Prosedur Pelaksanaan Permohonan Pengurangan Wajib Pajak Bumi Dan Bangunan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

(1)

LAPORAN TUGAS AKHIR

PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI TENTANG

PROSEDUR PELAKSANAAN PERMOHONAN PENGURANGAN WAJIB PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK

PRATAMA MEDAN TIMUR

DISUSUN OLEH :

NAMA : ONDO ANDREAS MARPAUNG NIM : 082600111

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat TuhanYang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “ Prosedur Pelaksanaan Permohonan Pengurangan Wajib Pajak Bumi dan Bangunan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur”.

Dalam penyusunan tugas akhir, banyak dorongan dan bantuan yang diberikan kepada penulis. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang terhormat:

Drs. Cyrus Sihaloho

Selaku dosen pembimbing, yang telah meluangkan waktu untuk memberikan ilmu, masukan, pemikiran dan kesabaran dalam memberikan bimbingan dan saran selama penyusunan penelitian.

Penyusun juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof.DR.Badarudin,M.Si sebagai Dekan Fakultas ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs.Alwi Hasyim Batubara.M.Si sebagai ketua Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.

3. Seluruh staf dosen Jurusan Administrasi Perpajakan FISIP USU yang telah memberikan bantuan moril dan atas sebagian ilmu yang telah diberikan kepada penulis


(3)

4. Bapak Morland Lumban Tobing,SE Selaku Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur dan Bapak Ariel Satriya selaku AR di Waskon II yang selalu meluangkan waktu untuk memberikan data-data yang penulis butuhkan.

5. Ayahanda, Ibunda, kakak serta keluarga yang selalu memberikan dorongan semangat, kasih sayang, dan do’a.

6. Seluruh rekan-rekan Program Khusus Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU angkatan 2008 yang selalu memberikan dorongan dan semangat.

7. semua pihak yang telah membantu penulis, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa Laporan Tugas Akhir ini masih harus disempurnakan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak penulis terima guna penyempurnaan di masa mendatang.Akhir kata dengan segala pengharapan dan do’a semoga laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis, maupun pembaca pada umumnya.

Medan, Juni 2011

Penulis


(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I: PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan dan Manfaat PKLM ... 2

1.3. Uraian Teoritis ... 4

1.4. Ruang Lingkup PKLM. ... 10

1.5. Metode PKLM ... 10

1.6. Metode Pengumpulan Data ... 11

1.7. Sistematika Penulisan Laporan PKLM... 12

BAB II: GAMBARAN UMUM OBJEK PKLM ... 14

2.1. Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Timur ... 14

2.2. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Timur ... 15

2.3. Uraian Tugas dan Fungsi ... 16

2.4. Gambaran Pegawai KPP Pratama Medan Timur ... 20

BAB III: GAMBARAN DATA PRAKTIK ... 22

3.1.Pengertian ... 22

3.2.Subjek dan Objek Pajak Bumi dan Bangunan ... 23

3.3.Tarif Pajak Bumi dan Bangunan ... 26

3.4.Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan ... 27


(5)

3.6.Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak... 28

3.7.Dasar Penghitungan PBB Terhutang ... 29

3.8.Tahun Pajak ... 30

3.9.Pembayaran Pajak ... 30

3.10.Pengurangan ... 31

3.11.Dasar Penagihan PBB ... 31

BAB IV: ANALISIS dan EVALUASI ... 33

4.1. Pengurangan PBB... 33

4.2. Prosedur dan Tata Kerja Aparatur Pajak ... 39

4.3. Tempat Pembayaran PBB ... 42

4.4. Pajak Terhutang... 42

BAB V: KESIMPULAN dan SARAN ... 43

5.1. Kesimpulan ... 43

6.2. Saran ... 43


(6)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) selama ini diidentikkan dengan Pajak Lempung karena objek pajak utamanya berupa tanah (bumi) dengan wajib pajak

yang meliputi seluruh golongan masyarakat dari golongan rakyat jelata sampai pejabat tinggi Negara, sementara kontribusi finansial untuk penerimaan Negara masih relatif kecil dibandingkan dengan jenis pajak lainnya.Kecilnya kontribusi pemasukan tersebut tercipta karena struktur tarif pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan mencakup kebutuhan hidup dasar masyarakat dan aspek-aspek yang sangat rentan terhadap gejolak masyarakat (Supriyanto, 1994 : 3).

Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan yang mulai berlaku efektif sejak 1 Januari

1986,diharapkan kesadaran perpajakan dari masyarakat akan meningkat secara

continue,sehingga penerimaan pajak akan meningkat pula.Karena dengan sistim

perpajakan ini lebih sederhana dan memberikan kepercayaan kepada wajib pajak dalam melaksanakan kewajibannya serta memenuhi haknya di bidang perpajakan.

Dalam hal pengenaan pajak terhadap objek Pajak Bumi dan Bangunan salah satu caranya adalah memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk mendaftarkan sendiri Objek Pajak yang di kuasai/dimilikinya (self Assessment di bidang pelaporan) ke Direktorat Jenderal Pajak atau tempat-tempat lain yang ditunjuk.


(7)

Mengingat besarnya jumlah Objek Pajak dan beragamnya tingkat pengetahuan dan pendidikan dari Wajib Pajak, maka belum seluruhnya Wajib Pajak dapat melaksanakan kewajiban untuk mendaftarkan Objek Pajak yang dikuasai/dimilikinya dan belum seluruhnya Wajib Pajak dapat mengerti prosedur-prosedur yang terdapat di dalam hal Perpajakan ini,baik dalam hal prosedur-prosedur penetapan Pajak,dan prosedur permohonan pengurangan Pajak yang telah

ditetapkan terhadap Wajib Pajak yang terjadi,sehingga mengakibatkan kekeliruan antara Wajib Pajak dengan pihak Fiskus.Salah satu permasalahan yang di angkat dalam penelitian adalah mengenai hal prosedur permohonan pengurangan yang di ajukan oleh Wajib Pajak terhadap Fiskus.

Dalam hal pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang diajukan oleh Wajib Pajak (WP) sebagaimana telah di maksud dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor110/PMK.03/2009 Pasal 2 (dua) ayat 1 (satu) yaitu tentang Pemberian Pengurangan Pajak Bumi Dan Bangunan.

1.2. TUJUAN DAN MANFAAT PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI 1.2.1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

1. Untuk mengetahui prosedur permohonan pengurangan sehingga dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaannya.

2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang terdapat dalam pelaksanaan penyelesaian pengurangan atas PBB.

3. Untuk mengetahui penyebab terjadinya perselisihan antara wajib pajak dengan aparat pajak (FISKUS).


(8)

1.2.2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri Bagi Mahasiswa

1. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengulas kasus yang sama pada penulisan dimasa datang.

2. Dapat digunakan sebagai bahan untuk mengetahui pelaksanaan permohonan pengurangan Pajak bumi dan Bangunan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

3. Sebagai bahan latihan dalam mengembangkan pengetahuan dan wawasan yang dimiliki penulis di bidang perpajakan,khususnya Pajak Bumi dan Bangunan.

Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fisip USU

1. Mempererat hubungan Universitas Sumatera Utara dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

2. Memberikan gambaran secara nyata mengenai Pajak Bumi dan Bangunan.

Bagi KPP Pratama Medan Timur

1. Kerjasama yang baik dengan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

2. Agar bermanfaat bagi masyarakat khususnya wajib pajak Pajak Bumi dan Bangunan.


(9)

1.3.1 Pengertian Pajak

Menurut P.J.A Andriani Pajak adalah iuran wajib kepada Negara (yang dapat di paksaan) yang terhutang dan wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang),dengan tidak mendapatkan prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintah. (Zain,2007: 10).

Menurut Rochmat Soemitro Pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-Undang (yang dipaksakan) dengan tiada mendapati jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. (Zain,2007:11 ) .

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak daerah dan Retribusi Daerah “Pajak Daerah yang selanjutnya disebut Pajak ialah kontribusi wajib kepada Daerah yang terhutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Berdasarkan uraian-uraian diatas dapat ditarik kesimpulan:

1. Pajak merupakan kontribusi wajib dari rakyat kepada Negara 2. Dapat dipaksakan karena berdasarkan Undang-Undang.

3. Digunakan untuk membiayai pengeluaran umum

Negara,pengeluaran rutin, pembiayaan pembangunan dalam hal menjalankan Pemerintahan.


(10)

1.3.2. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah suatu sarana dalam

administrasi perpajakan yang digunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak.(Sihaloho,2001:21)

1.3.2. Fungsi Pajak

Fungsi pajak ada dua yaitu: 1. Fungsi Budgeter

Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun

pembangunan.(Resmi,2008:3). 2. Fungsi Regulerend

Pajak mempunyai fungsi pengatur,artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan Pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi,serta mencapai tujuan-tujuan tertentu diluar bidang keuangan.(Resmi,2008:3).

1.3.3. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan

Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan adalah Pungutan yang dikenakan terhadap Bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan yang dikelola oleh pemerintah pusat untuk

pembiayaan pembangunan daerah.

1.3.4. Wajib Pajak Bumi dan Bangunan

Orang pribadi yang dikenakan kewajiban untuk membayar Pajak Bumi dan Bangunan.


(11)

1.3.5. Subjek dan Objek Pajak Bumi dan Bangunan

Subjek Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) seperti tercantum dalam pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang perubahan atas Undang Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang PBB yang berbunyi Yang menjadi Subjek Pajak adalah Orang atau Badan Hukum yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi, dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan.

Sedangkan mengenai Objek Pajak Bumi dan Bangunan diatur dalam pasal

2 ayat (1) Undang Undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang perubahan Undang Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan yaitu “ Yang menjadi Objek Pajak adalah bumi dan/atau bangunan.

1.3.6. Penetapan Pajak Bumi dan Bangunan

Penetapan Pajak Bumi dan Bangunan berdasarkan nilai tanah (bumi) dan bangunan. Dasar penetapannya sesuai dengan klasifikasi bumi dan bangunan dalam pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang perubahan Undang Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang PBB menentukan bahwa Dasar pengenaan pajak adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). (Tarigan,1995 :28). Selanjutnya NJOP setiap tiga tahun ditetapkan oleh Menteri Keungan,kecuali untuk daerah tertentu ditetapkan setiap tahun.

1.3.7. Pengertian dan Dasar Peraturan Pengurangan atas PBB

Manusia hidup bermasyarakat dan bernegara, perlu mengetahui hak dan

kewajiban individu terhadap Negara. Membayar pajak adalah salah satu

kewajiban warga Negara untuk turut serta mempertahankan kelangsungan hidup Negara dan bangsa. Untuk dapat melakukan kewajiban perpajakan,maka setiap


(12)

Wajib Pajak mempunyai beberapa hak yang dapat diajukan kepada Dirjen Pajak apabila didalam penetapan pajak tersebut tidak sesuai dengan keadaan Wajib Pajak. Beberapa hak kewajiban Wajib Pajak tersebut diantaranya adalah: Wajib Pajak berhak mengajukan permohonan pengurangan atas PBB secara

tertulis,berdasarkan pasal 19 Undang-Undang Pajak bumi dan Bangunan. Dan yang dimaksud dengan pengurangan atas PBB untuk memberikan keringanan pembayaran pajak yang terhutang adalah:

1. Objek Pajak, karena kondisi tertentu yang ada hubunganya dengan WP dan/atau sebab-sebab tertentu lainnya.

2. Objek Pajak terkena bencana alam seperti gempa bumi,banjir,gunung meletus dan tanah longsor.

3. Objek Pajak terkena sebab-sebab lain yang luar biasa seperti : kebakaran,kekeringan,wabah penyakit dan hama tanaman.

Dasar peraturan pelaksanaan pemberian pengurangan antara lain:

1. Pasal 19 Undang Undang Nomor 12 tahun 1994 tentang perubahan atas perubahan Undang Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan

2. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 158/KMK.04/1991 tanggal 13 Februari 1991

3. Surat keputusan Menteri Keuangan Nomor 470/KMK.04/1991 tanggal 22 Juli 1991 tentang petunjuk pelaksanaan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan.


(13)

Permohonan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia kepada Kantor Pelayanan Pajak yang menerbitkan Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) atau Surat Ketetapan Pajak (SKP).

Permohonan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan karena kondisi tertentu Objek Pajak yang ada hubungannya dengan Subjek Pajak dan atau karena sebab-sebab tertentu lainnya diajukan selambat-lambatnya 60 (Enam Puluh) hari sejak diterimannya Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang atau Surat Ketetapan Pajak oleh Wajib Pajak.

Sedangkan permohonan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan dalam hal Objek Pajak terkena bencana alam atau sebab lain yang luar biasa diajukan selambat-lambatnya 60 (Enam Puluh) hari sejak terjadinya bencana alam atau sebab lain yang luar biasa.

Apabila batas waktu pengajuan tersebut di atas tidak terpenuhi,maka permohonan itu tidak diproses dan kepala Kantor Pelayanan Pajak

memberitahukan kepada pemohon secara tertulis dengan diberikan kejelasan seperlunya.

Permohonan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan untuk ketetapan Pajak Bumi dan Bangunan sampai dengan Rp.25.000,- dapat diajukan secara perseorangan ataupun kolektif (melalui Kepala Desa/Lurah yang bersangkutan) dengan menggunakan formulir yang telah ditetapkan.

Permohonan pengurangan untuk ketetapan diatas Rp.25.000,- harus diajukan oleh Wajib Pajak yang bersangkutan dengan melampirkan fotokopi SPPT/SKP dari tahun pajak yang diajukan permohonan pengurangannya.


(14)

Sedangkan untuk Wajib Pajak badan harus melampirkan:

1. Fotokopi SPPT/SKP dari tahun Pajak yang diajukan permohonan pengurangannya

2. Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan (SPT Pph) tahun Pajak yang terakhir beserta lampirannya.(Tata Cara Pemberian Pengurangan PBB).

Permohonan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan atas Objek Pajak yang terkena bencana alam,hama tanaman dan sebab lain yang luar biasa dan bersifat massal,diajukan secara tertulis oleh Kepala Desa/Lurah dan diketahui Camat dengan mencantumkan nama-nama Wajib Pajak yang dimohonkan pengurangannya,dengan mempergunakan formulir yang telah ditentukan Kantor Pelayanan Pajak yang menerima surat permohonan pengurangan akan memberikan tanda terimanya.

1.4.RUANG LINGKUP PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM).

Didalam penulisan ini penulis membatasi permasalahan agar tidak terlalu meluas serta jelas arah yang akan di bahas dari penulisan karya ilmiah ini. Oleh karena itu penulis merumuskannya dalam bentuk perumusan masalah yang merupakan salah satu upaya untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan apa yang ingin kita cari dari jaabannya itu:

1. Kendala dalam prosedur pengajuan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan


(15)

2. Penyebab terjadinya perselisihan antara Wajib Pajak dengan aparat Pajak

3. Kendala-kendala apa saja yang ditemukan dalam hal pengajuan pengurangan.

1.5. METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) 1.5.1. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini,penulis menggunakan metode deskriptif yaitu ingin menggambarkan problem yang terdapat dalam prosedur pemberian pengurangan.

1.5.2. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini,penulis mengambil lokasi penelitian di Kantor Pelayan Pajak Pratama Medan Timur

1.5.3. Teknik analisa data

Penyusunan skripsi minor ini oleh penulis dengan dengan menggunakan teknik analisa kwalitatif,yang berguna untuk menemukan jawaban atas permasalahan yang terjadi sehingga tercerminnya kwalitas penelitian yang telah dilakukan.Data-data, keterangan dan penjelasan yan diperlukan sudah terkumpul yaitu diperoleh dari hasil observasi dan wawancara,yang dilanjutkan dengan mengelolah, menganalisis dan menguraikan data yang diperoleh dengan berpedoman dengan landasan teori yang telah ada sebagai bahan perbandingan dan pertimbangan terhadap masalah yang diteliti dengan pengaplikasiaannya dalam praktek.


(16)

1.6. METODE PENGUMPULAN DATA 1.6.1.Observasi

Yaitu melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek yang akan diteliti.

1.6.2.Wawancara

Yaitu tanya jawab secara langusng kepada pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur yang menjadi sampel dalam penelitian ini.

1.7. SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN BAB I : PENDAHULUAN

Yang menguraikan Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah,Tujuan dan Manfaat Penelitian,Uraian

Teoritis,Kerangka Konsep Penelitian,Metodologi penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Yang menguraikan tentang Sejarah singkat berdirinya Kantor Pelayanan Pajak PRATAMA Medan Timur.

BAB III : GAMBARAN DATA PRAKTIK

Yang menguraikan tentang ketentuan-ketentuan umum, Subjek dan Objek, Cara perhitungan dan pendaftaran Objek Pajak Bumi dan Bangunan.


(17)

BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI

Yang menguraikan tentang pembahasan permasalahan di dalam pelaksanaan permohonan pengurangan yang di ajukan oleh Wajib Pajak.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam Bab ini penulis menguraikan beberapa kesimpulan dan saran-saran dari penulisan tugas akhir ini.Dimana penulis berharap tulisan ini dapat berguna bagi masyarakat.


(18)

BAB II

GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK MEDAN TIMUR

2.1.SEJARAH SINGKAT KPP MEDAN TIMUR

Dengan adanya peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.123/PMK.01/2006 jo No.67/PMK.01/2008, tentang organisasi dan tata kerja instansi Vertikal Direktorat Jendral Pajak, yang didalam keputusan tersebut telah berubahnya sebagian besar instruksi dan terbentuknya Kantor Pelayanan Pajak dan Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan. Adapun sebelumnya nama sebutan dari Kantor Pelayanan Pajak adalah Kantor Inspeksi Pajak (KIP).

Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur didirikan pada tanggal 27 Mei 2008. Berdasarkan keputusan Direktorat Jendral Pajak No.Kep.95/PJ.01/2008 tanggal 19 Mei 2008. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

merupakan penggabungan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dan Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)dan Kantor Pemeriksaan Pajak. Pada 27 Mei 2008 Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan terbagi menjadi 6 (enam) KPP yaitu :

1. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur. 2. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota. 3. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia. 4. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.


(19)

5. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan. 6. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah.

Adapun ruang lingkup wilayah kerja dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur meliputi :

1. Kecamatan Medan Tembung. 2. Kecamatan Medan Timur. 3. Kecamatan Medan Perjuangan.

2.2. STRUKTUR ORGANISASI KPP MEDAN TIMUR

Struktur Organisasi adalah suatu bagan yang menggambarkan secara

sistematis mengenai penetapan tugas-tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung jawab pegawai masing-masing telah ditentukan sebelumnya. Tujuannya adalah untuk membina keharmonisan kerja agar pekerjaan dapat dilaksanakan dengan baik, teratur dan efisien.

Adapun struktur yang digunakan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur adalah struktur organisasi linier dan Staf. Adapun organisasi yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur, antara lain :

1. Sub Bagian Umum.

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI). 3. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I.

4. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II. 5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III. 6. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV. 7. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan.


(20)

8. Seksi Penagihan. 9. Seksi Pemeriksaan. 10.Seksi Pelayanan

2.3.URAIAN TUGAS DAN FUNGSI KPP MEDAN TIMUR

Tugas dan fungsi masing-masing akan di uraikan dalam setiap seksi,

untuk dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Pembagian tugas dan wewenang masing-masing seksi dalam struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur adalah :

2.3.1.Sub Bagian Umum, terdiri dari :

1. Pelaksanaan Tata Usaha dan Kepegawaian yang bertugas membantu menangani Tata Usaha dan Kepegawaian.

2. Pelaksanaan Keuangan yang bertugas menangani urusan Keuangan.

3. Pelaksanaan Rumah Tangga yang bertugas menangani urusan perlengkapan Rumah Tangga.

2.3.2.Seksi Pengolahan Data dan Informasi, terdiri dari :

1. Pelaksanaan Tata cara Pemprosesan dan Penatausahaan Dokumen Masuk di Seksi PDI.

2. Pelaksanaan Tata cara penatausahaan Alat Keterangan.

3. Pelaksanaan Tata cara Penyusunan Rencana Penerimaan Pajak berdasarkan potensi Pajak, perkembangan Ekonomi dan Keuangan.


(21)

5. Pelaksanaan Tata cara Pemanfaatan Bank Data.

6. Pelaksanaan Tata cara Penatausahaan Penerimaan PBB Non Elektronik.

7. Pelaksanaan Tata cara Pembuatan laporan penerimaan PBB/BPHTB

8. Pelaksanaan Tata cara Penyelesaian Hasil Penerimaan PBB.

2.3.3.Seksi Pengawasan dan Konsultasi, terdiri dari :

1. Pelaksanaan Pemprosesan dan penata usahaan Dokumen masuk di Seksi Pengawasan dan Konsultasi.

2. Pelaksanaan penerbitan surat perintah membayar kelebihan pajak dan surat perintah membayar imbalan bunga.

3. Pelaksanaan penyelesaian permohonan pengguna nilai buku dalam rangka penggabungan usaha, pengambilan usaha atau pemekaran usaha.

4. Pelaksanaan penyelesaian permohonan keberatan, pembetulan, pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah di KPP.

5. Pelaksanaan permohonan penyelesaian permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi Administrasi PBB di KPP.

6. Pelaksanaan pemberian bimbingan kepada Wajib Pajak.


(22)

1. Pelaksanaan Pemrosesan dan Penatausahaan Dokumen masuk di Seksi Penagihan.

2. Pelaksanaan penagihan, yang bertugas membantu penyiapan surat tagihan, surat paksa, surat perintah, melaksanakan penyitaan, usulan lelang, dan penagihan lainnya.

3. Pelaksanaan penatausahaan Surat Ketetapan Pajak dan Surat Tagihan Pajak beserta bukti pembayarannya.

4. Pelaksanaan penatausahaan Surat Keputusan Pembetulan/ Keberatan/Putusan Banding/ Pengurangan atau Pembatalan ketetapan Pajak dan Surat Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi pada Seksi Penagihan.

2.3.5.Seksi Ekstensifikasi, terdiri dari :

1. Pelaksanan Pemprosesan dan Penatausahaan Dokumen Masuk di Seksi Ektensifikasi Perpajakan.

2. Pelaksanaan pendaftaran Objek Pajak baru dengan Penelitian kantor dan lapangan.

3. Pelaksanaan penilaian individual Objek PBB.

4. Pelaksanaan pembuatan daftar biaya komponen bangunan. 5. Pelaksanaan mutasi seluruhnya dan sebagian Objek dan

Subjek Pajak.

6. Pelaksanaan penyelesaian permohonan Surat Keterangan Nilai Jual Objek Pajak.


(23)

1. Pelaksanaan Tata cara Pemprosesan dan Penatausahaan dokumen masuk di seksi penerimaan.

2. Pelaksanaan Tata cara Penyelesaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahun Pajak.

3. Pelaksanaan penyelesaian usulan Pemeriksaan.

4. Pelaksanaan Penatausahaan Laporan Pemeriksaan Pajak dan Nota Penghitungan.

5. Pelaksanaan Penyelesaian permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Pajak Penjualan Barang Mewah.

2.3.7.Seksi Pelayanan, terdiri dari :

1. Pelaksanaan penatausahaan surat, Dokumentasi, dan Laporan Wajib Pajak pada Tempat Pelayanan Terpadu.

2. Pelaksanaan pendaftaran dan penghapusan NPWP.

3. Pelaksanaan penerimaan, Perpanjangan, Penerbitan surat teguran SPT.

4. Pelaksanaan pemenuhan permintaan Konfirmasi dan Klarifikasi.

5. Pelaksanaan penyelesaian permohonan pencetakan dan pembetulan STP, SKP.

6. Pelaksanaan penyelesaian permohonan pembukuan dalam bahasa inggris dan Mata Uang Dollar Amerika Serikat dan penerbitan surat perintah Membayar Kelebihan Pajak untuk


(24)

Perwakilan Negara Asing dan badan internasional serta Pejabat/tenaga ahlinya.

7. Pelaksanaan penerbitan SKP.

8. Pelaksanaan penatausahaan Dokumen Wajib Pajak.

2.4. GAMBARAN PEGAWAI KPP MEDAN TIMUR

Adapun wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

adalah Kecamatan Medan Timur, Kecamatan Medan Tembung dan Kecamatan Medan Perjuangan. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur ini dikepalai oleh seorang Kepala Kantor yang membawahi 10 seksi dan 1 kelompok jabatan

Fungsional. Dan berdasarkan data hingga Juni 2011, jumlah pegawai KPP Medan Timur adalah sebanyak 82 orang, dengan perincian sebagai berikut :

1. Berdasarkan Pendidikan

1. Master (S2) 5 orang

2. Sarjana 28 orang

3. D IV 1 orang

4. D III/Sarjana Muda 18 orang

5. D I 19 orang

6. SLTA 9 orang

7. SLTP 2 orang

2. Berdasarkan Pangkat

1. Golongan IV 2 orang

2. Golongan III 45 oramg


(25)

3. Berdasarkan Eselon

1. Eselon III 1 orang

2. Eselon IV 9 orang

3. Fungsional 12 orang

4. Account representative (AR) 20 orang


(26)

BAB III

GAMBARAN DATA PRAKTIK 3.1.PENGERTIAN

3.1.1.Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan

Menurut P.J.A Andriani Pajak adalah iuran wajib kepada Negara (yang

dapat di paksaan) yang terhutang dan wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang),dengan tidak mendapatkan prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintah (Zain,2007: 10).

Pajak Bumi dan Bangunan adalah Pajak Negara yang dikenakan terhadap

Bumi dan atau Bangunan berdasarkan Undang-Undang No.12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No.12 Tahun 1994 dan mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 1986 berdasarkan Undang-Undang No.12 Tahun 1985.

Pajak Bumi dan bangunan adalah Pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak terhutang ditentukan oleh keadaan Objek Pajak yaitu bumi/bangunan.

Sedangkan bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah atau perairan.


(27)

Yang termasuk dalam pengertian bangunan adalah: 1. Jalan Tol.

2. Kolam renang. 3. Pagar mewah. 4. Tempat olah raga.

5. Galangan Kapal, dermaga. 6. Taman mewah.

7. Tempat penampungan /kilang minyak, air, gas, pipa minyak 8. Fasilitas lain yang memberikan manfaat.

Dasar Hukum Pajak Bumi dan Bangunan adalah pasal 33 ayat (3)

Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi ”Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya di kuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran Rakyat.”

Sedang dasar pemungutannya adalah pasal 23 ayat (2) yang berbunyi ”Segala pajak untuk keperluan Negara berdasarkan undang-undang”.

3.2.SUBJEK DAN OBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN 3.2.1.Subjek Pajak Bumi dan Bangunan

Yang dimaksud Subjek Pajak adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi dan memperoleh manadan yang secara nyata mempunyai suatu hak bumi dan memperoleh manfaat atas bumi dan/atau memiliki, menguasai,dan/atau memperoleh manfaat bangunan (Psl 4/1)


(28)

Subjek Pajak sebagaimana dimaksud dalam nomor 1 diatas, yang dikenakan kewajiban membayar pajak menjadi wajib pajak.

Subjek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata : a. Mempunyai suatu hak atas bumi

b. Memperoleh manfaat atas bumi c. Memiliki bangunan

d. Menguasai bangunan

e. Memperoleh manfaat atas bangunan.

3.2.2.Objek Pajak Bumi dan Bangunan

Yang menjadi Objek Pajak Bumi dan Bangunan antara lain:

3.2.2.1. Objek Pajak

1. Yang menjadi Objek Pajak adalah bumi dan/atau Bangunan.

2. Yang dimaksud dengan klasifikasi bumi dan bangunan adalah pengelompokan bumi dan bangunan menurut nilai jualnya dan digunakan sebagai pedoman,serta untuk memudahkan penghitungan pajak yang terhutang.

Dalam menetukan klasifikasi bumi/tanah diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:

1. Letak 2. Peruntukan 3. Pemanfaatan


(29)

Dalam menentukan klasifikasi bangunan diperhatikan factor-faktor sebagai berikut:

1. Bahan yang digunakan. 2. Rekayasa.

3. Letak.

4. Kondisi lingkungan dan lain-lain.

3.2.3.Pengecualian Objek Pajak

Objek Pajak yang tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan adalah Objek Pajak yang:

1. Digunakan semata-mata untuk melayanai kepentingan umum dan tidak untuk mencari keuntungan,antara lain:

1. Dibidang ibadah, contoh : masjid, greja dan wihara. 2. Dibidang kesehatan, contoh : rumah sakit.

3. Dibidang pendidikan, contoh : madrasah, pesantren. 4. Dibidang sosial, contoh : panti asuhan.

5. Dibidang kebudayaan dan nasional, contoh : museum, candi. 2. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau sejenis

dengan itu.

3. Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah pengembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah Negara yang belum dibebani suatu hak.

4. Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat, berdasarkan azas perlakuan timbal balik.


(30)

5. Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditentukan oleh Menteri Keuangan.

3.3.TARIF PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

Tarif Pajak Bumi dan Bangunan untuk perdesaan dan perkotaasn

diturunkan dari 0,5 persen terhadap Nilai Jual Objek Pajak setinggi-tingginya 0,3 persen dari NJOP langkah ini diharapkan dapat memperluas basis pemungutan PBB. Kewenangan penetapan tarif PBB akan dialihkan dari pemerintah pusat kepada pemerintah pusat kepada pemerintah pusat kepada pemerintah

kabupaten/kota setelah 31 Desember 2013.

Bagi sektor-sektor PBB lainnya masih menggunakan tarif 0,5 persen.tarif yang menggunakan 0,3 persen hanya pada sektor perdesaan dan perkotaan saja. “Saat ini, basis data PBB mencapai 92 juta objek pajak.itu akan kami

didistribusikan secara bertahap kepada daerah. Namun daerah harus memiliki perangkat teknologi informasi yang kuat karena mengelola data yang sangat besar itu bukan perkara mudah. Jika teknologinya tidak kuat, bisa ada kesalahan

penetapan NJOP “. Ungkapan Direktur Ekstensifikasi Pajak Direktorat Jenderal Pajak.

Perubahan tarif PBB Perdesaan dan Perkotaan itu ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD) yang selesai diamandemen pada 15 September 2009.


(31)

Dasar pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). NJOP ditetapkan perwilayah berdasarkan keputusan Menteri Keuangan dengan menpertimbangan Gubernur serta memperhatikan :

1. Harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar

2. Perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis yang letaknya berdekatan dan fungsinya sama dan telah diketahui harga jualnya 3. Nilai perolehan baru

4. Penentuan Nilai Jual Objek Pajak pengganti

Berdasarkan NJOP tersebut digunakan sebagai dasar pengenaan PBB yang ditetapkan setiap tiga tahun sekali, ditetapkan Menteri Keuangan kecuali untuk daerah tertentu setiap tahun sesuai dengan perkembangan daerahnya.

Adapun faktor-faktor yang diperlukan dalam menentukan NJOP untuk Bumi adalah letak / lokasi tanah, peruntukan, pemanfaatan kondisi lingkungan dan faktor-faktor lainnya ( Salamun A T, 1993:164).

Pengertian NJOP dalam Pasal I angka 3 Undang-Undang No.12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana diubah dengan Undang-Undang No.12 Tahun 1994 adalah yang diperoleh dari transaksi jual beli. Dasar hukum berlakunya di Indonesia adalah berdasarkan Undang-Undang No.12 Tahun Undang-undang No.12 Tahun 1994 dan mulai berlaku 1 Januari 1995.


(32)

Besarnya NJOP tersebut digunakan sebagai dasar pengenaan PBB yang ditetapkan setiap 3 tahun sekali, ditetapkan oleh Menteri Keuangan kecuali untuk daerah tertentu ditetapkan setiap tahun sesuai dengan perkembangan daerahnya ( Boediono, 2000: 497 ).

3.5.NILAI JUAL OBJEK PAJAK (NJOP)

Nilai Jual Objek Pajak adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, Nilai Jual Objek Pajak dapat ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis atau nilai perolehan baru, dan Nilai Jual Objek Pajak Pengganti (Pasal 1).

Nilai Jual Objek Pajak meliputi nilai jual permukaan bumi (tanah, perairan pedalaman serta wilayah Indonesia) beserta kekayaan alam yang berada di atas maupun di bawahnya dan/atau bangunan yang melekat padanya (KMK 523/98).

3.6.NILAI JUAL OBJEK PAJAK TIDAK KENA PAJAK (NJOPTKP)

NJOPTKP adalah batas NJOP atas bumi dan/atau bangunan yang tidak kena pajak.Besarnya NJOPTKP untuk setiap daerah Kabupaten/Kota setinggi-tingginya Rp.12.0000.0000,- dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Setiap wajib pajak memperoleh pengurangan NJOPTKP sebanyak satu kali dalam satu Tahun Pajak.

2. Apabila Wajib Pajak mempunyai beberapa Objek Pajak, maka yang mendapatkan pengurangan NJOPTKP hanya satu Objek Pajak yang nilainya terbesar dan tidak biasa digabungkan dengan Objek Pajak lainnya


(33)

Selain mengubah besarnya tarifnya, Undang-undang ini juga menetapkan aturan baru tentang Nilai Jual Kena Pajak (NJKP) dan Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP).

Sebelumnya, NJKP ditetapkan 20-100 persen dari NJOP yang sudah dikurangi NJOPTKP, kini aturan tersebut tidak dipergunakan lagi.

3.7.DASAR PENGHITUNGAN PBB TERHUTANG

Cara menghitung pajak adalah dengan mengalikan tarif pajak dengan Nilai

Jual Kena Pajak (NJKP). Namun demikian khusus untuk NJOP yang besarnya 12.000.000,- (dua belas juta rupiah) tidak kena pajak yang disebut dengan Nilai Jual Objek Pajak Tidak kena pajak (NJOPTKP).

Rumus Penghitungan PBB = Tarif x NJKP

Jika NJKP = 20% x ( NJOP-NJOPTKP ) Maka besarnya PBB

= 0,5% x 20% x ( NJOP-NJOPTKP ) = 0,1% x ( NJOP-NJOPTKP )

Jika NJKP = 40% x ( NJOP- NJOPTKP ) Maka besarnya PBB

= 0,5% x 40% ( NJOP-NJOTKP ) = 0,2% x ( NJOP-NJOPTKP ) Atau ;

Bumi = Rp xxx

Bangunan = Rp xxx +

NJOP Total = Rp xxx

NJOPTKP = Rp xxx +

NJKP = Rp xxx

Assesment Value = 20% atau 40% x

= Rp xxx

Tarif = 0,5% x

PBB Terhutang = Rp xxx

3.8 TAHUN PAJAK

Tahun Pajak adalah jangka waktu satu tahun takwim. Jangka waktu satu tahun takwim adalah dari 1 januari sampai dengan 31 Desember. Saat yang


(34)

menentukan pajak terhutang adalah keadaan objek pajak pada tanggal 1 Januari. Perubahan objek pajak setelah tanggal 1 januari, baik penambahan atau

pengurangan tidak akan mempengaruhi besarnya pajak yang terhutang untuk tahun yang bersangkutan.

3.9. PEMBAYARAN PAJAK

Pajak yang terhutang menurut SPPT (Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang) harus dilunasi selambat-lambatnya 6 bulan sejak tanggal diterimanya SPPT oleh wajib pajak. Sedangkan pajak yang terhutang berdasarkan SKP harus dilunasi selambat-lambatnya 1 bulan sejak tanggal diterimanya SKP oleh wajib pajak. Jumlah pajak yang terhutang berdasarkan STP harus dilunasi selambat-lambatnya 1 bulan sejak tanggal diterimanya STP oleh wajib pajak.Pembayaran pajak yang terhutang dapat dilakukan di:

a. Seluruh cabang Bank Pemerintah kecuali Bank Pembangunan Indonesia (BAPINDO) dan Bank Tabungan Negara (BTN)

b. Kantor Pos dan Giro

c. Dan tempat-tempat lain yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.

3.10. PENGURANGAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pemberian keringanan pajak yang terutang atas Objek Pajak.

Pajak Bumi dan Bangunan adalah Pajak Negara yang dikenakan terhadap Bumi dan atau Bangunan berdasarkan Undang-Undang No.12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No.12 Tahun 1994 dan mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 1986


(35)

berdasarkan Undang-Undang No.12 Tahun 1985. Disamping itu Pajak Bumi dan Bangunan bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan Objek Pajak yaitu Bumi / Bangunan.

Bumi adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan atau perairan (Soemitro, 2001: 51).

3.11. DASAR PENAGIHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

Adapun dasar penagihan Pajak Bumi dan Bangunan Yaitu : 1. Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT)

2. Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) diterbitkan untuk memberitahukan besarnya pajak yang terhutang kepada Wajib Pajak 3. Surat Ketetapan Pajak (SKP)

Surat Ketetapan Pajak diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak yang digunakan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota untuk

memberitahukan besarnya pajak yang terhutang, termasuk denda administrasi kepada wajib pajak dalam hal :

a. Wajib Pajak tidak mengembalikan SPOP yang disampaikan kepadanya walaupun telah ditegur

b. Berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain ternyata jumlah pajak yang terhutang lebih besar dari jumlah pajak yang dihitung berdasarkan SPOP yang disampaikan oleh wajib pajak.


(36)

d. Surat Tagihan Pajak digunakan oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) pembayaran tidak atau kurang dibayar beserta denda administrasi sebesar 2 % per bulan.


(37)

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI 4.1.PENGURANGAN PAJAK BUMI Dan BANGUNAN

Untuk pelaksanaan azas-azas yang terdapat dalam pemungutan pajak, salah satunya adalah azas keadilan. Keadilan disini artinya menerapkan kewajiban dan hak-hak yang sama terhadap Wajib Pajak. Salah satu hak Wajib Pajak adalah Wajib Pajak berhak untuk mengajukan permohonan pengurangan PBB.

Permohonan pengurangan PBB tersebut diajukan oleh Wajib Pajak kepada Kantor Pelayanan Pajak dan Selanjutnya akan diproses. Namun terlebih dahulu diadakan penelitian kebenaran persyaratan yang akan ditunjukan dalam surat permohonan pengurangan PBB. Penelitian atas kebenaran

bukti-bukti/persyaratan permohonan pengurangan yang dipenuhi oleh Wajib Pajak itu akan menentukan dapat atau tidaknya surat permohonan pengurangan tersebut untuk diproses.

BerdasarkanPeraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 110/PMK.03/2009 Pasal 2 (dua) ayat 1 (satu) yaitu tentang Pemberian Pengurangan Pajak Bumi Dan Bangunan.


(38)

Pengurangan dapat diberikan kepada Wajib Pajak :

4.1.1. Wajib Pajak Orang Pribadi:

a. Karena kondisi tertentu objek pajak yang ada hubungannya dengan subjek pajak dan/atau karena sebab-sebab tertentu lainnya.

b. Dalam hal objek pajak terkena bencana alam atau sebab lain yang luar biasa.

c. Objek pajak yang Wajib Pajak-nya orang pribadi veteran pejuangkemerdekaan, veteran pembela kemerdekaan, penerima tanda jasa bintang gerilya, atau janda/dudanya.

d. Objek pajak berupa lahan pertanian/perkebunan/perikanan/peternakan yang hasilnya sangat terbatas yang Wajib Pajaknya Orang Pribadi yang berpenghasilan rendah.

e. Objek pajak yang Wajib Pajak-nya orang pribadi yang penghasilannya semata-mata berasal dari pensiunan, sehingga kewajiban PBB-nya sulit dipenuhi.

f. Objek pajak yang Wajib Pajak-nya orang pribadi yang berpenghasilan rendah, sehingga kewajiban PBB-nya sulit dipenuhi.

g. Objek pajak yang Wajib Pajak-nya orang pribadi yang berpenghasilan rendah yang Nilai Jual Objek Pajak per meter perseginya meningkat akibat perubahan lingkungan dan dampak positif pembangunan.


(39)

4.1.2. Wajib Pajak Badan :

a. Objek Pajak yang Wajib Pajak-nya adalah Wajib Pajak badan yang mengalami kerugian dan kesulitan likuiditas pada Tahun Pajak sebelumnya sehingga tidak dapat memenuhi kewajiban rutin.

b. Bencana alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan dan tanah longsor.

c. Sebab lain yang luar biasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi kebakaran, wabah penyakit tanaman, dan/atau wabah hama tanaman.

Pengurangan yang terutang dapat diberikan kepada semua Objek Pajak (tanpa membedakan Objek Pajak Perkotaan, pedesaan dan sebagainya). Pengajuan permohonan pengurangan dapat diajukan secara kolektif, dan perorangan. Untuk pengajuan permohonan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan terhadap Wajib Pajak yang terkena bencana alam diajukan oleh Lurah/Kepala Desa dengan diketahui oleh Camat, dan pengajuan secara kolektif.

Kepala Kantor Pelayanan Pajak Medan dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari sejak diterimanya permohonan pengurangan pajak harus sudah memberikan keputusan atas permohonan tersebut. Apabila lebihdari 60 (enam puluh)hari dan keputusan belum diputuskan, maka permohonan pengurangan dianggap diterima dan kemudian diterbitkan keputusan sesuai dengan


(40)

Hasil keputusan Kantor Pelayanan Pajak berdasarkan hasil penelitian administrasi dan/atau verifikasi lapangan dengan pertimbangan yang wajar dan objektif dengan pedoman sebagi berikut:

1. Permohonan dikabulkan sepenuhnya apabila verifikasi lapangan menunjukan hal-hal yang sesuai dengan alasan-alasan permohonan. 2. Permohonan dipenuhi sebagian dari hasil penelitian administrasi,

verifikasi lapangan didapatkan data yang sebagian sesuai dengan alasan-alasan permohonan pengurangan.

3. Permohonan ditolak seluruhnya apabila dari hasil penelitian administrasi dan lapangan didapatkan data-data yang tidak benar/bertentangan dengan alasan-alasan yang diajukan untuk permohonan pengurangan.

Untuk permohonan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan yang diajukan oleh Wajib Pajak perseorangan atau badan atas ketetapan Pajak Bumi dan Bangunan sampai dengan Rp. 100.000 (seratus ribu rupiah) diterbitkan Surat Keputusan Pemberian Pengurangan berdasarkan verifikasi lapangan.

Tabel

Data Pengurangan PBB tahun 2011 Januari s/d Juni 2011

Dikantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur Bulan Waskon

I

Waskon II

Waskon III

Waskon IV


(41)

Berdasarkan tabel diatas Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur,melalui seksi yang ada telah melaksanakan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan kepada Wajib Pajak dari Januari 2011 sampai dengan Juni 2011 banyak terjadi peningkatan permohonan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur di akibatkan berbagai sebab-sebab yang terjadi, sehingga terjadi pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan dengan

keputusan yang diberikan oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

Dengan demikian Wajib Pajak yang mengajukan Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur Dari Bulan Januari sampai dengan Juni 2011 terdapat Peningkatan 30,1 % atau sekitar 60 Wajib Pajak.

Adapun alsan dari para Wajib Pajak melakukan pengurangan dikarenakan hasil dari pendapatan mereka mengalami kerugian secara material baik itu akibat bencana alam, perusahaan yang mengalami kebangkrutan ataupun gaji para

Januari Februari Maret April Mei Juni 4 5 12 9 27 14 10 9 17 30 18 30 4 20 12 23 18 8 - - 7 13 14 25 18 34 48 75 77 77


(42)

pensiun yang kecil.dan Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur memberikan pengurangan sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

Contoh dari Pengurangan PBB yang sesuai dengan undang-undang :

4.1.3.Hambatan Bagi Aparat Pajak dalam Pelaksanaan Penyelesaian Permohonan.

Dari table diatas dapat dilihat dari keseluruhan Surat Permohonan

Pengurangan yang masuk tidak seluruhnya dapat diselesaikan atau diproses. Hal ini disebabkan karena adanya hambatan atau kendala yang di hadapi aparat Pajak dalam proses penyelesaian surat permohonan pengurangan. Fakto-faktor

penghambat penyelesaian permohonan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan sehingga permohonan tidak dapat diproses oleh petugas adalah karena :

1. Ketidaklengkapan dokumen-dokumen/surat-surat/bukti-bukti yang harus dilampirkan oleh Wajib Pajak dalam permohonan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan. Dokumen-dokumen yang harus dilampirkan untuk permohonan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan antara lain :

a. Surat keterangan penghasilan dari lurah

b. Fotocopy Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) tahunan

yang dimohon pengurangan.

c. Fotocopy KTP.

d. Fotocopy SK Pensiunan (bagi pensiunan).

e. Fotocopy pembayaran Pensiunan.

f. Fotocopy neraca rugi/laba yang diaudit oleh akuntan publik (bagi


(43)

4.1.4.Faktor penyebab perselisihan Wajib Pajak dengan Fiskus.

Biasanya perselisihan antara pihak Fiskus dengan Wajib Pajak ada beberapa faktor, yaitu :

1. Sebab-sebab yang sudah nyata atau sering terjadi dan tidak lagi disangsikan oleh pihak lain, seperti :

1. Kekhilapan dalam peristiwa.

2. Kesalahan tulis atau hitung, baik yang menguntungkan maupun yang merugikan bagi Wajib Pajak.

3. Jumlah hutang Pajak ditambah dengan denda-denda atau tambahan-tambahan lain yang disebabkan adanya kewajiban-kewajiban yang tidak dipenuhi oleh Wajib Pajak.

4.2. PROSEDUR Dan TATA KERJA APARATUR PAJAK

Prosedur dan tata kerja dalam penyelesaian pengurangan adalah sebagai berikut:

1. Penerima Berkas.

2. Menerima, meneliti kelengkapan serta kebenaran berkas wajib pajak. 3. Mencocokkan data wajib pajak dengan data yang ada pada Kantor

Pelayanan Pajak (KPP) Pratama.

4. Mengisi data umum persyaratan pada formulir Pelayanan.

5. Merekam tanggal dan nomor penerimaan berkas wajib pajak pada computer dan/atau mencatatnya pada buku penjagaan.


(44)

7. Meneruskan berkas dan formulir Pelayanan kepada pemproses urusan kepada Koordinator Tempat pelayanan untuk diproses lebih lanjut.

4.2.1. Pemproses Urusan

a. Menerima berkas dan formulir Pelayanan dari penerima berkas, sertamenatausahakannya pada buku penjagaan.

b. Meneliti dan memproses berkas berdasarkan tugas dan wewenang yang ditentukan Kepala Kantor Pelayanan Pratama, antara lain menyiapkan konsep Surat Keputusan Pemberian Pengurangan Pajak Terhutang.

d. Meneruskan berkas yang telah selesai diproses beserta formulir pelayanan kepada koordinator tempat pelayanan.

4.2.2 Koordinator tempat pelayanan

a. Menerima dan meneliti kebenaran hasil pekerjaan pemproses urusan. Apabila dipandang perlu meneruskan ke seksi atau langsung

meneruskannya ke Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI).

b. Menerima, meneliti dan memaraf hasil keluaran berupa Surat keputusan pengurangan pajak terutang yang diterima dari Seksi pengolahan data dan informasi serta meneruskannya kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota untuk ditanda tangani.

4.2.3. Penyampaian hasil keluaran

a. Menerima hasil keluaran yang telah ditandatangani oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota beserta keseluruhan berkas wajib pajak


(45)

b. Mencatat tanggal penyelesain berkas pada buku penjagaan dan/atau merekamnya pada Komputer

c. Menyampaikan surat keputusan pemberian pengurangan pajak terutang kepada wajib pajak dengan menandatangani tanda terima pada formulir pelayanan atau meneruskannya ke Sub Bagian Tata Usaha untuk dikirim melalui pos atau kurir.

d. Meneruskan berkas kepada seksi penerimaan dan penagihan atau seksi penerimaan, penagihan dan keberatan pengurangan untuk diarsipkan.

4.3.TEMPAT PEMBAYARAN PBB

Wajib Pajak yang telah menerima Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT), Surat Ketetapan Pajak (SKP) dan Surat Tagihan Pajak (STP) dari Kantor Pelayanan PBB atau disampaikan lewat Pemerintah Daerah harus melunasinya tepat waktu pada tempat pembayaran yang telah ditunjuk dalam SPPT yaitu Bank.

4.4 PAJAK TERHUTANG

Saat yang menentukan pajak terhutang atau belum dibayar keadaan Objek Pajak pada tanggal 1 Januari .Dengan demikian segala mutasi atau perubahan atas Objek Pajak yang terjadi setelah tanggal 1 Januari akan dikenakan pada tahun berikutnya.

Contoh :

A menjual tanah kepada B pada tanggal 2 Januari 2000.Kewajiban PBB Tahun 2000 masih menjadi tanggungan A. Sejak tahun 2001 kewajiban PBB menjadi tanggung jawab B.


(46)

Pajak yang terjadi setelah tanggal 1 Januari akan dikenakan pajak pada tahun berikutnya.


(47)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN

Pada bab ini, dengan mengacu kepada penyajian dan analisa data pada bab sebelumnya maka penulis menarik kesimpulan, yaitu:

1. Proses penyelesaian permohonan pengurangan yang diajukan oleh Wajib Pajak di selesaikan oleh fiskus berdasarkan ketentuan yang berlaku.

2. Banyak para Wajib Pajak yang mengajukan permohonan pengurangan tetapi, para Wajib Pajak ini tidak mengetahui sampai dimana dia boleh mengajukan pengurangan tersebut.

3. Permohonan pengurangan akan dikabulkan oleh fiskus apabila Wajib Pajak melaksanakannya sesuai dengan prosedur-prosedur/ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.

4. Bagi sebagian kecil Wajib Pajak yang mengajukan keberatan belum dapat diselesaikan oleh pihak fiskus, tetapi merupakan kesalahan Wajib Pajak sendiri dimana Wajib Pajak tidak melengkapi persyaratan yang telah ditetapkan.

B. SARAN

1. Dalam prosedur permohonan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan sangat diperlukan syarat yang paling penting bagi Wajib Pajak yaitu,


(48)

agar kelengkapan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh KPP dilengkapi dengan sebaik-baiknya karena bagi yang kurang atau tidak memenuhi kelengkapan yang ada, permohonan tersebut tidak akan diproses.

2. Bagi pihak fiskus hendaknya mengekspos/mengumumkan prosedur untuk mengajukan pengurangan secara umum, artinya prosedur tersebut diinformasikan melalui media-media yang ada.

3. Meningkatkan pembinaan sumber daya manusia atau SDM di lingkungan Perpajakan, khususnya di KPP Medan Timur. Pembinaan sumber daya manusia tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya dengan memberikan suatu pendidikan khusus,pelatihan atau langkah-langkah yang dapat meningkatkan sumber daya manusia tersebut.


(49)

DAFTAR PUSTAKA

Boediono, Perpajakan Indonesia, Diadit Media, 2001, Jakarta. Mardiasmo,Perpajakan, Edisi Revisi 2006, 2006, Yogyakarta.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia, Pemberian Pengurangan Pajak

Bumi dan Bangunan,Nomor 110/PMK.03/2009.

Peraturan Direktur Jenderal Pajak, Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian

Permohonan Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan,Nomor

PER-46/PJ/49.

Resmi, Siti, 2008, Perpajakan Teori dan Kasus, Salemba Empat, Jakarta. Rusdji, Muhammad, 2008, PBB, BPHTB, dan Bea Materai, Indeks, Jakarta. Sihaloho, Cyrus, 2001, Ketentuan Umum Perpajakan, RajaGrafindo Persada,

Jakarta

Supriyanto, Heru, 2004, Cara Menghitung PBB,dan Bea Materai, Indeks, Medan. Tarigan, Mion, 1995, Buku Panduan Pajak Bumi dan Bangunan, Direktorat

Jendral Pajak, Jakarta.


(1)

7. Meneruskan berkas dan formulir Pelayanan kepada pemproses urusan kepada Koordinator Tempat pelayanan untuk diproses lebih lanjut.

4.2.1. Pemproses Urusan

a. Menerima berkas dan formulir Pelayanan dari penerima berkas, sertamenatausahakannya pada buku penjagaan.

b. Meneliti dan memproses berkas berdasarkan tugas dan wewenang yang ditentukan Kepala Kantor Pelayanan Pratama, antara lain menyiapkan konsep Surat Keputusan Pemberian Pengurangan Pajak Terhutang.

d. Meneruskan berkas yang telah selesai diproses beserta formulir pelayanan kepada koordinator tempat pelayanan.

4.2.2 Koordinator tempat pelayanan

a. Menerima dan meneliti kebenaran hasil pekerjaan pemproses urusan. Apabila dipandang perlu meneruskan ke seksi atau langsung

meneruskannya ke Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI).

b. Menerima, meneliti dan memaraf hasil keluaran berupa Surat keputusan pengurangan pajak terutang yang diterima dari Seksi pengolahan data dan informasi serta meneruskannya kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota untuk ditanda tangani.

4.2.3. Penyampaian hasil keluaran

a. Menerima hasil keluaran yang telah ditandatangani oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota beserta keseluruhan berkas wajib pajak


(2)

b. Mencatat tanggal penyelesain berkas pada buku penjagaan dan/atau merekamnya pada Komputer

c. Menyampaikan surat keputusan pemberian pengurangan pajak terutang kepada wajib pajak dengan menandatangani tanda terima pada formulir pelayanan atau meneruskannya ke Sub Bagian Tata Usaha untuk dikirim melalui pos atau kurir.

d. Meneruskan berkas kepada seksi penerimaan dan penagihan atau seksi penerimaan, penagihan dan keberatan pengurangan untuk diarsipkan.

4.3.TEMPAT PEMBAYARAN PBB

Wajib Pajak yang telah menerima Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT), Surat Ketetapan Pajak (SKP) dan Surat Tagihan Pajak (STP) dari Kantor Pelayanan PBB atau disampaikan lewat Pemerintah Daerah harus melunasinya tepat waktu pada tempat pembayaran yang telah ditunjuk dalam SPPT yaitu Bank.

4.4 PAJAK TERHUTANG

Saat yang menentukan pajak terhutang atau belum dibayar keadaan Objek Pajak pada tanggal 1 Januari .Dengan demikian segala mutasi atau perubahan atas Objek Pajak yang terjadi setelah tanggal 1 Januari akan dikenakan pada tahun berikutnya.

Contoh :

A menjual tanah kepada B pada tanggal 2 Januari 2000.Kewajiban PBB Tahun 2000 masih menjadi tanggungan A. Sejak tahun 2001 kewajiban PBB menjadi tanggung jawab B.


(3)

Pajak yang terjadi setelah tanggal 1 Januari akan dikenakan pajak pada tahun berikutnya.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN

Pada bab ini, dengan mengacu kepada penyajian dan analisa data pada bab sebelumnya maka penulis menarik kesimpulan, yaitu:

1. Proses penyelesaian permohonan pengurangan yang diajukan oleh Wajib Pajak di selesaikan oleh fiskus berdasarkan ketentuan yang berlaku.

2. Banyak para Wajib Pajak yang mengajukan permohonan pengurangan tetapi, para Wajib Pajak ini tidak mengetahui sampai dimana dia boleh mengajukan pengurangan tersebut.

3. Permohonan pengurangan akan dikabulkan oleh fiskus apabila Wajib Pajak melaksanakannya sesuai dengan prosedur-prosedur/ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.

4. Bagi sebagian kecil Wajib Pajak yang mengajukan keberatan belum dapat diselesaikan oleh pihak fiskus, tetapi merupakan kesalahan Wajib Pajak sendiri dimana Wajib Pajak tidak melengkapi persyaratan yang telah ditetapkan.

B. SARAN

1. Dalam prosedur permohonan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan sangat diperlukan syarat yang paling penting bagi Wajib Pajak yaitu,


(5)

agar kelengkapan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh KPP dilengkapi dengan sebaik-baiknya karena bagi yang kurang atau tidak memenuhi kelengkapan yang ada, permohonan tersebut tidak akan diproses.

2. Bagi pihak fiskus hendaknya mengekspos/mengumumkan prosedur untuk mengajukan pengurangan secara umum, artinya prosedur tersebut diinformasikan melalui media-media yang ada.

3. Meningkatkan pembinaan sumber daya manusia atau SDM di lingkungan Perpajakan, khususnya di KPP Medan Timur. Pembinaan sumber daya manusia tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya dengan memberikan suatu pendidikan khusus,pelatihan atau langkah-langkah yang dapat meningkatkan sumber daya manusia tersebut.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Boediono, Perpajakan Indonesia, Diadit Media, 2001, Jakarta. Mardiasmo,Perpajakan, Edisi Revisi 2006, 2006, Yogyakarta.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia, Pemberian Pengurangan Pajak

Bumi dan Bangunan,Nomor 110/PMK.03/2009.

Peraturan Direktur Jenderal Pajak, Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian Permohonan Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan,Nomor PER-46/PJ/49.

Resmi, Siti, 2008, Perpajakan Teori dan Kasus, Salemba Empat, Jakarta. Rusdji, Muhammad, 2008, PBB, BPHTB, dan Bea Materai, Indeks, Jakarta. Sihaloho, Cyrus, 2001, Ketentuan Umum Perpajakan, RajaGrafindo Persada,

Jakarta

Supriyanto, Heru, 2004, Cara Menghitung PBB,dan Bea Materai, Indeks, Medan. Tarigan, Mion, 1995, Buku Panduan Pajak Bumi dan Bangunan, Direktorat

Jendral Pajak, Jakarta.

Zain, Mohammad, 2007, Manajemen Perpajakan, Salemba Empat, Jakarta.