Senyawa yang mempunyai aktivitas antiseptik dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu turunan alkohol, amidin dan guanidine, zat warna,
halogen dan halogenofor, senyawa merkuri, senyawa fenol, senyawa kuartener, senyawa perak dan turunan lain – lain Mansjoer dan Fauzia, 1989.
2.2.1 Halogen dan Halogenofor
Halogenofor adalah kompleks antara halogen dengan senyawa organik. Kompleks klorin dan iodin dengan senyawa organik dinamakan klorofor dan
iodofor. Halogen dan halogenofor digunakan sebagai antiseptik. Contoh dari senyawa yang mengandung klorin adalah klorin dioksida, kloroksilenol,
oksiklorosen, natrium dan kalsium hipoklorit, dan triklosan. Sedangkan contoh senyawa yang mengandung iodin adalah larutan iodium, tingtura iodii dan
povidon-iodin Siswandono dan Bambang, 2000.
2.2.1.1 Triklosan
Rumus struktur :
Nama kimia : 2,4,4-trichloro-2-hydroxydiphenyl-ether
Rumus molekul : C
12
H
7
Cl
3
O
2
Berat moleuk : 289,54
Pemerian : Serbuk hablur, putih, dan tidak berbau
Kelarutan : Dalam air 0,01 gL, sangat larut dalam etanol dan aseton
Universitas Sumatera Utara
2.2.1.2 Penggunaan Triklosan
TrikIosan 2,4,4-trichloro-2-hydroxydiphenyl-ether merupakan bahan antiseptik yang dikembangkan pertama kali pada tahun 1960 dan telah
digunakan dalam berbagai produk kesehatan, seperti sabun, pasta gigi, obat kumur, kosmetik, dan lain sebagainya Loho dan Lidya, 2007.
Triklosan digunakan sebagai antibakteri di sejumlah produk kebersihan pribadi dan sebagai anti plak di pasta gigi. Triklosan juga digunakan sebagai
pengawet, fungisida, dan biosida dalam beberapa produk pembersih rumah tangga anonim, 2008.
2.2.1.3 Mekanisme kerja Triklosan
Triklosan aktif melawan berbagai bakteri Gram positif maupun Gram negatif, namun pengaruhnya terhadap bakteri Gram positif lebih besar.
Antiseptik ini efektif melawan Methicillin resistant Staphylococcus aureus MRSA, namun aktivitasnya rendah terhadap P. aeruginosa. Triklosan tidak
efektif terhadap spora. Aktivitas fungisidal triklosan terbatas, terhadap yeast cukup baik, sedangkan terhadap mold kurang. Aktivitas terhadap virus belum
diketahui Loho dan Lidya, 2007. Aktivitas antimikroba triklosan didapatkan pada konsentrasi 0,2-2. Pada
konsentrasi tersebut bersifat bakteriostatik. Dahulu triklosan dianggap antiseptik non-spesifik yang bekerja mempengaruhi struktur dan fungsi membran
sitoplasma. Triklosan juga mempunya efek membranotropik, yaitu menggangu stabilitas struktur membran yang mengakibatkan penurunan integritas fungsional
membran sel tanpa menginduksi terjadinya lisis sel tersebut. Pada konsentrasi
Universitas Sumatera Utara
bakterisidal, triklosan menyebabkan kebocoran kalium yang menandakan terjadinya kerusakan membran Loho dan Lidya, 2007.
2.3 Kromatografi