HUBUNGAN REAKSI TANGAN DAN POWER LENGAN DENGAN KEMAMPUAN PUKULAN GYAKUSUKI CABANG OLAHRAGA KARATE PADA SISWA EKSTRAKULIKULER KARATE SMA N 13 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2013/2014

(1)

HUBUNGAN REAKSI TANGAN DAN POWER LENGAN DENGAN KEMAMPUAN PUKULAN GYAKUSUKI CABANG OLAHRAGA

KARATE PADA SISWA EKSTRAKULIKULER KARATE SMA N 13 BANDAR LAMPUNG

TAHUN AJARAN 2013/2014

Oleh MONALISA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan

Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2014


(2)

ABSTRAK

HUBUNGAN REAKSI TANGAN DAN POWER LENGAN DENGAN KEMAMPUAN PUKULAN GYAKUSUKI CABANG OLAHRAGA

KARATE PADA SISWA EKSTRAKULIKULER KARATE SMA N 13 BANDAR LAMPUNG

TAHUN AJARAN 2013/2014

Oleh MONALISA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungani reaksi dan power lengan dengan kemampuan pukulan gyakusuki cabang olahraga karate pada siswa ekstrakulikuler karate SMA N13 Bandar Lampung tahun ajaran 2013/2014

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kwantitatif, serta menggunakan siswa ekstrakulikuler karate SMA N 13 Bandar Lampung tahun ajaran 2013/2014. Populasinya merupakan populasi sample yang berjumlah 20 siswa.

Dari hasil penelitian di dapat bahwa ada hubungan reaksi tangan dengan kemampuan pukulan gyakusuki sebesar 0,89 (80%), sedangkan hubungan power lengan dengan kemampuan pukulan gyakusuki sebesar 0,9(87,2%). Hal ini berarti adanya hubungan yang positif antara hubungani reaksi dan power lengan terhadap kemampuan pukulan gyakusuki cabang olahraga karate. Oleh karena itu seoarang pelatih atau guru agar dapat meningkatkan kemampuan pukulan gyakusuki dengan memberikan latihan yang sifatnya melatih reaksi dan power lengan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah reaksi dan power lengan memberikan hububgan yang positif terhadap kemampuan pukulan gyakusuki cabang olahraga karate pada siswa ekstrakulikuler karate SMA N13 Bandar Lampung tahun ajaran 2013/2014


(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Rumusan Masalah ... 8

D. Pembatasan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 9

G. Ruang Lingkup Penelitian ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA FIKIR, DAN HIPOTESIS A. Hakikat Penjas ……… 11

B. Karate-Do ... 12

C. Teknik Karate ... 13

D. Reaksi ... 25

E. Power Lengan ... 25

F. Latihan………... ... 28

G.Prinsip-Prinsip Latihan ... 30

H.Kerangka Pikir... 32

I. Hipotesis... 33

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 34

B. Variabel Penelitian ... 35

C.Definisi Operasinal Penelitian ... 36

D. Populasi Dan Sampel ... 37

E. Instrumen Penelitian ... 37

F. Teknik Analisis Data... 40

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 44


(7)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 48

B. Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 49


(8)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan yang dilakukan di dalam maupun di luar sekolah yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat

mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, pemerintah sangat memperhatikan kualitas sumber daya manusia, berbagai cara di lakukan antara lain peningkatan sarana dan prasarana pendidikan melalui pelatihan, kursus, dan seminar lokakarya baik di tingkat daerah maupun nasional.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suatu proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensinya. Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan pengelolaan pendidikan dilaksanakan dengan cara terdesentralisasi. Era globalisasi menuntut penyelenggaraan pendidikan yang demokratis dan akuntabel untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional sehingga dapat bersaing dengan mutu pendidikan negara-negara maju.

Upaya pemerintah untuk dapat mewujudkannya dilakukan dengan menetapkan standar-standar nasional pendidikan, standar nasional pendidikan di antaranya


(9)

standar isi dan standar kompetensi lulusan yang dapat dijadikan acuan bagi sekolah untuk menyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan. Melalui lembaga pendidikan formal dan nonformal dapat menimbulkan perubahan pada peserta didik secara bertahap dan menyeluruh kearah peningkatan kualitas manusia Indonesia agar berfungsi dalam kehidupan masyarakat, untuk mewujudkan tujuan pendidikan tersebut maka ditempuh upaya melalui jalur pendidikan formal seperti pendidikan jasmani.

Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kesegaran jasmani,

keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan

nasional. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan pengelolaan pendidikan dilaksanakan dengan cara terdesentralisasi. Era globalisasi menuntut penyelenggaraan pendidikan yang demokratis dan akuntabel untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional sehingga dapat bersaing dengan mutu pendidikan negara-negara maju.

Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan seseorang sebagai perorangan maupun sebagai anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani dalam rangka memperoleh peningkatan keterampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan pembentukan watak. Tujuan Pendidikan jasmani di sekolah sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang berdasarkan


(10)

3

Pancasila, yaitu untuk meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, meningkatkan kecerdasan dan keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air melalui proses gerakan fisik, agar dapat menumbuhkan manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bisa bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Kegiatan belajar mengajar dalam pelajaran pendidikan jasmani amat berbeda pelaksanaanya dari pembelajaran mata pelajaran lainnya, pada dasarnya program pendidikan jasmani memiliki kepentingan yang relatif sama dengan pendidikan lainnya dalam hal pembelajaran. Namun demikian ada satu keiklasan dan keunikan dari pendidikan jasmani yang tidak dimiliki oleh bidang studi lainnya, yaitu dalam hal pengembangan wilayah psikomotor yang biasanya dikaitkan dengan tujuan mengembangkan kebugaran jasmani siswa, pencapaian keterampilan geraknya dan pencapaian prestasi dalam setiap cabang olahraga.

Keberhasilan pelaksanaan pendidikan jasmani tidak diukur dari kemenangan dan prestasi melainkan kesenangan atau kegembiraan siswa melakukan kegiatan tersebut, karena dalam pendidikan jasmani siswa sekedar mengetahui bermacam-macam gerak yang mungkin sebelumnya pernah mereka lakukan tetapi belum mengetahui nama gerakan tersebut ataupun sebaliknya, karena pendidikan jasmani dan kesehatan dipandang sangat strategis dalam pembinaan kualitas fisik manusia Indonesia, maka dalam Garis Besar Haluan Negara ditegaskan bahwa pembinaan dan pengembangan olahraga merupakan bagian dari upaya peningkatan kualitas manusia Indonesia yang arahnya pada peningkatan kesehatan jasmani, rohani dan mental masyarakat. Dalam peningkatan kesehatan jasmani terdapat aktifitas olahraga,


(11)

namun ditinjau dari ciri, proses dan tujuannya pendidikan jasmani berbeda dengan pendidikan olahraga.

Pendidikan olahraga adalah kegiatan yang sangat peduli dengan pengembangan yang lebih lanjut pengetahuan, sikap, nilai, dan keterampilan yang diperoleh melalui pendidikan jasmani, olahraga prestasi lebih menekankan pada peningkatan prestasi seorang atlet pada kecabangan olahraga tertentu yang tidak terlepas dari faktor bakat dan tempat latihan (lingkungan). Kemampuan prestasi seorang atlet di pengaruhi oleh dua faktor yaitu (1) faktor internal yaitu faktor yang ditentukan oleh keadaan yang ada dalam dirinya seperti minat, keinginan untuk berprestasi, keuletan, ketekunan dalam menghadapi berbagai tantangan yang mungkin timbul, serta adanya motivasi, dan (2) faktor eksternal yaitu faktor yang berada diluar dan di tentukan oleh keadaan lingkungannya seperti lingkungan fisik, lingkungan tempat latihan, lingkungan keluarga, dan lingkungan sekolah.

Karate-do merupakan cabang olahraga beladiri yang berasal dari Jepang, seni beladiri yang menggunakan tangan kosong dan kaki untuk melumpuhkan lawan, dalam karate-do tangan dan kaki dilatih secara sistematis, sehingga serangan musuh yang mendadak dapat dikendalikan dengan memperagakan tenaga seperti menggunakan senjata. karate-do juga salah satu cara latihan untuk menguasai gerakan tubuh, seperti melipat, melompat, mengatur keseimbangan dengan melakukan perpindahan anggota badan dan tubuh ke belakang dan ke depan, ke kiri dan ke arah kanan, ke atas, ke bawah secara bebas dan serasi. Karate ini juga merupakan salah satu ekstrakurikuler di sekolah-sekolah, yang di bentuk sebagai wadah pembinaan atlet-atlet muda serta merupakan sarana bagi siswa-siswi yang ingin berprestasi dibidang olahraga beladiri.


(12)

5

Pelaksanaan kegiatan ekstrakulikuler karate di SMA N 13 Bandar Lampung sudah cukup baik, terbukti dari frekuensi mereka hadir di tempat latihan dan adanya keinginan untuk lebih banyak mengikuti pertandingan karate-do yang

diselengarakan di provinsi Lampung, serta dukungan dari pihak sekolah juga sangat baik melalui berbagai kegiatan pengembangan bakat, sarana dan prasarana yang memadai, pembinaan, serta pemberian penghargaan bagi siswa yang berprestasi. Kegiatan ekstrakurikuler merupakan wahana pengembangan bakat dan potensi peserta didik melalui berbagai aktivitas, baik yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan materi kurikulum, sebagai bagian tak terpisahkan dari tujuan

kelembagaan. Kegiatan ekstrakurikuler bertujuan mengembangkan potensi, pribadi dan prestasi peserta didik yang sehat jasmani dan rohani, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki kepedulian dan tanggung jawab terhadap

lingkungan sosial, budaya dan alam sekitarnya, serta menanamkan sikap sebagai warga negara yang baik dan bertanggung jawab melalui berbagai kegiatan positif di bawah tanggung jawab sekolah.

Kegiatan ekstrakulikuler di SMA N 13 Bandar Lampung berkembang sejak tahun 2010 dengan sistem latihan dua kali pertemuan setiap minggunya setelah jam

intrakulikuler. Sarana yang dimiliki untuk pelaksanaan kegiatan ekstrakulikuler di SMA N 13 Bandar Lampung adalah lapangan basket, lapangan voli, lapangan futsal, lapangan upacara, bak pasir lompat jauh dan aula tertutup yang biasanya digunakan untuk gedung serba guna. Cabang olahraga yang menjadi kegiatan ekstrakulikuler di SMA N 13 Bandar Lampung, yakni taekwondo yang beranggotakan 20 siswa putra dan 10 siswa putri, bola basket yang beranggotakan 12 siswa putra dan 9 siswa putri, futsal yang beranggotakan 25 siswa putra, bulu tangkis yang


(13)

beranggotakan 11 siswa putra dan 5 siswa putri serta karate-do yang

beranggotakan 20 siswa putra dan 15 siswa putri. Cabang olahraga karate-do merupakan cabang olahraga yang paling banyak di minati oleh siswa namun prestasi yang diraih belum maksimal, belum pernah menjuarai kejuaraan karate se-Provinsi Lampung.

Olahraga beladiri Karate-do merupakan kegiatan fisik yang memberikan manfaat cukup banyak tidak hanya pada kebugaran tubuh, tetapi juga pada kebugaran mental serta sosial, beberapa unsur kebugaran tubuh yang termasuk dalam permainan dan olahraga beladiri karate-do adalah keseimbangan, kelincahan, kecepatan, kekuatan, daya tahan, kelentukan, dan koordinasi. Komponen daya tahan dan power lengan adalah komponen yang sangat membantu pemain dalam pertandingan karate-do, misalkan seorang pemain yang mampu melakukan pukulan gyakusuki dengan kuat tetapi tetap memiliki snap yang cepat, dan memiliki daya tahan tubuh yang baik selama pertandingan sehingga dapat melakukan serangan terhadap lawan. Selain itu fungsi reaksi tangan dan power lengan adalah untuk melancarkan atau

menjalankan strategi permainan yang sudah dirancang sehingga mampu melakukan serangan dengan pukulan yang maksimal untuk melumpuhkan

serangan lawan. Ada beberapa bentuk latihan untuk meningkatkan kemampuan gerak pukulan gyakusuki dalam pertandingan , yaitu latihan yang meningkatkan reaksi tangan dan power lengan seperti push up, sit up,squat thrust, dan lari koordinasi (lari meningkat dan lari dengan pergantian tempo dalam kecepatan submaksimal 40-80 meter, lari gawang, dan lari bolak-balik). Pada siswa ekstrakulikuler karate-do di SMA N 13 Bandar Lampung, kendala yang dialami adalah kurangnya reaksi tangan dan power lengan untuk melakukan serangan dan pukulan gyakusuki, yang


(14)

7

kerap sekali diserang balik oleh lawan, sehingga dalam waktu yang cepat sering terjadi kelengahan disaat daya tahan yang menurun serta konsentrasi yang menurun. Dalam latihan siswa biasanya langsung latih tanding tanpa melalui tahapan-tahapan sebelum latihan, pembina juga kurang memperhatikan dan mengembangkan keterampilan gerak khususnya kemampuan pukulan gyakusuki dengan melatih komponen kondisi fisik secara terprogram. Butuh tahapan dan proses latihan yang intensif dengan berbagai macam variasi latihan untuk membantu penguasaan keterampilan gerak pukulan gyakusuki dengan baik.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti memandang perlu untuk mengadakan penelitian yang berjudul ”Hubungan reaksi tangan dan power lengan terhadap kemampuan pukulan gyakusuki cabang olahraga karate pada siswa ekstrakulikuler karate-do SMA N 13 Bandar Lampung”.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah:

1. Pentingnya reaksi tangan untuk kemampuan bertahan dalam melakukan serangan pada siswa ekstrakurikuler karate SMA N 13 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012-2013.

2. Pentingnya power lengan dalam melakukan serangan pada siswa

ekstrakurikuler karate SMA N 13 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012-2013.


(15)

3. Pentingnya latihan tanding atau sparing partner untuk meningkatkan strategi pertandingan cabang olahraga karate pada siswa ekstrakurikuler karate SMA N 13 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012-2013.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dideskripsikan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Apakah ada hubungan yang signifikan antara reaksi tangan dengan pukulan gyakusuki cabang olahraga karate pada siswa ekstrakurikuler karate SMA N 13 bandar lampung tahun pelajaran 2012-2013?

2. Apakah ada hubungan yang signifikan antara power lengan dengan pukulan gyakusuki cabang olahraga karate pada siswa ekstrakurikuler karate SMA N 13 bandar lampung tahun pelajaran 2012-2013?

D. Batasan Masalah

Agar penelitian ini tidak meluas, maka penulis dalam penelitian ini hanya membatasi penelitian hubungan reaksi tangan dan power lengan dengan pukulan gyakusuki cabang olahraga karate pada siswa ekstrakurikuler karate SMA Negeri 13 bandar lampung tahun pelajaran 2012-2013?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah dan batasan

masalah, maka peneliti dapat memberikan tujuan penelitian sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara reaksi tangan dengan

pukulan gyakusuki cabang olahraga karate pada siswa ekstrakurikuler karate SMA N 13 bandar lampung tahun pelajaran 2012-2013?


(16)

9

2. Untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara power tangan dengan

pukulan gyakusuki cabang olahraga karate pada siswa ekstrakurikuler karate SMA N 13 bandar lampung tahun pelajaran 2012-2013?

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi Mahasiswa

Sebagai salah satu pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan pukulan

Gyakusuky dengan adanya unsur reaksi dan power lengan sehingga mengasilkan pukulan Gyakusuky maxsimal.

2. Bagi Pelatih Karate-Do maupun Guru Penjaskesrek

Sebagai bahan rujukan untuk melatih peningkatan kemampuan pukulan

Gyakusuky bagi atlet karete atau murid dalam kegiatan pembinaan prestasi yang dilaksanakan di klub atau di sekolah.

3. Bagi Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi Sebagai salah satu acuan dalam bahan pengkajian dan analisis ilmu

biomekanika untuk diaplikasikan dalam praktik pembelajaran maupun

pelatihan olahraga prestasi, khususnya olahraga cabang olahraga karete

baik disekolah maupun universitas.

G. Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah:

Obyek penelitian : Hubungan Reaksi Tangan dan Power Lengan dan Pukulan Gyakusuki Cabang Olahraga Karate Pada Siswa Ekstrakurikuler karate SMA N 13 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012-2013.


(17)

Subyek peneliti : Siswa Ekstrakurikuler karate SMA N 13 Bandar Lampung

Tempat Penelitian : Jl. Untung Suropati Labuhan Dalam, Bandar Lampung


(18)

11

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Hakikat Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran dalam kurikulum di sekolah, mata pelajaran ini beroreantasi pada pelaksanaan misi pendidikan melalui aktivitas jasmani dan pembiasaan perilaku hidup sehat sehari-hari. Tujuan yang ingin dicapai dalam mata pelajaran ini adalah “membantu peserta didik untuk kesegaran jasmani dan kesehatan melalui pengenalan dan penanaman sikap positif serta kemampuan gerak dasar dan berbagai aktivitas jasmani” (Depdikbud,

1993:1)

Untuk memberikan gambaran dan pengertian yang lebih jelas maka di bawah ini akan diberikan beberapa pengertian atau definisi tenntang pendidikan jasmani dari beberapa ahli dan juga sumber yan lain yaitu menurut Beley dan Field dalam Heru Suranto (1991:22) mendefinisikan pendidikan jasmani sebagai proses yang

menguntungkan dalam penyesuaian diri belajar gerak, neuro-mascular, intelektual, social, kebudayaan, baik emosional dan etika sebagai akibat yang timbul melalui pilihannya yang aktivitas fisik yang menggunakan sebagai besar otot tubuh. Heru Suranto, (1992:22) mendefinisikan pendidikan jasmani sebagai sebuah aspek dari proses pendidikan keseluruhan dengan menekankan aktivitas yang mengembangkan fitness, fungsi organ tubuh, control neuro-muscular,


(19)

kekuatan intelektual dan pengendalian emosi. Menurut Undang-undang No. 4 tahun 1950 dalam Heru Suranto (1991:23) tentang dasar-dasar pendidikan dan pengajaran pasal 9 maka pendidikan jasmani yang menuju kepada keselarasan antara tumbuhnya badan dan perkembangan jiwa dan merupakan suatu usaha untuk membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang sehat dan kuat lahir batin, diberikan pada segala jenis sekolah.

B. Karate-do

Sejarah olahraga karate berasal dari daratan India yang selanjutnya terus berkembang ke daratan Cina, dari Cina karate kemudian masuk ke Okinawa, Jepang, sekitar 300 tahun yang lalu dan berasimilasi dengan ilmu bela diri di Okinawa, Jepang. Karate sebagai suatu ilmu bela diri (martial arts)

dikembangkan lebih intensif lagi di Okinawa sehingga secara resmi dikatakan bahwa karate berasal dari Okinawa, Jepang. (Tony, 2009:59)

Semula karate diajarkan secara rahasia, tetapi setelah tahun 1922, Gichin Funakoshi mendemonstrasikannya di UNiversitas dan pertemuan bela diri di Tokyo. Sejak itu, karate mulai berkembang menjadi olahraga yang

dipertandingkan. Karate masuk ke Indonesia melalui Mahasiswa Indonesia yang belajar di Jepang, pada 1964 beberapa Mahasiswa Indonesia yang telah

menyelesaikan kuliahnya di Jepang dan juga belajar karate, seperti Baut

Adikusuma, Muchtar dan Karyanto, mulai mengajar karate dengan membuka dojo (doyo tempat latihan karate) di Jakarta. Baut Adikusuma kemudian mendirikan PORKI (Persatuan Olahraga Karate-do Indonesia) yang menjadi cikal bakal FORKI (Federasi Olahraga Karate-do In-Indonesia). (Tony, 2009:59)


(20)

13

Karate-do jika diartikan secara halifah mempunyai arti kara berarti kosong, langit atau cakrawala te berarti tangan yang menyerupai alat fisik utama do berarti jalan seni perkasa. Dengan demikian karate-do dapat diartikan sebagai teknik seni perkasa yang memungkinkan seseorang bela diri tampa senjata. (Masatoshi, 1983:26)

Sebagai seni bela diri tampa senjata, dalam karate-do tangan dan kaki dilatih secara sistematis, sehingga serangan musuh yang mendadak dapat dikendalikan dengan memperagakan tenaga seperti menggunaka senjata. Karate-do juga salah satu cara latihan untuk menguasai gerakan tubuh, seperti : melipat, melompat, mengatur keseimbangan dengan melakukan perpindahan anggota badan dan tubuh ke belakang dan ke depan, ke kiri dan ke arah kanan, ke atas, ke bawah secara bebas dan serasi. (Masatoshi, 1983:26)

C. Teknik karate

Teknik karate terbagi menjadi tiga bagian utama yaitu (1) Kihon (teknik dasar), (2) Kata (jurus) dan (3) Kumite (pertarungan), murid tingkat lanjut juga diajarkan untuk menggunakan senjata seperti tongkat (bo) dan ruyung (nunchaku).

1. Kihon

Menurut Nakayama, (1980:42) Kihon secara harfiah berarti dasar atau fondasi, praktisi karate harus menguasai Kihon dengan baik sebelum mempelajari Kata dan Kumite. Pada saat pendalaman kihon materi-materi yang diajarkan adalah dimulai dari dasar pukulan, ada pukulan atas, tengah dan pukulan bawah.

Selanjutnya juga diberi pemahaman tentang tangkisan-tangkisan yang terdiri dari tangkisan atas, bawah, tengah, depan dan samping, dalam kihon juga diajarkan


(21)

kuda-kuda seperti gerak dasar stan kudachi, kiba dachi, shiko dachi, sikhote dan lain-lain.

Pelatihan Kihon dimulai dari mempelajari pukulan dan tendangan (sabuk putih) dan bantingan (sabuk coklat). Pada tahap Dan atau Sabuk Hitam, siswa dianggap sudah menguasai seluruh kihon dengan baik dan juga telah mampu

mengaplikasikan dengan keadaan sehari-hari.Untuk yang telah menyandang tingkat Dan sudah bisa dijadikan pelatih guna memberikan ilmu-ilmu yang telah di dapat kepada murid (kohai).

2. Kata

Kata secara harfiah menurut Sajoto (1996:52) berarti bentuk atau pola, kata dalam karate tidak hanya merupakan latihan fisik atau aerobik biasa, tapi juga mengandung pelajaran tentang prinsip bertarung. Setiap Kata memiliki ritme gerakan dan pernapasan yang berbeda, dalam Kata ada yang dinamakan Bunkai, Bunkai adalah aplikasi yang dapat digunakan dari gerakan-gerakan dasar Kata. Setiap aliran memiliki perbedaan gerak dan nama yang berbeda untuk tiap Kata, sebagai contoh yaitu Kata Tekki di aliran Shotokan dikenal dengan nama

Naihanchi di aliran Shito Ryu. Sebagai akibatnya Bunkai (aplikasi kata) tiap aliran juga berbeda. Kata Shepai, Basaisho merupakan jenis dari aliran Gojuryu.

3. Kumite

Kumite secara harfiah berarti “pertemuan tangan”, Kumite dilakukan oleh murid -murid tingkat lanjut (sabuk biru atau lebih). Tetapi sekarang, ada dojo yang mengajarkan kumite pada murid tingkat pemula (sabuk kuning). Sebelum


(22)

15

hon kumite) atau (yakusoku kumite), untuk kumite aliran olahraga, lebih dikenal dengan Kumite Shiai atau Kumite Pertandingan. Untuk aliran Shotokan di Jepang, kumite hanya dilakukan oleh siswa yang sudah mencapai tingkat dan (sabuk hitam). Praktisi diharuskan untuk dapat menjaga pukulannya supaya tidak mencederai kawan bertanding.

Untuk aliran full body contact seperti Kyokushin, praktisi Karate sudah dibiasakan untuk melakukan kumite sejak sabuk biru strip. Praktisi Kyokushin diperkenankan untuk melancarkan tendangan dan pukulan sekuat tenaganya ke arah lawan

bertanding. Aliran kombinasi seperti Wado-ryu, yang tekniknya terdiri atas kombinasi karate dan Jujutsu, maka kumite dibagi menjadi dua macam, yaitu kumite untuk persiapan Shiai, dimana yang dilatih hanya teknik-teknik yang diperbolehkan dalam pertandingan, dan Goshinjutsu Kumite atau kumite untuk beladiri, dimana semua teknik dipergunakan, termasuk jurus-jurus Jujutsu seperti bantingan, kuncian dan menyerang titik vital. Ahmad A (1994:31)

Kumite adalah suatu metode latihan yang menggunakan teknik serangan dan teknik bertahan di dalam kata diaplikasikan melalui pertarungan dengan lawan yang saling berhadapan (Nakayama, 1980:112). Menurut Ahmad A (1994:42), kumite adalah suatu metode latihan teknik-teknik karate dengan bantuan seseorang. Dari kedua pendapat tersebut di atas dapat diartikan bahwa kumite merupakan suatu metode latihan yang bertujuan untuk melatih teknik-teknik karate baik teknik menyerang dan teknik bertahan yang dilakukan secara berpasangan. Latihan kumite terdiri dari tiga bentuk yaitu pertarungan dasar (kihon kumite), pertarungan satu teknik (kihon ippon kumite), dan pertarungan


(23)

bebas (jiyu kumite). Pada latihan kihon kumite dan latihan kihon ippon kumite semua teknik serangan, teknik tangkisan, dan teknik serangan balasan telah ditentukan sebelumnya. Namun, latihan jiyu kumite tidak ada pengaturan teknik sebelumnya, hal ini dikarenakan setiap karateka bebas menggunakan kemampuan teknik yang dimiliki. Pertandingan kumite (kumite shiai) yang saat ini resmi dipertandingkan merupakan salah satu bentuk latihan kumite dalam bentuk latihan pertarungan bebas (jiyu kumite).

Sebagai olahraga bela diri, teknik-teknik karate dilatih untuk menghasilkan kemampuan yang dapat melumpuhkan lawan dengan satu kali pukulan atau tendangan saja (Nakayama, 1980:9). Pada pertarungan yang sesungguhnya teknik-teknik yang dilancarkan kepada lawan mengarah kepada bagian-bagian tubuh yang lemah dan dilakukan dengan kekuatan penuh. Lawan yang terkena pukulan atau tendangan ini akan mengalami akibat yang fatal.

Sebagai suatu olahraga yang dipertandingkan di bawah organiasasi karate dunia WUKO (World Union of Karate-Do Organization), teknik-teknik yang

dilancarkan harus benar-benar dikontrol. Jika seorang atlet melakukan benturan pada lawannya, hal ini dinilai sebagai suatu kesalahan. Atlet yang melakukan kesalahan dinyatakan kalah, namun jika kesalahan ringan, diberi peringatan dan diizinkan untuk melanjutkan pertandingan (Nakayama, 1980:134). Pertandingan kumite yang lebih mengutamakan pada aspek olahraga, teknik-teknik yang dilancarkan oleh atlet yang bertanding bukan untuk mencederai lawan, tetapi untuk mendapatkan nilai. Kemenangan pada pertandingan kumite bukan


(24)

17

dan teknik tendangan yang cepat dan tidak terkontrol. Kemenangan pada pertandingan kumite ditentukan oleh kemampuan seseorang menunjukan atau menampilkan teknik-teknik yang benar, cepat tetapi mampu dikontrol dengan baik, sehingga dia mendapatkan nilai yang maksimal.

Nilai pada petandingan kumite dapat didefinisikan sebagai suatu hasil yang diperoleh jika atlet yang bertanding mampu memasukkan pukulan atau tendangan sasaran pada tubuh lawan dengan teknik yang benar. Bagian tubuh lawan yang menjadi sasaran adalah kepala, muka, leher, perut, dada, punggung tubuh dan tubuh bagian samping. Nilai pada pertandingan kumite merupakan penentu kemenangan antara dua atlet yang bertanding, mendapatkan nilai merupakan tujuan utama bagi setiap atlet yang bertanding. Jika salah satu atlet mampu mengungguli lawannya dalam mengumpulkan nilai, maka dinyatakan sebagai pemenang.

Nilai terdiri atas nilai sanbon, nihon dan ippon. Satu nilai Sanbon sebanding dengan tiga nilai ippon. Suatu teknik akan mendapatkan nilai sanbon apabila memenuhi kriteria-kriteria penilaian seperti bentuk yang baik, sikap yang benar, pelaksanaan dengan penuh semangat, zanshin, waktu yang tepat dan jarak yang benar (PB FORKI, 2004:7). Nilai sanbon dapat juga diberikan untuk teknik-teknik yang memiliki kriteria menangkis suatu serangan dan melancarkan suatu teknik yang mengena pada jodan, yang dimaksud dengan jodan adalah kepala, leher dan muka lawan yang tak terjaga, sapuan kaki yang diikuti dengan teknik yang mendapatkan nilai, mengambil lawan untuk jatuh di atas matras dan berhasil mendapatkan nilai pada waktu yang tepat pada saat lawan menyerang. Nilai nihon


(25)

diberikan untuk suatu teknik tendangan chudan. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan tendangan chudan adalah perut, dada, punggung dan samping, pukulan yang dilancarkan pada bagian bagian kepala belakang lawan, termasuk kepala belakang dan leher belakang. Kombinasi pukulan (tsuki), strike (uchi) dimana setiap pukulan bernilai skor dilancarkan ditujuh area skor. Nilai ippon diberikan untuk semua teknik pukulan (tsuki) yang dilancarkan ditujuh area skor, tidak termasuk punggung, kepala dan leher belakang. Semua strike (uchi) yang dilancarkan di tujuh area skor dan telah memenuhi kriteria penilaian hampir sebanding untuk mendapatkan nilai nihon, (PB. FORKI, 2004:8). Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kriteria penilaian sanbon lebih sukar dibandingkan kriteria penilaian nihon dan ippon, tergantung sampai seberapa besar teknik tersebut memenuhi kriteria penilaian.

Kemahiran penguasaan teknik memegang peranan dalam mencapai prestasi gerak yang optimal, penguasaan teknik yang baik akan efektif dan efisien dalam

mencapai prestasi maksimal, mencegah dan mengurangi terjadinya cedera, dapat menambah bermacam-macam taktik pada saat bertanding dan akan lebih optimis, mantap dalam memasuki arena pertandingan (Suharno, 1985:43). Teknik-teknik dalam karate terdiri dari teknik pukulan (tsuki waza), teknik sentakan (ucki waza), teknik tendangan (ken waza), teknik tangkisan (uke waza), dan teknik bantingan (nage wasa), (lihat Gambar1). Pada pertandingan kumite, teknik yang berperan langsung untuk mendapatkan nilai adalah teknik pukulan, teknik sentakan, dan teknik tendangan


(26)

19

Gambar 1. Pengelompokan Teknik-teknik Karate (Morris, 1982:31)

a. Teknik Pukulan (tsuki waza)

Teknik pukulan adalah salah satu bentuk teknik tangan, teknik tangan dilakukan dengan meluruskan siku dan merentangkan lengan bawah ke depan (Nakayama, 1978:74). Tergantung dari sasaran yaitu muka, ulu hati atau perut, untuk masing-masing sasaran teknik tangan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu pukulan lurus ke depan atas (jodan cokhu zuki), pukulan lurus ke depan tengah (chudan choku zuki), dan pukulan lurus ke depan bawah (gedan choku zuki).Adapun gambar tenik pukulan sebagai berikut :

Gambar 2. Teknik pukulan (tsuki waza), Ahmad A (1994:39)

Teknik Karate

Teknik Tangkisan

Teknik Bantingan

Teknik Tendangan Teknik Sentakan


(27)

Bagian tangan yang membentur terhadap sasaran (striking point) dapat dibagi menjadi dua kelompok, kelompok pertama adalah jenis tangan tertutup, yang terdiri atas kepalan jari depan (hiraken), kepalan depan (seiken), kepalan jari telunjuk (ippon ken) dan kepalan jari tengah (nakada ken). Kelompok kedua adalah jenis tangan terbuka., yang terdiri atas: pangkal telapak tangan (teisho), tangan beruang (kumade), tangan tembus (nufate), pedang nagabiru ( seiryuto) dan tangan garuda (washide). Jenis tangan terbuka dan jenis tangan tertutup tersebut dapat digunakan pada jenis-jenis pukulan yang ada, biasanya penggunaan jenis tangan terbuka dan jenis tangan tertutup, tergantung dari kebutuhan setiap karateka yang menggunakannya, arah sasaran pukulan dan keefektifan pukulan terhadap sasaran yang di tuju.

Teknik-teknik pukulan dapat dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah teknik-teknik pukulan yang menggunakan satu tangan untuk memukul, terdiri atas pukulan kebalikan (gyaku zuki), pukulan kejar (oi zuki), pukulan menusuk (kisami zuki), pukulan angkat(age zuki), pukulan tegak (tate zuki), pukulan kepalan belakang (ura zuki), dan pukulan memutar (mawashi zuki). Kelompok kedua adalah teknik-teknik pukulan yang menggunakan dua tangan untuk memukul, terdiri atas pukulan sejajar (heiko zuki), pukulan menggunting (morote hasami zuki), pukulan menggunung (yama zuki), dan pukulan serempak (awase zuki). Ahmad A (1994:36)

b. Teknik Sentakan (Uchi Waza)

Teknik sentakan adalah bentuk teknik tangan yang lainnya, teknik-teknik sentakan dapat dilakukan dengan posisi siku tertekuk ataupun posisi siku lurus,


(28)

teknik-21

teknik sentakan dilakukan dengan melentingkan siku yang akan digunakan untuk menyentak. (Nakayama, 1978:74). Bagian tangan yang membentur pada sasaran (striking point) ialah punggung kepalan (uraken ), tangan pedang (shuto)

punggung pedang (haito), punggung tangan (haishu), dan siku (empi). Penggunaan bagian tangan yang membentur terhadap sasaran tergantung dari karate-ka yang menggunakannya, arah sasaran sentakan dan keefektifan sentakan terhadap sasaran yang di tuju.

Teknik-teknik sentakan yang dilakukan dengan posisi siku tertekuk terdiri atas sentakan siku ke depan (chudan empi uchi), sentakan siku ke atas (jodan empi

uchi), sentakan siku ke samping (yoko chudan ernpl uchi), sentakan siku ke belakang (ushiro chudan empi uchi), dan sentakan siku ke belakang atas (ushiro jodan empi uchi). Teknik-teknik sentakan yang dilakukan dengan posisi siku lurus terdiri atas adalah sentakan punggung tangan (uraken uchi), sentakan tangan terbuka (haishu uchi), sentakan punggung pedang (haito uchi), dan sentakan tangan pedang (shuto uchi), adapun gambar teknik sentakan adalah sebagai berikut:


(29)

c. Teknik tendangan (Keri Waza)

Teknik tendangan adalah bentuk dari teknik kaki, dilakukan dengan mengangkat lutut setinggi mungkin dan sedekat mungkin dengan dada, kemudian

melentingkan atau menyodokkan kaki yang akan digunakan untuk menendang (Nakayama, 1977:84), untuk lebih jelasnya perhatikan teknik menendang sebagai berikut:

Gambar 4. Teknik tendangan, Ahmad A (1994:43)

Ada dua cara dalam melakukan teknik tendangan, cara pertama ialah dengan melentingkan lutut (snap), sedang cara kedua ialah dengan menyodok (thrust). Didalam bela diri karate, teknik- teknik tendangan sama pentingnya dengan teknik-teknik pukulan (Nishiyama dan Brown, 1975:118). Teknik tendangan bahkan memiliki keunggulan yaitu memiliki jarak jangkauan lebih panjang dan mempunyai kekuatan yang lebih besar bila dibandingkan dengan teknik pukulan. Teknik tendangan yang dilakukan dengan melentingkan kaki terdiri atas

tendangan ke depan (mae geri), tendangan mengangkat ke samping (yoko geri keage), tendangan memutar (mawashi geri), tendangan melompat ke depan (mae tobi geri), tendangan memutar ke belakang (ushiro mawashi geri), tendangan


(30)

23

bulan sabit ke dalam (mika zuku geri), dan tendangan bulan sabit ke luar (ura mika zuku geri). Teknik tendangan dengan cara menyodokkan kaki terdiri atas tendangan menyodok ke samping (yoko geri kekomi), tendangan melompat ke samping (tobi yoko geri), dan tendangan menyodok ke belakang (ushiro geri). Bagian kaki yang membentur terhadap sasaran (striking point) adalah sebagai berikut kaki macan (koshi), kaki pedang (shuto), tumit (kakato), punggung kaki (haisoku) dan ujung jari kaki (tsumasaki). Penggunaan bagian kaki yang membentur terhadap sasaran (striking point) tergantung dari kebutuhan setiap karateka yang menggunakannya, arah sasaran tendangan dan keefektifan tendangan terhadap sasaran yang di tuju.

Pada pertandingan kumite yang lebih mengutamakan aspek olahraganya, keselamatan atlet sangat diutamakan, idealnya atlet yang bertanding baik yang menang ataupun yang kalah tidak mengalami cedera. Untuk itu dibutuhkan cara untuk mencegah terjadinya cedera pada atlet, kriteria penilaian dan alat-alat pelindung seperti pelindung tangan (hand protector), pelindung gigi (gumshield), dan penahan tulang kering (bokes) merupakan cara untuk mengurangi resiko cedera pada atlet. Pelindung tangan (hand protector), sebenarnya bertujuan untuk mengurangi efek samping dari cepat dan kerasnya teknik-teknik pukulan dan teknik-teknik sentakan, terutama yang mengarah pada sasaran muka, leher dan, kepala. Pada teknik-teknik pukulan dan teknik-teknik sentakan, bagian tangan yang boleh membentur pada sasaran adalah bagian tangan yang terlapisi oleh pelindung tangan, ini berarti teknik-teknik pukulan yang menggunakan jenis kepalan tangan tertutup yang boleh digunakan adalah jenis kepalan depan (seiken). Teknik-teknik sentakan yang boleh digunakan adalah teknik-teknik


(31)

sentakan yang menggunakan punggung kepalan (uraken), teknik-teknik pukulan yang menggunakan kepalan jari depan (himken), kepalan jari telunjuk (ippon ken), kepalan jari tengah (nakada ken), pedang naga biru (seiryuto), kepala ayam

(keito), tidak boleh digunakan. Teknik-teknik sentakan yang menggunakan siku (empi), kepala bangau (kakuto), kepalan palu (tetshui) dan tangan pedang (shuto) tidak boleh digunakan.

Dari uraian tersebut di atas dapat diidentifikasi beberapa teknik pukulan, teknik sentakan dan teknik tendangan yang boleh digunakan pada pertandingan kumite. Teknik-teknik pukulan yang boleh digunakan adalah pukulan kebalikan (gyaku zuki), pukulan kejar (oi zuki), pukulan menusuk (kisami zuki), pukulan tegak (tote zuki), pukulan kepalan belakang (ura zuki), pukulan angkat (age zuki), dan

pukulan memutar (mawashi zuki). Teknik-teknik sentakan yang boleh digunakan adalah sentakan punggung kepalan (uraken uchi), dan sentakan punggung pedang. Seluruh teknik tendangan dapat di gunakan pada pertandingan kumite.

Dari berbagai macam jenis dan variasi teknik pukulan, teknik sentakan dan teknik tendangan yang ada, tidak semuanya akan sering digunakan atlet untuk

mendapatkan nilai pada pertandingan. Morris (1982:144) menyatakan para karateka, dalam bertanding akan berkonsentrasi pada teknik-teknik yang efektif untuk mereka, teknik-teknik yang efektif adalah teknik-teknik yang sederhana. Dalam pertandingan kumite di bawah organiasasi WUKO (World Union of Karate-Do Organization), teknik-teknik efektif yang digunakan pada

pertandingan adalah pukulan kebalikan (gyaku zuki), pukulan kejar (oi zuki), dan tendangan ke depan (mae geri). Terkadang kombinasi teknik yang dilakukan secara cepat juga cukup efektif, seperti kombinasi sapuan kaki (ashi barai) yang


(32)

25

dilanjufkan dengan teknik pukulan kejar (oi zuki). Teknik-teknik lain seperti tendangan memutar (mawashi geri), dan sentakan punggung kepalan (uraken uchi) yang dilancarkan secara tak terduga, juga cukup efektif. Dari pendapat tersebut di atas dapat diambil pengertian bahwa teknik-teknik sederhana yang mudah dilakukan merupakan teknik-teknik yang efektif jika digunakan dalam bertanding.

D. Reaksi

Widiarti, (2008:13) reaksi (reaction) adalah kemampuan seseorang untuk melakukan atau bertndak secepatnya dalam menanggapi rangsangan yang ditimbulkan lewat indera (gerak penerima oleh suatu rangsang yang datang). Reaksi adalah kemampuan gerak yang ada, pada manusia dalam melakukan aktifitas fisik dan ini merupakan wujud dari kemampuan organ-organ tubuh memenuhi kebutuhan dan menggunakan oksigen sehingga memungkinkan melakukan aktivitas fisik terus menerus tanpa istirahat, serta kemampuan membuang dan menghambat bertambahnya konsentrasi asam laktat di dalam tubuh. (Widiarti, 2008:13) Tes kecepatan reaksi tangan bertujuan untuk mengukur kemampuan tangan untuk melakukan reaksi terhadap suatu stimulus.

E. Power Lengan

Power merupakan kemapuan otot untuk mengatasi beban/tahanan dengan kecepatan kontraksi yang tinggi, kemampuan ini merupakan kombinasi anatara kekuatan dan kecepatan, kebanyakan cabang olahraga membutuhkan kekuatan kecepatan atau power. Kekuatan kecepatan terutama dibutuhkan dalam cabang-cabang olahraga yang


(33)

menuntut ledakan (eksplosif) tubuh, seperti cabang tolak, lempar, lompat dalam atletik, bulu tangkis, servis tennis, lari sprint, karate, judo, dan lain-lain. M. Sajoto (1995:58)

Pelaksanaan berbagai macam keterampilan atau aktivitas gerak khususnya dalam bela diri karate seorang pemain harus terlebih dahulu memiliki dasar kekuatan maupun kecepatan yang baik, kekuatan mengukur kemampuan untuk mengangkat bebannya dan kecepatan mengukur kecepatan untuk mengangkat beban itu. Untuk menampilkan sejumlah kerja berat secara cepat seperti dalam melempar,

menembak, maupun melangkah dan atau meloncat, serta gerakan lain yang diperlukan dalam permainan bola tangan maka diperlukan power. Power sangat diperlukan untuk satuan unjuk kerja harus dapat diselesaikan dengan sebaik mungkin dalam waktu singkat, dalam hal ini dapat dinyatakan bahwa daya ledak ( power) = kekuatan (strength) x kecepatan (speed).

Harsono (1988:200) mengatakan daya ledak atau power adalah kekuatan otot untuk mengarahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat cepat, power adalah hasil usaha dalam satuan unit waktu yang disebabkan ketika kontraksi otot memindahkan benda pada ruang atau jarak tertentu. Faktor yang mempengaruhi power adalah kekuatan dan kecepatan kontraksi otot, dalam kehidupan sehari-hari diperlukan untuk memindahkan sebagian atau seluruh tubuh dari satu tempat ke tempat lain yang dilakukan pada saat dan secara tiba-tiba. Bidang olahraga, misalnya melempar lembing, cakram, bola dan sebagainya.

Sajoto (1995:8) menjelaskan power lengan adalah gerakan yang dilakukan secara eksplosif. Maksudnya, kemampuan seseorang untuk mempergunakan kekuatan otot lengan yang dikerahkan secara maksimum dalam waktu sependek-pendeknya


(34)

27

ketika melakukan pukulan gyakusuki. Berorientasi pada berbagai macam pengertian power di atas menyebutkan dua unsur penting dalam daya ledak atau power yaitu kekuatan otot dan kecepatan, dalam mengerahkan tenaga maksimal untuk menghasilkan pukulan gyakusuki yang maksimal. Dengan demikian power merupakan salah satu unsur kondisi fisik yang dapat menentukan hasil prestasi seseorang dalam keterampilan gerak.

Besar kecilnya daya ledak dipengaruhi oleh otot yang melekat dan membungkus lengan tersebut, lengan terdapat pada tubuh bagian atas yang berfungsi untuk menggerakkan tubuh, seperti melempar, mendorong, menarik dan sebagainya. Terjadinya gerakan pada lengan tersebut disebabkan adanya otot-otot dan tulang, otot sebagi alat gerak aktif dan tulang sebagai alat gerak pasif. Gerakan dalam long pass merupakan gerakan rotasi medial lengan. Menurut Pate (1993:164), gerakan rotasi medial lengan digerakkan oleh otot subscapularis.

Gambar 2. Otot Lengan.


(35)

F. Latihan

Latihansangat penting dilakukan dalam membantu peningkatan kemampuan melakukan aktifitas olahraga, untuk memungkinkan peningkatan prestasi, latihan haruslah berpedoman teori-teori serta prinsip- prinsip latihan tertentu, tanpa melakukan latihan yang rutin maka mustahil atlet/peserta didik akan memperoleh prestasi yang diharapkan. Latihan adalah penyempurnaan fisik dan mental

organisme atlet secara sistematis untuk mencapai mutu prestasi dengan diberi beban, beban fisik, beban mental secara terarah dan meningkat. Latihan apapun bentuknya, jika dilakukan dengan benar akan memberikan suatu perubahan pada sistem tubuh, baik itu system aerobic, hormone maupun system otot. Menurut Nossek dalam Suharjana (2004:13), latihan adalah proses untuk pengembangan penampilan olahraga yang komplek dengan memakai isi latihan, metode latihan, tindakan organisasional yang sesuai dengan tujuan. Latihan menurut Harsono, (1988 :101) adalah suatu proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja yang dilakukan secara berulang-ulang dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan atau pekerjannya.

Menurut Bompa (1994:3) “training is a systematic athelic activity of long

duration, progressively and individually graded, aiming at modeling the human’s phsiological and physiological functions to meet demanding tasks”. Yang

diterjemahkan sebagai latihan adalah suatu aktifitas olahraga yang dilakukan secara sistematis dalam waktu yang lama ditingkatkan secara progresif dan individual mengarah kepada ciri- ciri fungsi fisiologis dan psikologis untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. Masih menurut Bompa latihan fisik yang


(36)

29

dilakukan dengan sistematis, berulang-ulang dan terprogram akan memberi dampak positif bagi tubuh, sebagai berikut :

1. Jantung akan membesar, lebih kuat, penambahan volume dan curah jantung. 2. Bertambahnya jumlah pembulu kapiler disekitar otot.

3. Bertambahnya kemampuan darah membawa oksigen.

4. Bertambahnya kemampuan sel otot menghasilkan energi dengan penambahan konsentrasi enzim penghasil energi.

5. Bertambahnya kemampuan sel otot untuk menetralisir dan menghancurkan sisa-sisa pembakaran.

6. Bertambahnya kemampuan sel otot dan hati untuk bahan bakar terutama glikogen.

7. Bertambah besarnya ukuran otot.

Menurut Harsono (1988:101), Latihan atau training adalah proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja yang dilakukan secara berulang-ulang dengan kian hari kian menambah beban latihannya atau pekerjaan. Yang dimaksud dengan

sistematis latihan adalah berencana menurut jadwal yang telah ditentukan, juga menurut pola dan sistem tertentu, metodis dari mudah kesusah, teratur dari sederhana ke kompleks. Berulang-ulang maksudnya agar gerakan-gerakan yang semula sukar dilakukan menjadi semakin mudah karena terbiasa.

Tujuan training menurut Harsono (1988:99) adalah untuk membantu siswa meningkatkan keterampilan dan prestasi agar semakin maksimal. Untuk mencapai hal tersebut ada beberapa aspek latihan yang perlu diperhatikan, yaitu:


(37)

a. Latihan fisik (Physical training)

Latihan ditujukan untuk perkembangan ffisik secara meenyeluruh, karena olahraga sangat membutuhkan kondisi fisik yang prima.

b. Latihan Teknik (Technical Training)

Latihan untuk mempermahir teknik-teknik gerakan yang diperlukan pada saat bertanding, baik teknik yang telah ada atau mempelajari teknik-teknik baru. c. Latihan taktik (Tactical Training)

Latihan untuk menumbuh kembangkan inteprestasi atau daya tafsir siswa. Teknik-teknik gerakan dengan baik haruslah dituangkan dan diorganisir dalam pola-pola permainan, bentuk-bentuk dan formasi-formasi permainan serta strategi dan taktik pertahanan dan penyerangan sehingga berkembang menjadi satu kesatuan gerak yang sempurna.

d. Latihan Mental (Physcological Training)

Latihan untuk mempertinggi efisiensi mental siswa, terutama bila siswa berada dalam posisi dan situasi stress yang kompleks. Tanpa memiliki mental yang bagus dapat dipastikan akan sulit mengatasi kondisi tersebut.

G. Prinsip-prinsip Latihan

Prinsip latihan atau training merupakan pedoman atau tata cara dalam melakukan suatu latihan, adapun prinsip-prinsip latihan adalah (a) prinsip beban latihan, (b) prinsip individualiasasi, (c) prinsip beragam, (d) prinsip kekhususan

a. Prinsip beban latihan (Overload principle)

Menurut Harsono (1988:103) prinsip overload merupakan prinsip latihan yang paling mendasar, prinsip ini mengatakan bahwa beban latihan yang di berikan kepada siswa haruslah cukup berat,serta harus dilakukan berulaang kali dengan


(38)

31

intensitas yang cukup tinggi dalm olahraga. Agar prestasi dapat meningkat siswa harus selalu berusaha untuk berlatih dengan beban kerja yang ada diatas ambang rangsang kepekaaannya. Kalau beban latihan terlalu ringan dan tidak ditambah maka berapa lamapun kita berlatih, seringpun kita berlatih atau sampai bagaimanapun capeknya kita mengulang-ulang latihan tersebut tidak akan mungkin meningkatkan prestasi. Jadi faktor beban atau overload dalam hal ini merupakn faktor yang sangat menentukan.

b. Prinsip Individualisasi(Multilateral development)

Menurut Harsono (1988:112) bahwa setiap orang mempunyai perbedaan individu masing-masing, demikian pula setiap siswa berbeda kemampuan, potensi dan karakteristik belajarnya, oleh karena itu prinsip individualisasi yang merupakan salah satu syarat yang penting dalam latihan kontemporer, Harus diterapkan kepada siswa, sekalipun mereka mempunyai tingkat prestasi yang sama. Seluruh konsep latihan harus disusun sesuai dengan kekhasan setiap individu agar tujuan latihan dapat sejauh mungkin tercapai.

c. Prinsip Beragam (Variety principle)

Latihan merupakan proses panjang yang dilakukan berulang-ulang kali, hal ini sering menimbulkan kebosanan. Untuk mengatasinya guru/ pelatih harus mampu menciptakan suasana yang menyenangkan serta membuat aneka bentuk latihan.

d. Prinsip Kekhususan (The principle of specificity)

Menurut Harsono (1988:109) spesialisasi berarti merupakan segala kemampuan, baik fisik maupun psikis pada cabang olahraga tertentu.


(39)

Kekhususan adalah latihan untuk satu cabang olahraga, mengarah pada perubahan harus ada kaitannya dengan keterampilan khusus.

e. Prinsip perkembangan menyeluruh (Multilateral principle)

Menurut Harsono (1988:109) Prinsip perkembangan multilateral didasarkan pada fakta bahwa selalu ada interpendensi (saling ketergantungan) antara semau organ dan sistem tubuh manusia dan proses-proses lahiriah dengan psikologis.

f. Prinsip latihan beraturan (The principle of progresissive resistance) Latihan hendaknya dimulai dari kelompok otot yang besar, keemudian dilanjutkan dengan otot yang kecil.

A. Kerangka Pikir

Unsur kebugaran tubuh yang termasuk dalam permainan dan olahraga beladiri karate-do adalah keseimbangan, kelincahan, kecepatan, kekuatan, daya tahan, kelentukan, koordinasi. Komponen reaksi tangan dan power lengan adalah komponen yang sangat membantu pemain dalam pertandingan karate-do. Dalam teknik pukulan gyakusuki dibutuhkan reaksi tangan dan power lengan untuk mengahasilkan pukulan yang maksimal sehingga mematahkan serangan dari lawan, dari uraian tersebut diduga bahwa latihan reaksi tangan dan power lengan memiliki hubungan pukulan gyakusuki cabang olahraga karate pada siswa ekstrakurikuler SMA N 13 Bandar Lampung.

B. Hipotesis

Menurut Suharsimi Arikunto (1998:67) hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang


(40)

33

terkumpul. Hipotesis adalah jawaban yang masih bersifat sementara dan bersifat teoritis. Sukardi, (2003:42)

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah suatu konsep yang berfungsi sebagai jawaban sementara terhadap masalah penelitian, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian adalah

H1 : Adakah hubungan yang signifikan reaksi tangan terhadap pukulan

gyakusuki cabang olahraga karate pada siswa ekstrakurikuler SMA N 13 Bandar Lampung.

H2 : Adakah hubungan yang signifikan power lengan terhadap pukulan

gyakusuki cabang olahraga karate pada siswa ekstrakurikuler SMA N 13 Bandar Lampung


(41)

III. METODELOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu cara tertentu yang digunakan untuk meneliti suatu permasalahan sehingga mendapatkan hasil atau tujuan yang diinginkan, berdasarkan tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan reaksi tangan dan power lengan terhadap pukulan gyakusuki Tahun Pelajaran 2013/2014, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional. Menurut Arikunto (1991:3) penelitian deskriptif korelasional atau penelitian korelasional yaitu untuk mengetahui seberapa erat hubungan antara kedua variabel atau lebih. penTujuan penelitian korelasional untuk menemukan ada tidaknya hubungan dan apabila ada, seberapa eratnya hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan itu.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan yang signifikan reaksi tangan dan power lengan terhadap pukulan gyakusuki pada siswa ekstrakurikuler SMA N 13 Bandar Lampung. Maka metode penelitian yang digunakan adalah metode deskiptif korelasi perbandingan yaitu untuk mengetahui hubungan setiap variabel bebas terhadap variabel terikat.”

Peneliti menduga bahwa unsur reaksi tangan dan power lengan memberikan hubungan yang berarti dengan kemampuan pukulan gyakusuki. Hubungan unsur


(42)

35

reaksi tangan dan power lengan dengan kemampuan pukulan gyakusuki cabang olahraga karate dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 6. Kerangka Pikir.

Keterangan : X1 : Reaksi tangan

X2 : Power lengan

Y : Kemampuan

B. Variabel Penelitian

Variabel adalah suatu gejala yang bervariasi yang menjadi obyek penelitian (Arikunto, 1991:118). Sedangkan dalam penelitian ini ada dua variabel bebas dan satu variabel terikat.

1. Variabel bebas adalah yang menghubungi, yaitu reaksi tangan (X1) dan power

lengan (X2).

2. Variabel terikat adalah variabel yang dihubungani, yaitu pukulan gyakusuki (Y).

X1

X2


(43)

C. Definisi Operasional Variabel

Untuk menyamakan persepsi mengenai variabel-variabel yang akan diukur dalam penelitian ini, maka perlu dipaparkan definisi operasional variabel sebagai

berikut:

1. Hubungan

Hubungan adalah sumbangan atau sokongan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005:520) dalam setiap cabang olahraga unsur kondisi fisik memberikan kontribusi dalam penguasaan teknik gerak bukan hanya sebagai unsur utama.

2. Karate

Karate-do jika diartikan secara halifah mempunyai arti kara berarti kosong, langit atau cakrawala te berarti tangan yang menyerupai alat fisik utama do berarti jalan seni perkasa. Dengan demikian karate-do dapat diartikan sebagai teknik seni perkasa yang memungkinkan seseorang bela diri tampa senjata.

3. Reaksi

Reaksi adalah kemampuan gerak menanggapi secepat mungkin hasil dari stimulus atau rangsangan yang ada.

4. Power Lengan

Power merupakan kemapuan otot untuk mengatasi beban/tahanan dengan kecepatan kontraksi yang tinggi, kemampuan ini merupakan kombinasi antara kekuatan dan kecepatan, kebanyakan cabang olahraga membutuhkan kekuatan kecepatan atau power. Kekuatan kecepatan terutama dibutuhkan dalam cabang-cabang olahraga yang


(44)

37

D. Populasi dan Sampel 1). Populasi

Menurut Sukardi (2003:53), populasi adalah semua anggota kelompok manusia, binatang, peristiwa, atau benda yang tinggal bersama dalam satu tempat dan secara terencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian. Populasi dibatasi sebagai jumlah penduduk sedikit mempunyai sifat yang sama atau homogen, sedangkan Suharsimi Arikunto (2006:130), bahwa populasi adalah keseluruhan objek penelitian, populasi dalam penelitian ini adalah 22 siswa.

2). Sampel

Dalam suatu proses penelitian, tidak perlu seluruh populasi diteliti akan tetapi dapat dilakukan terhadap sebagian dari jumlah populasi tersebut, sebagaimana yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto (2002:109) menjelaskan bahwa sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Apabila kurang dari 100, lebih baik diambil semua hingga penelitian merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika jumlah subjek besar dapat diambil antara 10-25% atau 20-25% atau lebih besar dari itu. Sesuai dengan pendapat di atas, karena jumlah populasi kurang dari 100 maka penulis mengambil sampel sebanyak 20 orang.

E. Instrument Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes pukulan gyakusuki, tes reaksi tangan dan tes medicine ball. Tes ini dimaksudkan untuk mengetahui hubungan reaksi tangan dan power lengan terhadap kemampuan pukulan gyakusuki.


(45)

a. Tempat dan Waktu Penelitian (1). Tempat Penelitian

Dilaksanakan di tempat SMA N 13 Bandar Lampung (2). Waktu Penilitian

Waktu penelitian dilakukan 1 minggu, Sajoto (1988:70) mengatakan dengan mengambil satu kali data, yang akan dilaksanakan pada bulan September Tahun 2013.

b. Pelakasanaan Tes

(1). Alat dan Perlengkapan

Alat yang dibutuhkan dalam tes pukulan gyakusuki, yaitu: 1. Stopwatch.

2. Body Protect. 3. Samsak

4. Pelindung tangan (hand protector) 5. Pelindung gigi (gumshield)

6. Penahan tulang kering (bokes) 7. Pakaian karate (dogi)

8. Blangko dan alat tulis untuk mencatat hasil tes. 9. Bola medice

10. Wale Body Reaction

Untuk mengetahui gambaran hubungan reaksi tangan dan power lengan terhadap pukulan gyakusuki di lakukan dengan tes sebagai berikut:


(46)

39

1. Tes whole body reaction

Tujuan pelaksanaan tes whole body reaction mengukur waktu reaksi tangan dan kaki dengan rangsang penglihatan

atau pendengaran, alat perlengkapan yang dibutuhkan reaction time meter, dengan ketelitian sampai dengan per 10.000 detik. Alat ini terdiri dari unit operator, unit penjawab dan 4 lampu perangsang dengan warna berbeda, serta bel.

Pelaksanaan tes whole body reaction:

a. Lampu perangsang diletakkan di depan testi, terpisah sejauh 3 meter, tinggi lampu sedikitnya 30° dari pandangan testi.

b. Unit penjawab diletakkan di lantai atau di atas meja di depan testi. c. Testi duduk dengan rileks, jari-jari diletakkan di atas tombol penjawab. d. Unit operator diletakkan di tempat yang tidak menghalangi pandangan

testi terhadap lampu perangsang.

e. Display angka pada unit operator harus menunjukkan angka 00.0000. f. Operator menekan tombol untuk menyalakan lampu perangsang (display

angka berjalan).

g. Testi menekan tombol penjawab sesuai dengan warna lampu yang menyala (display angka berhenti).

h. Bila yang akan diukur waktu reaksi kaki, kaki diletakkan di atas tombol penjawab.

i. Bila akan menggunakan rangsang audio, operator menekan bel dan testi menjawabnya dengan menekan tom¬bol penjawab bel.


(47)

Cara penilaian tes whole body reaction:

a. Angka yang tertera pada display angka ketika orang coba menjawab rangsang menunjukkan waktu reaksinya.

b. Waktu reaksi yang tercepat yang digunakan untuk menilai waktu reaksi testi.

2. Tes gyakusuki selama 30 detik

Tes gyakusuki dilakukan selama 30 detik dengan menghitung jumlah banyak pukulan tersebut yang dilakukan testee, tes ini dilakukan dengan

menggunakan samsak yang digunakan sebagai alat latihan untuk pukulan tangan.

3. Bola Medice

Tes ini dilakukan dengan tujuan untuk mengukur kemampuan power lengan, dengan melemparkan bila medice seberat 2 kilo setelah itu diukur dengan meteran dari titik awal ketitik akiran lemparan. Kesempatan melempar diambil sebanyak 3 kali,dan lemparan yang terbaik itu yang diambil

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data menggunakan teknik korelasi carl pearson dan korelasi

ganda. Sehubungan penelitian ini adalah penelitian populasi, maka tidak

diperlukan uji prasyarat.

1. Pengujian Hipotesis

a. Mencari Koefisien Korelasi

Untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dapat


(48)

41

369) Koefisien korelasi antara variabel X1 dengan Y, dan X2 dengan Y dapat

dicari dengan menggunakan rumus korelasi Carl Pearson :

 

2

2

 

2

i 2 i i i X -X -X X -X r           n n n i Keterangan :  i X

r = Koefisien korelasi

n = Jumlah sampel X = Skor variabel X Y = Skor variabel Y ∑X = Jumlah skor variabel X ∑Y = Jumlah skor variabel Y

∑X2

= Jumlah kuadrat skor variabel X

∑Y2

= Jumlah kuadrat skor variabel Y

Dalam Sugiyono (2008: 226) Kuatnya hubungan antar variabel dinyatakan dalam

koefisien korelasi. Koefisien korelasi positif terbesar = 1 dan koefisien korelasi

negatif terbesar = -1, sedangkan yang terkecil adalah 0. Bila hubungan antara dua

variabel atau lebih itu mempunyai koefisien korelasi = 1 atau -1, maka hubungan

tersebut sempurna. Jika didapat r = -1 maka terdapat korelasi negatif sempurna,

artinya setiap peningkatan pada variabel tertentu maka terjadi penurunan pada

variabel lainnya. Sebaliknya jika didapat r = 1, maka diperoleh korelasi positif

sempurna. Artinya ada hubungan yang positif antara variabel, dan kuat atau

tidaknya hubungan ditunjukkan oleh besarnya nilai koefisien korelasi. Dan


(49)

Tabel 1. Interpretasi koefisien korelasi nilai r. Interval Koefisien

Korelasi

Interpretasi Hubungan 0,80 - 1,00

0,60 - 0,79 0,40 - 0,59 0,20 - 0,39 0,00 - 0,19

Sangat kuat Kuat Cukup kuat Rendah Sangat rendah

Untuk mengetahui apakah koefisien korelasi hasil perhitungan signifikan atau

tidak, maka perlu dibandingkan dengan r tabel Product Moment, dengan taraf

signifikan 0,05 (taraf kepercayaan 95%).

Kaidah pengujian signifikan : Jika r hitung ≥ r tabel , maka tolak Ho artinya ada hubungan yang signifikan dan jika r hitung < r tabel, maka terima Ho artinya tidak

ada hubungan yang signifikan.

Untuk mengetahui kontribusi variabel X terhadap Y dicari dengan menggunakan

rumus koefisien determinasi (Sudjana, 2005: 369).

Adapun rumus koefisien determinasi sebagai berikut :

KP = r2x 100 % Keterangan :

KP = Nilai koefisien determinasi

r2 = Koefisien korelasi dikuadratkan

b. Mencari Korelasi Ganda

Untuk mencari hubungan kedua variabel bebas dengan variabel terikat dengan

menggunakan rumus Korelasi Ganda ( )

   

2 X X X X Y X Y X 2 Y X 2 Y X Y X X 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 r 1 r r r 2 r r R    


(50)

43

Keterangan :

Y X X1 2

R

: Koefisien korelasi ganda antar variabel X1 dan X2 secara bersama-sama dengan variabel Y

Υ

X1

r : Koefisien korelasi X1 terhadap Y Υ

X2

r

: Koefisien korelasi X2 terhadap Y

2 1X

X

r

: Koefisien korelasi X1 terhadap X2

Untuk mengetahui sumbangan kedua variabel bebas dengan variabel terikat,

koefisien determinasi dicari dengan mengalikan koefisisen korelasi ganda yang


(51)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka kesimpulan yang dapat

diambil dari penelitian ini adalah :

1. Reaksi memberikan hubungan yang signifikan terhadap pukulan gyiakusuki pada siswa ekstrakulikuler karate SMA N 13 Bandar Lampung.

2. Power lengan memberikan hubungan yang signifikan terhadap pukulan gyiakusuki pada siswa ekstrakulikuler karate SMA N 13 Bandar Lampung.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka dapat diajukan saran sebagai berikut :

1. Bagi mahasiswa

Perlu untuk melatih serta meningkatkan komponen reaksi, power lengan

karena kedua factor tersebut mempuyai hubungan yang signifikan

terhadap peningkatan kecepatan pukulan dalam olahraga bela diri


(52)

49

2. Bagi Pelatih dan Guru Pendidikan Jasmani

Dalam usaha meningkatkan hasil latihan yang optimal hendaknya

memperhatikan komponen reaksi, power lengan dalam penguasaan

peningkatan kecepatan pukulan dalam olahraga bela diri sesorang.

3. Bagi Program Study Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi masih ada unsur lain yang mempengaruhi dalam usaha peningkatan

kemampuan melakukan pukulan gyiakusuki, hal ini dapat diteliti guna

mengetahui unsur – unsure lain yang dapat meningkatkan kecepatan pukulan yang dapat diteliti mahasiswa lainya.


(53)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, M Nakayama, Sabeth Muchsin. (1980) : Best Karate Comprehensive, Cetakan Pertama

Ahmad, Ali. (1994). Klasifikasi Karate Goju-Ryu, Yrama Widaya : Jakarta Arikunto, Suharsimi. (1998). Prosedur Penelitian, Rineka Cipta : Yogyakarta. ... (2006). Prosedur Penelitian, Rineka Cipta : Yogyakarta. Bompa, Tudor. 1999. Theory and Methodology of Training. Toronto: York

University

David C. Nieman. Fitness and Sport Medicine and Introduction. Bull Publishing Company, 1990.

Dinata, Marta. 2005. Rahasia Latihan Sang Juara. Jakarta: Penerbit Cerdas Jaya Erlangga Tony. 2009. Rangkuman Pengetahuan Penjas-Orkes. Solo : Erlangga Harsono.1988. Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis dalam Coaching.

Depdikbud Dirti PPLPTK. Jakarta.

_______. 2004. Perencanaan Program Latihan: Edisi Kedua. Bandung. Kanca, Nyoman. 1990. Hubungan Latihan Lari Percepatan dan Latihan Lari

Cepat Berselang Terhadap Daya Ledak dan Kecepatan. Tesis (tidak diterbitkan). Surabaya: Fakultas Pasca Sarjana UNAIR.

Muhajir. 2003. Pendidikan Jasmani Untuk Kelas 1 SMP. Bandung: Yudhistira Mukholid, Agus. (2007). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Yudhistira :

Surakarta.

Nakayama, Masatosi. 1978. Best Kerate I. Kodansha International. Tokyo. Nasution. (1984). Didaktik Asas-asas` Mengajar. Bandung : Jemars.


(54)

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. (2009). Universitas Lampung : Bandar Lampung.

Ridwan, (2005). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Penelitian Pemula, Alfabeta : Bandung.

Rusli Lutan, (1988). Belajar Keterampilan Motorik Pengantar Teori dan Metode. Jakarta : Depdikbud.

Sadoso, Kesehatan Olahraga dan Pekembangan Pada Manual Kesehatan Olahraga ed. VI. 1988.

Sajoto, Mochamad. 1995. Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Depdikbud Dirjen Dikti PPLPTK. Jakarta.

Sajoto, M. (1996). Teknik Oyama Karate Seri Kihon. PT. Dahafa Prize : Jakarta Saputra M Yudha. (2002). Rencana Mengajar, Jakarta : Yudhistira.

Subagio DKK. 2004. Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Materi Pokok, Universitas Terbuka.

Suharjana. 2004. Kebugaran Jasmani. FIK UNY. Yogyakarta.

Sukardi. (2003). Metodelogi Penelitian Pendidikan, Yogyakarta : Bumi Aksara Supandi. (1992). Strategi Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani. Jakarta:

Depdikbud

Suranto, Heru. (1991). Pengetahuan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Jakarta : Universitas Terbuka

Surayin. (1998). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Jakarta : Yudhistira. Tarigan Herman. (2008). Belajar Motorik. Bandar Lampung.

_____(2006). Gerak Dasar Perkembangan Motorik. Bandar Lampung.

Unila. (2008). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung, Bandar Lampung : Universitas Lampung


(55)

LAMPIRAN 4. HASIL TEST PENELITIAN

TABEL 5. DATA HASIL TEST PENELITIAN

NO NAMA TEST

PUSH - UP

TEST REAKSI

PUKULAN GYAKUSUKI

1 UN 24 0,368 100

2 DI 24 0,308 95

3 RS 20 0,339 102

4 CT 16 0,217 120

5 AR 20 0,221 100

6 AG 20 0,216 104

7 DS 28 0,186 150

8 MZ 28 0,202 110

9 FD 21 0,21 102

10 RM 22 0,271 108

11 DM 25 0,301 115

12 MJ 19 0,254 120

13 CA 18 0,1999 105

14 MY 21 0,2 105

15 KH 23 0,205 103

16 RM 25 0,305 95

17 AN 26 0,301 117

18 NS 24 0,3 114

19 WT 20 0,218 85


(56)

51

LAMPIRAN 5. HASIL TEST PENELITIAN

TABEL 6. DATA HASIL TEST BOLA MEDICE Z-SKOR DAN T- SKOR

NO NAMA TEST

PUSH - UP SD ̅ Z SKOR T SKOR

1 UN 24 3,3 22,2 17,27 222,72

2 DI 24 3,3 22,2 17,27 222,72

3 RS 20 3,3 22,2 13,27 182,72

4 CT 16 3,3 22,2 9,27 142,72

5 AR 20 3,3 22,2 13,27 182,72

6 AG 20 3,3 22,2 13,27 182,72

7 DS 28 3,3 22,2 21,27 262,72

8 MZ 28 3,3 22,2 21,27 262,72

9 FD 21 3,3 22,2 14,27 192,72

10 RM 22 3,3 22,2 15,27 202,72

11 DM 25 3,3 22,2 18,27 232,72

12 MJ 19 3,3 22,2 12,27 172,72

13 CA 18 3,3 22,2 11,27 162,72

14 MY 21 3,3 22,2 14,27 192,72

15 KH 23 3,3 22,2 16,27 212,72

16 RM 25 3,3 22,2 18,27 232,72

17 AN 26 3,3 22,2 19,27 142,72

18 NS 24 3,3 22,2 17,27 222,72

19 WT 20 3,3 22,2 13,27 182,72


(57)

LAMPIRAN 6. HASIL TEST PENELITIAN

TABEL 7. DATA HASIL TEST REAKSI Z-SKOR DAN T- SKOR

NO NAMA TEST

REAKSI SD ̅ Z SKOR T SKOR

1 UN 0,368 0,05 0,25 -4,632 3,68

2 DI 0,308 0,05 0,25 -4,692 3,08

3 RS 0,339 0,05 0,25 -4,661 3,39

4 CT 0,217 0,05 0,25 -4,783 2,17

5 AR 0,221 0,05 0,25 -4,779 2,21

6 AG 0,216 0,05 0,25 -4,784 2,16

7 DS 0,186 0,05 0,25 -4,814 1,86

8 MZ 0,202 0,05 0,25 -4,798 2,02

9 FD 0,21 0,05 0,25 -4,79 2,1

10 RM 0,271 0,05 0,25 -4,729 2,71

11 DM 0,301 0,05 0,25 -4,699 3,01

12 MJ 0,254 0,05 0,25 -4,746 2,54

13 CA 0,1999 0,05 0,25 -4,8001 1,999

14 MY 0,2 0,05 0,25 -4,8 2

15 KH 0,205 0,05 0,25 -4,795 2,05

16 RM 0,305 0,05 0,25 -4,695 3,05

17 AN 0,301 0,05 0,25 -4,699 3,01

18 NS 0,3 0,05 0,25 -4,7 3

19 WT 0,218 0,05 0,25 -4,782 2,18


(58)

53

LAMPIRAN 7. HASIL TEST PENELITIAN

TABEL 8. DATA HASIL TEST PUKULAN GYAKUSUKI Z-SKOR DAN T- SKOR

NO NAMA PUKULAN

GYAKUSUKI SD RERATA Z SKOR T SKOR

1 UN 100 13,86 107 92,27 972,79

2 DI 95 13,86 107 87,27 922,79

3 RS 102 13,86 107 94,27 992,79

4 CT 120 13,86 107 112,27 1172,79

5 AR 100 13,86 107 92,27 972,79

6 AG 104 13,86 107 96,27 1012,79

7 DS 150 13,86 107 142,27 1472,79

8 MZ 110 13,86 107 102,27 1072,79

9 FD 102 13,86 107 94,27 992,79

10 RM 108 13,86 107 100,27 1052,79

11 DM 115 13,86 107 107,27 1122,79

12 MJ 120 13,86 107 112,27 1172,79

13 CA 105 13,86 107 97,27 1022,79

14 MY 105 13,86 107 97,27 1022,79

15 KH 103 13,86 107 95,27 1002,79

16 RM 95 13,86 107 87,27 922,79

17 AN 117 13,86 107 109,27 1142,79

18 NS 114 13,86 107 106,27 1112,79

19 WT 85 13,86 107 77,27 822,79


(59)

LAMPIRAN 8. MENCARI KOOFISIEN KORELASI

TABEL 9. KOOFISIEN KORELASI REAKSI TERHADAP PUKULAN GYAKUSUKI

NO NAMA Y .Y

1 UN 222,72 49604,1984 972,79 946320,3841 216659,7888 2 DI 222,72 49604,1984 922,79 851541,3841 205523,7888 3 RS 182,72 33386,5984 992,79 985631,9841 181402,5888 4 CT 142,72 20368,9984 1172,79 1375436,384 167380,5888 5 AR 182,72 33386,5984 972,79 946320,3841 177748,1888 6 AG 182,72 33386,5984 1012,79 1025743,584 185056,9888 7 DS 262,72 69021,7984 1472,79 2169110,384 386931,3888 8 MZ 262,72 69021,7984 1072,79 1150878,384 281843,3888 9 FD 192,72 37140,9984 992,79 985631,9841 191330,4888 10 RM 202,72 41095,3984 1052,79 1108366,784 213421,5888 11 DM 232,72 54158,5984 1122,79 1260657,384 261295,6888 12 MJ 172,72 29832,1984 1172,79 1375436,384 202564,2888 13 CA 162,72 26477,7984 1022,79 1046099,384 166428,3888 14 MY 192,72 37140,9984 1022,79 1046099,384 197112,0888 15 KH 212,72 45249,7984 1002,79 1005587,784 213313,4888 16 RM 232,72 54158,5984 922,79 851541,3841 214751,6888 17 AN 242,72 58912,9984 1142,79 1305968,984 277377,9888 18 NS 222,72 49604,1984 1112,79 1238301,584 247840,5888 19 WT 182,72 33386,5984 822,79 676983,3841 150340,1888 20 LR 172,72 29832,1984 872,79 761762,3841 150748,2888 JUMLAH 4084,4 4076,5 854851,154 834581,245


(60)

55

=

=

=

=

=

=

= 0,93

MENCARI KOOFIESIENSI DETERMINASI KP = 100%

KP = 100% KP = 100% KP = %


(61)

LAMPIRAN 9. MENCARI KOOFISIEN KORELASI

TABEL 10 . KOOFISIEN KORELASI POWER LENGAN TERHADAP PUKULAN GYAKUSUKI

NO NAMA Y .Y

1 UN 3,68 13,54 972,79 946320,3841 3579,8672

2 DI 3,08 9,4864 922,79 851541,3841 2842,1932

3 RS 3,39 11,4921 992,79 985631,9841 3365,5581

4 CT 2,17 4,7089 1172,79 1375436,384 2544,9543

5 AR 2,21 4,8841 972,79 946320,3841 2149,8659

6 AG 2,16 4,6656 1012,79 1025743,584 2187,6264

7 DS 1,86 3,4596 1472,79 2169110,384 2739,3894

8 MZ 2,02 4,0804 1072,79 1150878,384 2167,0358

9 FD 2,1 4,41 992,79 985631,9841 2084,859

10 RM 2,71 7,3441 1052,79 1108366,784 2853,0609

11 DM 3,01 9,0601 1122,79 1260657,384 3379,5979

12 MJ 2,54 6,4516 1172,79 1375436,384 2978,8866

13 CA 1,999 3,996001 1022,79 1046099,384 2044,55721

14 MY 2 4 1022,79 1046099,384 2045,58

15 KH 2,05 4,2025 1002,79 1005587,784 2055,7195

16 RM 3,05 9,3025 922,79 851541,3841 2814,5095

17 AN 3,01 9,0601 1142,79 1305968,984 3439,7979

18 NS 3 9 1112,79 1238301,584 3338,37

19 WT 2,18 4,7524 822,79 676983,3841 1793,6822

20 LR 2,15 4,6225 872,79 761762,3841 1876,4985


(62)

57

=

√{ }

=

√{ – }

=

=

=

= 0,89

MENCARI KOOFIESIENSI DETERMINASI KP = 100%

KP = 100% KP = 100% KP = %


(63)

LAMPIRAN 10. TABEL NILAI R PRODUCT MOMENT

Tabel Nilai r Product Moment

N

TARAF

SIGNIFIKAN N

TARAF

SIGNIFIKAN N

TARAF SIGNIFIKAN

95% 99% 95% 99% 95% 99%

3 0,997 0,999 27 0,381 0,487 55 0,266 0,345

4 0,950 0,990 28 0,374 0,478 60 0,254 0,330

5 0,878 0,959 29 0,367 0,470 65 0,244 0,317

6 0,811 0,917 30 0,361 0,463 70 0,235 0,306

7 0,754 0,874 31 0,355 0,456 75 0,227 0,296

8 0,707 0,834 32 0,349 0,449 80 0,220 0,286

9 0,666 0,798 33 0,344 0,442 85 0,213 0,278

10 0,632 0,765 34 0,339 0,436 90 0,207 0,270

11 0,602 0,735 35 0,334 0,430 95 0,202 0,263

12 0,576 0,708 36 0,329 0,424 100 0,195 0,256

13 0,553 0,684 37 0,325 0,418 125 0,176 0,230

14 0,532 0,661 38 0,320 0,413 150 0,159 0,210

15 0,514 0,641 39 0,316 0,408 175 0,148 0,194

16 0,497 0,623 40 0,312 0,403 200 0,138 0,181

17 0,482 0,606 41 0,308 0,398 300 0,113 0,148

18 0,468 0,590 42 0,304 0,393 400 0,098 0,128

19 0,456 0,575 43 0,301 0,389 500 0,088 0,115

20 0,444 0,561 44 0,297 0,384 600 0,080 0,105

21 0,433 0,549 45 0,294 0,380 700 0,074 0,097

22 0,423 0,537 46 0,291 0,376 800 0,070 0,091

23 0,413 0,526 47 0,288 0,372 900 0,065 0,086

24 0,404 0,515 48 0,284 0,368 1000 0,062 0,081

25 0,369 0,505 49 0,281 0,364

26 0,388 0,496 50 0,279 0,361


(64)

59

LAMPIRAN 11. FOTO-FOTO PENELITIAN

Gambar 7. Foto Memberikan Instruksi Pengambilan Data

Gambar 8. Foto Pengambilan Data Reaksi


(65)

Gambar 9. Foto Pengambilan Data Power Lengan


(66)

61

Gambar 11. Foto anak melakukan gerakan pukulan Gyakusuki

Gambar 12. Foto Bersama dengan Siswa SMAN 13 Bandar Lampung


(1)

LAMPIRAN 9. MENCARI KOOFISIEN KORELASI

TABEL 10 . KOOFISIEN KORELASI POWER LENGAN TERHADAP PUKULAN GYAKUSUKI

NO NAMA Y .Y

1 UN 3,68 13,54 972,79 946320,3841 3579,8672 2 DI 3,08 9,4864 922,79 851541,3841 2842,1932 3 RS 3,39 11,4921 992,79 985631,9841 3365,5581 4 CT 2,17 4,7089 1172,79 1375436,384 2544,9543 5 AR 2,21 4,8841 972,79 946320,3841 2149,8659 6 AG 2,16 4,6656 1012,79 1025743,584 2187,6264 7 DS 1,86 3,4596 1472,79 2169110,384 2739,3894 8 MZ 2,02 4,0804 1072,79 1150878,384 2167,0358 9 FD 2,1 4,41 992,79 985631,9841 2084,859 10 RM 2,71 7,3441 1052,79 1108366,784 2853,0609 11 DM 3,01 9,0601 1122,79 1260657,384 3379,5979 12 MJ 2,54 6,4516 1172,79 1375436,384 2978,8866 13 CA 1,999 3,996001 1022,79 1046099,384 2044,55721

14 MY 2 4 1022,79 1046099,384 2045,58

15 KH 2,05 4,2025 1002,79 1005587,784 2055,7195 16 RM 3,05 9,3025 922,79 851541,3841 2814,5095 17 AN 3,01 9,0601 1142,79 1305968,984 3439,7979

18 NS 3 9 1112,79 1238301,584 3338,37

19 WT 2,18 4,7524 822,79 676983,3841 1793,6822 20 LR 2,15 4,6225 872,79 761762,3841 1876,4985 JUMLAH 50,369 132,521 4076,5 854851,154 52281,6


(2)

=

√{ }

=

√{ – }

=

=

=

= 0,89

MENCARI KOOFIESIENSI DETERMINASI

KP = 100%

KP = 100%

KP = 100%


(3)

LAMPIRAN 10. TABEL NILAI R PRODUCT MOMENT

Tabel Nilai r Product Moment

N

TARAF

SIGNIFIKAN N

TARAF

SIGNIFIKAN N

TARAF SIGNIFIKAN

95% 99% 95% 99% 95% 99%

3 0,997 0,999 27 0,381 0,487 55 0,266 0,345

4 0,950 0,990 28 0,374 0,478 60 0,254 0,330

5 0,878 0,959 29 0,367 0,470 65 0,244 0,317

6 0,811 0,917 30 0,361 0,463 70 0,235 0,306

7 0,754 0,874 31 0,355 0,456 75 0,227 0,296

8 0,707 0,834 32 0,349 0,449 80 0,220 0,286

9 0,666 0,798 33 0,344 0,442 85 0,213 0,278

10 0,632 0,765 34 0,339 0,436 90 0,207 0,270

11 0,602 0,735 35 0,334 0,430 95 0,202 0,263

12 0,576 0,708 36 0,329 0,424 100 0,195 0,256 13 0,553 0,684 37 0,325 0,418 125 0,176 0,230 14 0,532 0,661 38 0,320 0,413 150 0,159 0,210 15 0,514 0,641 39 0,316 0,408 175 0,148 0,194 16 0,497 0,623 40 0,312 0,403 200 0,138 0,181 17 0,482 0,606 41 0,308 0,398 300 0,113 0,148 18 0,468 0,590 42 0,304 0,393 400 0,098 0,128 19 0,456 0,575 43 0,301 0,389 500 0,088 0,115 20 0,444 0,561 44 0,297 0,384 600 0,080 0,105 21 0,433 0,549 45 0,294 0,380 700 0,074 0,097 22 0,423 0,537 46 0,291 0,376 800 0,070 0,091 23 0,413 0,526 47 0,288 0,372 900 0,065 0,086 24 0,404 0,515 48 0,284 0,368 1000 0,062 0,081 25 0,369 0,505 49 0,281 0,364

26 0,388 0,496 50 0,279 0,361 Sumber : Sudjana (2006:35)


(4)

LAMPIRAN 11. FOTO-FOTO PENELITIAN

Gambar 7. Foto Memberikan Instruksi Pengambilan Data

Gambar 8. Foto Pengambilan Data Reaksi


(5)

Gambar 9. Foto Pengambilan Data Power Lengan


(6)

Gambar 11. Foto anak melakukan gerakan pukulan Gyakusuki

Gambar 12. Foto Bersama dengan Siswa SMAN 13 Bandar Lampung


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN POWER LENGAN DAN POWER TUNGKAI DENGAN HASIL KEMAMPUAN LONCAT HARIMAU PADA SISWA KELAS VIII SMP IT FITRAH INSANI BANDAR LAMPUNG

1 33 53

HUBUNGAN KEKUATAN OTOT LENGAN MENDORONG DAN OTOT LENGAN MENARIK TERHADAP KECEPATAN RENANG GAYA BEBAS PADA SISWA KELAS VIII C SMP WIYATAMA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013/2014

0 10 46

HUBUNGAN POWER OTOT TUNGKAI POWER OTOT LENGAN KELENTUKAN DAN KESEIMBANGAN DENGAN HASIL BELAJAR KAYANG PADA SISWA KELAS X SMK YAGSMI BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 19 67

HUBUNGAN REAKSI TANGAN DAN POWER LENGAN DENGAN KEMAMPUAN PUKULAN GYAKUSUKI CABANG OLAHRAGA KARATE PADA SISWA EKSTRAKULIKULER KARATE SMA N 13 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2013/2014

6 25 66

PEMBELAJARAN MEMBACA ASPEK KEBAHASAAN PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 13 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

3 99 67

HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DENGAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS SMA GAJAH MADA BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2013/2014

2 11 79

KONTRIBUSI KESEIMBANGAN, POWER TUNGKAI, DAN KELENTUKAN PERGELANGAN TANGAN DENGAN KEMAMPUAN LAY-UP SHOOT DALAM PERMAINAN BOLA BASKET PADA SISWA EKSTRAKULIKULER SMK N 4 BANDAR LAMPUNG

1 16 64

HUBUNGAN ANTARA KELENTUKAN TUBUH DAN KECEPATAN REAKSI DENGAN KETERAMPILAN MENGGIRING BOLA PADA PERMAINAN SEPAKBOLA SISWA EKSTRAKULIKULER SMK YADIKA BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2015

0 3 52

KONTRIBUSI POWER OTOT TUNGKAI, PANJANG TUNGKAI DAN KESEIMBANGAN TERHADAP KECEPATAN TENDANGAN MAWASI GERY DI RANTING KARATE BUSHIDO BANDAR LAMPUNG

12 75 58

ANALISIS PERTANDINGAN OLIMPIADE OLAHRAGA SISWA NASIONAL CABANG KARATE TINGKAT SMA KOTA PONTIANAK

0 0 7