keras agar makanan yang dihasilkan terlihat cantik, namun tetap enak dan bergizi. Restoran ini akan memberikan hukuman terhadap kesalahan yang dilakukan kokinya, walaupun sangat sepele. Hal ini berpengaruh terhadap cara Juna memberikan penilaian terhadap peserta yang dihadapinya. Pada dasarnya dia hanya menerapkan apa yang dia peroleh dari pengalamannya. Saat pulang ke Indonesia, dia pun menunjukkan performa yang luar biasa sebagai seorang chef. Dia tahu bagaimana menciptakan suasana


(23)

memasak yang tepat sehingga hasil yang dicapai pun maksimal, saat ini dia menjabat sebagai Executive Chef di restoran Jack Rabbit.

Format program acara ini dirangkai sedemikian rupanya oleh para industri pertelevisian untuk mempengaruhi minat khalayak untuk menonton. Tidak dari kalangan ibu rumah tangga saja yang menonton program acara kuliner ini, para remaja tentunya ikut menyaksikan Hell Kitchen dengan berbagai macam motiv mereka masing-masing. Karena pada dasarnya masyarakat Indonesia memang sangat senang dengan kuliner, karena makanan merupakan bagian kunci kebudayaan suatu negara dan makan bersama memberikan kedekatan. Sebagai contoh adanya kebiasaan pada masyarakat Indonesia untuk makan bersama, tidak hanya bersama keluarga tetapi juga bersama kerabat lainnya. Seperti pada acara hari-hari besar keagamaan, merayakan ulang tahun, dan lainnya.

Alasan penulis memilih SMKN 3 Bandar Lampung sebagai objek penelitian karena SMKN tersebut satu-satunya sekolah yang menyediakan jurusan tata boga di Bandar Lampung. SMKN 3 Bandar Lampung telah ada sejak tahun 1980 merupakan salah satu sekolah yang terletak di Provinsi Lampung yang menyediakan program kejuruan tata boga dan jurusan tata boga ini sendiri hanya terdapat di SMKN 3 Bandar Lampung. Sekolah Menengah Kejuruan ini salah satu lembaga pendidikan formal dan bersifat kejuruan non teknik yang bertanggung jawab untuk menyiapkan tenaga-tenaga terampil. Mereka mempunyai standar dan program tersendiri untuk mendidik dan memberikan keahlian khusus pada


(24)

7

muridnya sehingga mampu untuk terjun langsung di dunia kerja ataupun meneruskan pendidikan yang lebih tinggi.

Siswa di SMKN 3 dituntut untuk mempunyai keahlian memasak sejak dini, mampu menguasai dan mengolah berbagai macam masakan Indonesia maupun kontinental, serta berbagai macam patiseri, cake dan roti. Di Sekolah Menengah Kejuruan ini terdapat banyak pembimbing yang telah berpengalaman mengingat sudah berdiri selama kurang lebih 20 tahun, dengan pembimbing-pembimbing yang berpengalaman diharapkan dapat membantu para siswa untuk dapat menjadi siswa yang berkualitas yang mampu mengapresiasikan bakatnya di bidang tata boga. Peranan pembimbing di sini cukup besar mengingat selain sebagai guru, pembimbing dituntut untuk dapat memberikan motivasi kepada para siswa untuk tetap kreatif dalam membuat kreasi masakan dan terampil, agar dapat memasuki dunia kerja.

Begitu juga dengan program acara Hell Kitchen, bukan hanya program acara kuliner biasa, acara ini menampilkan juru masak atau chef terkenal yang mempunyai kualitas tinggi dalam teknik mengolah masakan juga mempunyai kreasi tinggi dalam meracik bahan makanan. Disetiap episodenya menampilkan banyak resep-resep yang dapat menjadi bahan acuan para khalayak yang menonton untuk menerapkan resep masakan tersebut di rumah. Tayangan Hell Kitchen ini tidak hanya sekedar menjadi program acara hiburan saja, tetapi dapat menjadi acara yang memberikan informasi kepada penikmatnya. Peneliti memilih


(25)

tayangan kuliner Hell Kitchen karena peneliti melihat adanya kedekatan tayangan tersebut dengan siswa SMKN 3 Bandar Lampung. Setiap kontestan dari Hell Kitchen berasal dari sekolah boga atau orang-orang yang bergelut di bidang kuliner. Pada dunia pertelevisian yang sangat bersaing ini acara kuliner yang ada di televisi bukan hanya Hells Kitchen saja, tetapi ada acara-acara kuliner lainnya yaitu

Di dalam penelitian ini, peneliti memilih responden kelas XI dikarenakan, pada jenjang tersebut para siswa sudah banyak mendapatkan ilmu di bidang kuliner. Serta telah mempunyai pemikiran kedepan akan kegunaan ilmu yang telah mereka dapatkan. Serta Teori yang dipilih adalah uses and gratification karena peneliti melihat adanya sikap aktif dalam penggunaan media masa. Model uses and gratificcation menunjukan bahwa yang menjadi permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap prilaku khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak. Jadi khalayaklah yang dilihat aktif yang sengaja media untuk mencapai tujuan khusus.

Di dalam penelitan ini penulis memilih tayangan Hells Kitchen daripada tayangan lain sejenis karena tayangan ini dinilai mempunyai pembawa acara yang cukup handal. Contoh tayangan lain yang sejenis yaitu Simple Cooking, Fish and Chef, dan Magic Cooking. Pada tayanga-tayangan lain tersebut hanya menampilkan sedikit jenis masakan, dan mempunyai format acara yang berbeda. Acara yang


(26)

9

lain memberikan pengetahuan tentang masakan kepada khalayak tetapi tidak terdapat pemodel yang dapat menjadi acuan dalam penelitian.

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah penulis akan melakukan penelitian untuk mengetahui Pengaruh Menonton Tayangan Kuliner Hell Kitchen di SCTV Terhadap Motif Belajar Siswa Jurusan Tata Boga (Studi Pada Siswa Jurusan Tata Boga SMKN 3 Bandar Lampung Kelas XI Tahun Pelajaran 2014/2015

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh antara tayangan kuliner Hell Kitchen yang ditayangkan di SCTV terhadap motif belajar siswa jurusan tata boga di SMKN 3 Bandar Lampung?

2. Berapa besarkah pengaruh tayangan kuliner Hell Kitchen yang ditayangkan di SCTV terhadap motif belajar siswa jurusan tata boga di SMKN 3 Bandar Lampung?


(27)

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Mengetahui pengaruh tayangan kuliner Hell Kitchen di SCTV terhadap motif belajar siswa jurusan tata boga di SMKN 3 Bandar Lampung.

2. Mengetahui serapa besar pengaruh tayangan kuliner Hell Kitchen terhadap motif belajar siswa jurusan tata boga di SMKN 3 Bandar Lampung.

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.4.1 Kegunaan secaraTeoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan khasanah pengetahuan bagi bidang ilmu komunikasi khususnya yang berkaitan dengan komunikasi massa.

1.4.2 Kegunaan secara Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumbangan pengetahuan dan informasi bagi para guru dan murid dalam pemanfaatan media massa, dan dapat juga digunakan sebagai penunjang ataupun untuk merangsang motivasi belajar siswa. Selain itu hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna.


(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Komunikasi Massa 2.1.1 Pengertian Komuikasi Massa

Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Sebelum melangkah secara luas tentang komunikasi massa perlu diketahui arti komunikasi itu sendiri sendiri secara estimologi dikatakan bahwa Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari bahasa latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna (Effendy, 2002:9). Sedangkan secara terminologi yaitu penciptaan makna antara dua orang atau lebih lewat penggunaan simbol-simbol atau tanda-tanda. Komunikasi disebut efektif bila makna yang tercipta relatif sesuai dengan yang diinginkan komunikator. (Mulyana,1999:49).

Kata “massa” dalam pengertian umum dapat diartikan lebih dari sekedar “orang banyak”, seperti orang-orang yang sedang mengerumuni penjual obat atau yang sedang bersama-sama berhenti menanti dibukanya pintu lintasan kereta api. Akan tetapi kata “massa” dalam komunikasi massa bukan sekedar orang banyak di


(29)

menjadi sasaran alat-alat komunikasi massa atau orang-orang pada ujung lain dari

saluran”. (Berlo, 1960). Massa mengandung pengertian orang banyak, tetapi mereka tidak harus berada di suatu lokasi tertentu yang sama. Mereka dapat tersebar atau terpencar di berbagai lokasi yang dalam waktu yang sama atau hampir bersamaan dapat memperoleh pesan-pesan komunikasi yang sama. John R Bittner (1996) mengatakan bahwa dalam komunikasi massa kita membutuhkan gatekeeper (pentapis informasi atau palang pintu) yakni beberapa individu atau kelompok yang bertugas menyampaikan atau mengirimkan informasi dari individu ke individu yang lain melalui media massa (surat kabar, majalah, televisi, radio, video tape, compact disk, buku). (Nurudin, 2003:5-6)

Definisi yang dikemukakan oleh Bittner di atas menekankan akan arti pentingnya gatekeeper dalam proses komunikasi massa. Inti dari pendapat itu bisa dikatakan bahwa, dalam proses komunikasi massa disamping melibatkan unsur-unsur komunikasi sebagaimana umumnya, ia membutuhkan peran media massa sebagai alat untuk menyampaikan atau menyebarkan informasi. Media massa itu tidak berdiri sendiri. Di dalamnya ada beberapa individu yang bertugas melakukan pengolahan informasi sebelum informasi itu sampai kepada audience-nya. Mereka yang bertugas itu sering disebut sebagai gatekeeper. Jadi, informasi yang diterima

audience dalam komunikasi massa sebenarnya sudah diolah oleh gatekeeper dan disesuaikan dengan misi, visi, media yang bersangkutan, khalayak sasaran dan orientasi bisnis atau ideal yang menyertainya. Bahkan, seringpula disesuaikan


(30)

13

dengan kepentingan penanaman modal atau aparat pemerintah yang tidak jarang ikut campur tangan dalam sebuah penerbitan. (Nurudin, 2003:6)

Berdasarkan pengertian tentang komunikasi massa diatas, penulis menyimpulkan bahwa komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa modern, cetak maupun elektronik yang dalam penyampaian informasi yang ditunjuk kepada seejumlah khalayak (komunikan). Tayangan kulinel Hell Kitchen di SCTV termasuk media baru yang berperan menyampaikan informasi kepada khalayak, serta ruang untuk mendapatkan informasi dari apa yang di tampilkan pada layar kaca. Dalam penelitian ini tayangan kuliner Hell Khitchen memiliki peran penting dalam memberikan pengetahuan, seperti ilmu untuk mempelajari kuliner atau masak-memasak yang dilakukan oleh siswa SMKN 3 Bandar Lampung.

2.1.2 Ciri-Ciri Komunikasi Massa

Dengan demikian, media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audience yang luas dan heterogen kelebihan media massa dibanding dengan jenis komunikasi lain adalah ia bisa mengatasi hambatan ruang dan waktu. Bahkan media massa mampu menyebarkan pesan hampir seketika pada waktu yang tak terbatas. Komunikasi massa memiliki ciri-ciri khusus yang membedakannya dengan komunikasi jenis lainnya. Seperti yang dikatakan oleh Severin dan Tankard Jr yang dikaitkan dengan pendapat Devito (Onong Ochjana Effendy: 2003 : 23 – 24). Komunikasi


(31)

massa mempunyai ciri-ciri khusus yang disebabkan oleh sifat-sifat komponennya, adapun ciri-cirinya sebagai berikut:

1. Komunikasi massa berlangsung satu arah

Dalam komunikasi massa tidak terdapat arus balik dari komunikan kepada komunikator. Komunikator tidak mengetahui bagaimana tanggapan para pembacanya terhadap pesan atau berita yang disampaikannya.

2. Komunikasi pada komunikasi massa melembaga

Ciri selanjutnya adalah komunikasi pada komunikasi massa dilakukan oleh suatu institusi atau organisasi yang melembaga.

3. Pesan pada komunikasi massa bersifat umum

Pesan yang disebarkan melalui media massa bersifat umum (public) karena ditujukan kepada umum dan mengenai kepentingan umum. Jadi tidak ditujukan kepada perorangan atau kepada sekelompok orang tertentu. 4. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan

Media massa berkemampuan untuk menimbulkan keserempakan (simultaneity) pada pihak khalayak dalam menerima pesan-pesan yang disebarkan.

5. Komunikasi massa bersifat heterogen

Komunikasi adalah khalayak yang merupakan kumpulan anggota masyarakat yang terlibat dalam proses komunikasi massa sebagai sasaran yang dituju komunikator bersifat heterogen. Dalam keberadaannya secara terpecah-pecah, dimana satu sama lain tidak saling mengenal dan tidak


(32)

15

memiliki kontak pribadi, masing-masing berbeda dalam berbagai hal, jenis kelaminnya, usia, agama, ideologi, pekerjaan, pendidikan, pengalaman hidup, kebudayaan, pandangan hidup, keinginan, cita-cita dan sebagainya. Tayangan kuliner Hell Khitchen yang di pilih oleh penulis sebagai bahan penelitian merupakan media masa yang dapat menyampaikan pesan kepada

audience secara tepat dan cepat. Dan pesan yang ditampilkan secara umum yang dapat dnikmati oleh seluruh lapisan masyarakat.

2.1.3 Fungsi Komunikasi Massa

Komunikasi massa merupakan perluasan dari komunikasi. Untuk menentukan fungsi komunikasi massa, MacBride dalam (Hafied Cangara 2004: 57-58) menjelaskan mengenai fungsi komunikasi yang tidak hanya sebatas pertukaran berita dan pesan, tapi juga sebagai kegiatan individu dan kelompok. Adapun fungsi komunikasi massa diantaranya:

1. Informasi

Pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, penyebaran berita, data, gambar, fakta, dan pesan, opini dan komentar yang dibututuhkan agar orang dapat mengerti dan bereaksi secara jelas terhadap kondisi internasional, lingkungan, dan orang lain, dan agar dapat menambil keputusan yang tepat.


(33)

Penyedian sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif yang menyebabkan ia sadar akan fungsi sosialnya sehingga ia dapat aktif di masyarakat. 3. Motivasi

Menjelaskan tujuan setiap masyarakat, mendorong menentukan pilihan dan keinginannya, mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan bersama yang akan dikejar.

4. Perdebatan dan Diskusi

Menyediakan sarana saling tukar fakta yang diperlukan masyarakat, agar masyarakat lebih melibatkan diri dalam masalah yang menyangkut kegiatan bersama.

5. Pendidikan

Mendorong perkembangan intelektual, pembukaan watak, keterampilan yang diperlukan pada semua bidang kehidupan.

6. Memajukan kebudayaan

Penyebarluasan hasil budaya dan seni dengan tujuan membangun imajinasi dan mendorong kreatifitas serta kebutuhan estetika kelompok dan individu.

7. Hiburan

Penyebarluasan segala bentuk hiburan untuk rekreasi dan kesenangan kelompok dan individu.


(34)

17

8. Integrasi

Menyediakan ruang bagi khalayak untuk saling mengenal dan mengerti dan menghargai kondisi, pandangan, dan keinginan orang lain.

Berdasarkan pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa, dalam tayangan kuliner Hell Kitchen terdapat fungsi komunikasi dalam penyebar informasi dan memberikan sarana pendidikan (mass education) terhadap pembacanya melalui sebuah tayangan yang mendidik yang berisikan berbagai macam topik untuk memenuhi kebutuhan akan pengetahuan kuliner.

2.2. Tinjauan Tentang Media Massa 2.2.1. Pengertian Media Massa

Menurut Ardianto dan Erdiyana (2004:39)

Media yang dimaksud dalam proses komunikasi massa yaitu media yang memiliki ciri khas, mempunyai kemampuan untuk memikat perhatian khalayak secara serempak (simultaneous) dan serentak (instantaneous). Para sarjana sepakat bahwa jenis-jenis media digolongkan dalam media massa ialah pers, rdio, televisi dan film. Media massa inilah yang paling sering menimbulkan masalah dalam semua bidag kehidupan yang semakin lama semakin kompleks karena perkembangan teknologi. Sehingga senantiasa memerlukan pengkajian yang seksama.”

Menurut cangar (2006:122) media massa adalah alat yang digunakan dalam menyampaikan pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi seperti surat kabar, film, radio, televisi. Meedia massa sangat berpengaruh pada kehidupan manusia karena media massa yang merupakan hasil dari kemajuan ilmu pegetahuan dan teknologi canggih bisa meningkatkan intensitas, kecepatan, dan jangkauan komunikasi dengan pengaruh


(35)

sosial yang cukup besar. Dengan adanya alat-alat komunikasi massa yang canggih, maka alat-alat tesebut tidak dapat dipisahkan dari kehidupa manusia zaman sekarang ini.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas penulis menyimpulkan bahwa media massa adalah suatu alat atau media yang berguna sebagai perantara untuk menyampaikan informasi dari sumber kepada khalayak umum secara serempak. Media massa dapat mengatasi hambatan berupa pembatasan yang diadakan oleh waktu, tempat maupun kondisi geografis. Melalui media pertelevisian kita dapat mengambil banyak informasi dari acara yang ditayangkan untuk dijadikan pembelajaran dengan cepat dan mudah melalui media massa. Hal ini karena media massa memiliki kemampuan utuk memberikan informasi-informas secara efektif. 2.2.2. Fungsi Media Massa

Media massa mempunyai fungsi-fungsi berikut (Werner dan James, 2005:86) 1) Pengawasan (Surveillance)

Pengawasan atau surveillance, fungsi pertama memberi informasi dan menyediakan berita. Dalam membentuk fungsi ini, media sering kali memperingatkan kita akan bahaya yang mungkin terjadi seperti kondisi cuaca ekstrime atau berbahaya atau ancaman militer. Fungsi pengawasan juga termasuk berita yang tersedia di media yang penting dalam ekonomi, publik dan masyarakat, seperti laporan bursa pasar, lalu lintas, cuaca, dan sebagainya. Kepanikan dapat saja terjadi karena ada penekanan yang berlebihan terhadap bahaya atau ancaman terhadap masyarakat.


(36)

19

2) Korelasi (Correlation)

Korelasi, fungsi yang kedua adalah seleksi dan interpretasi informasi tentang lingkungan. Media sering kali memasukan kritik dan cara bagaimana seseorag harus bereaksi terhadap kejadian tertentu. Karena itu korelasi merupakn bagian media yang berisi editorial dan propaganda. Fungsi korelasi bertujuan untuk menjalankan norma social dan menjaga konsensus dengan mengekspos penyimpangan, enberukan status dengan cara menyoroti individu terpilih, dan dapat berfungsi untuk mengawasi pemerintah. Dalam menjalankan fungsi korelasi, media sering kali bisa menghalangi ancaman terhadap stabilitas sosial dan memonitor atau mengatur opini publik. Fungsi korelasi dapat menjadi disfungsi ketika media terus-menerus melanggengkan stereotype dan menumbuhkan kesamaan, menghalangi perubahan social, dan inovasi, mengurangi kritik dan melindungi serta memperluas kekuasaan yang mungkin perlu diawasi.

3) Penyampaian Warisan Social

Penyampain warisan social merupakan suatu fungsi dimana media menyampaikan informasi, nilai, dan norma dari satu generasi ke generasi berikutya atau dari anggota masyarakat ke kaum pendatang. Dengan cara ini, mereka bertujuan untuk meningkatkan kesatuan masyarakat dengan cara memperluas dasar pengalaman umum mereka. Mereka membantu


(37)

integrasi individu ke masyarakat baik dengan cara melanjutkan sosialisasi setelah pendidikan formal berakhir, ataupun dengan mengawalinya pada masssa-massa prasekolah. Telah diketahui bahwa media dapat mengurangi perasaaan terasing pada individu atau perasaan tak menentu melalui wadah masyarakat tempat dia dapat mengidentifikasikan dirinya. Namun demikian, mengingat sfatnya yang cenderung tidak pribadi, media massa dituduh ikut berperan dalam depersonalisasi masyarakat. Media massa diletakan dia antara individu dan menggeser hubungan langsung pribadi dalam komunikasi.

4) Hiburan

Sebagian besar isi media mungkin dimaksudkan sebagai hiburan, bahkan di surat kabar sekalipun, memngingat banyaknya kolom, fitur, dan bagian selingan. Media hiburan dimaksudkan untuk memberi waktu istirahat dari masalah setiap hari dan mengisi waktu luang. Media mengekspose budaya massa berupa seni dan musik pada berjuta-juta orang, dan sebagian orang yang tidak sepaham dengan mengatakan bahwa media mendorong orang melarikan diri dari masalah, merusak kesenian, merendahkan selera publik dan menghalangi perkembangan apresiasi terhadap seni.

Dari fungsi-fungsi diatas media massa digunakan dalam proses komunikasi massa, yaitu komunikasi yang diarahkan kepada orang banyak, termasuk dalam media massa adalah surat kabar, majalah, televisi, film, dan internet. Media massa sering digunakan untuk mengukur, membentuk, ataupun mempengaruhi pendapat


(38)

21

umum (opini masyarakat) dan juga berperan dalam memberikan pendidikan bagi penggunanya, yang dalam penelitian ini untuk mendapatkan pengetahuan tentnag kuliner pada tayangan kuliner Hell Kitchen.

2.2.3.Karakteristik Media Massa

Menurut cangara (2002:134-135), karaktristik media massa yaitu:

1) Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media terdiri dari banyak orang, yakni melalui dari pengumpulan, pengelolaan sampai pada penyajian.

2) Bersifat satu arah, artinya komunikasi yang dilakukan kurang memungkinkan terjadinya dialog antara engirim dan penerima. Kalaupun terjadi reaksi atau umpan balik, biasanya memerlukan waktu dan tertunda. 3) Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak,

karena ia memiliki kecepatan. Bergerak secara luas dan simultan, dimana informasi yang disampaikan diterima oleh banyak orang pada saat yang sama.

4) Memakai peralatan teknis atau mekanis, seperti radio televisi, surt kabar, dan semacamnya.

5) Bersifat terbuka, artinya pesanya dapat diterima oleh siapa saja dan dimana saja tanpa mengenal usia jenis kelamin dan suku bangsa.

Dari pernyataan diatas penulis menyimpulkan bahwa media massa, khususnya media elektronik memiliki karakteristik yaitu cepat dalam menyampaikan


(39)

informasi, dapat menjangkau khalayak yang lebih luas dan lebih menarik karena dikemas dengan memadukan tulisan, gambar maupun vidio. Karakteristik ini lah yang dimiliki tayangan kuliner Hell Kitchen dalam menyampaikan informasi yang mudah dan cepat melalui media televisi, sehingga memudahkan siswa untuk mendapatkan informasi tentang kuliner.

2.3. Tinjauan Tentang Media Televisi

Televisi ditemukan tahun 1884 oleh Paul Nipkov di Jerman Timur yang menemukan elecrische teleskop dan terus mengalami modifikasi mengikuti perkembangan teknologi dimana telepon, telegraf dan fotografi ditemukan (Kuswandi Wm 1996:6). Televisi adalah sebuah alat elektronik yang merupakan gabungan antara audio dan film yang dapat menerima pesan yang dipancarkan dari stasiun pemancar televisi.

Media televisi merupakan media yang terpopuler dan digemari khalayak. Benda berbentuk kotak (pada umumnya) dengan kemampuan audio-visual sejak tahun 1980 telah menggeser popularitas media radio. Media ini tidak hanya sebuah benda mati tetapi sebuah showbiz yang penuh dengan kreasi dan inovasi yang mampu mengangkat dirinya dan menghipnotis publik.

Media televisi mempunyai kelebihan dan kekurangan yang akan diperjelas sebagai berikut:

1. Kelebihan : media televisi mampu menampilkan pesan berupa gambar hidup dengan suaranya, jangkauan lebih luas dari media lainnya, serta


(40)

23

komunikasi yang berlangsung antara komunikator dengan komunikan seolah-olah langsung.

2. Kekurangan : pesan yang disampaikan bersifat time-bond atau terikat dengan waktu, khalayak yang ingin menikmati pesan harus memiliki alat televisi (Kuswandi W, 1996;8-10)

Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa terlepas dari yang namanya televisi. Salah satu alat elektronik yang sekarang sudah seperti kebutuhan primer bagi manusia. Tidak melihat televisi sehari saja kita mungkin sudah ketinggalan banyak informasi. Televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Dari sekian banyak media komunikasi massa seperti surat kabar,majalah, radio, televisi, internet dan film, ternyata televisi lah yang menduduki tingkat teratas yang diminati banyak khalayak.

Karena kelebihan televisi yang menampilkan informasi secara menarik melalui audio visual hal inilah yang memudahkan khalayak untuk menerima informasi secara cepat dan mudah. Televisi sebagai media komunikasi massa selain sebagai penyampai informasi ternyata memiliki banyak fungsi, fungsi televisi menurut (Effendy 1993 : 23-30) :

1. Fungsi penerangan

Didalam fungsi penerangan, televisi dianggap sebagai media yang mampu menyiarkan informasi yang amat memuaskan. Hal ini disebabkan dua yang


(41)

kedua “realism”. Immediacy, langsung dan dekat peristiwa yang disiarkan televisi dapat didengarkan oleh masyarakat seketika atau saat peristiwa terjadi. Realism mengandung makna kenyataan yang berarti apa adanya sesuai dengan kenyataan.

2. Fungsi pendidikan

Media televisi dalam fungsi pendidikan diharapkan mampu untuk menyiarkan acara pendidikan kepada khalayak yang jumlahnya banyak secara berkesinambungan. Diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan dan penalaran masyarakat.

3. Berfungsi sebagai hiburan

Selain sebagai media informasi dan mendidik televisi menjadi media penghibur untuk khalayak. Berbagai macam tayangan yang disajikan dapat dinikmati masyarakat.

Ardianto dan Erdinaya (2004:128-130) membahas tentang karakteristik televisi yaitu sebagai berikut: (1) Audiovisual, (2) Berpikir dalam gambar, (3) Pengoperasian lebih komplek. Dari keterangan tersebut diatas penulis dapat memahami isi dan maknanya, dan berusaha mengimpretasikan berdasarkan persepsi penulis yaitu sebagai berikut:

1. Audiovisual

Televisi memiliki kelebihan, yakni dapat didengar sekaligus dapat dilihat (audiovisual). Jadi, apabila khalayak radio siaran hanya mendengar kata-kata, musik dan efek suara, maka khalayak televisi dapat melhat gambar


(42)

25

yang bergerak. Namun demikian tidak berarti gambar lebih penting daripada kata-kata. Keduanya ada kesesuaian secara harmonis.

2. Berpikir dalam gambar

Ada dua tahap yang dilakukan dala proses berpikir dalam gambar. Pertama, adalah visualisasi (visualization), yakni menerjemahkan kata-kata yang mengandung gagasan yang menjadi gambar secara individual. Dalam proses visualisasi, pengarah acara harus berusaha menunjukan objek-objek tertentu menjadi gambar yang jelas dan menjadikannya sedemikian rupa, sehingga mengandung suatu makna. Kedua, adalah penggambaran (picturization), yakni kegiatan merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa, sehingga kontinuitasnya mengandung makna tertentu.

3. Pengoperasian lebih kompleks

Dibandingkan dengan radio siaran, pengoperasian televisi siaran lebih kompleks, dan lebih banyak melibatkan orang. Untuk menayangkan acara siaran berita saja dapat melibatkan 10 orang. Mereka terdiri dari produser, pengarah acara, pengarah teknik, pengarah studio, pemandu gambar, dua atau tiga juru kamera, juru video, juru audio, juru rias, juru suara, dan lain-lain. Apalagi bila menyangkut acara drama musik yang lokasinya diluarstudio, tentu lebih banyak lagi melibatkan orang atau sering juga disebut kerabat kerja televisi (crew). Peralatan yang digunakannya pun lebih banyak dan untuk mengoperasikannya lebih rumit dan harus


(43)

dilakukan oleh orang-orang yang terampil dan terlatih. Dengan demikian media televisi lebih mahal daripada surat kabar, majalah dan radio siaran. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa media televisi adalah alat atau media komunikasi yang dapat memberikan pesan berupa gambar dan suara (audio-visual) kepada komunikan yang berasal dari stasiun pemancar televisi. Dalam penelitian ini, media televisi yang dipakai pemirsa untuk dapat menyaksikan tayangan Hell Kitchen yang merupakan pesan yang berasal dari stasiun SCTV dan ditampilkan melalui layar televisi.

2.4. Tinjauan Tentang Tayangan Hell Kitchen di SCTV

Tayangan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sesuatu yang ditayangkan atau dipertunjukkan (KBBI, 1994: 107). Biasanya istilah tayangan berkaitan dengan televisi atau film (media massa audio visual). Media televisi pada hakekatnya merupakan sistem komunikasi yang menggunakan suatu rangkaian gambar elektronik, yang dipancarkan secara cepat, berurutan dan diiringi unsur audio (Sutrisno, 1993: 1).

Istilah televisi itu sendiri terdiri dari "tele" yang berarti jauh dan "visi" yang berarti penglihatan. Sedangkan secara lebih jauh televisi siaran merupakan media dari jaringan dengan ciri-ciri yang memiliki komunikasi massa, yaitu berlangsung satu arah. Dengan demikian televisi merupakan media audio visual yang disebut juga dengan media pandang dengar atau sambil didengar langsung pula dapat dilihat.


(44)

27

Ilusi gerakan dalam televisi dihasilkan melalui penampilan tiga puluh gambar fragmen pada setiap detik. Melalui presistensi daya penglihatan dan kemampuan otak menahan setiap gambar sampai seterusnya. Seseorang tidak akan menyadari kenyataan bahwa matanya secara nyata melihat rangkaian perubahan demikian cepat dari sejumlah besar perbedaan gambar-gambar fragmen terdiri atas dua ratus lima puluh ribu titik-titik gambar dengan kecemerlangan yang bervariasi seperti melukis diatas layar.

Hell Kitchen adalah sebuah reality kompetisi dimana perlombaan ataupun persaingan antara para chef – chef yang sudah mumpuni keahliannya dalam memasak. Dimana persaingan tersebut tak lain adalah memperebutkan sebuah hadian utama yang sangat menggiurkan. Sang pemenang akan mendapatkan kesempatan untuk menjadi seorang direktur sekaligus kepala chef dari sebuah restaurant mewah yang sudah disiapkan. Sebagai peserta harus bekerja terlebih dahulu (magang) bisa juga dibilang penyeleksian untuk mengukur kemampuan individu, kerja sama tim, uji kendali mutu, dan kepemimpinan di dalam sebuah restaurant yang bernama Hell Kitchen. Empat hal tersebut mutlak dipunyai oleh seorang juara nantinya. Hal yang menarik pada acara ini adalah adanya seorang kepala chef sekaligus direktur yang bernama Chef Juna pada restaurant Hell Kitchen. Jadi, semua kendali, perintah, mutu masakan, taraf tekstur masakan telah menjadi kewenangan beliau dalam menentukan layak tidaknya sebuah masakan tersebut disajikan untuk pelanggannya.


(45)

Sejatinya, seorang kepala chef sekaligus direktur dari sebuah restaurant tidak akan mau mengacewakan pelangganya lantaran sebuah masakan yang tidak layak untuk disajikan di sebuah restaurant berkelas mewah di mata masyarakat Indonesia. Untuk itu, chef Juna sangat ketat dalam menilai dan mengamati setiap hasil masakan yang disajikan oleh para peserta Hell Kitchen. Cara yang ketat tersebut

ditunjukan dengan perilaku ala “MILITER”. Sungguh mengejutkan bila melihat

sekilas, seorang chef bukanlah seorang prajurit yang harus digembleng kedisiplinanya untuk berperang di medan perang namun sebagai juru masak yang mengasilkan maskan bagi pelanggannya.

Rasa enak tidak cukup sebagai chef untuk menenujukan kemampuannya dalam memasak. Tetapi lain halnya dengan chef Juna, beliau memiliki kriteria tersendiri di setiap masakan dan makanan yang tercantum dalam menu pada restaurantnya. Dia tidak mau bahkan menolak dengan kata-kata yang tak semestinya kepada peserta yang tak mengikuti standartnya dalam mengolah masakan. Memang pada acara ini, chef Juna sering mengeluarkan kata-kata kotor kepada para peserta yang salah dalam menjalankan standart versi dirinya dalam hal memasak. Itu dilakukan karena beliau ingin para peserta menghasilkan sebuah masakan yang layak bagi pelanggannya. Tidak hanya hasil maskananya saja yang diperhatika oleh beliau, tata kelola kerja dalam memasak pun tak luput dari pandangannya. Karena bagi beliau, pelanggan adalah seorang raja baginya. Standart itu pula yang menjadikan restaurantnya menjadi restaurant yang berkelas di Amerika. Memang benar jika sekolah khusus bagi seseorang yang menjadi chef di Amerika sangat ketat dan


(46)

29

seperti militer. Kedisiplinan, keuletan, kelincahan dalam memasak sangat dibutuhkan dalam diri seorang chef.

Chef Juna sebagai head chef dari kompetisi ini bernama lengkap Junior Rorimpandey adalah seorang koki profesional kelahiran Manado, 20 Juli 1975.

Chef Juna adalah seorang koki spesialis makanan Jepang dan Perancis yang telah menghabiskan waktu selama kurang lebih 12 tahun di luar negeri. Pada awal karirnya ia mendapat pekerjaan sebagai pelayan di sebuah restoran tradisional Jepang. Selang beberapa lama, master Sushi di tempatnya bekerja menawari Juna untuk menjadi muridnya. Ia bersedia dilatih dari awal dengan metode yang sangat keras. Berkat kemampuannya yang luar biasa, pemilik restoran pun kagum dan mempromosikan Juna untuk mendapatkan Permanent Resident. Tahun 2002, Juna mengambil alih posisi sebagai head chef di restoran tersebut karena sushi master yang melatih Juna pindah ke restoran lain. Selanjutnya, pada tahun 2003, Juna pun pindah ke restoran sushi nomor 1 di Houston yang bernama Uptown Sushi dan menjadi Executive Chef di sana.

Selang berapa lama juna pindah ke restoran Perancis, The French Laundry yang dikenal sebagai restoran yang menerapkan standar tinggi. Dia pun harus belajar lagi dari awal. Di sana dia dididik dengan sangat keras agar makanan yang dihasilkan terlihat cantik, namun tetap enak dan bergizi. Restoran ini akan memberikan hukuman terhadap kesalahan yang dilakukan kokinya, walaupun sangat sepele. Hal ini berpengaruh terhadap cara Juna memberikan penilaian


(47)

terhadap peserta yang dihadapinya. Pada dasarnya dia hanya menerapkan apa yang dia peroleh dari pengalamannya. Saat pulang ke Indonesia, dia pun menunjukkan performa yang luar biasa sebagai seorang chef. Dia tahu bagaimana menciptakan suasana memasak yang tepat sehingga hasil yang dicapai pun maksimal, saat ini dia menjabat sebagai Executive Chef di restoran Jack Rabbit. 2.5. Tinjauan Tentang Motif Belajar

2.5.1. Pengertian Motif

Motif merupakan faktor penggerak maupun dorongan yang dapat memicu timbulnya rasa semangat dan juga mampu merubah tingkah laku manusia atau individu untuk menuju pada hal yang lebih baik untuk dirinya sendiri. Sardiman (1986: 750) menjelaskan motif belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Banyak peserta didik yang tidak berkembang dalam belajar karena kurangnya motif yang dapat mendorong semangat peserta didik dalam belajar. Martinis (2007: 219) juga berpendapat bahwa motif belajar merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah ketrampilan, pengalaman. Agus Suprijono (2009: 163) menjelaskan motif belajar adalah proses yang memberi semangat belajar, arah, dan kegigihan perilaku.

Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama. Pendapat lain dikemukakan oleh Mc. Donald dalam Sardiman


(48)

31

(1986: 73) mengartikan motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Motif tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu. Oemar Hamalik (2004: 173) menjelaskan motivasi dapat berupa dorongan-dorongan dasar atau internal dan intensif diluar individu atau hadiah.

Motif adalah proses membangkitkan, mempertahankan, dan mengontrol minat-minat. Pendapat lain mengenai motivasi juga dikemukakan oleh Dimyati dan Mudjiono (2009: 80) yang mengatakan bahwa motif dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan pengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Berdasarkan pengertian mengenai motif di atas dapat disimpulkan bahwa motif merupakan suatu dorongan yang dimiliki seseorang untuk melakukan sesuatu, dan juga sebagai pemberi arah dalam tingkah lakunya, salah satunya dorongan seseorang untuk belajar.

Motif dapat dibedakan berdasarkan jenis-jenisnya. Ada jenis motif yang terjadi karena keinginan seseorang yang ingin mendapatkan sesuatu. Jenis motif lain yaitu motif yang yang terjadi karena seseorang tersebut ingin mengejar target yang telah ditentukan agar berhasil sesuai dengan apa yang diharapkan. Biggs dan Telfer dalam Sugihartono, dkk (2007:78) menjelaskan jenis-jenis motivasi belajar dapat dibedakan menjadi empat macam, antara lain:


(49)

(1) Motivasi instrumental;(2) Motivasi sosial, peserta didik belajar untuk penyelenggarakan tugas;(3) Motivasi berprestasi;(4) Motivasi instrinsik.

Motivasi Instrumental merupakan dorongan yang membuat peserta didik belajar karena ingin mendapatkan hadiah. Motivasi sosial menjadikan peserta didik lebih terlibat dalam tugas. Peserta didik belajar untuk meraih keberhasilan yang telah ditentukan, karena peserta didik memiliki motivasi berprestasi, dan peserta didik memiliki rasa ingin belajar dengan keinginannya sendiri karena mendapatkan dorongan dari motivasi instrinsik. Ngalim Purwanto (2003: 72) menyebutkan bahwa motif mengandung tiga komponen pokok:

“(1) Menggerakan;(2) Motivasi juga mengarahkan atau menyalurkan

tingkah laku;(3) Menopang dan menjaga tingkah laku”.

Berdasarkan komponen diatas, maka dapat disimpulkan bahwa motif belajar memiliki beberapa jenis dan juga mengangandung komponen, antara lain menggerakkan, mengarahkan, dan menopang atau menjaga tingkah laku. Pada dasarnya motif itu dapat muncul dari diri sendiri maupun dari orang lain, sehingga para siswa mampu meningkatkan motiv belajarnya bisa karena dirinya sendiri maupun dari orang lain.

Orang termotivasi dapat dilihat dari ciri-ciri yang ada pada diri orang tersebut. Ciri-ciri orang termotivasi anatara lain tidak mudah putus asa dalam menyelesaikan suatu pekerjaan, selalu merasa ingin membuat prestasinya semakin meningkat. Sardiman (2009: 83) mengemukakan motif yang ada pada setiap orang itu memiliki ciriciri sebagai berikut:


(50)

33

“(1) Tekun menghadapi tugas; (2) Ulet menghadapi kesulitan; (3) Menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah; (4) Lebih senang bekerja mandiri; (5) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin; (6) Dapat mempertahankan pendapatnya; (7) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu; (8) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal”. Nana Sudjana (2002: 61) berpendapat motivasi siswa dapat dilihatdari beberapa hal, antara lain :

“(1) Minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran; (2) Semangat siswa

untuk melakukan tugas-tugas belajarnya; (3)Tanggungjawab siswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajarnya; (4) Reaksi yang ditunjukkan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru; (5) Rasa senang dan puas dalam

mengerjakan tugas yang diberikan”.

H. Djali (2009: 109-110) menyebutkan bahwa individu yang memiliki motif yang tinggi memiliki karakteristik sebagai berikut:

“(1) Menyukai situasi atau tugas yang menuntut tanggung jawab pribadi;

(2) Memilih tujuan yang realistis; (3) Mencari situasi atau pekerjaan dimana ia memperoleh umpan batu dengan segera dan nyata untuk menentukan baik atau tidaknya hasil atau pekerjaannya; (4) Senang berkerja sendiri dan bersaing untuk mengungguli orang lain; (5) Mampu menggunakan pemuasan keinginannya demi masa depan yang lebih baik; (6) Tidak tergugah untuk sekedar mendapatkan uang, status atau

keunggulannya tetapi lambang prestasilah yang dicarinya”.

Hamzah B.Uno (2008: 23) mengemukakan bahwa ciri-ciri atau indikator motivasi antara lain :

“(1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil; (2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar;(3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan;(4) Adanya penghargaan dalam belajar; (5) Adanya kegiatan yang menarik

dalam kegiatan ;(6) belajarAdanya lingkungan belajar yang kondusif”.

Berdasarkan ciri-ciri diatas maka dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki ciri-ciri termotivasi adalah siswa yang ulet dalam menyelesaikan tugas, siswa tekun, menunjukan minat, selalu memperhatikan, semangat dan adanya hasrat


(51)

untuk berhasil. Motif memiliki fungsi bagi seseorang, karena motif dapat menjadikan seseorang mengalami perubahan kearah yang lebih baik. Motivasi juga dapat mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Sardiman (2007: 85) menjelaskan motif akan mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu, karena motivasi memiliki fungsi seperti:

“(1) mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor

yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan; (2) menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya; (3) menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan perbuatan yang

tidak bermanfaat lagi bagi tujuan tersebut.”

Oemar Hamalik (2004: 175) menjelaskan fungsi motif antara lain : mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Perbuatan belajar akan terjadi apabila seseorang tersebut memiliki motivasi, sebagai pengarah, artinya dapat menjadi jalan agar mampu menuju arah yang ingin dicapai, sebagai penggerak, berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motif akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan. Berdasarkan fungsi motif diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi motif adalah memberikan arah dalam meraih apa yang diinginkan, menentukan sikap atau tingkah laku yang akan dilakukan untuk mendapatkan apa yang diinginkan dan juga sebagai mendorong seseorang untuk melakukan aktivitas.


(52)

35

Banyak cara yang dapat digunakan sebagai upaya untuk meningkatkan motif, karena Motif merupakan suatu proses psikologis yang mencerminkan sikap. Sardiman (2007: 92) menjelaskan ada beberapa contoh dan cara untuk menumbuhkan motif dalam kegiatan belajar di sekolah. Beberapa bentuk dan cara motif tersebut meliputi :

“(1) memberi angka; (2) hadiah; (3) saingan atau kompetisi; (4)

egoinvolvement; (5) memberi ulangan; (6) mengetahui hasil; (7) pujian; (8)

hukuman; (9) hasrat untuk belajar; (10) minat; (11) Tujuan yang diakui.”

Memberi angka biasanya akan lebih membuat peserta didik menjadi semangat belajar, karena angka merupakan simbol dari perolehan nilainya. Pemberian hadiah akan membuat peserta didik berlomba-lomba untuk mendapatkan hadiah tersebut, sehingga hadiah dapat menjadi motif bagi peserta didik. Saingan ataupun kompetisi akan menjadikan peserta didik berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik. Ego-involvement merupakan salah satu bentuk motif yang sangat penting, karena menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan.

Cara lain untuk menumbuhkan motivasi yaitu dengan cara memberi ulangan, karena dapat memotivasi siswa untuk belajar. Hasil yang baik, apabila diketahui oleh siswa, maka itu dapat lebih mendorong siswa untuk lebih giat belajar lagi. Pujian merupakan motivasi yang baik, diberikan kepada siswa oleh guru ketika siswa tersebut melakukan hal positif. Hukuman dapat menjadi motivasi bagi siswa, apabila penyamnpaiaannya diberikan secara bijak serta tepat, agar siswa


(53)

dapat memahami apa maksud siswa itu diberi hukuman. Minat peserta didik terhadap proses belajar dapat ditunjukkan dengan cara partisipasi siswa terhadap kegiatan pembelajaran. Kesimpulan dari berbagai upaya meningkatkan motif diatas bahwa motif dapat di tingkatkan melalui beberapa upaya antara lain memberikan penghargaan, memberikan hadiah dan juga adanya persaingan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung.

2.5.2 Hakekat Belajar

Belajar merupakan usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh pengalaman atau pengetahuan baru yang dapat merubah tingkah laku, baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Belajar juga dapat terjadi karena interaksi yang dialami oleh individu. Sardiman (2003: 20) menjelaskan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan, misalnya dengan membaca, mengamati, mendengar, meniru, dan lain sebagainya.

Pengertian lain mengenai Belajar dikemukakan oleh Sugihartono, dkk (2007: 74) yang mendefinisikan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Oemar Hamalik (1983: 21) menyatakan bahwa belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan pelatihan. Berdasarkan beberapa pengertian belajar diatas maka dapat disimpulkan


(54)

37

bahwa belajar merupakan proses dimana seorang individu mendapatkan hal atau informasi baru yang terlihat dari interaksi tingkah laku dengan lingkungannya. Perilaku belajar seseorang dapat dilihat dari perubahan-perubahan yang terjadi pada individu yang bersangkutan, karena perubahan itu menunjukkan individu tersebut telah mengalami perilaku belajar. Sugihartono dkk (2007: 76), menjelaskan ciri-ciri perilaku belajar sebagai berikut:

“ 1) Perubahan Tingakah laku terjadi secara sadar; 2) Perubahan bersifat continu dan fungsional; 3) Perubahan bersifat positif dan aktif; 4) Perubahan bersifat permanen; 5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau

terarah; 6) Perubahan mencangkup seluruh aspek tingkah laku”.

Berdasarkan penjelasan diatas maka ciri-ciri perilaku belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku yang terjadi pada individu, baik itu perubahan tingkah laku yang terjadi secara sadar, perubahan bersifat positif maupun perubahan yang terarah. Belajar tentu saja dipengaruhi beberapa faktor, karena setiap individu yang belajar pasti terjadi karena adanya dorongan dari dalam dirinya sendiri, maupun dorongan dari luar dirinya. Sugihartono dkk (2007: 76) menyatakan bahwa terdapat 2 faktor yang mempengaruhi belajar yaitu:

“1) Faktor internal, Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor internal meliputi faktor jasmaniah dan faktor psikologis; 2) Faktor Eksternal, Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar diri individu. Faktor eksternal yang berbengaruh dalam

belajar meliputi faktor keluarga, sekolah, dan faktor masyarakat”.

Berdasarkan faktor belajar diatas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal berasal dari dalam diri sedangkan faktor eksternal berasal dari luar diri seseorang. Belajar dilakukan


(55)

karena ada tujuan yang ingin dicapai, tujuan tersebut yaitu untuk mendapatkan ilmu maupun pengetahuan yang baru. Ditinjau secara umum, Sardiman A.M (2003: 26–27) menjelaskan tujuan belajar ada tiga jenis : untuk mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan, pembentukan sikap. Berdasarkan tujuan belajar tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi atau pengetahuan baru yang dapat digunakan.

Didalam penelitian ini sebagai acuan dari motif belajar peneliti menggunakan teori belajar social, karena dirasa dekat dengan judul yang diajukan. Teori belajar sosial ini dirasa dekat karna menggunakan pemodelan sama seperti dengan penelitian yang dikerjakan. Teori belajar sosial adalah proses belajar yang muncul sebagai fungsi dari pengamatan, penguasaan dan, dalam kasus proses belajar imitasi, peniruan perilaku orng lain. Jenis belajar ini banyak diasosiasikan dengan penelitian Albert Bandura, yang membuat teori belajar social. Di dalamnya ada proses belajar meniru atau menjadikan model tindakan orng lain melalui pengamatan terhadap orang tersebut. Penelitian lebih lanjut menunjukan adanya hubungan antara belajar social dengan belajar melalui klasik dan operant.

Belajar observasional berbeda dengan belajar melalui imtasi. Kedua istilah ini berbeda dalam arti bahwa belajar obserfasional mengarah pada perubahan prilaku sifat akibat mengamati model. Ini tidak selalu berarti bahwa prilaku yang ditunjukan oleh orang lain di duplikasi. Bisa saja si pengamat justru melakukan


(56)

39

sesuatu yang sebaliknya dari yang dilakukan model karena ia telah mempelajari konsekuensi dari perilaku tersebut pada si model. Dalam hal ini adalah belajar untuk tidak melakukan suatu hal dan ini berarti belajar observasional tanpa adanya imitasi.

Penelitian Baadura dirasakan memiliki kemiripan oleh penelitian ini adalah mengenai boneka Bobo yang merupakan demostrasi belajar observasional dan ditunjukan bahwa anak cenderung terlibat dalam perlakuan yang bengis terhadap boneka setelah melihat orang dewasa di televisi melakukan hal tersebut kepada boneka yang sama.

2.6. Penelitian Terdahulu

Sebagai bahan pertimbangan maka penulis mencantumkan referensi dalam penulisan skripsi, yaitu pada skripsi Ary Pamukti Aji (2009) yang berjudul

“Pengaruh Tayangan Moto GP Terhadap Minat Berkendara Agresif Pada Remaja (Studi pada Komunitas Nonton Bareng Moto GP di Dealer Yamaha Teluk Betung)”.

Skripsi Ferdian Satria (2009) yang berjudul “Pengaruh Forum Fotografi Disitus Kaskus Terhadap Pengetahuan Fotografi Mahasiswa, (Studi pada Mahasiswa Komunikasi FISIP Unila Angkatan 2011-2012)”


(57)

2.7. Teori Komunikasi Penunjang Penelitian

Usses and Effec Theory pertama kali dipikirkan oleh Sven Windahl pada tahun 1979. Adanya teory ini merupakan sintesis dari teori sebelumnya, yaitu uses and gratifycations dan teory tradisional mengenai efek. Teori uses and gratification

sendiri memiliki pemahaman bahwa manusia aktif dapat memilih media yang lebih spesifik dan berisi untuk mendapatkan hasil yang mereka inginkan.

Pendekatan ini secara kontraks membandingkan efek dari media dan bukan „apa

yang media lakukan pada pemirsanya‟ (yang menitik beratkan kehomogenan pemirsa dalam komunikasi massa dan melihat media sebagai jarum hepidermik). Khalayak dianggap secara efektif menggunakan media untuk memenuhi dalam semua kebutuhannya. Khalayak aktif dan selektif menerima terpaan/pesan dari media massa yang sampai kepadanya dan ia tidak mau begitu saja menerima semua terpaan itu. Khalayak itu aktif dalam terpaan selektif. Terpaan selektif artinya khalayak memiliki media massa dan isi pesan yang mereka yakini paling sesuai dengan pandangan, pendapat dan pengalamn mereka. Dengan kata lain, khalayak akan menggunakan media massa yang berguna bagi dirinya dan akan cenderung menghindari media yang kurang berguna bagi dirinya.

Khalayak dikatakan aktif karena mereka memiliki pihak untuk mengevaluasi bergbai macam tipe media untuk mencapai suatu tujun komunikasi yang baik. Konsep “usses” merupakan bagian yang sangat penting atau pokok dari suatu


(58)

41

penyebabnya, akan memberi jalan bagi pemahaman dan perkiraan tentang hasil dari suatu proses komunikasi massa (Sendjaja. 2004:41). Penggunaan media massa dapat memiliki banyak arti. Ini dapat berarti exposure yang semata-mata menunjukan pada tindakan mempersepsi. Dalam konteks lain, pengertian tersebut dapat menjadi suatu proses yang lebih kompleks, dimana isi terkait harapan-harapan tertentu untuk dapat dipenuhi, fokus dari teori ini lebih kepada pengertian kedua. (Bungin, burhan. 2006:291)

Dalam S. Djuasa Sendjaja (1999:216), mendefinisikan sebagai berikut :

“Dalam usses and gratificaion, penggunaan media pada dasarnya ditentukan oleh kebutuhan dasar individu, sementara pada uses and effect, kebutuhan hanya salah sau dari faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penggunaan media. Harapan dan presepsi terhadap media, tingkat akses kepada media, akan membawa individu kepadda keputusan

untuk menggunakan atau tidak menggunakan isi media massa.”

Asumsi dasar pada penggunaan media terhadap model usses and gratification terbagi menjadi tiga variabel, yaitu :

1) Jumlah waktu, dimensi ini menyajikan jumlah waktu yang digunakan dalam menggunakan media.

2) Jenis isi media, dimensi ini menyajikan jenis isi media yang dipergunakan 3) Hubungan, dimensi menyajikan perihal hubungan antara individu

konsumen media dengan isi media yang dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan (Sendjaja, S. Djuarsa. 1999:214)

Dalam penelitian ini prinsip dasar yang terkandung yaitu, dimana para pengguna media massa mendapatkan suatu efek setelah menggunakan media massa tertentu. Dengan demikian seseorang dapat menghaapkan atau memperkirakan suatu kaitan erat antara pesan-pesan media dan reaksi audience. Demikian halnya pada suatu tayangan kuliner yang memberikan informasi tentang pengetahuan memasak.


(59)

Pengetahuan itu akan membuat khalayak mampu mengambil informsi didalam acara tersebut. Dengan demikian, secara tidak langsung khalayak menerima efek atau pengaruh setelah menonton tayangan.

Tabbel 1. Model Uses and Gratification

Teori belajar sosial yang dikemukakan oleh Albert Bandura yang menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif serta factor pelaku memainkan peran penting dalam pembelajaran. Faktor kognitif berupa ekspektasi/penerimaan siswa untuk meraih keberhasilan, factor social mencakup pengamatan siswa terhadap perilaku pemodelannya. Albert Bandura merupakan salah satu perancang teori kognitif social. Menurut Bandura ketika siswa belajar mereka dapat merepresentasikan atau mentrasformasi pengalaman mereka secara kognitif. Bandura mengembangkan model deterministic resipkoral yang terdiri dari tiga faktor utama yaitu perilaku, person/kognitif dan lingkungan. Faktor ini bisa saling berinteraksi dalam proses pembelajaran. Faktor lingkungan mempengaruhi perilaku, perilaku mempengaruhi lingkungan, faktor person/kognitif mempengaruhi perilaku. Faktor person Bandura tak punya kecenderungan

Astenden Motif Penggunaan Media Efek

a.Variabel Individusl b. Individual Lingkungan

a.Personal b.Divensi

c.Personal Identity

a.Hubungan b.Macam Isi c.Hubungan dengan Isi

a.Kepuasan b.Pengetahuan


(60)

43

kognitif terutama pembawaan personalitas dan temperamen. Faktor kognitif mencakup ekspektasi, keyakinan, strategi pemikiran dan kecerdasan.

Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peranan penting. Faktor person (kognitif) yang dimaksud saat ini adalah self-efficasy atau efikasi diri. Reivich dan Shatté (2002) mendefinisikan efikasi diri sebagai keyakinan pada kemampuan diri sendiri untuk menghadapi dan memecahkan masalah dengan efektif. Efikasi diri juga berarti meyakini diri sendiri mampu berhasil dan sukses. Individu dengan efikasi diri tinggi memiliki komitmen dalam memecahkan masalahnya dan tidak akan menyerah ketika menemukan bahwa strategi yang sedang digunakan itu tidak berhasil. Menurut Bandura (1994), individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan sangat mudah dalam menghadapi tantangan. Individu tidak merasa ragu karena ia memiliki kepercayaan yang penuh dengan kemampuan dirinya. Individu ini menurut Bandura (1994) akan cepat menghadapi masalah dan mampu bangkit dari kegagalan yang ia alami.

Menurut Bandura proses mengamati dan meniru perilaku dan sikap orang lain sebagai model merupakan tindakan belajar. Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan. Kondisi lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh pada pola belajar social jenis ini. Contohnya, seseorang yang hidupnya dan dibesarkan di dalam lingkungan judi, maka dia cenderung untuk


(1)

tinggi. Dia pun harus belajar lagi dari awal. Di sana dia dididik dengan sangat keras agar makanan yang dihasilkan terlihat cantik, namun tetap enak dan bergizi. Restoran ini akan memberikan hukuman terhadap kesalahan yang dilakukan kokinya, walaupun sangat sepele. Hal ini berpengaruh terhadap cara Juna memberikan penilaian terhadap peserta yang dihadapinya. Pada dasarnya dia hanya menerapkan apa yang dia peroleh dari pengalamannya. Saat pulang ke Indonesia, dia pun menunjukkan performa yang luar biasa sebagai seorang chef. Dia tahu bagaimana menciptakan suasana memasak yang tepat sehingga hasil yang dicapai pun maksimal, saat ini dia menjabat sebagai Executive Chef di restoran Jack Rabbit.


(2)

132

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data mengenai tayangan kuliner Hells Kitchen di SCTV terhadap motif belajar siswa SMKN 3 Bandar Lampung kels XI, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Setelah melakukan uji signifikasi pada hipotesis didapat Thitung> Ttabel pada signifikansi 5% adalah 4.024 > 1.664, yang berarti hipotesis diterima, yaitu adanya pengaruh tayangan kuliner Hells Kitchen terhadap motif belajar siswa jurusan tata boga kelas IX.

2. Rendahnya pengaruh variabel X tayanagan kuliner Hells Kitchenn terhadap variabel Y motif belajar siswa SMKN 3 Bandar Lampung 17,3%. Artinya bahwa motif belajar siswa (Y) mampu dijelaskan oleh tingkat menonton tayangan kuliner Hells Kichen di SCTV (X) yaitu pada 17,3% sedangkan sisanya sebesar 83,7% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak masuk dalam penelitian ini. Hasil dari pengaruh tayangan kuliner Hells Kitchen terhadap motif belajar siswa jurusan tata boga menurut penulis berada pada tingkat yang rendah. Hal ini dikarenakan


(3)

tayangan hanya menitik beratkan pada sebuah kompetisi semata, pengenalan bumbu serta sumber-sumber dari resep masakan tidak dijelaskan. Juga seluruh dari kontestan merupakan para ahli yang rentan kedekatan umurnya sangat jauh oleh para siswa yang duduk di sekolah menengah atas. Tayangan ini hanya memperkenalkan resep-resep serta jenis masakan yang baru, tetapi tidak diulas secara terperinci cara-cara memasaknya atau bahan-bahan yang digunakan.

3. Kesimpulan yang dapat diambil menurut teory usses and gratification bahwa khalayak yang dalam penelitian ini adalah siswa SMKN 3 Bandar Lampung dilihat sebagai individu yang aktif dan mereka bertanggung jawab dalam pemilihan media yang akan mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan mereka dan tau bagai mana cara memenuhinya. Media yang dalam penelitian ini adalah tayangan kuliner Hells Kitchen dianggap sebagai salah satu pemenuh kebutuhan mereka dalam memenuhi kebutuhan akan pengetahuan. Terbukti dari tingkat frekuensi dan durasi siswa SMKN 3 Bandar Lampung yang menonton tayangan kuliner Hells Kitchen di SCTV.

4. Kesimpulan yang dapat diambil menurut teori belajar sosial yang menyatakan proses belajar yang muncul sebagai fungsi pengamatan, penugasan dan, dalam peniruan perilaku orang lain. Dalam penelitian ini pemodelan dititik beratkan kepada chef pembawa acara yaitu Chef Juna Rorempadey, dan terbukti bahwa siswa SMKN 3 Bandar Lampung cenderung termotivasi belajar setelah rutin menonton tayangan kuliner Hells Kitchen.


(4)

134

6.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis mengajukan beberapa saran yang dapat diperhatikan antara lain :.

1. Kepada mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP Unila diharapkan lebih banyak lagi yang mengangkat penelitian tentang aspek motif belajar sebab penelitian ini dapat sangat membantu untuk meningkatkan kualitas pendidikan siswa.

2. Kepada pengguna media massa khususnya penonton program tayangan televisi dapat memilih tontonan yang memberikan manfaat, karena program tayangan saat ini sebagai sumber yang menyediakan banyak informasi untuk memperluas wawasan dan menambah pengetahuan.


(5)

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta, Jakarta.

Cangara,Hafied. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT.Raja Grafindo Deddy Mulyana, 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Paradigma Baru Ilmu

Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung : Remaja Rosda Karya Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung:

Remaja Rosdakarya

Griffin,EM. 2006. A First Look At Communication Theory 6 th Edition. New York: McGraw-Hill,Inc

Kuswandi W; 1996. Komunikasi Massa ; Sebuah Analisis Media Televisi. Jakarta Wineka Cipta.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Revisi. 2002. Jakarta : Penerbit Balai Pustaka

Lilweri, 1991. Komunikasi Massa DalamMasyarakat. Balai Pustaka ; Jakarta Littlejohn,S.W. 1999. Theoris of Human Communication (6t ed.). Alburqueque,

NM : Wadsworth Publishing 345 – 348

Littlejohn,Stephen W & Foss, Karen A. 2008. Theories Of Human Communication. USA: The Thomson Corporation.

McQuail,Dennis. 1994. Teori Komunikasi Massa : Suatu pengantar, edisi kedua, Jakarta : Erlangga,hal. 247.

Masri Singarimbun, Sofian Effendi. 1995. Metode penelitian Survei. Jakarta : LP3ES

Mulyana, Deddy 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. PT Remaja Rosda Karya: Bandung


(6)

Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.

Panen, Paulina. 2005. Belajar dan Pembelajaran 1.Jakarta.UniversitasTerbuka Rakhmat, Jalaluddin. 2005. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja

Rosada Karya

Suprapto,Drs.Tommy,M.S. 2009. Pengantar Teori dan Managemen Komunikasi. Jogjakarta: Media Pressindo.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung. Tarsito

Wahyudi, J.B, Drs. 1986. Media Komunikasi Massa Televisi. Alumni, Bandung. Wiryanto. 2000. Teori Komunikasi Massa, Edisi Pertama. Jakarta: PT. Grasindo. Virilio,Paul. 1989. The Aesthetics of Disappearence. New York


Dokumen yang terkait

Tayangan Ala Chef dan Peningkatan Pengetahuan (Studi Korelasional Pengaruh Tayangan Ala Chef di TRANS TV Terhadap Peningkatan Pengetahuan Kuliner Mahasiswa Manajemen Tata Boga Akademi Pariwisata Medan)

1 53 126

Motivasi Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VI SD Negeri Mojolangu 3 Kota Malang

0 22 14

Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Loyalitas Siswa LBPP LIA Bandar Lampung

5 39 63

PENGARUH PEMBELAJARAN AUDIOVISUAL TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA (Studi Pada Siswa Kelas XI Jurusan Bangunan Semester Genap SMK Negeri 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 12 51

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN SOCRATES KONTEKSTUAL DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 19 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015)

3 24 67

Pengaruh Model Problem Based Learning terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif pada Materi Pengelolaan Lingkungan (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung T.P 2014/2015)

1 8 64

Pengaruh Tayangan Kuliner Hell Kitchen Terhadap Motif Belajar Siswa (Studi pada Siswa SMKN 3 Bandar Lampung Jurusan Tata Boga Kelas XI Angkatan 2014/2015)

3 38 96

PENGARUH PENDEKATAN PROBLEM POSING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015)

2 12 51

Efektivitas Model Pembelajaran Problem Based Learning Ditinjau dari Kemampuan Representasi Matematis Siswa (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015)

3 11 56

Identifikasi Faktor yang Mempengaruhi Siswa dalam Proses Pemilihan Jurusan Pendidikan Lanjutan (Studi pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 5 Banda Aceh)

0 0 6