Gambaran Deft Dan Pufa Serta Kualitas Hidup Pada Siswa Usia 6-8 Tahun Di Sd Negeri 060889 Dan 060894 Medan

(1)

GAMBARAN deft DAN pufa SERTA KUALITAS HIDUP

PADA SISWA USIA 6-8 TAHUN DI SD NEGERI

060889 DAN 060894 MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

KARSA F RAJAGUKGUK NIM: 090600055

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat

Tahun 2013

Karsa F Rajagukguk

Gambaran deft dan pufa serta kualitas hidup pada siswa usia 6-8 tahun di SD Negeri 060889 dan 060894 Medan.

ix + 30 halaman

Kerusakan pada gigi atau karies merupakan penyakit yang paling umum terjadi pada anak-anak. Karies gigi yang tidak dirawat dapat mengakibatkan pulpitis, ulserasi, fistula dan abses yang dapat berdampak terhadap kualitas hidup anak.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran deft dan pufa serta kualitas hidup pada siswa usia 6-8 tahun di SD Negeri 060889 dan 060894 Medan. Jenis penelitian ini adalah survei deskriptif dengan populasi siswa usia 6-8 tahun SD Negeri 060889 dan 060894 Medan. Seluruh populasi dijadikan sampel berjumlah 206 orang. Pengumpulan data pengalaman karies gigi susu dilakukan dengan pemeriksaan klinis menggunakan indeks deft dan akibat karies yang tidak dirawat menggunakan indeks pufa. Penelitian ini menggunakan indeks Child Perceptions Questionnaire (CPQ) untuk menilai skor kualitas hidup.

Rata-rata deft siswa usia 6-8 tahun SD Negeri 060889 dan 060894 Medan adalah 3,55±1,43 dan rata-rata pufa adalah sebesar 0,85±0,93. Sebagian besar responden memiliki kualitas hidup baik terlihat dari hasil penelitian yaitu persentase responden yang memiliki kualitas hidup baik 62,8%, cukup 30,6% dan buruk 6,6%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi skor deft dan skor pufa maka semakin tinggi juga skor kualitas hidup. Hal ini menunjukkan bahwa kesehatan rongga mulut yang buruk merupakan faktor penting yang dapat berdampak negatif terhadap kualitas hidup anak dan mempengaruhi aktivitas sehari-hari.


(3)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan Dihadapan tim penguji skripsi

Medan, 11 Oktober 2013

Pembimbing: Tanda tangan

1. Gema Nazri Yanti, drg., M.Kes ... NIP : 19790625 200312 2 002

2. Rika Mayasari Alamsyah, drg., M.Kes ... NIP : 19810516 200501 2 003


(4)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan tim penguji pada tanggal 11 Oktober 2013

TIM PENGUJI

KETUA : Gema Nazri Yanti, drg.,M.kes ANGGOTA : Prof Sondang Pintauli, drg.,Ph.D

Prof Lina Natamiharja, drg.,SKM Rika Mayasari,drg.,M.Kes


(5)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa skripsi ini selesai disusun sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak . Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Nazruddin, drg, C.Ort., Sp.Ort, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Gema Nazri Yanti, drg., M.Kes dan Rika Mayasari Alamsyah, drg., M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan dukungan, waktu, motivasi dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

3. Prof. Sondang Pintauli, drg., Ph.D., selaku Ketua Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan untuk penulis selama penulisan skripsi ini hingga selesai.

4. Prof. Lina Natamiharja, drg., SKM selaku dosen penguji atas keluangan waktu dan masukan yang diberikan untuk penyempurnaan skripsi ini.

5. Wandania Farahanny selaku penasehat akademik, yang telah banyak memberikan motivasi, nasihat dan arahan selama penulis menjalani masa pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

6. Asni Ginting, S.Pd dan Hj. Rahimi, S.Pd selaku Kepala Sekolah SD Negeri 060889 dan 060894 yang telah memberikan izin untuk penelitian.

7. Rasa hormat dan terima kasih yang tak terhingga kepada orang tua penulis, S. Rajagukguk dan Ibu R. Sitanggang, serta kepada Karlina Rajagukguk, S.Pd, Kardo


(6)

Rajagukguk, S.Pd dan Karisma Rajagukguk atas segala kasih sayang, doa, bimbingan serta dukungan baik moril maupun materil yang selama ini diberikan kepada penulis.

8. Terimakasih yang setulusnya kepada dr Erwin Siregar yang telah sangat banyak memberikan motivasi, bantuan, dukungan, doa serta cinta kasih kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

9. Terimakasih banyak kepada Novalina Sitorus, S.H, Ira Anggraini, SKM dan Rominta Bakara, Amd atas waktu dan saran yang diberikan kepada penulis.

10.Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada sahabat-sahabat tersayang terutama Dameria, Ayu, Mercedita, Filya, Femy, Tiwi, Janet, Dina, lulu, Rachel, Nesya, Aryani, Lia, Yolanda, Vivi yang telah banyak membantu penulis dalam melakukan penelitian hingga skripsi ini terselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam penulisan skripsi ini dan penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menghasilkan karya yang lebih baik lagi di kemudian hari.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga karya atau skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat.

Medan, 11 Oktober 2013

Penulis,

(KARSA F RAJAGUKGUK)

NIM: 090600055

           


(7)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ...

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ...  ... x

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi ... 5

2.1.1 Faktor Etiologi ... 5

2.1.2 Faktor Risiko ... 7

2.2 Indeks deft Klein ... 9

2.3 Indeks pufa ... 10

2.4 Kualitas Hidup ... 12

2.4.1 Definisi Kualitas Hidup ... 12

2.4.2 Pengukuran Kualitas Hidup ... 12

2.5 Karies dan Kualitas Hidup ... 13

2.6 Psikologis anak usia 6-8 tahun ... 13

2.7 Kerangka Konsep ... 14

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Rancangan Penelitian ... 16

3.2 Lokasi Penelitian ... 16

3.3 Populasi dan Sampel ... 16


(8)

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 18

3.6 Pengolahan dan Analisis Data ... 19

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Karakteristik Responden ... 20

4.2 Gambaran pengalaman karies dan akibat karies yang tidak dirawat.. 21

4.3 Prevalensi Pengalaman Sakit Gigi ... 21

4.4 Kualitas Hidup ... 22

4.5 Gambaran deft dan pufa serta kualitas hidup ... 23

BAB 5 PEMBAHASAN ... 24

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 26

6.2 Saran ... 26

DAFTAR PUSTAKA ... 28 LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Persentase karakteristik responden siswa SD Negeri 060889 dan 060894 Medan berdasarkan umur, jenis kelamin, pengalaman karies dan akibat

karies yang tidak dirawat ... 20 2. Rata rata pengalaman karies dan akibat karies yang tidak dirawat pada

siswa usia 6-8 tahun di SD Negeri 060889 dan 060894 Medan ... 21 3. Prevalensi pengalaman sakit gigi seminggu terakhir pada siswa usia 6-8

tahun di SD Negeri 060889 dan 060894 Medan ... 21 4. Distribusi frekuensi kualitas hidup pada siswa usia 6-8 tahun di SD

Negeri 060889 dan 060894 yang pernah mengalami sakit gigi ... ... 22 5. Persentase kategori kualitas hidup responden usia 6-8 tahun di SD

Negeri 060889 dan 060894 Medan ... 23 6. Gambaran deft dan pufa serta kualitas hidup pada siswa usia 5-8 tahun


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Faktor penyebab karies ... 7 2. Pufa dalam rongga mulut ... 11


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Kuesioner gambaran deft dan pufa serta kualitas hidup pada siswa usia 6-8 tahun di SD Negeri 060889 dan 060894 Medan

2. Surat persetujuan komisi etik tentang pelaksanaan penelitian bidang kesehatan 3. Surat keterangan pelaksanaan penelitian dari Kepala Sekolah SD Negeri

060889 Medan

4. Surat keterangan pelaksanaan penelitian dari Kepala Sekolah SD Negeri 060894 Medan


(12)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat

Tahun 2013

Karsa F Rajagukguk

Gambaran deft dan pufa serta kualitas hidup pada siswa usia 6-8 tahun di SD Negeri 060889 dan 060894 Medan.

ix + 30 halaman

Kerusakan pada gigi atau karies merupakan penyakit yang paling umum terjadi pada anak-anak. Karies gigi yang tidak dirawat dapat mengakibatkan pulpitis, ulserasi, fistula dan abses yang dapat berdampak terhadap kualitas hidup anak.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran deft dan pufa serta kualitas hidup pada siswa usia 6-8 tahun di SD Negeri 060889 dan 060894 Medan. Jenis penelitian ini adalah survei deskriptif dengan populasi siswa usia 6-8 tahun SD Negeri 060889 dan 060894 Medan. Seluruh populasi dijadikan sampel berjumlah 206 orang. Pengumpulan data pengalaman karies gigi susu dilakukan dengan pemeriksaan klinis menggunakan indeks deft dan akibat karies yang tidak dirawat menggunakan indeks pufa. Penelitian ini menggunakan indeks Child Perceptions Questionnaire (CPQ) untuk menilai skor kualitas hidup.

Rata-rata deft siswa usia 6-8 tahun SD Negeri 060889 dan 060894 Medan adalah 3,55±1,43 dan rata-rata pufa adalah sebesar 0,85±0,93. Sebagian besar responden memiliki kualitas hidup baik terlihat dari hasil penelitian yaitu persentase responden yang memiliki kualitas hidup baik 62,8%, cukup 30,6% dan buruk 6,6%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi skor deft dan skor pufa maka semakin tinggi juga skor kualitas hidup. Hal ini menunjukkan bahwa kesehatan rongga mulut yang buruk merupakan faktor penting yang dapat berdampak negatif terhadap kualitas hidup anak dan mempengaruhi aktivitas sehari-hari.


(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan rongga mulut merupakan bagian fundamental kesehatan umum dan kesejahteraan hidup. Kesehatan gigi atau sekarang sering disebut sebagai kesehatan mulut adalah kesejahteraan rongga mulut, termasuk gigi geligi dan struktur serta jaringan-jaringan pendukungnya bebas dari penyakit dan rasa sakit, dan mulut serta jaringan-jaringan pendukungnya berfungsi secara optimal. Keberadaan penyakit gigi dan mulut akan dapat mempengaruhi kesehatan umum, walaupun tidak menyebabkan kematian secara langsung.1

Karies gigi adalah lubang yang terbentuk pada gigi, yang terjadi akibat suatu proses yang secara bertahap melarutkan enamel (permukaan gigi sebelah luar yang keras) dan terus berkembang ke bagian dalam gigi.2 Karies gigi merupakan penyakit multifaktorial yang disebabkan oleh bakteri, turunnya resistensi pejamu, diet karbohidrat untuk pejamu dan faktor waktu untuk dapat terjadinya kavitas. Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi adalah kandungan fluor dalam air minum, perilaku, dan karakteristik orangtua, serta peran pelayanan kesehatan merupakan faktor penting terhadap kejadian karies.3,4 Karies merupakan penyakit yang paling umum dan paling sering terjadi pada anak-anak di seluruh dunia. Kebanyakan karies gigi yang terjadi di negara-negara berkembang tidak dirawat.5 Berdasarkan SKRT-SURKESNAS tahun 2001 (cit. Sriyono) sebanyak 62,4 % penduduk merasa terganggu pekerjaan/sekolah karena sakit gigi, dalam satu tahun berkisar antara 2,50-5,28 hari dengan rata-rata sekitar 3,86 hari. Kondisi ini tentunya mempengaruhi kualitas hidup jika dikaitkan dengan produktivitas.1

Klein, Palmer dan Knutson pada tahun 1938 memperkenalkan indeks DMF untuk mengukur pengalaman seseorang terhadap karies gigi. Untuk gigi permanen dan gigi susu hanya dibedakan dengan pemberian kode DMFT (Decayed Missing Filled Tooth) sedangkan deft (decayed extrcted filled tooth) digunakan untuk gigi


(14)

susu.3 Indeks ini mudah digunakan, valid dan dapat dipercaya sehingga masih terus dipakai untuk mengukur dan membandingkan prevalensi karies gigi pada berbagai populasi di seluruh dunia.7 Data karies gigi di seluruh dunia telah dikumpulkan dengan menggunakan indeks DMF selama 70 tahun terakhir. Indeks ini menyediakan informasi tentang kerusakan gigi dan perawatannya tetapi gagal untuk menyediakan informasi tentang akibat karies gigi yang tidak diobati seperti keterlibatan pulpa dan abses gigi yang mungkin menjadi masalah yang lebih serius dibandingkan lesi karies. Hal ini yang mendasari untuk dikembangkannya indeks Pulpitis Ulserasi Fistula Abses (PUFA/pufa). Indeks pufa adalah sebuah indeks yang digunakan untuk mengukur keadaan rongga mulut akibat karies gigi susu yang tidak dirawat seperti keterlibatan pulpa, ulserasi, fistula dan abses.7,11

Karies tinggi dapat mengurangi kualitas hidup seorang anak; mereka merasakan sakit, ketidaknyamanan, profil wajah yang tidak harmonis, infeksi akut serta kronis, gangguan makan dan tidur; bahkan karies yang parah juga dapat meningkatkan risiko di opname sehingga anak tidak hadir ke sekolah dan dapat mempengaruhi proses pembelajaran anak. Anak-anak yang mempunyai kesehatan mulut buruk, 12 kali lebih banyak menderita gangguan aktivitas termasuk tidak masuk sekolah dibandingkan mereka yang mempunyai kesehatan mulut baik. Selain itu, apabila anak menderita kerusakan gigi, anak akan merasa sakit sehingga anak malas makan dan beraktifitas. Akibatnya kebutuhan makanan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak tidak terpenuhi. Gigi susu mudah terserang karies karena struktur giginya lebih tipis dan lebih kecil dibandingkan gigi permanen. Apabila gigi geraham susu tanggal sebelum waktunya akibat karies, kemungkinan pertumbuhan gigi permanen akan berjejal karena geraham berfungsi menahan ruangan bagian gigi tetap yang tumbuh. Apabila kondisi gigi permanen berjejal maka sulit dibersihkan dari sisa makanan sehingga risiko karies gigi akan berlanjut pada gigi permanen.1,2

Keadaan mulut yang buruk, misalnya banyaknya gigi yang hilang sebagai akibat gigi rusak atau trauma yang tidak dirawat, akan mengganggu fungsi dan aktivitas rongga mulut sehingga akan mempengaruhi status gizi serta dapat mempunyai dampak pada kualitas hidup. Pada anak-anak, kondisi tersebut akan


(15)

mempunyai dampak pada tumbuh kembang dan kesejahteraan anak serta secara signifikan akan berdampak pada kehidupan mereka kelak.8 Di Amerika, penelitian yang dilakukan oleh Filstruf mengenai karies dan kualitas hidup anak didapati dampak terbesar yang dialami anak adalah nyeri (68%), sedangkan 35% anak tidak suka dengan gigi mereka.9 Penelitian di Kanada menunjukkan bahwa dampak yang sering dialami akibat karies gigi anak adalah fungsi pada anak (child’s function).10

Kesehatan gigi penting karena pencernaan makanan dimulai dengan bantuan gigi. Selain fungsinya untuk makan dan berbicara, gigi juga penting untuk pertumbuhan dan perkembangan normal anak. Pemeliharaan kesehatan gigi dan gusi masyarakat terutama pada anak sekolah sangat penting. Oleh karena itu, salah satu kebijakannya adalah dengan meningkatkan upaya promotif, preventif, dan kuratif pada anak usia sekolah (6-12 tahun) karena pada usia tersebut merupakan waktu untuk tumbuhnya gigi tetap.2,6

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran deft dan pufa serta kualitas hidup menggunakan indeks Child Perceptions Questionnaire (CPQ). Erupsi gigi permanen dimulai saat anak berumur 6 tahun dan proses karies berlangsung minimal 2 tahun, sehingga untuk menghilangkan bias penyebab karies gigi permanen tersebut maka penelitian ini dibatasi hanya pada usia 6-8 tahun. Penelitian ini dilakukan pada dua sekolah yaitu SD Negeri 060889 dan 060894 karena jumlah sampel yang sedikit dan sekolah ini lebih mudah dijangkau oleh peneliti.

1.2Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran deft dan pufa serta kualitas hidup pada siswa usia 6-8 tahun di SD Negeri 060889 dan 060894 Medan.

1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah:

1. Untuk mengetahui rata-rata skor deft pada siswa usia 6-8 tahun di SD Negeri 060889 dan 060894 Medan.


(16)

2. Untuk mengetahui rata-rata skor pufa pada siswa usia 6-8 tahun di SD Negeri 060889 dan 060894 Medan.

3. Untuk mengetahui kategori kualitas hidup pada siswa usia 6-8 tahun di SD Negeri 060889 dan 060894 Medan.

4. Untuk mengetahui kualitas hidup berdasarkan skor deft dan skor pufa pada siswa usia 6-8 tahun di SD Negeri 060889 dan 060894 Medan.

1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan masukan bagi pihak sekolah, UKGS dan perencanaan program kesehatan, khususnya program penyuluhan dan pengembangan kesehatan gigi dan mulut bagi anak-anak SD dalam usaha peningkatan kualitas kesehatan gigi dan mulut anak SD.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan serta menambah pengalaman dalam melakukan penelitian khususnya dalam mengetahui gambaran deft dan pufa serta kualitas hidup pada anak SD.

3. Sebagai data dan informasi untuk melakukan penelitian yang lebih lanjut pada masa yang akan datang.


(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karies Gigi

Karies merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi yaitu email, dentin dan sementum; disebabkan aktivitas jasad renik yang ada dalam suatu kharbohidrat yang diragikan. Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi pada jaringan keras gigi, diikuti dengan kerusakan bahan organiknya. Hal ini akan menyebabkan terjadinya invasi bakteri dan kerusakan pada jaringan pulpa serta penyebaran infeksi ke jaringan periapikal dan menimbulkan rasa nyeri.2,3

2.1.1 Faktor Etiologi

Karies gigi disebabkan oleh faktor penyebab primer yang langsung mempengaruhi biofilm (lapisan tipis normal pada permukaan gigi yang berasal dari saliva) dan faktor modifikasi yang tidak langsung mempengaruhi biofilm. Karies terjadi bukan disebabkan karena satu kejadian saja tetapi disebabkan serangkaian proses yang terjadi selama beberapa kurun waktu. Ada tiga faktor utama yang memegang peranan yaitu faktor host atau tuan rumah, agen atau mikroorganisme, substrat atau diet ditambah faktor waktu. Faktor ini digambarkan sebagai tiga lingkaran yang bertumpang tindih. Untuk terjadinya karies, maka kondisi setiap faktor tersebut harus saling mendukung yaitu tuan rumah yang rentan, mikroorganisme yang kariogenik, substrat yang sesuai dan waktu yang lama.3,13,14

1. Faktor host atau tuan rumah

Ada beberapa faktor yang dihubungkan dengan gigi sebagai tuan rumah terhadap karies atau faktor morfologi gigi (ukuran dan bentuk gigi), struktur enamel, faktor kimia dan kristalografis. Pit dan fisur pada gigi posterior sangat rentan terhadap karies karena sisa-sisa makanan mudah menumpuk di daerah tersebut terutama pit dan fisur yang dalam. Selain itu, permukaan gigi yang kasar juga dapat menyebabkan plak yang mudah melekat dan membantu perkembangan karies gigi.


(18)

Enamel merupakan jaringan tubuh dengan sususan kimia kompleks yang mengandung 97% mineral (kalsium, fosfat, karbonat, fluor), air 1% dan bahan organik 2%. Bagian luar enamel mengalami mineralisasi yang lebih sempurna, mengandung banyak fluor dan fosfat, dan sedikit karbonat dan air. Kepadatan kristal enamel sangat menentukan kelarutan enamel. Semakin banyak enamel mengandung mineral maka kristal enamel semakin padat dan enamel akan semakin resisten. Gigi susu lebih mudah terserang karies daripada gigi tetap. Hal ini disebabkan karena enamel gigi susu mengandung lebih banyak bahan organik dan air sedangkan jumlah mineralnya lebih sedikit daripada gigi tetap. Selain itu, secara kristalografis kristal-kristal gigi susu tidak sepadat gigi tetap. Mungkin alasan ini menjadi salah satu penyebab tingginya prevalensi karies pada anak-anak.3,14

2. Faktor agen atau mikroorganisme

Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies. Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak diatas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Streptococcus mutans dan Laktobasilus merupakan kuman yang kariogenik karena mampu segera membuat asam dari karbohidrat yang dapat diragikan.3,15

3. Faktor substrat atau diet

Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan enamel. Selain itu, dapat mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plak dengan menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi asam serta bahan lain yang aktif yang menyebabkan timbulnya karies. Karbohidrat merupakan sumber energi utama untuk pertumbuhan plak di dalam rongga mulut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang banyak mengonsumsi karbohidrat terutama sukrosa cenderung mengalami kerusakan pada gigi, sebaliknya pada orang dengan diet yang banyak mengandung lemak dan protein hanya sedikit atau sama sekali tidak mempunyai karies gigi. Hal ini penting untuk menunjukkan bahwa karbohidrat memegang peranan penting dalam terjadinya karies.3,16


(19)

4. Faktor waktu

Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang berkembang dalam waktu beberapa bulan atau tahun. Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan.3

Gambar 1. Faktor penyebab karies3

2.1.2 Faktor Risiko

Adanya hubungan sebab akibat terjadinya karies sering diidentifikasi sebagai faktor risiko karies. Beberapa faktor yang dianggap sebagai faktor risiko adalah: 3,17

1. Pengalaman karies

Tingginya skor pengalaman karies pada gigi desidui dapat memprediksi terjadinya karies pada gigi permanennya.3

2. Penggunaan fluor

Pemberian fluor yang teratur baik secara sistemik maupun lokal merupakan hal yang penting diperhatikan dalam mengurangi terjadinya karies karena dapat meningkatkan remineralisasi. Namun demikian, jumlah kandungan fluor dalam air minum dan makanan harus diperhitungkan pada waktu memperkirakan kebutuhan


(20)

tambahan fluor, karena pemasukan fluor yang berlebihan dapat menyebabkan fluorosis.

3. Oral Higiene

Salah satu komponen dalam pembentukan karies adalah plak. Insidens karies dapat dikurangi dengan melakukan penyingkiran plak secara mekanis dari permukaan gigi, namun banyak pasien tidak melakukannya secara efektif. Peningkatan oral higiene dapat dilakukan dengan menggunakan alat pembersih interdental disertai dengan pemeriksaan gigi secara teratur.3,18

4. Jumlah bakteri

Segera setelah lahir akan terbentuk ekosistem oral yang terdiri atas berbagai jenis bakteri. Bayi yang memiliki jumlah S. mutans yang banyak, maka usia 2-3 tahun akan mempunyai risiko karies yang lebih tinggi pada gigi susunya. Walaupun laktobasilus bukan merupakan penyebab utama karies, tetapi bakteri ini ditemukan meningkat pada orang yang mengonsumsi kaarbohidrat dalam jumlah banyak.3

5. Saliva

Selain mempunyai efek buffer, saliva juga berguna untuk membersihkan sisa-sisa makanan di dalam mulut. Aliran saliva pada anak-anak meningkat sampai anak tersebut berusia 10 tahun, namun setelah dewasa hanya terjadi sedikit peningkatan. Pada individu yang berkurang aliran salivanya, maka aktivitas karies akan meningkat secara signifikan.

6. Pola makan

Pengaruh pola makan dalam proses karies biasanya lebih bersifat lokal daripada sistemik, terutama dalam hal frekuensi mengonsumsi makanan. Setiap kali seseorang mengonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat, maka beberapa bakteri penyebab karies di rongga mulut akan mulai memproduksi asam sehingga terjadi demineralisasi yang berlangsung selama 20-30 menit setelah makan.

7. Umur

Gigi yang paling akhir erupsi lebih rentan terhadap karies. Kerentanan ini meningkat karena sulitnya membersihkan gigi yang sedang erupsi sampai gigi tersebut mencapai dataran oklusal dan beroklusi dengan gigi antagonisnya.


(21)

Anak-anak mempunyai risiko yang paling tinggi ketika mereka baru erupsi sedangkan orangtua lebih berisiko terhadap terjadinya karies akar.

8. Jenis kelamin

Selama masa kanak-kanan dan remaja, wanita menunjukkan nilai DMF yang lebih tinggi daripada pria. Umumnya oral higiene wanita lebih baik sehingga komponen gigi yang hilang M (missing) lebih sedikit daripada pria. Sebaliknya, pria mempunyai komponen F (filling) yang lebih banyak dalam indeks DMF.3

9. Sosial ekonomi

Karies dijumpai lebih sedikit pada kelompok sosial ekonomi rendah dan sebaliknya. Hal ini dikaitkan dengan lebih besarnya minat hidup sehat pada kelompok sosial ekonomi tinggi. Menurut Thirtankar, pendidikan adalah faktor kedua terbesar dari faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi status kesehatan,.

Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang kesehatan sehingga akan mempengaruhi perilakunya untuk hidup sehat.3,18

2.2 Indeks deft Klein

Indeks adalah ukuran yang dinyatakan dengan angka dari keadaan suatu golongan/kelompok suatu penyakit gigi tertentu. Indeks dapat digunakan untuk mengukur derajat keparahan suatu penyakit mulai dari yang ringan sampai berat. Untuk mendapatkan data tentang status karies seseorang digunakan indeks karies agar penilaian yang diberikan pemeriksa sama atau seragam.3 Indeks ini diperkenalkan oleh Klein, Palmer, Knutson pada tahun 1938 untuk mengukur pengalaman seseorang terhadap karies gigi. Indeks deft (decayed extracted filled tooth) merupakan indeks yang digunakan untuk gigi susu.

Yang termasuk dalam d (decayed) adalah: a. Semua gigi susu yang mengalami karies.

b. Karies sekunder yang terjadi pada gigi dengan tumpatan permanen. c. Gigi dengan tumpatan sementara.


(22)

Yang termasuk dalam e (extracted) adalah:

a. Semua gigi susu yang hilang atau dicabut karena karies. Yang termasuk dalam f (filling) adalah:

a. Semua gigi dengan tumpatan permanen.

b. Gigi yang sedang dalam perawatan saluran akar.

2.3 Indeks pufa

Pufa digunakan untuk menilai keadaan pulpa yang terlibat, ulserasi dari mukosa akibat fragmen akar, fistula dan abses. Lesi disekeliling karies yang tidak berhubungan dengan keterlibatan pulpa sebagai akibat karies tidak dicatat. Indeks pufa adalah sebuah indeks yang digunakan untuk mengukur keadaan rongga mulut akibat karies yang tidak dirawat.11

Pengukuran dilakukan secara visual dan tidak menggunakan alat. Hanya satu skor mewakili tiap gigi. Apabila terdapat keraguan dalam menentukan tingkat infeksi odontogenik, maka diberikan skor dasar. Jika gigi susu dan gigi permanen penggantinya sudah mulai tumbuh dan keduanya sudah infeksi, maka keduanya akan diukur. Penulisan indeks dengan huruf besar digunakan untuk pengukuran gigi permanen dan huruf kecil digunakan untuk gigi susu. Kode dan kriteria untuk indeks pufa adalah sebagai berikut:7,11

a) Keterlibatan pulpa (p) dicatat apabila kamar pulpa telah terbuka dan kelihatan atau struktur korona gigi telah hancur akibat proses karies gigi dan hanya akar atau fragmen akar yang tertinggal.

b) Ulserasi (u) dicatat jika sisi tajam gigi dengan keterlibatan pulpa atau sisa akar menyebabkan ulser traumatik pada jaringan lunak seperti lidah atau mukosa bukal.

c) Fistula (f) dicatat jika ada saluran pus yang berhubungan dengan keterlibatan pulpa.

d) Abses (a) merupakan pembengkakan dan mengandung pus yang berhubungan dengan gigi dengan keterlibatan pulpa.


(23)

Skor pufa per orang dihitung secara kumulatif sama seperti deft dan mewakili jumlah gigi yang memenuhi kriteria diagnostik pufa. Indeks pufa dihitung dengan menjumlah p,u,f,a. Pengalaman pufa untuk suatu populasi diperhitungkan sebagai suatu rata-rata dan memiliki nilai desimal.

 

Gambar 2. (a dan b) keterlibatan pulpa (p); (c dan d) ulserasi (u); (e dan f) fistula (f); (g dan h) abses dento-alveolar (a).11


(24)

2.4 Kualitas Hidup

2.4.1 Definisi Kualitas Hidup

Kualitas hidup berhubungan dengan kepuasan kebutuhan manusia untuk tumbuh, sejahtera, kebebasan dan kenyamanan dalam hubungan dan pekerjaan. WHO menyarankan agar status kesehatan penduduk diukur dalam tiga hal, yaitu melihat ada tidaknya kelainan patologis, mengukur fungsi dan penilaian individu atas kesehatannya. Untuk menggambarkan status kesehatan gigi dan mulut harus mencakup ada tidaknya penyakit, bagaimana status fungsi fisik (pengunyahan), fungsi psikis (rasa malu), fungsi sosial (peranan sosial sehari-hari) dan kepuasan terhadap kesehatannya. Kualitas hidup merupakan suatu pertimbangan penting dalam perawatan medis. dan mengacu pada kemampuan pasien untuk dapat menikmati aktivitas kehidupan yang normal.19

2.4.2 Pengukuran Kualitas Hidup

Ada beberapa indeks yang digunakan untuk mengukur kualitas hidup antara lain:13

1. Oral Health Impact Profile (OHIP)

Slade GD dan Spencer AJ melakukan riset untuk pengembangan dan pengujian Oral Health Impact Profile (OHIP) yng terdiri atas 49 pertanyaan dan kemudian diringkas menjadi 14 pertanyaan untuk mengukur persepsi individu mengenai status kesehatan rongga mulut yang dihubungkan dengan kualitas hidup.

2. Oral Impact on Daily Performance (OIDP)

Guerunpong mengadaptasi OIDP yang terdiri atas 8 item untuk anak usia 11-12 tahun yang bertujuan mengevaluasi dampak kesehatan mulut pada kemampuan anak untuk melakukan aktivitas sehari-hari, termasuk pengukuran dimensi fisik, psikologis dan sosial.

3. The Early Childhood Oral Health Impact Scale (ECOHIS)

Locker menggunakan indeks ECOHIS untuk mengukur penyakit, kecacatan, keterbatasan fungsional dan kerugian sosial yang saling berhubungan tetapi dapat dimodifikasi oleh kondisi psikologis dan sosial yang berbeda-beda.


(25)

4. The Child Perceptions Questionnaire (CPQ)

Foster menggunakan indeks ini untuk mengukur sejauh mana dampak kesehatan mulut terhadap kualitas hidup pada anak-anak. Indeks ini dikategorikan atas 4 kelompok yaitu gejala oral, keterbatasan fungsional, kesejahteraan emosional dan sosial.12,20,21

2.5 Karies dan Kualitas Hidup

Karies gigi dapat menurunkan kualitas hidup seorang anak; mereka merasakan sakit, ketidaknyamanan, profil wajah yang tidak harmonis, infeksi akut serta kronis, gangguan makan dan tidur; bahkan karies yang parah juga dapat meningkatkan risiko di opname sehingga anak tidak hadir ke sekolah dan dapat mempengaruhi proses pembelajaran anak. Anak-anak yang mempunyai kesehatan mulut buruk, 12 kali lebih banyak menderita gangguan aktivitas termasuk tidak masuk sekolah dibandingkan mereka yang mempunyai kesehatan mulut baik. Selain itu, anak yang menderita sakit gigi akan merasa sakit sehingga anak malas makan dan beraktifitas.1,2

Pada individu yang mempunyai gigi hilang karena penyakit karies akan mengalami penurunan kualitas hidup karena mereka tidak hanya membatasi diri dalam memilih makanan disebabkan karena masalah pengunyahan, tetapi juga akan merasa malu sehingga membatasi interaksi sosial dan komunikasi. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya-upaya pencegahan terhadap penyakit karies gigi agar gigi bisa dipertahankan dan dapat berfungsi optimal sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.1

2.6 Psikologis Anak Usia 6-8 Tahun

Anak usia dini adalah anak yang sedang berada dalam rentang usia 0-8 tahun yang merupakan sosok individu yang sedang berada dalam proses perkembangan. Perkembangan anak adalah suatu proses perubahan dimana anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek: gerakan, berpikir, perasaan dan interaksi baik dengan sesama maupun dengan benda-benda dalam lingkungan hidupnya. Bila


(26)

dilihat dari jenjang pendidikan yang berlaku di Indonesia, maka yang termasuk dalam kelompok anak usia dini adalah anak usia SD kelas rendah (kelas 1-3), Taman Kanak-kanak (kindergarten), kelompok bermain (playgroup) dan anak masa sebelumnya (masa bayi). Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan sangat pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak memiliki dunia dan karakteristik tersendiri yang jauh berbeda dari dunia dan karakteristik orang dewasa. Anak sangat aktif, dinamis, antusias dan hampir selalu ingin tahu terhadap apa yang dilihatnya dan didengarnya, seolah-olah tak pernah berhenti untuk belajar.24

Seiring dengan perkembangan fisik yang beranjak matang, perkembangan motorik anak sudah dapat terkoordinasi dengan baik. Perkembangan sosial pada anak usia 8 tahun sudah mulai ditandai dengan kemampuannya bersosialisasi tidak hanya dengan keluarga tetapi juga dengan orang lain di sekitarnya. Menginjak usia sekolah dasar, anak mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi secara kasar tidak dapat diterima dalam masyarakat. Anak mulai belajar untuk mengendalikan dan mengontrol ekspresi emosinya. Emosi-emosi yang secara umum dialami pada tahap perkembangan usia sekolah dasar adalah marah, takut, cemburu dan kegembiraan (rasa senang, nikmat atau bahagia). Selain itu, pada usia 8 tahun anak juga sudah mampu menilai diri sendiri dan konsep dirinya sudah lebih akurat dan realistis.24


(27)

2.7 Kerangka konsep

1. Skor deft 2. Skor pufa

Kualitas hidup 1. Gejala oral - Sakit gigi - Luka dimulut - Bau mulut

- Kesulitan mengunyah makanan 2. Keterbatasan fungsi

- Tidak masuk sekolah karena sakit gigi

- Kesulitan memperhatikan pelajaran di sekolah - Kesulitan mengerjakan pekerjaan rumah - Malas berbicara di sekolah

3. Emosional/Perasaan - Malu

- Mudah marah saat sedang sakit gigi - Tidak percaya diri

- Takut sakit gigi 4. Dimensi sosial

- Malas senyum atau tertawa - Tidak ingin berbicara - Dijauhi oleh teman


(28)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Rancangan Penelitian

Jenis rancangan penelitian yang digunakan adalah deskriptif.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 060889 dan 060894 yang terletak di Jalan Rebab Pasar II, Kelurahan Titi Rantai, Kecamatan Medan Baru.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah siswa sekolah dasar usia 6-8 tahun SD Negeri 060889 dan 060894. Kriteria eksklusinya adalah anak yang gigi molar pertama permanen telah mengalami pulpitis dan tidak kooperatif. Seluruh populasi dijadikan sampel yang berjumlah 206 orang.

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional a) Jenis kelamin terdiri atas perempuan dan laki-laki. b) Umur anak adalah usia terakhir responden.

c) Skor deft adalah penjumlahan dari karies pada gigi susu, dengan kriteria : 1. d (decayed) : gigi susu yang karies. Yang termasuk kategori d adalah: a. Gigi susu dengan satu lesi karies atau lebih yang belum ditambal. b. Gigi susu dengan satu karies atau lebih dan tidak dapat ditambal. c. Gigi susu dengan tambalan dan terdapat lesi karies.

d. Gigi susu dengan tambalan sementara.

2. e (extraxted) : gigi dengan lesi karies yang tidak dapat lagi dirawat atau gigi yang sudah dicabut.

3. f (filling) : gigi sudah ditambal karena karies. t (tooth) : satuan gigi susu


(29)

Skor deft adalah jumlah d+e+f. Tiap gigi hanya dimasukkan dalam satu kategori saja, yaitu d,e atau f. def rata-rata adalah jumlah seluruh def dibagi dengan jumlah orang yang diperiksa.

d) Skor pufa adalah penjumlahan dari akibat karies yang tidak dirawat pada gigi susu, dengan kriteria :

1. Keterlibatan pulpa (p) : kamar pulpa telah terbuka dan kelihatan atau struktur korona gigi telah hancur dan hanya akar atau fragmen akar yang tertinggal.

2. Ulserasi (u) : ulser traumatik pada jaringan lunak seperti lidah atau mukosa bukal karena sisi tajam gigi.

3. Fistula (f) : saluran pus/nanah.

4. Abses (a) : pembengkakan dan mengandung pus/nanah. Skor pufa dihitung dengan menjumlahkan p+u+f+a.

e) Kualitas hidup : kepuasan kebutuhan manusia untuk tumbuh, sejahtera, kebebasan dan kenyamanan dalam hubungan dan pekerjaan. Skor kualitas hidup diukur dengan menggunakan indeks CPQ yang dibagi dalam 4 kategori yaitu gejala oral, keterbatasan fungsional, kesejahteraan emosional dan dimensi sosial. Cara pengukuran ini menggunakan 37 pertanyaan yang diringkas menjadi 16 pertanyaan dengan masing-masing 4 pertanyaan mewakili satu kategori. Indeks ini dimodifikasi menjadi 16 pertanyaan sesuai dengan ketentuan dari ISF-16 yang dilakukan oleh Torres et al .

1. Gejala oral : a. Sakit gigi b. Luka di mulut c. Bau mulut

d. Kesulitan mengunyah makanan 2. Keterbatasan fungsional :

a. Tidak masuk sekolah karena sakit gigi

b. Kesulitan memperhatikan pelajaran di sekolah c. Kesulitan mengerjakan pekerjaan rumah d. Malas berbicara di sekolah


(30)

3. Emosional/Perasaan : a. Malu

b. Mudah marah saat sedang sakit gigi c. Tidak percaya diri

d. Takut saat sakit gigi 4. Dimensi sosial :

a. Malas senyum atau tertawa

b. Tidak ingin berbicara kepada teman-teman c. Dijauhi oleh teman

d. Malas bermain bersama teman-teman

Cara pengukuran ini digunakan karena lebih sederhana dengan 16 item yang diukur dari frekuensinya. Frekuensi adalah tingkat keseringan yang dialami penderita terhadap suatu penyakit dalam seminggu terakhir.

a. Hampir setiap hari : skor 3 b. Sekali-sekali : skor 2 c. Tidak pernah : skor 1

Total skor yang diperoleh bervariasi antara 16-48 dengan skor tertinggi adalah 48. Jumlah skor diperoleh dengan menambahkan skor dari masing-masing pertanyaan selanjutnya dikategorikan atas:

a. Baik : skor jawaban siswa <60% dari total skor yaitu <29

b. Cukup : apabila skor jawaban siswa 60% -80% dari total skor yaitu 29-38 c. Buruk : apabila skor jawaban siswa > 80% dari total skor yaitu >38

3.5 Metode Pengumpulan Data

1. Pengambilan data anak dilakukan di sekolah pada ruang yang telah disediakan pihak sekolah.

2. Anak dipanggil dan dipersilakan duduk dibangku yang telah disediakan.  Posisi pemeriksa dan subjek saling berhadapan.

3. Peneliti mengisi data tentang umur siswa yang diperoleh dari data sekunder pada kuesioner yang telah disediakan.


(31)

4. Pemeriksaan gigi dan mulut dilakukan dengan menggunakan kaca mulut datar dan sonde tajam. Pemeriksaan dilakukan untuk mengukur skor deft dan skor pufa.

5. Peneliti mewawancarai siswa untuk mendapatkan hasil kuesioner CPQ. Hasil pemeriksaan dicatat pada formulir yang tersedia.

3.6 Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan secara komputerisasi. Analisis data dilakukan dengan melakukan uji statistik univariat untuk mengetahui rata-rata skor deft, pufa dan kualitas hidup pada siswa usia 6-8 tahun yang menjadi sampel penelitian.


(32)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Responden

Persentase responden usia 6 tahun yaitu 35,4% diikuti responden usia 7 dan 8 tahun yaitu 30,1% dan 34,5%. Hasil penelitian menunjukkan, responden perempuan lebih banyak 56,8% daripada laki-laki 43,2%. Responden yang memiliki karies gigi ssebesar 96,11% dan yang tidak memiliki karies gigi sebesar 3,89%. Responden yang memiliki pufa sebesar 56,31% dan yang tidak memiliki pufa 43,69% (Tabel 1).

Tabel 1. Persentase karakteristik responden siswa di SD 060889 dan 060894 Medan berdasarkan umur, jenis kelamin, pengalaman karies dan akibat karies yang tidak dirawat (n=206)

Karakteristik Jumlah Persentase

Usia (tahun) 6 7 8 Jenis kelamin Perempuan Laki-laki 73 62 71 117 89 35,4 30,1 34,5 56,8 43,2 Pengalaman karies Karies Tidak karies 198 8 96,11 3,89 Akibat karies yang tidak dirawat

pufa Tidak pufa 116 90 56,31 43,69


(33)

4.2 Gambaran pengalaman karies dan akibat karies yang tidak dirawat Rata-rata skor pengalaman karies gigi susu adalah 3,55±1,43 dan rata-rata skor akibat karies yang tidak dirawat adalah 0,85±0,93 (Tabel 2).

Tabel 2. Rata-rata pengalaman karies dan akibat karies yang tidak dirawat pada siswa usia 6-8 tahun di SD Negeri 060889 dan 060894 Medan (n=206)

Pengalaman karies gigi susu ±SD

decayed (d) extracted (e) filling (f)

deft

2,62±1,42 0,78±0,91 0,15±0,40 3,55±1,43 Akibat karies yang tidak dirawat

pulpitis (p) ulserasi (u) fistula (f)

abses (a) pufa

±SD 0,60±0,81 0,12±0,34 0,05±0,27 0,08±0,29 0,85±0,93

4.3 Prevalensi pengalaman sakit gigi pada anak usia 6-8 tahun

Tabel 3 menunjukkan sebanyak 88,35% anak pernah mengalami sakit gigi sedangkan 11,65% anak tidak pernah mengalami sakit gigi (Tabel 3).

Tabel 3. Prevalensi pengalaman sakit gigi seminggu terakhir pada siswa usia 6-8 tahun SD Negeri 060889 dan 060894 Medan (n=206)

Pengalaman sakit gigi n %

Pernah 182 88,35


(34)

4.4 Kualitas hidup

Pada dimensi gejala oral, yang hampir setiap hari dialami siswa adalah sakit gigi yaitu 18,1% dan pada dimensi keterbatasan fungsional adalah malas berbicara di sekolah 8,2%. Pada dimensi emosional yang hampir setiap hari dialami adalah takut sakit gigi yaitu 31,9% dan pada dimensi sosial adalah malas senyum 11,5%. Dari keempat dimensi, yang paling sering dialami adalah dimensi emosional (Tabel 4). Tabel 4. Distribusi frekuensi kualitas hidup pada siswa usia 6-8 tahun di SD Negeri

060889 dan 060894 yang pernah mengalami sakit gigi (n=182) Dimensi Tidak pernah (1) Sekali-sekali (2) Hampir setiap hari (3) n % n % n % Gejala oral

Sakit gigi Luka di mulut Bau mulut

Sulit mengunyah makanan

11 65 46 48 6,0 35,7 25,3 26,4 138 109 109 113 75,8 59,9 59,9 62,1 33 8 27 21 18,1 4,4 14,8 11,5 Keterbatasan fungsi

Absen ke sekolah Sulit belajar di sekolah Terganggu mengerjakan PR Malas berbicara di sekolah

88 89 80 80 48,4 48,9 44,0 44,0 89 88 94 87 48,9 48,4 51,6 47,8 5 5 8 15 2,7 2,7 4,4 8,2 Emosional Malu Mudah marah Tidak percaya diri Takut sakit gigi

61 76 73 53 33,5 41,8 40,1 29,1 71 92 88 71 39 50,5 48,4 39,0 50 14 21 58 27,5 7,7 11,5 31,9


(35)

Sosial

Malas senyum atau tertawa Tidak ingin berbicara Dijauhi teman

Malas bermain dengan teman

93 94 115 100 51,1 51,6 63,2 54,9 68 72 61 65 37,4 39,6 33,5 35,7 21 16 6 17 11,5 8,8 3,3 9,3 Persentase responden yang memiliki kualitas hidup baik adalah 62,8%, cukup sebesar 30,6% dan buruk sebesar 6,6% (Tabel 5).

Tabel 5. Kategori kualitas hidup pada responden usia 6-8 tahun di SD Negeri 060889 dan 060894 Medan (n=182)

Kategori kualitas hidup n %

Baik Cukup Buruk 114 56 12 62,6 30,8 6,6

4.5 Gambaran deft dan pufa serta kualitas hidup

Tabel 6 menunjukkan semakin meningkat skor deft dan skor pufa maka skor kualitas hidup juga meningkat. Hal ini terlihat pada skor deft 1, rata-rata kualitas hidupnya adalah 24,44±2,60 dan pada skor deft 5, rata-rata kualitas hidupnya menjadi 28,95±7,04. Pada skor pufa 0, rata-rata kualitas hidupnya adalah 26,81±6,10 dan pada skor pufa 3, rata-rata kualitas hidupnya menjadi 30,37±4,31. Hal ini menunjukkan bahwa kesehatan rongga mulut yang semakin buruk dapat menurunkan kualitas hidup


(36)

Tabel 6. Gambaran deft dan pufa serta kualitas hidup pada siswa usia 6-8 tahun di SD Negeri 060889 dan 060894 Medan (n=182)

Skor Kualitas hidup

±SD Skor deft

1 2 3 4 5

24,44±2,60 24,45±4,44 25,08±5,01 27,77±5,34 28,95±7,04 Skor pufa

0 1 2 3

26,81±6,10 26,87±5,50 28,44±7,41 30,37±4,31


(37)

BAB 5

PEMBAHASAN

Rata-rata deft pada siswa usia 6-8 tahun SD Negeri 060889 dan 060894 Medan adalah 3,55±1,43. Hasil penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rika pada responden SD Bayangkhari Medan yaitu 5,67.22 Hal ini dapat disebabkan karena tingkat sosial ekonomi orangtua siswa di sekolah swasta lebih tinggi sehingga konsumsi siswa terhadap jajanan lebih tinggi pada sekolah swasta daripada sekolah negeri. Rata-rata pufa pada responden adalah 0,85±0,93. Hasil penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Siuwandy pada responden SD Cenderamata Medan yaitu 2,31.23 Hal ini disebabkan karena penelitian pada SD Cenderamata dilakukan pada seluruh siswa SD dari kelas I-IV, sedangkan penelitian ini hanya dilakukan pada siswa kelas I-III yang berumur 6-8 tahun.

Pada dimensi gejala oral, terlihat bahwa persentase yang paling sering dialami oleh responden adalah sakit gigi, bibir, rahang atau mulut yaitu sebesar 18,1%. Pada dimensi keterbatasan fungsional, terlihat bahwa persentase yang paling sering dialami oleh responden adalah malas berbicara di sekolah yaitu 8,2%. Pada dimensi emosional, persentase yang sering dialami oleh responden adalah rasa takut sakit gigi yaitu 31,9%. Hal ini sesuai dengan perkembangan emosional anak yaitu pada tahap perkembangan usia sekolah dasar, emosi yang secara umum sering dialami adalah rasa takut.24 Pada dimensi sosial persentase yang paling sering dialami oleh responden adalah malas tersenyum atau tertawa yaitu 11,5%. Hal ini mungkin disebabkan rasa sakit pada gigi akibat karies yang tidak dirawat yang dialami oleh sebagian besar responden walaupun hanya sekali-sekali. Dimensi yang paling sering dialami dan menimbulkan gangguan adalah dimensi emosional. Anak usia 6-8 tahun sudah mulai memahami bahwa anak tidak harus memahami orang lain saja, tetapi


(38)

sudah mulai memahami tentang dirinya sendiri. Pada usia ini anak baru bisa memahami sifat atau kondisi mengenai dirinya dan juga sudah mampu menilai diri sendiri yang ditunjukkan dalam bentuk emosi. Emosi-emosi yang secara umum dialami pada tahap perkembangan usia ini adalah marah, takut, cemburu, rasa ingin tahu dan rasa senang atau bahagia. Emosi merupakan faktor yang dominan yang mempengaruhi tingkah laku anak. Anak-anak seringkali tidak mampu menahan emosi, cenderung emosi anak akan nampak dan bahkan berlebihan.24 Hal ini mungkin yang menyebabkan dimensi emosional paling sering dialami dan menimbulkan gangguan pada anak.

Sebagian besar responden memiliki kualitas hidup baik. Hal ini terlihat dari hasil penelitian bahwa persentase responden yang memiliki kualitas hidup baik adalah 62,8%, cukup sebesar 30,6% dan buruk sebesar 6,6%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi skor deft dan skor pufa maka skor kualitas hidup juga semakin tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa kesehatan rongga mulut yang buruk merupakan faktor penting yang dapat berdampak negatif terhadap kualitas hidup anak dan mempengaruhi aktivitas sehari-hari seperti sekolah dan belajar.


(39)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan:

1. Rata-rata skor deft siswa usia 6-8 tahun SD Negeri 060889 dan 060894 Medan yaitu 3,55±1,43. Rata-rata decayed 2,62±1,42, extracted 0,78±0,91 dan filling 0,15±0,40.

2. Rata-rata skor pufa siswa usia 6-8 tahun SD Negeri 060889 dan 060894 Medan yaitu 0,85±0,93. Rata-rata pulpitis 0,60±0,81, ulserasi 0,12±0,34, fistula 0,05±0,27 dan abses 0,08±0,29.

3. Persentase responden yang memiliki kualitas hidup kategori baik adalah 62,8%, kategori cukup 30,6% dan kategori buruk 6,6%.

4. Rata-rata skor kualitas hidup pada skor deft 1 yaitu 24,44±2,60, skor deft 2 yaitu 24,45±4,44, skor deft 3 yaitu 25,08±5,01, skor deft 4 yaitu 27,77±5,34 dan skor deft 5 yaitu 28,95±7,04. Demikian juga halnya dengan rata-rata skor kualitas hidup pada skor pufa 0 yaitu 26,81±6,10 skor pufa 1 yaitu 26,87±5,50, skor pufa 2 yaitu 28,44±7,41 dan skor pufa 3 yaitu 30,37±4,31. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi skor deft dan skor pufa maka skor kualitas hidup juga semakin tinggi.

6.2 Saran

1. Diharapkan guru dapat melakukan pembinaan kesehatan kepada siswa khususnya mengenai pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut secara rutin agar siswa terbiasa untuk menjaga kesehatan giginya sendiri.


(40)

2. Diharapkan sekolah dapat bekerjasama dengan dokter gigi untuk

melakukan UKGS dan memberikan pelayanan serta mengontrol kesehatan gigi anak guna mencegah peningkatan skor karies pada siswa.

3. Diharapkan peran orangtua dalam memperhatikan kesehatan rongga mulut anaknya sehingga dapat mencegah terjadinya karies yang lebih parah, karena apabila karies tidak dirawat dapat mempengaruhi kualitas hidup anak.


(41)

DAFTAR PUSTAKA

1. Sriyono NW. Pencegahan penyakit gigi dan mulut guna meningkatkan kualitas hidup. <http://lib.ugm.ac.id/digitasi/upload/1251_pp1003006.pdf> (April 20.2013).

2. Anwar FD. Hubungan antara kebiasaan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi pada siswa SD Negeri 04 Pasa Gadang di wilayah kerja Puskesmas Pemancungan Padang Selatan tahun 2011. <http://repository.unand.ac.id/1797 6 / > (April 24. 2013).

3. Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat pencegahan dan pemeliharaan. Medan: USU Press, 2008: 4-15.

4. Soeyoso UM, Muntaha A, Malaka T, Zaman C. Prevalensi dan faktor risiko karies gigi murid sekolah dasar kelas III-IV Negeri 161 Kota Palembang tahun 2009. Jurnal Kesehatan Bina Husada 2010; 6: 12-20.

5. Benzian H, Monse B, Weltzien H, Hobdell M, Mulder J, Helderman WP. Untreated severe dental decay: a neglected determinant of low body mass index in 12 year old Filipino children. BMC Public Health 2011; 11:558. 6. Angela A. Pencegahan primer pada anak yang berisiko karies tinggi. Dent J

2005; 38: 130-4.

7. Mehta A. Comprehensive review of caries assessment systems developed over the last decade. RSBO 2012; 9: 316-21.

8. Sheiham A. Oral health, General Health and Quality of Life. Bulletin of the World Health Organization 2005; 83: 641-720.

9. Filstrup SL, Briskie D, Fonseca M, Lawrence L, Wandera A, Inglehart MR. Early childhood caries and quality of life: child and parent perspectives. Pediatr Dent 2003; 25: 431–440.

10.Tinanoff N, Reisine S. Update on Early Childhood Caries since the Surgeon General’s Report. Academic Pediatrics 2009; 9: 396-403.


(42)

11.Monse B, Weltzien H, Benzian H, Holmgren C, Helderman WP. PUFA - an index of clinical consequences of untreated dental caries. Community Dent Oral Epidemiol 2010; 38:77-82.

12.Harris R, Nicoll AD, Adair PM, Pine CM. Risk factors for dental caries in young children: a systematic review of the literature. Community Dental Health 2004; 21: 71-85.

13.Piovesan C, Batista A, Ferreira FV, Ardenghi TM. Oral health-related quality of life in children: Conceptual issues. Review odonto cienc 2009; 24: 81-85. 14.Jenny J. Preventing dental disease in children. AJPH 2004; 64:1147-55. 15.Sumwinata M, Faruk S. Dasar-dasar karies penyakit dan penanggulangannya.

Jakarta: EGC, 1992: 1-3.

16.Alvarez JO, Navia JM. Nutritional status, tooth eruption, and dental caries: a review. <http:ajcn.nutrition.org> (Mei 1.2013).

17.Andriany P, Joelimar FA, Djoharnas H. Perbedaan pola kurva keparahan karies gigi susu dan gigi tetap serta faktor yang berperan pada anak dengan status gizi kurang dan gizi baik. Indonesian Dentistry 2008; 15: 247-53. 18.Hooley M, Skouteris H, Boganin C, Satur J, Kilpatrick N. Body mass index

and dental caries in children and adolescents: a systematic review of literature published 2004-2011. Systematic review 2012; 1:57.

19.Situmorang N. Dampak karies gigi dan penyakit periodontal terhadap kualitas hidup. <http:library.usu.ac.id/download/e-book/Nurmala%20Situmorang.pdf> (Mei 25.2013).

20.Torres CS, Paiva SM, Vale MP, Pordeus IA et al. Psychometric properties of the Brazilian version of the child perceptions questionnaire (CPQ)–short forms. Health and quality of life outcomes 2009; 7:43.

21.Agou S. Oral health related quality of life outcomes of orthodontics in children. Disertasi. Toronto: University Toronto, 2009.

22.Mayasari R. Pengalaman karies gigi pada anak-anak SD Negeri 060901 (Proyek Inpres 91/91) dan Swasta Bhayangkari I Medan <http://repository.usu


(43)

23.Bu’ulolo CS. Pengaruh pufa terhadap kualitas hidup pada anak-anak berusia 6-12 tahun di SD Swasta Cinderamata Medan tahun 2013. http://repository.un pri.ac.id ( September 9.2013).

24.Ernawulan S. Perkembangan anak usia dini (0-8 tahun). http://perk_anak.pdf. (Oktober 16.2013).


(44)

Universitas Sumatera Utara Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan Kesehatan Gigi Masyarakat

GAMBARAN deft DAN pufa SERTA KUALITAS HIDUP PADA SISWA USIA 6-8 TAHUN DI SD NEGERI 060889 DAN 060894 MEDAN

    No.Kartu

Nama :

1. Jenis kelamin : a. Laki- laki 1

b. Perempuan

2. Usia : 2

3. Pemeriksaan rongga mulut

       

55 54 53 52 52 61 62 63 64 65 85 84 83 82 81 71 72 73 74 75

       

       

 

Tabel indeks gigi susu Skor d

Skor e Skor f Skor def

pufa deft

deft pufa

d e f def

3

6 5 4


(45)

Keterangan :

1. d (decayed) : a. Gigi susu dengan satu lesi karies atau lebih yang belum ditambal. b. Gigi susu dengan satu karies atau lebih dan tidak dapat ditambal. c. Gigi susu dengan tambalan dan terdapat lesi karies.

d. Gigi susu dengan tambalan sementara.

2. e (extraxted) : gigi dengan lesi karies yang tidak dapat lagi dirawat atau gigi yang sudah dicabut karena karies.

3. f (filling) : gigi sudah ditambal dengan baik karena karies

Tabel indeks pufa Skor p

Skor u Skor f Skor a Skor pufa

Keterangan :

1. Keterlibatan pulpa (p) : kamar pulpa telah terbuka dan kelihatan atau struktur korona gigi telah hancur dan hanya akar atau fragmen akar yang tertinggal. 2. Ulserasi (u) : ulser traumatik pada jaringan lunak seperti lidah atau mukosa bukal

karena sisi tajam dari gigi. 3. Fistula (f) : saluran pus/nanah.

4. Abses (a) : pembengkakan dan mengandung pus/nanah.

p u  f  a  pufa 

9 10 8 7


(46)

Pengukuran Kualitas Hidup Dengan CPQ 12. Apakah adik pernah mengalami sakit gigi? a. Ya

b. Tidak

Jika jawaban ya, lanjutkan dengan pertanyaan dibawah ini :

No Pertanyaan

Frekuensi/minggu 1 Tidak pernah 2 Sekali-sekali 3 Hampir setiap hari 13. Gejala Oral

Apakah adik sering sakit gigi? 14. Pernahkah adik mengalami

luka di mulut?

15. Apakah adik sering merasa bau mulut?

16. Pernahkah adik kesulitan mengunyah makanan?

17. Keterbatasan fungsional

Apakah adik pernah tidak masuk sekolah karena sakit gigi atau karena sedang berobat gigi?

18. Pernahkah adik kesulitan memperhatikan pelajaran di sekolah karena sakit gigi?

19. Saat sakit gigi, apakah adik terganggu mengerjakan pekerjaan rumah?

20. Apakah adik malas berbicara di sekolah saat sakit gigi?

21. Emosional

Apakah adik malu karena sakit gigi?

22. Saat sedang sakit gigi, apakah adik menjadi lebih mudah

12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22


(47)

marah?

23. Saat sakit gigi, apakah adik merasa tidak percaya diri terhadap teman-teman yang lain?

24. Apakah adik merasa takut sakit gigi?

25. Dimensi Sosial

Saat sakit gigi, apakah adik malas senyum atau tertawa bersama teman-teman?

26. Apakah adik pernah tidak ingin berbicara kepada teman-teman yang lain karena sakit gigi? 27. Saat sakit gigi, apakah adik

pernah dijauhi teman-teman? 28. Apakah adik malas bermain

dengan teman-teman saat sedang sakit gigi?

29. Skor CPQ = 30. Kategori CPQ

a. Baik : <60% dari total skor

b. Cukup : 60% -80% dari total skor c. Buruk : > 80% dari total skor

23

24 25

26

27 28

29 30


(48)

FREQUENCIES VARIABLES=usia /ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

[DataSet0]

Statistics

usia

N Valid 206

Missing 0

usia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 6.00 73 35.4 35.4 35.4

7.00 62 30.1 30.1 65.5

8.00 71 34.5 34.5 100.0

Total 206 100.0 100.0

FREQUENCIES VARIABLES=JK /ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

[DataSet0]

Statistics

jenis kelamin

N Valid 206


(49)

jenis kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid laki-laki 89 43.2 43.2 43.2

perempuan 117 56.8 56.8 100.0

Total 206 100.0 100.0

FREQUENCIES VARIABLES=d e f deft /STATISTICS=STDDEV MEAN /ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

[DataSet0]

Statistics

d e f deft

N Valid 206 206 206 206

Missing 0 0 0 0

Mean 2.6214 .7864 .1505 3.5583

Std. Deviation 1.42190 .91758 .40925 1.43612

FREQUENCIES VARIABLES=p u fis a pufa /STATISTICS=STDDEV MEAN /ORDER=ANALYSIS.

Frequencies


(50)

Statistics

p u fis a pufa

N Valid 206 206 206 206 206

Missing 0 0 0 0 0

Mean .6068 .1214 .0583 .0825 .8544

Std. Deviation .81195 .34192 .27320 .29298 .93086

FREQUENCIES VARIABLES=PSG /ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

[DataSet0]

Statistics

pengalaman sakit gigi

N Valid 206

Missing 0

pengalaman sakit gigi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid pernah 182 88.3 88.3 88.3

tidak pernah 24 11.7 11.7 100.0


(51)

FREQUENCIES VARIABLES=s l b k a sb pr mb /ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

[DataSet0]

Statistics

sakit gigi

luka di

mulut bau mulut

sulit

mengunyah absen

sulit belajar

terganggu mengerjakan

pr

malas berbicara

N Valid 182 182 182 182 182 182 182 182

Missing 0 0 0 0 0 0 0 0

Frequency Table

sakit gigi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 11 6.0 6.0 6.0

sekali-sekali 138 75.8 75.8 81.9

hampir setiap hari 33 18.1 18.1 100.0

Total 182 100.0 100.0

luka di mulut

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 65 35.7 35.7 35.7

sekali-sekali 109 59.9 59.9 95.6

hampir setiap hari 8 4.4 4.4 100.0


(52)

bau mulut

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 46 25.3 25.3 25.3

sekali-sekali 109 59.9 59.9 85.2

hampir setiap hari 27 14.8 14.8 100.0

Total 182 100.0 100.0

sulit mengunyah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 48 26.4 26.4 26.4

sekali-sekali 113 62.1 62.1 88.5

hampir setiap hari 21 11.5 11.5 100.0

Total 182 100.0 100.0

absen

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 88 48.4 48.4 48.4

sekali-sekali 89 48.9 48.9 97.3


(53)

absen

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 88 48.4 48.4 48.4

sekali-sekali 89 48.9 48.9 97.3

hampir setiap hari 5 2.7 2.7 100.0

Total 182 100.0 100.0

sulit belajar

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 89 48.9 48.9 48.9

sekali-sekali 88 48.4 48.4 97.3

hampir setiap hari 5 2.7 2.7 100.0

Total 182 100.0 100.0

terganggu mengerjakan pr

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 80 44.0 44.0 44.0

sekali-sekali 94 51.6 51.6 95.6

hampir setiap hari 8 4.4 4.4 100.0


(54)

Malas berbicara

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 1 .5 .5 .5

tidak pernah 80 44.0 44.0 44.5

sekali-sekali 86 47.3 47.3 91.8

hampir setiap hari 15 8.2 8.2 100.0

Total 182 100.0 100.0

FREQUENCIES VARIABLES=m mm tp t ms tb d mbdt /ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

[DataSet0]

Statistics

malu marah tidak percaya diri takut sakit gigi malas senyum tidak ber

N Valid 182 182 182 182 182

Missing 0 0 0 0 0

Frequency Table

malu

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 61 33.5 33.5 33.5

sekali-sekali 71 39.0 39.0 72.5

hampir setiap hari 50 27.5 27.5 100.0


(55)

marah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 76 41.8 41.8 41.8

sekali-sekali 92 50.5 50.5 92.3

hampir setiap hari 14 7.7 7.7 100.0

Total 182 100.0 100.0

tidak percaya diri

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 73 40.1 40.1 40.1

sekali-sekali 88 48.4 48.4 88.5

hampir setiap hari 21 11.5 11.5 100.0

Total 182 100.0 100.0

takut sakit gigi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 53 29.1 29.1 29.1

sekali-sekali 71 39.0 39.0 68.1


(56)

takut sakit gigi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 53 29.1 29.1 29.1

sekali-sekali 71 39.0 39.0 68.1

hampir setiap hari 58 31.9 31.9 100.0

Total 182 100.0 100.0

malas senyum

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 93 51.1 51.1 51.1

sekali-sekali 68 37.4 37.4 88.5

hampir setiap hari 21 11.5 11.5 100.0

Total 182 100.0 100.0

tidak berbicara

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 94 51.6 51.6 51.6

sekali-sekali 72 39.6 39.6 91.2

hampir setiap hari 16 8.8 8.8 100.0


(57)

dijauhi teman

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 115 63.2 63.2 63.2

sekali-sekali 61 33.5 33.5 96.7

hampir setiap hari 6 3.3 3.3 100.0

Total 182 100.0 100.0

malas bermain

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 100 54.9 54.9 54.9

sekali-sekali 65 35.7 35.7 90.7

hampir setiap hari 17 9.3 9.3 100.0

Total 182 100.0 100.0

FREQUENCIES VARIABLES=kh /ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

[DataSet0]

Statistics

KH

N Valid 182


(58)

KH

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid baik 114 62.6 62.6 62.6

cukup 56 30.8 30.8 93.4

buruk 12 6.6 6.6 100.0

Total 182 100.0 100.0

DATASET ACTIVATE DataSet0. DATASET CLOSE DataSet2. NEW FILE. FREQUENCIES VARIABLES=A B /STATISTICS=STDDEV MEAN

/ORDER=ANALYSIS. [DataSet3]

Frequencies

Statistics

A B

N Valid 9 9

Missing 0 0

Mean 1.0000 24.4444

Std. Deviation .00000 2.60342

Frequencies


(59)

Statistics

c d

N Valid 24 24

Missing 0 0

Mean 2.0000 24.4583

Std. Deviation .00000 4.44267

FREQUENCIES VARIABLES=A B /STATISTICS=STDDEV MEAN /ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

[DataSet2]

Statistics

A B

N Valid 23 23

Missing 0 0

Mean 3.0000 25.0870

Std. Deviation .00000 5.01736

Frequencies


(60)

Statistics

e f

N Valid 61 61

Missing 0 0

Mean 4.0000 27.7705

Std. Deviation .00000 5.34912

FREQUENCIES VARIABLES=A B /STATISTICS=STDDEV MEAN /ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

[DataSet2]

Statistics

A B

N Valid 65 65

Missing 0 0

Mean 5.0000 28.9538


(61)

FREQUENCIES VARIABLES=p1 cp1 /STATISTICS=STDDEV MEAN /ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

[DataSet4]

Statistics

p1 cp1

N Valid 69 69

Missing 0 0

Mean .0000 26.8116

Std. Deviation .00000 6.10274

FREQUENCIES VARIABLES=p2 cp2 /STATISTICS=STDDEV MEAN /ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

[DataSet5]

Statistics

p2 cp2

N Valid 70 70

Missing 0 0

Mean 1.0000 26.8714


(62)

Frequencies

[DataSet6]

Statistics

p3 cp3

N Valid 27 27

Missing 0 0

Mean 2.0000 28.4444

Std. Deviation .00000 7.41274

NEW FILE. DATASET ACTIVATE DataSet7. DATASET CLOSE DataSet6. FREQUENCIES VARIABLES=p4 cp4 /STATISTICS=STDDEV MEAN /ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

[DataSet7]

Statistics

p4 cp4

N Valid 16 16

Missing 0 0

Mean 3.0000 30.3750

Std. Deviation .00000 4.31856


(1)

dijauhi teman

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 115 63.2 63.2 63.2

sekali-sekali 61 33.5 33.5 96.7

hampir setiap hari 6 3.3 3.3 100.0

Total 182 100.0 100.0

malas bermain

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 100 54.9 54.9 54.9

sekali-sekali 65 35.7 35.7 90.7

hampir setiap hari 17 9.3 9.3 100.0

Total 182 100.0 100.0

FREQUENCIES VARIABLES=kh /ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

[DataSet0] Statistics KH

N Valid 182


(2)

KH

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid baik 114 62.6 62.6 62.6

cukup 56 30.8 30.8 93.4

buruk 12 6.6 6.6 100.0

Total 182 100.0 100.0

DATASET ACTIVATE DataSet0. DATASET CLOSE DataSet2. NEW FILE. FREQUENCIES VARIABLES=A B /STATISTICS=STDDEV MEAN

/ORDER=ANALYSIS. [DataSet3]

Frequencies

Statistics

A B

N Valid 9 9

Missing 0 0

Mean 1.0000 24.4444

Std. Deviation .00000 2.60342

Frequencies


(3)

Statistics

c d

N Valid 24 24

Missing 0 0

Mean 2.0000 24.4583

Std. Deviation .00000 4.44267

FREQUENCIES VARIABLES=A B /STATISTICS=STDDEV MEAN /ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

[DataSet2]

Statistics

A B

N Valid 23 23

Missing 0 0

Mean 3.0000 25.0870

Std. Deviation .00000 5.01736

Frequencies


(4)

Statistics

e f

N Valid 61 61

Missing 0 0

Mean 4.0000 27.7705

Std. Deviation .00000 5.34912

FREQUENCIES VARIABLES=A B /STATISTICS=STDDEV MEAN /ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

[DataSet2]

Statistics

A B

N Valid 65 65

Missing 0 0

Mean 5.0000 28.9538


(5)

FREQUENCIES VARIABLES=p1 cp1 /STATISTICS=STDDEV MEAN /ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

[DataSet4]

Statistics

p1 cp1

N Valid 69 69

Missing 0 0

Mean .0000 26.8116

Std. Deviation .00000 6.10274

FREQUENCIES VARIABLES=p2 cp2 /STATISTICS=STDDEV MEAN /ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

[DataSet5]

Statistics

p2 cp2

N Valid 70 70

Missing 0 0

Mean 1.0000 26.8714


(6)

Frequencies

[DataSet6]

Statistics

p3 cp3

N Valid 27 27

Missing 0 0

Mean 2.0000 28.4444

Std. Deviation .00000 7.41274

NEW FILE. DATASET ACTIVATE DataSet7. DATASET CLOSE DataSet6. FREQUENCIES VARIABLES=p4 cp4 /STATISTICS=STDDEV MEAN /ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

[DataSet7]

Statistics

p4 cp4

N Valid 16 16

Missing 0 0

Mean 3.0000 30.3750

Std. Deviation .00000 4.31856