Mendengar hal ini menangis Salmah sejadi-jadinya karena Salmah dijodohkan. Salmah teringat pada Salam bahwa Salam kelak
akan menjadi suaminya. Tapi apalah daya Salmah, walau bagaimanapun Salmah menyampaikan isi hatinya kepada orang
tuanya, tetap saja orang tuanya berkeras agar Salmah menurut saja. LMM, alinea 11.
4.1.2 AlurPlot
Setelah penulis membaca, menghayati, dan memahami Legenda Mas Merahmaka dapat digambarkan alur yang terdapat dalam cerita tersebut adalah
plot lurus atau plot progresif. Artinya, bahwa dalam cerita rakyat Legenda Mas Merah perlukisan alur cerita diawali dengan awal situasi samapai dengan akhir
situasi dan tidak terdapat alur sorot balik flasback pada setiap bagian dari alur cerita tersebut.
Adapun pentahapan alur dalam Legenda Mas Merah adalah sebagai berikut:
a. Tahap Penyituasian situation, pengarang mulai menceritakan maupun
melukiskan situasi latar dan tokoh cerita, dan pembukaan cerita. Hal ini dapat
dilihat dari petikan cerita pada awal cerita ini, yaitu:
Pada zaman dahulu, ada seorang pria bernama Salam. Salam tinggal di Serawak, Malaysia. Salam adalah seorang pemuda yang
berbudi pekerti, taat beragama, berparas tampan dan jago bersilat. Di tempat ia tinggal, ada seorang gadis yang baik dan berparas cantik.
Gadis tersebut bernama rukiah. Rukiah membuat Salam jatuh hati padanya. Salam memberanikan diri menyampaikan isi hatinya kepada
gadis pujaannya rukiah, sedangkan rukiah dengan malu-malu menundukkan kepalanya dengan artian ia juga jatuh cinta pada Salam.
Dikala ada waktu yang luang karena pada masa itu tak sebebas sekarang kalau bertemu seorang pemuda dengan seorang perempuan.
Salam dengan Rukiah memadu kasih sayang tanpa diketahui kedua orang tua masing-masing. Mereka menjalin hubungan secara diam-
diam. LMM, alinea 1.
Salam mempunyai seorang abang bernama Amran. Amran adalah pemuda yang sudah “berumur”. Karena umur abangnya sudah
Universitas Sumatera Utara
memungkinkan unuk berumah tangga maka ayah Salam ingin menikahkan Amran dengan seorang gadis. Pada suatu hari, ayah
Salam bertanya pada Amran, “Apakah dia ingin menikah?”. Amran pun menjawab, “ Kalau ayah hendak menikahkan aku, terserah pada
ayah saja”. LMM, alinea 2.
Pada awal cerita ini, pengarang sudah memainkan atau memulai cerita dari lingkungan dahulu. Hal ini dapat dilihat dari kutipan di atas “Pada zaman dahulu,
ada seorang pria bernama Salam. Salam tinggal di Serawak, Malaysia.... ”. Pada penggalan ini pengarang mencoba memulai awal ceritanya. Lalu pengarang
mengaitkannya dengan tokoh yang akan dimasukkan dalam cerita yang dapat dilihat ada penggalan berikut ini,
“.....Di tempat ia tinggal, ada seorang gadis yang baik dan berparas cantik. Gadis tersebut bernama rukiah. Rukiah membuat
Salam jatuh hati padanya. Salam memberanikan diri menyampaikan isi hatinya kepada gadis pujaannya rukiah, sedangkan rukiah dengan
malu-malu menundukkan kepalanya dengan artian ia juga jatuh cinta pada Salam. Dikala ada waktu yang luang karena pada masa itu tak
sebebas sekarang kalau bertemu seorang pemuda dengan seorang perempuan. Salam dengan Rukiah memadu kasih sayang tanpa
diketahui kedua orang tua masing-masing. Mereka menjalin hubungan secara diam-diam.LMM, alinea 1.
Lalu terjadinya satu kesatuan yang utuh pada awal cerita ini. Sedikit demi sedikit pengarang mulai memasukkan tokoh kedalam isi cerita sehingga
tampaklah cerita akan segera dimulai oleh pengarang. Dari penggalan cerita di atas pengarang sudah memasukkan unsur-unsur yang selalu ada dalam sebuah
karya sastra yaitu waktu, tempat dan lingkungan kejadian cerita. Adanya faktor- faktor di atas yang membentuk sebuah cerita yang saling berkaitan merupakan
kesatuan bulat dalam Legenda Mas Merah.
Universitas Sumatera Utara
b. Tahap pemunculan konflik generating circumstances. Tahap ini dimulai
dengan masalah dan peristiwa-peristiwa yang akan mencuatkan konflik seperti, ketika Rukiah kekasih hati Salam yang akan dijodohkan dengan
abangnya Amran oleh ayah Salman. Sehingga membuat Salam putus asa dan meninggalkan keluarga, kekasihnya Rukiah dan kampung halamannya. Hal
ini dapat dilihat dari petikan cerita pada awal cerita ini, yaitu:
Salam mempunyai seorang abang bernama Amran. Amran adalah pemuda yang sudah “berumur”. Karena umur abangnya sudah
memungkinkan unuk berumah tangga maka ayah Salam ingin menikahkan Amran dengan seorang gadis. Pada suatu hari, ayah
Salam bertanya pada Amran, “Apakah dia ingin menikah?”. Amran pun menjawab, “ Kalau ayah hendak menikahkan aku, terserah pada
ayah saja”.
Konon pada zaman dahulu, pasangan hidup diatur oleh orang tua. Ayah Salam kembali bertanya, “Siapa yang kau suka untuk
menjadi istrimu?”. Amran menjawab, “Terserah siapa yang Ayah suka untuk menjadi istriku, aku ikut saja,”.
Pilihan satu-satunya gadis yang baik dan cantik di daerah Serawak ialah Rukiah.Singkat cerita, dinikahkanlah Amran dengan
Rukiah. Saat pernikahan mereka, Salam menjadi putus asa. Beberapa waktu kemudian Salam menjumpai Rukiah, dan berkata, “Kalau
memang abangku yang menjadi jodohmu, ya sudah, apa yang bisa kita perbuat. Itu sudah kemauan orang tua. Daripada nantinya aku melihat
kau bersenang-senang dengan abangku, lebih baik aku pergi dari sini,”.
Konon Salam melemparkan batu sebanyak tiga buah di sungai Serawak. Ia berkata, “Kalau timbul tiga buah batu yang kulempar di
sungai Serawak ini, barulah aku akan pulang, dan kalau batu ini tenggelam matilah saya di negeri orang”.
Berangkatlah Salam ke pantai dengan meninggalkan kekasih yang ia cintai, keluarga dan kampung halamannya.LMM, alinea 2-6.
Dari penggalan cerita di atas sudah terlihatlah permasalahan dan peristiwa yang menyebabkan konflik mencuat dari sifat Salam yang putus asa sehingga
Salam meninggalkan keluarga, kekasih dan kampung halamannya. Dari gambaran dan penggalan cerita ini jelas penulis mulai menggerakkan jalan cerita sehingga
Universitas Sumatera Utara
pembaca atau penikmat karya sastra ini ingin lebih mengetahui jalannya ataupun isi cerita selanjutnya.
c. Tahap peningkatan konflik rising action. Pada tahap ini, penulis sudah ingin
menampakkan maksud dan tujuan penulis terhadap Legenda Mas Merah ini. Berangkatlah Salam ke pantai dengan meninggalkan kekasih
yang ia cintai, keluarga dan kampung halamannya. Lama sudah Salam di lautan, akhirnya Salam terdampar di Medan Labuhan. Tidak berapa
lama Salam di Medan Labuhan berjumpa dengan H. Kasim yang merupakan tukang kayu yang jaya. Dengan rendah hati, Salam
menyerahkan diri pada H. Kasim, dan diterimalah Salam oleh H. Kasim sebagai pekerja kerani yang menerima kayu dari anak buahnya
karena H. Kasim melihat Salam memiliki budi pekerti yang baik dan jago bersilat.
H. Kasim ini tinggal di Medan Labuhan. H. Kasim mempunyai seorang istri dan seorang anak perempuan bernama Salmah.
Sedangkan tempat bekerja H. Kasim berada di Medan Belawan. Karena Salam ikut bekerja di tempat balok kayu dengan H. Kasim,
maka setiap hari Salam pergi dari Medan Labuhan ke Medan Belawan. Salmah pun ikut disibukkan setiap hari mengantarkan
makanan Salam ke tempat Salam bekerja. Disebabkan Salam dan Salmah berjumpa setiap hari, maka diam-diam diantara mereka telah
tumbuh rasa cinta. Akan tetapi melihat Salam yang tinggal di rumah H.Kasim, Salam tak berani menyampaikan isi hatinya. Salam hanya
memendam di dalam hati. Begitu juga halnya dengan Salmah, Salmah malu mengatakan rasa cintanya pada Salam mengingat Salmah
seorang perempuan. Waktu itu amat janggal rasanya seorang perempuan lebih dulu menyampaikan rasa cintanya terhadap laki-laki.
Setelah sekian lama Salam tinggal di Medan Labuhan bersama H. Kasim dan Salmah. Salam menciptakan lagu yang berjudul “Kau
adalah Mas Merahku” untuk dipersembahkan kepada Salmah. Sewaktu Salmah mengantar nasi pada Salam, Salam menyanyikan
lagu ciptaannya dihadapan Salmah. Salam berkata bahwa dalam lagunya, Mas Merah itu adalah Salmah. Mas Merah merupakan
gelaran untuk Salmah agar orang lain tak mengetahui Mas Merah dalam lagu itu adalah Salmah.
Ibu Salmah selalu berlangganan kain pada seorang pemuda kaya yang berasal dari India. Pemuda tersebut bernama Tambi. Ibu Salmah
selalu hidup bermewah-mewahan. Pada suatu hari, usaha H. Kasim bangkrut dan istrinya berhutang
pada Tambi. Ibu Salmah tak mampu membayar hutangnya. Lalu Tambi berkata, “Kalau memang hutang anda tidak bisa terbayar, ya
sudah”. Melihat hutangnya tak terbayar, orang tua Salmah kembali
Universitas Sumatera Utara
berkata kepada Tambi, “Untuk mengikat erat persaudaraan bagaimana kalau Salmah saya kimpoikan dengan Anda,”. Tambi pun menjawab,
“Ya, saya setuju”. LMM, alinea 6-10.
Penggalan cerita ini memperlihatkan bahwa penulis sudah ingin mencapai klimaks cerita sehingga memunculkan alur yang semakin memuncak dan
mendekati klimaks, terlihat dari adanya Salmah yang akan dijodohkan oleh orangtuanya kepada Tambi saudagar kain dari India disebabkan hutang orang tua
Salmah yang tidak bisa terbayarkan. d.
Tahap klimaks climax, puncak cerita ini yaitu ketika Salmah kekasih Salam dijodohkan dengan Tambi saudagar kain dari India disebabkan hutang orang
tua Salmah yang tidak bisa terbayarkan. Mendengar hal ini, Salmah menangis sejadi-jadinya karena Salmah dijodohkan. Salmah teringat pada
Salam bahwa Salam kelak akan menjadi suaminya. Tapi apalah daya Salmah, walau bagaimanapun Salmah menyampaikan isi hatinya kepada
orang tuanya, tetap saja orang tuanya berkeras agar Salmah menurut saja. Mendengar Salmah dijodohkan, Salam pun putus asa dan meninggalkan
Salmah kekasih pujaannya. Kemudian, Salam pergi merantau ke daerah Brandan. Salam bekerja sebagai nelayan. Pada saat Salam melaut, ia
mendengar seorang teriakan perempuan yang minta tolong. Salam ingin menolong perempuan tersebut, tetapi dihalangi oleh temannya Husein.
Tetapi niat salam untuk menolong sangat besar. Ketika akan menolong perempuan tersebut, terjadilah perkelahian dengan para penyamun. Hal ini
dapat kita lihat pada penggalan cerita berikut: Pada suatu hari, usaha H. Kasim bangkrut dan istrinya berhutang
pada Tambi. Ibu Salmah tak mampu membayar hutangnya. Lalu
Universitas Sumatera Utara
Tambi berkata, “Kalau memang hutang anda tidak bisa terbayar, ya sudah”. Melihat hutangnya tak terbayar, orang tua Salmah kembali
berkata kepada Tambi, “Untuk mengikat erat persaudaraan bagaimana kalau Salmah saya kimpoikan dengan Anda,”. Tambi pun menjawab,
“Ya, saya setuju”.
Mendengar hal ini menangis Salmah sejadi-jadinya karena Salmah dijodohkan. Salmah teringat pada Salam bahwa Salam kelak
akan menjadi suaminya. Tapi apalah daya Salmah, walau bagaimanapun Salmah menyampaikan isi hatinya kepada orang
tuanya, tetap saja orang tuanya berkeras agar Salmah menurut saja.
Di suatu hari, H. Kasim memanggil Salam, lalu bapaknya berkata, “Salam, adikmu sudah dijodohkan pada orang lain, jadi kamu
saya anggap sebagai anak yang paling sulung di rumah ini dan bertanggung jawab pada keluarga. H. Kasim menganggap Salam
sebagai anak sendiri karena Salam telah bekerja dan tinggal di rumah H. Kasim pada waktu yang cukup lama. Mendengar ucapan H. Kasim,
jantung Salam gemetar. Gunung serasa runtuh dan Salam Pucat. Akan tetapi, dengan berbesar hati Salam pun menganggukkan kepalanya
tanpa ada komentar.
Maka tiba dihari pesta perkawinan, segala sesuatu yang berhubungan dengan pesta sudah disiapkan. Panitia famili dari
keluarga mengundang baik yang dikampung maupun di luar kampung. Maka pesta tersebut meriah, kedua pengantin yakni Salmah dan
Tambi bersanding di pelaminan. Salam pun diminta supaya dapat menyumbangkan lagu. Salam pergi kemana saja dengan membawa
biola. Maka Salam pun memainkan biola sambil menyanyikan sebuah lagu yang berjudul “Kau adalah Mas Merahku”.
Mendengar bait ini, Salmah langsung jatuh pingsan. Masyarakat sekitar tidak mengetahui bahwa Salmah adalah Mas Merah yang
disebut Salam dalam lagunya. Salam kembali berputus asa dan kemudian pergi ke laut untuk menjadi nelayan di daerah Brandan. Hal
ini terjadi karena H.Kasim sudah bangkrut dan Salam tak dapat bekerja lagi padanya. Alasan lain juga karena Salam ingin melupakan
Salmah yang sudah menikah dengan Tambi.
Setelah melaut selama berbulan-bulan, Salam dapat melupakan Salmah. Namun Salmah tidak menyukai Tambi dan akhirnya mereka
akhirnya bercerai. Pulau Kampai awalnya adalah hutan yang lebat. Dan tidak
seorang pun dari masyarakat Belawan yang berani membuka lahan hutan Pulau Kampai tersebut. Orang yang dituakan di daerah ini
adalah H. Makminias. H. Makminias berkata bahwa ia tidak berani membuka hutan ini.“Yang berani adalah abangku yaitu H. Kasim,”
tambahnya.
H. Kasim adalah ayah Salmah yang tinggal di Medan Labuhan. Maka H. Makminias menjemput H. Kasim beserta istri dan anaknya
Salmah. Sewaktu mereka berangkat menuju Pulau Kampai, di tengah perjalanan tepat di Pulau Karang, mereka dirampok penyamun yang
dikenal dengan Pendekar Nayan Pendekar Senayan. Daerah ini
Universitas Sumatera Utara
terkenal dengan tempat berdomisili perampok. Mereka diikat di tiang layar. Salmah dibawa ke tempat para penyamun. Salmah yang
memiliki kecantikan dan masih muda, terbesit dalam hati pendekar nayan untuk memperkosanya. Seketika itu juga, Salmah berteriak
meminta pertolongan.
Saat itu Salam bersama temannya Husein sedang melaut di kawasan itu. Mendengar teriakan seorang wanita, Salam hendak
menolong namun dihalangi oleh Husein. Salam berkata, “Wahai Husein, aku mendengar orang menjerit di dalam hutan. Husein
menjawab, “Aku tidak berani kesana. Daerahnya sangat angker. Biasanya orang yang pergi kesana pasti tidak bisa kembali pulang,”.
Salam berkata, “Aku tetap akan menolong”. Husein berkata lagi, “ Ah kau ini gila, kau nak lawan itu perampok besar, badan kau segini”.
Salam menjawab lagi, “Wahai husein sebelum ajal, aku berpantang mati, aku darah Melayu”.
Namun keinginan Salam untuk menolong wanita tersebut tidak bisa terhalangi oleh temannya Husein. Salam bergegas berlari diatas
lumpur menuju jeritan, dan Salam terkejut, di lihatnya pendekar Nayan hendak memperkosa seorang perempuan. Akhirnya, terjadilah
perkelahian antara pendekar Nayan dengan Salam. Perkelahian dimenangkan oleh Salam. Alangkah terkejutnya Salam, bahwa
perempuan yang hendak diperkosa tadi adalah Salmah yangmerupakan gadis yang Salam cintai. Salam bertanya pada
Salmah, Salam berkata, “Bersama siapa kau ke sini?”. Salmah lalu menunjuk ke suatu arah. Maka dilihatnya kedua orang tua Salmah dan
uaknya diikat di tiang layar. Salam lalu bergegas ke sampan dan membuka ikatan tali mereka.LMM, alinea 10-19.
Dari penggalan di atas sudah terlihat puncak climax dari Legenda Mas Merah.
e.
Tahap penyelesaian tahap denouement ini adalah ketika Salam berhasil menolong orang tua Salmah dan uaknya dari para Penyamun. Kemudian
mereka pergi bersama-sama menuju Pulau Kampai dan sesampai di Pulau Kampai, H. Kasim membuka lahan di Pulau Kampai. Kemudian, mereka
tinggal di Pulau Kampai. Salam dan Salmah dijodohkan oleh Tu Awang Muhammadin. Kemudian mereka menikah karena perjodohan yang
dilakukan oleh Tu Awang Muhammadin atas kesepakatan mereka tanpa ada
Universitas Sumatera Utara
paksaan. Setahun sudah usia perkawinan mereka, tiba-tiba penduduk kampung diserang penyakit cacar termasuk Salam dan Salmah. Pada tahun
1920, tepatnya pada hari Jumat pukul 05.00 pagi Salmah meninggal, dan disusul oleh Salam pada pukul 06.00 pagi. Sebelum meninggal Salam
berpesan kepada Husein, temannya, Kalau nanti Salam meninggal, salam minta kuburannya berdekatan dengan kuburan istrinya Salmah, dan meminta
ditanamkan bunga tanjung di atas nisan kuburan mereka berdua. Bunga tanjung yang ditanam adalah kisah perjalanan cinta Salam sebagai tanda
antara Semenanjung Malaysia, Medan Labuhan dan Pulau Kampai. Hal ini terlihat pada penggalan cerita berikut:
Setelah mereka membuka ikatan tali, bertangis-tangisan mereka, karena mereka telah terhindar dari bahaya dengan bantuan Salam.
Maka ditanya Salam kepada mereka hendak kemana tujuan mereka, hingga terdampar di Pulau Karang tersebut. Setelah mendengar
penjelasan, mereka berangkat bersama-sama menuju Pulau Kampai. Tiada berapa lama diperjalanan, mereka sampai di Pulau Kampai.
H.Kasim kemudian membuka lahan di Pulau Kampai. Salam pergi ke mana saja dengan membawa biola. Dan ia selalu menyanyikan lagu
“Kau adalah Mas Merahku”. Di daerah itu ada seorang tauke ikan yang merantau dari Malaysia ke Pulau Kampai bernama Tu Awang
Muhammadin. Ia membeli ikan-ikan dari para nelayan dan dikenal dengan sifatnya yang baik hati.
Salam yang dulunya menjual ikan di Pulau Sembilan dan Brandan, kini hanya menjual ikannya di Pulau Kampai. Tanpa
diketahui Salam, Tu Awang Muhammadin selalu memperhatikan gelagat Salam yang selalu termenung. Ia juga melihat hubungan
Salam dengan Salmah yang sudah serius.
Tu Awang Muhammadin menanyakan kepada Salam, “Lam, apakah kau mau menikah? Jangan hanya pergi ke laut saja. Kalau
memang engkau mau, akan kunikahkan kalian,”. Salam menjawab, “Terserah Tu Awang saja,”. Kemudian Tu Awang kembali
menanyakan kepada Salam, “Siapa yang jadi pilihanmu?”. Pilihan jatuh pada Salmah. Dengan kesepakatan kedua orang tua Salmah dan
Salmah, maka dikawinkanlah Salmah dengan Salam.
Kemudian mereka menikah karena perjodohan yang dilakukan oleh Tu Awang Muhammadin atas kesepakatan mereka tanpa ada
paksaan. Setahun sudah usia perkawinan mereka, tiba-tiba penduduk kampung diserang penyakit cacar termasuk Salam dan Salmah.
Universitas Sumatera Utara
Mereka telah berobat, namun hasilnya tidak kunjung sembuh. Penyakit mereka semakin parah.
Pada tahun 1920, tepatnya pada hari Jumat pukul 05.00 pagi Salmah meninggal, dan disusul oleh Salam pada pukul 06.00 pagi.
Sebelum meninggal Salam berpesan kepada Husein, temannya, “Kalau nanti aku meninggal tolong kuburkan aku berdekatan dengan
kuburan istriku, dan tanamkan bunga tanjung di atas nisan kuburan kami berdua,”.
Bunga tanjung yang ditanam adalah kisah perjalanan cinta Salam sebagai tanda antara Semenanjung Malaysia, Medan Labuhan
dan Pulau Kampai. Kuburan Mas merah ini sampai sekarang terdapat di Desa Pulau
Kampai, Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat. Namun bunga tanjung yang ditanam sudah tumbang dan kini sudah tidak ada
lagi.LMM, alinea 20-26.
4.1.3 Latar