THE GLOWING PAGE The Reborn of Indo-oriental Stories

32

BAB III THE GLOWING PAGE

Untuk mendapat informasi yang akurat, maka dilakukan Studi Lapangan. Kawasan kajian yang akan dirancang dijelaskan pada gambar 3.1 zona merah, yaitu berada di Jalan Yos Sudarso Km. 12 Kec. Medan Labuhan, Kelurahan Pekan Labuhan. Kecamatan Medan Labuhan memiliki luas wilayah 36,67 km 2 . Gambar 3.1: Kawasan Kajian yang Akan Dirancang Medan Kec. Medan Labuhan Kel. Pekan Labuhan Lingkungan III Universitas Sumatera Utara 33 Kawasan ini layaknya satu lembar kertas yang kecil, namun berkilau the glowing page karena banyaknya potensi yang ada. Pada kawasan ini terdapat bangunan-bangunan peninggalan sejarah dengan gaya melayu dan peranakan yang cukup kental, baik pada bangunan publik maupun tempat tinggal masyarakat. Gaya arsitektur oriental dan peranakan diwakili oleh adanya Vihara Siu Sian Kong dan gaya arsitektur Melayu diwakili oleh Masjid Al-Oesmani. Kedua bangunan ini dapat dikatakan sebagai icon dari kawasan Labuhan, dan letaknya pun berdekatan. Masjid Al-Oesmani sampati saat ini masih berdiri dengan megahnya, setelah beberapa kali dilakukan pengembangan dan renovasi gambar 3.2. Pada tahun 1870 pengembangan mesjid ini dipimpin oleh arsitek Jerman GD Langeris, yang mengubah kayu menjadi bangunan permanen. Gambar 3.2: Masjid Al-Oesmani Terdapat empat budaya yang dipadukan dalam pengembangan ini yaitu pintu masjid bergaya khas Cina, kubah masjid bergaya India, lengkungan- Universitas Sumatera Utara 34 lengkungan khas Timur Tengah dan ornamen-ornamen khas Melayu. Namun, dilihat secara keseluruhan, gaya khas Melayu terlihat lebih menonjol dengan balutan warna kuning dan hijau, warna kebanggan budaya Melayu yang menggambarkan kemuliaan dan kemegahan. Maka tidak heran masjid ini pernah dan merupakan masjid kebanggan Labuhan Deli. Tepat di belakang masjid ini terdapat rumah kecil bergaya Melayu gambar 3.3 dan tepat berada di seberang depan masjid ini, saat ini terdapat sekolah yang dulunya merupakan tempat berdirinya Istana Kesultanan Deli gambar 3.4. Gambar 3.3: Rumah Melayu di Belakang Masjid Al-Oesmani Gambar 3.4: Sekolah, Tempat dulu Berdirinya Istana Universitas Sumatera Utara 35 Pada rumah kecil tersebut, gaya khas Melayu terlihat jelas dengan adanya lebah bergantung pada atap, terali biola, kunda kencana pada ventilasi, panggung, pintu yang tinggi, dan jendela krepyak. Saat ini rumah ini digunakan untuk tempat tinggal kenaziran Masjid Al-Oesmani. Berada di sebelah sekolah tersebut, terdapat jalan kecil yang mengarah ke tepi sungai Deli. Sepanjang jalan tersebut terdapat deretan rumah masyarakat Melayu yang merupakan mayoritas di kawasan Labuhan Deli. Meskipun mayoritas tempat tinggal dimiliki oleh penduduk suku Melayu, namun karakteristik rumah Melayu sudah hampir tidak dapat dilihat, mayoritas hanya menggunakan warna kuning dan hijau sebagai simbol khas Melayu. Rumah- rumah tersebut sudah dijadikan bangunan permanen dan area permukiman ini terbilang kumuh gambar 3.5. Gambar 3.5: Perumahan Penduduk Tepat pada ujung jalan-jalan kecil tersebut, terlihatlah Sungai Deli gambar 3.6. Saat ini, sungai ini terlihat seakan tidak pernah menjadi pusat perlabuhnya kapal dan sebagai sarana transportasi utama. Pada tepi sungai, Universitas Sumatera Utara 36 terdapat tumpukan sampah yang dibiarkan mengering dan membusuk. Area sungai semakin lama semakin sempit dikarenakan endapan lumpur. Meskipun begitu, saat ini sungai Deli masih digunakan masyarakat setempat untuk sarana transportasi air. Rata-rata digunakan oleh nelayan-nelayan yang memang bermukim tepat pada area sepanjang pinggir Sungai Deli. Gambar 3.6: Sungai Deli Sedangkan, berada tepat di sebelah berdirinya Sekolah tersebut, terdapat vihara Siu Sian Kong gambar 3.7. Sejak zaman penjajahan Belanda, masyarakat etenis Tionghoa sudah berkiprah di kawasan Labuhan Deli, dan kemudian dibangunlah Vihara Siu Sian Kong. Vihara ini benar-benar mengadopsi arsitektur khas Oriental Cina secara mutlak, karena keseluruhan ornamen dan elemen bangunan vihara memiliki arti-arti Buddha yang tidak dapat dikurang-kurangi. Meskipun begitu, perumahan masyarakat etnis tionghoa pada kawasan Labuhan Deli tetap terpengaruh budaya Melayu dan Kolonial, dan asimilasi tersebut membuat gaya lain yaitu peranakan gambar 3.8, dan saat ini tetap menjadi kompleks ruko. Universitas Sumatera Utara 37 Gambar 3.7: Vihara Siu Sian Kong Gambar 3.8: Kompleks Ruko Cina Jika mengacu pada pertanyaan Alamsyah 2014 bahwa ada tiga elemen penting dalam perancangan kota yaitu manusia, bangunan dan lingkungan, maka status perancangan kota di kawasan Labuhan Deli belum mencapai sustainibility. Masyarakat Labuhan Deli belum sadar akan pentingnya merawat dan menata lingkungan dan bangunan yang seharusnya akan berdampak juga terhadap keberlangsungan hidup. Berdasarkan data dari Rencana Tata Ruang Provinsi Sumatera Utara tahun 2006-2025 yang sebelumnya sudah dilampirkan pada Urban Design Guidelines Universitas Sumatera Utara 38 Labuhan Heritage Town, Kota Medan termasuk dalam hirarki untuk pusat pelayanan primer, yaitu pusat yang melayani daerah Sumatera Utara dan wilayah yang lebih luas. Pengembangan Kota Medan dan sekitarnya sebagai pusat pelayanan primer „A‟ diarahkan sebagai pusat aktivitas sekunder dan tersier bagi Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan Rencana Struktur Ruang Kota Medan tahun 2008-2028, sistem pusat pelayanan Kota Medan direncanakan terdiri atas 2 dua pusat primer, yaitu satu Pusat Primer di Utara dan 1 satu Pusat Primer di Pusat Kota dan didukung oleh 8 delapan Pusat Sekunder yang sekaligus juga sebagai Pusat- pusat BWK. Pusat Primer Utara Kota Medan, terletak di antara Kecamatan Medan Labuhan dan Medan Marelan, tepatnya disekitar Mesjid Raya Labuhan Masjid Al-Oesmani, Kelurahan Pekan Labuhan gambar 3.9. Gambar 3.9: Rencana Struktur Ruang Kota Medan 2008-2028 Sumber: Rencana Tata Ruang Kota 2008-2028 Universitas Sumatera Utara 39 Dengan disusunnya rencana tersebut, beberapa strategi pun turut disusun yaitu pengembangan pada aspek transportasi, ekonomi, pendidikan, industri, perumahan, dan perdagangan. Salah satu wujud perkembangan pada aspek transportasi dan aksesibilitas adalah perencanaan pengembangan stasiun Labuan menjadi stasiun berbasis Transit Oriented Development TOD. Dengan dibukanya akses jalur kereta untuk penumpang dari dan menuju Labuhan Deli, stasiun tersebut diharapkan akan berkembang menjadi sarana transportasi darat berskala regional yang optimal gambar 3.10. Gambar 3.10:Aksesibilitas darike Labuhan Deli Sumber: Urban Design Guidelines Labuhan Heritage Town Perencanaan pembangunan jalur Tol Mebidangro gambar 3.10 membuat akses dari dan menuju Labuhan Deli dapat ditempuh dengan mudah dan cepat dari berbagai tempat seperti Aceh. Hal ini sangat berdampak positif mengingat wisatawan Aceh merupakan wisatawan domestik yang paling sering mengunjungi Universitas Sumatera Utara 40 kota Medan untuk berbagai kepentingan seperti silaturahmi, kegiatan bisnis, berlibur dan belanja. Jika pembangunan tol ini direalisasikan, maka tidak dapat dipungkiri, kawasan Labuhan Deli akan memiliki peluang besar untuk berkembang lebih pesat. Pelabuhan Belawan yang terletak sangat dekat dengan Labuhan Deli, direncanakan akan menjadi pelabuhan bertaraf internasional gambar 3.10, sebagai gerbang para wisatawan untuk berkunjung ke Medan melalui jalur transportasi laut. Hal ini tentu berdampak pada pertumbuhan Labuhan Deli sebagai tujuan pariwisata. Mengingat pesisir Belawan berhadapan langsung dengan pesisir Malaysia, maka diharapkan turis asal Malaysia, yang sebelumnya sudah mendominasi jumlah wisatawan yang berkunjung ke Medan, akan semakin melonjak naik. Maka dari itu, untuk perencanaan pariwisata Labuhan Deli, sasaran utama wisatawan domestik adalah Aceh, dan sasaran wisatawan internasional adalah Malaysia. Selain pemugaran aset-aset budaya pada Labuhan Deli, kegiatan-kegiatan publik turut direncanakan gambar 3.11 untuk memperkenalkan adat dan budaya Melayu dan Tionghoa seperti Imlek dan Cap Go Meh, Hari Raya Lunar, Hari Raya Idhul Fitri dan Hari Raya Idul Adha. Kegiatan tersebut dapat dilaksanakan pada pekarangan vihara, pekarangan masjid, sepanjang kompleks ruko, maupun di titik-titik openspace yang direncanakan pada masterplan. Pusat jajanan dan kuliner pun ikut direncanakan di sepanjang area deretan kompleks ruko untuk mendukung kegiatan-kegiatan tersebut. Universitas Sumatera Utara 41 Gambar 3.11: Aktivitas Publik di Kawasan Kajian Sumber: Urban Design Guideline Labuhan Heritage Town Perencanaan kegiatan-kegiatan tersebut terinspirasi dari negara tetangga yaitu Singapura. Di negara tersebut, pada bulan Ramadhan selalu diadakan acara penyambutan Idul Fitri di Geylang. Di sepanjang jalan tersebut didekorasi oleh lampu-lampu warna-warni yang menarik, ditambah adanya bazaar kuliner yang menawarkan makanan khas Arab dan Melayu. Kegiatan seperti yang dilakukan oleh Singapura memang sangat menarik, baik untuk wisatawan domestik maupun internasional, mengingat kawasan Asia Tenggara terkenal dengan beraneka ragam budaya, adat istiadat yang bahkan ACARA KEAGAMAAN, KUNJUNGAN WISATA ACARA KEAGAMAAN, ZIARAH, KUNJUNGAN WISATA Universitas Sumatera Utara 42 sangat kontras namun berada dalam satu daerah. Hal serupa tentu juga dimiliki oleh Labuhan Deli. Maka dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan aset budaya jika dilakukan dengan serius dan komprehensif akan menjadikan magnet yang mendatangkan wisatawan. Dengan terpenuhinya aspek 3 tiga A yaitu Amenitas, Akses dan Atraksi, diharapkan Labuhan Deli turut berhasil menjadi salah satu pusat destinasi pariwisata Sumatera Utara, khususnya Kota Medan. Adapun informasi dari Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, destinasi wisata favorit Sumatera Utara adalah Kota Medan, Danau Toba Prapat, Pulau Samosir, dan Brastagi. Dengan menjadikan Labuhan Deli sebagai destinasi wisata Sumatera Utara, maka skenario yang untuk pengunjung Mancanegara maupun domestik dapat dilihat pada gambar 3.12. Gambar 3.12: Skenario Destinasi Wisatawan Sumatera Utara Sumber: Urban Design Guidelines Labuhan Heritage Town Universitas Sumatera Utara 43 Mengacu pada gambar 3.12, wisatawan masuk melalui Bandara Kuala Namu Pelabuhan Belawan, kemudian terbagi menjadi tiga pilihan; dapat menggunakan jalur kereta api, tol maupun jalan raya untuk menuju dari satu destinasi ke destinasi lainnya. Pada skenario ini direncanakan pengunjung datang ke Labuhan Deli selama sehari semalam. Dengan berlalunya 1 satu malam, maka fasilitas penginapan tentu dibutuhkan untuk mendukung skenario kunjungan ke Labuhan Heritage Town. Cakupan kawasan yang dirancang pada kesempatan ini meliputi area pesisir Sungai Deli, Kompleks Vihara, Kompleks Istana Deli, dan Deretan Ruko Cina gambar 3.13. Maka dari itu, sesuai blockplan yang telah dirancang, pada kesempatan ini, fungsi-fungsi yang masuk dalam ruang lingkup perancangan adalah Hotel, Ruang Publik, Vihara, Area Parkir, dan Area Komersil. Dalam kesempatan ini, fungsi yang difokuskan adalah Hotel. Pada tahap ini, perancang telah menggali informasi mengenai lokasi kawasan yang akan dirancang dalam berbagai aspek, sekaligus menentukan target pasar untuk keperluan hotel. Tahap selanjutnya adalah mententukan programming untuk hotel tersebut. Universitas Sumatera Utara 44 Gambar 3.13: Area Cakupan Perancangan Universitas Sumatera Utara 45

BAB IV ASSIGNING DIRECTIONS