Metode Penelitian Objek Penelitan

Nuri Aliyah Mustika Ati, 2013 Kritik Teks dan Telaah Fungsi Naskah Wawacan Jaka Mursyid Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Metode tersebut bermaksud untuk mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis Ratna, 2008 : 53. Selain itu, Suryani 2008:107 mengatakan bahwa metode deskriptif analisis dimaksudkan untuk mencatat, menuturkan, dan menafsirkan data melalui suatu proses pemahaman yang akan sangat bergantung pada keadaan data dan nilai bahan atau objek penelitian yang digarap. Teks naskah WJM diteliti dengan menggunakan kajian filologis, yakni kritik teks yang bertujuan untuk menghasilkan sebuah edisi teks. Dalam proses ktitik teks ini intuisi peneliti menjadi salah satu alat penting tanpa menghilangkan teks asli pada naskah, mengingat naskah yang diteliti berbentuk wawacan. Wawacan merupakan puisi lama yang memliki kaidah aturan tertentu, sehingga teks disandarkan secara konvensi pada kaidah tersebut tanpa menghilangkan teks asli pada naskah. Setelah melalui tahap kritik teks dan menghasilkan edisi teks, maka akan diketahui isi dan kandungan yang terdapat dalam teks WJM untuk selanjutnya menganalisis fungsi teks WJM.

3.2 Metode Kajian

3.2.1 Metode Kajian Filologi

Metode kajian filologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode naskah tunggal dengan edisi standar. Edisi Standar yaitu menerbitkan naskah dengan membetulkan kesalahan-kesalahan kecil dan ketidakajegan, sedang ejaannya disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku Barried, 1985 : 69. Djamaris 2002:24 menyebutkan bahwa metode standar adalah metode yang biasa digunakan di dalam penyuntingan teks naskah tunggal. Metode standar itu digunakan apabila naskah itu dianggap sebagai cerita biasa, bukan cerita yang dianggap suci atau penting dari sudut agama atau sejarah,sehingga tidak perlu Nuri Aliyah Mustika Ati, 2013 Kritik Teks dan Telaah Fungsi Naskah Wawacan Jaka Mursyid Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu diperlukan secara khusus atau istimewa. Hal- hal yang perlu dilakukan dalam edisi standar antara lain, yaitu : a. Mentransliterasikan teks; b. Membetulkan kesalahan teks; c. Membuat catatan perbaikan perubahan; d. Member komentar tafsiran; e. Membagi teks dalam beberapa bagian; dan f. Menyusun daftar kata sukar glosari. Tujuan metode standar ini adalah untuk memudahkan pembaca atau peneliti membaca dan memahami teks.

3.3 Objek Penelitan

Objek penelitian kali ini berupa naskah yang keberadaaan berada di tengah-tengah masyarakat. Judul objek naskah yang dikaji adalah Wawacan Bidayatuusaliq. Judul tersebut diambil dari halaman akhir sebagai penutup karangan. Gambar 3.1 Teks Naskah Wawacan Jaka Mursyid Lamun jalma eling kakasih nu agungdangdanggula Dangdanggula ngebatkeun nu tadi anu kudu ditéangan téa guru Anu mursid yaktos ayeuna rék di catur enya anu geus mursid téya Nuri Aliyah Mustika Ati, 2013 Kritik Teks dan Telaah Fungsi Naskah Wawacan Jaka Mursyid Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Naskah ini memiliki tebal keseluruhan 1,5 cm, ukuran panjang 21 cm dan lebar 16,5 cm. Bahan yang digunakan pada naskah WJM ini berupa kertas pabrikan di daerah Cirebon yang kantornya dimiliki oleh Belanda. Hal tersebut disimpulkan dari keindentikan jenis kertas pada naskah yang lain dengan jenis dan penanggalan yang sama dengan naskah WJM. Naskah WJM ini, terdiri atas 93 halaman. Jumlah baris perhalaman sebanyak 12 baris dengan jarak 0,8 cm. Jarak halaman dengan tulisan terdiri atas , halaman sebelah kanan, atas 1,5 cm, bawah 1,5 cm, kiri 0,1- 1 cm, kanan 1-2 cm. Halaman sebelah kiri, atas 1,5 cm, bawah 1,5 cm, kiri 1,5 cm, kanan 1 cm. Hasil observasi lapangan, dari keterangan pemilik naskah, semula keberadaan naskah ini adalah di daerah Geger Kalong, Bandung Utara. Ia menjelaskan bahwa naskah ini merupakan naskah yang mengalami transmisi di keluarga pemilik naskah, yaitu proses transmisi dari orangtua pemilik naskah. hal itu menjadi salah satu sebab yang dapat menjelaskan kondisi fisik naskah yang sudah mulai rusak, seperti kertas sudah rapuh dan beberapa bagian rusak, beberapa halaman hilang, warna tinta menembus kertas nyuub, dan lain-lain. Pemilik naskah mengakui bahwa dirinya tidak banyak mengetahui tentang cara perawatan naskah. Naskah ini disimpannya untuk ia jaga sebagai warisan dari leluhurnya. Naskah WJM ini disimpan dan dimiliki oleh Ny. Eem Sulaemi yang bertempat tinggal di Jalan Sersan Surip, no. 82169A, Kecamatan Cidadap, Kelurahan Ledeng, Bandung. Naskah Wawacan Jaka Mursid ini terdiri atas 93 halaman, namun terdapat beberapa halaman yang hilang. Artinya naskah ini diduga tidak hanya 93 halaman. Belum dapat diketahui berapa banyak halaman yang hilang. Peneliti hanya dapat menilai hilangnya halaman dari beberapa pupuh yang tidak lengkap padalisannya. Dalam setiap halaman naskah WJM ini terdiri dari 12 baris. Penulisan naskah ditulis bolak-balik pada tiap lembarnya. Nuri Aliyah Mustika Ati, 2013 Kritik Teks dan Telaah Fungsi Naskah Wawacan Jaka Mursyid Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Naskah WJM yang lahir pada permulaan abad ke-20 yaitu tahun 1916, naskah ini pun memiliki warna keagamaan yaitu islam. Naskah ini memiliki latar tempat pesantren di sebuah tempat yang dinamai Karang Kamuksan, ditempat itulah terdapat seorang guru bernama Jaka, dia adalah seorang guru yang Mursid, maka naskah ini berjudul Jaka Mursid, diambil dari penamaan tokoh utama. Berdasarkan data informan yang didapati peneliti, pada masanya di beberapa pesantren memiliki sebuah tradisi menulis naskah untuk mengisi kekosongan waktu. Kegiatan ini dilakukan pula sebagai sarana da’wah dengan tulisan da’wah bil kutubi bagi para pengarangnya, karena di dalamnya banyak dituturkan tentang ajaran-ajaran keagamaan mengingat latar sosialnya pun pesantren. Tradisi menulis di lingkungan pesantren sudah ada sejak dahulu hingga s ekarang. Jika saat ini media da’wah dengan tulisan melalui buku- buku acuan karya para ulama, maka zaman dahulu para ahli agama menuliskannya pada naskah juga sebagai media da’wah disela-sela mengisi waktu luang. Dilihat dari sudut pengarang, yaitu seorang lebé cidadap bernama atab. Lebé dalam kamus Basa Sunda R Satjadibrata 1954 : 213 memiliki arti 1 nu getol ibadah; ngestukeun kana papagon agama 2 Kapala agama di desa-desa amil 1orang yang taat beribadah; mengamalkan ajaran agama.2 kepala agama di desa. Oleh karena itu dapatlah diartikan dalam hal ini lebé merupakan orang yang taat beribadah. Maka dapat menjadi sebuah penegasan bahwa penulis naskah bukanlah orang yang sembarangan menulis tanpa didasari pemikiran keagamaan yang kuat. Nuri Aliyah Mustika Ati, 2013 Kritik Teks dan Telaah Fungsi Naskah Wawacan Jaka Mursyid Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.4 Teknik Penelitian