PENGARUH PROMOSI KESEHATAN MENGENAI SKABIES TERHADAP PENGETAHUAN DAN PERILAKU PERSONAL HIGIENE PADA SISWI KELAS 1 MTs DI PONDOK PESANTREN DINIYYAH PUTRI LAMPUNG EFFECT OF HEALTH PROMOTION ABOUT SCABIES TO KNOWLEDDGE AND PERSONAL HYGIENE IN 1ST GRADE OF IS

(1)

HIGIENE PADA SISWI KELAS 1 MTs DI PONDOK

PESANTREN DINIYYAH PUTRI LAMPUNG

Oleh

NOPA SEPTIA ANGGRAINI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(2)

ABSTRACT

EFFECT OF HEALTH PROMOTION ABOUT SCABIES TO KNOWLEDDGE AND PERSONAL HYGIENE IN 1ST GRADE OF ISLAMIC JUNIOR HIGH GIRL STUDENTS AT DINNIYAH PUTRI

LAMPUNG ISLAMIC EDUCATION

By

NOPA SEPTIA ANGGRAINI

Scabies is an infectious disease caused by Sarcoptei scabiei. This disease is often correlated with the people who live in community like pesantren, the lack of health knowledge and unhealthy behavior, such as not allow to spread out the women clothes in the sun to dry, is one of risk factor of scabies.

This study was carried out to know the effect of health promotion about scabies to knowledge and personal hygiene. This study was done in November-December 2013 in Dinniyah Putri Lampung Islamic Education. It used quasi experimental method by pre and post test approach. The sample of this research consisted 138 students that were taken carefully. Data of personal hygiene knowledge and behaviors were measured with a questionnaire. Data were analyzed by paired t-test that was performed after Kolmogorov-Smirnov normality t-test.

The result showed increase of knowledge and personal hygiene scores after the intervention has given to respondences. The average of knowledge score were 67,43 and increased to 75,11 after the intervention. The average of personal hygiene score were 67,63 and increased to 76,50 after the intervention. Statistic analysis showed significant difference between knowledge and personal hygiene scores before and after the intervention. In conclusion, health promotion about scabies has effect to knowledge and personal hygiene in 1st grade of islamic junior high girl students at Dinniyah Putri Lampung Islamic Education

Keywords: Knowledge, personal higiene, scabies, first grade of islamic junior high girl students.


(3)

PENGARUH PROMOSI KESEHATAN MENGENAI SKABIES

TERHADAP PENGETAHUAN DAN PERILAKU PERSONAL

HIGIENE PADA SISWI KELAS 1 MTs DI PONDOK

PESANTREN DINIYYAH PUTRI LAMPUNG

Oleh

NOPA SEPTIA ANGGRAINI

Skabies merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Sarcoptei scabiei. Penyakit ini sering dihubungkan dengan orang yang hidup dalam komunitas seperti pada pondok pesantren, kurangnya pengetahuan kesehatan dan perilaku yang tidak sehat seperti tidak boleh menjemur pakaian santri wanita di bawah terik matahari, merupakan salah satu faktor risiko terjadinya skabies.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pengetahuan dan perilaku personal higiene dengan kejadian penyakit skabies. Penelitian ini dilakukan dengan metode kuasi eksperimental dan pendekatan pre and post test. Sampel berjumlah 138 siswi yang diambil dengan teliti. Data pengetahuan dan perilaku personal higiene diukur dengan kuesioner. Data dianalisis dengan t-test berpasangan yang sebelumnya telah dilakukan uji normalitas data Kolmogorov Smirnov.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat peningkatan skor pengetahuan dan personal higiene setelah pemberian intervensi kepada responden. Rerata skor pengetahuan dari 67,43 meningkat menjadi 75,11. Rerata skor personal higiene dari 67,63 meningkat menjadi 76,51. Uji statistik menunjukkan adanya perbedaan bermakna antara skor pengetahuan dan personal higiene sebelum dan setelah pemberian intervensi. Simpulan, terdapat pengaruh promosi kesehatan mengenai skabies terhadap pengetahuan dan personal higiene pada siswi kelas 1 MTs di Pondok Pesantren Diniyyah Putri Lampung.


(4)

(5)

DAFTAR ISI

Daftar Isi ... i

Daftar Tabel ... iii

Daftar Gambar ... iv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Kerangka Pemikiran ... 7

F. Hipotesis ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Skabies ... 9

A.1. Pengertian Skabies ... 9

A.2. Etiologi ... 9

A.3. Epidemiologi ... 10

A.4. Patogenesis ... 10

A.5. Cara Penularan ... 10

A.6. Gambaran Klinis ... 11

A.7. Diagnosis Banding ... 12

A.9. Penatalaksanaan Skabies ... 12

A.10. Prognosis ... 14

A.11. Pencegahan ... 14

B. Pengetahuan ... 16

B.1. Pengertian ... 17

B.2. Pengukuran Pengetahuan ... 19

B.3. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 19

C. Perilaku Personal Higiene ... 22

C.1. Definisi ... 22

C.2. Kebersihan Diri ... 26

C.3. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Personal Higiene ... 27

D. Promosi Kesehatan ... 28

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 31

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

C. Populasi Penelitian ... 31


(6)

E. Definisi Operasional ... 33

F. Alat dan Teknik Pengambilan Data ... 34

G. Pengolahan dan Analisis Data ... 36

H. Etika Penelitian ... 38

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil ... 39

A.1. Gambaran Umum Penelitian ... 39

A.2. Analisis Univariat ... 39

A.2.1. Pengetahuan Responden ... 39

A.2.2. Perilaku Personal Higiene Responden ... 42

A.2.3. Angka Skabies ... 44

A.3. Analisis Bivariat ... 45

B. Pembahasan ... 47

B.1. Karakteristik Responden ... 47

B.2. Pengaruh Promosi Kesehatan Terhadap Pengetahuan ... 48

B.3. Pengaruh Promosi Kesehatan Terhadap Perilaku Personal Higiene ... 50

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 53

A.1. Simpulan Umum ... 53

A.2. Simpulan Umum ... 53

B. Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Teori ... 7

Gambar 2. Kerangka Konsep ... 8

Gambar 3. Morfologi Sarcoptes scabiei ... 10

Gambar 4. Diagram Alur Penelitian ... 35

Gambar 5. Proporsi Tingkat Pengetahuan Sebelum Promosi Kesehatan .. 40

Gambar 6. Proporsi Tingkat Pengetahuan Setelah Promosi Kesehatan .... 41

Gambar 7. Proporsi Tingkat Perilaku Personal Higiene Sebelum Promosi Kesehatan ... 43

Gambar 8. Proporsi Tingkat Perilaku Personal Higiene Setelah Promosi Kesehatan ... 44


(8)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Skabies adalah penyakit menular disebabkan infestasi dan sensitasi Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya. Skabies disebut juga the itch, seven year itch, Norwegian itch, gudikan, gatal agogo, budukan atau penyakit amper. Penyebab penyakit skabies sudah dikenal lebih dari 100 tahun lalu sebagai akibat infestasi tungau yang dinamakan Acarus scabiei atau pada manusia disebut Sarcoptes scabiei varian hominis. Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Acarina, super famili Sarcoptes (Harahap, 2008).

Skabies identik dengan penyakit pada manusia yang hidup dalam suatu komunitas seperti pondok pesantren, hal ini terjadi karena kondisi kebersihan yang kurang terjaga, sanitasi buruk, kurang gizi dan kondisi ruangan terlalu lembab dan kurang mendapat sinar matahari secara langsung. Skabies menular dengan cepat pada suatu komunitas yang tinggal bersama sehingga dalam pengobatannya harus dilakukan secara serentak dan menyeluruh pada semua orang dan lingkungan pada komunitas yang terserang skabies, karena apabila dilakukan pengobatan secara individual maka akan mudah tertular kembali penyakit skabies (Djuanda, 2010).


(9)

Perilaku hidup bersih dan sehat terutama kebersihan perseorangan bagi santri yang tinggal di pondok pesantren pada umumnya kurang mendapatkan perhatian, ditambah lagi dengan pengetahuan yang cenderung kurang baik mengenai kesehatan dan perilaku yang tidak sehat, seperti menggantung pakaian di kamar, tidak membolehkan pakaian santri wanita dijemur di bawah terik matahari, dan saling bertukar pakaian, benda pribadi, seperti sisir dan handuk (Depkes, 2007).

Skabies merupakan penyakit kulit yang masih dijumpai di Indonesia dan tetap menjadi masalah kesehatan masyarakat (Sudirman, 2006). Berdasarkan data dari dinas kesehatan Provinsi Lampung tahun 2011, jumlah kasus baru penyakit skabies berjumlah 1135 orang, tahun 2012 mengalami peningkatan lebih dari 2x lipat dari tahun 2011 yaitu dari 1135 orang menjadi 2941 orang (Dinkes Provinsi Lampung, 2013). Berdasaran pola penyakit yang terjadi di Kabupaten Pesawaran menunjukkan bahwa penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat seperti malaria, demam berdarah dan penyakit infeksi lainnya termasuk skabies. Data penyakit skabies sendiri di Kabupaten Pesawaran berdasarkan prevalensi skabies adalah 4%, yang terdiri atas golongan umur 5-44 tahun, prevalensinya 6%, umur 45-59 sebanyak 16% prevalensinya dan pada golongan umur > 60 tahun untuk prevalensi skabies 19% (Dinkes Pesawaran, 2013).

Kebanyakan santri yang terkena penyakit skabies adalah santri baru yang belum dapat beradaptasi dengan lingkungan, sebagai santri baru yang belum tahu kehidupan di pondok pesantren membuat mereka luput dari kesehatan,


(10)

3

mandi secara bersama-sama, saling tukar pakaian, handuk, dan sebagainya yang dapat menyebabkan tertular penyakit skabies (Badri, 2008).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku kesehatan dan pengetahuan terhadap penyakit skabies dapat mempengaruhi kejadian skabies. Dengan demikian, peningkatan pengetahuan dan promosi kesehatan terhadap perilaku kesehatan dan pengetahuan, juga dapat memberi pengaruh terhadap penurunan kejadian skabies. Intervensi untuk meningkatkan kualitas pengetahuan dan personal higiene dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah promosi kesehatan.

Menurut Green yang dikutip dari Notoatmodjo (2007) promosi kesehatan merupakan determinan penting dari perilaku hidup sehat masyarakat. Promosi kesehatan mempengaruhi 3 faktor penyebab mengapa seseorang melakukan perilaku tertentu, yaitu: (1) Faktor pemungkin atau predisposing factor, sebagai faktor pemicu perilaku yang memungkinkan suatu motivasi atau aspirasi terlaksana; (2) Faktor pemudah atau reinforcing factor, adalah faktor dasar atau motivasi bagi perilaku, misalnya pengetahuan, sikap, keyakinan dan nilai yang dimiliki seseorang; (3) Faktor penguat atau enabling factor, yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lainnya yang dipercaya oleh masyarakat.

Proses pembentukan dan perubahan perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) berupa kecerdasan, persepsi, motivasi, minat dan emosi untuk memproses pengaruh dari luar. Faktor yang berasal dari luar (eksternal) meliputi objek, orang kelompok, dan


(11)

hasil-hasil kebudayaaan yang dijadikan sasaran dalam mewujudkan bentuk perilakunya. Promosi kesehatan yang berisi nilai-nilai kesehatan yang berasal dari luar diri individu, cenderung dapat mempengaruhi kondisi internal dan eksternal individu atau masyarakat. (Notoatmodjo, 2007).

Kejadian skabies yang sulit dipisahkan di kalangan manusia yang hidup dalam komunitas pada seperti pondok pesantren, serta perilaku higiene dan pengetahuan mengenai kesehatan yang kurang diperhatikan oleh santri, penulis menyadari pentingnya dilakukan penelitian mengenai pengaruh promosi kesehatan mengenai skabies terhadap pengetahuan dan personal higiene pada siswi kelas 1 MTs di Pondok Pesantren Diniyyah Putri Lampung.

B. Perumusan Masalah

Skabies merupakan salah satu penyakit kulit yang sering menyerang individu berkelompok, seperti di asrama pada pondok pesantren (Notoatmodjo, 2007). Hal tersebut disebabkan oleh kurangnya perhatian tentang perilaku hidup bersih dan sehat terutama kebersihan perseorangan pada santri, ditambah lagi dengan pengetahuan santri tentang kesehatan yang kurang diperhatikan (Depkes, 2007). Oleh karena itu perlu diberikannya promosi kesehatan tentang pengetahuan dan personal higiene pada santri.

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana pengaruh promosi kesehatan mengenai skabies terhadap pengetahuan dan


(12)

5

personal higiene pada siswi kelas 1 MTs di Pondok Pesantren Diniyyah Putri Lampung?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh promosi kesehatan mengenai skabies terhadap pengetahuan dan perilaku personal higiene pada siswi kelas 1 MTs di Pondok Pesantren Diniyyah Putri Lampung.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui angka kejadian skabies penyakit skabies pada siswi kelas 1 MTs di Pondok Pesantren Diniyyah Putri Lampung.

b. Mengetahui gambaran pengetahuan mengenai skabies pada siswi kelas 1 MTs di Pondok Pesantren Diniyyah Putri Lampung.

c. Mengetahui gambaran perilaku personal higiene pada siswi kelas 1 MTs mengenai skabies di Pondok Pesantren Diniyyah Putri Lampung. d. Mengetahui perbedaan rata-rata skor pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan promosi kesehatan pada siswi kelas 1 MTs di Pondok Pesantren Diniyyah Putri Lampung.

e. Mengetahui perbedaan rata-rata skor perilaku personal higiene sebelum dan sesudah diberikan promosi kesehatan pada siswi kelas 1 MTs di Pondok Pesantren Diniyyah Putri Lampung.


(13)

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Menjadi dasar pengetahuan di bidang ilmu komunitas, bidang ilmu parasitologi dan penyakit kulit mengenai skabies dan perilaku yang baik untuk pencegahannya.

b. Penelitian ini juga diharapkan dapat berguna sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti/penulis, menambah pengalaman dalam menulis karya ilmiah serta dapat menerapkan ilmu yang telah didapatkan selama perkuliahan.

b. Bagi santri dan Pondok Pesantren Diniyyah Putri Lampung, untuk mendapatkan pengetahuan mengenai skabies dan personal higiene yang baik serta mendapatkan pengobatan bagi santri yang menderita skabies.

c. Bagi pengelola Pondok Pesantren Diniyyah Putri Lampung, dapat mengaplikasikan pengetahuan mengenai skabies dan personal higiene untuk mencegah terjadinya penyakit kulit, khususnya skabies di lingkungan Pondok Pesantren Diniyyah Putri Lampung.


(14)

7

E. KERANGKA PEMIKIRAN

E.1. Kerangka Teori

Gambar 1. Kerangka teori (Iramayanti, 2007; Wartonah, 2009)

E.2. Kerangka Konsep

Gambar 2. Kerangka Konsep Pendidikan

Usia

Sumber Informasi

Sumber Pengetahuan

Promosi Kesehatan Mengenai Skabies

Perilaku Personal Higiene Pengetahuan

Kondisi Fisik

Status Sosial-Budaya Body Image Praktek Sosial

Kebiasaan

Promosi Kesehatan Mengenai Skabies

Perilaku Personal Higiene Variabel Independen Variabel Dependen


(15)

F. HIPOTESIS

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka dapat diturunkan suatu hipotesis bahwa:

a. Terdapat perbedaan rata-rata skor pengetahuan sebelum dan sesudah promosi kesehatan mengenai skabies terhadap pengetahuan.

b. Terdapat perbedaan rata-rata skor perilaku personal higiene sebelum dan sesudah promosi kesehatan mengenai skabies terhadap personal higiene.


(16)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. SKABIES

A.1. Pengertian Skabies

Skabies adalah penyakit kulit akibat investasi dan sensitisasi oleh tungau Sarcoptes scabei. Skabies tidak membahayakan bagi manusia. Adanya rasa gatal pada malam hari merupakan gejala utama yang mengganggu aktivitas dan produktivitas. Penyakit scabies banyak berjangkit di: (1) lingkungan yang padat penduduknya, (2) lingkungan kumuh, (3) lingkungan dengan tingkat kebersihan kurankg. Skabies cenderung tinggi pada anak-anak usia sekolah, remaja bahkan orang dewasa (Siregar, 2005).

A.2. Etiologi

Penyebabnya penyakit skabies sudah dikenal lebih dari 100 tahun lalu sebagai akibat infestasi tungau yang dinamakan Acarus scabiei atau pada manusia disebut Sarcoptes scabiei varian hominis. Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Acarina, super famili Sarcoptes (Djuanda, 2010).


(17)

Gambar 3. Morfologi Sarcoptes Scabiei (Siregar, 2005)

Secara morfologi tungau ini berbentuk oval dan gepeng, berwarna putih kotor, transulen dengan bagian punggung lebih lonjong dibandingkan perut, tidak berwarna, yang betina berukuran 300-350 mikron, sedangkan yang jantan berukuran 150-200 mikron. Stadium dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang merupakan kaki depan dan 2 pasang lainnya kaki belakang. Siklus hidup dari telur sampai menjadi dewasa berlangsung satu bulan. Sarcoptes scabiei betina terdapat cambuk pada pasangan kaki ke-3 dan ke-4. Sedangkan pada yang jantan bulu cambuk tersebut hanya dijumpai pada pasangan kaki ke-3 saja. (Aisyah, 2005).

A.3. Epidemiologi

Faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini antara lain sosial ekonomi yang rendah, higiene yang buruk, hubungan seksual dan sifatnya promiskuitas (ganti-ganti pasangan), kesalahan diagnosis dan perkembangan demografi serta ekologi (Djuanda, 2010).


(18)

11

A.4. Patogenesis

Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kurang lebih satu bulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder (Djuanda, 2010).

A.5. Cara Penularan

Penularan penyakit skabies dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung, adapun cara penularannya adalah:

1. Kontak langsung (kulit dengan kulit)

Penularan skabies terutama melalui kontak langsung seperti berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan seksual. Pada orang dewasa hubungan seksual merupakan hal tersering, sedangkan pada anak-anak penularan didapat dari orang tua atau temannya.

2. Kontak tidak langsung (melalui benda)

Penularan melalui kontak tidak langsung, misalnya melalui perlengkapan tidur, pakaian atau handuk dahulu dikatakan mempunyai peran kecil pada penularan. Namun demikian, penelitian terakhir menunjukkan bahwa hal tersebut memegang peranan penting dalam penularan skabies dan dinyatakan bahwa sumber penularan utama adalah selimut (Djuanda, 2010).


(19)

A.6. Gambaran Klinis

Diagnosa dapat ditegakkan dengan menentukan 2 dari 4 tanda dibawah ini :

a. Pruritus noktural yaitu gatal pada malam hari karena aktifitas tungau yang lebih tinggi pada suhu yang lembab dan panas.

b. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam keluarga, biasanya seluruh anggota keluarga, begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya terkena.

c. Adanya kunikulus (terowongan) pada tempat-tempat yang dicurigai berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata 1 cm, pada ujung terowongan ditemukan papula (tonjolan padat) atau vesikel (kantung cairan). Jika ada infeksi sekunder, timbul polimorf (gelembung leokosit).

d. Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini. Gatal yang hebat terutama pada malam sebelum tidur. Adanya tanda : papula (bintil), pustula (bintil bernanah), ekskoriasi (bekas garukan).

Gejala yang ditunjukkan adalah warna merah, iritasi dan rasa gatal pada kulit yang umumnya muncul di sela-sela jari, selangkangan dan lipatan paha, dan muncul gelembung berair pada kulit (Djuanda, 2010)


(20)

13

A.7. Diagnosis Banding

a. Prurigo : Biasanya berupa papul, gatal, predileksi bagian ekstensor ekstremitas, dan biasanya gatal pada malam hari.

b. Gigitan serangga : Timbul setelah gigitan berupa urtikaria dan Papul.

c. Folikulitis : Nyeri, pustula miliar dikelilingi eritema (Siregar, 2005).

A.8. Penatalaksanaan Skabies

Menurut Sudirman (2006), penatalaksanaan skabies dibagi menjadi 2 bagian :

a. Penatalaksanaan secara umum.

Pada pasien dianjurkan untuk menjaga kebersihan dan mandi secara teratur setiap hari. Semua pakaian, sprei, dan handuk yang telah digunakan harus dicuci secara teratur dan bila perlu direndam dengan air panas. Demikian pula dengan anggota keluarga yang beresiko tinggi untuk tertular, terutama bayi dan anak-anak, juga harus dijaga kebersihannya dan untuk sementara waktu menghindari terjadinya kontak langsung. Secara umum meningkatkan kebersihan lingkungan maupun perorangan dan meningkatkan status gizinya. Beberapa syarat pengobatan yang harus diperhatikan:

1) Semua anggota keluarga harus diperiksa dan semua harus diberi pengobatan secara serentak.


(21)

2) Higiene perorangan : penderita harus mandi bersih, bila perlu menggunakan sikat untuk menyikat badan. Sesudah mandi pakaian yang akan dipakai harus disetrika.

3) Semua perlengkapan rumah tangga seperti bangku, sofa, sprei, bantal, kasur, selimut harus dibersihkan dan dijemur dibawah sinar matahari selama beberapa jam.

b. Penatalaksanaan secara khusus.

Dengan menggunakan obat-obatan (Djuanda, 2010), obat-obat anti skabies yang tersedia dalam bentuk topikal antara lain:

1) Belerang endap (sulfur presipitatum), dengan kadar 4-20% dalam bentuk salep atau krim. Kekurangannya ialah berbau dan mengotori pakaian dan kadang-kadang menimbulkan iritasi. Dapat dipakai pada bayi berumur kurang dari 2 tahun.

2) Emulsi benzil-benzoas (20-25%), efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama tiga hari. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi, dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai.

3) Gama benzena heksa klorida (gameksan = gammexane) kadarnya 1% dalam krim atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan, dan jarang memberi iritasi. Pemberiannya cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala diulangi seminggu kemudian.


(22)

15

4) Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga merupakan obat pilihan, mempunyai dua efek sebagai anti skabies dan anti gatal. Harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra.

5) Permetrin dengan kadar 5% dalam krim, kurang toksik dibandingkan gameksan, efektifitasnya sama, aplikasi hanya sekali dan dihapus setelah 10 jam. Bila belum sembuh diulangi setelah seminggu. Tidak anjurkan pada bayi di bawah umur 12 bulan.

A.9. Prognosis

Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakain obat, serta syarat pengobatan dapat menghilangkan faktor predisposisi (antara lain hiegene), maka penyakit ini memberikan prognosis yang baik (Djuanda, 2010).

A.10. Pencegahan

Cara pencegahan penyakit skabies adalah dengan : a. Mandi secara teratur dengan menggunakan sabun.

b. Mencuci pakaian, sprei, sarung bantal, selimut dan lainnya secara teratur minimal 2 kali dalam seminggu.

c. Menjemur kasur dan bantal minimal 2 minggu sekali.

d. Tidak saling bertukar pakaian dan handuk dengan orang lain. e. Hindari kontak dengan orang-orang atau kain serta pakaian yang

dicurigai terinfeksi tungau skabies.


(23)

Menjaga kebersihan tubuh sangat penting untuk menjaga infestasi parasit. Sebaiknya mandi dua kali sehari, serta menghindari kontak langsung dengan penderita, mengingat parasit mudah menular pada kulit. Walaupun penyakit ini hanya merupakan penyakit kulit biasa, dan tidak membahayakan jiwa, namun penyakit ini sangat mengganggu kehidupan sehari-hari. Bila pengobatan sudah dilakukan secara tuntas, tidak menjamin terbebas dari infeksi ulang, langkah yang dapat diambil adalah sebagai berikut :

a. Cuci sisir, sikat rambut dan perhiasan rambut dengan cara merendam di cairan antiseptik.

b. Cuci semua handuk, pakaian, sprei dalam air sabun hangat dan gunakan seterika panas untuk membunuh semua telurnya, atau dicuci kering.

c. Keringkan peci yang bersih, kerudung dan jaket.

d. Hindari pemakaian bersama sisir, mukena atau jilbab (Depkes, 2007).

Departemen Kesehatan RI (2007) memberikan beberapa cara pencegahan yaitu dengan dilakukan penyuluhan kepada masyarakat dan komunitas kesehatan tentang cara penularan, diagnosis dini dan cara pengobatan penderita skabies dan orang-orang yang kontak dengan penderita skabies,meliputi :

a. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitarnya. Laporan kepada Dinas Kesehatan setempat namun laporan resmi jarang dilakukan.


(24)

17

b. Isolasi santri yang terinfeksi dilarang masuk ke dalam pondok sampai dilakukan pengobatan. Penderita yang dirawat di Rumah Sakit diisolasi sampai dengan 24 jam setelah dilakukan pengobatan yang efektif. Disinfeksi serentak yaitu pakaian dalam dan sprei yang digunakan oleh penderita dalam 48 jam pertama sebelum pengobatan dicuci dengan menggunakan sistem pemanasan pada proses pencucian dan pengeringan, hal ini dapat membunuh kutu dan telur.

B. PENGETAHUAN

B.1. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan, melalui panca indra. Pengetahuan merupakan domain yang penting akan terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan diperoleh dari informasi baik secara lisan ataupun tertulis dari pengalaman seseorang. Pengetahuan diperoleh dari fakta atau kenyataan dengan mendengar radio, melihat televisi, dan sebagainya. Serta dapat diperoleh dari pengalaman berdasarkan pemikiran kritis (Soekanto, 2002).

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Dengan kata lain pengetahuan mempunyai pengaruh sebagai motivasi awal bagi seseorang dalam berperilaku. Namun perlu diperhatikan bahwa perubahan pengetahuan tidak selalu menyebabkan perubahan perilaku, walaupun hubungan


(25)

positif antara variabel pengetahuan dan variabel perilaku telah banyak diperlihatkan. Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya atau rangsangan yang telah diterima.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (aplication)

Aplikasi penggunaan hukum-hukum atau rumus, metode, prinsip dan lain sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke dalam komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Seseorang mampu mengenali kesalahan-kesalahan logis, menunjukkan kontradiksi atau membedakan di antara fakta, pendapat, hipotesis, asumsi dan simpulan serta mampu menggambarkan hubungan antar ide.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dan koheren. Manusia mampu menyusun formulasi baru.


(26)

19

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek dan didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau dengan ketentuan yang sudah ada, sehingga mampu menyatakan alasan untuk pertimbangan tersebut.

B.2. Pengukuran pengetahuan

Pengetahuan dapat diukur berdasarkan isi materi dan kedalaman pengetahuan. Isi materi dapat diukur dengan metode wawancara atau angket sedangkan kedalaman pengetahuan dapat diukur berdasarkan tingkatan pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Pratomo (1986) pengetahuan dapat diklasifikasikan menjadi tiga tingkatan apabila diberikan skor dalam penilaiaanya yaitu:

a. Baik (> 75 %) b. Sedang (40%-75%) c. Kurang (< 40%)

B.3. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh: a. Pendidikan

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan seseorang melalui upaya pengajaran dan pelatihan baik di sekolah ataupun di luar sekolah. Makin tinggi pendidikan, makin mudah seseorang menerima pengetahuan. Tingkat pendidikan juga mempengaruhi


(27)

persepsi seseorang untuk lebih menerima ide-ide dan teknologi baru. Pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang. Karena dapat membuat seseorang untuk lebih mudah mengambil keputusan dan bertindak.

b. Usia

Semakin banyak usia seseorang maka semakin bijaksana dan banyak pengalaman/hal yang telah dijumpai dan dikerjakan untuk memiliki pengetahuan. Dengan pengetahuan tersebut dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata.

c. Sumber informasi

Seseorang yang mempunyai sumber informasi lebih banyak akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas. Informasi yang diperoleh dari beberapa sumber akan mengetahui tingkat pengetahuan seseorang. Bila seseorang banyak memperoleh informasi maka ia cenderung memiliki pengetahuan yang lebih luas.

d. Sumber Pengetahuan

Berbagai upaya yang dapat dilakukan oleh manusia untuk memperoleh pengetahuan. Upaya-upaya serta cara-cara tersebut yang dipergunakan dalam memperoleh pengetahuan yaitu:

1) Orang yang Memiliki Otoritas

Salah satu upaya seseorang mendapatkan pengetahuan yaitu dengan bertanya pada orang yang memiliki otoritas atau yang


(28)

21

dianggapnya lebih tahu. Pada zaman modern ini, orang yang ditempatkan memiliki otoritas, misalnya dengan pengakuan melalui gelar, termasuk juga dalam hal ini misalnya, hasil publikasi resmi mengenai kesaksian otoritas tersebut, seperti buku-buku atau publikasi resmi pengetahuan lainnya.

2) Indra

Indra adalah peralatan pada diri manusia sebagai salah satu sumber internal pengetahuan. Dalam filsafat ilmiah modern menyatakan bahwa pengetahuan pada dasarnya adalah pengalaman-pengalaman konkrit kita yang terbentuk karena persepsi indra, seperti persepsi penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman dan pencicipan dengan lidah.

3) Akal

Dalam kenyataannya ada pengetahuan tertentu yang bisa dibangun oleh manusia tanpa harus atau tidak bisa mempersepsikannya dengan indra terlebih dahulu. Pengetahuan dapat diketahui dengan pasti dan dengan sendirinya karena potensi akal.

4) Intuisi

Salah satu sumber pengetahuan yang mungkin adalah intuisi atau pemahaman yang langsung tentang pengetahuan yang tidak merupakan hasil pemikiran yang sadar atau persepsi rasa yang langsung. Intuisi dapat berarti kesadaran tentang data-data yang langsung dirasakan (Irmayanti, 2007)


(29)

Pengetahuan disini adalah segala sesuatu yang diketahui responden dalam usaha pencegahan penyakit skabies. Meliputi pengertian penyakit skabies, cara penularan baik secara langsung maupun tidak langsung, masa inkubasi tungau skabies, gejala-gejala penyakit skabies, daerah yang paling sering terkena, dan cara-cara pencegahan agar tidak tertular (Andayani,2005).

C. PERILAKU PERSONAL HIGIENE

C.1. Definisi

Personal higiene berasal dari bahasa yunani yaitu: personal yang artinya perorangan dan higiene berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Wartonah, 2003).

Menurut Pratomo (1986) personal higiene dapat diklasifikasikan menjadi tiga tingkatan apabila diberikan skor dalam penilaiaanya yaitu: a. Baik (> 75 %)

b. Sedang (40%-75%) c. Kurang (< 40%)

Pemeliharaan kebersihan diri berarti tindakan memelihara kebersihan dan kesehatan diri sesorang untuk kesejahteraan fisik dan psikisnya. Seseorang dikatakan memiliki kebersihan diri baik apabila, orang tersebut dapat menjaga kebersihan tubuhnya yang meliputi kebersihan kulit, tangan dan kuku, dan kebersihan genitalia (Badri, 2008).


(30)

23

Banyak manfaat yang dapat di petik dengan merawat kebersihan diri, memperbaiki kebersihan diri, mencegah penyakit, meningkatkan kepercayaan diri dan menciptakan keindahan (Wartonah, 2003). Usaha kesehatan pribadi adalah: daya upaya dari seorang untuk memelihara dan mempertinggi derajat kesehatannya sendiri ( Entjang, 2000)

Usaha–usaha tersebut meliputi: a. Kebersihan Kulit

Kebersihan individu yang kurang baik atau bermasalah akan mengakibatkan berbagai dampak baik fisik maupun psikososial. Dampak fisik yang sering dialami seseorang yang kebersihannya tidak terjaga dengan baik adalah gangguan integritas kulit (Wartonah, 2003). Kulit yang pertama kali menerima rangsangan seperti rangsangan sentuhan, rasa sakit, maupun pengaruh buruk dari luar. Kulit berfungsi untuk melindungi permukaan tubuh, memelihara suhu tubuh dan mengeluarkan kotoran-kotoran tertentu. Kulit juga penting bagi produksi vitamin D oleh tubuh yang berasal dari sinar ultraviolet. Mengingat pentingnya kulit sebagai pelindung organ-organ tubuh didalammnya, maka kulit perlu dijaga kesehatannya. Penyakit kulit dapat disebabkan oleh jamur, virus, kuman, parasit hewani dan lain-lain. Salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh parasit adalah Skabies (Djuanda, 2010).

Sabun dan air adalah hal yang penting untuk mempertahankan kebersihan kulit. Mandi yang baik adalah: 1). Satu sampai dua kali


(31)

sehari, khususnya di daerah tropis. 2). Bagi yang terlibat dalam kegiatan olah raga atau pekerjaan lain yang mengeluarkan banyak keringat dianjurkan untuk segera mandi setelah selesai kegiatan tersebut. 3). Gunakan sabun yang lembut. Germicidal atau sabun antiseptik tidak dianjurkan untuk mandi sehari-hari. 4). Bersihkan anus dan genitalia dengan baik karena pada kondisi tidak bersih, sekresi normal dari anus dan genitalia akan menyebabkan iritasi dan infeksi. 5). Bersihkan badan dengan air setelah memakai sabun dan handuk yang tidak sama dengan orang lain (Webhealthcenter, 2006). b. Kebersihan tangan dan kuku

Indonesia adalah negara yang sebagian besar masyarakatnya menggunakan tangan untuk makan, mempersiapkan makanan, bekerja dan lain sebagainya. Bagi penderita skabies akan sangat mudah penyebaran penyakit ke wilayah tubuh yang lain. Oleh karena itu, butuh perhatian ekstra untuk kebersihan tangan dan kuku sebelum dan sesudah beraktivitas. Cara-cara menjaga kebersihan tangan dan kuku dapat dilakukan dengan: 1). Cuci tangan sebelum dan sesudah makan, setelah ke kamar mandi dengan menggunakan sabun. Menyabuni dan mencuci harus meliputi area antara jari tangan, kuku dan punggung tangan. 2). Handuk yang digunakan untuk mengeringkan tangan sebaiknya dicuci dan diganti setiap hari. 3). Jangan menggaruk atau menyentuh bagian tubuh seperti telinga, hidung, dan lain-lain saat menyiapkan makanan. 4). Pelihara kuku


(32)

25

agar tetap pendek, jangan memotong kuku terlalu pendek (Webhealthcenter, 2006).

c. Kebersihan Genitalia

Karena minimnya pengetahuan tentang kebersihan genitalia, banyak kaum remaja putri maupun putra mengalami infeksi di alat reproduksinya akibat garukan, apalagi seorang anak tersebut sudah mengalami penyakit kulit pada daerah tertentu maka garukan di area genitalia akan sangat mudah terserang penyakit kulit tersebut, karena area genitalia merupakan tempat yang lembab dan kurang sinar matahari. Salah satu contoh pendidikan kesehatan di dalam keluarga, misalnya bagaimana orang tua mengajarkan anak cebok secara benar. Seperti penjelasan, bila ia hendak cebok harus dibasuh dengan air bersih. Caranya menyiram dari depan ke belakang bukan belakang ke depan. Apabila salah, pada alat genital anak perempuan akan lebih mudah terkena infeksi. Penyebabnya karena kuman dari belakang (dubur) akan masuk ke dalam alat genital. Jadi hal tersebut, harus diberikan pengetahuan sejak dini. Kebersihan genital lain, selain cebok, yang harus diperhatikan yaitu pemakaian celana dalam. Apabila ia mengenakan celana, pastikan celananya dalam keadaan kering. Bila alat reproduksi lembab dan basah, maka keasaman akan meningkat dan itu memudahkan pertumbuhan jamur. Oleh karena itu dianjurkan untuk sering menganti celana dalam (Safitri, 2008).


(33)

C.2. Kebersihan diri

Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri sangat dipengaruhi oleh individu dan kebiasaan. Jika seseorang sakit, biasanya disebabkan oleh masalah kebersihan yang kurang di perhatikan. Hal ini terjadi karena kita menganggap masalah kebersihan adalah masalah sepele, padahal jika hal tersebut di biarkan terus menerus dapat mempengaruhi kesehatan secara umum (Wartonah, 2003).

Kebersihan diri merupakan faktor penting dalam usaha pemeliharaan kesehatan, agar kita selalu dapat hidup sehat. Menjaga kebersihan diri berarti juga menjaga kesehatan umum. Cara menjaga kebersihan diri dapat dilakukan sebagai berikut:

a) Mandi setiap hari minimal 2 kali sehari secara teratur dengan menggunakan sabun, muka harus bersih, telinga juga harus dibersihkan serta bagian genitalia.

b) Tangan harus dicuci sebelum menyiapkan makanan dan minuman, sebelum makan, sesudah buang air besar atau buang air kecil.

c) Kuku digunting pendek dan bersih, agar tak melukai kulit atau menjadi sumber infeksi.

d) Pakaian perlu diganti sehabis mandi dengan pakaian yang habis dicuci bersih dengan sabun/detergen, dijemur di bawah sinar matahari dan disetrika (Wolf, 2000).


(34)

27

C.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Personal Higiene a. Body image

Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap kebersihannya.

b. Praktik sosial

Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal higiene.

c. Status sosial-ekonomi

Personal higiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.

d. Pengetahuan

Pengetahuan personal higiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan, misalnya pada pasien penderita DM ia harus menjaga kebersihan kakinya.

e. Budaya

Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu maka tidak boleh dimandikan.

f. Kebiasaan seseorang

Ada kebiasaan seseorang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan dirinya seperti penggunaan sabun, sampo, dan lain-lain.


(35)

g. Kondisi fisik

Pada keadaan sakit tertentu kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya (Wartonah, 2003).

D. PROMOSI KESEHATAN

Istilah dan pengertian promosi kesehatan adalah merupakan pengembangan dari istilah pengertian yang sudah dikenal selama ini, seperti: Pendidikan Kesehatan, Penyuluhan Kesehatan, KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi). Promosi kesehatan/pendidikan kesehatan merupakan cabang dari ilmu kesehatan yang bergerak bukan hanya dalam proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan semata, akan tetapi di dalamnya terdapat usaha untuk memfasilitasi dalam rangka perubahan perilaku masyarakat. WHO merumuskan promosi kesehatan sebagai proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu, untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial masyarakat harus mampu mengenal, mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, serta mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya.

Dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan adalah program-program kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan), baik di dalam masyarakat sendiri, maupun dalam organisasi dan lingkungannya. Menurut Green (Notoatmodjo, 2007), promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan


(36)

29

ekonomi, politik, dan organisasi, yang dirancang untuk memudahkan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.

Green juga mengemukakan bahwa perilaku ditentukan oleh tiga faktor utama: 1. Faktor predisposisi (predisposising factors), yang meliputi pengetahuan

dan sikap seseorang.

2. Faktor pemungkin (enabling factors), yang meliputi sarana, prasarana, dan fasilitas yang mendukung terjadinya perubahan perilaku.

3. Faktor penguat (reinforcing factors) merupakan faktor penguat bagi seseorang untuk mengubah perilaku seperti tokoh masyarakat, undang-undang, peraturan-peraturan, surat keputusan.

Salah satu bentuk promosi kesehatan adalah penyuluhan, penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui teknik praktik belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia baik secara individu, kelompok maupun masyarakat untuk meningkatkan kesadaran akan nilai kesehatan sehingga dengan sadar mau mengubah perilakunya menjadi perilaku sehat (Muninjaya, 2004).

Penyuluhan merupakan suatu usaha menyebarluaskan hal-hal yang baru agar masyarakat tertarik dan berminat untuk melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Penyuluhan juga merupakan suatu kegiatan mendidik sesuatu hal kepada masyarakat, memberi pengetahuan, informasi-informasi, dan kemampuan-kemampuan baru, agar dapat membentuk sikap dan berperilaku hidup menurut apa yang seharusnya. Pada hakekatnya penyuluhan merupakan


(37)

suatu kegiatan formal dalam rangka mengubah masyarakat menuju keadaan yang lebih baik seperti yang dicita-citakan (Notoatmodjo,2007).


(38)

III. METODE PENELITIAN

A. DESAIN PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimental dengan pendekatan pre and post test, dimana data pengetahuan dan perilaku personal higiene akan dinilai sebelum dan sesudah promosi kesehatan diberikan (Dahlan, 2009).

B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

B.1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Diniyyah Putri Lampung.

B.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November-Desember 2013.

C. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

Pada penelitian ini, populasi penelitian adalah Siswi kelas 1 MTs di Pondok Pesantren Diniyyah Putri Lampung. Terdapat 5 kelas pada kelas 1 MTs di Pondok Pesantren Diniyyah Putri Lampung. Jumlah siswa sebanyak 146 siswi dengan semua berjenis kelamin perempuan.


(39)

Besar sampel diperoleh dengan rumus :

(Dahlan, 2009) Keterangan:

N = Jumlah Sampel

= Derivat Baku Normal Untuk α Sebesar 1,645 = Derivat Baku Normal Untuk β Sebesar 0,842

= 8,4(mengacu hasil penelitian Wibowo dan Suryani, 2013) s = Simpangan Baku Gabungan Kedua Kelompok Sebesar 19,69

(mengacu hasil penelitian Wibowo dan Suryani, 2013)

= 44,3 dibualatkan menjadi 45 siswi

Dengan demikian, jumlah sampel minimal yang harus didapatkan adalah sejumlah 45 siswi.

Teknik pengumpulan sampel dalam peneltian ini adalah total sampling, merupakan teknik penentuan sampel setiap anggota atau unit dari populasi menjadi sampel penelitian yang memenuhi kriteria inklusi untuk menjadi sampel (Notoatmodjo, 2007).


(40)

33

Kriteria inklusi yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Siswi Kelas 1 MTs di Pondok Pesantren Diniyyah Putri Lampung. 2. Bersedia ikut serta dalam penelitian ini setelah mendapatkan penerangan

mengenai apa yang akan dilakukan dan menandatangani informed consent.

D. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN

Variabel bebas adalah variabel yang apabila nilainya berubah akan mempengaruhi variabel yang lain (Dahlan, 2009). Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel dalam penelitian ini yaitu:

a. Variabel terikat yaitu pengetahuan dan perilaku personal higiene b. Variabel bebas yaitu promosi kesehatan

E. DEFINISI OPERASIONAL

Untuk memudahkan pelaksanan penelitian ini dan agar penelitian tidak terlalu luas maka dibuat definisi operasional sebagai berikut :


(41)

Tabel 1. Definsi Operasional

No. Variabel Definisi Alat ukur Kriteria Objektif

Skala 1 Pengetahu

an Tingkat pengetahuan santri mengenai penyakit skabies. Yang dinilai sebelum promosi kesehatan dan segera setelah promosi kesehatan.

Kuesioner 0-100% Numerik

2. Perilaku Personal Higiene Perilaku kesehatan sehari-sehari di asrama. Berhubungan dengan kebersihan diri, dan lingkungan. Yang dinilai

sebelum promosi kesehatan dan tiga hari setelahnya.

Kuesioner 0-100% Numerik

3. Promosi kesehatan Tindakan penyuluhan mengenai skabies, etologi, faktor resiko, penularan, pencegahan dan kebersihan lingkungan hidup. Penyuluhan

F. ALAT DAN TEKNIK PENGAMBILAN DATA

F.1. Alat Penelitian

Pada penelitian ini digunakan alat – alat sebagai berikut : a. Kuesioner

b. Alat tulis


(42)

35

F.2. Alur Penelitian

Penelitian akan dilakukan menurut diagram alir di bawah ini:

Gambar 4. Diagram alur penelitian Tinjauan Kepustakaan

Observasi lapangan didapatkan jumlah populasi 146 orang

Informed consent

Pengisian kuesioner sebelum promosi kesehatan

Promosi kesehatan

Pengisian kuesioner setelah promosi kesehatan dan pemeriksaan serta pengobatan

skabies

138 orang memenuhi kriteria inklusi 8 Orang tidak memenuhi kriteria

inklusi

Pengolahan dan analisis data

Uji normalitas Kolmogorov-Smirnov

Tidak Normal Normal

Uji Wilcoxon Uji T-berpasangan


(43)

G. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

G.1. Pengolahan data

Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data akan diubah ke dalam bentuk tabel-tabel, kemudian data diolah menggunakan program komputer dengan α 0,05, kemudian proses pengolahan data menggunakan program komputer ini terdiri dari beberapa langkah: a. Koding, untuk mengkonversikan (menerjemahkan) data yang

dikumpulkan selama penelitian kedalam simbol yang cocok untuk keperluan analisis.

b. Data entry, memasukkan data kedalam komputer.

c. Verifikasi, memasukkan data pemeriksaan secara visual terhadap data yang telah dimasukkan kedalam komputer.

d. Output komputer, hasil yang telah dianalisis oleh komputer kemudian dicetak.

G.2. Analisis Statistika

Analisis statistika untuk mengolah data yang diperoleh akan menggunakan program komputer dimana akan dilakukan 2 macam analisa data, yaitu analisa univariat dan analisa bivariat.

a. Analisis Univariat

Analisa univariat digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik dari variabel independen dan dependen. Keseluruhan data yang ada dalam kuesioner diolah dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.


(44)

37

b. Analisis Bivariat

Analisa bivariat adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dengan menggunakan uji statististik :

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui sebaran distribusi suatu data apakah normal atau tidak. Uji normalitas data berupa uji Kolmogorov-Smirnov, karena besar sampel dalam penelitian >50. Distribusi normal baku adalah data yang telah ditransformasikan ke dalam bentuk p dan diasumsikan normal. Jika nilainya di atas 0,05 maka distribusi data dinyatakan memenuhi asumsi normalitas, dan jika nilainya di bawah 0,05 maka diinterpretasikan sebagai tidak normal (Dahlan, 2009).

Uji statistik yang digunakan adalah uji T- berpasangan, merupakan uji parametrik (distribusi data normal) yang digunakan untuk mencari hubungan dua variabel atau lebih bila datanya berbentuk skala numerik, namun bila distribusi data tidak normal dapat digunakan uji Wilcoxon ( Dahlan, 2009). Adapun syarat untuk Uji T-berpasangan adalah :

a. Data harus berdistribusi normal

b. Varians data boleh sama, boleh juga tidak sama.

Pengujian analisis dilakukan menggunakan program komputer dengan tingkat kesalahan 5%. Uji hipotesis dikatakan bermakna secara statistik bila didapatkan α <0,05.


(45)

H. ETIKA PENELITIAN

Penelitian ini melewati ethical clearance dan dalam pelaksanaannya dilapangan telah melewati informed consent.


(46)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

A.1. Simpulan umum

Terdapat pengaruh promosi kesehatan menganai skabies terhadap pengetahuan dan perilaku personal higiene pada siswi kelas I MTs di Pondok Pesantren Diniyyah Putri Lampung.

A.2. Simpulan khusus

1. Terdapat 7 orang (4,8%) pada siswi kelas I MTs di Pondok Pesantren Diniyyah Putri Lampung yang mengalami skabies.

2. Pengetahuan mengenai skabies pada siswi kelas I MTs di Pondok Pesantren Diniyyah Putri Lampung mengalami peningkatan setelah diberikan promosi kesehatan. Pengetahuan siswi sebelum diberikan promosi kesehatan dalam kategori baik yaitu 26,8% dan setelah promosi sebesar 35,5%.

3. Perilaku personal higiene siswi kelas I MTs di Pondok Pesantren Diniyyah Putri Lampung mengalami peningkatan setelah diberikan promosi kesehatan. Perilaku personal higiene siswi sebelum


(47)

diberikan promosi kesehatan dalam kategori baik yaitu 7,2% dan setelah promosi sebesar 37,0%.

4. Terdapat perbedaan bermakna antara skor pengetahuan siswi sebelum dan sesudah mendapatkan promosi kesehatan.

5. Terdapat perbedaan bermakna antara skor perilaku personal higiene siswi sebelum dan sesudah mendapatkan promosi kesehatan.

B. Saran

1. Bagi peneliti lain, perlu dilakukan penelitian serupa dengan metode penelitian yang berbeda serta menggunakan kriteria diagnosa yang lebih baik.

2. Bagi petugas kesehatan seperti puskesmas dan unit kesehatan sekolah, promosi kesehatan perlu ditingkatkan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap kesehatan.

3. Bagi responden, untuk mengaplikasikan pengetahuan yang sudah didapatkan dan mampu menjaga personal higiene agar terhindar dari penyakit skabies.

4. Bagi pengelola pondok pesantren, diharapkan menjaga kebersihan lingkungan demi mencegah terjadinya kejadian skabies di pondok pesantren dengan meningkatkan personal higien siswa dan pengetahuan mengenai penyakit menular pada lingkungan khususnya skabies.

5. Bagi masyarakat diharapkan mampu berperan aktif terhadap promosi kesehatan agar semakin banyak kegiatan yang bisa menunjang pengetahuan masyarakat khususnya dibidang kesehatan.


(48)

DAFTAR PUSTAKA

Andayani, L.S., 2005. Perilaku Santri Dalam Upaya Pencegahan Penyakit Skabies di Pondok Pesantren Ulumul Qur’an Stabat. Info Kesehatan Masyarakat. Vol. IX, No. 3, Desember 2005. Hal. 33-38.

Aisyah, S., 2005. Infeksi Kulit pada Bayi dan Anak. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Badri, M.. 2008. Hygiene Perseorangan Santri Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar Ponorogo. Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Vol 17, No 2.

Dahlan, M.S., 2010. Statistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

Dalyono. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta

Depkes, 2007. Cegah dan Hilangkan Penyakit ‘Khas’ Pesantren. Jakarta. website http://suhelmi.wordpress.com/2007/10/23/cegah-dan-hilangkan-

penyakit-khas-pesantren/

Dinkes, 2012. Data Jumlah Penyakit Provinsi Lampung. Dinkes, 2012. Data Jumlah Penyakit Kabupaten Pesawaran.

Djuanda, A. 2006. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Djuanda, A., 2010. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Fatim, M. 2012. Pengaruh Pendidikan Kesehtan tentang Personal Higiene terhadap Tingkat pengatahuan dan Perilaku Personal Higiene Pada Anak Usia Sekolah di Shelter Dongkelsari dan Ploso Kerep Cangkringan Sleman Yogyakarta.(Skripsi). Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.


(49)

Pengetahuan Ibu Tentang Tumbuh Kembang balita Di Desa Kedungrandu Kec. Patikraja Tahun2012.(Skripsi). Purwokerto: Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Martonah. 2003. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi pertama. Jakarta: Salemba Medika.

Muninjaya, A.A. G., 2004. Manajemen Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Notoadmodjo, S., 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT. Rhineka Cipta.

Pratomo, H. 1986. Defenisi Operasional dari Variabel. Dalam: Pratomo, H. Pedoman Pembuatan Usulan Penelitian Bidang Kesehatan Masyarakat dan Keluarga Berencana/Kependudukan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI PMU Pengembangan FKM di Indonesia

Rahmawati, R., 2010. Hubungan Antara Faktor Pengetahuan Dan Perilaku Dengan Kejadian Skabies Di Pondok Pesantren Al-Muayyad Surakarta. (Skripsi). Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat.Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Safitri, 2008. Menjaga kebersihan genital. Dalam: Tanjung, S.B., 2010. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Skabies Pada Santri Di Pondok Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Medan.

Siregar, R.S., 2005. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Siregar, R.S., 2005. Penyakit Jamur Kulit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Sudirman, T.,2006. Skabies: Masalah Diagnosis dan Pengobatannya. Majalah Kedokteran Damianus. Vol 5 No 3. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Indonesia Atmajaya. 177-89.

Sulistyawati, E.I. 2012. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Remaja Putri Tentang Personal Hygiene Organ Reproduksi Di Smp Negeri 1 Gesi Sragen. (Skripsi). Program Studi D IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Tarwoto dan Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


(50)

Webhealthcenter. (2006). Personal Hygiene. Diakses dari http://www. webhealthcenter.com pada 10 Oktober 2013 pada 19.45.

Wibowo, S. dan Suryani, D. 2013. Pengaruh Promosi Kesehatan Metode Audio Visual dan Metode Buku Saku Terhadap Peningkatan Pengetahuan penggunaan MSG pada Ibu Rumah Tangga. Kesmas. Vol 7 No.2 September 2013 Hal. 55

Wolf, L.V. 2000. Dasar-Dasar Ilmu Keperawatan. Jakarta: Penerbit Gunung Agung.

Wong, D.L., Hockenberry-Eaton, M., Wilson, D., Winkelstein, M.L. dan Schwartz, P.,2008. Buku Ajar Keperawatan Wong Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Zainudin. 2009. Pengaruh Faktor-faktor promosi kesehatan hygiene dan sanitasi terhadap perilaku hidup bersih masyarakat di kec. Babussalam. NAD. (Skripsi). Fakultas Kedokteran. Universitas Sebelas Maret Surakarta.


(1)

38

H. ETIKA PENELITIAN

Penelitian ini melewati ethical clearance dan dalam pelaksanaannya dilapangan telah melewati informed consent.


(2)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

A.1. Simpulan umum

Terdapat pengaruh promosi kesehatan menganai skabies terhadap pengetahuan dan perilaku personal higiene pada siswi kelas I MTs di Pondok Pesantren Diniyyah Putri Lampung.

A.2. Simpulan khusus

1. Terdapat 7 orang (4,8%) pada siswi kelas I MTs di Pondok Pesantren Diniyyah Putri Lampung yang mengalami skabies.

2. Pengetahuan mengenai skabies pada siswi kelas I MTs di Pondok Pesantren Diniyyah Putri Lampung mengalami peningkatan setelah diberikan promosi kesehatan. Pengetahuan siswi sebelum diberikan promosi kesehatan dalam kategori baik yaitu 26,8% dan setelah promosi sebesar 35,5%.

3. Perilaku personal higiene siswi kelas I MTs di Pondok Pesantren Diniyyah Putri Lampung mengalami peningkatan setelah diberikan promosi kesehatan. Perilaku personal higiene siswi sebelum


(3)

54

diberikan promosi kesehatan dalam kategori baik yaitu 7,2% dan setelah promosi sebesar 37,0%.

4. Terdapat perbedaan bermakna antara skor pengetahuan siswi sebelum dan sesudah mendapatkan promosi kesehatan.

5. Terdapat perbedaan bermakna antara skor perilaku personal higiene siswi sebelum dan sesudah mendapatkan promosi kesehatan.

B. Saran

1. Bagi peneliti lain, perlu dilakukan penelitian serupa dengan metode penelitian yang berbeda serta menggunakan kriteria diagnosa yang lebih baik.

2. Bagi petugas kesehatan seperti puskesmas dan unit kesehatan sekolah, promosi kesehatan perlu ditingkatkan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap kesehatan.

3. Bagi responden, untuk mengaplikasikan pengetahuan yang sudah didapatkan dan mampu menjaga personal higiene agar terhindar dari penyakit skabies.

4. Bagi pengelola pondok pesantren, diharapkan menjaga kebersihan lingkungan demi mencegah terjadinya kejadian skabies di pondok pesantren dengan meningkatkan personal higien siswa dan pengetahuan mengenai penyakit menular pada lingkungan khususnya skabies.

5. Bagi masyarakat diharapkan mampu berperan aktif terhadap promosi kesehatan agar semakin banyak kegiatan yang bisa menunjang pengetahuan masyarakat khususnya dibidang kesehatan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Andayani, L.S., 2005. Perilaku Santri Dalam Upaya Pencegahan Penyakit Skabies di Pondok Pesantren Ulumul Qur’an Stabat. Info Kesehatan Masyarakat. Vol. IX, No. 3, Desember 2005. Hal. 33-38.

Aisyah, S., 2005. Infeksi Kulit pada Bayi dan Anak. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Badri, M.. 2008. Hygiene Perseorangan Santri Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar Ponorogo. Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Vol 17, No 2.

Dahlan, M.S., 2010. Statistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

Dalyono. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta

Depkes, 2007. Cegah dan Hilangkan Penyakit ‘Khas’ Pesantren. Jakarta. website http://suhelmi.wordpress.com/2007/10/23/cegah-dan-hilangkan-

penyakit-khas-pesantren/

Dinkes, 2012. Data Jumlah Penyakit Provinsi Lampung. Dinkes, 2012. Data Jumlah Penyakit Kabupaten Pesawaran.

Djuanda, A. 2006. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Djuanda, A., 2010. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Fatim, M. 2012. Pengaruh Pendidikan Kesehtan tentang Personal Higiene terhadap Tingkat pengatahuan dan Perilaku Personal Higiene Pada Anak Usia Sekolah di Shelter Dongkelsari dan Ploso Kerep Cangkringan Sleman Yogyakarta.(Skripsi). Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.


(5)

Irmayanti, M ., 2007. MPKT Modul 1. Jakarta: Lembaga Penerbitan FE UI. Lisnawati. 2012. Hubungan Pemberian Pendidikan Kesehtan Dengan

Pengetahuan Ibu Tentang Tumbuh Kembang balita Di Desa Kedungrandu Kec. Patikraja Tahun2012.(Skripsi). Purwokerto: Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Martonah. 2003. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi pertama. Jakarta: Salemba Medika.

Muninjaya, A.A. G., 2004. Manajemen Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Notoadmodjo, S., 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT. Rhineka Cipta.

Pratomo, H. 1986. Defenisi Operasional dari Variabel. Dalam: Pratomo, H. Pedoman Pembuatan Usulan Penelitian Bidang Kesehatan Masyarakat dan Keluarga Berencana/Kependudukan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI PMU Pengembangan FKM di Indonesia

Rahmawati, R., 2010. Hubungan Antara Faktor Pengetahuan Dan Perilaku Dengan Kejadian Skabies Di Pondok Pesantren Al-Muayyad Surakarta. (Skripsi). Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat.Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Safitri, 2008. Menjaga kebersihan genital. Dalam: Tanjung, S.B., 2010. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Skabies Pada Santri Di Pondok Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Medan.

Siregar, R.S., 2005. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Siregar, R.S., 2005. Penyakit Jamur Kulit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Sudirman, T.,2006. Skabies: Masalah Diagnosis dan Pengobatannya. Majalah Kedokteran Damianus. Vol 5 No 3. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Indonesia Atmajaya. 177-89.

Sulistyawati, E.I. 2012. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Remaja Putri Tentang Personal Hygiene Organ Reproduksi Di Smp Negeri 1 Gesi Sragen. (Skripsi). Program Studi D IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Tarwoto dan Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


(6)

Webhealthcenter. (2006). Personal Hygiene. Diakses dari http://www. webhealthcenter.com pada 10 Oktober 2013 pada 19.45.

Wibowo, S. dan Suryani, D. 2013. Pengaruh Promosi Kesehatan Metode Audio Visual dan Metode Buku Saku Terhadap Peningkatan Pengetahuan penggunaan MSG pada Ibu Rumah Tangga. Kesmas. Vol 7 No.2 September 2013 Hal. 55

Wolf, L.V. 2000. Dasar-Dasar Ilmu Keperawatan. Jakarta: Penerbit Gunung Agung.

Wong, D.L., Hockenberry-Eaton, M., Wilson, D., Winkelstein, M.L. dan Schwartz, P.,2008. Buku Ajar Keperawatan Wong Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Zainudin. 2009. Pengaruh Faktor-faktor promosi kesehatan hygiene dan sanitasi terhadap perilaku hidup bersih masyarakat di kec. Babussalam. NAD. (Skripsi). Fakultas Kedokteran. Universitas Sebelas Maret Surakarta.


Dokumen yang terkait

Hubungan Penyuluhan tentang Personal Hygiene dengan Perilaku Remaja Putri pada Saat Menstruasi di SMU Cut Nyak Dhien Langsa Tahun 2014

20 135 135

Knowledge and attitude in conducting Personal Hygiene the Elderly in UPT social services Elderly and Toddlers in Medan and Binjai

37 428 90

Gambaran Perilaku Personal Higiene Santri di Pondok Pesantren Jihadul Ukhro Turi Kecamatan Tempuran Kabupaten Karawang Tahun 2010

7 39 183

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERSONAL HYGIENE TERHADAP PENCEGAHAN SCABIES DI PESANTREN MADRASAH MU'ALIMAT DI YOGYAKARTA

0 3 78

PENGARUH PENYULUHAN PERSONAL HYGIENE TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PERSONAL Pengaruh Penyuluhan Personal Hygiene Terhadap Pengetahuan dan Sikap Personal Hygiene Saat Menstruasi Pada Siswi Kelas VII Di SMP Negeri 5 Karanganyar.

0 4 17

PENDAHULUAN Pengaruh Penyuluhan Personal Hygiene Terhadap Pengetahuan dan Sikap Personal Hygiene Saat Menstruasi Pada Siswi Kelas VII Di SMP Negeri 5 Karanganyar.

0 3 5

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN SKABIES DI PONDOK PESANTREN AS-SALAM Hubungan Personal Hygiene Dengan Kejadian Skabies Di Pondok Pesantren As-Salam Surakarta 2013.

0 1 14

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN SKABIES DI PONDOK PESANTREN AS-SALAM Hubungan Personal Hygiene Dengan Kejadian Skabies Di Pondok Pesantren As-Salam Surakarta 2013.

0 2 15

HUBUNGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN SCABIES PADA SANTRI PUTRA DAN PUTRI DI PONDOK PESANTREN AN- NUR NGRUKEM SEWON BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - HUBUNGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN SCABIES PADA SANTRI PUTRA DAN PUTRI DI

0 0 14

PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE SANTRIWATI SEBELUM DAN SETELAH DIBERIKAN PENDIDIKAN KESEHATAN SCABIES DI PONDOK PESANTREN SALAFI AL-FALAH JATILAWANG

0 0 16