Pengaruh Pemberian Seresah Terhadap Mikroba Heterotrof Dan Potensial Nitrifikasi Tanah

Dalam penelitian ini, dari inkubasi pertama atau 10 hari sampai inkubasi ke 50 hari suhu pada semua perlakuan seresah mengalami kenaikan. Pada awalnya suhu rata-rata 21 C dan semakin lama maktu pengaplikasian seresah suhu meningkat sampai rata-rata 26 C. Hal ini diduga karena adanya penurunan daya ikat tanah terhadap air sehingga suhu tanah menjadi naik. Faktor lain adalah karena semakin lama waktu inkubasi sumber bahan organik dari seresah menurun sebab telah dikonsumsi mikroba heterotrof Hakim et al., 1996. Selain itu faktor pemeliharaan khususnya pengairan juga ikut menentukan kenaikan suhu. Semakin lama waktu pengaplikasian seresah, maka pertumbuhan tanaman jagung semakin tinggi, sehingga mengalami kesulitan dalam penyiraman, sehingga tanah semakin kering mengakibatkan suhu tanah semakin tinggi. Adanya peningkatan suhu ini diikuti oleh penurunan potensial nitrifikasi pada semua perlakuan seresah.

F. Pengaruh Pemberian Seresah Terhadap Mikroba Heterotrof Dan Potensial Nitrifikasi Tanah

Hasil penelitian Myrold 1999 dan Purwanto 2007 mengatakan bahwa peningkatan populasi bakteri heterotrof disebabkan karena melimpahnya bahan organik yang merupakan sumber energi bagi mikroba heterotrof. Bakteri heterotrof akan mengimobilisasi NH 4 + dalam tanah selama dekomposisi sehingga tidak menyisakan NH 4 + untuk nitrifikasi. Dekomposisi bahan organik juga menyerap O 2 dalam tanah sehingga terjadi kompetisi O 2 antara bakteri heterotrof dan bakteri nitrifikasi yang secara tidak langsung akan menghambat nitrifikasi. Perlakuan pemberian seresah terbukti mampu menurunkan potensial nitrifikasi terkait dengan pemanfaatan bahan organik dari seresah tanaman oleh aktifitas bakteri heterotrof yang bersaing dengan bakteri pengoksidasi NH 4 + dalam memperoleh substrat NH 4 + . Gambar 4.12 Rerata Populasi Bakteri Heterotrof pada Berbagai perlakuan Berdasarkan gambar 4.12 dapat diambil kesimpulan bahwa rerata populasi bakteri heterotrof tertinggi pada perlakuan P7 yaitu penambahan seresah Kaempferia galanga takaran 8MgHa. Pada umumnya perlakuan pemberian seresah Tithonia diversifolia mempunyai nilai rerata populasi bakteri yang lebih tinggi dibanding perlakuan pemberian seresah Tithonia diversifolia Populasi bakteri heterotof pada perlakuan pemberian seresah Kaempferia galanga takaran 8MgHa dan pemberian seresah Tithonia diversifolia pada takaran 12MgHa meningkat pada inkubasi ke 50 hari. Tetapi pada semua jenis seresah yang diberikan dan pada semua takaran cenderung menurun pada inkubasi ke 50 hari. Hal ini disebabkan C-organik yang berasal dari seresah yang merupakan sumber energi bagi mikroba bakteri, ikut tercuci pada saat perawatan tanaman gambar 4.13. Hal ini berkebalikan dengan pernyataan Cendrasari 2008 yang menyatakan bahwa populasi bakteri heterotrof pada setiap lama inkubasi cenderung meningkat dengan adanya pemberian seresah tanaman. Menurut Cendrasari, hal ini dikarenakan C-organik merupakan sumber energi bagi mikroba heterotrof, apabila kandungannya tinggi maka tersedia cukup sumber karbón yang digunakan mikrobia heterotrof. Gambar 4.13 Grafik Hubungan Antara Waktu Terhadap Populasi Heterotrof Pada berbagai Penambahan Seresah. Berdasarkan hasil uji F dapat dilihat bahwa perlakuan pemberian seresah berpengaruh tidak nyata terhadap rerata populasi bakteri heterotrof P0,05. Menurut Purwanto 2007, pemberian bahan organik bernisbah CN tinggi ke dalam tanah, secara tidak langsung dapat menghambat nitrifikasi karena NH 4 + hasil mineralisasi bahan organik dan NH 4 + yang ada dalam tanah akan diimobilisasi oleh mikroba pendekomposisi bahan organik mikrobia heterotrof sehingga tidak menyisakan substrat NH 4 + untuk nitrifikasi. Dekomposisi bahan organik juga akan menyerap oksigen tanah sehingga terjadi persaingan penggunaan oksigen antara mikrobia heterotrof dengan bakteri nitrifikasi.

G. Pengaruh Potensial Nitrifikasi Tanah Terhadap Serapan Unsur N Tanaman Jagung

Dokumen yang terkait

Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt.) pada Beberapa Persiapan Tanah dan Jarak Tanam

1 33 172

Pengaruh Pupuk SP-36 Kompos Tithonia diversifolia Dan Vermikompos Terhadap Pertumbuhan dan Serapan P Tanaman Jagung (Zea mays L.) serta P-tersedia Pada Ultisol Simalingkar

4 44 65

Pengaruh Penambahan Arang Tongkol Jagung Dan Serbuk Tongkol Jagung (Zea Mays) Terhadap Penurunan Kadar Besi (Fe), Total Padatan Tersuspensi (TSS), Total Padatan Terlaryt ( TDS), Kekeruhan, Dan pH Pada Air Rawa.

3 45 68

Waktu dan Jarak Tanam Tanaman Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pertumbuhan dan produksi Kacang Tanah ( Arachis hypogea L.).

0 46 79

Aplikasi kompos Tithonia diversifolia dan pupuk SP-36 terhadap pertumbuhan dan serapan tanaman jagung (Zea mays L.) serta ketersediaan fosfor pada Ultisol Mancang.

0 49 83

Tanggap Tanaman Jagung ( Zea mays L ) Terhadap Pemupukan P dan Kotoran Ayam Pada Tanah Ultisol Asal Mancang Kabupaten Langkat

7 53 66

Pengelolaan Hara Pada Berbagai Varietas Jagung (Zea mays L.) Di Tanah Inceptisol Kabupaten Deli Serdang

2 28 116

Ketersediaan Hara-P Dan Respon Tanaman Jagung (Zea Mays L) Pada Tanah Ultisol Tambunan-A Akibat Pemberian Guano Dan Mikroorganisme Pelarut Fosfat (MPF)

0 25 49

EFEKTIVITAS BERBAGAI KUALITAS SERESAH DARI Tithonia diversifolia, Tephrosia candida, DAN Kaempferia galanga TERHADAP PENGHAMBATAN POTENSIAL NITRIFIKASI DAN POPULASI BAKTERI NITRIFIKASI DI ALFISOLS, JUMANTONO

2 7 75

POTENSIAL NITRIFIKASI DAN EFISIENSI PENYEDIAAN NITROGEN PADA PERTANAMAN JAGUNG (Zea mays) DI TANAH ALFISOL DENGAN PENAMBAHAN SERESAH PANGKASAN GAMAL

0 3 22