commit to user
a. Penyelesaian Kredit Bermasalah dengan Jalur Non-Litigasi
Penyelesaian kredit bermasalah dengan jalur non-litigasi dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1 Pengambilalihan Agunan Debitur Penyelesaian kredit macet di PT Bank Rakyat Indonesia
Persero Tbk Cabang Karanganyar yang merupakan bank Badan Usaha Milik Negara BUMN, sesuai mekanisme korporasi
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2006 dapat dilakukan dengan cara pengambilalihan agunan milik debitur oleh
bank Badan Usaha Milik Negara BUMN atau penyerahan agunan oleh debitur kepada bank Badan Usaha Milik Negara BUMN, atau
yang disebut dengan asset-settlement. Cara ini sudah diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 7 Tahun 2005 tentang Penilaian
Kualitas Aktiva Bank Umum, sehingga bank Badan Usaha Milik Negara BUMN tidak perlu ragu-ragu dalam menerapkannya. Pola
penyelesaian kredit semacam ini kebanyakan hanya diberikan kepada debitur besar.
Penyelesaian kredit macet dengan pola asset-settlement dimungkinkan oleh Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Pasal 12A Ayat 1 dan 2 Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan menyatakan bahwa, Bank Umum dapat
membeli sebagian atau seluruh agunan, baik melalui pelelangan maupun di luar pelelangan berdasarkan penyerahan secara sukarela
oleh pemilik agunan atau berdasarkan kuasa untuk menjual di luar lelang dari pemilik agunan atau berdasarkan kuasa untuk menjual di
commit to user
luar lelang dari pemilik agunan dalam hal nasabah debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada bank, dengan ketentuan agunan yang
dibeli tersebut wajib dicairkan secepatnya. Pola asset-settlement juga diatur dalam Pasal 1 angka 15
Peraturan Bank Indonesia Nomor 7 Tahun 2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum yang menyatakan bahwa, “agunan yang
diambil alih yang untuk selanjutnya disebut AYDA adalah aktiva yang diperoleh bank, baik melalui pelelangan maupun di luar pelelangan
berdasarkan penyerahan sukarela oleh pemilik agunan atau berdasarkan kuasa untuk menjual di luar lelang dari pemilik agunan
dalam hal debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada bank. Pasal 39 Ayat 1 Peraturan Bank Indonesia Nomor 7 Tahun 2005 tentang
Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum menyatakan bahwa, agunan yang diambil alih yang telah dilakukan upaya penyelesaian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37, ditetapkan memiliki kualitas sebagai berikut :
a Lancar, apabila agunan yang diambil alih dimiliki sampai dengan 1 satu tahun:
b Kurang lancer, apabila agunan yang diambil alih dimiliki lebih dari 1 satu tahun sampai dengan 3 tiga tahun;
c Diragukan, apabila agunan yang diambil alih dimiliki lebih dari 3 tiga tahun sampai dengan 5 lima tahun: dan
d Macet, apabila agunan yang diambil alih dimiliki lebih 5 lima tahun.
2 Alternatif Penyelesaian Sengketa APS Penyelesaian sengketa bisnis, termasuk penyelesaian kredit
macet di PT Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk Cabang Karanganyar dapat dilakukan melalui jalur non-litigasi, yaitu di luar
commit to user
Pengadilan, yang lebih dikenal dengan istilah Alternative Dispute Resolution ADR atau Alternatif Penyelesaian Sengketa APS.
Penyelesaian ini sudah diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.
Penyelesaian dengan jalur non-litigasi ini dipilih karena proses peradilan di Indonesia dianggap kurang efisien dan efektif, karena
sangat lama, biayanya mahal, prosedurnya berbelit-belit, tidak ada jaminan kerahasiaannya, putusannya bersifat menang-kalah, dapat
merusak hubungan para pihak, hasil putusannya sulit dieksekusi, cenderung lebih berpihak kepada elite penguasa dan pemodal besar,
dan masih banyaknya mafia peradilan. Penyelesaian sengketa dalam hal kredit macet, apabila
diselesaikan dengan jalur alternatif penyelesaian sengketa ini, maka para pihak dapat memilih sendiri hukumnya, memilih arbiter yang
akan memeriksa perkara dan para pihak dapat menentukan sendiri tata cara penyelesaian sengketa berdasarkan kedua belah pihak.
Berdasarkan Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa Alternatif,
penyelesaian sengketa adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni
penyelesaian di luar Pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsolidasi, atau penilaian ahli. Berdasarkan Peraturan Bank
Indonesia Nomor 8 Tahun 2006 tentang Mediasi Perbankan, pada bagian penjelasan umum, upaya penyelesaian sengketa antara nasabah
dan bank dapat dilakukan melalui negosiasi, konsiliasi, mediasi, arbitrase, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun
1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa Alternatif, maupun melalui jalur peradilan.
PT Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk Cabang Karanganyar mengupayakan terlebih dahulu di dalam menyelesaikan kredit macet
commit to user
menggunakan jalur di luar peradilan, karena dinilai langkah yang ditempuh ini dapat dilakukan secara sederhana, murah, dan cepat
melalui penyelenggaraan mediasi perbankan, agar hak-hak mereka sebagai nasabah dapat terjaga dan terpenuhi dengan baik. Macam-
macam bentuk alternatif penyelesaian sengketa di PT Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk Cabang Karanganyar sebagai berikut :
a Negosiasi Negosiasi ini berarti perundingan, dan orang yang mengadakan
perundingan disebut negosiator. Negosiasi diartikan sebagai upaya penyelesaian sengketa tanpa melalui proses peradilan dengan
tujuan mencapai kesepakatan bersama atas dasar kerjasama yang lebih harmonis dan kreatif. Para pihak disini berhadapan langsung
secara seksama dalam mendiskusikan permasalahan yang mereka hadapi dengan cara kooperatif dan saling terbuka Joni Emirzon,
2001: 39. b Mediasi
Mediasi merupakan upaya penyelesaian sengketa para pihak dengan kesepakatan bersama melalui mediator yang bersifat netral,
dan tidak membuat keputusan atau kesimpulan bagi para pihak, tetapi menunjang fasilitator untuk terlaksananya dialog antar pihak
dengan suasana keterbukaan, kejujuran, dan tukar pendapat untuk tercapainya mufakat. Proses mediasi adalah proses dimana pihak
luar yang tidak memihak impartial dan netral bekerja dengan pihak yang bersengketa untuk membantu mereka memperoleh
kesepakatan perjanjian secara memuaskan. Penyelesaian sengketa melalui mediasi tidak ada unsure paksaan antara para pihak dan
mediator, karena para pihak secara sukarela meminta kepada mediator untuk membantu penyelesaian konflik yang sedang
mereka hadapi Joni Emirzon, 2001: 70.
commit to user
c Konsiliasi Konsiliasi berarti perdamaian, sedangkan pihak ketiga yang
mengupayakan perdamaian disebut konsiliator. Konsiliasi memiliki kesamaan dengan mediasi, yaitu melibatkan pihak ketiga untuk
menyelesaikan sengketa secara damai. Perbedaannya terletak pada istilahnya, yaitu konsiliasi lebih formal daripada mediasi.
Konsiliasi adalah proses penyelesaian sengketa dengan menyerahkannya suatu komisi orang-orang yang bertugas untuk
menguraikanmenjelaskan fakta-fakta dan biasanya setelah mendengar para pihak dan mengupayakan agar mereka mencapai
suatu kesepakatan, serta membuat usulan-usulan untuk suatu penyelesaian, namun keputusannya tidak mengikat Huala Adolf,
2005: 204. d Arbitrase
Arbitrase adalah cara penyelesaian sengketa di luar peradilan yang diadakan oleh para pihak yang bersengketa atas dasar perjanjian
kontrak yang mereka adakan sebelumnya atau seseudah terjadi sengketa. Pihak yang menengahi sengketa ini disebut arbiter, yang
bertugas untuk memeriksa dan mengadili perkara menurut tata cara arbitrase. Para pemutus atau arbiternya dipilih dan ditentukan oleh
para pihak yang bersengketa dengan tugas menyelesaikan persengketaan yang terjadi diantara mereka. Pemilihan arbiter
seyogyanya didasarkan pada kemampuan dan keahliannya dalam bidang tertentu dan dapat bertindak secara netral Rachmadi
Usman, 2003: 107-110. 3 Penjualan Agunan via Parate Eksekusi Tanpa Penetapan Pengadilan
Penyelesaian kredit macet di PT Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk Cabang Karanganyar juga dilakukan melalui penjualan
commit to user
via parate eksekusi tanpa penetapan pengadilan. Pasal 6 Undang- Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah
Beserta Benda-Benda yang Berkaitan dengan Tanah, yang menyatakan bahwa, apabila debitur cidera janji maka pemegang hak tanggungan
pertama mempunyai hak untuk menjual obyek hak tanggungan atas “kekuasaan sendiri” melalui pelelangan umum serta mengambil
pelunasan dari hasil penjualan tersebut. Hak untuk menjual obyek hak tanggungan atas kekuasaan
sendiri merupakan salah satu perwujudan dari kedudukan diutamakan yang dipunyai oleh pemegang hak tanggungan pertama dalam hal
terdapat lebih dari satu pemegang hak tanggungan. Hak tersebut didasarkan pada “janji” yang diberikan oleh pemberi hak tanggungan
bahwa apabila debitur cidera janji, pemegang hak tanggungan berhak untuk menjual obyek hak tanggungan melalui pelelangan umum tanpa
memerlukan persetujuan lagi dari pemberi hak tanggungan dan selanjutnya mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan itu
lebih dahulu dari kreditur-kreditur yang lain. Sisa hasil penjualan tetap menjadi hak pemberi tanggungan.
Pelaksanaan eksekusi pada hak tanggungan secara mudah dan pasti merupakan salah satu prinsip dari hak tanggungan yang
dijabarkan dalam Pasal 20 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda yang
Berkaitan dengan Tanah, dimana eksekusi hak tanggungan memuat 3 tiga cara, yaitu yang pertama adalah hak pemegang hak tanggungan
pertama untuk menjual obyek hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 Undang-Undang Hak Tanggungan parate executie,
kemudian yang kedua adalah titel eksekutorial yang terdapat dalam sertifikat hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 Ayat
2 Undang-Undang Hak Tanggungan dan yang ketiga adalah eksekusi melalui penjualan obyek hak tanggungan di bawah tangan atas
commit to user
kesepakatan pemberi dan pemegang hak tanggungan Pasal 20 Ayat 2 Undang-Undang Hak Tanggungan Herowati Poesoko, 2007: 19.
4 Penjualan Agunan di Bawah Tangan Penjualan agunan di bawah tangan yang dilakukan oleh Bank
Rakyat Indonesia ini diatur Pasal 20 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda
yang Berkaitan dengan Tanah, yang menyatakan bahwa atas kesepakatan pemberi dan pemegang hak tanggungan, penjualan obyek
hak tanggungan dapat dilaksanakan di bawah tangan jika dengan demikian itu akan dapat diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan
semua pihak. Penjualan di bawah tangan dilakukan tanpa melalui proses pelelangan umum.
Berdasarkan Pasal 20 Ayat 3 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda
yang Berkaitan dengan Tanah, menyatakan bahwa pelaksanaan penjualan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 hanya dapat dilakukan
setelah lewat waktu 1 satu bulan sejak diberitahukan secara tertulis oleh pemberi danatau pemegang hak tanggungan kepada pihak-
pihakyang berkepentingan dan diumumkan sedikit-dikitnya dalam 2 dua surat kabar yang beredar di daerah yang bersangkutan danatau
media massa setempat, serta tidak ada pihak yang menyatakan keberatan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penjualan agunan di bawah tangan harus memenuhi syarat-syarat, yaitu harus
diperjanjikan terlebih dahulu, bertujuan untuk mendapatkan harga jual tertinggi. Penjualannya baru dapat dilakukan setelah melewati tenggang
waktu 1 satu bulan sejak tanggal pemberitahuan secara tertulis kepada para pihak, harus diumumkan terlebih dahulu melalui sedikitnya di 2
dua surat kabar setempat atau media cetak lainnya, dan tidak ada
commit to user
pihak yang menyatakan berkeberatan. Penjualan agunan di bawah tangan juga diatur dalam KMK 300KMK.012002 tentang Pengurusan
Piutang Negara, Bab XIX, Pasal 273 sampai dengan Pasal 285, yang khusus mengatur tentang penjualan tidak melalui lelang Iswi Hariyani,
2010: 277. 5 Penjualan Agunan secara Sukarela
Penjualan agunan secara sukarela tidak mensyaratkan adanya keharusan untuk memasang pengumuman di 2 dua surat kabar atau
media massa setempat, serta tidak mensyaratkan adanya perjanjian tertulis, tetapi cukup atas dasar kepercayaan antara kreditur, yaitu pihak
PT Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk Cabang Karanganyar itu sendiri dengan debitur, tujuannya adalah untuk mendapatkan harga jual
tertinggi. Penjualan agunan secara sukarela hanya didasarkan kesepakatan tidak tertulis antara bank dan debitur atas dasar itikad baik.
Cara ini tidak akan merugikan bank, karena sertifikat agunan tetap berada di tangan bank. Debitur juga diuntungkan karena dapat menjual
agunannya secara leluasa, sehingga mendapat harga jual yang optimal, jika debitur berhasil mendapatkan pembeli, maka debitur langsung
menghubungi bank dan notaris guna keperluan penyelesaian transaksi jual beli agunan harus dilakukan di hadapan notaris dan pihak bank,
karena di dalam transaksi tersebut diperlukan adanya pembuatan akta jual beli agunan, penyerahan agunan dari bank kepada debitur dan
pembeli, dan penghapusan pengikatan jaminan via kantor Badan Pertanahan Nasional BPN setempat.
commit to user
Berdasarkan analisis di atas, penulis memaparkan penyelesaian kredit bermasalah melalui jalur non-litigasi dalam bentuk tabel di
bawah ini :
No. Penyelesaian Non-Litigasi Dasar
Hukum
1. Pengambilalihan Agunan Debitur
- Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1992
tentang Perbankan Pasal 12 A dan Penjelasannya;
- Peraturan Bank Indonesia Nomor 7 Tahun 2005 tentang
Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum Pasal 1 angka
15, Penjelasan Pasal 70 Ayat 3, Pasal tentang Agunan
yang Diambil Alih AYDA. 2. Alternatif
Penyelesaian Sengketa Negosiasi,
Mediasi, Konsiliasi, Arbitrase
- Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase
dan Alternatif Penyelesaian Sengketa;
- Peraturan Bank Indonesia Nomor 8 Tahun 2006 tentang
Mediasi Perbankan; dan - Konvensi dalam Dunia Bisnis.
3. Penjualan Agunan via Parate Eksekusi Tanpa
Pasal 6 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak
commit to user
Penetapan Pengadilan Tanggungan
Atas Tanah
Beserta Benda-Benda yang Berkaitan dengan Tanah.
4. Penjualan Agunan di
Bawah Tangan Pasal 20 Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah
Beserta Benda-Benda yang Berkaitan dengan Tanah.
5. Penjualan Agunan secara Sukarela
Kesepakatan antara Bank dan Debitur atas dasar itikad baik.
Tabel 2. Penyelesaian Kredit Macet Melalui Jalur Non-Litigasi di PT Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk Cabang Karanganyar
b. Penyelesaian Kredit Bermasalah dengan Jalur Litigasi