commit to user 13
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembunuhan berencana yang akhir-akhir ini menjadi isu penting membuat resah masyarakat. Pelaku yang rata-rata didominasi kalangan menengah kebawah
tapi ada juga dilakukan para petinggi Negara seperti kasus Antasari melakukan pembunuhan berencana terhadap Nasrudin Zulkarnaen yang didasarkan atas
adanya permasalahan wanita lain, serta artis lidya pratiwi yang juga melakukan pembunuhan
berencana yang
cukup menyita
perhatian masyarakat
http:clubbing.kapanlagi.comshowthread.php?t=6957, jumat 8 Juli 2011 pukul 15.00 WIB.
Pembunuhan berencana dapat mengganggu ketertiban masyarakat dan stabilitas keamanan nasional. Maka dalam hal ini diperlukan perlakuan hukum
yang tegas bagi pelaku tindak pidana pembunuhan berencana supaya memberikan efek jera yang tidak mungkin lagi akan dilakukan pelaku.
Dari maraknya kasus pembunuhan berencana, hukum acara pidana diperlukan untuk memecahkan masalah tersebut. Tujuan hukum acara pidana
adalah untuk mencari dan mendapatkan atau setidak-tidaknya mendekati kebenaran materiil, yaitu kebenaran yang selengkap-lengkapnya dari suatu perkara
pidana dengan menerapkan ketentuan hukum acara pidana secara jujur dan tepat dengan tujuan untuk mencari siapakah terdakwa yang dapat didakwakan
melakukan suatu kejahatan maupun pelanggaran hukum, selanjutnya meminta pemeriksaan dan putusan dari pengadilan guna menemukan apakah terbukti bahwa
suatu tindak pidana telah dilakukan dan apakah orang yang didakwa itu dapat dipersalahkan Moch. Faisal Salam, 2001:1.
Kejahatan dapat timbul di mana saja dan kapan saja. Bahkan dapat dikatakan bahwa kejahatan itu terjadi hampir pada setiap masyarakat. Seperti halnya
pembunuhan berencana yang terjadi di daerah Boyolali dengan pelaku yang
commit to user 14
bernama Prakas Agung Nugraha Bin Widayat dengan dua korban yang bernama Dwi Suparno dan Gilang Setiawan. Pembunuhan tersebut didasari adanya
keterkaitan pinjaman hutang yang tidak dapat dikembalikan oleh pelaku. Keduanya dibunuh pelaku dengan menggunakan minuman keras yang di campur
dengan racun tikus kemudian terhadap korban Dwi mayatnya dibuang di daerah Parangtritis Yogyakarta dan korban Gilang mayatnya dimasukan di dalam lubang
yang sudah dipersiapkan kemudian ditimbun dengan tanah samapai tidak terlihat. Delik tersebut dapat dikategorikan sebagai suatu kejahatan terhadap nyawa
yaitu pembunuhan berencana yang diatur dalam Bab XIX Buku II Pasal 340 KUHP, tindak pidana tersebut diancam dengan pidana mati atau pidana penjara
seumur hidup selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun. Dalam kasus prakas tersebut fakta yang ada sebagai dasar atau akibat timbulnya pembunuhan
didasarkan pada alasan yang menyangkut dengan tingkat ekonomi yang merupakan pemicu awal terciptanya perilaku tersebut.
Untuk mengadili hal tersebut negara telah mempunyai perwakilan sebagai penuntut di dalam praktek persidangan yang sering disebut dengan Penuntut
Umum yang harus menyandarkan sikapnya kepada kepentingan masyarakat dan negara, walaupun demikian penuntut umum harus obyektif artinya bila dalam
sidang tidak cukup terbukti tentang kesalahan terdakwa maka harus meminta supaya terdakwa dibebaskan, walaupun pertama-tama ia harus berpegang pada
kepentingan masyarakat hal tersebut bisa disebut dengan een subjective beoordeling van een objective positie Hari Sasangka, Lily Rosita, 2003: 1.
Terdakwa dalam persidangan tidak dibebankan atas kewajiban pembuktian, hal ini merupakan jelmaan asas praduga tak bersalah Pasal 66 KUHAP. Jadi
pada prinsipnya yang membuktikan kesalahan terdakwa adalah penuntut umum. Bagi penuntut umum, pembuktian merupakan usaha untuk meyakinkan
hakim yakni berdasarkan alat bukti yang ada, agar menyatakan seorang terdakwa bersalah sesuai dengan surat atau catatan dakwaan.
commit to user 15
Berdasarkan hal – hal tersebut diatas, maka penulis merasa tertarik untuk
melakukan penelitian yang dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul
“ANALISIS ANOTASI HAKIM ATAS PEMBUKTIAN PENUNTUT UMUM TERHADAP TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA DENGAN
TERDAKWA PRAKAS AGUNG NUGRAHA BIN WIDAYAT STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR : 156Pid.B2009PN.Bi
”
B. Rumusan Masalah