Pengetian Analisis Hak Cipta Waveform Audio Format WAV

8

BAB II LANDASAN TEORI

2.1. Pengetian Analisis

Analisis atau juga disebut dengan analisa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah Penyelidikan terhadap suatu peristiwa karangan, perbuatan, dan sebagainya untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya sebab-musabab, duduk perkaranya, dan sebagainya. http : pusat bahasa. Diknes. Go. Id. Analisis data merupakan upaya mencari dan menata data secara sistematis untuk meningkatkan pemahaman peniliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain. Proses analisis data dalam penelitian adalah sebagai berikut, http : www.um-pwr.ac.id : 1. Menelaah seluruh data yang terkumpul dari berbagai sumber. 2. Mengadakan reduksi data dengan jalan membuat abstraksi. 3. Menyusun dalam satuan-satuan dan kategorisasi. 4. Menafsirkan dan atau memberikan makna terhadap data. Analisis dapat diartikan sebagai proses atau tahapan dalam penelitian atau penyelidikan dalam mengevaluasi data yang telah terkumpul untuk meningkatkan pemahaman sehingga menhasilkan suatu kesimpulan ynag dapat dipertanggungjawabkan.

2.2. Hak Cipta

Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku http:www.dgip.go.id. Hak cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang hak cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis, setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku Yusran Isnaini, 2009:11. Jadi hak cipta adalah hak eksklusif dari pada pencipta atau pemegang hak cipta atau hasil ciptaanya untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya tanpa mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.3. Watermarking

Watermarking atau tanda air bisa diartikan sebagai suatu teknik penyembunyian data atau informasi “rahasia” ke dalam suatu data lainnya dengan cara “menumpangi” kadang disebut host data, tanpa orang lain menyadari adanya data tambahan pada data host-nya Doni Ariyus, 2007:92. Disamping itu, data yang ter-watermark harus tahan robust terhadap serangan-serangan, baik secara sengaja maupun tidak sengaja untuk menghilangkan data watermark didalamanya. Watermarking ini memanfaatkan kekurangan-kekurangan sistem indera manusia seperti mata dan telinga http:digitally1.paume.itb.ac.id. Watermarking merupakan suatu cara untuk penyembunyian atau penanaman datainformasi tertentu baik hanya berupa catatan umum maupun rahasia ke dalam suatu data digital lainnya, tetapi tidak diketahui kehadirannya oleh indera manusia indera penglihatan atau pendengaran, dan mampu menghadapi proses-proses pengolahan sinyal digital sampai pada tahap tertentu. Jadi watermarking dapat juga diartikan sebagai suatu teknik penyisipan atau penyembunyian data atau informasi “umum maupun rahasia” ke dalam data digital lainnya host data tanpa diketahui adanya data tambahan pada host datanya oleh indera manusia seperti mata dan telinga .

2.3.1. Tujuan Penggunaan Watermarking

Dokumen merupakan representasi riwayat organisasi secara eksplisit Doni Ariyus, 2007:221. Dokumen dalam bentuk elektronik dapat memudahkan pembukaan serta penelusuran isi dari riwayat dokumen tersebut yang sebelumnya susah untuk dilakukan pada dokumen dalam bentuk kertas, memungkinkan pembagian informasi information sharing yang efektif, serta dapat memberikan kontribusi pada penyebarluasan pengetahuan pada lingkungan-lingkungan terkait. Dokumen elektronik mendukung pengambilan kebijakan berbasis bukti yaitu dengan menyediakan bukti dari aksi dan keputusan sebelumnya. Namun untuk menghasilaknnya dokumen elektronik tersebut harus dikelola dengan baik untuk menjamin integritas dan otentitasnya. Dokumen-dokumen elektronik yang berisi transaksi elektronik yang otentik harus dijaga sedemikian rupa sehingga tetap terjaga kualitas legal dan bobot buktinya. Untuk itulah dipelukannya teknik watermarking. Penyisipan watermark pada dokumen memiliki berbagai macam tujuan Doni Ariyus, 2007:222. Untuk aplikasi perlindungan hak cipta, tanda yang disisipkan pada dokumen gambar, teks, atau audio digunakan sebagai identifier yang menunjukan hak kepimilikan atau hak penggunaan dokumen. Jenis tanda air mempengaruhi keefektifan tanda air itu sendiri dalam setiap aplikasinya. Baik tanda air perceptible maupun inperceptible, keduanya dapat mencegah terjadinya penyalahgunaan, namun dengan cara yang berbeda. Tanda air digital digunakan untuk memberikan identifikasi sebuah dokumen atas informasi sumber daya, penulis, creator, pemilik, distributor, dan konsumer yang berhak atas dokumen tersebut.

2.3.2. Karakteristik Watermarking

Ada beberapa karakteristik yang diinginkan dari pengguna watermark pada suatu dokumen, diantaranya tidak dapat terdeteksi imperceptible, robustness, dan security Doni Ariyus, 2007:222. 1. Imperceptible : Memberikan karakteristik watermark agar sebisa mungkin harus tidak dapat terlihat atau berbeda dengan dokumen aslinya. Hal ini dimaksudkan untuk tidak merubah status dokumen yang bernilai tinggi secara hukum maupun komersial. 2. Robustness : Karakteristik ini tergantung aplikasi dari watermark itu sendiri. Apabila digunakan sebagai identifikasi kepemilikancopyright, watermark harus memilki ketahanan terhadap berbagai macam modifikasi yang mungkin bisa dilakukan untuk merubahmenghilangkan copyright. Jika digunakan untuk mengautentifikasi content, watermark sebisa mungkin bersifat fragile, sehingga apabila isinya telah mengalami perubahan, maka watermark juga akan mangalamu perubahanrusak, sehingga dapat terdeteksi adanya usaha modifikasi terhadap isi. 3. Security : Teknik watermark harus dapat mencegah usaha-usaha untuk mendeteksi dan memodifikasi informasi watermark yang disisipkan ke dalam dokumen. Kunci watermark menjamin hanya orang yang berhak saja yang dapat melakukan hal tersebut. Namun aspek ini tidak dapat mencegah siapapun untuk membaca dokumen yang bersangkutan.

2.3.3. Cara Kerja Watermarking

Dalam watetmark digital, sebuah sinyal low-energy disisipkan ke sinyal utama sebagai cover signal untuk menyembunyikan sinyal low-energy tersebut Doni ariyus, 2007:223. Pada gambar 2.1 diilustrasikan sinyal low-energy adalah watermark, dan cover signal-nya adalah dokumen yang bisa berupa gambar, video, suara, atau teks dalam format digital. Gambar 2.1. Proses pemberian watermark pada dokumen Sumber : Doni Ariyus, 2007:223 Secara umum, sistem watermarking terdiri atas embedder dan detector Doni ariyus, 2007:223. Embedder berkerja untuk menyisipkan watermark ke dalam dokumen cover signal dan detector akan mendeteksi watermark yang ada di dalam dokumen. Kunci watermark digunakan selama proses penyisipan dan pendeteksian. Kunci tersebut bersifat privat dan hanya boleh diketahui oleh pihak-pihak yang diberi otoritas untuk menyisipkan atau mendeteksi watermark tersebut.

2.3.4. Trade-Off dalam Watermarking

Gambar 2.2. Trade-Off dalam watermarking Sumber : http:digitally1.paume.itb.ac.id Parameter-parameter yang diperlukan dalam penerapan watermarking http:digitally1.paume.itb.ac.id : 1. Jumlah data bit rate yang akan disembunyikan. 2. Ketahanan robustness terhadap pengolahan sinyal. Terdapat suatu trade-off diantara kedua parameter bitrate dan robustness tersebut dengan Invisibly tidak tampak. Bila diinginkan robustness yang tinggi maka bitrate akan menjadi rendah, sedangkan akan semakin visible, dan sebaliknya semakin invisible maka robustness akan menurun. Jadi harus dipilih nilai-nilai dari parameter tersebut agar memberikan hasil yang sesuai dengan yang kita inginkan sesuai dengan aplikasi. Hubungan Invisibility dengan Robustness dapat diterangkan sebagai berikut : misalkan suatu data asli diubah ditambah atau dikurangi sedikit mungkin dengan maksud memberikan efek invisible yang semakin tinggi, maka dengan adanya sedikit proses pengolahan digital saja, perubahan tadi akan berubahhilang. Dengan demikian dikatakan robustness rendah, tetapi invisibility tinggi.

2.3.5. Metode Watermarking

Beberapa buah metode watermarking pada suara digital yaitu phase coding, spread spectrum, echo data hiding, dan low bit coding http:digilib.unikom.ac.id.

1. Phase Coding

Cara kerja metode ini adalah dengan mengganti fase bagian awal sinyal suara dengan fase yang berhubungan yang mewakili data. Fase bagian lain yang mengikuti diatur untuk melindungi fase relatif antar bagian. Phase coding merupakan metode yang paling efektif dari segi perbandingan noise signal-to-perceived. Jika hubungan fase antar setiap komponen frekuensi diubah secara dramatis, akan terjadi dispresi fase yang tampak dengan jelas. Akan tetapi, selama modifikasi fase cukup kecil tergantung pada pengamat, coding yang tidak mungkin terdengar dapat dilakukan.

2. Spread Spectrum

Pada saluran komunikasi normal, konsentrasi informasi pada spektrum frekuensi yang sesempit mungkin sangat diinginkan untuk menghemat bandwidth yang tersedia dan mengurangi tenaga yang dibutuhkan. Dasar teknik spread spectrum dirancang untuk mengkodekan aliran informasi dengan menyebarkan data melalui spektrum frekuensi yang seluas mungkin. Hal tersebut menyebabkan resepsi sinyal, walaupun terdapat interferensi pada beberapa frekuensi. Salah satu metode komunikasi spread spectrum adalah Direct Sequence Spread Spectrum Encoding DSSS. Metode ini menyebarkan sinyal dengan melipatgandakan dengan sebuah chip, panjang maksimum urutan pseudorandom yang dimodulasi pada nilai yang diketahui. Karena sinyal penampung adalah suatu bentuk waktu diskrit, nilai sampling dapat digunakan sebagai nilai chip untuk coding.

3. Echo Data Hiding

Metode Echo data hiding dilakukan dengan menambahkan data pada sinyal suara penampung dengan memunculkan echo. Data yang akan disembunyikan dalam bentuk echo dinyatakan dengan variasi dari tiga parameter, yaitu amplitudo awal, decay rate, dan offset delay. Amplitudo awal menyatakan amplitudo asal dari data suara tersebut, decay rate menyatakan seberapa besar echo yang akan diciptakan, dan offset menyatakan jarak antara sinyal suara dengan echo dalam bentuk fase sudut dalam persamaan analog. Jika offset dari sinyal asal dan echo berkurang, maka kedua sinyal akan bercampur. Echo ini akan terdengar sebagai resonansi. Selanjutnya, untuk proses pengkodean, sinyal suara asal dipecah menjadi beberapa bagian. Pada setiap bagian, echo dimunculkan dengan menggunakan waktu tunda sesuai bit data yang akan disembunyikan. Waktu tunda tersebut dinyatakan dalam parameter offset, serta besarnya echo yang akan disisipkan dinyatakan dengan decay rate. Setelah selesai, semua pecahan sinyal digabungkan kembali sehingga menjadi sinyal utuh.

4. Low Bit Coding

Metode Low-bit-coding adalah cara yang paling sederhana untuk menyimpan data kedalam data yang lain. Dengan mengganti bit yang paling tidak penting atau least significant bit LSB pada setiap titik sampling dengan string berkode biner coded binary string, kita dapat mengkode sejumlah besar data kedalam suara digital. Secara teori, kapasitas saluran adalah 1 kb per detik 1 kbps per 1 kHz. Kelamahan metode ini adalah lemahnya kekebalan terhadap manipulasi. Least Significant Bit LSB termasuk ke dalam teknik penyisipan data ranah spasial waktu, yaitu dengan memodifikasi langsung nilai byte dari covertext nilai byte dapat mempresentasikan intensitas atau warna pixel atau amplitudo. Penyembunyian data dilakukan dengan mengganti bit-bit data dalam segmen covertext dengan bit-bit dari data yang akan disembunyikan. Pada susunan bit di dalam sebuah byte 1 byte = 8 bit, ada bit yang paling berarti Most Significant Bit atau MSB dan bit yang kurang berarti Least Significant Bit atau LSB, contoh: Gambar 2.3. Susunan bit Sumber : http:informatika.org Bit yang bisa diganti adalah bit LSB, karena perubahannya hanya akan mengubah nilai byte satu lebih tinggi atau satu lebih rendah dari nilai sebelumnya. Misalkan byte tersebut menunjukan warna merah, maka perubahan byte tersebut tidak memberi perubahan yang berarti pada warna merah tersebut, karena mata manusia tidak dapat menangkap perubahannya yang sedikit.

2.4. Waveform Audio Format WAV

WAV adalah singkatan dari istilah dalam bahasa inggris Waveform Audio Format, merupakan format standar berkas audio yang dikembangkan Microsoft dan IBM. Walaupun WAV dapat menampung audio dalam bentuk terkompresi, umumnya format WAV merupakan audio yang tidak terkompres Telkom, 2009. Kualitas dari file wave ditentukan oleh bitrate, samplerate, dan jumlah channel UKP,20008. Bitrate merupakan ukuran bit tiap sample-nya, dapat disimpan per 8- bits, 16-bits, 32 bits. Makin banyak bitrate dalam satu sample suara makin baik kualitas suara file tersebut, karena data yang disimpan semakin akurat. Samplerate menyatakan banyaknya jumlah sample yang dimainkan setiap detiknya. Samplerate yang umum dipakai adalah 8000Hz suara yang dihasilkan menyerupai suara telepon, 11025 Hz untuk perkaman suara manusia, 22050 Hz untuk perekaman suara musik dan 44100 Hz, sering dipakai dalam audio cd karena cocok untuk semua jenis suara. Jumlah channel akan menentukan suara yang dihasilkan termasuk mono atau stereo. Mono menggunakan 1 channel suara, sedangkan stereo menggunakan lebih dari 1 chanel suara umumnya 2. Suara manusia dapat direkam secara mono, sedangkan file-file untuk kualitas cd direkam secara stereo.

2.5. Kriptografi