Peran Pembimbing Agama dalam Membina Akhlak Remaja di Rumah Yatim Arrohman Cilandak Jakarta Selatan

(1)

PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM MEMBINA

AKHLAK REMAJA DI RUMAH YATIM ARROHMAN

CILANDAK JAKARTA SELATAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)

Di susun oleh :

Muhammad Dhano Purwanto

NIM: 108052000017

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H. / 2015 M.


(2)

(3)

(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta .

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, November 2014


(5)

ii

ABSTRAK

Muhammad Dhano Purwanto, NIM : 108052000017

Peran Pembimbing Agama Dalam Membina Akhlak Remaja di Rumah Yatim Arrohman Cilandak

Pembimbing: Drs. Azwar Chatib, M. Si

Pada diri manusia ada potensi untuk berbuat baik atau buruk. Pembinaan akhlak dan perilaku terpuji menduduki posisi penting dalam kehidupan manusia. Pembinaan akhlak tidak bisa di abaikan begitu saja dari kehidupan manusia, terlebih bagi remaja, hal ini penting bagi mereka sebagai fondasi kekuatan mereka. Seorang pembimbing dalam menjalankan tugasnya harus mampu melakukan peran yang berbeda-beda sesuai situasi dan kondisi yang dialami saat remaja saat ini. Pembinaan akhlak remaja yang dilakukan di Rumah Yatim Arrohman bertujuan agar mereka terbiasa untuk berbuat baik dalam kehidupan sehari-hari.

Teori yang di gunakan adalah teori peran, yaitu seperangkat harapan yang di inginkan pada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu. Harapan-harapan tersebut dapat dikatakan berhasil atau tidaknya tergantung dari hasil apa yang di keluarkan, dan penilaian dari masyarakat sekitar.

Penelitian ini dilakukan di Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Jakarta Selatan. Model penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif, yaitu metode yang membuat gambaran, lukisan suasana secara sistematis, faktual dan akurat mengenai data, sifat-sifat serta hubungan dan fenomena yang terjadi selama penelitian. Subjek penelitian ini adalah para satu pembimbing dan perwakilan dua anak asuhnya, sedangkan objeknya adalah kegiatan pembinaan akhlak remaja di Rumah Yatim Arrohman.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa peran pembimbing agama dalam membina akhlak remaja di Rumah Yatim Arrohman cilandak adalah berjalan dengan baik dan memuaskan.


(6)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sanjungkan atas kuasa Allah SWT, yang selalu memberikan rahmat serta jalan yang lurus sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Peran Pembimbing agama Dalam Membina Akhlak

Remaja di Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Jakarta Selatan“. Shalawat dan

salam tak lupa pula penulis haturkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, sebagai sumber makna dan inspirasi umat Islam untuk terus berjuang dan

mendekatkan diri pada Allah SWT. Dan adanya ayat suci Al Qur’an yang

didalamnya tertulis kebenaran bagi orang yang berpikir.

Dalam prosesnya skripsi ini dengan dipenuhi rasa syukur yang tak terhitung , namun penulis memahami, skripsi yang penulis tulis ini, sangatlah jauh dari kata sempurna, karena banyak kekurangan yang selalu ingin diperbaiki. Oleh karena itu, penulis memohon kritik dan saran yang membangun dalam kekurangan skripsi ini.

Sebagai makhluk sosial, penulis menyadari penyelesaian skripsi ini tak lepas dari peranan banyak orang. Baik mereka yang mendukung dengan kasih sayang, bahkan yang mencibir penulis dengan kritik pedas. Oleh karena itu, izinkanlah penulis pada kesempatan kali ini mengucapkan ucapan terima kasih banyak kepada orang-orang yang berada di sekeliling penulis selama ini :

1. DR. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Wakil Dekan I, DR. Suparto, M. Ed, Wakil Dekan II, Drs. Jumroni, M. Si, Wakil Dekan III, DR. Sunandar Ibnu Nur, MA. Yang


(7)

iv

telah memimpin Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi dengan baik.

2. Dra. Rini Laili Prihatini, M. Si selaku ketua jurusan Bimbingan dan

Penyuluhan Islam atas ilmu-ilmunya yang sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Drs. Sugiharto, MA selaku sekretaris jurusan Bimbingan dan Penyuluhan

Islam yang telah dengan sabar membimbing dan memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. DR. Suhaimi, M. Si selaku dosen pembimbing akademik tahun 2008 yang

turut membimbing dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Drs. Azwar Chatib, M. Si selaku dosen pembimbing skripsi penulis atas

bimbingannya yang sangat berarti bagi penulis.

6. Kedua orang tua penulis H. Bambang Purwanto, M. Sc dan Meike

Meiyanti, B. Sc atas dukungan moril, materiil, maupun spiritualnya.

7. Kakak dan Adik penulis Muhammad Aldi Purwanto, SE, Ak. Dan

Muhammad Aryo purwanto terimakasih atas dukungan dan do’anya.

8. Keluarga besar penulis di Bogor Kel (Alm.) Siswoyo dan Kel (Alm.)

Kartadjomena terimakasih atas do’a dan dukungannya.

9. Momon Abdul Fatah selaku kepala asrama Rumah Yatim Arrohman,

Cilandak, Jakarta Selatan beserta staff lainnya atas izinnya sehingga penulis dapat melakukan penelitian dengan baik.


(8)

v

10.Segenap pimpinan dan karyawan perpustakaan utama dan perpustakaan

fakultas ilmu dakwah dan ilmu komunikasi atas penyediaan dan peminjaman buku yang membantu penulis .

11.Segenap dosen dari jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam atas

ilmu-ilmunya yang bermanfaat bagi penulis.

12.Sahabat dari jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam dari angkatan

senior sampai junior yang tak dapat disebutkan satu persatu.

13.Wishnu dan Juned BPI 2008 terima kasih telah menjadi teman yang baik

bagi penulis, Adnan BPI beasiswa 2009 dan Afif BPI 2012 terima kasih dorongan semangatnya.

14.Aman Izzudin, S. Pd.I yang telah banyak memberi motivasi semangat bagi

penulis.

15.Maya Wardani terima kasih banyak atas dorongan semangatnya.

Akhirnya, hanya kepada Allah SWT jualah penulis serahkan semuanya. Semoga semua partisipasi dan bantuan dari semua pihak mendapat ganjaran yang setimpal di sisiNya. Amin ya Rabbal’alamin.

Jakarta, November 2014

Penulis


(9)

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Tinjauan Pustaka ... 5

E. Metodologi Penelitian ... 6

F. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II LANDASAN TEORI A. PERAN ... 11

B. PEMBIMBING AGAMA ... 13

1. Pengertian Bimbingan dan Agama ... 13

2. Tujuan Bimbingan Agama ... 15

3. Fungsi Bimbingan ... 17

4. Metode Bimbingan Agama ... 18

C. Akhlak ... 20

1. Macam-Macam Akhlak ... 22

D. Pembinaan Akhlak ... 24

E. Remaja ... 27

BAB III GAMBARAN UMUM RUMAH YATIM ARROHMAN CILANDAK A. Latar Belakang Berdiri Rumah Yatim Arrohman ... 28

B. Sejarah Singkat ... 29

C. Visi dan Misi ... 30

D. Sasaran dan Jangka Waktu Pelayanan ... 30

E. Program Kegiatan Rumah Yatim Arrohman ... 31

F. Struktur Organisasi Rumah Yatim Arrohman ... 32


(10)

vii

B. Materi Bimbingan Agama Dalam Pembinaan Akhlak Remaja di

Rumah Yatim Arrohman Cilandak ... 39

C. Faktor Hambatan Dalam Pelaksanaan Pembinaan Akhlak Remaja

di Rumah Yatim Arrohman Cilandak ... 41 D. Analisis Data ... 42

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... 50 B. Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 53 LAMPIRAN


(11)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bimbingan merupakan proses layanan yang diberikan kepada individu-individu guna membantu mereka dalam memperoleh pengetahuan dan keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk menyesuaikan diri dengan baik. Hakikat bimbingan itu pada dasarnya merupakan suatu proses usaha pemberian bantuan atau pertolongan kepada orang lain (siapa saja) dalam segala usia, yang dilakukan secara terus menerus (berkesinambungan) yang mana orang itu mengalami kesulitan atau hambatan dalam hidupnya (secara psikis), sehingga dengan bantuan atau pertolongan itu orang yang diberikan bantuan (terbimbing) dapat mengarahkan dirinya, mampu menerima dirinya, dapat mengembangkan potensinya untuk kebahagiaan dan kemanfaatan dirinya dan lingkungan masyarakatnya. Dengan demikian, dapat ditegaskan bahwa hal yang prinsipal dalam bimbingan ialah pemberian bantuan atau pertolongan yang dilakukan secara terus-menerus kepada siapa saja. Karena, sesungguhnya hampir tidak ada seseorang yang secara utuh dan menyeluruh memiliki kemampuan untuk mengembangkan dirinya dengan optimal tanpa adanya bantuan dan pertolongan dari orang lain. Untuk itu, sejak lahir hingga akhir hayatnya setiap orang di dunia ini jelas membutuhkan bimbingan dan bantuan, supaya potensi (fitrah) yang ada pada dirinya dapat tumbuh dan

berkembang secara wajar.1

1

M. Lutfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (konseling) Islam, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 8.


(12)

Pembinaan akhlak merupakan tumpuan perhatian pertama dalam Islam. Hal ini dapat dilihat dari salah satu misi kerasulan Nabi Muhammad SAW. Yang utama adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Dalam salah satu hadisnya Beliau menegaskan:

“Hanya saja aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”.

Perhatian Islam yang demikian terhadap pembinaan akhlak ini dapat pula dilihat dari perhatian Islam terhadap pembinaan jiwa yang harus didahulukan daripada pembinaan fisik, karena dari jiwa yang baik inilah akan mempermudah menghasilkan kebaikan dan kebahagiaan pada seluruh

kehidupan manusia, lahir dan batin.2

Kesadaran moral atau perasaan berakhlak ini timbul dari hati. Sebenarnya tidaklah dapat dikatakan bahwa manusia secara otomatis akan berkembang ke arah kesadaran moral. Manusia itu bisa membelok-belokkan hidupnya ke mana saja. Macam-macam masalah yang dapat membelokkan dari kesadaran moralnya. Manusia itu agar menjadi manusia sebagaimana seharusnya, harus berjuang. Kesadaran moral harus dibangun dan terus dibangun. Dan hal ini bukanlah hanya soal pengertian, ia soal praktek. Moral harus diajarkan dengan menjalankan. Anak-anak harus disadarkan tentang baik dan buruk, harus dipimpin menuju ke sana. Disamping itu harus diberi

contoh kongkret tentang perbuatan baik.3

2

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008), h. 158.

3

Asmaran As,Pengantar Studi Akhlak (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1994), Ed. Ke -1, Cet. Ke-2, h. 43.


(13)

3

Cara lain yang dapat ditempuh untuk pembinaan akhlak ini adalah pembiasaan yang dilakukan secara kontinyu. Dalam tahap-tahap tertentu, pembinaan akhlak, khususnya akhlak lahiriah dapat pula dilakukan dengan cara paksaan yang lama-lama tidak terasa dipaksa. Cara lain yang tak kalah

ampuhnya melalui keteladanan.4

Dalam Islam, budi pekerti merupakan refleksi iman dari seseorang sebagai contoh yang pas dan benar ialah Rasulullah SAW. Beliau memiliki akhlak yang sangat mulia, agung dan teguh. Akhlak dalam ajaran Islam sangat rinci, berwawasan multi dimensional bagi kehidupan, sistematis dan beralasan realistis. Akhlak Islam bersifat mengarahkan, membimbing, mendorong, membangun peradaban manusia dan mengobati bagi penyakit sosial dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Dua simbolis tujuan inilah yang diidamkan manusia bukan semata berakhlak secara Islami hanya bertujuan untuk

kebahagiaan dunia saja.5

Membina akhlak anak merupakan kewajiban banyak pihak, bermula dari ibu, bapak, pembimbing agama, masyarakat, pemimpin dan yang lebih terpenting adalah diri sendiri. Oleh karena itu keberadaan bimbingan rohani khususnya soal akhlak sangat membantu dalam membentuk akhlak pada diri mereka.

Tidak semua anak mendapatkan keberuntungan masih memiliki orang tua yang lengkap. Beberapa ada yang dalam kondisi yatim. Namun anak yatim bukan berarti tidak berhak mendapatkan pembinaan akhlak.

4

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008), h. 164-165.

5


(14)

Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Jakarta Selatan menampung anak yatim dan dhuafa dalam memberikan pendidikan umum maupun keterampilan. Di samping itu mereka yang sudah berada dalam panti dididik sebaik mungkin oleh pembimbing agama serta pihak-pihak yang bersangkutan sehingga mereka dapat menjadi remaja yang mandiri dan berakhlak baik.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dan memilih judul: Peran Pembimbing Agama Dalam Membina

Akhlak Remaja Di Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Jakarta Selatan.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Untuk membatasi permasalahan, maka skripsi ini hanya membatasi dalam peran pembimbing agama dalam membina akhlak remaja di Rumah Yatim Arrohman, Cilandak.

2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah mengenai peran pembimbing agama dalam membina akhlak remaja di Rumah Yatim Arrohman, Cilandak sebagai berikut:

a. Bagaimana peran pembimbing agama dalam membina akhlak remaja

di Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Jakarta Selatan ?

b. Bagaimana materi bimbingan agama dalam pembinaan akhlak remaja

yang digunakan di Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Jakarta Selatan?

c. Apa saja faktor hambatan dalam proses pembinaan akhlak remaja di


(15)

5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Untuk mengetahui peran pembimbing agama dalam membina akhlak

remaja di Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Jakarta Selatan.

2. Untuk mengetahui materi bimbingan agama dalam pembinaan akhlak

remaja yang digunakan di Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Jakarta Selatan.

3. Untuk mengetahui faktor hambatan dalam proses pembinaan akhlak

remaja di Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Jakarta Selatan.

Selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan manfaat berupa:

1. Manfaat Akademis

Untuk dijadikan tambahan wawasan pengetahuan dalam bidang Bimbingan dan Penyuluhan Islam terutama dalam hal membina akhlak remaja.

2. Manfaat Praktis

Diharapkan dapat menjadi masukkan bagi Rumah Yatim Arrohman agar dapat membina akhlak anak asuhnya lebih baik lagi.

D. Tinjauan Pustaka

Dalam melakukan tinjauan pustaka, ditemukan beberapa skripsi sebelumnya yang memiliki kesamaan judul dengan skripsi ini, diantaranya adalah:

1. Metode Bimbingan Agama Bagi Anak Usia 7-12 Tahun Pada Keluarga di


(16)

Muzayanah jurusan Bimbingan Dan Penyuluhan Islam. Dalam skripsi tersebut lebih ditekankan bagaimana metode yang digunakan orang tua dalam bimbingan agama. Sedangkan skripsi ini lebih menakankan pembinaan akhlak pada remaja.

2. Pengaruh Bimbingan Akhlak Terhadap Akhlak Santri Di Madrasah

Diniyah Awaliyah Baitussalam Yayasan Baitussalam Kramat Jati Jakarta Timur. Yang ditulis oleh Maulana Irmawan jurusan Bimbingan Dan Penyuluhan Islam. Dalam skripsi tersebut lebih ditekankan untuk mengukur seberapa pengaruhnya bimbingan tersebut terhadap akhlak santri. Sedangkan skripsi ini lebih menekankan pembinaan akhlak pada remaja.

3. Peranan Pembimbing Rohani Islam Dalam Membina Akhlakul Karimah

Di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Jakarta. Yang ditulis oleh Sri Hesti Hardiyati jurusan Bimbingan Dan Penyuluhan Islam. Dalam skripsi tersebut lebih ditekankan pada harapan masyarakat tentang pembinaan akhlakul Karimah. Sedangkan skripsi ini lebih menekankan pada pembinaan akhlak remaja.

E. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah jenis

penelitian lapangan (field research) dimana peneliti mengumpulkan data

yang tepat untuk diteliti. Dalam hal ini mengenai peran pembimbing agama dalam membina akhlak remaja.


(17)

7

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain. Yang menghasilkan data deskripsi berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan

perilaku diamati.6

3. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhitung tanggal 17 November hingga 10 Desember 2014. Adapun tempat penelitian adalah Rumah Yatim Arrohman yang beralamat di Jalan Karang Tengah No. 69 Cilandak, Jakarta Selatan.

4. Subjek dan Objek Penelitian

Adapun subjek penelitian satu orang pembimbing agama dan tiga anak asuh di Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Jakarta Selatan.

Sedangkan objek penelitian adalah peran pembimbing agama dalam membina akhlak remaja di Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Jakarta Selatan.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:

a. Observasi

Metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian pengamatan yang mendalam. Penelitian ini direncanakan

6

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), Cet. Ke- 31, Ed. Revisi, h. 4.


(18)

dengan sungguh-sungguh dan memiliki kaitan dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan, data yang didapat dicatat secara sistematik dan disajikan secara alamiah.

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan

itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang

mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang

memberikan jawaban atas pertanyaan itu.7

c. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan pengumpulan data-data tertulis yang terdapat di Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Jakarta Selatan, dengan masalah yang diteliti dan dokumen lainnya yang mendukung. Dokumentasi inipun disertakan sebagai pelengkap untuk memperoleh identitas data pembimbing, anak asuh dan data Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Jakarta Selatan.

6. Sumber Data

Sumber data ialah unsur utama yang dijadikan sasaran dalam penelitian untuk memperoleh data-data konkrit, dan yang dapat memberikan

informasi untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini.8

Untuk mendapatkan sumber data penulis mengklasifikasi berdasarkan jenis data yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan sumber data, yaitu:

7

Ibid., h. 186.

8

E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian Psikologi, (Jakarta: LPSS, 1998), Cet. Ke-1, h. 29.


(19)

9

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung dari sumber asli atau sumber pertama melalui observasi atau pengamatan langsung, yang diperoleh dalam penelitian ini melalui pengamatan dan wawancara dengan pembimbing dan perwakilan anak asuh.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui sumber-sumber yang tidak langsung, seperti catatan-catatan atau dokumen yang berkaitan dengan penelitian ini. Data sekunder digunakan untuk melengkapi data primer agar mendapatkan data yang tepat dan sesuai tujuan penelitian. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya data yang diperoleh dari studi kepustakaan.

F. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini penulis mengacu pada Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan oleh CeQDA Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah tahun akademik 2012/2013.

Selanjutnya, untuk mempermudah penulisan dan memahami isi skripsi ini, Sistematika penulisannya adalah

BAB I Pendahuluan yang terdiri dari: Latar Belakang Masalah, Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian, serta Sistematika Penulisan.


(20)

BAB II Landasan Teori yang terdiri dari: Pengertian Peran, Pengertian Bimbingan Agama, Tujuan Bimbingan Agama, Fungsi Bimbingan, Metode Bimbingan Agama, Pengertian Akhlak, Macam-Macam Akhlak, Pembinaan Akhlak, Remaja.

BAB III Gambaran Umum Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Jakarta Selatan yang terdiri dari: Latar Belakang Berdirinya Rumah Yatim Arrohman, Sejarah Singkat Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Visi dan Misi Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Sasaran dan Jangka waktu pelayanan Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Program Kegiatan Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Struktur Organisasi Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Sarana dan Prasarana Rumah Yatim Arrohman Cilandak.

BAB IV Temuan dan Analisis Data yang terdiri dari: Peran Pembimbing Agama Dalam Membina Akhlak Remaja Di Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Jakarta Selatan, Materi Bimbingan Agama Dalam Membina Akhlak Remaja Di Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Jakarta Selatan, Faktor Hambatan Dalam Membina Akhlak Remaja Di Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Jakarta Selatan.

BAB V Penutup yang terdiri dari: atas kesimpulan dan saran terhadap isi penelitian.


(21)

11 BAB II

LANDASAN TEORI A. Peran

Peran adalah kata dasar dari peranan yang berarti bagian yang dimainkan

seorang pemain (dalam film, sandiwara, dsb).1 Dalam kamus bahasa Indonesia

kontemporer yang dimaksud dengan peran adalah sesuatu yang diharapkan

dimiliki oleh orang yang memiliki kedudukan dalam masyarakat.2 Kun

Maryati dalam bukunya yang berjudul perspektif ilmu sosiologi

mendefinisikan peran sebagai perilaku yang diharapkan oleh pihak lain dalam

melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan status yang dimilikinya.3

Setiap orang mempunyai bermacam-macam peran yang berasal dari pola-pola perjalanan hidupnya. Contoh, peran dalam membimbing siswa, membasarkan anak-anak, mengurus KTP untuk masyarakat,dsb. Dengan demikian, peran menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta

kesempatan apa yang diberikan masyarakat kepadanya.4 Dalam kehidupan

sehari-hari peran menjadi penting karena berfungsi untuk mengatur perilaku seseorang. Pada beberapa kasus peran menyebabkan seseorang dapat meramalkan perbuatan-perbuatan orang lain.

Soerjono Soekanto dalam bukunya yang berjudul pengantar sosiologi,

berpendapat Peranan (role) merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan

1

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: PT. Gramedia, 2008), Cet. Ke-1, Ed. 4, h. 1051.

2

Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English press, 2002), Cet. Ke-2, Ed. 3, h. 1132.

3

Kun Maryati dan Juju Suryawati, Perspektif Ilmu Sosiologi, (Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama, 2001), Cet. Ke-10, Ed. 1, h. 57.

4


(22)

(status). Apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka ia menjalankan suatu peranan. Pembedaan antara kedudukan dari peranan, adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan; keduanya tak dapat dipisah-pisahkan, oleh karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya juga demikian; tak ada peranan tanpa kedudukan

atau kedudukan tanpa peranan.5 David Berry dalam bukunya yang berjudul

pokok pikiran dalam sosiologi mendefinisikan peran sebagai seperangkat harapan-harapan yang dikenalkan pada individu yang menempati kedudukan

sosial tertentu.6 Harapan tersebut, menurut David Berry merupakan hubungan

dari norma-norma sosial. Oleh karena itu, dapat dikatakan peranan-peranan ini ditentukan oleh norma-norma dalam masyarakat, artinya seseorang diwajibkan untuk melakukan hal-hal yang diharapkan oleh masyarakat dalam pekerjaannya dan dalam pekerjaan lain.

Sedangkan menurut Sarlito Wirawan Sarwono dalam bukunya yang

berjudul Teori-teori Psikologi Sosial, peran adalah harapan-harapan lain pada

umumnya tentang perilaku-perilaku yang pantas dan semestinya dilakukan

oleh seseorang yang memiliki peran tertentu7.

Sedangkan menurut Abu Ahmadi dalam bukunya yang berjudul psikologi

sosial menerangkan bahwa peran adalah peran adalah suatu penghargaan manusia terhadap cara individu harus bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu berdasarkan status dan fungsi sosialnya, walaupun kedudukannya ini

5

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: CV. Rajawali , 1982), Ed. Ke-1, h. 237.

6

David Berry, Pokok Pikiran Dalam Sosiologi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), Cet. Ke-3, h. 99.

7

Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-teori psikologi sosial, (Jakarta: CV. Rajawali, 1984), Cet. Ke-1, h. 235.


(23)

13

berbeda antara satu dengan yang lainnya tersebut, akan tetapi masing-masing

dirinya berperan sesuai dengan statusnya8.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa peran adalah suatu pedoman aturan yang harus dijalankan oleh orang yang memegang status/kekuasaan yang bertanggung jawab pada orang yang dibimbingnya, agar berlaku adil dan bertindak jujur, terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Sangat penting bagi seseorang untuk menjalankan peran dalam kehidupan di lingkungan kita, karena masyarakat dapat melihat apakah kita memiliki peran yang baik/buruk.

B. Pembimbing Agama

1. Pengertian Bimbingan dan Agama

Istilah bimbingan merupakan terjemahan dari kata “guidance”,

Kata“guidance”yang kata dasarnya “guide” memiliki beberapa arti:

menunjukkan jalan (showing the way), memimpin (leading), memberikan

petunjuk (giving instruction), mengatur (regulating), mengarahkan

(governing), dan memberi nasihat (giving advice) (Winkel, 1991).9

Miller (1961) yang dikutip dalam buku yang berjudul Bimbingan

dan Konseling Di Sekolah menyatakan bahwa bimbingan merupakan proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimun kepada sekolah (dalam hal ini termasuk madrasah), keluarga,

8

Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), h. 14.

9

Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2007), Ed. Ke-1, h. 16.


(24)

dan masyarakat.10 Bimbingan merupakan suatu pertolongan yang

menuntun. Bimbingan merupakan suatu tuntunan. Hal ini mengandung pengertian bahwa dalam memberikan bimbingan bila keadaan menuntut, kewajiban dari pembimbing untuk memberikan bimbingan secara aktif, yaitu memberikan arah kepada yang dibimbingnya. Di samping itu, bimbingan juga mengandung makna memberikan bantuan atau pertolongan dengan pengertian bahwa dalam menentukan arah diutamakan

kepada yang dibimbingnya.11

Menurut Crow & Crow yang dikutip dalam buku Bimbingan dan

Penyuluhan, bimbingan dapat diartikan sebagai bantuan yang diberikan oleh seseorang, baik pria maupun wanita yang memiliki pribadi yang baik dan pendidikan yang memadai kepada seorang individu dari setiap usia untuk menolongnya mengemudikan kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan arah pandangannya sendiri, membuat pilihannya sendiri,

dan memikul bebannya sendiri12.

Attia Mahmoud Hana dalam buku Bimbingan Pendidikan dan

Pekerjaan berpendapat, secara umum bimbingan adalah suatu proses teknis yang teratur, bertujuan untuk menolong individu dalam memilih penyelesaian yang cocok terhadap kesukaran yang dihadapinya. Dan membuat rencana untuk mencapai penyelesaian tersebut, serta menyesuaikan diri terhadap suasana baru yang membawa kepada

10

Ibid., h. 17.

11

Bimo Walgito, Bimbingan + Konseling [Studi & Karier], (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2010), h. 6.

12

Khairul Umam dan Aminudin Achyar, Bimbingan Dan Penyuluhan, (Jakarta : CV. Pustaka Setia, 1998), Cet. Ke-1, h.9.


(25)

15

penyelesaian itu13.

Selanjutnya, menurut kamus besar bahasa Indonesia pengertian agama adalah ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan dan peribadatan kepada Tuhan yang maha kuasa serta tata kaidah yang berhubungan

dengan pergaulan manusia dengan manusia serta lingkungannya.14

Menurut Harun Nasution, agama mengandung arti ikatan-ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia, ikatan ini mempunyai pengaruh yang besar sekali dalam kehidupan manusia sehari-hari karena

agama mempunyai kekuatan yang paling tinggi dari manusia.15

Menurut Glock dan Stark yang dikutip Djamaludin mendefinisikan agama adalah simbol, sistem keyakinan, sistem nilai, dan sistem perilaku yang terlembagakan dan semuanya itu berpusat pada persoalan yang

dihayati sebagai yang paling maknawi.16

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kata bimbingan dan agama berarti proses pemberian bantuan atau pertolongan yang berbentuk pengarahan, pencerahan, dan bersifat mengarahkan dari pembimbing kepada terbimbing dengan pendekatan agama.

2. Tujuan Bimbingan Agama

Hamdan Bakry adz-Dzaki menjelaskan tujuan dari bimbingan dalam

13

Attia Mahmoud Hana, Bimbingan Pendidikan dan Pekerjaan, (Jakarta : Bulan Bintang, 1978), Cet.Ke-1, h.53.

14

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), Cet. Ke-3, h. 152.

15

Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1985), Cet. Ke-5, h. 2.

16

Djamaludin Ancok dan Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islami, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994), h.76.


(26)

Islam adalah:

a. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan, dan

kebersihan jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang, lapang, dan mendapat pencerahan dari Allah SWT.

b. Untuk menghasilkan suatu perubahan perbaikan dan kesopanan

tingkah laku yang memberikan manfaat bagi dirinya, lingkungan keluarga maupun sosial.

c. Untuk menghasilkan kecerdasan emosi pada individu dan berkembang

rasa toleransi, kesetiakawanan, tolong menolong dan rasa kasih sayang.

d. Untuk mendapatkan kecerdasan spiritual pada individu, sehingga

muncul dan berkembang rasa keinginan untuk berbuat taat kepada Tuhannya, ketulusan mematuhi segala perintah-Nya serta ketabahan menerima ujian-Nya.

e. Untuk menghasilkan potensi Ilahiyah sehingga fungsi diri sebagai

khalifah di muka bumi dapat terlaksana dengan baik dan benar.17

Dapat disimpulkan bahwa tujuan bimbingan agama adalah membantu individu (klien) untuk memahami potensi dan kemampuan dirinya dalam mengatasi problem yang dihadapi sehingga dia mampu mengembangkan dan mengaktualisasi diri serta dapat mengadaptasikan diri dengan lingkungannya secara mandiri, sadar dan sesuai dengan ajaran Islam.

17

Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam, (Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2002), h. 221.


(27)

17

3. Fungsi Bimbingan

Seiring dengan semakin kompleksnya problem yang dihadapi manusia, maka diperlukan seseorang yang dapat mengabdikan dirinya seperti pembimbing agama Islam. Dalam hal ini pembimbing agama Islam berupaya

untuk menerapkan dan mengembangkan fungsi dari Al-Qur’an dan hadits dalam

kegiatan bimbingan keagamaan.

Pembimbing agama dapat disimpulkan sebagai pihak yang memiliki peran tak jauh berbeda dengan penyuluh agama, dengan asumsi bahwa jika penyuluh agama adalah jabatan fungsional dan profesi yang secara formal diakui pemerintah, sementara pembimbing agama adalah pihak yang melakukan penyuluhan secara non formal, yang kebanyakan tidak diakui pemerintah.

Menurut Samsul Munir Amin, bimbingan mempunyai beberapa fungsi yaitu:

a. Fungsi pemahaman, berfungsi untuk memberikan pemahaman terhadap

diri terbimbing sendiri (keberadaan), lingkungan dan masyarakat.

b. Fungsi pencegahan, berfungsi dalam pencegahan dan terhindarnya

seseorang dari berbagai permasalahan yang berhubungan dengan faktor psikologisnya (perkembangan).

c. Fungsi pengentasan, berfungsi dalam pengentasan masalah dapat

perorangan ataupun kelompok, teori ini mengganti istilah fungsi perbaikan yang mempunyai konotasi sasaran bimbingan orang yang tidak baik (rusak).


(28)

dan terkembangkannya potensi positif dan kondisi positif seseorang agar perkembangannya menjadi mantap dan terarah.

e. Fungsi advokasi, berfungsi dalam menghasilkan pembelaan terhadap

seseorang dalam rangka upaya pengembangan seluruh potensi diri secara

optimal.18

4. Metode Bimbingan Agama

Menurut M. Lutfi, metode pelayanan bimbingan dan penyuluhan (konseling) dalam pendekatan Islam termasuk dalam pelaksanaan dakwah pada umumnya, yaitu antara lain:

a. Teknik bil hikmah; yaitu cara yang bijaksana, bersifat akademis dan

elegan. Teknik ini biasanya digunakan dalam menghadapi klien yang terpelajar, intelek, dan memiliki tingkat rasional yang tinggi, tetapi bersifat ragu-ragu atau bahkan kurang yakin terhadap kebenaran ajaran agama, sehingga menjadi masalah bagi dirinya.

b. Teknik bil-mujadalah; yaitu melalui perdebatan yang digunakan dalam

menunjukkan dan membuktikan kebenaran ajaran agama, dengan menggunakan dalil-dalil yang rasional. Teknik ini digunakan terhadap klien yang sangat kritis atau tidak mudah menerima begitu saja apa-apa yang disampaikan konselor agama.

c. Teknik bil-mau’idzah; yaitu menunjukkan contoh yang benar dan

tepat, agar klien mengikutinya dengan mudah, sebab kekuatan logikanya sulit menangkap bila hanya berupa penjelasan atau

18


(29)

19

teori yang masih baku (tekstual).

d. Teknik ceramah; yaitu penjelasan yang bersifat umum, cara ini lebih

tepat diberikan dalam bimbingan kelompok (group guidance). Tetapi

pembimbing/konselor mesti berupaya untuk menyesuaikan apa-apa yang disampaikannya dengan kondisi terbimbing yang beragam.

e. Teknik diskusi atau dialog dan tanya jawab; kelebihan teknik ini klien

dapat menyampaikan secara luas apa-apa yang dirasakannya, selanjutnya konselor dapat memberikan jawaban yang lebih memuaskan. Sehingga permasalahan klien dapat diselesaikan secara langsung, tetapi membutuhkan waktu yang banyak.

f. Teknik persuasive, yaitu berupa dorongan-dorongan yang positif,

bersifat santai, dan hiburan yang mendidik, sehingga klien termotivasi untuk melakukan nasehat konselor dengan senang hati.

g. Teknik lisan; yaitu melalui pesan-pesan langsung yang disampaikan

dengan ucapan atau kata-kata, guna membantu penyelesaian masalah klien, atau untuk menjelaskan sesuatu dan pesan-pesan tertentu untuk kebaikan dirinya dengan menggunakan kata-kata atau bahasa yang mudah dimengerti.

h. Teknik tulisan; adalah cara bimbingan atau bantuan yang diberikan

konselor kepada kliennya melalui tulisan, bisa berupa pesan-pesan yang mengandung “hikmah”, bentuk cerita dan kisah-kisah kehidupan yang dapat dipelajari dan ditiru.


(30)

atau pengaruh personal yang dimiliki konselor.

j. Teknik do’a (dengan hati); dalam Islam setiap permasalahan tidak

mungkin diatasi sendiri tanpa bantuan dari Yang Maha Kuasa (Tuhan). Karena itu, dalam mengatasi dan memecahkan masalah klien, konselor membimbingnya untuk bersama-sama memohon pertolongan dan

bantuan dari Tuhan19

C. Akhlak

Islam menempatkan posisi akhlak pada posisi penting yang harus dipegang teguh setiap pemeluknya. Bahkan setiap aspek ajaran islam selalu berorientasi pada pembentukan dan pembinaan akhlak. Berikut pembahasan secara rinci mengenai akhlak.

Dilihat dari sudut bahasa (etimologi), kata akhlak adalah jamak dari kata

Khulk. Khulk dalam kamus Al-Munjid berarti budi pekerti, perangai, tingkah

laku, atau tabiat.20

Didalam Al-Mu’jam Al-Wasit disebutkan definisi akhlak ialah sifat yang

tertanam dalam jiwa, yang denganya lahirlah macam-macam perbuatan, baik

atau buruk tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.21

Asep Usman Ismail dalam bukunya yang berjudul Tasawuf Menjawab

Tantangan Global mendefinisikan akhlak memiliki lima ciri pokok, yaitu:

1. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam secara terus

19

M. Lutfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (konseling) Islam, h. 135-137.

20

Asmaran As., Pengantar Ilmu Akhlak, (PT. Raja Grafindo Persada, 1994), Cet. Ke-2, h. 4.

21


(31)

21

menerus di dalam jiwa seseorang sehingga kuat dan mengakar. Jika seseorang berakhlak dermawan, maka kedermawanan tersebut telah mendarah daging, sehingga menjadi kepribadian yang membedakan dirinya dengan orang lain.

2. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan seseorang dengan

mudah dan gampang tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan. Hal ini tidak berarti bahwa ketika seseorang melakukan perbuatan tersebut dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan atau gila. Perbuatan akhlak tersebut mengalir dengan mudah tanpa mengalami hambatan sedikit pun.

3. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang

mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan atas dasar kemauan, pilihan dan keputusan yang bersangkutan.

4. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya,

bukan main-main atau bersandiwara. Perbuatan akhlak adalah perbuatan nyata dalam kehidupan sosial. Untuk membedakan apakah perbuatan seseorang itu sungguh-sungguh atau hanya sandiwara, maka perlu dilakukan pengamatan secara seksama dan terus menerus terhadap perilaku orang tersebut.

5. Perbuatan akhlak, khususnya akhlak terpuji adalah perbuatan yang

dilakukan atas dasar keimanan dan pengabdian kepada Allah dengan penuh keikhlasan semata-mata karena mengharap keridhaan atau


(32)

Nya, baik di dunia maupun di akhirat.22

Jika diperhatikan dengan seksama, tampak bahwa seluruh definisi akhlak tersebut tidak ada yang saling bertentangan, melainkan saling melengkapi. Akhlak yaitu sifat yang tertanam kuat dalam jiwa yang nampak dalam perbuatan lahiriah yang dilakukannya secara spontan dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran yang rumit dan sudah menjadi kebiasaan.

Kata akhlak yang dikaitkan dengan kata Islami, maka akan berbentuk akhlak Islami, secara sederhana akhlak Islami diartikan sebagai akhlak yang berdasarkan ajaran Islam atau akhlak yang bersifat Islami. Kata Islam yang berada di belakang kata akhlak menempati posisi sifat. Dengan demikian akhlak Islami adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah, disengaja, mendarah daging dan berdasarkan pada ajaran Islam. Dilihat dari segi sifatnya yang universal, maka akhlak Islami juga bersifat

universal.23

Jadi, akhlak Islami bersifat mengarahkan, membimbing,

mendorong peradaban manusia agar memiliki akhlak yang baik untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

1. Macam-Macam Akhlak

Secara garis besar, akhlak dibagi menjadi dua, yaitu: a. Akhlak Mahmudah

22

Asep Usman Ismail, Tasawuf Menjawab Tantangan Global: Upaya Membangun KarakterMuslim, (Jakarta: Trans Pustaka, 2012), h. 228-229.

23


(33)

23

Akhlak mahmudah atau akhlak yang mulia sangat banyak jumlahnya. Namun dilihat dari segi hubungan manusia dengan Tuhan, dan manusia dengan manusia, akhlak yang mulia itu dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Akhlak Terhadap Allah

Akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan selain Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji yang jangankan manusia, malaikatpun tidak akan menjangkau hakekatnya.

2. Akhlak Terhadap Diri Sendiri

Akhlak yang baik terhadap diri sendiri dapat diartikan menghargai, menghormati, menyayangi, dan menjaga diri sendiri itu sebagai ciptaan dan amanah Allah yang harus dipertanggung jawabkan dengan sebaik-baiknya.

3. Akhlak Terhadap sesama manusia

Manusia adalah makhluk sosial yang kelanjutan eksistensinya secara fungsional dan optimal banyak bergantung pada orang lain. Untuk itu, ia perlu bekerjasama dan saling tolong menolong dengan orang lain. Islam menganjurkan berakhlak yang baik kepada saudara, karena ia berjasa dalam pendewasaan kita , dan merupakan orang yang paling dekat dengan kita.

Caranya dapat dilakukan dengan memuliakannya, memberikan bantuan, pertolongan, dan menghargainya. Karena manusia adalah makhluk sosial maka ia perlu menciptakan suasana yang baik, antara satu


(34)

dengan yang lainnya berakhlak baik.24

b. Akhlak Mazmumah

Akhlak Mazmumah (akhlak yang tercela) adalah sebagai lawan

atau kebalikan dari akhlak yang baik sebagaimana tersebut di atas. Dalam ajaran Islam tetap membicarakan secara terperinci dengan tujuan agar dapat dipahami dengan benar, dan menjadi peringatan bagi kita untuk menjauhinya.

Macam-macam akhlak yang tercela, di antaranya:

1. Berbohong. Memberikan atau menyampaikan informasi yang tidak

sesuai dengan yang sebenarnya.

2. Takabur (sombong). Merasa atau mengaku dirinya besar, tinggi, mulia

melebihi orang lain. Pendek kata merasa dirinya lebih hebat.

3. Dengki. Rasa atau sikap tidak senang atas kenikmatan yang diperoleh

orang lain.

4. Bakhil atau kikir yang berarti sukar mengurangi, berbagi, atau

memberi sebagian dari apa yang dimilikinya untuk orang lain.25

D. Pembinaan Akhlak

Kata pembinaan adalah kata dasar dari “Bina” yang mempunyai arti pembaruan, penyempurnaan usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan

24

Muhammad Ardani, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Karya Mulya, 2005), h. 49.

25


(35)

25

secara berdaya guna dan berhasil untuk memperoleh hasil yang lebih baik.26

Slamet Santoso dalam bukunya yang berjudul Teori-teori Psikologi

Sosial mendefinisikan pembinaan akhlak adalah suatu proses, yang menghasilkan kecakapan atau pengembangan akhlak yang mencakup urutan-urutan pengertian, diawali dengan mendirikan, membutuhkan, memelihara pertumbuhan tersebut yang disertai usaha-usaha perbaikan, menyempurnakan

dan mengembangkannya.27

Zakiah Daradjat dalam bukunya yang berjudul Ilmu Jiwa Agama

mendefinisikan pembinaan adalah upaya pendidikan baik formal maupun non formal yang dilaksanakan secara sadar berencana, terarah, teratur dan bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan, mengembangkan suatu dasar kepribadian yang seimbang. Pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan bakat, keinginan, serta meningkatkan dan mengembangkan ke arah tercapainya martabat, mutu, dan kemampuan

manusia yang optimal dan pribadi yang mandiri.28

Pembinaan akhlak mempunyai dua fungsi, yaitu:

1. Fungsi Kuratif, membantu memecahkan masalah yang dihadapi siswa

dalam proses perkembangannya atau membantu dalam mengatasi masalahnya.

2. Fungsi Preventif, dalam fungsi ini pembina dapat memberikan beberapa

terapi sesuai dengan masalah dan keadaan siswa itu sendiri. Pembina dapat

26

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 152.

27

Slamet Santoso, Teori-Teori Psikologi Sosial, (Bandung: Refika Aditama, 2010), h. 139.

28


(36)

menggunakan lima poin antara lain:

a. Memfasilitasi perubahan tingkah laku siswa, maksudnya adalah kita

sebagai pembina memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat mengubah tingkah laku.

b. Menciptakan dan memelihara hubungan, bukan hanya antara pembina

dengan siswa, melainkan bagaimana siswa dapat berhubungan dengan lingkungan sekitarnya.

c. Meningkatkan keterampilan memecahkan masalah, maksudnya

membantu siswa yang bermasalah tersebut agar dapat belajar mengatasi situasi-situasi yang dihadapinya dengan keterampilan untuk dapat memecahkan masalah tersebut.

d. Meningkatkan kemampuan membuat keputusan, yaitu membantu

siswa memperoleh dan memahami bukan hanya kemampuan, minat, kesempatan, tetapi juga emosi dan sikap yang mempengaruhi siswa dalam membuat kepusunnya.

e. Memfasilitasi perkembangan potensi siswa, maksudnya dengan

mengembangkan potensi siswa merupakan tujuan pembina yang sering dilakukan di sekolah, yaitu dalam pembinaan terhadap siswa dengan berupaya meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan siswa dengan memberikan kesempatan kepadanya untuk belajar menggunakan kemampuan dan minatnya secara optimal.

Selain itu, dalam pembinaan akhlak yang dilakukan di sekolah atau di dunia pendidikan menurut Sudarsono yaitu dititik beratkan kepada pembentukan mental anak atau remaja agar tidak mengalami penyimpangan.


(37)

27

Dengan demikian akan mencegah terjadinya “Juvenile Delinquency”, sebab

pembinaan akhlak berarti bahwa anak remaja dituntun agar belajar memiliki

rasa tanggung jawab29.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat dicermati bahwa betapa pentingnya peran seorang pembimbing Agama dalam membina akhlak remaja. Karena pembinaan akhlak yang baik sangat bermanfaat bagi remaja untuk menjalani kehidupan kedepannya.

E. Remaja

Remaja adalah masa dimana sudah masuk bukan usia anak-anak lagi.30

Dari laman Wikipedia yang diakses peneliti, remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Remaja juga suatu periode transisi dari masa awal

dewasa.31 Dimana usia tersebut merupakan perkembangan untuk menjadi

dewasa. Oleh sebab itu orang tua dan pendidik sebagai bagian masyarakat yang lebih berpengalaman memiliki peranan penting dalam membantu perkembangan remaja menuju kedewasaan.

29

Sudarsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1993), h. 148.

30

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 2008), Cet. Ke-1, Ed. 4, h. 1162.

31 Wikipedia, “Pengertian Remaja”, artikel diakses pada 11 Desember 2014 dari


(38)

28 CILANDAK

A. Latar Belakang Berdirinya Rumah Yatim Arrohman

Rumah yatim adalah sebuah organisasi sosial tingkat nasional yang bergerak dalam pengasuhan dan pengelolaan anak-anak yatim dan dhuafa. Mengawal mereka menuju masa depan yang lebih gemilang di tengah kesulitan dan ketidakberdayaan karena kehilangan orangtua dan himpitan kemiskinan, adalah misi dan amanah rumah yatim. Selama lima tahun berkiprah, saat ini kami telah memiliki 12.000 anak asuh. Insya Allah ke depannya target kami menjadi 20.000 anak asuh yang tersebar di seluruh wilayah nusantara. Sebagai organisasi sosial yang amanah, transparan dan profesional, selama lima tahun kami senantiasa mengadakan audit keuangan independent dengan hasil wajar tanpa pengecualian (WTP).

Alhamdulillah, kini keberadaan Rumah Yatim semakin dirasakan oleh masyarakat, terbukti pada tahun 2010 Rumah Yatim mendapatkan peringkat

ke tujuh versi majalah ‘SWA’ sebagai lembaga amil zakat terbaik tingkat

nasional. Pada tahun 2011 Rumah Yatim menjadi organisasi sosial terbaik sekota Bandung dan mendapatkan peringkat ke lima sebagai brand awareness yayasan sosial atau badan amal tingkat nasional menurut hasil riset Markplus.


(39)

29

Selain itu, dua tahun berturut-turut mendapatkan rekor Muri pada Hari

Anak Nasional tahun 2010.1

B. Sejarah Singkat Rumah Yatim Arrohman Cilandak

Rumah Yatim Arrohman Cilandak berdiri diatas tanah kepemilikan donatur . Donatur tersebut bernama ibu Hj. Ali Fikri, beliau berdomisili di Pondok Labu Jakarta selatan. Proses pengalihan serah terima tanah pun disaksikan oleh perwakilan pihak Rumah Yatim Arrohman bapak Edi Nugroho dibantu kepala humas Rumah Yatim Arrohman pusat bapak Oong Ruhiyat dan donatur yang bersangkutan, dengan terlebih dahulu meminta izin mendirikan usaha ke pemerintah daerah Jakarta Selatan.

Setelah mendapat izin berdiri, dan mendapat sertifikat izin usaha, tanggal sembilan agustus 2009 Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Jakarta selatan ini pun dibuka. Mulanya dari awal berdiri, selama tiga tahun Rumah Yatim Arrohman Cilandak masih menggunakan sistem kontrak dengan ibu Ali Fikri. Namun sejak tahun 2013 karena kedermawanan beliau, maka tanah itu pun diizinkan untuk digunakan sebaik mungkin oleh pihak Rumah Yatim Arrohman Cilandak Jakarta Selatan. Hingga saat ini pun silaturahim dengan Ibu Hj. Ali Fikri pun masih berjalan dengan baik. Yayasan ini berdiri di atas

lahan seluas 120 meter persegi.2

1

Pamflet Yang dikeluarkan Rumah Yatim Arrohman Cilandak, tahun 2012.

2


(40)

C. Visi dan Misi Rumah Yatim Arrohman Cilandak

1. Visi Rumah Yatim Arrohman

Menjadi lembaga sosial terbaik tingkat nasional dalam pengasuhan dan pengelolaan anak yatim dan dhuafa.

2. Misi Rumah Yatim Arrohman

a. Memberikan pelayanan terbaik bagi anak-anak yatim dan dhuafa .

b. Menjadi fasilitator antara kaum mampu dan tak mampu.

c. Menjadikan Rumah Yatim sebagai organisasi yang profesional dan

dinamis.3

D. Sasaran dan Jangka Waktu Pelayanan Rumah Yatim Arrohman Cilandak

1. Sasaran

Sasaran pelayanan Rumah Yatim Arrohman adalah usia anak-anak yatim atau dhuafa dengan ketersulitan ekonomi melalui pencarian oleh tim Rumah Yatim Arrohman.

2. Jangka Waktu Pelayanan

Adapun jangka waktu pelayanan di Rumah Yatim Arrohman di targetkan

hingga anak asuh lulus dari bangku SMA.4

3

Pamflet Yang Dikeluarkan Rumah Yatim Arrohman Cilandak, tahun 2012.

4


(41)

31

E. Program Kegiatan Rumah Yatim Arrohman Cilandak

Adapun program-program yang ada di Rumah Yatim Arrohman Cilandak

adalah sebagai berikut5:

Kegiatan Hari/Jam

Tahsin Al-Qur’an (setelah shalat isya

berjamaah ditambahkan dengan ceramah pembinaan akhlak)

Senin dan Selasa 18.30-21.30 WIB

Takhrij Al-Qur’an (setelah shalat

isya berjamaah ditambahkan dengan ceramah pembinaan akhlak)

Rabu dan Sabtu 18.30-21.30 WIB

Marawis Kamis 16.00-17.00 WIB

Perkusi Minggu 16.00-18.00

Karate (seni bela diri) yang berkoordinasi dengan lembaga IOGKF Indonesia (lembaga karate Indonesia), Februari tahun 2013 telah ada perwakilan anak asuh yang mengikuti kompetisi karate di Malaysia dan mendapat peringkat pertama tingkat anak-anak

Minggu pukul 20.00- 22.00

Pelatihan Komputer dengan fasilitas komputer dan laptop asrama

Selasa pukul 16.00-17.00 dan Kamis pukul 16.00-17.00

5


(42)

F. Struktur Organisasi Rumah Yatim Arrohman Cilandak

G. Sarana dan Prasarana Rumah Yatim Arrohman Cilandak

Sarana dan Prasarana Rumah Yatim Arrohman Cilandak, adalah sebagai berikut :

1. Peralatan dan perlengkapan sekolah termasuk laptop yang dibutuhkan bagi

siswa SMA.

2. Satu Front Office (ruang lobby) tempat menerima para donatur dan membuat

laporan keuangan.

3. Tiga kamar tidur dengan masing-masing dengan tiga ranjang dua tingkat.

Kepala Asrama Momon Abdul Fatah

Logistik Neneng

Asisten Logistik Fathonah

Front Office Julita Astalina

Front Office Asnawi Front Office

Fatimah

Staf Umum


(43)

33

4. Satu ruang serbaguna.

5. Satu dapur untuk memasak.

6. Satu ruang tamu.

7. Satu ruang makan.

8. Satu ruang menonton televisi .

9. Satu pendopo.

10.Satu mobil operasional, untuk kegiatan operasional Rumah Yatim Arrohman


(44)

34

A. Peran Pembimbing Agama Dalam Membina Akhlak Remaja Di Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Jakarta Selatan

Peran pembimbing agama dalam membina akhlak remaja bukan hal yang mudah. Setiap apa yang dilakukan oleh pembimbing akan dicontoh oleh anak asuhnya. Pembimbing agama harus memiliki pengetahuan yang mendalam soal agama. Karenanya tidak sembarang orang bisa menjadi pembimbing agama. Mengingat beratnya tugas yang diemban seorang pembimbing agama. Terlebih yang dihadapi adalah remaja, dimana tidak hanya pengetahuan agama saja yang harus dikuasai oleh pembimbing agama, tetapi juga pengetahuan umum tentang perkembangan psikologis remaja pun harus dikuasai. Karena hal ini berkaitan dengan proses pembinaan akhlak yang dilakukan pembimbing agama.

Pembinaan akhlak di Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Jakarta Selatan dilaksanakan setiap hari Senin, Selasa, Rabu, dan Sabtu setelah Shalat Isya berjamaah di ruang serbaguna Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Jakarta Selatan dengan pengawasan kepala asrama dan beberapa staff selaku pembimbing agama. Dan diberikan pengajaran tentang ilmu agama khususnya

tentang pembinaan akhlak yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits, dan

juga beberapa buku-buku Islam khususnya yang mengenai akhlak.

Pengajaran tentang ilmu agama ini sangat penting agar anak asuh mengetahui ajaran ilmu agama Islam, dan diaplikasikan dalam kehidupan


(45)

35

bermasyarakat sehari-hari.

Setelah melakukan penelitian tentang apa saja peran seorang pembimbing agama dalam membina akhlak remaja di Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Jakarta Selatan, peneliti mendapatkan hasil tentang peran pembimbing agama dalam membina akhlak remaja, diantaranya adalah sebagai berikut:

Dari penelitian yang dilakukan, metode bimbingan yang dipakai oleh pembimbing adalah metode ceramah, metode diskusi kelompok, dan metode tanya jawab. Serta pembimbing mencontohkan lewat teladan yang baik, agar anak asuh dapat melihat contoh yang terpuji.

Peran pembimbing agama dalam membina akhlak remaja di Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Jakarta Selatan sangat penting dilakukan bagi anak asuh. Karena mereka adalah salah satu sumber daya manusia yang memiliki potensi dan penerus cita-cita bangsa. Agar setiap anak asuh mampu memikul tanggung jawab tersebut, maka penting bagi mereka untuk mendapat kesempatan yang luas untuk tumbuh dan berkembang secara optimal baik fisik, mental, rohani, maupun sosial. Hal ini sejalan dengan wawancara peneliti dengan Momon Abdul Fatah selaku kepala asrama Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Jakarta Selatan.

“Sangat penting bagi mereka untuk tetap mendapatkan hak mereka berkembang secara optimal selayaknya remaja lainnya.mereka juga kan aset umat, aset bangsa. Kalo mereka rusak bagaimana nasib umat, nasib bangsa. Jadi pembinaan terhadap mereka harus terus kontinyu dan menjadi tanggung


(46)

jawab kita bersama. Memang, secara kasat mata mendidik mereka adalah tanggung jawab kami, tapi masyarakat juga turut andil dalam menyajikan contoh perilaku, karena mereka cenderung dengan mudahnya menyerap sesuatu hal apa yang anak-anak anggap keren walaupun itu negatif. Maka itu, saya katakan masalah pembinaan mereka khususnya soal akhlak menjadi

tanggung jawab kita bersama.”1

Begitu juga pentingnya dengan pemberian contoh yang baik. Pembimbing agama di Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Jakarta Selatan senantiasa berusaha memberikan contoh teladan yang baik.

“Ketika berbicara mengenai pembinaan akhlak penting bagi kami untuk memberikan contoh perilaku yang baik, karena anak-anak dapat dengan mudah mencontoh dari apa yang kami lakukan”.2

Hal ini diperkuat dan bersumber dari ajaran Al-Qur’an. Sebagaimana

tingkah laku Nabi Muhammad SAW yang merupakan contoh suri teladan yang baik bagi manusia.

                               

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)

hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. (Q.S Al-Ahzab: 21)

Seorang pembimbing agama harus memiliki akhlak yang baik, segala sesuatu yang berguna, yang sesuai dengan nilai dan norma agama dan memberi manfaat bagi diri sendiri serta orang lain, terlebih karena ia akan

1

Wawancara Pribadi Dengan Momon Abdul Fatah Pada Sabtu, 22-11-2014.

2


(47)

37

membimbing yang dimana dibutuhkan pengetahuan yang cukup tentangnya.

“Saya sih pengennya pembimbing sebagai pengganti orang tua kita .”

begitulah pemaparan Abdul Sobur salah satu anak asuh di Rumah Yatim

Arrohman Cilandak, Jakarta Selatan.3 Maksudnya adalah agar pembimbing

agama melaksanakan tugasnya sebaik mungkin layaknya orang tua bagi mereka. Oleh karenanya pembimbing agama juga bertugas mengingatkan anak asuhnya untuk selalu mengerjakan perintah agama, berbuat baik kepada sesama, dan menghormati orang lain baik yang lebih muda maupun kepada orang yang lebih tua.

Pembimbing agama harus mendapat tempat khusus di hati anak asuh sebagai pengganti orang tua atau sebagai orang tua asuh. Pembimbing juga bertanggung jawab secara penuh atas anak asuh tersebut selama berada di asrama dan dalam bimbingannya.

Pembimbing agama tidak hanya memberikan pendidikan agama tetapi juga berperan untuk membimbing bagaimana kehidupan anak asuh secara sosial.

“Pembimbing yang enak enggak Cuma mengajarkan tentang agama. Bimbingan agama memang penting banget untuk kita, tapi juga lebih enak lagi kehidupan sosial kita diperhatiin”. Begitu ujar Muhammad Ibrahim salah satu

anak asuh di Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Jakarta Selatan4

“Kita selaku pembimbing berupaya semaksimal mungkin untuk

memerhatikan segala aspek kebutuhan anak-anak ”. Begitu kata Momon

3

Wawancara Pribadi dengan Muhammad Pathurohman Pada Senin, 24-11-2014.

4


(48)

Abdul Fatah mengenai tugas yang diembannya di Rumah Yatim Arrohman

Cilandak, Jakarta Selatan.5

Selanjutnya pembimbing agama tidak hanya menjadi tempat bertanya dan mengajarkan bimbingan agama dan lainnya tapi juga harus menjadi pemberi nasihat dan masukkan yang baik bagi anak asuh. Seorang pembimbing agama baiknya selalu menyediakan waktu dan ruang agar selalu ada setiap anak asuh membutuhkan bantuannya. Remaja di Rumah Yatim Arrohman Cilandak adalah remaja yang membutuhkan nasihat dan masukkan dari para pembimbing agama sebagai pengganti orang tua mereka. Oleh sebab itu pembimbing memiliki tugas ganda selain memberi masukkan dan nasihat, pembimbing juga harus hadir untuk berperan sebagai pengganti orang tua mereka. Di sinilah seorang pembimbing agama yang baik diharapkan menguasai juga perkembangan psikologi remaja agar permasalahan-permasalahan yang dialami remaja ini mampu dipahami dengan baik dan bisa membantu penyelesaiannya.

Secara garis besar peneliti dapat menyimpulkan bahwa pengertian pembinaan akhlak terhadap remaja adalah suatu usaha yang dilakukan seorang pembimbing untuk mengembangkan potensi serta mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan secara optimal melalui ajaran agama Islam. Maka dari itu diharapkan Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Jakarta Selatan menjadi tempat pembinaan akhlak yang baik, agar para remaja di sana dapat menghayati dan mengamalkan ajaran yang baik tersebut dan dijadikan sebagai pandangan

5


(49)

39

hidup sehingga dapat terbentuk kepribadian muslim.

Dari hasil wawancara yang telah dijelaskan di atas dapat disimpilkan secara garis besar peran pembimbing agama di Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Jakarta Selatan sebagai berikut:

1. Memberikan contoh teladan yang baik

2. Sebagai orang tua asuh

3. Sebagai pemerhati segala aspek kebutuhan anak asuh

4. Sebagai pemberi masukkan dan nasehat

5. Sebagai tempat pembinaan akhlak yang baik

B. Materi Bimbingan Agama Dalam Pembinaan Akhlak Remaja Yang Digunakan Di Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Jakarta Selatan

Dalam menjalankan pembinaan akhlak remaja di Rumah Yatim Arrohman ada beberapa bentuk materi yang disisipkan dalam bentuk bimbingan agama di antaranya adalah:

1. Materi Akidah Tauhid

Materi ini penting diberikan untuk mengenal Allah SWT secara utuh dan benar. Diharapkan dengan tauhid yang kuat akan menghasilkan iman

yang baik dan benar.6 Hal ini dirasa masuk akal sebab terjadinya akhlak

yang buruk dikarenakan kurangnya pemahaman dan penghayatan nilai-nilai keimanan yang lemah. Dan dikarenakan lemahnya dan tidak baiknya iman, seseorang menjadi tidak segan untuk menjalankan akhlak yang buruk.

6


(50)

Tauhid adalah ajaran yang berarti mengesakan Allah SWT, mengagungkan Allah SWT. Karena Allah adalah Tuhan yang maha esa dan maha agung. Karena itu penting bagi kita untuk memiliki keyakinan tauhid yang mengakar kuat dalam sanubari diri kita masing-masing. Keyakinan dalam akidah tauhid tidak boleh tercampur dengan keraguan ataupun kebimbangan.

Maka dari itu apabila anak asuh tauhidnya telah rusak atau ternoda, maka akan hancurlah akhlak perbuatan dan ibadahnya. Dengan demikian jelaslah sudah tauhid berperan penting dalam menentukan akhlak seseorang.

Materi yang disampaikan oleh pembimbing agama bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad SAW, serta buku-buku agama Islam khususnya tentang bahasan akhlak. Materi-materi ini disampaikan oleh Momon Abdul Fatah yang merangkap sebagai kepala asrama di Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Jakarta Selatan

2. Materi Akhlak

Materi akhlak ini disampaikan kepada anak asuh agar anak asuh mengetahui bagaimana cara menentukkan sikap yang baik terhadap

manusia maupun Tuhannya.7 Materi ini sangat penting diterapkan pada

anak asuh agar bisa mengetahui tingkah lakunya untuk menentukan tujuan hidupnya sendiri.

3. Materi Fiqh

7


(51)

41

Fiqh pada dasarnya adalah memahami atau mengerti sesuatu . Dengan demikian pemahaman dan pengaplikasian ilmu fiqh dapat membuka hal-hal samar dari perkataan dan perbuatan.

Materi fiqh ini sangat bagus dan penting diterapkan pada anak asuh di Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Jakarta Selatan, karena dengan adanya ilmu fiqh anak asuh mengerti bagaimana cara mempergunakan perkataan dan perbuatan yang baik.

“Fiqh ini bisa membangun diri anak asuh agar selalu berhati-hati dalam pergaulan dengan lingkungannya, sehingga mereka tidak terjerumus melakukan hal-hal tercela yang mengakibatkan dosa yang akan

mengkhianati Allah SWT.8

C. Faktor Hambatan Dalam Proses Pembinaan Akhlak Remaja di Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Jakarta Selatan

Proses pembinaan akhlak yang berjalan di Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Jakarta Selatan juga tidak selalu berjalan mulus dalam artian memiliki beberapa hambatan. Ada dua hambatan dalam proses pembinaan akhlak ini, yaitu aspek internal dan aspek eksternal.

“Aspek internalnya adalah rasa malas dalam diri anak tersebut aspek eksternalnya adalah pengaruh dari faktor lingkungan”.9

Berdasarkan pengamatan observasi dan wawancara peneliti, berbagai

8

Wawancara Pribadi Dengan Momon Abdul Fatah Pada Kamis, 27-11-2014.

9


(52)

pembinaan dan pelaksanaan sudah berjalan dengan baik. Namun hal yang baik ini memang akan sia-sia jika anak asuhnya menerima pengaruh yang buruk dari lingkungan luar.

Hal yang perlu diperhatikan juga adalah faktor teknologi. Dimana belakangan ini dapat disaksikan dengan mudahnya teknologi memberikan pengaruh buruk terhadap kehidupan remaja. Mulai dari permasalahan jejaring sosial yang bisa mengakibatkan pornografi, penculikan, penipuan dan sebagainya. Ini salah satu faktor yang mudah mempengaruhi pembentukan akhlak.

D. Analisis Data

Peran pembimbing agama dalam membina akhlak remaja yang dilakukan di Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Jakarta Selatan sangat penting bagi anak asuh yang berada di asrama. Semua ini terlihat dari contoh perilaku anak asuh yang peneliti saksikan sendiri. Anak asuh sudah terbiasa bersikap baik terhadap semua orang dan tidak pernah melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama khususnya mengenai akhlak.

Pemahaman yang diberikan pembimbing agama memberikan penyadaran kepada anak asuh agar tidak lagi memiliki kebiasaan dan akhlak yang buruk serta memberikan arahan agar anak asuh senantiasa berada dalam ajaran agama yang lurus.

Pembimbing agama berperan dalam menjalani visi dan misi dari Rumah Yatim Arrohman, pembimbing agama diharuskan untuk meningkatkan


(53)

43

martabat, kepercayaan diri, dan memberi nasihat pada anak asuh untuk bisa menjauhkan diri dari perilaku yang menyimpang dari norma-norma agama. Dan memberikan motivasi sehingga anak asuh tidak merasa rendah diri dan dikucilkan masyarakat, sehingga anak asuh bisa hidup layak dan percaya diri di masyarakat.

Anak asuh yang telah mendapatkan pembinaan akhlak di asrama memiliki perubahan yang cukup signifikan yaitu terbiasa bertutur kata yang sopan dan takut untuk meninggalkan sholat lima waktu, perubahan itu terlihat setelah mendapatkan pembinaan dari pembimbing agama. Sedangkan sebelum anak asuh mendapatkan pembinaan yang diberikan oleh pembimbing agama, masih banyak anak asuh yang belum menjalankan kewajiban shalat lima waktu.

Anak asuh yang menjalankan pembinaan akhlak dari pembimbing agama merasa bahwa hidupnya lebih baik dari kehidupan mereka dahulu, sebab sebelum mendapatkan pembinaan akhlak mereka selalu merasa bahwa hidupnya selalu merasa “bebas” dalam artian bisa melakukan perbuatan apa

yang mereka mau walaupun itu negatif, tanpa ada rasa bersalah.10

Pembinaan akhlak ini bisa menyadarkan anak asuh bahwa perbuatan yang selama ini mereka kerjakan adalah perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT, dan melanggar norma-norma agama. Pembinaan akhlak ini juga menyadarkan anak asuh untuk tidak mengulangi lagi perbuatan yang salah tersebut.

10


(54)

Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Jakarta Selatan mempunyai program kerja sendiri yaitu untuk mengembangkan tata kehidupan yatim dan dhuafa, sehingga yatim dan dhuafa dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam bermasyarakat.

Asrama ini memberikan pelayanan lain kepada anak asuh seperti perkusi, karate, hingga kursus komputer. Dalam menjalankan tugasnya bekerja sama dengan lembaga pendidikan ternama lainnya.

Bimbingan agama yang dilakukan pembimbing agama sangat penting dilakukan, karena hal ini juga bisa berpengaruh pada pemahaman keagamaan anak asuh itu sendiri, agar mereka dapat menjalani kehidupannya secara normal dan sesuai dengan ajaran Islam. Pembinaan akhlak bagi anak asuh juga bermanfaat bagi mereka untuk menjauhi keinginan-keinginan yang bertentangan dengan norma-norma agama.

Pembinaan ini juga dirasa sangat penting, agar para anak asuh yang sedang menjalankan pembinaan di asrama ini mampu menjalankan kehidupan sesuai dengan ketentuan agama Islam, serta bisa berbagi ilmu pengetahuan tentang keagamaan.

Selain menjalankan pembinaan akhlak di asrama, anak asuh juga

mendapatkan pembinaan lainnya seperti tahsin Al-Qur’an yang dilakukan

setiap hari senin dan selasa. Juga ada kegiatan takhrij Al-Qur’an yang

dilakukan setiap hari rabu dan sabtu. Kedua kegiatan tersebut dilakukan jam 18.30-21.30.


(55)

45

sedangkan takhrij Al-Qur’an berarti mempelejari makhroj (lafadz pengucapan)

huruf Al-Qur’an.

Selain itu juga ada kegiatan pembinaan lainnya seperti marawis, perkusi, karate, dan kursus komputer. Marawis berarti melantunkan nyanyian-nyanyian lagu rohani Islam, sedangkan perkusi berarti memainkan musik dari alunan-alunan alat sehari-sehari, misal panci, botol dan sebagainya.

Untuk hari pelaksanaanya marawis dilakukan setiap hari kamis jam 16.00-17.00 sedangkan perkusi setiap hari minggu jam 16.00-18.00. pelaksanaan kegiatan perkusi dan marawis ini untuk melatih kemampuan anak dalam bermusik dan menjalin kekompakkan sesama anak asuh.

Sedangkan kegiatan lainnya yakni karate dan kursus komputer yang dilakukan dengan bantuan lembaga pendidikan lainnya, dimana karate diadakan setiap hari minggu jam 20.00-22.00, sedangkan kursus komputer setiap hari selasa dan kamis jam 16.00-17.00.

“Kreatifitas yang telah mereka pelajari selama di asrama bisa dimanfaatkan sewaktu mereka sudah tidak di asrama, dan bisa dipraktekkan dalam kehidupan mereka untuk membantu kemandirian ekonomi mereka”.11 Melalui berbagai kegiatan pembinaan kreatifitas yang diajarkan di Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Jakarta Selatan, anak asuh bisa mencari lahan pekerjaan sendiri untuk mendapatkan penghasilan yang halal, dan diharapkan keterampilan di asrama menimbulkan hasil yang baik bagi anak binaan.

Untuk peran pembimbing agama dalam membina akhlak remaja di

11


(56)

Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Jakarta Selatan dapat dilihat dari cara membangun kehidupan yang lebih layak, manusiawi, normatif, produktif, serta mandiri.

Program kegiatan di asrama bertujuan untuk menumbuhkan kemampuan dan kemauan anak asuh untuk dapat mengembalikan dan mewujudkan produktifitas anak asuh agar bisa hidup mandiri.

Pembimbing agama di asrama ini mempunyai harapan untuk membangun kecerdasan spiritual manusia dengan membangun jiwa melalui nilai-nilai keimanan. Dan agar hidup untuk menghasilkan banyak manfaat kepada diri sendiri maupun orang lain. Dengan adanya harapan-harapan tersebut, pembimbing dapat melakukan perannya menerapkan beberapa pembinaan akhlak, yaitu:

1. Pembinaan akhlak kepada Allah

Sesuai dengan visi misi pembimbing agama, yakni untuk membangun kehidupan yang lebih layak, manusiawi, normatif, produktif, mandiri, serta untuk membangun kecerdasan spiritual manusia dengan membangun jiwa melalui nilai-nilai keimanan, maka peran pembimbing agama adalah menyadarkan anak asuh tentang hakikat hidup di dunia hanya untuk beribadah kepada Allah SWT.

“Manusia adalah mahluk yang paling sempurna dari berbagai mahluk ciptaanNya, dengan potensi akal pikiran yang membedakannya. Oleh karena itu manusia seharusnya memperhatikan, kemudian


(57)

47

merenungkan tentang kejadian dirinya, tentang alam lingkungannya, manusia diharuskan belajar, kemudian mengolah dan memanfaatkan alam yang telah dirahmatkan Allah kepada manusia. Sehingga pembimbing agama berperan menyadarkan anak asuh untuk selalu taat beribadah

kepada Allah, melalui shalat lima waktu, belajar mengaji, dan puasa.12

Peran pembimbing agama dalam pembinaan akhlak remaja kepada Allah, dapat kita ketahui dari hasil wawancara peneliti dengan salah satu anak asuh:

“Saya merasa senang dalam menjalani kegiatan pembinaan karena saya jadi tau lebih luas tentang ajaran-ajaran agama Islam, dan saya jadi tau kalo meninggalkan shalat itu salah setelah dapet pembinaan dari pak

momon”.13

Peneliti setelah mendengarkan wawancara yang disampaikan oleh narasumber menyimpulkan bahwa peran pembimbing agama bisa membawa anak asuh ke jalan yang lebih baik. Serta mampu menyadarkan untuk mampu menjalankan shalat lima waktu sebagaimana telah diajarkan dalam agama.

2. Peran Pembimbing Agama dalam pembinaan akhlak pada dirinya sendiri

Peran pembimbing agama dalam pembinaan pada akhlak diri sendiri di perlukan untuk membangun kepercayaan diri yang tinggi dalam semua aktifitasnya. Akhlak memang perlu di miliki oleh siswa binaan untuk membentuk pribadi-pribadi muslim yang berakhlak mulia, taat kepada

12

Wawancara Dengan Momon Abdul Fatah Pada Selasa, 02-12-2014.

13


(58)

Allah dan Rasulnya, hormat pada orang lain, serta menyayangi makhluk Allah lainnya (hewan dan tumbuhan).

“Anak asuh dibina agar memiliki skill kemampuan untuk membangun rasa percaya dirinya, anak-anak perlu keterampilan khusus untuk bekal masa depan anak asuh”14

. Selain pembinaan akhlak, asrama ini menyediakan berbagai keterampilan praktis, yakni: marawis, perkusi,dan kursus komputer.

Sehingga keterampilan diatas sangat membantu anak asuh dalam menjalankan aktifitas sehari-hari setelah tidak lagi berada di asrama. Dengan demikian, peran pembimbing agama sangat penting selain dalam pembinaan akhlak pada anak asuh, dan juga agar memiliki kepercayaan diri dan skill untuk bekal hidupnya sendiri di dalam masyarakat. Hal ini sejalan dengan wawancara peneliti dengan Muhammad Pathurohman, salah satu anak asuh:

“Selain dididik sebaik mungkin disini, saya juga ingin memiliki keterampilan untuk bisa mencari nafkah, di asrama ini saya mendapatkan pelatihan kursus komputer dan bisa saya terapkan setelah saya keluar dari

asrama.15

Peneliti setelah mendengarkan hasil wawancara yang telah disampaikan narasumber menyimpulkan bahwa, setelah mereka menjalani proses pelatihan yang diadakan di asrama bisa menambah pengetahuan mereka. Agar bisa mereka gunakan setelah mereka keluar dari asrama.

3. Peran Pembimbing Agama dalam pembinaan akhlak pada

14

Wawancara Pribadi Dengan Momon Abdul Fatah Pada Rabu 03-12-2014.

15


(59)

49

masyarakat

Peran pembimbing agama dalam pembinaan akhlak dalam bermasyarakat diperlukan untuk kehidupan sosial anak asuh. Pada dasarnya untuk hidup bermasyarakat diperlukan akhlak yang baik. Akhlak yang baik penting untuk tidak menimbulkan permusuhan antar sesama.

Pembimbing agama berperan dalam menyadarkan anak asuh tentang pentingnya hidup baik di masyarakat. Hal ini penting agar terjadinya hubungan yang harmonis antara anak asuh dengan masyarakat sosial. Karena setiap manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.

“Saya di ajarkan di asrama untuk selalu bersikap sopan sama orang lain. Kata pak Momon biar enggak menyinggung perasaan orang lain”.16

Peneliti setelah mendengarkan hasil wawancara yang disampaikan oleh narasumber menyimpulkan bahwa peran pembimbing agama di asrama ini sangat baik, karena juga mengajarkan anak asuh untuk selalu menghormati dan menghargai sesama.

16Wawancara Pribadi Dengan Muhammad Ibrahim Pada Jum’at, 05


(60)

50 A. Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian dengan tema peran pembimbing Agama dalam membina akhlak remaja di Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Jakarta Selatan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Peran pembimbing Agama dalam membina akhlak remaja di Rumah

Yatim Arrohman yaitu memberikan bekal ilmu dan contoh teladan yang baik kepada anak asuh, memberikan nasihat dan masukkan, pembimbing berperan sebagai pengganti orang tua bagi anak asuh yang mengawasi anak-anak selama ada dalam asrama, sebagai pemerhati segala aspek kebutuhan anak asuh, sebagai pemberi masukkan dan nasehat, sebagai tempat pembinaan akhlak yang baik.

2. Materi bimbingan agama yang digunakan di Rumah Yatim Arrohman

Cilandak, Jakarta Selatan adalah materi-materi yang disipkan dalam bentuk bimbingan agama. Materi itu adalah materi tauhid, materi akhlak,

dan materi fiqh yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits. Serta dari

buku-buku Agama Islam, khususnya yang berkaitan dengan masalah akhlak.

3. Faktor hambatan dalam proses pembinaan akhlak remaja di Rumah Yatim

Arrohman Cilandak, Jakarta Selatan terjadi dalam dua aspek, yaitu aspek internal dan eksternal. Aspek internal terjadi dalam diri sendiri karena


(61)

51

masih ada beberapa anak asuh yang malas dalam mengikuti kegiatan pembinaan. Sedangkan aspek eksternal berasal dari pergaulan lingkungan sehari-hari yang kerap membawa hal-hal negatif.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, peneliti dapat memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Tambahkan sumber daya manusia untuk menjadi tenaga pembimbing agar

lebih maksimal dalam membina akhlak remaja.

2. Pembimbing lebih meningkatkan rasa keakraban dengan anak asuh.

3. Untuk anak asuh, jangan memiliki rasa malas untuk menjalani program

pembinaan akhlak yang ada.

4. Kepala asrama dan staff lainnya agar selalu berperan aktif dalam

pembinaan akhlak kepada anak asuh.


(62)

Profil anak asuh Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Jakarta Selatan

Nama Tempat/Tanggal Lahir Status

Muhammad Surya Putra Aceh, 14-05-1998 Yatim

Indra Samudra Cianjur, 20-08-1995 Yatim Piatu

Muhammad Pathurohman

Tangerang, 04-12-1999 Dhuafa

Buldansyah Cianjur, 10-01-2000 Yatim

Abdul Sobur Cianjur, 22-03-1994 Yatim

Alfan Tangerang, 12-08-1996 Yatim

Arwan Tangerang, 07-03-2001 Yatim

Ilham Sualoon Bandung, 08-04-2004 Yatim

Muhammad Ibrahim Jakarta, 16-07-2003 Yatim Piatu

Arif Rahman Jakarta, 16-07-2005 Yatim

Asep Jauniddin Majalengka, 13-11-1998 Dhuafa

Muhammad Ahdan Tangerang, 16-09-2001 Dhuafa

Muhammad Ziyan Majalengka, 24-04-2013 Dhuafa


(63)

53

DAFTAR PUSTAKA

Adz-Dzaky, Hamdani Bakran. Konseling dan Psikoterapi Islam. Yogyakarta: Fajar

Pustaka, 2002.

Amin, Samsul Munir. Bimbingan dan Konseling Islam. Jakarta: Amzah, 2000.

Ancok, Djamaludin dan Suroso, Fuat Nashori. Psikologi Islami. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 1994.

Ardani, Muhammad. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT. Karya Mulya, 2005.

As., Asmaran. Pengantar Ilmu Akhlak. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994.

Berry, David. Pokok Pikiran Dalam Sosiologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

1995.

Daradjat, Zakiah. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang, 1976.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:

Balai Pustaka, 2005.

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa.

Jakarta: PT. Gramedia, 2008.

Hana, Attia Mahmoud. Bimbingan Pendidikan dan Pekerjaan. Jakarta: Bulan Bintang,

1978.

Lutfi, M. , Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam. Jakarta:

Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008.

Maryati, Kun dan Suryawati, Juju. Perspektif Ilmu Sosiologi.Jakarta: PT. Gelora Aksara

Pratama, 2001.

Moleong, Lexy J. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,

2013.

Mustofa, H. A. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia, 1997.

Nasution, Harun. Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: Universitas

Indonesia Press, 1985.

Nata, Abudin. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008.

___________. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001.


(1)

Wawancara Anak Asuh

Nama : Muhammad Pathurohman

Tempat Tanggal Lahir : Tangerang, 04-12-1999

Tempat Wawancara : Pendopo Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Jakarta Selatan

Penghuni asrama

Penulis: Apa yang kamu ketahui tentang pembinaan akhlak? Narasumber: kita di kasih tau supaya memiliki akhlak yang bener

Penulis: Ingin pembimbing yang seperti apa?

Narasumber: Pembimbing yang baik, sabar dalam membimbing kita dan penuh kasih sayang.

Penulis: Apa harapan kamu Setelah mengikuti pembinaan ini? Narasumber: Pengen bisa lebih baik lagi kedepannya.

Penulis: Program pembinaan seperti apa yang kamu harapkan?

Narasumber: Pembinaan yang bikin kita seneng ngejalaninnya dan enggak bikin capek…

Penulis: Kamu senang dengan pembinaan di asrama ini?

Narasumber: Seneng banget dan bikin betah, pada sabar dan baek ….


(2)

WAWANCARA PEMBIMBING AGAMA

Narasumber: Momon Abdul Fatah

Tempat Tanggal Lahir: Majalengka, 14-06-1987

Jabatan: Kepala Asrama Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Jakarta Selatan

Tempat Wawancara: Ruang Tamu asrama

Peran Pembimbing Agama Dalam Membina Akhlak Remaja Di Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Jakarta Selatan

Penulis: Assalamu’alaikum, apa saja tugas pembimbing agama dalam membina akhlak remaja?

Narasumber: Wa’alaikumsalam, kalo menurut saya tugas para pembimbing dalam membimbing akhlak remaja, yang pertama dengan kita juga memiliki akhlak yang baik, sebab jika kita pun selaku pembimbingnya berakhlak jelek kita akan sulit untuk membimbing mereka.

Penulis: Bagaimana metode keinginan pembimbing untuk mencapai hasil yang diharapkan?

Narasumber: salah satu metode yang kami terapkan agar mencapai tujuan yang kami harapkan dalam membimbing anak-anak, salah satunya kita menerapkan


(3)

metode-metode keagamaan. Mereka dibimbing untuk menuju akhlak yang baik, dan tidak lupa juga mereka kita bimbing agar memiliki etika-etika yang bagus, dan disini juga Alhamdulillah dalam pembinaan agama mereka lebih diutamakan. Kami galakkan agar program seperti Tahfidz, Tahsin, dan pembinaan keagamaan untuk masalah mereka.

Penulis: Hambatan apa yang dirasakan dalam membina akhlak remaja?

Narasumber: salah satu hambatan yang menjadikan proses pembinaan menjadi terhambat salah satunya pergaulan mereka dalam kehidupan diluar. Apalagi kalo pergaulan mereka sangat bebas diluar. Makanya kita sebagai orang tua harus bener-bener membimbing mereka baik di dalem maupun di luar asrama.Hambatan lainnya adalah perasaan malas anak-anak.

Penulis: Siapa saja yang melakukan pembinaan akhlak di Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Jakarta Selatan?

Narasumber: orang-orang yang membimbing mereka khusus orang-orang asrama, itu yang menjadi pokok adalah saya sendiri kepala asrama. Dibantu dengan staff penkes (pendidikan dan kesehatan). Dan ditambah pembinaan dari luar seperti tahsin, takhrij, perkusi kami mengambil dari luar. Karena sangat berat sekali bagi kami jika semua kami yang handle.


(4)

(5)

(6)