Aktivitas Dakwah di Masjid istiqomah perkantoran medco ampera raya cilandak Jakarta Selatan

(1)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil’Alamin, itulah satu-satunya kalimat yang dapat penulis ucapkan dengan tulus setelah menyelesaikan skripsi ini. Kiranya Allah SWT telah memberikan kemudahan kepada penulis sehingga skripsi ini yang merupakan syarat untuk meraih gelar kesarjanaan dapat terselesaikan walaupun harus dengan mencurahkan segenap tenaga, pikiran dan biaya.

Shalawat teriring salam semoga tercurahkan keharibaan Nabi akhir zaman Muhammad saw, telah membawa Risalah Dinul Islam sebagai suatu ajaran bagi seluruh umat manusia.

Selesainya skripsi ini bukan semata-mata hasil usaha sendiri.Namun, banyak pihak yang juga turut membantu dalam proses pengerjaannya. Mereka yang telah meluangkan waktu untuk mendukung penulis baik moril ataupun tenaga.Untuk itu, dari lubuk hati yang paling dalam dan dengan segala ketulusan jiwa, penulis bermaksud mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan yaitu:

1. Bapak Dr. H. AriefSubhan, M.A sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

2. Bapak Drs. Jumroni, M.SI sebagai Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah

3. Ibu. Hj. Umi Musyarrofah sebagai Sekretaris Jurusan Program Regular Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah.


(2)

4. Bapak . M. Hudri, M. Ag sebagai Pembimbing Penulis yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Bapak-bapak dan Ibu-ibu dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

yang telah mendidik dan membina selama perkuliahan berlangsung.

6. Pimpinan dan Karyawan perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah membantu penulis dalammencari literature sebagai bahan penulisan skripsi.

7. Pengurus Masjid Istiqomah, Khususnya Ibu. MahsunatulWardah yang telah meluang kan waktunya untuk membantu dan memberikan kemudahan penulis dalam memperoleh informasi dan data yang sangat dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini.

8. Keluarga Penulis, Bapak H. Maulana , Ibunda Hj. Mariyah, Kakakku Mamluatul Khairiyah, Adik-adikku tercinta Luthfi, Ria, Syaffa, Mia dan segenap saudara yang telah ,memberikan perhatian penuh baik do’a, moril maupun materi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Kepada Gus Arief yang telah memberikan perhatian penuh baik arahan, do’a, materi dan fasilitas kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Kepada SaudaraSulaiman yang telah meluangkan waktunya untuk membantu dan memberikan ilmu kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Teman-teman angkatan 2006-2010 Fakultas Ilmu Dakwah dan IlmuKomunikasi Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Khususnya teman yang baik Fitri, Imas, Neneng dan seluruh pihak yang telah membantu do’a dan memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Kepada pemilik dan pengelola rental yang telah banyak membantu penulis dalam proses pembuatan skripsi ini.


(3)

3

13. Akhirnya penulis hanya bisa mengucapkan terimakasih dan berdo’a kepada Allah SWT, semoga bantuan yang telah diberikan oleh semua pihak mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Penulis juga berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.

Jakarta, 2010


(4)

DAFTAR ISI

Halaman Sampul Halaman Persetujuan Halaman Pengesahan Kata Pengantar

Daftar Isi ... ii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Batasan dan Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Metodologi Penelitian ... 8

E. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Aktifitas ... 12

B. Pengertian Dakwah ... 13

C. Pengertian Aktifitas Dakwah ... 16

D. Unsur-unsur Dakwah ... 18

E. Tujuan Dakwah ... 29

F. Fungsi-Fungsi Dakwah ... 32

G. Kegiatan Dakwah ... 33


(5)

5

BAB III GAMBARAN UMUM MASJID ISTIQOMAH PERKANTORAN MEDCO AMPERA RAYA CILANDAK JAKARTA SELATAN

A. Sejarah Berdirinya Masjid Istiqomah Perkantoran Medco ... 36

B. Visi dan Misi ... 37

C. Tujuan ... 38

D. Program Kegiatan Masjid Istiqomah ... 39

E. Struktur Organisasi ... 40

BAB IV ANALISIS AKTIVITAS DAKWAH MASJID ISTIQOMAH PERKANTORAN MEDCO A. Aktifitas Dakwah dan Pelaksanaannya di Masjid Istiqomah Perkantoran Medco ... 41

B. Faktor Pendukung, Hambatan-Hambatan yang Dihadapi Serta Penanggulangannya ... 49

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 52

B. Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(6)

ABSTRAK

Khoirulnisa. Aktifitas Dakwah di Masjid Istiqomah Perkantoran

Medco Ampera Raya Cilandak Jakarta-Selatan

Di Bawah Bimbingan M. Hudri S.Ag

Islam adalah agama Dakwah, yaitu agama yang menugaskan umatnya untuk menyiarkan Islam pada seluruh manusia.dakwah wajib dilakukan oleh umat Islam dimanapun dan bagaimanapun caranya. Karena dakwah tidak dibatasi oleh tempat, zaman, Negara ataupun lembaga. Dakwah juga dapat dilakukan oleh institusi atau perusahaan. Salah satunya yang melakukan aktifitas dakwah yaitu perkantoran medco.

Aktifitas Dakwah apa saja yang dilakukan Perkantoran Medco? Bagaimana pelaksanaannya?

Aktifitas-aktifitas yang ada di sana meliputi pengajian rutin, Taman Pendidikan Al-Qur’an yang telah ditentukan waktunya, Perayaan Hari Besar Islam, seperti: Peringatan Maulid Nabi Muhammad, Isra dan Mi’raj, meramaikan ibadah bulan ramadhan, pengelolaan zakat, pemotongan hewan Qurban, shalat idul fithri dan idul adha.

Dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif yaitu yang mengumpulkan data berupa kata-kata, gambar dan bukan angka. Atau dapat diartikan menghasilkan kata-kata tertulisdari orang-orang atau perilaku yang diamati dengan apa adanya. Teknik analisa data yang digunakan adalah analisa non statistic yaitu mengambil keputusan atau kesimpulan melalui proses pengumpulan, penyusunan, penyajian dan penganalisaan yang berwujud kata-kata.

Hasil dari penelitian ini adalah masjid Istiqomah perkantoran medco memiliki kegiatan-kegiatan yang bukan hanya untuk karyawan-karyawan medco, akan tetapi untuk masyarakat sekitar. Mereka juga mendapatkan dukungan dari banyak pihak, khususnya pemilik perkantoran medco.

Dakwah pada zaman modern ini sangat harus diperhatikan karena Ajaran Islam tidak akan maju bila tidak ada perbuatan dan kesatuan antara sesama muslim. Oleh karena itu, sebagai umat muslim kita harus berperan aktif demi memperjuangkan agama Allah sehingga umat Islam tetap pada seorang muslim yang menjalankan perintah agama, menjauhi larangannya sesuai dengan ajaran Islam dan umat Islam dapat menghadapi tantangan yang ada.


(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah Agama Dakwah, yaitu agama yang menugaskan umatnya untuk menyiarkan Islam pada seluruh manusia sebagai Rahmatan Lil A’lamin. Islam adalah agama yang dapat menjamin terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan manakala ajarannya dijadikan pedoman hidup. Oleh karena itu usaha dalam menyiarkan Islam yang merupakan salah satu ajarannya dapat terealisasikan melalui dakwah.

Gaya hidup kaum muslimin modern yang sangat erat dengan tantangan dan godaan sering menjadikan seseorang lupa akan makna dan hakikat kehidupan yang sebenarnya. Sesungguhnya Kehidupan di dunia ini hanyalah sementara dan yang kekal hanyalah kehidupan di akhirat. Oleh karena itu dakwah sangat penting bagi kehidupan manusia khususnya umat Islam.

Dakwah adalah salah satu dari proses komunikasi yaitu antara komunikator (Muballigh) yang berperan menyampaikan ide-ide tertentu kepada sasaran pokok dan mempengaruhi perubahan sikap dari komunikannya. dan komunikan (Mad’u) adalah objek dakwah baik individual ataupun kolektif masyarakat. dan pesan itu sendiri (Materi dakwah). Dakwah merupakan kewajiban setiap Muslim, dengan dakwah seorang Muslim yang kurang informasi baik dalam sosial terlebih tentang Islam dapat mengetahui kewajibannya sebagai seorang Muslim.


(8)

Dakwah juga merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari pengalaman keIslaman seseorang dari lingkungan sosial dan budayanya, maka penyampaian pesan-pesan dakwah ini pun dapat dilakukan dengan berbagai cara dan memanfaatkan media yang sesuai dengan keahliannya. Selama hal tersebut tidak bertentangan dengan prinsip kaidah ajaran Islam, maka dakwah dapat dilakukan dengan cara lisan, tulisan, seni sastra budaya dan sebagainya.

Dakwah juga merupakan aktualisasi iman (teologis) yang dimanifestasikan dalam suatu sistem kegiatan manusia beriman dalam bidang kemasyarakatan yang dilakukan secara teratur untuk mempengaruhi cara merasa, berpikir, bersikap dan bertindak manusia pada tataran kenyataan individual. Untuk mewujudkan kondisi ideal tersebut maka diperlukan tindakan dakwah yang kongkrit.

Dakwah merupakan penyiaran agama yang secara umum tidak dapat dibatasi oleh tempat, zaman, negara, lembaga, maupun jama’ah. Karena dakwah merupakan tanggung jawab setiap muslim. Dalam firman Allah surat At-Taubah 105:

Artinya: Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang Telah kamu kerjakan.


(9)

3

Usaha untuk menyebarkan sekaligus merealisasikan ajaran Islam ditengah-tengah kehidupan umat merupakan usaha dakwah yang harus dilakukan oleh umat Islam di manapun dan dalam keadaan bagaimanapun. Kewajiban dakwah bukan hanya ditujukan pada satu orang atau golongan saja, melainkan menjadi kewajiban seluruh umat Islam dengan tidak memandang warna kulit, jenis kelamin dan sebagainya. Dalam hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dikatakan bahwa ada tuntutan tentang keihlasan di mana keikhlasan di sini berarti bersih dari niat selain Allah dan bertujuan hanya menari ridhonya. Hadits riwayat Muslim yang menyatakan “InnaAllaha laa yanzhuru ila ajsaamikum wa laa ila shuwarikum wa lakin yanzhuru ila quluubikum” Rasulullah bersabda: (“Sesungguhnya Allah tidak melihat (menilai) tubuh dan rupamu, tetapi dia melihat (menilai) hatimu”).1 hal ini berlaku untuk semua perkataan dan perbuatan Mad’u, baik dalam rangka sebagai seorang muslim pada umumnya maupun dalam dakwah fardiyah khususnya.

Salah satu fenomena yang bisa dinikmati oleh umat saat ini adalah merebaknya aktifitas dakwah. Aktifitas dakwah kini tidak lagi hanya dapat dijumpai di tempat-tempat biasa seperti masjid, pesantren dan majelis ta’lim, tetapi dapat pula dijumpai di hotel, rumah sakit, perkantoran, radio, televisi bahkan internet. Dakwah juga harus berada di pemukiman kumuh, di teater-teater, di studio-studio film, musik, di kapal laut, kapal terbang, di pusat-pusat perdagangan, di pabrik-pabrik, di tempat-tempat pembangunan gedung

1

Prof. Dr. Ali Abdul Halim Mahmud, Dakwah Fardiyah Metode Membentuk Pribadi Muslim, (Jakarta: Gema Insani, 1995)


(10)

pencakar langit, di bank-bank, di pengadilan dan sebagainya.2 Karena fenomena paradoks pun sering kita jumpai dan tak kalah menyentaknya, seperti maraknya tindakan kekerasan, kerusuhan sosial, pornoaksi, pornografi, korupsi dan sebagainya.

Aktifitas dakwah sebagai proses komunikasi penyampaian ajaran ideal Islam selama ini tidak mempunyai kekuasaan untuk membawa masyarakat kepada perubahan ke arah yang lebih baik. Ada banyak faktor yang menjadi penyebabnya, salah satunya karena dakwah selama ini dilakukan cenderung kering, dan hanya bersifat informatif belaka, belum menggunakan teknik-teknik komunikasi yang efektif dan tindak lanjut yang signifikan.

Memasuki abad ke-21 memang terjadi sindrom globalisasi yang menciptakan tuntutan baru terhadap agama, agar agama melakukan adaptasi dengan globalisasi. Itu berarti timbulnya keperluan untuk memperhatikan dan mengantisipasi suatu ide mengenai dakwah. Kita sebagai umat muslim harus berperan aktif dalam proses yang begitu cepat agar kita dapat menghadapi tantangan yang ada.

Dinamika perubahan zaman yang begitu pesat dibarengi dengan kemajuan IPTEK, juga membawa dampak tersendiri bagi kehidupan manusia. Di satu sisi, kemajuan itu membawa dampak positif dalam hal mempermudah manusia dalam melaksanakan aktifitasnya, tapi di sisi lain perubahan zaman itu sering kali menjatuhkan manusia dari nilai-nilai agama. Manusia sering kali lalai akan Tuhannya karena mereka telah disibukkan dengan hal-hal ke

2


(11)

5

duniaannya. Seperti kemudahan dalam komunikasi-informasi ini mempermudah manusia mendapatkan informasi, tetapi tidak sedikit juga yang menyalah gunakannya dalam hal kejahatan seksual dan pornografi.

Hanya ada satu yang jelas, seperti sering diungkapkan oleh almarhum Soedjatmoko, yakni kemajuan IPTEK memang menimbulkan banyak masalah kemanusiaan. Akan tetapi, IPTEK sendiri tak sanggup menjawab masalah-masalah yang ditimbulkannya. Karena itu umat manusia harus berpaling kepada agama untuk mencari jawabannya.3

Situasi ini merupakan cermin wajah dakwah yang belum berpijak di atas realitas sosial yang ada. Padahal dakwah dan realitas sosial memiliki hubungan yang sangat kuat. Paling tidak ada dua hal penting yang dapat diungkapkan dari hubungan tersebut: Pertama, realitas sosial merupakan alat ukur keberhasilan dakwah yang sekaligus menjadi cermin sosial dalam merumuskan agenda dakwah pada tahap berikutnya. Kedua, aktifitas dakwah sendiri pada hakikatnya merupakan pilihan strategis dalam membentuk arah perubahan.4

Apabila ajaran Islam, termasuk segenap kegiatan aspek kehidupan itu dijadikan sebagai pedoman hidup dan dilaksanakan dengan konsisten, maka akan terjalin kedamaian dan kesejahteraan bagi seluruh umat, hal tersebut tidak hanya berdampak di dunia akan tetapi berpengaruh pada kelangsungan kita di akhirat.

3

Ibid., h. 2. 4


(12)

Aktifitas dakwah juga berusaha untuk meningkatkan pemahaman, penghayatan agama pada masyarakat dan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat termasuk di perkantoran. Dengan kesibukan kerja terkadang mereka lalai akan Tuhannya sehingga meninggalkan kewajiban mereka sebagai seorang Muslim. Dengan demikian dakwah Islam sebagai kewajiban umat tentunya memiliki arah dan tujuan yang jelas, yaitu mengajak manusia mengenal Tuhannya, mempercayainya, sekaligus mengikuti petunjuknya.

Dakwah tidak hanya terbatas pada aktifitas lisan semata, akan tetapi mencakup seluruh aktifitas lisan dan perbuatan yang ditunjukan dalam rangka menumbuhkan kecenderungan dan ketertarikan pada Islam, dengan demikian dakwah Islam dapat dijalankan melalui berbagai aktifitas.

Salah satu perkantoran yang dapat dijadikan untuk mengembangkan dakwah melalui aktifitas-aktifitas dakwah yang dilaksanakannya adalah Kantor Medco. Kantor ini merupakan perkantoran yang terdiri dari beberapa perusahaan, diantaranya multi pack, inti dinamika dan apex sindo semua perusahaan ini di bidang pertambangan minyak. Selain itu medco juga mempunyai Bank himpunan saudara (HS) di bidang perbankannya. Pemilik saham terbesar yaitu Bapak Arifin Panigoro dan dikelola oleh keluarga besar panigoro. Pemilik kantor medco ini berasal dari keluarga muslim dan mereka sangat tertarik untuk melakukan kegiatan dakwah untuk para karyawan-karyawannya khususnya yang kurang akan pengetahuannya tentang agama.


(13)

7

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk meneliti dalam bentuk judul:

“Aktifitas Dakwah di Masjid Istiqomah Perkantoran Medco Ampera Raya- Cilandak Jakarta-Selatan”

B. Batasan dan Perumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Dalam hal ini penulis berusaha untuk membatasi permasalahan yang akan diteliti yaitu hanya pada Aktifitas Dakwah di Masjid Istiqomah perkantoran Medco Ampera Raya – Cilandak Jakarta Selatan.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan permasalah di atas, akan dibuat perumusan masalahnya adalah:

a. Aktifitas Dakwah apa saja yang ada di Masjid Istiqomah perkantoran Medco?

b. Bagaimana pelaksanaan Aktifitas Dakwah di Masjid Istiqomah perkantoran Medco?

c. Apa saja faktor pendukung, penghambat dan cara penanggulangannya?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


(14)

a. Untuk mengetahui aktifitas-aktifitas yang ada di Masjid Istiqomah perkantoran Medco.

b. Untuk mengetahui pelaksanaan Aktifitas Dakwah di Masjid Istiqomah perkantoran Medco.

c. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan yang ditemukan dalam menyampaikan ajaran Islam

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini di harapkan dapat memberikan wawasan dan pengetahuan keilmuan Dakwah khususnya tentang aktifitas dakwah dan guna memenuhi kebutuhan motivasi spiritual masyarakat.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini di harapkan dapat dijadikan sebagai sarana yang mendukung dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan dakwah di perkantoran medco khususnya, dan pada masyarakat luas pada umumnya.

D. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Metodologi penelitian data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif yaitu data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap


(15)

9

yang sudah diteliti. Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. data-data mungkin dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya. Peneliti menganalisis data tersebut dan sejauh mungkin dalam bentuk aslinya.5 Atau dapat diartikan menghasilkan data-data berupa kata-kata tertulis dengan orang-orang atau perilaku yang diamati secara apa adanya dari hasil penelitian.

2. Tempat Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Kantor Medco Jalan Kenanga No: 20 Ampera Raya - Cilandak Timur Jakarta- selatan

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

a. Observasi. Sebagai metode ilmiah, observasi bisa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematis fenomene-fenomena yang diselidiki.6 Metode ini dilakukan dengan cara melakukan penelitian langsung ke objeknya. Dalam observasi ini penulis akan meneliti tentang aktifitas dakwah di kantor medco.

b. Wawancara : Suatu kegiatan dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan pada responden

5

Dr. Lexy J. Moeleong, M.A, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosda Karya, 2000)

6

Sutrisna Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta : Andi Offset, 1989), cet ke-19, h. 139


(16)

dan wawancara ini berhadapan langsung dengan interview, responden dengan kegiatan dilakukan secara lisan.

c. Dokumentasi. Yaitu data-data yang mengenai aktifitas dakwah di perkantoran Medco. Dokumen ini digunakan untuk melengkapi data-data hasil penelitian.

4. Teknik Analisa Data

Analisa data merupakan proses penyederhanaan ke dalam bentuk yang lebih mudah di interpretasikan.7 Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisa non statistic yaitu mengambil keputusan atau kesimpulan-kesimpulan yang benar melalui proses pengumpulan, penyusunan, penyajian dan penganalisaan data hasil penelitian dengan wujud kata-kata.

E. Sistematika Penulisan

Laporan hasil penulisan ini akan dituangkan dalam bentuk karya tulis skripsi dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

B. Pembatasan dan perumusan masalah C. Tujuan dan Manfaat

D. Metodologi Penelitian E. Sistematika Penulisan.

7

Masri Singaribun dan Sosian Effendi, Metode Penelitian Survai, (Jakarta : LP3S, 1989), cet ke-1, h. 263


(17)

11

BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG AKTIFITAS DAKWAH

DI MASJID ISTIQOMAH PERKANTORAN MEDCO AMPERA RAYA CILANDAK JAKARTA SELATAN

A. Pengertian aktifitas B. Pengertian dakwah

C. Pengertian aktifitas dakwah D. unsur-unsur dakwah E. tujuan dakwah

F. fungsi-fungsi dakwah G. Kegiatan dakwah. H. Pengertian Masjid

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG MASJID ISTIQOMAH

PERKANTORAN MEDCO AMPERA RAYA- CILANDAK JAKARTA SELATAN

A. Sejarah berdirinya B. Visi dan misi C. Tujuan

D. Program kegiatan E. Struktur organisasi.

BABIV ANALISIS AKTIFITAS DAKWAH MASJID ISTIQOMAH PERKANTORAN MEDCO AMPERA RAYA CILANDAK JAKARTA SELATAN


(18)

A. Aktifitas Dakwah dan Pelaksanaannya di Masjid Istiqomah Perkantoran Medco

B. Faktor Pendukung, Penghambat dan Penanggulangannya.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan B. Saran.


(19)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Aktifitas

Aktifitas menurut kamus besar Indonesia adalah keaktifan, kegiatan-kegiatan, kesibukan, atau bisa juga berarti kerja atau salah satu kegiatan kerja yang dilaksanakan tiap bagian dalam tiap suatu organisasi atau lembaga. Atau dapat diartikan sebagai segala bentuk keaktifan dan kegiatan.8

Sedangkan menurut kamus besar Ilmu pengetahuan aktifitas berasal dari kata activity yang berarti Aktifitas, bertindak, yaitu tindakan pada diri setiap eksistensi atau makhluk yang membuat atau menghasikan sesuatu dengan aktifitasnya, ini menandai bahwa hubungan khusus antara manusia dengan dunia.

Ada dua jenis aktifitas: Eksternal dan Internal, (Eksternal, jika operasi manusia terhadap objek-objek yang menggunakan lengan, tangan, jari-jari dan kaki) maka pada Internal menggunakan tindakan mental dalam bentuk gambaran-gambaran dinamis. Aktifitas Internal merencanakan Eksternal.9

Menurut ilmu Sosiologi, aktifitas diartikan segala bentuk kegiatan yang ada di masyarakat seperti gotong-royong atau kerja bakti yang disebut

8

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002)

9

Ave M. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, (Jakarta:Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara LPKN,1997) Cet.ke-7, h.25


(20)

sebagai aktifitas-aktifitas sosial, baik yang berdasarkan hubungan tetangga ataupun hubungan kekerabatan.10

Seseorang yang ingin mendalami ilmu agama dan ingin membangun atau berinteraksi dengan masyarakat yang Islami misalnya, tentu ia harus melakukan aktifitas yang membantu tercapainya keinginan tersebut. Seperti membaca buku-buku keagamaan, mengikuti pengajian- pengajian atau melakukan diskusi-diskusi tentang keagamaan dan kemasyarakatan.

B. Pengertian Dakwah

Ditinjau dari segi bahasa dakwah berarti panggilan, seruan atau ajakan. Bentuk perkataan tersebut dalam bahasa arab disebut masdar. Sedangkan bentuk kata kerja atau fi’ilnya adalah da’a-yad’u yang berarti memanggil, menyeru, mengajak.11

Sedangkan arti dakwah menurut pandangan beberapa pakar atau ilmuan sebagai berikut:

1. Bakhial khauli, dakwah adalah satu proses menghidupkan peraturan-peraturan Islam dengan maksud memindahkan umat dari satu keadaan kepada keadaan lain.

2. Syekh Ali Mahfudz, dakwah ialah mangajak manusia untuk mengerjakan kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka berbuat baik dan melarang mereka dari perbuatan jelek agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat

10

Sojogyo dan Pujiwati Sajogyo. Sosiologi pedesaan kumpulan bacaan. ( Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1999)

11


(21)

14

Arifin HM, dalam bukunya Psikologi dan beberapa aspek kehidupan Rohaniah Manusia dakwah adalah kegiatan, ajaran baik tulisan, lisan dan tingkah laku yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi manusia baik individual maupun kelompok, supaya dalam dirinya ada suatu pengertian, kesadaran, sikap penghayatan serta pengalaman agama sebagaimana pesan yang disampaikan padanya tanpa ada unsur paksaan.12

Secara terminologis (istilah), para pakar memiliki pengertian yang berbeda-beda dalam mengartikan apa itu dakwah. Namun pada dasarnya mereka memiliki dasar yang sama: “menyerukan agar Islam melakukan perbuatan amar ma’ruf dan menjauhkan yang mungkar”. Berikut pengertian yang diberikan oleh syed Qutb, dakwah adalah mengajak atau menyerukan lain masuk ke dalam sabilillah (jalan Allah), bukan untuk mengikuti da’i atau bukan pula untuk mengikuti kelompok orang.13

Yang dimaksud dakwah ke jalan Allah adalah mengajak kepada agamanya, mengikuti petunjuknya, memberlakukan aturannya di atas bumi, serta mentauhidkan Allah dalam ibadah, minta pertolongan dan ketaatan. Berlepas diri dari semua thaghut yang ditaati selain Allah, membenarkan apa yang dinyatakan benar oleh Allah dan menyalahkan apa yang dinyatakannya salah, menyuruh pada kebaikan, mencegah kemungkaran di jalan Allah.14

12

Arifin, Psikologi dan Beberapa Aspek Kehidupan Rohaniah Manusia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976)

13

Syed Qutb, Fidhilal Al-Qur’an, (Beirut: Ihya al-Turatsi al-Araby, 1976) 14

Musthas fa Malaikah, Manhaj Dakwah Yusuf Al-Qaradhawi Harmoni antara kelembutan dan ketega, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2001)


(22)

Dakwah Islamiyah adalah satu kewajiban yang terpikul di atas pundak setiap muslim dalam posisi, profesi dan di manapun mereka berada baik secara perorangan ataupun secara kelompok.15

Setelah mengetahui berbagai makna kata dalam dakwah menurut bahasa dan istilah, maka yang menjadi fokus bahasan dalam tulisan ini adalah Dakwah dalam arti mengajak dan menyeru. Sebenarnya masih banyak lagi definisi dakwah yang dikemukakan oleh para ulama yang lain, akan tetapi beberapa definisi diatas sudah dapat memberikan gambaran definisi mengenai dakwah.

Dakwah juga dapat diartikan dalam sudut pandang komunikasi yaitu penyiaran atau salah satu cara dari pelaksanaannya bisa dipergunakan untuk menjelaskan yang sudah ada pokok-pokok permasalahannya, dan dapat pula dipergunakan untuk menyiarkan persoalan-persoalan pokok dengan atau tanpa penjelasan.16

Selain definisi yang dikemukakan di atas dalam Al-Qur’an juga banyak disebut tentang pengertian dakwah, salah satu diantaranya dalam surat An-Nahl 125:

☺ ☺

Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.

15

Muhammad Nasir, Fiqh Dakwah, (Jakarta: Media Dakwah, 1996) 16

Prof. H.M. Toha Yahya Omar, MA, Islam dan Dakwah, (Jakarta: P.T. Al- Mawardi Prima, 2004)


(23)

16

Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalannya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Qs. An-Nahl: 125)

Ayat di atas menerangkan bahwa dakwah merupakan perbuatan yang sangat penting, karena dalam ayat tersebut terdapat kata serulah, maka umat manusia diperintahkan untuk menyeru, menyebarkan, mengajak, memberikan pengetahuan kepada orang lain tentang ajaran-ajaran Islam, meluruskan perbuatan-perbuatan yang menyimpang dari ajaran-ajaran Islam.

Dakwah juga dapat berarti penyebaran rahmat Allah SWT, sesuai misi Islam sebagai agama Rahmatan Li Al-‘Amin, yaitu penyebaran cinta kasih (rahmat) pada semua manusia bahkan pada sesama makhluk seluruh alam. Sebab Allah SWT semuanya merupakan wujud cinta kasih (rahman dan rahim)-nya, agar manusia hidupnya di dunia (hasanah) dan akhirat (hasanah). Sebab jika Islam diikuti manusia, ia akan menjadi baik. Dengan tauhid manusia akan menjadi merdeka, tidak terbelenggu dengan kepercayaan-kepercayaan yang aneh-aneh yang tidak masuk akal.17

C. Pengertian Aktifitas Dakwah

Dengan penjelasan di atas dapat kita artikan bahwa aktifitas dakwah adalah segala sesuatu yang berbentuk aktifitas atau kegiatan yang dilakukan dengan sadar yang mengajak manusia ke jalan kebaikan yang mulia di sisi

17

Nurul Badruttamam., Dakwah kolaboratif Tarmizi Taher, (Jakarta : Grafindo Khazanah Ilmu 2005)


(24)

Allah Swt. Serta meluruskan perbuatan-perbuatan yang menyimpang dari ajaran-ajaran Islam.

Aktifitas dakwah juga dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan yang mengarah kepada perubahan terhadap sesuatu yang belum baik agar menjadi baik dan kepada sesuatu yang sudah baik agar menjadi lebih baik lagi.

Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali aktifitas, kegiatan atau kesibukan yang dilakukan manusia. Namun, berarti atau tidaknya kegiatan tersebut bergantung pada individu tersebut. Karena menurut Samuel Soeitoe, sebenarnya aktifitas bukan hanya sekedar kegiatan, Tetapi aktifitas dipandang sebagai usaha untuk mencapai atau memenuhi kebutuhan orang yang melakukan aktifitas itu sendiri.18

Dari definisi di atas menimbulkan beberapa prinsip yang menjadikan substansi aktifitas dakwah sebagai berikut:

1. Dakwah merupakan suatu proses aktifitas yang penyelenggaraannya dilakukan dengan sadar atau sengaja.

2. Usaha yang diselenggarakan itu berupa mengajak seseorang untuk beramal ma’ruf nahi munkar untuk memeluk agama Islam.

3. Proses penyelenggaraan tersebut dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu yaitu untuk mendapat kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat yang diridhoi Allah SWT.

D. Unsur-unsur Dakwah

18


(25)

18

Unsur-unsur dakwah haruslah ada dalam proses dakwah, bilamana unsur-unsur itu tidak terpenuhi maka dakwah akan mengalami hambatan bahkan kegagalan. Unsur-nsur dakwah adalah komponen-komponen yang terdapat dalam setiap kegiatan dakwah.

Adapun unsur-unsur dakwah itu antara lain : Da’i (pelaku dakwah), Mad’u (mitra dakwah), Materi Dakwah (maddah), Media Dakwah (wasilah), Metode Dakwah (metode) dan Efek Dakwah (atsar).

Adapun pengertian-pengertiannya adalah sebagai berikut: 1. Da’i (pelaku dakwah)

Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan, tulisan, maupun perbuatan yang dilakukan baik secara individu, kelompok, atau lewat organisasi atau lembaga.

Di tinjau dari segi bahasa kata da’i ini berasal dari kata da’a–yad’u yang bentuk masdarnya adalah da’wah dan kata da’I adalah isim fa’il dari kata tersebut. Yang berarti pemanggil, penyeruh, atau pengajak.19 Dan sering disebut dengan sebutan muballigh yang berarti orang yang menyampaikan ajaran Islam, namun sebenarnya sebutan ini konotasinya sangat sempit, karena masyarakat cenderung mengartikannya sebagai orang yang menyampaikan ajaran Islam melalui lisan saja, seperti penceramah agama, khatib (orang yang berkhotbah), dan sebagainya. Dakwah yang dilakukan seorang da’i tidak terbatas hanya dengan lisan saja. Oleh karena, itu da’i memiliki makna yang lebih luas di bandingkan

19


(26)

dengan muballigh.20 Siapa saja yang menyatakan sebagai pengikut Nabi Muhammad hendaknya menjadi seorang Da’i dan harus dijalankan sesuai dengan hujjah yang nyata dan kokoh.

Da’i juga harus mengetahui cara menyampaikan dakwah tentang Allah, alam semesta, dan kehidupan, serta apa yang dihadirkan dakwah untuk memberikan solusi, terhadap masalah yang dihadapi manusia, juga metode-metode yang dihadirkan untuk menjadikan agar pemikiran dan perilaku manusia tidak salah dan tidak melenceng.

Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an surat Ali-Imran : 110

Artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah kepada yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; diantara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.“(Qs.Ali-Imran: 110)

Dari ayat di atas dapat diketahui bahwa setiap orang yang menyampaikan atau menjalankan aktifitas dakwah haruslah mempunyai kepribadian yang baik sebagai seorang dan Da’i karena semua perilaku,

20


(27)

20

sikap dan kepribadian seorang Da’i akan menjadi contoh bagi semua jama’ahnya.

2. Mad’u (penerima dakwah)

Mad’u, yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah, atau manusia penerima dakwah, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok, baik manusia yang beragama Islam maupun tidak atau dengan kata lain manusia secara keseluruhan. Kepada manusia yang belum beragama Islam, dakwah bertujuan untuk mengajak mereka untuk mengikuti agama Islam sedangkan kepada orang-orang yang telah beragama Islam dakwah bertujuan meningkatkan kualitas iman, Islam, dan ihsan.

Sesungguhnya iman terkadang bertambah dan kadang berkurang sebagaimana dikatakan oleh mayoritas ahli hadits dan fiqih. Oleh karena itu, semua aktifitas dalam ruang lingkup iman juga bisa naik hingga sampai ke puncaknya, baik dalam aspek i’tiqad ataupun amaliah, dan bisa pula turun sampai lemah pada suatu saat. Orang yang sukses adalah orang yang tidak bersikap berlebihan ketika tingkat imannya naik, dan tidak pula melampui ambang batas ketika imannya turun. Sesuai dengan sabda Nabi Saw: “Setiap amal mempunyai masa semangat (syirrah), dan setiap masa semangat terdapat pula masa turun semangat (fatrah). Barang siapa yang masa lemah semangatnya masih berada pada sunnahku, maka ia telah mendapat petunjuk”.

Pemeriksaan hati harus dilakukan agar seorang mukmin dapat mengetahui keadaan turun-naiknya iman. Di samping agar dapat bersyukur


(28)

kepada Allah SWT bila imannya bertambah dan menyusuli bila ada kekurangan.21

Mad’u atau mitra dakwah terdiri dari berbagai macam golongan manusia. Oleh karena itu, menggolongkan mad’u sama dengan menggolongkan manusia itu sendiri dari aspek profesi, ekonomi, dan seterusnya.

Muhammad Abduh membagi mad’u menjadi tiga golongan, yaitu : a. Golongan cerdik cendikiawan yang cinta kebenaran, dapat berpikir

secara kritis, dan cepat menangkap persoalan

b. Golongan awam, yaitu orang yang kebanyakan yang belum dapat berpikir secara kritis dan mendalam serta belum dapat menangkap pengertian-pengertian yang tinggi

c. Golongan yang berbeda dengan dua golongan tersebut, mereka senang membahas sesuatu tetapi hanya dalam batas tertentu saja, dan tidak mampu membahasnya secara mendalam.

Dari beberapa golongan di atas, dalam melaksanakan dakwah seorang Da’i harus mengetahui terlebih dahulu siapa sasaran dakwahnya, kondisi jama’ahnya sehingga tujuan dakwah akan lebih cepat tercapai. 3. Materi Dakwah (maddah)

Maddah dakwah adalah isi pesan atau materi yang disampaikan kepada mad’u. Dalam hal ini sudah jelas bahwa yang menjadi maddah

21

Muhammad Ahmad Ar-Rasyid, Hambatan-hambatan Dakwah, ( Jakarta: Robbani Press, 2005)


(29)

22

dakwah adalah ajaran Islam itu sendiri. Isi pokok materi dakwah pada

dasarnya berpedoman kepada Al-Qur’an dan Hadits.

Secara umum materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi empat masalah pokok, yaitu:

a. Masalah Akidah (keimanan)

Dari segi bahasa kata aqidah berasal dari bahasa arab yaitu Al-Aqdu yang berarti ikatan, kepastian, penetapan, pengukuhan, dan pengencangan dengan kuat. Sedangkan menurut istilah terdapat dua pengertian umum. Pertama, Aqidah adalah hukum yang Qath’i (pasti) tanpa keraguan lagi, baik berdasarkan Syar’i maupun pemikiran akal yang sehat. Kedua, bahwa aqidah adalah pokok-pokok ajaran dalam Islam dan hukum-hukum yang Qath’i, seperti keimanan dan mentauhidkan Allah SWT, beriman kepada kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi dan Rasul Nya, kepada hari kiamat, kepada takdir baik dan buruk dari Allah, serta semua yang ghaib yang didasarkan kepada dalil-dalil yang kuat. dengan demikian aqidah itu meliputi Iman, Din, dan Islam dalam segi i’tiqad, serta meliputi syari’at dalam segi pengamalan.22

Masalah pokok yang menjadi materi dakwah adalah aqidah Islamiyah. Aspek aqidah inilah yang akan membentuk moral (akhlak)

22

Tim Dirasah Islamiyyah Fakultas Dirasah Islamiyah UIN Jakarta, Akhlak Ijtimaiyyah, (Jakarta : PT. Plamator, 1998) h.5.


(30)

manusia. Oleh karena itu, yang pertama kali dijadikan materi dalam dakwah Islam adalah masalah aqidah atau keimanan.

b. Masalah Syari’ah

Hukum atau syari’ah sering disebut sebagai cermin peradaban dalam pengertian bahwa ketika ia tumbuh matang dan sempurna, maka peradaban mencerminkan dirinya dalam hukum-hukumnya. Pelaksanaan syari’ah merupakan sumber yang melahirkan peradaban Islam, yang melestarikan dan melindunginya dalam sejarah. Syari’ah inilah yang akan selalu menjadi kekuatan peradaban di kalangan kaum muslimin.

Materi dakwah ini yang bersifat sangat luas dan mengikuti seluruh umat Islam. Syari’ah dalam Islam berhubungan erat dengan amalan lahir (nyata) dalam rangka mentaati semua peratuan hukum Allah guna mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan dan mengatur pergaulan hidup antara sesama manusia. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah Surat An-Nur 55 :

Artinya: Dan Allah Telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana dia Telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh dia akan


(31)

24

meneguhkan bagi mereka agama yang Telah diridhai-Nya untuk mereka, dan dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah orang-orang yang fasik.

Ayat tersebut di atas mencerminkan hubungan antara manusia dengan Allah SWT. Artinya masalah-masalah yang berhubungan dengan syari’at bukan saja terbatas pada ibadah kepada Allah, akan tetapi masalah-masalah yang berhubungan antara sesama hidup manusia diperlukan juga. Seperti hukum jual beli, berumah tangga, bertetangga, warisan dan kepemimpinan. Demikian juga larangan-larangan Allah seperti meminum-minuman keras, berzina, mencuri.23

Syari’ah ini bersifat universal, yang menjelaskan hak-hak umat Muslim dengan non Muslim, bahkan hak seluruh umat manusia. Dengan adanya materi syari’ah ini, maka tatanan sistem dunia akan teratur dan sempurna.

Materi dakwah yang menyajikan unsur syari’at harus dapat menggambarkan atau memberikan informasi yang jelas di bidang hukum dalam bentuk status hukum yang bersifat wajib, mubbah (dibolehkan), dianjurkan (mandub), makruh (dianjurkan supaya tidak dilakukan) dan haram (dilarang).

c. Masalah Mu’amalah

Islam merupakan agama yang menekankan urusan mu’amalah lebih besar porsinya daripada urusan ibadah. Islam lebih banyak memperhatikan aspek kehidupan sosial dari pada aspek kehidupan

23


(32)

ritual. Islam adalah agama yang menjadikan seluruh bumi ini masjid, tempat mengabdi kepada Allah. Ibadah dalam mu’amalah di sini, diartikan ibadah yang mencakup hubungan dengan Allah dalam rangka mengabdi kepada Allah SWT. Cakupan aspek mu’amalah jauh lebih luas daripada ibadah. Statement ini dapat dipahami dengan alasan-alasan :

1) Dalam Al-Qur’an dan Hadits mencakup proporsi terbesar sumber hukum yang berkaitan dengan urusan mu’amalah

2) Ibadah yang mengandung segi kemasyarakatan diberi ganjaran lebih besar daripada ibadah yang bersifat perorangan. Jika urusan ibadah dilakukan tidak sempurna atau batal, karena melanggar pantangan tertentu, maka kafaratnya (tebusannya) adalah melakukan sesuatu yang berhubungan dengan mu’amalah. Sebaliknya, jika orang tidak baik dalam urusan mu’amalah, maka urusan ibadah tidak dapat menutupinya

3) Melakukan amal baik dalam bidang kemasyarakatan mendapatkan ganjaran lebih besar daripada ibadah sunnah.

d. Masalah Akhlak

Secara etimologis, kata akhlak berasal dari bahasa Arab, jamak dari khuluqum yang berarti budi pekerti, perangai, dan tingkah laku atau tabiat. Kalimat-kalimat tersebut memiliki segi-segi persamaan dengan perkataan khalqun yang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan khaliq yang berarti pencipta, dan makhluk yang


(33)

26

berarti yang diciptakan. Sedangkan secara terminologis, pembahasan akhlak berkaitan dengan masalah tabiat atau kondisi temperatur batin yang mempengaruhi perilaku manusia.

Akhlak sebagai materi dakwah dan merupakan penyempurnaan keimanan dan keislaman terdapat dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 21:

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah SAW itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharapkan (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan tidak banyak menyebut nama Allah. “(Qs. Al-Ahzab : 21)

Selanjutnya Al-Farabi berpendapat bahwa latihan adalah unsur yang sangat penting untuk memperoleh akhlak yang terpuji dan tercela, dan dengan latihan secara terus-menerus terwujudlah kebiasaan.

Berdasarkan pengertian ini, maka ajaran akhlak dalam Islam pada dasarnya meliputi kualitas perbuatan manusia yang merupakan ekspresi dari kondisi kejiwaannya. Semua manusia juga mempunyai tanggung jawab dalam setiap perbuatannya, maka Islam mengajarkan kriteria perbuatan dan kewajiban yang mendatangkan kebahagiaan, bukan siksaan. Dan kebahagiaan dapat dicapai melalui upaya


(34)

terus-menerus dalam mengamalkan perbuatan terpuji berdasarkan kesadaran dan kemauan.

Materi akhlak ini diorientasikan untuk dapat menentukan baik dan buruk, akal, dan kalbu berupaya untuk menemukan standar umum melalui kebiasaan masyarakat. Karena ibadah dalam Islam sangat erat kaitannya dengan akhlak.

4. Media Dakwah (Wasilah)

Media dakwah (wasilah) adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan materi dakwah (ajaran Islam) kepada Mad’u. Untuk menyampaikan ajaran Islam kepada umat dakwah dapat menggunakan berbagai wasilah.

Hamzah Yaqub membagi wasilah dakwah menjadi lima macam, yaitu lisan, tulisan audiovisual, dan akhlak. Adapun pengertiannya sebagai berikut:

a. Lisan adalah media dakwah yang paling sederhana yang menggunakan lidah dan suara, dakwah dengan media ini dapat berbentuk pidato, ceramah, kuliah, bimbingan, penyuluhan dan sebagainya

b. Tulisan adalah media dakwah melalui tulisan, buku, majalah, surat kabar, surat-menyurat (korespondensil), spanduk dan sebagainya

c. Lukisan adalah media dakwah melalui gambar, karikatur, dan sebagainya


(35)

28

d. Audiovisual adalah media dawah yang dapat merangsang indra pendengaran, penglihatan atau kedua-duanya, seperti televisi, film slide, OHP, Internet, dan sebagainya

e. Akhlak yaitu media dakwah melalui perbuatan-perbuatan nyata yang mencerminkan ajaran Islam yang secara langsung dapat dilihat dan didengarkan oleh mad’u

Hal tersebut sebagaimana terdapat dalam Al-Qur’an surat Al- Maidah ayat 67:

Artinya: “Wahai Rasul sampaikanlah apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika kamu tidak kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanatnya. Allah memelihara kamu dari gangguan manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir“. (Qs. Al- Maidah: 67).

5. Metode Dakwah

Dari segi bahasa kata metode berasal dari dua kata yaitu “meta” (melalui) dan hodos (jalan, cara)24dengan demikian bahwa metode dapat di artikan sebagai cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sumber yang lain menyebutkan bahwa metode berasal dari bahasa jerman methodica, artinya ajaran tentang metode. Dalam bahasa yunani

24


(36)

metode berasal dari kata methodos artinya jalan yang dalam bahasa arab disebut thariq. Metode berarti cara yang telah diatur dan melalui proses pemikiran untuk mencapai suatu maksud.25

Kata metode telah menjadi bahasa Indonesia yang memiliki pengertian “suatu cara yang bisa ditempuh atau cara yang ditentukan secara jelas untuk mencapai dan menyelesaikan suatu tujuan, rencana sistem, tata pikir manusia”. Sedangkan dalam metodologi pengajaran ajaran Islam disebutkan bahwa metode adalah “suatu cara yang sistematis dan umum terutama dalam mencari kebenaran ilmiah”.26

Metode dakwah adalah jalan atau cara yang dipakai juru dakwah untuk menyampaikan ajaran materi dakwah Islam. Dalam menyampaikan suatu pesan dakwah, metode sangat penting peranannya karena suatu pesan walaupun baik, tetapi disampaikannya lewat metode yang tidak benar maka pesan itu bisa saja ditolak oleh si penerima pesan.

E. Tujuan Dakwah

Setiap aktifitas, usaha dan kegiatan mempunyai tujuan, tujuan dapat diartikan sebagai sesuatu yang ingin dicapai dalam Kadar tertentu dengan segala usaha yang dilakukan. Tujuan proses Dakwah merupakan penentu sasaran strategi dan langkah-langkah operasional dakwah selanjutnya, tanpa tujuan yang jelas pekerjaan itu akan terhitung sia-sia.

25

Drs. H. Munzier Supatra, M. A dan H. Harjani Hefni, Lc. M.A, Metode Dakwah, (Jakarta : Rahmat Semesta, 2006)

26

Ave M. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan,(Jakarta: Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara LPKN,1997) cet ke-7, h. 25


(37)

30

Dakwah memiliki empat batasan yaitu: 1. Hal yang hendak dicapai

2. Jumlah atau kadar yang diinginkan 3. Kejelasan yang ingin dicapai 4. Dan yang ingin dituju.

Apabila ditinjau dari segi pendekatan sistem tujuan dakwah merupakan salah satu unsur dakwah, di mana dakwah mempengaruhi, berhubungan (sama pentingnya).

Tujuan Dakwah juga dapat diartikan yaitu mengaktualisasikan nilai-nilai ajaran Islam kedalam kehidupan sehari-hari secara pribadi, kekeluargaan, masyarakat sehingga tercapai umat yang sejahtera lahir dan bathin, bahagia dunia dan akhirat.27

Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Anfal ayat 24 :

☺ ☺

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, perkenankanlah seruan dari Allah dan seruan dari Rasul, apabila ia telah menyeruh kamu kepada apa yang menghidupkan kamu? (Qs. Al-Anfal: 24)

Berdasarkan ayat di atas, telah jelas bahwa yang menjadi dalil dakwah adalah menyadarkan manusia akan arti yang sebenarnya dari hidup ini dan kembali pada jati diri.

27


(38)

Tujuan dakwah yang dilakukan oleh setiap rasul Allah dari zaman ke zaman senantiasa sama, yakni mengajak manusia kepada Allah, tak ada tujuan yang lain. Mereka mengajak umatnya agar menyembah hanya kepada Allah dan menjauhi selain Allah.

Dengan demikian seluruh aktifitas dakwah dari masa ke masa hingga akhir zaman tiba, telah disatukan oleh kesatuan tujuan utama yaitu: mengajak manusia kepada Allah, menyembahnya, tanpa mempersekutukan dengan ilah-ilah yang lain. Apabila ada aktifitas dakwah yang tidak mengajak manusia kepada Allah, maka itu adalah sebuah penyimpangan yang besar, karena menyangkut masalah yang mendasar.28

Setiap perbuatan itu memiliki tujuan, dan tujuan dakwah meliputi tiga hal:

1. Menunaikan Amanat

2. Menegakkan Hujjah dan Dalil-dalil kebenaran 3. Menyelamatkan Umat dari kehancuran

Ketika menunaikan amanat dakwah tersebut, sebagaimana pula menegakkan hujjah terhadap manusia, para aktifis dakwah juga harus mempersembahkan dan memberikan pelayanan yang baik pula, karena tujuan mereka berdakwah adalah menyelamatkan mereka dari kehancuran, membimbing mereka dari kesalahan kepada kebenaran dan kejayaan di dunia

28

Cahyadi Takariawan, Prinsip-prinsip Dakwah yang tegar di jalan Allah, (Yogyakarta: Izzan Pustaka, 2005)


(39)

32

dan di akhirat.29 Selain itu tujuan dakwah juga membawa manusia kepada jalan yang terang dan menghindarkan dari kegelapan.

Dalam firman Allah Al-Qur’an surat Ibrahim ayat 1:

Artinya: “Alif Lam Ra, inilah kitab yang diturunkan kepada engkau untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada yang benderang dengan izin Tuhan mereka, yaitu jalan Tuhan yang Maha Kuasa lagi terpuji “. (Q. S Ibrahim: 1)

Adapun tujuan yang tertinggi dari pada usaha dakwah hanya semata-mata mengharap dan mencari Ridho Allah SWT. Firman Allah dalam surat Al-Baqarah 207:

Artinya: Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya Karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.

F. Fungsi-fungsi Dakwah

Islam menghendaki tatanan masyarakat yang ideal bagi aqidah, ibadah, maupun akhlak. Karena itulah dakwah selalu diperlakukan untuk meningkatkan kualitas spiritual manusia secara perorangan maupun masyarakat.

29

Muhammad Sayyid Al-Wakil, Prinsip dan Kode Etik Dakwah, (Jakarta : Akademi Prassindo, 2002 )


(40)

Dari uraian di atas maka dapat disebutkan fungsi dakwah adalah:

1. Untuk menyebarkan Islam kepada manusia sebagai individu dan masyarakat sehingga mereka merasakan rahmat Islam sebagai Rahmatan Lil’alamin bagi seluruh makhluk Allah

2. Untuk melestarikan nilai-nilai Islam dari generasi kegenerasi kaum muslimin berikutnya

3. Untuk memberi pemahaman yaitu meluruskan akhlak yang bengkok, mencegah kemungkaran dan mengeluarkan manusia dari kegelapan rohani.30

G. Kegiatan Dakwah

1. Kegiatan Tabligh Islam

Tabligh berasal dari Bahasa Arab, Tabligh merupakan isim masdar dari kata ballagha, lengkapnya ballagha, yuballighu, tablighan dengan terjemahan penyampaian. Secara istilah tabligh dapat dikemukakan oleh beberapa Ahli sebagai berikut:

a. Asmuni Syukir, kata tabligh berasal dari kata kerja “ballagha, yuballighu, tablighan” yang berarti menyampaikan, penyampaian, yakni menyampaikan ajaran Allah dan Rasulnya kepada orang lain b. H. Mahfuz Syamsul Hadi, kata tabligh berasal dari kata ballagha,

yubalillighu, tablighan yang berarti meyampaikan. Jadi tabligh ialah

30


(41)

34

meyampaikan ajaran Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah kepada umat manusia

Dari definisi di atas penulis dapat menyimpulkan tabligh adalah menyampaikan ajaran Islam kepada orang lain yang bersumber pada Al-Qur’an dan As-Sunnah.

2. Kegiatan Pengembangan masyarakat Islam

Kegiatan pengembangan masyarakat Islam terdiri dari kegiatan pokok: transformasi dan pelembagaan ajaran Islam ke dalam realitas Islam (khairu ummah).31 Pengembangan masyarakat Islam juga dapat berarti mentransformasikan atau melembagakan semua segi ajaran dalam kehidupan keluarga (usroh), kelompok sosial (jama’ah) dan masyarakat (ummah)

3. Kegiatan Manajemen Dakwah Islam

Manajemen Dakwah adalah kemampuan untuk mengidentifikasi masalah yang terdapat dalam proses kegiatan dakwah, kemudian menyusun rencana yang tepat untuk mengatasi persoalan-persoalan tersebut, mengatur dan mengorganisir para pelaksana Dakwah dalam kesatuan tertentu.

H.Pengertian Masjid

Ditinjau dari segi bahasa Masjid berasal dari bahasa arab yaitu dari kata sajada, yasjudu yang berarti sujud, sedangkan kata masjid merupakan isim makan dari kata tersebut yang berarti tempat bersujud.

31


(42)

Pada zaman pra-Islam tempat di sekitar Ka’bah dinamakan masjid. Abu Bakar membangun sebuah tempat untuk shalat di dekat rumahnya di mekkah. Terdapat keragaman Gaya bangunan masjid, namun terdapat beberapa elemen utama. Syarat utama sebuah masjid adalah tersedianya sebuah ruangan besar untk menjalankan shalat, baik beratap maupun tidak beratap, yang didalamnya jama’ah membentuk barisan di belakang posisi imam untuk menyelenggarakan shalat berjama’ah.32

Seseorang tidak diperkenankan berdiam di dalam ruangan ini kecuali dalam keadaan suci dari hadas besar. Untuk memastikan arah kiblat, ka’bah biasanya dalam sebuah masjid terdapat sebuah ruangan yang dinamakan mihrab. Masjid juga dapat dijadikan sebagai lembaga untuk melaksanakan aktifitas-aktifitas dakwah.

32


(43)

BAB III

GAMBARAN UMUM MASJID ISTIQOMAH PERKANTORAN MEDCO AMPERA RAYA- CILANDAK JAKARTA SELATAN

A. Sejarah berdirinya Masjid Istiqomah Perkantoran Medco

Jauh sebelum perkantoran medco berdiri Sekitar tahun 1973 telah dibangun sebuah mushollah istiqomah. Pembangunan mushollah ini diusulkan oleh H. Salim (Almarhum) dan ini merupakan hasil kerjasama antara medco holding dengan masyarakat setempat sebagai pemilik lahan (wakif). Pembangunan mushollah ini pada awalnya bertujuan sebagai sarana Ibadah harian untuk masyarakat yang berada di daerah tersebut.33

Setelah dibangun perkantoran medco, dan demi meningkatkan kualitas bangunan, bisa lebih meningkatkan jumlah jama’ah, pihak kantor ingin lebih dekat dengan masyarakat, untuk ibadah lima waktu karyawan terutama shalat jum’at tidak jauh dari tempat kerja serta agar kegiatan kerohanian bisa berjalan lebih intens, salah seorang keponakan dari pemilik perusahaan medco yang menjabat sebagai manager akunting sekaligus menjabat sebagai ketua kerohanian medco holding yaitu Bapak. H. Syaiful Panigoro QQ mengusulkan agar merenovasi mushollah tersebut menjadi sebuah masjid. Dan atas persetujuan keluarga wakif, tokoh masyarakat dan perwakilan dari medco

33

Mahsunatul Wardah, Pengurus Masjid Perkantoran Medco,Wawancara Pribadi, 30 April 2010


(44)

holding maka dibangunlah masjid tersebut dengan nama yang sama yaitu Masjid Istiqomah yang didirikan pada tahun 2003.34

Proses Pembangunan masjid tersebut didirikan kurang lebih setahun. Walaupun letak masjid berada di dalam kantor, letaknya sangat strategis yang berada ditengah-tengah antara kantor dan tempat tinggal masyarakat. Masjid ini memiliki dua pintu yang salah satunya digunakan untuk masyarakat agar tidak terlalu jauh ketika hendak pergi ke masjid dan mengikuti kegiatan-kegiatan dakwah di masjid tersebut.

Sebagai perkantoran yang dimiliki oleh keluarga muslim (keluarga besar panigoro) dakwah menduduki peranan yang paling penting dalam perilaku pimpinan perusahaan. Sehingga dapat dikatakan medco holding adalah perusahaan yang religious.

Ini terlihat dari kontribusi yang sangat besar dalam pembangunan mushollah yang kemudian direnovasi menjadi masjid serta mengadakan kegiatan-kegiatan dakwah yang sangat bermanfaat bagi karyawan, masyarakat sekitar dan sangat mendukung kegiatan yang dilakukan oleh pengurus masjid.

B. Visi dan Misi

Sebelum menentukan tujuan sebuah organisasi atau lembaga harus terlebih dahulu menetapkan visi dan misi lembaga atau organisasi. Pernyataan visi dan misi sebuah lembaga atau organisasi merupakan suatu peranan penting dalam sebuah kegiatan di dalam lembaga atau organisasi tersebut dan

34

Mahsunatul Wardah, Pengurus Masjid Istiqomah perkantoran Medco, Wawancara Pribadi, 30 April 2010


(45)

38

dapat meningkatkan semangat aktifitas atau mengembangkan sistem kualitas dalam sebuah lembaga atau organisasi.

Visi dan misi juga memberikan identitas dan arahan sebuah organisasi dalam mencapai segala sesuatu yang dituju oleh organisasi tersebut. Walaupun ada gangguan yang mengakibatkan perubahan, organisasi tersebut tetap pada prinsipnya menjalankan visi dan misinya. 35

Visi (vision) adalah gambaran ideal yang ingin dicapai atau diraih oleh sebuah organisasi yang akan datang. Sedangkan misi (mission) adalah sutau pernyataan tentang aktifitas dari perusahaan atau organisasi.

Adapun visi pengurus masjid Istiqomah yaitu :

• Menjadi sarana peribadatan yang mengayomi umat Islam di lingkungan masyarakat dan perkantoran.

Sedangkan Misi pengurus masjid Istiqomah yaitu :

• Menjadi wadah meningkatkan ketaqwaan muslim di perkantoan dan masyarakat sekitar melalui kegiatan dakwah yang berkualitas.36

C. Tujuan

Setiap organisasi tentunya memiliki tujuan-tujuan yang hendak dicapai, dimana tujuan-tujuan tersebut merupakan arahan dasar akan kemana sebuah organisasi di bawa serta menjadikan organisasi tersebut lebih terarah.

Adapun tujuan pengurus mendirikan masjid Istiqomah yaitu : 1. Sebagai sarana ibadah

35

Mahsunatul Wardah, Pengurus Masjid Istiqomah perkantoran Medco, Wawancara Pribadi, 30 April 2010


(46)

2. Dan untuk mempererat tali silaturrahmi antara warga sekitar dengan karyawan yang bekerja di medco holding

D. Program Kegiatan Masjid Istiqomah

Program kegiatan pengurus Masjid Istiqomah bisa di bagi kepada program harian, mingguan dan tahunan

1. Kegiatan harian

a. Pengajian rutin setelah sholat wajib

2. Mingguan

a. Taman Pendidikan Al-Qur’an b. Majelis Ta’lim Ibu-ibu

3. Tahunan

a. Tahun Baru Hijriah b. Maulid Nabi Muhammad c. Isra’ dan Mi’raj

d. Shalat Idul Fitri dan Idul Adha e. Pemotongan hewan Qurban

f. Meramaikan ibadah bulan Ramadhan g. Pengelolaan Zakat

E. Struktur Organisasi

Struktur organisasi terdiri dari dua suku kata yang terdiri dari struktur dan organisasi, struktur dapat diartikan dengan susunan atau cara menyusun.


(47)

40

Sedangkan organisasi adalah kelompok yang terdiri dari beberapa orang yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan. Dengan demikian, dengan adanya struktur organsisasi maka kegiatan yang dijalankan dapat berdaya dan berhasil guna, keadaan struktur organisasi menggambarkan mekanisme pola hubungan, kedudukan, tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang berada dalam suatu organisasi.

Pengurus masjid atau dewan kesejahteraan masjid (DKM) istiqomah merupakan organisasi kesejahteraan masjid yang merangkul para karyawan medco dan masyarakat setempat yang berperan aktif dalam memajukan pengetahuan Islam bagi para jamaahnya.

Adapun susunan struktur organisasi masjid Istiqomah perkantoran medco yaitu :

1. Ketua Masjid : H. Syaiful Panigoro QQ 2. Ketua 1 dan 2 : H. Achfas

3. Penasehat : KH.Syamsul Ma’arif hamzah 4. Kesekretariatan : Abbas

5. Bendahara : Hadi Basalamah 6. Seksi. Kegiatan kaum adam : Atet Suryana, Enrico


(48)

A. Aktifitas-aktifitas Dakwah di Masjid Istiqomah perkantoran Medco

Dalam rangka melakukan kegiatan dakwahnya pengurus masjid Istiqomah mengadakan berbagai macam kegiatan yang kesemuanya bertujuan kepada dakwah Islam. Baik dakwah secara fardiyah atau dakwah secara umum yang dilakukan oleh perorangan oleh organisasi yang membidangi tugas-tugas dakwah atau tugas-tugas lainnya tetapi tujuan pokoknya tetap bermuara pada penyebaran agama Islam.

Seperti guru-guru agama di madrasah, para ustadz di kampung, organisasi-organisasi Islam atau yang lainnya haruslah tetap melakukan penilaian setelah dakwah dilaksanakan. Gunanya melakukan penilaian tersebut adalah untuk mengetahui apakah dakwah yang dilaksanakan itu berhasil sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, atau isi dan materi dakwah itu tepat berdaya guna dan berhasil.

Syekh Abdul Badi’ Syaqar dalam bukunya yang mengemukakan yang telah diterjemahkan sebagai berikut:

Berhasilnya dakwah Islamiyah yang telah dilaksanakan oleh Rasulullah di muka bumi ini, bukanlah tugas dakwah tersebut datangnya dari Allah bukan pula karena tugas tersebut telah dilaksanakan dan disampaikan kepada umat manusia bukan pula karena ada pemaksaan melainkan karena


(49)

42

dakwah itu dilaksanakan secara berjama’ah dan gotong royong antara sesama umat Islam yang telah memiliki iman yang sempurna dan daya juang yang tinggi.

Disamping itu segolongan jama’ah tadi berusaha dengan sungguh-sungguh meyakinkan dakwahnya di dalam hati sanubari mereka dan menerapkannya dalam kehidupan”.37

Surat Ali-Imran 104 :

Artinya: “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung “(Q.S. Ali Imran: 104).

Mengingat bahwa betapa pentingnya ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia baik pengetahuan umum maupun agama, maka sangat perlu manusia untuk mendapatkan ilmu pengetahuan tersebut. Sedangkan untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat maka manusia membutuhkan ilmu pengetahuan umum dan ilmu pengetahuan agama.

1. Dakwah Melalui Pengajian Rutin

Dakwah dalam pengajian rutin di Masjid Istiqomah dibagi menjadi tiga yaitu:

Pengajian setelah shalat fardhu, majelis ta’lim dan taman pendidikan al-qur’an (TPQ).

37

Prof. H. Anwar Masyari, MA, Butir-butir Problematika Dakwah Islamiyah, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1993), cet. I hal. 38.


(50)

a. Pengajian setelah shalat fardhu ini dilaksanakan setelah shalat dzuhur dan ashar berjama’ah bahkan setelah shalat maghrib karena terkadang ada karyawan-karyawan yang lembur. Pengajian ini diikuti karyawan medco holding, penduduk setempat dan jama’ah yang kebetulan shalat di masjid Istiqomah. Dengan tema-tema yang telah ditentukan seperti : pembahasan fiqh, tafsir, dan hadits yang dibahas pada hari- hari yang telah ditentukan pula.

Fiqh yang digunakan pada pengajian ini menggunakan kitab Tafsir Jalalain karya Imam Jalaluddin Muhammad bin Ahmad Al- Mahally dan Imam Jalaluddin Abdurrahman bin Bakar As-Suyuti. Dan haditsnya adalah kitab Bulughul Maram.38

Dalam pembahasan Tafsir Jalalain dan Hadits Bulughul Maram ini guru atau nara sumber menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Pada awalnya guru membaca dan menjelaskan, jamaah menyimak kitabnya masing-masing dan yang tidak membawa hanya mendengarkan saja. Setelah nara sumber atau guru menjelaskan materi yang dibahas jamaah diperbolehkan bertanya tentang materi yang dibahas yang ada dalam kitab maupun permasalahan lain yang ada di luar pembahasan yang berkaitan dengan ibadah, muamalah, masalah kemasyarakatan dan lain-lain. Pembahasan kitab ini ini dilaksanakan pada setiap hari jum’at.

38

Mahsunatul Wardah, Pengurus Masjid Istiqomah Perkantoran Medco, Wawancara Pribadi, 30 April 2010


(51)

44

Metode pembahasan Fiqh berbeda dengan pembahasan Tafsir dan Hadits, metode yang digunakan adalah salah satu jamaah atau bergantian membaca kitab yang akan dibahas sedangkan jamaah yang lainnya menyimak dan mendengarkanya, setelah itu nara sumber mengulang kembali bacaan yang akan dibahas dan mengartikanya kitab Bidayatul Mujtahid tersebut kedalam bahasa Indonesia yang disertai dengan penjelasan melalui pokok masalah yang akan dibahas. Setelah pokok masalah dijelaskan, nara sumber mengaitkan pokok masalah tersebut dalam kehidupan sehari-hari sehingga penjelasannya bisa dipahami dan di amalkan oleh para jamaaah. Para jamaah pun di berikan waktu untuk bertanya tentang berbagai macam masalah yang dihadapi baik masalah yang berhubungan dengan pembahasan maupun dengan kehidupan sehari-hari dan masalah yang berhubungan dengan masyarakat. Pembahasan kitab ini dilaksanakan setiap hari selasa dan kamis. Jama’ah masjid Istiqomah sangat antusias dan sangat senang dengan pengajian ini. hal ini dapat dilihat dari jamaah yang mengikuti pengajian, ini disebabkan karena masih kurangnya pengetahuan karyawan tentang agama.39

Untuk menyampaikan materi pengetahuan agama kontemporer, dengan sesekali waktu pengurus mengundang penceramah-penceramah yang menguasai materi-materi yang ingin diperdalam oleh jama’ah. Pengajian ini diikuti sekitar 30-50 karyawan dan masyarakat sekitar.

39 Mahsunatul Wardah, Pengurus Masjid Istiqomah Perkantoran Medco, Wawancara Pribadi, 30 April 2010


(52)

b. Pengajian rutin Majelis Ta’lim kaum ibu-ibu Masjid Istiqomah ini diadakan pada setiap hari sabtu. Yang mayoritas merupakan kaum ibu-ibu yang berada di sekitar perkantoran Medco. Pengajian ini dilaksanakan setelah shalat dzuhur yang dimulai dari jam satu siang sampai jam setengah tiga sore dimana pembahasan dan metode yang digunakannya pun tidak jauh berbeda dengan pengajian yang rutin. Di majelis ta’lim ini ibu-ibu membaca doa arwah setiap majelis ta’lim dimulai. Yang dibaca sebelum pembahasan dimulai. Disini pengurus hanya mengundang guru-guru dari wilayah setempat untuk menjadi nara sumber.

c. Taman Pendidikan Al-Qur’an di masjid Istiqomah ini diadakan pada setiap hari sabtu yang mayoritas merupakan anak-anak yang berada di sekitar Masjid Istiqomah yang berumur empat tahun keatas, sehingga akan lebih bisa memperdalam pendidikan agama untuk bekal anak.

TPQ ini dimulai setelah shalat ashar hingga jam lima. Program Dakwah yang dilakukan pengurus yaitu: membaca IQRA, menghafal doa-doa sehari-hari, belajar shalat, menulis huruf-huruf arab dan bernyayi lagu-lagu Islam.

2. Dakwah Tahunan atau melalui Perayaan Hari-hari Besar Islam

(PHBI)

Dakwah melalui hari-hari besar Islam yang dilaksanakan oleh pengurus masjid Istiqomah berbagai macam acaranya. Adapun kegiatan-kegiatannya adalah sebagai berikut:


(53)

46

a. Pada Bulan Rabiul Awal pengurus masjid Istiqomah merayakan peringatan Maulid Nabi Muhammad saw. Dalam memperingati hari besar ini pengurus masjid Bekerja sama dengan masyarakat setempat guna memeriahkan acara tersebut. Maulid ini diselenggarakan di Masjid Istiqomah. Dimana pengurus juga mengadakan acara secara besar-besaran. dengan mengundang penceramah terkenal.

Pada tahun 2005 pengurus masjid pada waktu itu mengundang penceramah Ustad H. Yusuf Mansur. Kemudian pada tahun 2007 pengurus masjid mengadakan acara untuk kedua kalinya secara besar-besaran kembali. Pada tahun ini pengurus masjid Istiqomah mengundang Ustad Jefri Al-Bukhori (UJ). Dan pada tahun 2010 untuk yang ketiga kalinya mengadakan kembali kegiatan yang sama, untuk kali ini pengurus masjid istiqomah mengundang KH. Manarul Hidayah.

Metode yang digunakan dalam acara tersebut menggunakan metode ceramah dan materi yang disampaikan tentunya tidak terlepas dari materi dakwah yakni seputar kisah Rasulullah saw yang menjadi contoh untuk seluruh umat Islam dan mengaitkannya dengan kondisi pada zaman sekarang ini.

b. Pada Bulan Rajab pengurus masjid Istiqomah merayakaan peringatan Isra dan Mi’raj yang tidak jauh berbeda dengan peringatan Maulid. Namun yang berbeda hanyalah dari segi penceramah dan materi yang disampaikan. Dalam hal ini pengurus tidak mengundang penceramah


(54)

terkenal tetapi hanya penceramah-penceramah yang dianggap terkenal dikalangan masyarakat. Materi yang disampaikan sesuai dengan peristiwa Isra dan Mi’raj yaitu tentang shalat dan keutamaannya.

c. Pada bulan Ramadhan dan untuk meramaikan ibadah di bulan tersebut, pengurus masjid Istiqomah melaksanakan kegiatan-kegiatan yang meliputi pelaksanaan buka puasa bersama, shalat tarawih berjama’ah yang diikuti kultum, tadarus Al-Qur’an, pesantren kilat, pengumpulan dan pengelolaan zakat fitrah dan pengurus juga melaksanakan shalat hari Raya Idul Fitri.

d. Pada bulan Dzulhijjah, selain melaksanakan Shalat Hari Raya Idul Adha, pengurus juga mengadakan penyembelihan hewan Qurban dan menyalurkannya kepada yang berhak.

Jama’ah yang hadir dalam shalat Idul Adha tidak hanya dari masyarakat akan tetapi ada karyawan-karyawan yang tidak pulang kerumah (kost).40

Pengurus mempunyai tujuan-tujuan dalam pelaksanaan Peringatan Hari-hari Besar Islam (PHBI) yaitu:

1) Untuk menyampaikan dakwah dan ajaran-ajaran Islam 2) Memberikan siraman rohani kepada jama’ah

3) Dan menjadi sarana ukhuwah Islamiyah dan mempererat tali silaturrahmi

40 Mahsunatul Wardah, Pengurus Masjid Istiqomah Perkantoran Medco, Wawancara Pribadi, 30 April 2010


(55)

48

Kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan secara terbuka yang tidak hanya bisa dihadiri oleh pengurus, karyawan tetapi terbuka bagi warga sekitar untuk hadir atau meramaikan PHBI tersebut.

Jumlah jama’ah dalam pelaksanaan PHBI ini sangat beragam. Tergantung pada sosok seorang Da’i sangat berpengaruh, apabila figur seorang Da’i yang banyak diminati masyarakat seperti dalam Maulid Nabi Muhammad saw jama’ah yang mengikuti acara tersebut banyak sekali hingga memadati wilayah sekitar masjid.

Selain itu, pengurus juga mempunyai tujuan atas kegiatan-kegiatan dakwah yang dilakukan di Masjid Istiqomah yaitu:

1) Menambah ilmu agama, menambah Iman dan Taqwa

2) Dapat menyeimbangkan antara bekerja mencari nafkah dengan belajar Ilmu agama.

3) Memakmurkan masjid. sebagaimana yang terdapat dalam Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 18 :

Artinya :“Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk“ (Q.S. At-Taubah : 18)


(56)

B. Faktor Pendukung, Hambatan-hambatan yang dihadapi serta Penanggulangannya

1. Faktor Pendukung

Islam memberikan penghargaan terhadap setiap hal yang dapat mendorong untuk berbuat baik, tujuan yang mulia dan niat yang bagus, baik dalam perundang-undangannya maupun dalam seluruh pengarahannya. Karena Allah menilai setiap orang menurut niatnya dan sesungguhnya dalam kita melakukan sesuatu harus disertai dengan niat.

Permasalahan-pemasalahan yang ada bukanlah merupakan ancaman yang harus ditinggalkan apabila berbentuk hambatan, namun sebaliknya akan dijadikan sebagai motivator untuk mencapai tujuan yang terbaik. Karena suatu organisasi tentunya mengalami dan menemukan faktor pendukung dan penghambat dalam setiap aktifitas kegiatan, terlebih lagi dalam kegiatan dakwah Islamiyahnya. Sebab duka cita serta kesenangan adalah proses alamiyah dan merupakan realitas kehidupan sebenarnya agar mereka dapat menekuni suatu aktifitas yang di jalaninya. Dan semua itu juga terjadi pada masjid Istiqomah.

Adapun faktor pendukung adalah :

1) Adanya dukungan dari berbagai pihak khususnya pihak dari keluarga besar Panigoro selaku pemilik tanah wakaf dan pemilik perusahaan Medco yang selalu memberi masukan terhadap kegiatan yang dilaksanakan maupun kepada keberlangsungan organisasi


(57)

50

2) Bekerja sama dengan masyarakat-masyarakat setempat

3) Adanya niat yang ikhlas untuk memajukan dan menyebarkan ajaran Islam yang ditanamkan para pengurus dan anggotanya.

4) Adanya semangat dari karyawan-karyawan dan masyarakat sehingga pengurus pun semakin semangat dalam melaksanakan aktifitas dakwahnya.41

2. Faktor Penghambat

Dalam melaksanakan program kerja setiap organisasi atau lembaga pasti mempunyai hambatan-hambatan yang dihadapinya baik hambatan yang datang dari dalam atau yang datang dari luar atau dari jama’ah itu sendiri. Namun disamping hambatan-hambatan tersebut mereka sudah mempunyai cara-cara penanggulangannya jika ada sesuatu terjadi yang tidak mereka inginkan.

Adapun hambatan-hambatan yang dihadapi oleh pengurus Masjid Istiqomah di perkantoran Medco ini yaitu:

1) Keterbatasan waktu dalam penyampaian materi-materi yang akan dibahas

2) Kondisi karyawan yang terkadang kelelahan bekerja 3) Beragamnya pengetahuan jama’ah tentang agama Islam.

3. Cara-cara Penanggulangannya

Permasalahan yang dihadapi terkadang datang dari seorang Da’i yang muncul dari dalam dirinya. Yakni menyangkut potensi dirinya secara

41

Mahsunatul Wardah, Pengurus Masjid Istiqomah Perkantoran Medco, Wawancara Pribadi, 30 April 2010


(58)

Ruhaniah, di samping kecakapannya untuk membuat program, serta ketahanan dalam mewujudkannya. Namun terkadang juga permasalahan itu muncul dari jama’ah itu sendiri.

Melihat hambatan-hambatan yang dihadapi dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan, pengurus mempunyai cara untuk menanggulanginya yaitu :

1) Dalam penyampaian materi harus secara berkesinambungan agar dapat dipahami oleh para jama’ah

2) mendatangkan guru yang variatif dan disukai oleh jama’ah. 3) Konsepsi tentang keislaman dasar harus diseragamkan

Itulah kenyataan yang dihadapi sehari-hari oleh pengurus Masjid Istiqomah, beraneka ragam masalah yang ada dan datang silih berganti serta harus diselesaikan. Namun sepenuhnya bahwa dalam setiap melakukan suatu perbuatan itu pasti penuh dengan tantangan karena semakin ada kesulitan semakin ada jalan untuk menuju kepada kemudahan. Dengan adanya hambatan-hambatan tentu dapat menjadikan orgnanisasi menjadi lebih kuat dan solid.42

42

Mahsunatul Wardah, Pengurus Masjid Istiqomah Perkantoran Medco, Wawancara Pribadi, 30 April 2010


(59)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian penulis terhadap Aktifitas-aktifitas dakwah yang dilakukan pengurus masjid Istiqomah, maka penulis dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut:

a. Aktifitas-aktifitas dakwah di Masjid Istiqomah perkantoran Medco, yang meliputi : Pengajian rutin, Majelis Ta’lim Ibu-ibu, Taman Pendikikan Al-Qur’an, Perayaan Hari Besar Islam seperti: Perayaan Maulid Nabi Muhammad saw, Isra dan Mi’raj, meramaikan Ibadah Bulan Ramadhan, Pengelolaan Zakat, Shalat Idul Fithri dan Idul Adha serta pemotongan hewan Qurban

b. Pelaksanaan Aktifitas Dakwah pengajian rutin dilaksanakan pada setip hari selasa, kamis dan jum’at dengan pembahasan yang telah ditentukan

c. Faktor pendukung, penghambat dan menanggulanginya

Lancarnya kegiatan-kegiatan dakwah di masjid Istiqomah itu karena adanya dukungan-dukungan dan masukan dari berbagai kalangan antara lain: masyarakat, tokoh masyarakat dan khususnya dari keluarga besar Panigoro selaku pemilik perusahaan Medco, adanya niat yang ikhlas untuk memajukan dan menyebarkan ajaran Islam yang ditanamkan Pengurus, adanya semangat dari karyawan-karyawan

i masjid Istiqomah itu karena adanya dukungan-dukungan dan masukan dari berbagai kalangan antara lain: masyarakat, tokoh masyarakat dan khususnya dari keluarga besar Panigoro selaku pemilik perusahaan Medco, adanya niat yang ikhlas untuk memajukan dan menyebarkan ajaran Islam yang ditanamkan Pengurus, adanya semangat dari karyawan-karyawan


(60)

Adapun hambatan yang dihadapi oleh pengurus masjid Istiqomah yaitu keterbatasan waktu dalam menyampaikan materi dan masih beragamnya pengetahuan karyawan dan masyarakat tentang Islam.

Cara penanggulangan yang dilakukan oleh pengurus Masjid Istiqomah yaitu: Mendatangkan guru yang variatif yang disukai jama’ah ketika menyampaikan pembahasan, menyampaikan materi secara berkesinambungan agar dipahami oleh jama’ah.

B. Saran

Melihat kondisi yang serba modern ini dan perkembangan IPTEK pada zaman sekarang ini, maka penulis akan mencoba memberikan beberapa hal yang dapat disarankan, diantaranya:

1. Kepada seluruh pengurus Masjid Istiqomah dalam melaksanakan dakwah jangan pernah ada rasa bosan atau jenuh karena ini demi menyiarkan agama Islam.

2. Pengurus masjid harus mengadakan pertemuan guna mengevaluasi kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan sehingga pengurus dapat mengetahui perkembangannya.

3. Untuk jama’ah harus bisa menjaga identitas sebagai muslim dimanapun, kapanpun anda berada

4. Jangan pernah berputus asa dari Rahmat Allah SWT, dan harus mempunyai keyakinan untuk sukses baik di dunia maupun di akhirat.


(61)

54

DAFTAR PUSTAKA

Arifin. Psikologi dan beberapa Aspek Kehidupan Rohaniah Manusia. Jakarta: Bulan Bintang, 1976

Aziz, Prof. Ali Muhammad, M. Ag. Ilmu Dakwah. Jakarta : Prenada Islam, 2004. h. 57-59

Bachtiar, Wardi. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah. Jakarta : Logos, 1997. Cet k- 1. H. 1

Badruttaman, Nurul. Dakwah Kolaboratif Tarmidzi Taher. Jakarta : Grafindo Khazanah Ilmu, 2005

Dagun, Ave.M. Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. Jakarta : Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara, 1999. Cet ke-7, h. 25

Departement Pendidikan Nasional. Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. Jakarta : Balai Pustaka, 2002

Hadi, Sutrisna. Metodologi Research. Yogyakarta : Andi Offset, 1989. Cet ke-19, h. 138

http// : Semangat Dakwah. www. Dakwatuna.com

Mahmud, Prof. Dr. Ali Abdul Halim. Dakwah Fardiyah Metode membentuk Pribadi Muslim. Jakarta : Gema Insani, 1945

Malaikah, Musthasfa. Manhaj Dakwah Yusuf Al-Qaradhawi Harmoni antara kelembutan dan ketegaan. Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2001

Muis, Muhammad. Komunikasi Islam. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya,2001 Munir, Muhammad. S.Ag, M.A. dan Wahyu, Ilaihi. S.Ag, M.A. Manajemen

Dakwah. Jakarta : Kencana Permada Media Group, 2009 Nasir, Muhammad. Fiqh Dakwah. Jakarta : Media Dakwah, 1996

Qutb, Syed. Fidhilal Al-Qur’an. Beirut : Ihya Al- Turatsi Al-Araby, 1976 Rosyad Shaleh, Abdul. Manajemen Dakwah. Jakarta : Bulan Bintang, 1977


(62)

Sajogyo dan Sajogyo, Pujiwati. Sosiologi Pedesaan Kumpulan Bacaan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 1999

Singaribun, Masri dan Effendi, Sofyan. Metode Penelitian Survai. Jakarta : LP3S, 1989. Cet ke-1, h. 263

Soetoe, Samuel. Psikologi Pendidikan II. Jakarta : P.T Plamator, 1989. H.5.

S, Winarno. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar-dasar Metode dan Tekhnik. Bandung : Tarsito, 1989. H. 139

Supatra, Dr. H. Munzier, M.A dan H. Harjani Hefni, Lc. M.A. Metode Dakwah. Jakarta : Rahmat Semesta, 2006

Takariawan, Cahyadi. Prinsip-prinsip Dakwah yang Tegar di Jalan Allah. Yogyakarta : Izzam Pustaka, 2005


(1)

2) Bekerja sama dengan masyarakat-masyarakat setempat

3) Adanya niat yang ikhlas untuk memajukan dan menyebarkan ajaran Islam yang ditanamkan para pengurus dan anggotanya.

4) Adanya semangat dari karyawan-karyawan dan masyarakat sehingga pengurus pun semakin semangat dalam melaksanakan aktifitas dakwahnya.41

2. Faktor Penghambat

Dalam melaksanakan program kerja setiap organisasi atau lembaga pasti mempunyai hambatan-hambatan yang dihadapinya baik hambatan yang datang dari dalam atau yang datang dari luar atau dari jama’ah itu sendiri. Namun disamping hambatan-hambatan tersebut mereka sudah mempunyai cara-cara penanggulangannya jika ada sesuatu terjadi yang tidak mereka inginkan.

Adapun hambatan-hambatan yang dihadapi oleh pengurus Masjid Istiqomah di perkantoran Medco ini yaitu:

1) Keterbatasan waktu dalam penyampaian materi-materi yang akan dibahas

2) Kondisi karyawan yang terkadang kelelahan bekerja 3) Beragamnya pengetahuan jama’ah tentang agama Islam.

3. Cara-cara Penanggulangannya

Permasalahan yang dihadapi terkadang datang dari seorang Da’i yang muncul dari dalam dirinya. Yakni menyangkut potensi dirinya secara

41

Mahsunatul Wardah, Pengurus Masjid Istiqomah Perkantoran Medco, Wawancara Pribadi, 30 April 2010


(2)

Ruhaniah, di samping kecakapannya untuk membuat program, serta ketahanan dalam mewujudkannya. Namun terkadang juga permasalahan itu muncul dari jama’ah itu sendiri.

Melihat hambatan-hambatan yang dihadapi dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan, pengurus mempunyai cara untuk menanggulanginya yaitu :

1) Dalam penyampaian materi harus secara berkesinambungan agar dapat dipahami oleh para jama’ah

2) mendatangkan guru yang variatif dan disukai oleh jama’ah. 3) Konsepsi tentang keislaman dasar harus diseragamkan

Itulah kenyataan yang dihadapi sehari-hari oleh pengurus Masjid Istiqomah, beraneka ragam masalah yang ada dan datang silih berganti serta harus diselesaikan. Namun sepenuhnya bahwa dalam setiap melakukan suatu perbuatan itu pasti penuh dengan tantangan karena semakin ada kesulitan semakin ada jalan untuk menuju kepada kemudahan. Dengan adanya hambatan-hambatan tentu dapat menjadikan orgnanisasi menjadi lebih kuat dan solid.42

42

Mahsunatul Wardah, Pengurus Masjid Istiqomah Perkantoran Medco, Wawancara Pribadi, 30 April 2010


(3)

Berdasarkan hasil penelitian penulis terhadap Aktifitas-aktifitas dakwah yang dilakukan pengurus masjid Istiqomah, maka penulis dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut:

a. Aktifitas-aktifitas dakwah di Masjid Istiqomah perkantoran Medco, yang meliputi : Pengajian rutin, Majelis Ta’lim Ibu-ibu, Taman Pendikikan Al-Qur’an, Perayaan Hari Besar Islam seperti: Perayaan Maulid Nabi Muhammad saw, Isra dan Mi’raj, meramaikan Ibadah Bulan Ramadhan, Pengelolaan Zakat, Shalat Idul Fithri dan Idul Adha serta pemotongan hewan Qurban

b. Pelaksanaan Aktifitas Dakwah pengajian rutin dilaksanakan pada setip hari selasa, kamis dan jum’at dengan pembahasan yang telah ditentukan

c. Faktor pendukung, penghambat dan menanggulanginya

Lancarnya kegiatan-kegiatan dakwah di masjid Istiqomah itu karena adanya dukungan-dukungan dan masukan dari berbagai kalangan antara lain: masyarakat, tokoh masyarakat dan khususnya dari keluarga besar Panigoro selaku pemilik perusahaan Medco, adanya niat yang ikhlas untuk memajukan dan menyebarkan ajaran Islam yang ditanamkan Pengurus, adanya semangat dari karyawan-karyawan

i masjid Istiqomah itu karena adanya dukungan-dukungan dan masukan dari berbagai kalangan antara lain: masyarakat, tokoh masyarakat dan khususnya dari keluarga besar Panigoro selaku pemilik perusahaan Medco, adanya niat yang ikhlas untuk memajukan dan menyebarkan ajaran Islam yang ditanamkan Pengurus, adanya semangat dari karyawan-karyawan


(4)

Adapun hambatan yang dihadapi oleh pengurus masjid Istiqomah yaitu keterbatasan waktu dalam menyampaikan materi dan masih beragamnya pengetahuan karyawan dan masyarakat tentang Islam.

Cara penanggulangan yang dilakukan oleh pengurus Masjid Istiqomah yaitu: Mendatangkan guru yang variatif yang disukai jama’ah ketika menyampaikan pembahasan, menyampaikan materi secara berkesinambungan agar dipahami oleh jama’ah.

B. Saran

Melihat kondisi yang serba modern ini dan perkembangan IPTEK pada zaman sekarang ini, maka penulis akan mencoba memberikan beberapa hal yang dapat disarankan, diantaranya:

1. Kepada seluruh pengurus Masjid Istiqomah dalam melaksanakan dakwah jangan pernah ada rasa bosan atau jenuh karena ini demi menyiarkan agama Islam.

2. Pengurus masjid harus mengadakan pertemuan guna mengevaluasi kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan sehingga pengurus dapat mengetahui perkembangannya.

3. Untuk jama’ah harus bisa menjaga identitas sebagai muslim dimanapun, kapanpun anda berada

4. Jangan pernah berputus asa dari Rahmat Allah SWT, dan harus mempunyai keyakinan untuk sukses baik di dunia maupun di akhirat.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin. Psikologi dan beberapa Aspek Kehidupan Rohaniah Manusia. Jakarta: Bulan Bintang, 1976

Aziz, Prof. Ali Muhammad, M. Ag. Ilmu Dakwah. Jakarta : Prenada Islam, 2004. h. 57-59

Bachtiar, Wardi. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah. Jakarta : Logos, 1997. Cet k- 1. H. 1

Badruttaman, Nurul. Dakwah Kolaboratif Tarmidzi Taher. Jakarta : Grafindo Khazanah Ilmu, 2005

Dagun, Ave.M. Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. Jakarta : Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara, 1999. Cet ke-7, h. 25

Departement Pendidikan Nasional. Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. Jakarta : Balai Pustaka, 2002

Hadi, Sutrisna. Metodologi Research. Yogyakarta : Andi Offset, 1989. Cet ke-19, h. 138

http// : Semangat Dakwah. www. Dakwatuna.com

Mahmud, Prof. Dr. Ali Abdul Halim. Dakwah Fardiyah Metode membentuk Pribadi Muslim. Jakarta : Gema Insani, 1945

Malaikah, Musthasfa. Manhaj Dakwah Yusuf Al-Qaradhawi Harmoni antara kelembutan dan ketegaan. Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2001

Muis, Muhammad. Komunikasi Islam. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya,2001 Munir, Muhammad. S.Ag, M.A. dan Wahyu, Ilaihi. S.Ag, M.A. Manajemen

Dakwah. Jakarta : Kencana Permada Media Group, 2009

Nasir, Muhammad. Fiqh Dakwah. Jakarta : Media Dakwah, 1996

Qutb, Syed. Fidhilal Al-Qur’an. Beirut : Ihya Al- Turatsi Al-Araby, 1976 Rosyad Shaleh, Abdul. Manajemen Dakwah. Jakarta : Bulan Bintang, 1977


(6)

Sajogyo dan Sajogyo, Pujiwati. Sosiologi Pedesaan Kumpulan Bacaan.

Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 1999

Singaribun, Masri dan Effendi, Sofyan. Metode Penelitian Survai. Jakarta : LP3S, 1989. Cet ke-1, h. 263

Soetoe, Samuel. Psikologi Pendidikan II. Jakarta : P.T Plamator, 1989. H.5.

S, Winarno. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar-dasar Metode dan Tekhnik.

Bandung : Tarsito, 1989. H. 139

Supatra, Dr. H. Munzier, M.A dan H. Harjani Hefni, Lc. M.A. Metode Dakwah.

Jakarta : Rahmat Semesta, 2006

Takariawan, Cahyadi. Prinsip-prinsip Dakwah yang Tegar di Jalan Allah.

Yogyakarta : Izzam Pustaka, 2005