xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Audit atas laporan keuangan sangat diperlukan, terutama bagi perusahaan yang berbadan hukum berbentuk perseroan terbatas yang bersifat
terbuka PT Terbuka. Dalam bentuk badan usaha ini, perusahaan dikelola oleh manajemen profesional yang ditunjuk oleh para pemegang saham yang
merupakan pemilik perusahaan dan akan diminta pertanggung jawabannya atas dana yang dipercayakan kepada mereka dalam bentuk laporan keuangan.
Hal ini juga berdampak pada peningkatan akan audit atas laporan keuangan yang dilakukan oleh auditor eksternal. Auditor eksternal sebagai
auditor independen menjadi profesi yang semakin berkembang sejalan dengan perkembangan kebutuhan masyarakat akan jasa pihak yang kompeten dan
dapat dipercaya untuk menilai kewajaran suatu laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan tanggung jawab manajemen, perlu diaudit
oleh auditor eksternal yang merupakan pihak ketiga yang independen, karena dua alasan yaitu: pertama, laporan keuangan ada kemungkinan mengandung
kesalahan baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Kedua, laporan keuangan yang sudah diaudit dan mendapat opini Unqualified, diharapkan
para pemakai laporan keuangan dapat yakin bahwa laporan keuangan tersebut bebas dari salah saji yang material dan disajikan sesuai dengan Prinsip
Akuntansi Berterima Umum Wahyudi,2006.
xii Laporan keuangan mempunyai peranan yang sangat penting dalam
memberikan informasi mengenai kondisi keuangan dan kinerja perusahaan yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan. Seorang auditor dalam
melakukan audit tidak hanya memperhatikan kepentingan klien, tetapi juga pihak lain yang berkepentingan terhadap laporan keuangan yang sudah
diaudit. Tugas utama auditor adalah melaksanakan audit dan memberikan
opininya atas suatu laporan keuangan perusahaan yang didasarkan pada pendidikan, pengalaman, dan pelatihan yang dimilikinya, serta dengan sikap
yang kompeten, objektif dan independen. Profesionalisme menjadi syarat utama bagi seorang yang bekerja sebagai
auditor eksternal. Profesionalisme dapat menjadi penentu keberhasilan auditor dalam menjalankan profesinya. Profesionalisme dapat diartikan sebagai
tanggung jawab untuk berperilaku lebih dari sekedar memenuhi tanggung jawab yang dibebankan kepadanya dan lebih dari sekedar memenuhi undang-
undang dan peraturan masyarakat. Auditor eksternal yang memiliki pandangan profesionalisme yang tinggi
akan memberikan kontribusi yang dapat dipercaya oleh penguna laporan keuangan untuk mengambil keputusan. Hall R 1968 dalam Hastuti et al
2003 menggambarkan seseorang yang profesional dalam lima hal yaitu: pengabdian terhadap profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan
terhadap profesi dan hubungan sesama profesi.
xiii Dalam menjalankan setiap penugasan profesionalismenya auditor juga
memerlukan standar mutu pekerjaan dalam setiap penugasannya, standar yang digunakan auditor yaitu terdapat dalam SPAP Standar Profesional
Akuntan Publik. Didalam SPAP dijelaskan mengenai kode etik profesi akuntansi
Kode Etik Profesi Akuntan Publik “Kode Etik“ ini terdiri dari dua bagian, yaitu Bagian A dan Bagian B. Bagian A dari Kode Etik ini
menetapkan prinsip dasar etika profesi dan memberikan kerangka konseptual untuk penerapan prinsip tersebut. Bagian B dari Kode Etik ini memberikan
ilustrasi mengenai penerapan kerangka konseptual tersebut pada situasi tertentu IAI,2001.
Selain dari penetapan standar mutu auditor, diperlukan juga standar mutu Kantor Akuntan Publik KAP, Hal ini dapat dilakukan dengan
melakukan peer review oleh rekan sesama profesi. Peer Riview merupakan penelaahan yang dilakukan terhadap Kantor Akuntan Publik KAP untuk
menilai apakah KAP tersebut mengembangkan secara memadai kebijakan dan prosedur pengendalian mutu sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Ikatan
Akuntan Publik Indonesia Agoes, 2004:13. Untuk menjalankan perannya yang menuntut tanggung jawab yang
semakin meluas, auditor eksternal selain harus mempunyai sikap profesionalisme yang tinggi juga harus mempunyai wawasan yang luas
tentang kompleksitas organisasi modern yang tercermin dalam pengalaman auditor.
xiv Pengalaman audit merupakan suatu faktor penting dalam memprediksi
kinerja akuntan publik, sehingga pengalaman dimasukan sebagai salah satu
persyaratan dalam memperoleh ijin menjadi akuntan publik SK Menkeu No. 43KMK.0171997 dalam Herliansyah et al 2006.
Pengalaman audit dapat diartikan pengalaman auditor dalam melakukan audit laporan keuangan baik dari segi lamanya waktu maupun banyaknya
penugasan yang pernah ditangani Ida Suraida,2005. Slovic, Fischhoff, dan Lichtensteib 1972 dalam Hastuti 2003 menyatakan bahwa judgment dari
akuntan publik yang lebih berpengalaman akan lebih intuitif dibanding dengan auditor yang kurang berpengalaman sebab pembuat judgment lebih
mendasarkan kebiasaan dan kurang mengikuti proses pemikiran dari judgment itu sendiri.
Auditor dalam melakukan audit atas laporan keuangan juga dituntut untuk mempertimbangkan masalah penetapan pertimbangan tingkat
materialitas. Dalam The Financial Acconting Standard Board FASB No.2 materialitas itu sendiri diartikan sebagai jumlah atau besarnya kekeliruan atau
salah saji informasi akuntansi yang kaitannya dengan kondisi yang bersangkutan, mungkin membuat pertimbangan pengambilan keputusan pihak
yang berkepentingan berubah atau terpengaruh oleh salah saji tersebut. Arens et al 2009:196 mendefinisikan materialitas dalam kaitannya
dengan akuntansi dan pelaporan audit adalah suatu salah saji dalam laporan keuangan dianggap material jika pengetahuan salah saji tersebut dapat
mempengaruhi keputusan pemakai laporan keuangan yang rasional.
xv Pertimbangan tingkat materialitas setiap laporan keuangan tidak akan sama
dengan entitas yang lainnya, tergantung pada ukuran entitas tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Hastuti et al 2003 mengambil objek
penelitian yaitu auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik KAP yang berada di Semarang. Penelitian ini menunjukan bahwa semakin tinggi
profesionalisme auditor, maka akan semakin baik pula tingkat pertimbangan materialitasnya.
Penelitian ini menguji kembali penelitian yang dilakukan oleh Hastuti et al 2003. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada
1 objek penelitian, yaitu auditor yang bekerja pada Kantor akuntan Publik KAP yang berada di Jakarta; 2 Penambahan variabel independen yaitu
pengalaman auditor, Abdool Mohammadi dan Arnold Wright 1987 dalam Sumardi 2002 yang menyatakan bahwa pengalaman ternyata secara
signifikan mempengaruhi pembuatan keputusan audit termasuk didalamnya mengambil keputusan tingkat materialitas.
Berdasarkan hal tersebut diatas penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul ”Pengaruh Profesionalisme dan Pengalaman Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam Proses
Pengauditan Laporan Keuangan”.
xvi
B. Perumusan Masalah