Knowledge and attitude in conducting Personal Hygiene the Elderly in UPT social services Elderly and Toddlers in Medan and Binjai

(1)

SKRIPSI

OLEH :

MULA NOFRIANDA 121121046

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

iii  Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Mula Nofrianda NIM : 121121046

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengetahuan dan Sikap Lansia dalam Melakukan Personal Hygiene di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan” adalah benar hasil karya saya sendiri, kecuali jika dalam pengutipan substansi disebutkan sumbernya dan belum pernah diajukan kepada institusi manapun serta bukan karya jiplakan. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan kaidah ilmiah yang harus dijunjung tinggi.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa adanya tekanan dan paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika ternyata dikemudian hari pernyataan ini tidak benar.

Medan, Februari 2014 Yang membuat pernyataan,


(4)

Puji beserta syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan hidayahNya, sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Pengetahuan dan Sikap Lansia Dalam Melakukan Personal Hygiene di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan” dapat diselesaikan. Skripsi ini ditulis terkait dengan persyaratan melakukan penelitian untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan pada Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Terimakasih saya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini kepada : 1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes. Sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara yang telah memfasilitasi terlaksananya pendidikan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

2. Erniyati, SKp, MNS. Selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatana Universitas Sumatera Utara

3. Evi karota, SKp, MNS. Selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keperawatana Universitas Sumatera Utara

4. Ikhsanuddin A. Hrp, Skp, MNS. Selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keperawatana Universitas Sumatera Utara

5. Ismayadi, S.Kep Ns, M.Kes, CWCCA, CHtN selaku pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan dengan penuh perhatian dan cermat, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.


(5)

arahan dan bimbingan dengan penuh perhatian dan cermat untuk perbaikan skripsi ini.

7. Fatwa Imelda, S.Kep Ns, M.Biomed selaku penguji II yang telah memberikan masukan, arahan dan bimbingan dengan penuh perhatian dan cermat untuk perbaikan skripsi ini.

8. Seluruh dosen Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara beserta staf yang telah membantu peneliti selama proses pendidikan.

9. Kepala UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan yang telah memberikan izin penelitian.

10.Kedua orang tua dan adik-adik ku serta seluruh keluarga yang mencintai dan menyayangiku yang telah memberikan doa restu dan dukungan disepanjang kehidupanku dan selama menjalani pendidikan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara ini

11.Rekan-rekan mahasiswa Ekstensi Keperawatan 2012 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan bantuan dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

12.Almuddatsir, M. Aidul Ilham, M. Nasir, Ifan Pratama, Zulfan Haris, Asnil Adli Simamora, Agus Surya Bakti, M. Fahrurozi, Rahmat Maruli, Chairul Munir, Walid Ansari Daulai, Asmadi, Andreas W Saragih, Heni Agustina, Citra Hutri Anggriani, M.Affan, Efendi yang telah banyak memberikan batuan baik berupa tenaga, fikiran, materi dalam menyelesaikan skripsi ini


(6)

dukungan berupa motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini

Semoga segala bantuan, kebaikan dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis mendapat berkah, rahmat dan hidayah dari ALLAH SWT, Amin.

Medan, Januari2014


(7)

vii 

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

HALAMAN PERYATAAN ... ii

PRAKATA ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

DAFTAR SKEMA ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

ABSTRAK ... viii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Pertayaan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2 TUJUAN TEORITIS ... 7

2.1 Pengetahuan ... 7

2.1.1 Defenisi ... 7

2.1.2 Domain Kognitif Pengetahuan ... 7

2.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 9

2.2 Sikap (Attitude) ... 11

2.2.1 Pembentukan Sikap ... 12

2.2.2 Komponen Pokok Sikap ... 12

2.2.3 Tingkatan Sikap ... 13

2.3 Lansia ... 14

2.3.1 Ciri-Ciri Lansia ... 15

2.4 Personal Hygiene ... 16

2.4.1 Pengertian Personal Hygiene ... 16

2.4.2 Tujuan Personal Hygien ... 17

2.4.3 Macam-Macam Personal Hygiene ... 17

2.4.4 Manfaat Perawatan Personal Hygiene ... 23

2.4.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Personal Hygiene ... 25

2.4.6 Dampak Pesonal Hygiene ... 27

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN ... 28

3.1 Kerangka Konseptual ... 28


(8)

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 30

4.1 Desain Penelitian ... 30

4.2 Populasi dan Sampel ... 30

4.2.1 Populasi ... 30

4.2.2 Sampel ... 30

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

4.4 Pertimbangan Etik ... 32

4.5 Instrumen Penelitian ... 33

4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 35

4.6.1 Uji Validitas ... 35

4.6.2 Uji Realibilitas ... 35

4.7 Pengumpulan Data ... 36

4.8 Analisa Data ... 37

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 38

5.1 Hasil ... 38

5.1.1 Data Demografi ... 39

5.1.2 Pengetahuan ... 40

5.1.3 Sikap ... 40

5.2 Pembahasan ... 41

5.2.1 Domografi ... 41

5.2.2 Pengetahuan ... 42

5.2.3 Sikap ... 44

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 48

6.1 Kesimpulan ... 48

6.2 Saran ... 48


(9)

ix 

1. Surat izin survei awal dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara 2. Surat persetujuan izin survei awal dari UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan

Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan.

3. Surat izin penelitian dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara 4. Surat persetujuan izin penelitian dari UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan

Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan 5. Permohonan uji validitas

6. Surat uji validitis

7. Lembar persetujuan menjadi responden 8. Quesioner penelitian

9. Jadwal tentatif penelitian. 10. Rincian biaya skripsi. 11. Lembar bukti bimbingan. 12. Curriculum Vitae.


(10)

Halaman Skema 3.1 Kerangka konseptual penelitian Pengetahuan dan Sikap

Lansia Dalam Melakukan Personal Hygiene di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan... 28


(11)

xi 

Halaman

Tabel 3.1 Tabel Definisi Operasional... 29

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Data Demografi Responden………... 39

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan………... 40


(12)

Binjai dan Medan. Peneliti : Mula Nofrianda NIM : 121121046

Program : Ilmu Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2014

ABSTRAK

Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan hidup. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu anak, dewasa, dan tua. Pengetahuan adalah hasil “tahu“, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan dan Sikap Lansia dalam Melakukan Personal Hygiene di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan. Penelitian ini dilakukan di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan, selama bulan November sampai bulan Desember 2013. Cara pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik simple random sampling dengan jumlah sampel 64 responden. Hasil penelitian mengambarkan bahwa sebagian besar responden berpengetahuan baik sebanyak 44 orang sebesar (69%), berpengetahuan cukup sebanyak 20 orang sebesar (31%), dan berpengetahuan kurang sebanyak (0%). Sedangkan untuk sikap, yang memiliki sikap positif sebanyak 58 orang sebesar (91%), dan yang memiliki sikap negative sebanyak 6 orang sebesar (9%). Kesimpulan pengetahuan lansia dalam melakukan personal hygiene baik sebanyak 44 orang sebesar (69%), dan sikap lansia dalam melakukan personal hygiene positif sebanyak 58 orang sebesar (91%). Sehingga disarankan untuk peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian tentang Perilaku Lansia dalam Melakukan Personal Hygiene.


(13)

xiii  and Binjai

Student Name : Mula Nofrianda Student Number : 121121046

Major : Bachelor of Nursing (S.Kep) Year : 2014

ABSTRACT

The process of aging is a lifelong process, not only starting from a certain time, but starting from the beginning of life. Growing old is a natural process which means someone has gone through the three stages of his life: children, adults and the elderly. Knowledge is the result of “knowing” and this happens after people doing particular against an object sensing. This research is descriptive research using methods that aim to find out the level of knowledge and attitude of the Elderly in conducting Personal Hygiene in UPT social services seniors and Older Toddlers Area and the city of Medan. This research was conducted during November and December of 2013. Sample-taking methods used in this research is the technique of simple random sampling with the number of sample 64 respondent. Results of the study illustrates that the majority of respondents knowledgeable well as many as 44 people registration (69%), knowledgeable enough for as many as 20 people (31%), and knowledgeable as much less (0%). As for the attitude, which has a positive attitude as much as 58 people as much as (91%), and who have negative attitudes as much as 6 persons (9%). Conclusions knowledge elderly in conducting personal hygiene good as much as 44 people registration (69%), and the attitude of the elderly in conducting personal hygiene as much as 58 positive person registration (91%). So it is advisable for the next researcher to conduct research on the Elderly Behavior in conducting Personal Hygiene.

Keywords: Knowledge, Behavior, Elderly, Personal Hygiene


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan hidup. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara bilogis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran misalnya kulit yang mengendor, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengeran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat, dan figur tubuh yang tidak proposional.

Saat ini diseluruh dunia jumlah lanjut usia diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa (satu dari 10 orang berusia lebih dari 60 tahun). WHO dan Undang-Undang Nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakn proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berahir dengan kematian (Nugroho, 2012).

Pada tahun 2000 jumlah lansia diproyeksikan sebesar 7,28% dan pada tahun 2020 sebesar 11,34% (BPS, 1992). Dari data USA Bureau of the Census, bahkan indonesia diperkirakan akan mengalami pertambahan warga lansia


(15)

terbesar di seluruh dunia, antara tahun 1990-2025 yaitu sebesar 414% (Kinsella & Taeber, 1993 dalam Maryam, Ekasari, Rosidawati, Jubaedi, dan Batubara).

Menurut dinas kependudukan Amerika Serikat (1999), jumlah populasi lansia berusia 60 tahun atau lebih diperkirakan hampir mencapai 600 juta orang dan diproyeksikan menjadi 2 milyar pada tahun 2050, saat ini lansia akan melebihi populasi anak (0-14 tahun). Pertambahan yang cepat dari penduduk lansia sebenarnya turut mengundang permasalahan, meningkatnya jumlah lansia akan menimbulkan masalah terutama dari segi kesehatan dan kesejahteraan lansia (Notoadmodjo, 2007).

Untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatan usia lanjut personal hygiene (kebersihan perorangan) merupakan salah satu faktor dasar karena individu yang mempunyai kebersihan diri yang baik dan mempunyai resiko yang lebih rendah untuk mendapatkan penyakit. Peningkatan personal hygiene dan perlindungan terhadap lingkungan yang tidak menguntungkan merupakan perlindungan khusus yang dapat mempengaruhi tingkat kesehatan. Perawatan fisik diri sendiri mencakup perawatan kulit, kuku, alat kelamin, rambut, gigi, mulut, telinga, dan hidung (Kusumaninggrum, 2012).

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2006). Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri sangat berpengaruh diantaranya kebudayaan, sosial, keluarga, dan pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta perkembangan. Jika


(16)

seseorang sakit biasanya masalah kebersihan kurang diperhatikan. Hal ini terjadi karena kita menganggap masalah kebersihan adalah masalah sepele, pada hal jika hal tersebut dibiarkan terus dapat mempengaruhi kesehatan secara umum.

Menurut Saryono dan Widianti (2011). Personal hygiene merupakan kebutuhan dasar manusia yang senantiasa terpenuhi. personal hygiene termasuk kedalam tindakan pencegahan primer yang spesifik. personal hygiene menjadi penting kearah personal hygiene yang baik akan meminimalkan pintu masuk (port de entry) mikroorganisme yang ada dimana-mana dan pada ahirnya mencegah seseorang terkena penyakit. Personal hygiene merupakan perawatan diri, dimana seseorang merawat fungsi-fungsi tertentu seperti perawatan kulit, mandi, perawatan mulut, perawatan mata, hidung, telinga, perawatan rambut, perawatan kaki dan kuku serta perawatan genitalia. Personal hygiene atau kebersihan diri ini diperlukan untuk kenyamanan, keamanan, dan kesehatan seseorang. Kebersihan diri merupakan langkah awal mewujudkan kesehatan diri, dengan tubuh yang bersih meminimalkan resiko seseorang terhadap kemungkinan terjangkitnya sesuatu penyakit, terutama penyakit yang berhubungan dengan kebersihan diri yang buruk. Personal hygiene yang tidak baik akan mempermudah tubuh terserang berbagai penyakit seperti penyakit kulit, penyakit infeksi, penyakit menular, dan penyakit saluran cerna atau bahkan menghilangkan fungsi bagian tubuh tertentu.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada lansia di Sambiroto RT 25 RW 04 Desa Sambibulu Taman Siduarjo oleh Nuraini (2011). Mengatakan bahwa sebagian besar (53,34%) sebanyak 16 responden pengetahuan personal hygiene


(17)

kurang, sebagian kecil (13,33%) sebanyak 4 responden pengetahuan personal hygiene cukup, dan hampir sebagian (33,33%) sebanyak 10 pengetahuan personal hygiene baik.

Menurut Potter & Perry (2006). Pemeliharan hygiene perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan, dan kesehatan. Seperti pada orang sehat mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya sendiri, pada orang sakit atau tantangan fisik memerlukan bantuan orang lain untuk melakukan personal hygiene secara rutin, selain itu beragam faktor pribadi dan sosial budaya mempengaruhi personal hygiene.

Hasil survey awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 30 Mei 2013 di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan jumlah lanjut usia yang tinggal di panti jompo sebanyak 180 orang yang terdiri 78 orang laki-laki dan 102 orang perempuan. Bahwa sebagian lansia masih kurang perawatan diri seperti kuku panjang, tempat tidur tidak rapi, sikat gigi kurang dari 2x/hari, rambut acak-acakan dan lubang telinga yang kurang bersih. Dari uraian data diatas, maka peneliti perlu untuk meneliti tentang Pengetahuan dan Sikap Lansia dalam Melakukan Personal Hygiene.

Adapun masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah Pengetahuan dan Sikap Lansia dalam Melakukan Personal Hygiene di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan.


(18)

1.2 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengetahuan lansia di panti jompo tentang personal hygiene.

2. Untuk mengetahui sikap lansia tentang personal hygiene.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Bagai mana pengetahuan dan sikap lansia tentang tenatang personal hygiene?

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Untuk menambah wawasan pengetahuan tentang personal hygiene pada lansia dan dapat melakukan cara berkomunikasi dengan lansia tentang masalah

personal hygiene.

2. Bagi institusi keperawatan

Menjadi sumber pengetahuan bagi pendidikan keperawatan sehingga dapat meningkatkan asuhan pelayanan keperawatan.

3. Bagi institusi UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan.

Memberikan informasi serta masukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan lanjut usia terutama tentang personal hygiene.


(19)

4. Bagi perawat

Sebagai informasi serta masukan dalam meningkatkan asuhan pelayanan keperawatan dan menjadi pedoman dalam melakukan tindakan keperawatan.,


(20)

Binjai dan Medan. Peneliti : Mula Nofrianda NIM : 121121046

Program : Ilmu Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2014

ABSTRAK

Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan hidup. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu anak, dewasa, dan tua. Pengetahuan adalah hasil “tahu“, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan dan Sikap Lansia dalam Melakukan Personal Hygiene di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan. Penelitian ini dilakukan di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan, selama bulan November sampai bulan Desember 2013. Cara pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik simple random sampling dengan jumlah sampel 64 responden. Hasil penelitian mengambarkan bahwa sebagian besar responden berpengetahuan baik sebanyak 44 orang sebesar (69%), berpengetahuan cukup sebanyak 20 orang sebesar (31%), dan berpengetahuan kurang sebanyak (0%). Sedangkan untuk sikap, yang memiliki sikap positif sebanyak 58 orang sebesar (91%), dan yang memiliki sikap negative sebanyak 6 orang sebesar (9%). Kesimpulan pengetahuan lansia dalam melakukan personal hygiene baik sebanyak 44 orang sebesar (69%), dan sikap lansia dalam melakukan personal hygiene positif sebanyak 58 orang sebesar (91%). Sehingga disarankan untuk peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian tentang Perilaku Lansia dalam Melakukan Personal Hygiene.


(21)

xiii  and Binjai

Student Name : Mula Nofrianda Student Number : 121121046

Major : Bachelor of Nursing (S.Kep) Year : 2014

ABSTRACT

The process of aging is a lifelong process, not only starting from a certain time, but starting from the beginning of life. Growing old is a natural process which means someone has gone through the three stages of his life: children, adults and the elderly. Knowledge is the result of “knowing” and this happens after people doing particular against an object sensing. This research is descriptive research using methods that aim to find out the level of knowledge and attitude of the Elderly in conducting Personal Hygiene in UPT social services seniors and Older Toddlers Area and the city of Medan. This research was conducted during November and December of 2013. Sample-taking methods used in this research is the technique of simple random sampling with the number of sample 64 respondent. Results of the study illustrates that the majority of respondents knowledgeable well as many as 44 people registration (69%), knowledgeable enough for as many as 20 people (31%), and knowledgeable as much less (0%). As for the attitude, which has a positive attitude as much as 58 people as much as (91%), and who have negative attitudes as much as 6 persons (9%). Conclusions knowledge elderly in conducting personal hygiene good as much as 44 people registration (69%), and the attitude of the elderly in conducting personal hygiene as much as 58 positive person registration (91%). So it is advisable for the next researcher to conduct research on the Elderly Behavior in conducting Personal Hygiene.

Keywords: Knowledge, Behavior, Elderly, Personal Hygiene


(22)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan hidup. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara bilogis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran misalnya kulit yang mengendor, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengeran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat, dan figur tubuh yang tidak proposional.

Saat ini diseluruh dunia jumlah lanjut usia diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa (satu dari 10 orang berusia lebih dari 60 tahun). WHO dan Undang-Undang Nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakn proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berahir dengan kematian (Nugroho, 2012).

Pada tahun 2000 jumlah lansia diproyeksikan sebesar 7,28% dan pada tahun 2020 sebesar 11,34% (BPS, 1992). Dari data USA Bureau of the Census, bahkan indonesia diperkirakan akan mengalami pertambahan warga lansia


(23)

terbesar di seluruh dunia, antara tahun 1990-2025 yaitu sebesar 414% (Kinsella & Taeber, 1993 dalam Maryam, Ekasari, Rosidawati, Jubaedi, dan Batubara).

Menurut dinas kependudukan Amerika Serikat (1999), jumlah populasi lansia berusia 60 tahun atau lebih diperkirakan hampir mencapai 600 juta orang dan diproyeksikan menjadi 2 milyar pada tahun 2050, saat ini lansia akan melebihi populasi anak (0-14 tahun). Pertambahan yang cepat dari penduduk lansia sebenarnya turut mengundang permasalahan, meningkatnya jumlah lansia akan menimbulkan masalah terutama dari segi kesehatan dan kesejahteraan lansia (Notoadmodjo, 2007).

Untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatan usia lanjut personal hygiene (kebersihan perorangan) merupakan salah satu faktor dasar karena individu yang mempunyai kebersihan diri yang baik dan mempunyai resiko yang lebih rendah untuk mendapatkan penyakit. Peningkatan personal hygiene dan perlindungan terhadap lingkungan yang tidak menguntungkan merupakan perlindungan khusus yang dapat mempengaruhi tingkat kesehatan. Perawatan fisik diri sendiri mencakup perawatan kulit, kuku, alat kelamin, rambut, gigi, mulut, telinga, dan hidung (Kusumaninggrum, 2012).

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2006). Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri sangat berpengaruh diantaranya kebudayaan, sosial, keluarga, dan pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta perkembangan. Jika


(24)

seseorang sakit biasanya masalah kebersihan kurang diperhatikan. Hal ini terjadi karena kita menganggap masalah kebersihan adalah masalah sepele, pada hal jika hal tersebut dibiarkan terus dapat mempengaruhi kesehatan secara umum.

Menurut Saryono dan Widianti (2011). Personal hygiene merupakan kebutuhan dasar manusia yang senantiasa terpenuhi. personal hygiene termasuk kedalam tindakan pencegahan primer yang spesifik. personal hygiene menjadi penting kearah personal hygiene yang baik akan meminimalkan pintu masuk (port de entry) mikroorganisme yang ada dimana-mana dan pada ahirnya mencegah seseorang terkena penyakit. Personal hygiene merupakan perawatan diri, dimana seseorang merawat fungsi-fungsi tertentu seperti perawatan kulit, mandi, perawatan mulut, perawatan mata, hidung, telinga, perawatan rambut, perawatan kaki dan kuku serta perawatan genitalia. Personal hygiene atau kebersihan diri ini diperlukan untuk kenyamanan, keamanan, dan kesehatan seseorang. Kebersihan diri merupakan langkah awal mewujudkan kesehatan diri, dengan tubuh yang bersih meminimalkan resiko seseorang terhadap kemungkinan terjangkitnya sesuatu penyakit, terutama penyakit yang berhubungan dengan kebersihan diri yang buruk. Personal hygiene yang tidak baik akan mempermudah tubuh terserang berbagai penyakit seperti penyakit kulit, penyakit infeksi, penyakit menular, dan penyakit saluran cerna atau bahkan menghilangkan fungsi bagian tubuh tertentu.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada lansia di Sambiroto RT 25 RW 04 Desa Sambibulu Taman Siduarjo oleh Nuraini (2011). Mengatakan bahwa sebagian besar (53,34%) sebanyak 16 responden pengetahuan personal hygiene


(25)

kurang, sebagian kecil (13,33%) sebanyak 4 responden pengetahuan personal hygiene cukup, dan hampir sebagian (33,33%) sebanyak 10 pengetahuan personal hygiene baik.

Menurut Potter & Perry (2006). Pemeliharan hygiene perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan, dan kesehatan. Seperti pada orang sehat mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya sendiri, pada orang sakit atau tantangan fisik memerlukan bantuan orang lain untuk melakukan personal hygiene secara rutin, selain itu beragam faktor pribadi dan sosial budaya mempengaruhi personal hygiene.

Hasil survey awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 30 Mei 2013 di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan jumlah lanjut usia yang tinggal di panti jompo sebanyak 180 orang yang terdiri 78 orang laki-laki dan 102 orang perempuan. Bahwa sebagian lansia masih kurang perawatan diri seperti kuku panjang, tempat tidur tidak rapi, sikat gigi kurang dari 2x/hari, rambut acak-acakan dan lubang telinga yang kurang bersih. Dari uraian data diatas, maka peneliti perlu untuk meneliti tentang Pengetahuan dan Sikap Lansia dalam Melakukan Personal Hygiene.

Adapun masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah Pengetahuan dan Sikap Lansia dalam Melakukan Personal Hygiene di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan.


(26)

1.2 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengetahuan lansia di panti jompo tentang personal hygiene.

2. Untuk mengetahui sikap lansia tentang personal hygiene.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Bagai mana pengetahuan dan sikap lansia tentang tenatang personal hygiene?

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Untuk menambah wawasan pengetahuan tentang personal hygiene pada lansia dan dapat melakukan cara berkomunikasi dengan lansia tentang masalah

personal hygiene.

2. Bagi institusi keperawatan

Menjadi sumber pengetahuan bagi pendidikan keperawatan sehingga dapat meningkatkan asuhan pelayanan keperawatan.

3. Bagi institusi UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan.

Memberikan informasi serta masukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan lanjut usia terutama tentang personal hygiene.


(27)

4. Bagi perawat

Sebagai informasi serta masukan dalam meningkatkan asuhan pelayanan keperawatan dan menjadi pedoman dalam melakukan tindakan keperawatan.,


(28)

BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengetahuan

2.1.1 Defenisi

Pengetahuan adalah hasil “tahu“, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni: indra penglihatan, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

2.1.2 Domain Kognitif Pengetahuan Mempunyai 6 Tingkat

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, tingkat tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah, kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan.

2. Memahami (Comprenhension)

Memahami diartikan sebagai sesuatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasis (Application)


(29)

sini dapat diartikan aplikasi atau pengunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur orgnisasi tersebut, dan masih ada kaitannya suatu sama lain. Kemampuan ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat mengambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan.

5. Sintesis (Sintesa)

Sintesis menunjukan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek (Notoatmodjo, 2007 ).


(30)

2.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Seseorang

Menurut Erfandi (2009). Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu:

1. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Menurut Dwi (2010). Mengatakan bahwa rata-rata kognitif lansia ditatanan pelayanan kesehatan memiliki pengetahuan baik dimana pada dasarnya penyelenggara pelayanan kesehatan lansia mempunyai program-progran pengembangan kesehatan yang berbasis pada preventif berupa pendidikan kesehatan. Menurut Ekasari (2007). Mengatakan bahwa pendidikan kesehatan yang diberikan kepada individu akan meningkatkan pengetahuan karena pada dasarnya pengetahuan yang baik didapat dari proses berpikir. Pengetahuan baik penelitian ini dikarenakan oleh beberapa faktor antara lain lingkungan, usia dan pengalaman.

2. Media massa / informasi

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.

3. Sosial budaya dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian


(31)

seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

4. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut.

5. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu.

6. Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.


(32)

2.2 Sikap (Attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulasi atau objek. Manifestasi dari sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari prilaku yang tertutup. Dalam sehari-hari pengertian sikap adalah reaksi yang bersifat emosional terhadapat stimulus sosial. Dari pengertian ini dapat digaris bawahi bahwa selama perilaku itu masih tertutup, maka dinamakan sikap, sedangkan apabila sudah terbuka itulah perilaku yang sebenarnya yang ditunjukkan seseorang (Adnani, 2011).

Sikap adalah kesiapan merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap suatu objek atau situasi secara konsisten, attitude diartikan dengan sikap terhadap objek tertentu, yang dapat merupakan sikap pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap tersebut disertai oleh kecendrungan untuk bertindak sesuai dengan objek tadi. Sikap masih merupakan kesiapan atau kesedian untuk bertindak, bukan pelaksanaan motif tertentu. Dengan kata lain bahwa sikap itu belum merupakan tindakan atau aktifitas, tetapi merupakan suatu kecendrungan (predisposisi) untuk bertindak terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadapt objek (Sunaryo, 2004).

Sikap adalah suatu tingkat efeksi baik yang bersifat positif maupun negatif dalam hubungan dengan aspek-aspek psikologis. Sikap juga sebagai tingkatan kecendrungan dengan objek psikologis (Notoadmodjo, 2003).


(33)

2.2.1 Pembentukan Sikap

Sikap sosial terbentuk dari interaksi sosial yang dialami oleh individu. Dalam interkasi sosial terjadi hubungan saling mempengaruhi antara individu sebagai anggota kelompok sosial yang satu dengan yang lain, terjadi hubungan timbal-balik yang turut mempengaruhi pola prilaku masing-masing individu sebagai anggota masyarakat. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap diantaranya: pengalaman pribadi, pengaruh orang lain, pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan, dan lembaga agama, serta pengaruh faktor emosional (Notoadmodjo, 2003).

2.2.2 Tiga Komponen Pokok Sikap

Menurut Allport, 1954 dalam Notoadmodjo (2007). Komponen sikap adalah :

1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadapat suatu objek. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.

3. Kecendrungan untuk bertindak (trend to behave).

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.


(34)

2.2.3 Tingkatan Sikap

1. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

3. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4. Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau peryataan responden terhadapat suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-peryataan hipotesis, kemudian dinyatakan pendapat respon sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju (Notoadmodjo, 2007).


(35)

2.3 Lansia

Menua (menjadi tua = aging) adalah suatu proses menghilang nya secara perlahan-perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadapat jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang di derita (Martono dan Pranaka, 2009).

Penuaan adalah merupakan proses normal perubahan yang berhungan dengan waktu, sudah dimulai sejak lahir dan berlanjut sepanjang hidup. Usia adalah fase akhir dari rentang kehidupan. Secara umum seseorang dikatakan lansia jika sudah berusia diatas 60 tahun, tetapi definisi ini sangat bervariasi tergantung dari aspek sosial budaya, fisiologis dan kronologis. Manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan, dan sosial. Perubahan ini akan memberikan pengaruh kepada seluruh aspek kehidupan, termasuk kesehatannya. Oleh karena itu, kesehatan manusia usia lanjut perlu mendapatkan perhatian khusus dengan tetap dipelihara dan ditingkatkan agar selama mungkin hidup dapat produktif sesuai dengan kemampuannya sehingga dapat ikut serta berperan aktif dalam pembangunan (UU Kesehatan No. 23 tahun 1992, pasal 19 ayat 1).

Macam-macam pengertian penuaan berdasarkan perubahan biologis, fisik, kejiwaan, dan sosial :

1. Penuaan biologik


(36)

2. Penuaan fungsional

Merujuk pada kapasitas individual mengenai fungsinya dalam masyarakat, dibandingkan dengan orang lain yang sebaya.

3. Penuaan psikologik

Perubahan prilaku, perubahan dalam persepsi diri, dan reaksinya terhadap perubahan biologis.

4. Penuaan sosiologik

Merujuk pada peran dan kebiasaan sosial individu di masyarakat. 5. Penuaan spiritual

Merujuk pada perubahan diri dan persepsi diri, cara berhubungan dengan orang lain atau menempatkan diri di dunia dan pandangan dunia terhadap dirinya (Fatimah, 2010).

2.3.1Ciri-Ciri Yang Dijumpai di Usia Lanjut

Menurut Dwi dan Fitrah (2010). Ciri-cirinya antara lain: 1. Fisik

a. Penglihatan dan pendengaran menurun. b. Kulit nampak mengendor.

c. Aktivitas tubuh menurun.

d. Penumpukan lemak di bagian perut dan panggul. 2. Psikologis

a. Merasa kurang percaya diri. b. Sering merasa kesepian.


(37)

2.4 Personal Hygiene

Menurut Laily & Andarmoyo (2012). Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting yang harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan kesejahteraan klien. Praktek hygiene seseorang dipengaruhi oleh faktor pribadi, sosial dan budaya. Jika seseorang sakit biasanya masalah kebersihan kurang diperhatikan. Hal ini terjadi karena kita menganggap masalah kebersihan adalah masalah sepele, pada hal jika hal tersebut dibiarkan terus dapat mempengaruhi kesehatan secara umum. Sebagai seorang perawat hal yang penting yang perlu diperhatikan selama perawatan hygiene klien adalah memberikan kemandirian bagi klien sebanyak mungkin, memperhatikan kemampuan klien dalam melakukan praktik hygiene, memberi prifasi dan penghormatan, serta memberikan kenyamanan fisik kepada klien.

2.4.1 Pengertian Personal Hygiene

Laily & Andarmoyo (2012). Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yang berarti personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan baik fisik dan psikisnya.

DepKes (2000), Personal hygiene adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhan guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya. Seseorang


(38)

yang dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri.

Menurut Potter & Perry (2005), personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya.

2.4.2 Tujuan Personal Hygiene

Tujuan personal hygiene menurut Laily & Andarmoyo (2012). Diantaranya meningkatkan derajat kesehat seseorang, memelihara kebersihan diri seseorang, memperbaiki personal hygiene yang kurang, pencegahan penyakit, meningkatkan percaya diri seseorang, dan menciptakan keindahan.


(39)

2.4.3 Macam-Macam Personal Hygiene

Menurut Laily & Andarmoyo (2012). Pemeliharan personal hygiene

berarti tindakan memelihara kebersihan dan kesehatan diri seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikisnya. Seseorang dikatakan memiliki personal hygienen baik apabila orang tersebut dapat menjaga kebersihan tubuhnya yang meliputi: kebersihan kulit, gigi, mulut, rambut, mata, hidung, telinga, kaki, kuku dan ginetelia, serta kebersihan dan kerapian pakaiannya.

Macam-macam personal hygiene adalah :

1. Perawatan kulit

Menurut Laily (2012). Kulit merupakan lapisan terluar dari tubuh dan bertugas melindungi jaringan dibawahnya dan organ-organ lain dibawahnya terhadap luka, dan masuknya berbagai macam mikroorganisme ke dalam tubuh. Untuk itu diperlukan perawatan terhadap kesehatan dan kebersihan kulit. Menjaga kebersihan dan perawatan kulit ini bertujuan untuk menjaga kulit agar tetap terawat dan terjaga sehingga bisa meminimalkan setiap ancaman dan gangguan yang akan masuk melewati kulit. Perawat sebagai tenaga kesehatan penting untuk menginformasikan kepada klien di pelayanan kesehatan untuk pentingnya menjaga kebersihan dan perawatan kulit. Setiap kondisi yang mengenai pada kulit (misalnya kelembaban, kerusakan lapisan episermis, penekanan yang terlalu lama pada kulit).

Perawatan kulit diantaranya: imobilisasi, diperlukan pergantian posisi untuk menghindari tekanan yang berlebihan. Melakukan penurunan sensasi


(40)

selama mandi dengan cara memeriksa sensasi nyeri, suhu dan taktil. Mengkonsumsi gizi yang cukup seperti kalori dan protein dan hidrasi yang adekuat. Melembutkan sel epidermis sehingga permukaan kulit menjadi lembab dan mencegah kerusakna dan infeksi. Insufisiensi vaskuler mencegah kekurangan suplai arterial kejaringan dan mencegah gangguan aliran vena yang dapat menurunkan sirkulasi ke ekstremitas. Alat eksternal pada kulit dengan cara memeriksa permukaan yang terpajam gips, penahan pakaian, perban, selang atau alat ortopedi

2. Mandi

Menurut Potter dan Perry (2005). Mandi adalah bagian perawatan

hygiene total. Mandi dapat dikategorikan sebagai pembersihan untuk terapeutik. Mandi di tempat tidur yang lengkap diperlukan bagi individu dengan ketergantungan total dan memerlukan personal hygiene total. Keluasan mandi individu dan metode yang digunakan untuk mandi berdasarkan pada kemampuan fisik individu dan kebutuhan tingkat hygiene

yang diperlukan. Individu yang bergantung dalam kebutuhan hygiene nya sebagian atau individu yang terbaring ditempat tidur dengan kecukupan diri yang tidak mampu mencapai semua bagian badan memperoleh mandi sebagian di tempat tidur.

Pada lansia, mandi biasanya dilakukan dua kali sehari atau lebih sesuai selera dengan air dingin atau air hangat. Diusahakan agar satu kali mandi tidak dibawah pancuran atau konsensional, tetapi merendam diri di bak mandi yang akan memberi kenikmatan, relaksasi dan menambah tenaga serta kebugaran


(41)

tubuh. Penting juga membersihkan alat kelamin dan kulit antara dubur dan alat kelamin (perineum). Gosokan dimulai dari sisi alat kelamin ke arah dubur. Bagi wanita puting payudara jangan lupa dibersihkan dan kemudian dikeringkan. Setelah selesai mandi keringkan badan, termasuk rongga telinga, lipatan-lipatan kulit dan celah-celah jari kaki untuk menghindarkan timbulnya infeksi jamur, juga pada semua lipatan-lipatan kulit lainnya (Kusumaninggrum, 2012).

3. Perawatan mulut

Menurut Potter dan Perry (2005). Hygiene mulut membantu mempertahankan status kesehatan mulut, gigi, gusi, dan bibir. Mengosok membersihkan gigi dari partikel-partikel makanan, plak, dan bakteri, memasase gusi, dan mengurangi ketidaknyamanan yang dihasilkan dari bau dan rasa yang tidak nyaman. Beberapa penyakit yang muncul akibat perawatan gigi dan mulut yang buruk adalah karies, radang gusi, dan sariawan. Hygiene mulut yang baik memberikan rasa sehat dan selanjutnya menstimulasi nafsu makan.

Golongan lansia sering mengalami tanggalnya gigi geligi. Salah satu sebab adalah karna proses penuaan dan penyebab lain yang sering adalah karna kurang baiknya perawatan gigi dan mulut. Osteoporosis dan periodentitis pada lansia menyebabkan akar gigi agak longgar dan dicelah-celah ini sering tersangkut sisa makanan, inilah penyebab terjadinya peradangan. Karies timbul antara lain akibat fermentasi sisa makanan yang menempel pada gigi oleh kuman yang lambat laun mengakibatkan lobang


(42)

pada enamel gigi dan bila tidak ditambal akan menyebabkan radang dan kematian syaraf gigi karna infeksi. Setelah konsumsi makanan dan minuman yang bersifat asam, gigi perlu dibersihkan yaitu kumur-kumur dengan air. Maka penting untuk mengosok gigi sekurang-kurangnya dua kali sehari dan sangatlah dianjurkan untuk berkumur-kumur atau setiap kali selepas makan (Kusumaninggrum, 2012).

4. Perawatan mata, hidung, dan telinga

Menurut Potter dan Perry (2005). Secara normal tidak ada perawatan khusus yang diperlukan untuk membersihkan mata, hidung, dan telinga selama individu mandi. Secara normal tidak ada perawatan khusus yang diperlukan untuk mata karna secara terus-menerus dibersihkan oleh air mata, kelopak mata dan bulu mata mencegah masuknya partikel asing kedalam mata, namun pembersihan mata biasanya dilukukan selama mandi dan melibatkan pembersihan dengan kain bersih yang dilembabkan kedalam air. Normalnya, telinga tidak terlalu memerlukan pembersihan. Namun telinga yang serumen terlalu banyak telinganya perlu dibersihkan baik mandiri maupun di bantu oleh keluarga. Hygiene telinga mempunyai implikasi untuk ketajaman pendengaran. Bila benda asing berkumpul pada kanal telinga luar, maka akan menganggu konduksi suara. Hidung berfungsi sebagai indera penciuman, memantau temperatur dan kelembapan udara yang dihirup, serta mencegah masuknya partikel asing ke dalam sistem pernapasan. Perawatan hidung biasanya dilakukan dengan mengangkat sekresi hidung secara lembut dengan membersihkan ke dalam dengan tisu lembut


(43)

5. Perawatan rambut

Menurut Potter dan Perry (2005). Penampilan dan kesejahteraan seseorang sering kali tergantung dari cara penampilan dan perasaan mengenai rambutnya. Penyakit dan ketidakmampuan mencegah seseorang untuk memelihara perawatan rambut sehari-hari. Menyikat, menyisir dan bershampo adalah cara-cara dasar hygienis perawatan rambut, distribusi pola rambut dan menjadi indikator status kesehatan umum, perubahan hormonal, stres emosional maupun fisik penuaan, infeksi dan penyakit tertentu oleh obat-obat dapat mempengaruhi karakteristik rambut. Rambut merupkan bagian dari tubuh yang memiliki fungsi sebagai proteksi serta proteksi pengaturan suhu, melalui rambut perubahan status kesehatan diri dapat di indentifikasi. Kerontokan rambut sering terjadi pada lansia. Jumlah rambut rata-rata adalah lebih dari 100.000 helai, 80% bersifat aktif tumbuh dan sisa nya 20% berada dalam stadium tidak aktif. Rambut membutuhkan perawatan yang baik dan teratur, terutama pada wanita agar tidak mengalami banyak kerontokan, antara lain karna kurangnya senitasi atau adanya infeksi jamur yang lazim disebut ketombe. Rata-rata 50-100 helai rambut dapat rontok dalam masa sehari. Oleh itu rambut sebaik-baiknya perlu dicuci dengan shampo yang mengandung anti ketombe yang cocok. Cuci rambut sebaiknya dilakukan tiap 2 atau 3 hari dan minimal sekali seminggu (Kusumaninggrum, 2012)

6. Perawatan kaki dan kuku

Menurut Potter dan Perry (2005). Kaki dan kuku sering kali memerlukan perhatian khusus untuk mencegah infeksi, bau, dan cedera pada


(44)

jaringan. Tetapi sering kali orang tidak sadar akan masalah kaki dan kuku sampai terjadi nyeri atau ketidakanyamanan. Menjaga kebersihan kuku penting dalam mempertahankan personal hygiene karena berbagai kuman dapat masuk kedalam tubuh melalui kuku. Oleh sebab itu kuku seharusnya tetap dalam keadaan sehat dan bersih. Perawatan dapat digabungkan selama mandi atau pada waktu yang terpisah.

Pada lansia, proses penuaan memberi perubahan pada kuku yaitu pertumbuhan kuku menjadi labih lambat, permukaan tidak mengkilat tetapi menjadi bergaris dan mudah pecah karna agak keropos. Warnanya bisa berubah menjadi kuning atau opazue. Kuku bisa menjadi lembek terutama kuku kaki akan menjadi lebih tebal dan kuku sering ujung kuku kiri dan menjadi lebih tebal dan kuku serta sering ujung kuku kiri dan kanan menusuk masuk ke jaringan disekitarnya (ungus incarnates). Penguntingan dilakukan setelah kuku direndam dalam air hangat selama 1-10 menit karna pemanasan membuat kuku menjadi lembek dan mudah digunting (Kusumaninggrum, 2012).

7. Perawatan genitalia

Menurut Potter dan Perry (2005). Perawatan genitalia merupakan bagian dari mandi lengkap. Seseorang yang paling butuh perawatan genitalia yang teliti adalah yang beresiko terbesar memperoleh infeksi. Seseorang yang tidak mampu melakukan perawatan dari dapat dibantu keluarga untuk malakukan personal hygiene.


(45)

2.4.5 Manfaat Perawatan Personal Hygiene

1. Perawatan kulit

Memiliki kulit yang utuh, bebas bau badan dan dapat mempertahankan rentang gerak, merasa nyaman dan sejahtera, serta dapat berpartisipasi dan memahami metode perawatan kulit.

2. Mandi

Mandi dapat menghilangkan mikroorganisme dari kulit serta sekresi tubuh, menghilangkan bau tidak enak dan gatal-gatal, memperbaiki sirkulasi darah ke kulit, membuat individu merasa lebih rileks dan segar serta meningkatkan citra diri individu.

3. Perawatan mulut

Mukosa mulut utuh yang terhidrasi baik serta untuk mencegah penyebaran penyakit yang ditularkan melalui mulut misalnya tifus dan hepatitis, mencegah penyakit mulut dan gigi, meningkatkan praktik hygiene mulut dan mampu melakukan sendiri perawatan hygiene mulut dengan benar. 4. Perawatan mata, hidung, dan telinga

Organ sensorik yang berfungsi normal, mata, hidung, dan telinga akan bebas dari infeksi, serta dapat berpartisipasi dan mampu melakukan perawatan mata, hidung, dan telinga sehari-hari.

5. Perawatan rambut

Memiliki rambut dan kulit kepala yang lebih bersih dan sehat, untuk mencapai rasa nyaman dan harga diri, dan dapat berpartisipasi dalam perawatan rambut.


(46)

6. Perawatan kaki dan kuku

Memiliki kuku utuh dan permukaan kulit yang lembut, merasa nyaman dan bersih, serta dapat memahami dan melakukan metode perawatan kaki dan kuku dengan benar.

7. Perawatan genitalia

Untuk mencegah terjadinya infeksi, mempertahankan kebersihan genitalian, menigkatkan kenyamanan serta mempertahankan personal hygiene (Potter & Perry, 2005).

2.4.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Personal Hygiene

Menurut Laily dan Andarmoyo (2012). Sikap seseorang melakukan

personal hygiene dipengaruhi oleh sejumlah faktor antara lain :

1. Citra tubuh

Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang penampilan fisiknya. Personal Hygiene yang baik akan mempengaruhi terhadap peningkatan citra tubuh individu. Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya karna adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap kebersihannya. 2. Praktik sosial

Kebiasaan keluarga, jumlah orang di rumah, dan ketersedian air panas dan air mengalir hanya merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi perawatan personal hygiene. Praktik personal hygiene


(47)

mereka tinggal dipanti jompo mereka tidak dapat mempunyai privasi dalam lingkungannya yang baru. Privasi tesebut akan mereka dapatkan dalam rumah mereka sendiri, karna mereka tidak mempunyai kemampuan fisik untuk melakukan personal hygiene sendiri.

3. Status sosial ekonomi

Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo dan alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.

4. Pengetahuan

Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Kedati demikian, pengetahuan itu sendiri tidaklah cukup. Seseorang harus termotifasi untuk memelihara perawatan diri. Sering kali pembelajaran tentang penyakit atau kondisi yang mendorong individu untuk meningkatkan personal hygiene. Misalnya pada pasien penderita Diabetes Melitus selalu menjaga kebersihan kakinya.

5. Budaya

Kepercayaan kebudayaan dan nilai pribadi mempengaruhi

persoanal hygiene. Orang dari latar kebudayaan yang berbeda mengikuti praktek perawatan diri yang berbeda. Disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu maka tidak boleh di mandikan.


(48)

6. Kebiasaan seseorang

Setiap individu mempunyai pilihan kapan melakukan perawatan rambut. Ada kebiasaan orang yang mengunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan shampo, dan lain-lain.

7. Kondidi fisik

Pada keadaan sakit, tentu kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

2.4.6 Dampak Personal Hygiene

Dampak yang akan timbul jika kurang personal hygiene menurut Laily dan Andarmoyo (2012). Diantaranya:

1. Dampak fisik

Banyak gangguan kesehatan yang di derita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah: gangguan integritas kulit, gangguan membran, mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada kuku.

2. Gangguan psikologis

Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, aktualisasi diri munurun, dan gangguan dalam interaksi sosial.


(49)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konsep dalam penelitian ini bertujuan untuk mengindentifikasi pengetahuan dan sikap lansia dalam upaya menjaga kebersihan diri. Langkah pertama yang dilakukan peneliti adalah mengkaji pengetahuan dan sikap lansia dalam melakukan personal hygiene di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan dengan melakukan wawancara terstruktur dengan menggunakan kuesioner.

Skema 3.1 kerangka konseptual penelitian pengetahuan dan sikap lansia dalam dalam melakukan personal hygiene di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan.

Personal Hygiene

Lansia :

1. Perawatan kulit 2. Mandi

3. Perawatan mulut

4. Perawatan mata, hidung, dan telinga

5. Perawatan rambut 6. Perawatan kaki dan

kuku

7. Perawatan ginetalia Pengetahuan dan


(50)

3.2Defenisi Operasional

Tabel 3.1 Defenisi operasional variabel penelitian pengetahuan dan sikap lansia dalam melakukan personal hygiene di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan.

No Variabel Defenisi Operasional

Alat ukur Hasil

Ukur Skala 1 2 Pengetahu an lansia dalam menjaga personal hygiene Sikap lansia dalam upaya melakukan personal hygiene Pengetahuan : Informasi yang diketahui oleh lansia dalam menjaga kebersihan dirinya Sikap : Pandangan atau perasaan lansia dalam melaksananakan kebersihan diri Kuesioner Pada bagian pengetahuan tentang personal hygieneter dapat pertanyaan positif no 1,2,3,4,5,6,7,8,9,11.1

2.13, dan negatif no 10,14,15.

Kuesioner

Pada bagian sikap tentang personal hygiene terdapat pertanyaan positif no 1,2,5,6,7,9,10dan negatif no 3,4,8.

1. Baik 11-15 2. Cukup 6-10 3. Kurang 0-5 1. Positif 25-40 2. Negatif 10-24 Ordinal Ordinal


(51)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran pengetahuan dan sikap lansia dalam melakukan personal hygiene di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan.

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010). Berdasarkan data yang diperoleh dari UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan dari bulan April 2013 berjumlah 180.

4.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau mewakili populasi, jika sabjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil keseluruhan (Arikunto, 2010). Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari warga UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah probabilyti sampling dengan jenis simple random sampling. Simple random sampling merupakan pengambilan sampel dengan cara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota populasi. Cara ini dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen. Pengambilannya dapat


(52)

dilakukan dengan cara lotree, akan tetapi pengambilannya diberikan nomor urut tertentu maka disebut sebagai sistematik random sampling

(Hidayat, 2011).

Dalam menentukan besarnya sampel, dilakukan perhitungan sampel dengan menggunakan rumus (Setiadi, 2007).

Keterangan: N= besar populasi n= jumlah sampe

d= tingkat kepercayaan/ ketepatan yang diinginkan.

Berdasarkan rumus di atas maka besar sampel dalam penelitian ini adalah

n = 64,28 dibulatkan menjadi 64 orang

Dengan tingkat ketepatan relatif 10%, maka jumlah populasi yang diperoleh dari rumus diatas berjumlah sekitar 64 orang.

 

2

1 N d

N n

 

 

2

1 N d

N n

 

 

2

1

,

0

180

1

180

n

8 , 1 1 180   n 8 , 2 180  n


(53)

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan dan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan September 2013.

4.4 Pertimbagan Etik

Selama penelitian peneliti tetap mempertahankan dan menjunjung tinggi etika, meliputi : self determinan, privacy, anonymity, confidentially, dan protection from discomfort (Setiadi, 2007).

1. Self Determinan

Sebelum penelitian dilaksanakan, pasien yang menjadi subjek penelitian diberikan informasi. Informasi yang diberikan meliputi manfaat intervensi, rencana dan tujuan penelitian. Penjelasan dilakukan secara resmi tertulis dengan pasien. Sebagai responden atau subjek penelitian diberi kebebasan dalam menentukan hak dan kesediaannya untuk terlibat dalam penelitian ini secara sukarela dengan menandatangani “Informed concent” yang disediakan (lihat lampiran). Apabila terjadi hal-hal yang memberatkan maka diperbolehkan untuk mengundurkan diri.

2. Privacy

Peneliti tetap menjaga kerahasiaan semua informasi yang telah diberikan oleh responden dan hanya digunakan untuk keperluan penelitian.


(54)

3. Anonymity

Peneliti tidak mencantumkan nama responden, dan diganti dengan nama inisial.

4. Confidentially

Peneliti menjaga kerahasiaan identitas pasien dan informasi yang diberikannya. Semua catatan atau data responden akan dimusnahkan setelah proses penelitian berakhir.

5. Protection form discomfort

Pasien bebas dari rasa tidak nyaman. Peneliti menjelaskan dan menekankan bahwa keterlibatan pasien dalam penelitian ini tidak akan menimbulkan kerugian, baik secara psikologis maupun sosial. Jika ternyata menimbulkan respon psikologis yang berat akan dirujuk ke ahli terkait. Berusaha memenuhi kebutuhan pasien, menerima masukan dan memepertahankan sikap empati, membuat kontrak kerja dan waktu yang jelas, tepat waktu, menciptakan suasana santai sehingga pasien merasa nyaman selama penelitian. Namun selama penelitian tidak ada respon / efek negatif yang terjadi.

4.5 Instrumen Penelitian

Menurut Hidayat (2009), peneliti memodifikasi dari sumber ke pustakaan sesuai dengan kerangka konseptual. Maka, kuesioner dalam penelitian adalah sebagai berikut :


(55)

1. Bagian pertama tentang pengumpulan data demografi responden yang meliputi: kode responden, umur, pendidikan, status kesehatan dan suku, agama dan status perkawinan.

2. Bagian kedua kuesioner pengetahuan lansia dalam upaya melakukan personal hygiene di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan. Terdiri dari 12 pertanyaan positif dan 3 pertayaan negatif. Untuk pertayaan positif terdapat pada no 1,2,3,4,5,6,7,8,9,11,12,13, dan untuk pertayaan negatif terdapat pada no 10,14,15, dengan mengunakan skala Guttmen yaitu dengan memberi jawaban Ya atau Tidak. Untuk pertayaan positif apabila skor Ya diberi nilai 1 dan skor Tidak diberi nilai 0, untuk pertayaan negatif apabila skor Ya diberi nilai 0, dan skor Tidak diberi nilai 1. Dengan hasil ukur baik 11-15, cukup 6-10, kurang 0-5

3. Kuesioner sikap lansia dalam upaya melakukan personal hygiene di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan yang terdiri dari 7 pertanyaan positif dan 3 pertayaan negatif. Untuk pertayaan positif terdapat pada no 1,2,5,6,7,9,10, dan untuk pertayaan negatif terdapat pada no 3,4,8, dengan mengunakan skala likert. Untuk pertayaan positif diberi skor nilai: sangat setuju 4, setuju 3, tidak setuju 2, sangat tidak setuju 1,dan Untuk pertayaan negatif diberi skor nilai: sangat setuju 1, setuju 2, tidak setuju 3, sangat tidak setuju 4. Dengan hasil ukur positif 25-40, dan negatif 10-24.


(56)

4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas 4.6.1Uji Validitas

Uji validatas kuesioner merupakan uji yang digunakan untuk menunjukan alat ukur itu benar –benar mengukur apa yang diukur. Uji validitas ini telah dilakukan oleh staf pengajar keperawatan dasar Universitasn Sumatera Utara. Uji validitas yang dilakukan ada beberapa butir peryataan yang pengetahuan dan sikap yang diganti dan ditambah dan dikurangi. Pertayaan yang diganti kebersihan diri adalah kebersihan secara menyeluruh, masalah yang sering terjadi pada kulit apabila kulit dalam keadaan lembab dan peryataan yang ditambah adalah kebersihan diri adalah melakukan mandi, gosok gigi, gunting kuku, masalah yang sering menyebabkan penyakit kulit dikarenakan kulit kering, mata yang kemasukan debu dapat menyebabkan iritasi, kuku yang panjang dapat memudahkan masuknya kuman penyakit. Dan ada peryataan yang dibuang adalah salah satu kebersihan diri tidak mengunakan pakaian yang lembab dan handuk bergantian, perawatan kaki dapat dilakukan dengan menggunakn sandal apabila keluar rumah, ketika mau makan tangan saya harus bersih, saya merasa senang dengan tubuh bersih dan rapi, dan saya selalu cuci tangan setelah BAB

4.6.2 Uji Realibilitas

Uji realibilitas dilakukan untuk mengetahui seberapa besar derajat atau kemampuan alat instrumen untuk mengukur secara konsisten sasaran yang diukur serta istilah yang dipakai untuk menunjukan sejauh mana hasil


(57)

dimana hasil yang ditunjukan adalah sama. Uji realibilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan uji KR-20 (Kuder-Richardison 20) untuk variabel pengetahuan dan sikap dengan rumus alpha crombatch yang dilakukan kepada 15 orang responden yang berada di desa Cengkeh Turi Kelurahan Cengkeh Turi didapat hasil pada variabel pengetahuan 0,723, dan untuk variabel sikap didapat hasil 0,720. Sehingga isnstrumen penelitian untuk pengetahuan dan sikap lansia tentang personal hygiene ini layak digunakan.

4.7 Pengumpulan Data

Tahap persiapan pengumpulan data ini dilakukan melalui prosedur administrasi dengan cara mengajukan surat permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada Institusi Pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara kemudian mengajukan surat izin penelitian dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara ke UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan, setelah mendapat izin penelitian dari direktur UPT pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan peneliti meminta kesedian responden untuk mengikuti penelitian dan peneliti menjelaskan tentang tujuan personal hygiene, macam-macam personal hygiene, manfaat personal hygiene dan dampak personal hygiene. Saat melakukan pengumpulan data sebelumnya peneliti memperkenalkan diri terlebih dahulu dan menjelaskan tujuan penelitian serta meminta kesedian calon responden untuk berpartisipasi dalam penelitian dengan menandatangani lembar persetujuan menjadi responden dan peneliti memberikan instrument penelitian berupa kuesioner kepada responden yang terdiri dari kuesioner pengetahuan dan sikap,


(58)

ada sebagian lansia yang kurang mampu dalam membaca kuesioner penelitian maka peneliti yang membacakan kuesioner penelitian, setelah selesai pengisian kuesioner penelitian setelah itu peneliti mengucapkan terima kasih atas kesediannya berpartisipasi dalam penelitian ini. Dalam pengumpulan data ini rata-rata dalam sehari peneliti dapat mengumpulkan data sebanyak 15-20 responden dan penelitian ini dilakukan selama 4 hari.

4.8 Analisa Data

Setelah semua data terkumpul maka peneliti mengadakan analisa data melalui beberapa tahap yang dimulai dengan editing untuk memeriksa kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan semua lembar kuesioner telah terisi, dilanjutkan dengan memberi kode pada setia kuesioner untuk memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi data, kemudian peneliti memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau data base computer, kemudian membuat distribusi frekuensi data sederhana, setelah itu peneliti melakukan teknik analisis yang dilakukan secara deskriptif dengan melihat persentase data yang telah terkumpul dalam tabel frekuensi distribusi. Analisa data dilakukan dengan membahas hasil penelitian dengan mengunakan teori kepustakaan yang ada.

   


(59)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini, peneliti menguraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Pengetahuan dan Sikap Lansia Dalam Melakukan Personal Hygiene di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

5.1 Hasil

Penelitian ini telah dilakukan mulai dari bulan Oktober hingga bulan Desember 2013 di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan. Responden pada penelitian ini adalah lansia yang berada di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan. 5.1.1 Data Demografi

Berdasarkan hasil penelitian, data demografi meliputi jenis kelamin, pendidikan, suku, agama, dan status perkawinan

Deskripsi karakteristik demografi lansia yang berada di Panti Jompo Binjai didapat dari 64 responden. Terlihat bahwa mayoritas jenis kelamin responden adalah perempuan sebanyak 36 orang sebesar (56%) dan minoritas laki-laki sebanyak 28 orang sebesar (44%). Pendidikan mayoritas SD sebanyak 41 orang sebesar (64%) dan minoritas SMA sebanyak 3 orang sebesar (5%). Terdapat sebanyak 32 orang sebesar (50%) mayoritas berasal dari suku jawa dan minoritas suku aceh sebanyak 1 orang sebesar (2%). Mayoritas agama responden menganut agama islam sebanyak 59 orang sebesar (92%) dan minoritas Kristen sebanyak 5 orang sebesar (8%). Status perkawinan responden mayoritas adalah


(60)

janda sebanyak 33 orang sebesar (51%) dan minoritas belum menikah sebanyak 1 orang sebesar (2%)

Tabel 5.1 Distribusi Frekwensi Data Demografi Responden di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan (n=64)

Data Demografi Frekuensi (n=64) Persentase (%)

Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 28 36 44 56 Pendidikan SD SMP SMA 41 20 3 64 31 5 Suku Batak Jawa Minang Melayu Aceh 24 32 4 3 1 37 50 6 5 2 Agama Islam Kristen 59 5 92 8 Status Perkawinan Menikah Belum Menikah Duda Janda 7 1 23 33 11 2 36 51


(61)

5.1.2 Pengetahuan

Berdasarkan hasil penelitian, pengetahuan responden dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel dibawah ini menunjukkan bahwa mayoritas responden berpengetahuan baik sebanyak 44 orang sebesar (69%), dan berpengetahuan cukup sebanyak 20 orang sebesar (31%)

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan Lansia tentang Personal Hygien UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

Pengetahuan Frekuensi Persentase %

Baik Cukup Kurang 44 20 0 69 31 0 Jumlah 64 100

5.1.3Sikap

Berdasarkan hasil penelitian, sikap responden dapat dilihat pada table berikut :

Tabel dibawah menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki sikap positif sebanyak 58 orang sebesar (91%), dan yang memiliki sikap negatif sebanyak 6 orang sebesar (9%)

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Sikap Lansia tentang Personal Hygien UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

Sikap Frekuensi Persentase %

Positif Negatif 58 6 91 9 Jumlah 64 100


(62)

5.2 Pembahasan

Hasil penelitian yang telah diperoleh, pembahasan dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang Pengetahuan dan Sikap Lansia dalam Melakukan Personal Hygiene di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan.

5.2.1Data Demografi

1. Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas jenis kelamin responden yaitu perempuan sebanyak 36 orang sebesar (56%), dan berjenis kelamin laki-laki sebanyak 28 orang sebesar (44%), Banyaknya responden perempuan mengatakan bahwa mereka tidak mempunyai keluarga, baik karena tidak menikah, maupun suami telah meninggal dan tidak memiliki anak. Wahyuni (2003) dalam  Erdhayanti (2011), menyakan bahwa lansia laki-laki cendrung dalam status kawin sampai mereka sangat tua dan meninggal. Lansia laki-laki cendrung untuk mendapat bantuan/perawatan dari istri mereka, sedangkan lansia perempuan sering kali tidak mendapat ini karena kematian suami. Namun pada umumnya lansia perempuan yang ditinggal suami, hidup bersama dengan anaknya terutama anak perempuan, sehingga masih mendapat perawatan yang cukup baik.

2. Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pendidikan responden SD sebanyak 41 orang sebesar (64%), dan minoritas pendidikan


(63)

responden SMA sebanyak 3 orang sebesar (5%). Menurut Notoatmodjo (2010), mengatakan bahwa pengalaman pribadi adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah. Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalam itu merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh pada masa lalu.

Melalui jalan pikir yaitu sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara pikir umat manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan.

5.2.2 Pengetahuan

Berdasarkan hasil penelitian, pengetahuan responden menunjukkan bahwa mayoritas responden berpengetahuan baik sebanyak 44 orang sebesar (69%), berpengetahuan cukup sebanyak 20 orang sebesar (31%), dan berpengetahuan kurang sebanyak (0%). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rekawati (2011), tentang gambaran kemampuan (pengetahuan, sikap dan praktek) lanjut usia dalam pemenuhan perawatan diri dipanti tresna wredha budi mulya Jakarta Timur dengan jumlah responden sebanyak 36 lansia, yang berpengetahuan sangat baik sebanyak (72,22%), berpengetahuan cukup sebanyak (13,89%), dan berpengetahuan kurang sebanyak (11,11%), dan penelitian ini juga sejalan dengan Nurmaliza tentang Hubungan tingkat Pengetahuan Lansia Tentang Kebersihan Diri (Personal Hygiene) Dengan Perilaku Lansia Dalam Menjaga


(64)

Kebersihan Diri di Balai Pelayanan Sosial Tresna Werda Khusnul Khotimah Pekanbaru dengan jumlah sampel 45 orang yang berpengetahuan baik sebanyak 23 orang (51,1%), berpengetahuan rendah sebanyak 22 orang (48,9%). Dan penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rashid (2010), tentang Prilaku Lansia terhadap Personal Hygiene (kebersihan perorangan) di UPTD Abdi Dharma Asih Binjai dengan jumlah responden sebanyak 100 orang, didapat hasil mununjukkan bahwa pengetahuan lansia dalam melakukan personal hygiene baik sebanyak 62 orang sebesar (62,0%), berpengetahuan kurang sebanyak 38 orang sebesar (38,0%).

Menurut Dwi (2010), mengatakan bahwa rata-rata kognitif lansia ditatanan pelayanan kesehatan memiliki pengetahuan baik dimana pada dasarnya penyelenggara pelayanan kesehatan lansia mempunyai program-progran pengembangan kesehatan yang berbasis pada preventif berupa pendidikan kesehatan. Menurut Ekasari (2007), mengatakan bahwa pendidikan kesehatan yang diberikan kepada individu akan meningkatkan pengetahuan karna pada dasarnya pengetahuan yang baik didapat dari proses berpikir. Pengetahuan baik penelitian ini dikarnakan oleh beberapa faktor antara lain lingkungan, usia dan pengalaman

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan beberapa petugas UPT Pelyanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan tingginya tingkat pengetahuan lansia dikarenakan seringnya dilakukan pendidikan kesehatan kepada lansia tentang kebersihan diri oleh petugas kesehatan dan mahasiswa/i yang sedang praktek belajar lapangan, dan didukung oleh tersedianya


(65)

fasilitas seperti televisi yang memudahkan lansia mendapatkan berbagai informasi mengenai kebersihan diri

Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Erdhayanti (2011), tentang Hubungan dan Tingkat Pengetahuan Lansia dengan Perilaku Lansia dalam Pemenuhan Personal Hugiene di Panti Werda Darma Bakti Panjang Surakarta dengan jumlah responden sebanyak 46 orang didapat hasil yang berpengetahuan baik sebanyak 5 orang sebesar (10,9%), berpengetahuan cukup sebanyak 16 orang sebesar (34,8%), dan berpengetahuan kurang sebanyak 25 orang sebesar (54,3%). Dalam penelitian Erdhayanti (2011), menyebutkan bahwa pengetahuan responden banyak yang masih rendah tentang kebersihan diri, ini disebabkan karena tingkat pendidikan yang masih rendah yaitu mayoritas SD. Tingkat pengetahuan respon mayoritas kurang, dipengaruhi oleh hal diantaranya adalah tingkat pendidikan responden dan kemampuan daya ingat respon dalam menjawab kuesioner yang diajukan oleh peneliti, dan asumsi peneliti karena kurangnya pendidikan kesehatan yang diberikan oleh petugas kesehatan serta pengalam responden tentang kebersihan diri.

5.2.3 Sikap

Berdasarkan hasil penelitian, sikap responden menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki sikap positif yaitu 58 orang sebesar (91%) dan yang memiliki sikap negatif 6 orang sebesar (9%), penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2010), tentang Perilaku Lansia terhadap Personal Hygiene di Panti Abdi Dharma Asih Binjai bahwa sebagian


(66)

besar lansia mempunyai sikap yang positif terhadap personal hygiene yaitu sebanyak 74 orang sebesar (74,0%) dan 36 orang sebesar (36,0%) bersikap negatif. Dan penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rashid (2010), tentang Prilaku Lansia terhadap Personal Hygiene (kebersihan perorangan) di UPTD Abdi Dharma Asih Binjai dengan jumlah responden sebanyak 100 orang didapat hasil lansia yang bersikap positif tentang sikap lansia dalam melakukan personal hygiene sebanyak 74 orang sebesar (74,0%), dan yang bersikap negatif sebanyak 36 orang sebesar (36,0%).

Penelitian ini berbeda dengan yang dilakukan oleh Mira (2009) tentang Perilaku Lansia Dalam Menjaga Kebersihan Diri di Desa Silawai Tengah Kecamatan Sungai Beremas dengan jumlah sampel sebanyak 50 orang didapat hasil positif sebanyak 23 orang sebesar (46%) dan negatif sebanyak 27 orang sebesar (54%).

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulasi atau obyek. Manifestasi dari sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari prilaku yang tertutup. Dalam sehari-hari pengertian sikap adalah reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Dari pengertian ini dapat digaris bawahi bahwa selama perilaku itu masih tertutup, maka dinamakan sikap, sedangkan apabila sudah terbuka itulah perilaku yang sebenarnya yang ditunjukkan seseorang (Adnani, 2011).

Sikap adalah kesiapan merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap suatu objek atau situasi secara konsisten, attitude diartikan dengan sikap terhadap objek tertentu, yang dapat merupakan sikap pandangan atau sikap


(67)

perasaan, tetapi sikap tersebut disertai oleh kecendrungan untuk bertindak sesuai dengan objek tadi. Sikap masih merupakan kesiapan atau kesedian untuk bertindak, bukan pelaksanaan mitif tertentu. Dengan kata lain bahwa sikap itu belum merupakan tindakan atau aktifitas, tetapi merupan suatu kecendrungan (predisposisi) untuk bertindak terhadapt objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadapt objek (Sunaryo, 2004)

Sikap adalah suatu tingkat efeksi baik yang bersifat positif maupun negatif dalam hubungan dengan aspek-aspek psikologis. Sikap juga sebagai tingkatan kecendrungan dengan objek psikologis (Notoadmodjo, 2003).

Sikap selalu berkenaan dengan suatu objek dan sikap terhadapt objek ini disertai dengan perasaan positif atau negatif. Orang mempunyai sikap positif terhadap suatu objek yang bernilai dalam pandangannya dan iya akan bersikap negative terhadap objek yang dianggap tidak bernilai atau merugikan. Sikap ini kemudian akan mendorong kearah sejumlah perbuatan yang satu sama lainnya berhubungan. Hal yang menjadi objek sikap bermacam-macam, sekalipun demikian orang hanya mempunyai sikap terhadapt hal-hal yang di ketahuinya, harus ada sekedar informasi merupakan kondisi pertama untuk suatu sikap. Bila berdasarkan informasi itu timbul perasaan positif atau negative terhadap objek dan menimbulkan kecendrungan bertingkah laku tertentu, terjadilah sikap (Sapriyana, 2013).

Menurut asumsi peneliti, sikap responden terhadap personal hygiene mayoritas positif yaitu 91%. Kesadaran dan manfaat akan kebersihan diri membuat lansia yang berada di UPT ini memahami pentingnya melakukan


(68)

personal hygiene. Pendidikan kesehatan banyak dilakukan oleh mahasiswa/I yang melakukan praktek di tempat tersebut sehingga dapat menumbuhkan motivasi untuk menjaga kebersihan dirinya. Adapun perbedaan yang didapatkan pada penelitian yang dilakukan oleh Mira (2009) tentang sikap lansia terhadap personal hygiene sikap lansia cenderung negatif asumsi peneliti dikarenakan kurangnya motivasi dari dalam diri lansia itu sendiri atau motivasi yang diberikan oleh keluarga ataupun juga lingkungan setempat.


(69)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan dapat disimpulkan:

a. Pengetahuan lansia dalam melakukan personal hygiene dalam kategori baik sebesar 69%, cukup sebesar 31% , dan kategori kurang tidak ada b. Sikap lansia dalam melakukan personal hygiene dalam kategori positif

sebesar 91%, dan negative sebesar 9%

1.2 Saran

a. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini hanya mengambarkan pengetahuan lansia dalam melakukan personal hygiene di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan dalam kategori baik dan sikap lansia melakukan personal hygiene di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan dalam kategori positif namun masih banyak lansia yang kurang personal hygiene sehingga disarankan kepada peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian tentang perilaku yang mempengaruhi lansia dalam melakukan personal hygiene


(70)

b. Bagi institusi keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi mahasiswa keperawatan tentang pengetahuan dan sikap lansia dalam melakukan

personal hygiene, sehingga lansia dapat melakukan personal hygiene, dan tetap bersikap positif terhadap melakukan personal hygiene.

c. Bagi institusi UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

Disarankan kepada UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan agar dapat mempertahankan dan meningkatkan pengetahuan yang telah ada dan tetap bersikap positif dalam melakukan personal hygiene.


(71)

DAFTAR PUSTAKA

Adnani, Hariza (2011). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta : Nuha Medika Arikunto, Suharsimi (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi

revisi 2010. Jakarta : Rineka Cipta

Arikunto, Suharsimi (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi 2010. Jakarta : Rineka Cipta

DepKes (2000). Asuhan Keperawatan Defisit keperawatan Diri. http://agungmajestic.wordpress.com/2011/10/09/defisit-perawatan-diri Dwi, W. Vina dan Fitrah (2010). Memahami Kesehatan Pada Lansia. Jakarta :

Trans Info Media

Ekasari (2007). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhi. Jakarta: EGC

Erdhayanti, S. dan Kartinah (2011). Hubungan dan Tingkat Pengetahuan Lansia dengan Perilaku Lansia dalam Pemenuhan Personal Hugiene di Panti Werda Darma Bakti Panjang Surakarta. http://publikasiilmiah.ums

Erfandi (2009). Pengetahuan Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya.

http://forbetterhealth.wordpress.com/2009/04/19/ pengetahuan-dan-faktor-faktor-yang-mempengaruhi

Fatimah (2010). Merawat Manusia Lanjut Usia. Jakarta : Trans Info Media

Hidayat, A. Aziz Alimul (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Selemba Medika

Hidayat, A. Aziz Alimul (2011). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Selemba Medika

Kusumaninggrum, Hidayatul Fitriani (2012) Perbedaan Tingkat Kemandirian Personal Hygiene Pada Lansia Laki-laki dan Perempuan di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang. http://digilib.unimus. wordpress. ac.id/gdl

Laily, Isro’in, Sulistyo, Andarmoyo (2012). Personal hygiene (Konsep, Proses dan Aplikasi dalam Praktik keperawatan). Yogyakarta : Graha ilmu


(1)

No Pertanyaan SS S TS STS 1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Saya selalu memakai sabun saat mandi Setelah mandi saya memakai pakaian yang kering

Mandi biasanya dilakukan cukup hanya 1 kali sehari

Saya selalu mencuci rambut 1 kali dalam seminggu dengan sampo

Saya menyisir rambut dengan menggunakan sisir yang jarang

Mencuci rambut dilakukan 2 atau 3 kali dalam seminggu

Apabila mata kemasukan debu dapat dikeluarkan dengan kain atau tissue yang lembut

Ketika mau makan saya tidak perlu cuci tangan

Perawatan hidung biasanya dilakukan dengan mengangkat sekresi hidung serta dibersihkan dengan tissue lembut. Saya selalu mengosok gigi 3 kali sehari


(2)

JADWAL TENTATIF PENELITIAN

No Kegiatan Maret April Mei Juni juli Agustus September Oktober November Desember 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 3 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Mengajukan

judul

2 Menetapkan

judul penelitian

3 Menyusun Bab 1 4 Menyusun Bab 2 5 Menyusun Bab 3 6 Menyusun Bab 4 7 Menyerahkan

proposal penelitian

8 Mengajukan sidang proposal

9 Sidang proposal 10 Revisi proposal 11 Pengajuan

penelitian ke UPT Pelayanan Social Lanjut Usia Binjai

12 Penelitian 13 Menyusun BAB

5 dan BAB 6


(3)

No Kegiatan Januari Februari 1 2 3 4 1 2 3 4 14 Mengajukan

sidang skripsi

15 Revisi skripsi


(4)

RINCIAN BIAYA SKRIPSI

Rincian biaya dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut : 1. Kertas A4 2 rim x Rp 30.000,- Rp. 60.000 2. Biaya Tinta Printer Rp. 20.000

3. Biaya fotocopy literatur Rp. 200.000

4. Biaya penelusuran literatur dan internet Rp. 50.000 5. Biaya Penggandaan proposal Rp. 20.000

6. Biaya Transportasi Rp. 250.000

7. Biaya Survei Awal Rp. 50.000

8. Biaya Penelitian Rp. 250.000

9. Biaya Prin Rp. 47.000

10. Biaya Fotocopy Rp. 75.000

11. Biaya Penggandaan skripsi Rp. 30.000

12. Konsumsi Seminar Rp. 105.000

Total Rp. 1.157.000+ Biaya takterduga 10% Rp. 115.700+ Total Keseluruhan Rp. 1.272.700


(5)

LEMBAR BUKTI BIMBINGAN Nama Mahasiswa : Mula Nofrianda

NIM : 121121046

Judul Penelitian : Pengetahuan dan Sikap Lansia Dalam Melakukan Personal Hygiene di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan Pembimbing : Ismayadi S.Kep., Ns., M.Kes, CWCCA, CHtN

No Tanggal Materi Bimbingan Komentar/ Saran Tanda Tangan Pembimbing 1 26 April Konsul Judul Perbaikan

2 7 April Konsul Judul dan Bab 1 Acc judul dan perbaikan Bab 1 3 5 may Konsul Bab 1, dan 2 Perbaikan Bab 1 dan 2, perbaikan tulisan dan penambahan data dalam latar belakang

4 27 May Konsul Bab 1, 2, dan 3 Perbaikan Bab 1, dan 2, serta lanjut 3, dan 4

menambahkan data penelitian

terdahulu di latar belakang

5 2 Juni Konsul Bab 1, 3 dan 4 Perbaikan tulisan dan revisi 6 11 juni Konsul 1, 2, 3 dan 4 Revisi

7 8 Agus Konsul revisi proposal Perbaikan tulis dan revisi

5 23 Des Konsul BAB 5 dan 6 Perbaikan kata dan revisi

6 27 Des Konsul Perbaikan BAB 5 dan 6

Perbaikan tulis dan revisi

7 8 Jan Konsul Perbaikan BAB 5 dan 6

Perbaikan tulis dan revisi

8 13 Jan Perbaikan BAB 5 dan 6 Revisi 9 16 Jan Perbaikan BAB 5 dan 6 Revisi


(6)

CURRICULUM VITAE

DATA PRIBADI

Nama : Mula Nofrianda

Tempat dan tanggal lahir : Jr. Simpang, 21 November 1990 Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Jr. Simpang Kec. Koto Balingka Kab. Pasaman Barat Prov. Sumatera Barat

Kewarganegaraan : Indonesia Telephone : 0856 5809 5561

LATAR BELAKANG PENDIDIKAN

Tahun 1997-2003 : SDN O9 Simpang Kecamatan Koto Balingka Kabupaten Pasaman Barat

Tahun 2003-2006 : MTsS Simpang Kecamatan Koto Balingka Kabupaten Pasaman Barat

Tahun 2006-2009 : SMAN 1 Koto Balingka Kececamatan Koto Balingka Kabupaten Pasaman Barat

Tahun 2009-2012 : Diploma III Akademi Keperawatan Harapan Mama Kabupaten Deli Serdang