Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur Pengurangan Pajak Bumi Dan Bangunan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cimahi

(1)

1 1.1 Latar Belakang Kerja Praktek

Standard Operating Procedures (SOP) adalah istilah bahasa Inggris yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi Prosedur Operasional Standar atau prosedur operasi. Istilah lain yang sering digunakan dalam bahasa Indonesia adalah PROTAP atau Prosedur Tetap. Biasanya istilah protap digunakan oleh kepolisian ataupun militer. Sedangkan istilah lain Standard Operating Procedures (SOP) dalam bahasa Inggris antara lain adalah Safe Work instructions, Safe Operating Procedures, Standard Working Procedures. Standard Operating Procedures (SOP) bukan standar melainkan prosedur kerja yang harus dilakukan secara benar dan konsisten. Istilah Standard Operating Procedures (SOP) sudah sangat dikenal di suatu organisasi yang menuntut adanya pengendalian mutu terhadap proses kegiatan organisasi.

Prosedur operasi standar (Bahasa Inggris: standard operating procedure) atau kadang disingkat POS, adalah suatu set instruksi yang memiliki kekuatan sebagai suatu petunjuk atau direktif. Hal ini mencakup hal-hal dari operasi yang memiliki suatu prosedur pasti atau terstandardisasi, tanpa kehilangan keefektifannya. Setiap sistem manajemen kualitas yang baik selalu didasari oleh Prosedur Operasi Standar. Dalam Standard Operating Procedures (SOP) itu biasanya diatur ketentuan-ketentuan umum yang berlaku dalam suatu unit kerja.


(2)

Standard Operating Procedures (SOP) juga merupakan bagian dari sistem informasi manajemen suatu organisasi. Sistem informasi manajemen memuat himpunan terintegrasi yang terdiri dari komponen-komponen baik manual maupun terkomputerisasi yang bertujuan menyediakan fungsi-fungsi operasional pada manajemen.

Standard Operating Procedures (SOP) dokumen tertulis yang memuat prosedur kerja secara rinci, tahap demi tahap dan sistematis. Standard Operating Procedures (SOP) juga sering disebut sebagai manual Standard Operating Procedures (SOP). Dengan adanya Standard Operating Procedures (SOP) maka jaminan mutu pekerjaan akan dapat dipertahankan. Standard Operating Procedures (SOP) banyak digunakan di organisasi- organisasi bidang medik, kesehatan, teknik, lingkungan dan penyelamatan. Biasanya Standard Operating Procedures (SOP) banyak digunakan untuk tugas-tugas rutin yang mengandung resiko. Sebagai contoh misalnya, Standard Operating Procedures (SOP) untuk analisa air payau, Standard Operating Procedures (SOP) penanganan pasien, Standard Operating Procedures (SOP) penanggulangan kebakaran dan sebagainya. Untuk melengkapi suatu prosedur kerja, Standard Operating Procedures (SOP) sering dilengkapi dengan referensi, lampiran, diagram atau alur kerja (flow chart).

Standard Operating Procedures (SOP) adalah dokumen yang berisi serangkaian intruksi tertulis dibakukan mengenai berbagai proses penyelenggaraan administrasi perkantoran yang berisi cara melakukan pekerjaan, waktu pelaksanaan dan tempat penyelenggaraan. Sebagai suatu aturan, regulasi


(3)

dan kebijakan yang terus menerus menjamin perilaku yang benar bagi seluruh pegawai instansi pemerintah maka Standard Operating Procedures (SOP) sangat tepat diterapkan pada aktivitas administrasi perkantoran yang relatif bersifat rutin, berulang serta menghendaki adanya keputusan yang terprogram guna melayani pelanggannya. Dengan penerapan Standard Operating Procedures (SOP) secara konsisten maka administrasi perkantoran memiliki pedoman dalam menyelenggarakan Kebijakan Reformasi Birokrasi yang merupakan suatu kebijakan yang komprehensif dalam peningkatan pelayanan dan kinerja organisasi instansi pemerintah di Indonesia saat ini karena Standard Operating Procedures (SOP) selalu dijadikan sebagai acuan dalam melaksanakan tugas bagi pegawai sesuai dengan peraturan yang berlaku dan target kinerja yang telah ditentukan yang selalu dimonitor dan ditinjau ulang setiap periode tertentu untuk mengakomodasi dan mengantisipasi dinamika tugas. Di sisi lain Standard Operating Procedures (SOP) juga sekaligus menjadi feedback guna penyesuaian antara kondisi yang dipersyaratkan dalam Standard Operating Procedures (SOP) dengan kondisi riil yang ada guna mencapai kinerja individu dan kinerja organisasi yang optimal. Bahkan dalam jangka panjang , Standard Operating Procedures (SOP) dapat dijadikan sebagai langkah perbaikan kinerja pelayanan dan kinerja organisasi berdasarkan konsep manajemen kinerja.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Standar Operasional Prosedur adalah pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaian kinerja instasi pemerintah berdasarkan indikator indikator teknis, administrasif dan prosedural sesuai dengan tata kerja, prosedur


(4)

kerja dan sistem kerja pada unit kerja yang bersangkutan. Tujuan Standar Operasional Prosedur adalah menciptakan komitmen mengenai apa yang dikerjakan oleh satuan unit kerja instansi pemerintahan untuk mewujudkan good governance

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara (peralihan kekayaan dari sector partikulir ke sektor pemerintahan) berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbale (tegen prestasi), yang langsung dapat ditunjukan dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum. (Rochmat Soemitro : 1991)

Dengan adanya reformasi pajak, sehingga semua instansi pemerintah dibidang perpajakan mengalami modernisasi, dengan adanya Standard Operating Procedures (SOP) akan lebih mempermudah bagi pegawai pajak untuk melakukan kegiatannya sesuai dengan prosedur yang sudah dibuat oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak.

Terdapat lima jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat yaitu Pajak Penghasilan, Pajak Petambahan Nilai, Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, Bea Materai.

Pajak Bumi dan Bangunan termasuk pajak yang ruang lingkupnya lebih kecil bila dibandingkan dengan jenis pajak lainnya, karena sektor penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan lebih sedikit dan target penerimaannya lebih besar ke pemerintah daerah dibandingkan ke pemerintah pusat.


(5)

Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak yang dikenakan terhadap bumi dan bangunan. Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya. Permukaan bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman (termasuk rawa, tambak peraiaran) serta laut yang ada di wilayah Republik Indonesia. Bangunan adalah konstruksi tehnik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan atau perairan.

Pada Pajak Bumi dan Bangunan tidak semua objek pajak dapat dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan adapula objek pajak yang hanya diberikan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan. Misalnya objek pajak yang semata-mata digunakan untuk kepentingan umum di bidang sosial, pendidikan, dan kebudayaan nasional itu tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan, serta objek Pajak Bumi dan Bangunan yang digunakan oleh negara untuk penyeleggaraan pemerintah, peraturan pengenaan pajaknya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Menurut aturan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 Perpajakan tentang Pajak Bumi dan Bangunan mengenai pemberian pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan, pengurangan atas pajak terutang dapat diberikan kepada wajib pajak perseorangan maupun badan. Dalam pemberian pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan wajib pajak akan diberikan pengurangan apabila ada sebab-sebab tertentu yaitu :

1. Wajib pajak veteran 2. Wajib pajak pensiunan 3. Terkena bencana alam


(6)

4. Sebab-sebab lain yang luar biasa, seperti kebakaran dan sebagainya.

5. Salah satu yang berperan penting dalam sukses tidaknya Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dalam era modern ini adalah seksi Pengawasan dan Kosultasi.Seksi Pengawasan dan Konsultasi Terdiri dari para Account Representative (AR) yang ditugaskan pada wilayah-wilayah tertentu dan dikepalai oleh seorang Kepala Seksi. Account Representative ini bertugas untuk mengawasi Wajib Pajak, melayani hak Wajib Pajak dan sebagai tempat konsultasi Wajib Pajak. Jadi Account Representative ini menjembatani atau sebagai mediator antara Wajib pajak dan Kantor Pelayanan Pajak.

Standard Operating Procedures (SOP) Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan adalah prosedur operasi yang menguraikan tata cara penyelesaian atas permohonan dari wajib pajak yang mengajukan pengurangan atas Pajak Bumi dan Bangunan terutang yang diproses di Kantor Pelayanan Pajak Pratama.

Standard Operating Procedures (SOP) sebagai suatu aturan dan kebijakan yang dibuat oleh Departemen Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Pajak dengan tujuan untuk menjamin perilaku yang benar bagi seluruh pegawai Kantor Pelayanan Pajak khususnya bagian pengawasan dan konsultasi.

Standard Operating Procedures (SOP) dibuat berdasarkan adanya surat edaran Direktorat Jenderal Pajak berkaitan dengan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan, surat edaran yang terkait adalah sebagai berikut :

1. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-34/PJ/2007 tanggal 14 Agustus 2007 tentang Percepatan Jangka Waktu Penyelesaian Layanan Unggulan Direktorat Jenderal Pajak


(7)

2. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-55/PJ/2007 tanggal 1 Nopember 2007 tentang Prosedur Pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-149/PJ/2007 tentang Pelaksanaan Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan dalam Wilayah Kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak yang telah Menerapkan Struktur Organisasi dan Tata Kerja sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 132/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 55/PMK.01/2007 selain Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar dan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Khusus

Standard Operating Procedures (SOP) pengurangan pajak bumi dan bangunan merupakan dokumen yang berisi serangkaian intruksi tertulis mengenai proses penyelenggaraan tata cara penyelesaian permohonan pengurangan pajak bumi dan bangunan yang berisi dasar hukum, dokumen-dokumen terkait, pihak-pihak terkait, waktu pelaksanaan, dan prosedur kerja.

Standard Operating Procedures (SOP) pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan dipeuntukan pegawai Kantor Pelayanan Pajak khususnya bagian pengawasan dan konsultasi. Dimana pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan Standard Operating Procedures (SOP) pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan adalah :

1. Kepala Kantor Pelayanan Pajak


(8)

3. Kepala Seksi Pelayanan 4. Account Representative

5. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu (TPT) 6. Pelaksana Seksi Pelayanan

7. Kantor Wilayah 8. Wajib Pajak

Wajib pajak mengajukan surat permohonan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan disebabkan :

a. Kondisi tertentu wajib pajak :

1. Objek pajak berupa lahan pertanian/ perkebunan/ perikanan/ peternakan yang hasilnya sangat terbatas yang dimiliki, dikuasai dan/atau dimanfaatkan oleh wajib pajak pribadi

2. Objek pajak yang dimiliki, dikuasai dan/atau dimanfaatkan oleh wajib pajak pribadi yang berpenghasilan rendah namun nilai jual objek pajaknya meningkat akibat adanya pembangunan

3. Objek pajak yang dimiliki, dikuasai dan/atau dimanfaatkan oleh wajib pajak pribadi yang penghasilannya semata-mata dari pensiuanan

4. Objek pajak yang dimiliki, dikuasai dan/atau dimanfaatkan oleh wajib pajak pribadi yang penghasilannya rendah

5. Objek pajak yang dimiliki, dikuasai dan/atau dimanfaatkan oleh wajib pajak veteran pejuang dan pembela kemerdekaan


(9)

6. Objek pajak yang dimiliki, dikuasai dan/atau dimanfaatkan oleh wajib pajak badan, yang mengalami kerugian dan kesulitan likuiditasnya sehingg tidak dapat memenuhi kewajibannya

b. Dalam hal objek pajak terkena bencana alam dan sebab lain yang luar biasa contoh : banjir, gempa bumi tanah longsor, gunung meletus, kebakaran, kekeringan, wabah penyakit dan lain-lainnya.

Terhadap konsdisi tertentu objek pajak, pengurangan dapat diberikan maksimal 75% dari pajak terutang, sedangkan apabila terkena bencana alam dan sebab luar biasa lainnya, pengurangan dapat siberikan maksimal 100% dengan mempertimbangkan kondisi secra wajar dan objektif.

Jangka Waktu Penyelesaian permohonan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan adalah

1. Paling lama 2 (dua) bulan sejak surat permohonan diterima lengkap (Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-34/PJ/2007 tanggal 14 Agustus 2007 tentang Percepatan Jangka Waktu Penyelesaian Layanan Unggulan Direktorat Jenderal Pajak)

2. Selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sejak diterimanya permohonan pengurangan dari Wajib Pajak, apabila jangka waktu tersebut telah lewat dan Keputusan belum diterbitkan, maka permohonan pengurangan wajib pajak dianggap dikabulkan (Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 362/KMK.04/1999 tanggal 5 Juli 1999 tentang Pemberian Pengurangan Pajak Bumi Dan Bangunan, pasal 7 ayat 4)


(10)

Proses dimulai dari wajib pajak yang mengajukan berkas permhonan pengurangan PBB ke seksi pelayanan di Kantor Pelayanan Pajak. Berkas lengkap dan dibuat bukti penerimaan surat (BPS) atau Lembar Perjalanan Arus Dokumen (LPAD) dan mengirim berkas permohonan serta bukti penerimaan surat (BPS) 2 rangkap, dimana rangkap 1 diberikan kepada wajib pajak. Bagian account representative (AR) menerima syarat yang sudah terpenuhi lalu membuat konsep pengantar ke kantor wilayah, dan bagian pelayan mencetak surat pengantar tersebut, yang nantinya diajukan untuk kepala kantor untuk menyetuji dan menandatangani uraian penelitian. Maka dilakukan penelitian kantor/lapangan oleh pihak Kantor Pelayanan Pajak Pratama khususnya oleh seksi pengawasan dan konsultasi yaitu Account Representative (AR).

Hasil dari penelitian berupa keputusan, permohonan wajib pajak pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan yaitu keputusan berupa permohonan pengurana Pajak Bumi dan Bangunan diterima sepenuhnya, diterima sebagian, ataupun permohonan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan ditolak.

Setelah account representative (AR) melakukan penelitian dan menghasilkan surat keputusan yang akan diterima wajib pajak yang terlebih dahulu mendapat persetujuan dari kepala kantor.

Jika hasil keputusan menyatakan penolakan untuk dilakukan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan maka tidak perlu dilakukan perhitungan Pajak Bumi dan Bangunannya, hanya membuat surat keputusan penolakan yang akan diberikan kepada wajib pajak sebagai pemohon yang ditandatangani oleh kepala kantor.


(11)

Jika hasil keputusan diterima sepenuhnya atau diterima sebagian maka account representative (AR) melakukan analisis pemberian pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan serta melakukan perhitungan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan. Maka dikeluarkanlah surat Pajak Bumi dan Bangunan terutang dengan hitungan yang telah dilakukan perhitungan pengurangan jumlah Pajak Bumi dan Bangunan terutangnya.

Dalam melaksanakan Kerja Praktek di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cimahi. Dari rangkaian kegiatan yang telah dilaksanakan, maka penulis tertarik memilih judul dalam laporan kerja praktek yaitu “Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur Pengurangan Pajak Bumi Dan Bangunan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cimahi”.

1.2 Maksud dan Tujuan Kerja Praktek

Maksud dan tujuan dari kerja praktek ini yaitu untuk memenuhi salah satu syarat mata kuliah Kerja Praktek. Selain itu juga agar penulis mengetahui standard operating procedures pengurangan pajak bumi dan bangunan dan pelaksanaannya pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cimahi.

1.2.1 Maksud Kerja Praktek

Maksud dari penulisan kerja praktek ini adalah untuk memperoleh, mengumpulkan data dan keterangan serta informasi yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas oleh penulis berkaitan dengan pelaksanaan


(12)

standard operating procedures pengurangan pajak bumi dan bangunan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cimahi.

1.2.2 Tujuan Kerja Praktek

Adapun tujuan dari kerja praktek ini adalah :

1. Untuk mengetahui Standard Operating Procedures Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cimahi.

2. Untuk mengetahui pelaksanaan Standard Operating Procedures Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cimahi.

1.3Kegunaan Kerja Praktek

Adapun kegunaan yang dapat diperoleh dari kegiatan kerja praktek ini yaitu: A.Bagi Penulis

Kegunaan yang didapat penulis setelah melakukan kerja praktek di KPP Pratam Cimahi selain menambah pengalam keraj, dapat diuraikan dalam kegiatan sebagai berikut :

1. Bisa menginput data dan mencetaknya menjadi lembar penelitian persyaratan permohonan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan.

2. Bisa menginput data dan mencetaknya menjadi surat tugas untuk pelaksanaan penelitian kantor/lapangan.

3. Bisa menginput data dan mencetaknya menjadi laporan hasil penelitan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan.


(13)

5. Dapat membuat surat permintaan kelengkapan syarat pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan.

6. Dapat membuat surat himbauan atas tunggakan Pajak Bumi dan Bangunan.

7. Mengisi zona nilai tanah (ZNT) dilembar surat pemberitahuan objek pajak (SPOP).

8. Bisa mengisi lembar perjalanan arus dokumen (LPAD).

9. Dapat menginput data dan mencetaknya menjadi uraian permohonan mutasi SPPT.

10.Dapat menginput data dan mencetaknya menjadi uraian permohonan pendaftaran objek pajak baru.

11.Bisa mengisi dan mencetak lembar alat keterangan.

B. Bagi Instansi

1. Membantu untuk mendistribusikan nota dinas.

2. Membantu menginput data pengurangan pajak bumi dan bangunan. 3. Membantu menginput data pendaftaran objek pajak baru.

4. Membantu menginput data mutasi objek dan subjek pajak baru.

5. Membantu mengirim surat atau berkas ke sekretariat untuk disampaikan kepada kepala kantor.


(14)

C. Bagi Universitas Komputer Indonesia 1. Bagi Program Studi Akuntansi

Kerja Praktek yang dilakukan penulis memiliki keterkaitan dangan mata kuliah yang ada pada Program Studi Akuntansi yaitu Akuntansi Perpaajakan dan berkaitan dengan pelatihan yang sudah didapatkan yaitu Pelatihan Pajak Terapan Brevet A dan B Terpadu.

2. Bagi Fakultas Ekonomi

Sebagai bahan evaluasi untuk kurikulum yang ada pada Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia, materi yang diberikan kepada mahasiswa/i sudah memenuhi syarat dalam kebutuhan dunia kerja. Mata kuliah yang diaplikasikan saat kerja praktek adalah Microsoft excel, yang digunakan pada saat mengolah data dan menginput data permohonan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan.

3. Dengan adanya kuliah kerja praktek ini secara tidak langsung penulis memperkenalkan keberadaan Perguruan Tinggi Swasta Universitas Komputer Indonesia kepada Instansi Pemerintah atau masyarakat luas.

1.4 Metode Kerja Praktek

Dalam melaksanakan kerja praktek ini, penulis menggunakan metode Block Relase, yaitu pelaksanaan kerja praktek yang dilakukan dalam satu periode tertentu. Kerja Praktek tersebut dilaksanakan selama satu bulan dalam waktu 25 hari kerja yaitu dari hari Senin sampai dengan Jumat. Dimulai dari tanggal 11 Juli


(15)

2011 sampai dengan 12 Agustus 2011. Pelaksanaannya disesuaikan dengan waktu kerja yang terdapat pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cimahi.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam menyusun laporan kerja praktek ini adalah sebagai berikut :

1. Studi Lapangan (Field Research)

Yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara peninjauan secara langsung pada instansi yang dijadikan objek penelitian untuk mendapatkan data. Data ini dapat diperoleh dengan cara :

a. Pengamatan (observation)

Pengamatan observation adalah teknik penelitian dan pengumpulan data dengan cara mengamati objek secara langsung pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cimahi. Teknik ini menuntut adanya pengamatan dari peneliti baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap objek penelitiannya.

b. Wawancara

Penulis memberikan pertanyaan secara langsung kepada pihak – pihak yang terkait, seperti kepala seksi dan staffnya dalam proses pelaksanaan Standar Operasional Prosedur Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cimahi.

c. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu metode pengumpulan data dengan cara mengumpulkan data–data dan mempelajari serta menggunakan formulir–formulir dan catatan–catatan pada Kantor Pelayanan Pajak.


(16)

2. Studi Kepustakaan (Library Research)

Yaitu suatu kegiatan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mempelajari, meneliti dan menelaah berbagai macam bahan bacaan, catatan– catatan pribadi penulis yang pernah dicatat selama mengikuti perkuliahan. Juga bacaan–bacaan yang ada di perpustakaan baik buku–buku, diktat dan bahan–bahan lain yang ditulis dan disusun rapi oleh beberapa penulis yang erat hubungannya dengan masalah yang dibahas. Pengumpulan data dibantu dengan mendapatkan materi dari buku Perpajakan, Penulisan Karya Ilmiah.

1.5Lokasi dan Waktu Kerja Praktek

Lokasi merupakan tempat yang dipergunakan penulis dalam melakukan kerja praktek dan waktu kerja praktek adalah diambil sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan oleh program studi akuntansi.

1.5.1 Lokasi Kerja Praktek

Adapun lokasi tempat dimana Penulis melaksanakan Kerja Praktek adalah pada Ekstensifikasi di KPP Pratama Cimahi yang beralamat di Jl. H. Amir Machmud No.574, kotak pos 112 telp. 6654646 – 6650642 – 6650643 – 6651911, fax 6654569 Cimahi 40526.


(17)

1.5.2 Waktu Kerja Praktek

Sedangkan mengenai waktu pelaksanaan kerja praktek adalah terhitung mulai tanggal 11 Juli 2011 s.d 12 Agustus 2011.

Tabel 1.1

Aktivitas Kerja Praktek dan Kantor

No Kegiatan Hari Waktu

1 Kerja Praktek dan Kantor Senin – Jumat 07.30 – 17.00 WIB 2 Istirahat Senin – Jumat 12.00 – 13.00 WIB

3 Senam Pagi Jumat 06.30 – 08.00 WIB

4 Kultum Senin – Jumat 15.00 – 16.00 WIB

5 Libur Sabtu – Minggu -


(18)

Tabel 1.2

Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek

N

O KEGIATAN

BULAN JULI 2011 AGUS 2011 SEPT 2011 OKT 2011 NOV 2011 DES 2011

I TAHAP PERSIAPAN

KERJA PRAKTEK 1. Permohonan Surat Kerja Praktek

2. Pengajuan Kerja Praktek Ke Instansi 3. Persetujuan Kerja Praktek

II TAHAP

PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 1. Meminta surat keterangan dari instansi 2. Kerja Praktek

3. Pengambilan dan pengumpulan data instansi

3. Bimbingan dengan pembimbing Instansi III PELAPORAN KERJA

PRAKTEK

1. Bimbingan Kerja Praktek dengan

pembimbing akademik 2. Pengolahan Data 3. Pembuatan Laporan 4. Revisi Laporan Kerja

Praktek

5. Ujian Kerja Praktek 6. Pengumpulan Laporan Kerja Praktek


(19)

(20)

19 2.1 Sejarah Singkat Instansi

Sejak zaman Belanda, pungutan pajak sudah dijalankan oleh “DE Inspektie Van Financien“. Badan ini bertugas sebagai pengurus pungutan dan pemasukan pajak yang dilakukan secara paksa pada rakyat berdasarkan Undang – Undang yang berlaku yaitu pada sekitar bulan Maret 1942.

Pada jaman Jepang DE Inspektive Van Financien diganti manjadi “Zaimuba“. dimana badan ini bertugas melakukan pemungutan dan pemasukan Pajak. Kemudian setelah merdeka, Zaimuba diganti menjadi “ Kantor Inspeksi Keuangan Bandung “ dan berkedudukan di Jalan Asia Afrika. Ketika itu terjadi agresi militer Belanda I dan Wilayah Bandung Utara dikuasai Belanda pada tanggal 12 Juli 1942.

Kantor Pajak akhirnya pindah ke Bandung Selatan, bersama pasukan Republik Indonesia pada tahun 1948. selanjutnya dengan adanya penyergapan dari pihak Belanda ke pihak Republik Indonesia maka Kantor Pajak dipindah ke Tasikmalaya.Kemudian terjadilah perbedaan paham sehingga Kantor Pajak terpisah menjadi dua paham, yaitu :

1. Kelompok Cooperative. Kelompok ini bekerjasama dengan Belanda dan tidak pindah ke Tasikmalaya.

2. Kelompok Non Cooperative, Kelompok ini lebih memihak ke Republik Indonesia dan pindah ke Tasikmalaya.


(21)

Pada agresi Belanda II bubarlah Kantor Keuangan yang berada di Tasikmalaya dan yang masih aktif adalah kelompok Cooperative. Pada tahun 1965 Kantor Inspeksi Keuangan berubah menjaadi “Inspeksi Pajak Bandung”. Berada di bawah pengawasa Direktorat Jendral Pajak, berada di lingkungan Departemen Keuangan.

Pada tanggal 1 Januari 1980 Inspeksi Pajak Bandung dibagi manjadi dua Wilayah kerja, yaitu:

1. Kantor Inspeksi Pajak Bandung Barat, di Jalan Soekarno Hatta No.216 Bandung.

2. Kantor Inspeksi Pajak Bandung Timur, di Jalan Kiara Condong No.327 Bandung.

Berdasarkan Surat Mentri Keuangan Republik Indonesia No. 48/KMK.01/88 tanggal 19 Januari 1988, telah diresmikan di Bandung sebuah Kantor Inspeksi Pajak lagi yaitu “Kantor Inspeksi Pajak Bandung Tengah” yang bertempat di Jalan Purnawarman No.21.

Dengan adanya Surat Mentri Keuangan Republik Indonesia tersebut Kantor Inspeksi Bandung menjadi 3 ( tiga ), yang merupakan salah satu dari 72 Kantor Inspeksi Pajak di Indonesia yang masuk dalam Wilayah VII DJP Jawa Barat.

Pada tanggal 26 Maret 1988 berdasarkan Surat Mentri Keuangan No.26/UU/01/89 nama Kantor Inspeksi Bandung Tengah berubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak Bandung Tengah terhitung mulai tanggal 1 April 1989 : a. Dimulai tahun 1984 melalui UU Perpajakan yang baru (self assessment)


(22)

b. Tahun 1989 istilah Kantor Inspeksi Pajak diganti menjadi Kantor Pelayanan Pajak,walaupun struktur organisasinya masih belum berdasarkan fungsi c. Tahun 2002 dibentuk Kantor pelayanan Pajak modern yang struktur

organisasinya berdasarkan fungsi (LTO dan LTRO)

d. Tahun 2003 modernisasi pada Kanwil Jakarta Khusus dan KPP BUMN e. Tahun 2004 modernisasi seluruh KPP dilingkungan Kanwil Jakarta Khusus,

Kanwil Jakarta 1 dan KPP Madya Jakarta Pusat

f. Tahun 2005 – 2009 modernisasi seluruh Kanwil DJP Dan seluruh KPP Berdasarkan Surat Keputusan Mentri Keuangan No.276/KMK/1989 terhitung mulai 1 April 1989, seluruh Kantor Inspeksi Pajak di Indonesia diubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak, di Bandung sendiri Kantor Pelayanan Pajak terbagi menjadi empat diantaranya:

1. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Barat yang beralamat di Jl. Soekarno Hatta 2. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Timur yang beralamat di Jl. Ibrahim Adjie

No. 37

3. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Tengah yang beralamat di Jl. Purnawarman No. 21

4. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Cimahi Yang beralamat di Jl. Raya Barat Cimahi

Berdasarkan Surat Keputusan Mentri Keuangan RI No.94/KMK.01/94 tepatnya tanggal 29 Maret 1994 terjadi reorganisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) sehingga KPP berada di Bandung dipecah lagi menjadi:


(23)

1. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Tegalega, meliputi : ( Daerah Kewedanaan ) Tegalega yang beralamat di Jl. Soekarno Hatta.

2. Kantor Pelayanann Pajak Bandung Cibeunying, yang meliputi: Daerah Pemerintahan Cibeunying yang beralamat di Jl. Purnawarman No.21

3. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Bojonegoro, meliputi: Daerah Wilayah Bojonegoro yang beralamat di Jl. Cipaganti No.157.

4. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Karees.Meliputi : Daerah Pemerintahan Karees yang beralamat di Jl. Ibrahim Adjie No.372.

Modernisasi perpajakan dilakukan dengan berdasar kepada Peraturan Mentri Keuangan Nomor 12/KMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jendral Pajak sebagaimana diubah dengan Peraturan Mentri Keuangan Nomor 55/KMK.01/2007.

Peraturan tersebut menjelaskan mengenai pembentukan KPP baru yaitu KPP Pratama dimana KPP, Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPBB), serta Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan yang semula memiliki kantor yang terpisah, dilebut menjadi satu dan memiliki fungsi penyuluhan, pelayanan, pemeriksaan, dan penagihan. Selain itu, dijelaskan pula mengenai.

Pemecahan KPP Cimahi ke dalam 3 Wilayah sehingga menjadi KPP Prtama Majalaya, KPP Pratama Soreang, dan KPP Pratama Cimahi.


(24)

Logo KPP Pratama Cimahi

Gambar 2.1

Logo KPP Pratama Cimahi

A. Visi dan Misi KPP Pratama Cimahi

Visi berisi pandangan jauh kedepan mengenai cita dan citra yang ingin diwujudkan oleh unit kerja yang bersangkutan pada masa yang akan datang. Visi memberikan gambaran kearah mana unit kerja akan dibawa dan bagaiman agar unit kerja tetap eksis, konsisten, antisipasif,inovatif, dan produktif.

Guna mencapai visi yang akan diwujudkan tersebut maka dibutuhkan misi, karena misi adalah suatu cara bagaimana perusahaan mencapai visi/tujuan suatu organisasi/perusahaan dan misi tersebut dapat diwujudkan dengan strategi, cara, sarana dan pedoman berfikir sebagai langkah untuk menuju kondisi dimasa depan. Misi berisi suatu yang harus diemban oleh unit kerja sesuai dengan visinya.


(25)

1. Visi KPP Pratama Cimahi

Berdasarkan definisi visi dan misi diatas, serta mengacu pada visi dan misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cimahi secara nasional, kemudian dirumuskan visi dan misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cimahi sebagai berikut :

“Menjadi model pelayanan masyarakat yang menyelenggarakan sistem dan manajemen perpajakan kelas dunia yang dipercaya dan dibanggakan masyarakat”.

2. Misi KPP Pratama Cimahi a. Fiskal

Menghimpun Penerimaan Negara dari sektor Pajak yang mampu menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah berdasarkan Undang – Undang Perpajakan dengan tingkat Efektifitas dan Efesien yang tinggi

b. Ekonomi

Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ekonomi bangsa dengan kebijakan perpajakan yang dapat meminimasi distori

c. Politik


(26)

.

d. Kelembagaan

Senantiasa memperbaharui diri, selaras dengan aspirasi masyarakat dan teknokrasi perpajakan serta administrasi perpajakan mutakhir. B. Bentuk Instansi KPP Pratama Cimahi

Pada umumnya Kantor Pelayanan Pajak bukan sebuah perusahaan melainkan sebuah Instansi. Pada tahun 1965 Kantor Inspeksi Keuangan berubah nama menjadi “Inspeksi Pajak Bandung”. Berada dibawah Pengawasan Direktorat Jenderal Pajak, berada di lingkungan Departemen Keuangan.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No.276/KMK/1989 terhitung mulai 1 April 1989, seluruh Kantor Inspeksi Pajak di Indonesia diubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak, di Bandung sendiri Kantor Pelayanan Pajak terbagi menjadi empat (4) diantaranya:

a. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Barat yang beralamat di Jl.Sokarno Hatta

b. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Timur yang beralamat di Jl. Ibrahim Adjie No.37

c. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Tengah yang beralamat di Jl.Purnawarman No.21

d. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Cimahi yang beralamat di Jl. Raya Barat Cimahi.


(27)

Modernisasi Perpajakan dilakukan dengan berdasar kepada peraturan Menteri Keuangan Nomor 12/KMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak sebagaimana diubah dengan peraturan Menteri Keuangan Nomor 55/KMK.01/2007. Peraturan tersebut menjelaskan mengenai pembentukkan KPP baru yaitu KPP Paratama dimana KPP,Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bagunan (KPPBB), serta Kantor Pemeriksaan dan penyidikan yang semula memiliki Kantor yang yang terpisah, dilebur menjadi satu dan memiliki fungsi penyuluhan, pelayanan, pemeriksaan, dan penagihan.

2.2 Struktur Organisasi KPP Prtama Cimahi

Struktur Organisasi dalam suatu perusahaan merupakan hal yang sangat penting. Struktur organisasi dirancang berdasarkan fungsi Adanya pemisahan fungsi yang jelas antar Kantor Wilayah dan Kantor Pelayanan Pajak. Kantor Pelayanan Pajak Pratama adalah unsur pelaksana Direktorat Jenderal Pajak (DJP) di bidang pelayanan pajak yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala kantor Wilayah


(28)

Gambar 2.2

Struktur Organisasi KPP Pratama Cimahi

Terdapat empat seksi pengawasan da konsultasi di KPP Pratama Cimahi.Tugas pokok dan fungsi dari setiap unit kerja yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cimahi berdasarkan struktur organisasi tersebut adalah sebagai berikut:

Seksi Ekstensifikasi

Perpajakan

Seksi pengolahan

dat a dan informasi

Seksi Pelayanan

Seksi Pengaw asan

dan konsult asi Seksi

Pemeriksaan

Seksi Penagihan

Kelompok Fungsional

Sub Bagian Um um Kepala Kantor


(29)

1. Kepala Kantor Pelayan Pajak Pratama

Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama bertugas memberikan penyuluhan, pelayanan dan pengawasan dalam pemeriksaan dan penagihan.

2. Sub Bagian Umum

Membantu Kepala KPP Pratama dalam mengurus urusan rumah tangga KPP Pratama seperti administrasi, surat menyrat, gaji pegawai, dan lainnya. Sub Bagian Umum terdiri dari:

a.Kepegawaian; b.Keuangan; c.Tata Usaha;

d.Rumah Tangga; dan e.Perlengkapan.

3. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan.

Seksi ekstensifikasi dan Perpajakan mempunyai tugas antara lain; a.Pengamatan potensi perpajakan;

b.Pendataan subjek dan objek pajak; c.Penilaian objek pajak;

d.Penugasan wilayah;

e.Pendataan monografi fiskal; f. Ekstensifikasi wajib pajak.


(30)

4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi.

Merupakan jantung dari KPP Pratama karena merupakan pusat perekaman data dari SPT yang disampaikan Wajib Pajak, mulai dari:

a.Mengumpulkan dan mengolah data; b.Menyajikan informasi perpajakan; c.Merekam dokumentasi perpajakan; d.Mengurus data usaha penerimaan pajak;

e.Pengalokasian dan penatausahaan penerimaan PBB dan BPHTB; f. Pelayanan dukungan teknis komputer;

g.Memantau aplikasi e-filling dan e-SPT; h.Menyiapkan laporan kinerja.

5. Seksi Pelayanan

Merupakan ujung tombak KPP Pratama yang bertugas untuk melayani Wajib pajak, tugasnya antara lain:

a.Menerbitkan produk hukum;

b.Administrasi dan penyimpanan berkas; c.Penyuluhan perpajakan;

d.Penerimaan dan pengolahan SPT dan surat-surat permohonan WP; e.Penerbitan NPWP;


(31)

6. Seksi pengawasan dan Konsultasi

Terdiri dari para Account Representative (AR) yang ditugaskan pada wilayah-wilayah tertentu. Account Representative ini bertugas untuk mengawasi Wajkib Pajak, melayani hak Wajib Pajak dan sebagai tempat konsultasi Wajib Pajak. Jadi Account Representative ini menjembatani atau sebagai mediator antara Wajib pajak dan KPP. Tugas selengkapanya antara lain:

a. Melakukan pengawasan keputusan perpajakan wajib pajak, melalui pemanfaatan data dan Sistem Administrasi Perpajakan Terpadu (SAPT) atau Sistem Informasi DJP (SIDJP);

b. Bimbingan atau himbawan kepada wajib pajak; c. Konsultasi teknis perpajakan kepada wajib pajak, d. Analisis kerja wajib pajak;

e. Rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka intensifikasi;

f. Memonitor penyelesaian pemeriksaan pajak dan proses keberatan; g. Melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku; h. Membantu wajib pajak dalam memperoleh penegasan dan konfirmasi

masalah perpajakan;

i. Melakukan pemutakhiran data wajib pajak dan membuat company profile; j. Menginformasikan ketentuan perpaj akan terbaru kepada waj ib pajak; k. Melakukan pemutakhiran data wajib pajak dalam membuat company

profile; dan


(32)

7. Seksi Pemeriksaan

Memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: a. Penyusunan rencana pemeriksaan;

b. Pengawasan aturan pelaksana pemeriksaan;

c. Penerbitan dan penyaluran SP3 (Surat Perintah Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak); dan

d. Administrasi perpajakan lainnya.

8. Seksi Penagihan

Seksi Penagihan bertugas melakukan penagihan terhadap Wajib pajak atas tunggakan pajaknya, melaksanakan penagihan aktif, selain itu juga bertugas:

a. Penatausahaan piutang pajak;

b. Proses permohonan penundaan dan angsuran tunggakan pajak; c. Usul lelang dan penghapusan piutang pajak.

9. Kelompok Jabatan Fungsional

a. Pejabat fungsional pemeriksa mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan berkoordinasi dengan seksi pemeriksaan. b. Pejabat füngsional penilai mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai

dengan jabatan masing-masing berdasarkan peraturan pemndang-undangan yang berlaku dan berkoordinasi dengan seksi ekstensifikasi.


(33)

2.3 Uraian Jabatan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cimahi

Struktur organisasi merupakan kerangka dasar hubungan formal yang telah ditetapkan dan yang membatasi kedudukan antar alat organisasi, dengan tujuan organisasi membantu mengatur dan mangarahkan usaha – usaha dalam organisasi sedemikian rupa sehingga usaha tersebut terkoordinir dan sejalan dengan tujuan – tujuan organisasi.

1. Subbagian Umum

Membantu Kepala KPP Pratama dalam mengurus urusan rumah tangga KPP. Uraian jabatannya adalah sebagai berikut :

a. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menugaskan para Kepala Seksi/Kepala Subbagian Umum untuk membuat rencana kerja masing-masing Seksi/Subbagian Umum untuk dijadikan rencana kerja Kantor Pelayanan Pajak.

b. Kepala Subbagian Umum menugaskan Pelaksana untuk menyiapkan konsep rencana kerja Subbagian Umum.

c. Pelaksana menyiapkan konsep rencana kerja Subbagian Umum dan menyampaikan Kepada Kepala Subbbagian Umum.

d. Kepala Subbbagian Umum meneliti, dan menyetujui konsep rencana kerja Subbagian Umum dan menugaskan pelaksana untuk mengkompilasi dengan rencana kerja seksi lain menjadi rencana kerja Kantor Pelayanan Pajak.

e. Kepala Subbagian Umum mengugaskan Pelaksana untuk mengirimkan Rencana Kerja Kantor Pelayanan Pajak ke Kantor Wilayah dan Direktur


(34)

Jenderal Pajak.

f. Pelaksana mengirimkan Rencana Kerja Kantor Pelayanan Pajak ke Kantor Wilayah dan Direktur Jenderal Pajak.

2. Seksi Pemeriksaan

Uraian jabatan seksi pemeriksaan adalah sebagai berikut :

a. Ketua Kelompok Pemeriksa Pajak menerima Surat Perintah Pemeriksaan Pajak, Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Pajak kepada Wajib Pajak, Berkas dan Data Wajib Pajak, beserta dokumen-dokumen lainnya dari Kepala Seksi Pemeriksaan, meneliti kemudian meneruskan kepada Ketua Tim Pemeriksa Pajak.

b. Ketua Kelompok Pemeriksa Pajak meneliti, membahas rencana program pemeriksaan dengan Ketua Tim Pemeriksa Pajak dan menyetujui program pemeriksaan untuk dilaksanakan kemudian meneruskannya kepada Tim Pemeriksa Pajak.

3. Seksi Ekstensifikasi

Uraian jabatan dari seksi ekstensifikasi adalah sebagai berikut :

a. Kepala Kantor Pelayanan Pajak memberikan pengarahan dan menugaskan para Kepala Seksi/Kepala Subbagian untuk menyusun Rencana Kerja seksi/Subbagian masing-masing.

b. Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan menugaskan Pelaksana untuk menyiapkan bahan penyusunan Rencana Kerja Seksi Ekstensifikasi Perpajakan.


(35)

berjalan dan usulan Rencana Kerja tahun berikutnya, berupa Rencana Kerja Penilaian Individual/Masal, Rencana Kerja Pendataan Objek dan Subjek PBB, Rencana Kerja Pencarian Data, dan Rencana Kerja Penyandingan NOP dan NPWP, selanjutnya menyampaikan kepada Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan.

d. Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan mempelajari, membahas, dan menyusun konsep Rencana Kerja bersama para Pelaksana/Pejabat Fungsional Penilai PBB, selanjutnya menyampaikan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.

e. Kepala Kantor Pelayanan Pajak meneliti, menyetujui Rencana Kerja Seksi Ekstensifikasi Perpajakan dan mengembalikan kepada Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan.

f. Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan menugaskan Pelaksana untuk menyampaikan Rencana Kerja Seksi Ekstensifikasi Perpajakan ke Subbagian Umum untuk dikompilasi menjadi Rencana Kerja Kantor Pelayanan Pajak.

g. Pelaksana menyampaikan Rencana Kerja Seksi Ekstensifikasi Perpajakan ke Subbagian Umum untuk dikompilasi menjadi Rencana Kerja Kantor Pelayanan Pajak.

h. Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan menerima Rencana Kerja Kantor Pelayanan Pajak yang telah ditandatangani Kepala Kantor dari Kepala Subbagian Umum dan meneruskan kepada para Pelaksana untuk menatausahakan dan melaksanakan.


(36)

4. Seksi Penagihan

Seksi Penagihan bertugas melakukan penagihan terhadap Wajib pajak atas tunggakan pajaknya, melaksanakan penagihan aktif, dan lebih dijelaskan dalam uraian jabatan berikut :

a. Kepala Kantor Pelayanan Pajak memberikan pengarahan dan menugaskan para Kepala Seksi/Kepala Subbagian untuk menyusun Rencana Kerja Seksi/Subbagian masing-masing.

b. Kepala Seksi Penagihan mempelajari penugasan dan menugaskan Pelaksana untuk membuat konsep Rencana Kerja Seksi Penagihan.

c. Pelaksana membuat konsep Rencana Kerja berdasarkan hasil kerja tahun berjalan dan usulan Rencana Kerja tahun berikutnya, serta menyampaikan kepada Kepala Seksi Penagihan.

d. Kepala Seksi Penagihan mempelajari, membahas dengan para Pelaksana, dan menyampaikannya kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.

e. Kepala Kantor Pelayanan Pajak meneliti, menyetujui, dan menandatangani Rencana Kerja Seksi Penagihan serta meneruskan kepada Seksi Penagihan.

f. Kepala Seksi Penagihan menerima Rencana Kerja Kantor Pelayanan Pajak yang telah ditandatangani oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak dan menugaskan Pelaksana untuk meneruskannya ke Subbagian Umum. g. Pelaksana menerima dan meneruskan Rencana Kerja Seksi Penagihan ke


(37)

Pelayanan pajak .

h. Kepala Seksi Penagihan menerima kompilasi Rencana Kerja Kantor Pelayanan Pajak dari Subbagian Umum dan meneruskannya kepada Pelaksana untuk ditatausahakan.

i. Pelaksana menatausahakan Rencana Kerja Kantor Pelayanan pajak tersebut.

5. Seksi Pelayanan

Merupakan ujung tombak KPP Pratama yang bertugas untuk melayani wajib pajak, uraian jabatan dijelaskan sebagai berikut :

a. Kepala Kantor Pelayanan Pajak memberikan pengarahan dan menugaskan para Kepala Seksi/Kepala Subbagian Umum untuk menyusun Rencana Kerja Seksi/Subbagian masing-masing.

b. Kepala Seksi Pelayanan menugaskan Pelaksana untuk menyiapkan bahan penyusunan Rencana Kerja Seksi Pelayanan.

c. Pelaksana menyiapkan bahan Rencana Kerja berdasarkan hasil kerja tahun berjalan dan usulan Rencana Kerja tahun berikutnya, selanjutnya menyampaikan kepada Kepala Seksi Pelayanan.

d. Kepala Seksi Pelayanan mempelajari, membahas dan menyusun konsep Rencana Kerja bersama para Pelaksana, selanjutnya menyampaikan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.

e. Kepala Kantor Pelayanan Pajak meneliti, menyetujui Rencana Kerja Seksi Pelayanan dan mengembalikan kepada Kepala Seksi Pelayanan.


(38)

f. Kepala Seksi Pelayanan menerima Rencana Kerja Seksi Pelayanan yang telah ditandatangani Kepala Kantor Pelayanan Pajak dan menyampaikan kepada Subbagian Umum untuk Dikompilasi (D).

g. Kepala Seksi Pelayanan menerima Rencana Kerja Kantor yang telah dikompilasi dari Subbagian Umum dan meneruskan kepada Pelaksana. h. Pelaksana menatausahakan dan melaksanakan rencana kerja tersebut.

6. Seksi PDI

Merupakan jantung dari KPP Pratama karena merupakan pusat perekaman data dari SPT yang disampaikan wajib pajak, uraian jabatan dijelaskan sebagai berikut :

a. Kepala Kantor Pelayanan Pajak memberikan pengarahan dan menugaskan para Kepala Seksi/Kepala Subbagian Umum untuk menyusun Rencana Kerja Seksi/Subbagian masing-masing.

b. Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi menugaskan Pelaksana untuk menyiapkan bahan penyusunan Rencana Kerja Seksi Pengolahan Data dan Informasi.

c. Pelaksana menyiapkan bahan Rencana Kerja berdasarkan hasil kerja tahun berjalan dan usulan Rencana Kerja tahun berikutnya, selanjutnya menyampaikan kepada Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi. d. Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempelajari, membahas,

dan menyusun konsep Rencana Kerja bersama para Pelaksana, selanjutnya menyampaikan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.


(39)

e. Kepala Kantor Pelayanan Pajak meneliti, menyetujui Rencana Kerja Seksi Pengolahan Data dan Informasi dan mengembalikan kepada Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi.

f. Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi menerima Rencana Kerja Seksi Pengolahan Data dan Informasi yang telah ditandatangani Kepala Kantor Pelayanan Pajak dan menyampaikan kepada Subbagian Umum untuk dikompilasi (D).

g. Kepala Seksi Pengolahan Data & Informasi menerima Rencana Kerja Kantor yang telah dikompilasi dari Subbagian Umum dan meneruskan kepada Pelaksanan.

h. Pelaksana menatausahakan dan melaksanakan rencana kerja tersebut.

7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi

Terdiri dari para Account Representative (AR) yang ditugaskan pada wilayah-wilayah tertentu. Account Representative ini bertugas untuk mengawasi Wajkib Pajak, melayani hak Wajib Pajak dan sebagai tempat konsultasi Wajib Pajak. Jadi Account Representative ini menjembatani atau sebagai mediator antara Wajib pajak dan KPP. Dijelaskan dalam uraian berikut :

a. Kepala Kantor Pelayanan Pajak memberikan pengarahan dan menugaskan para Kepala Seksi/Kepala Subbagian Umum untuk menyusun Rencana Kerja Seksi/Subbagian masing-masing.

b. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi menugaskan Account Representatives untuk menyiapkan bahan penyusunan Rencana Kerja


(40)

Seksi Pengawasan dan Konsultasi.

c. Account Representatives menyiapkan bahan Rencana Kerja berdasarkan hasil kerja tahun berjalan dan usulan Rencana Kerja tahun berikutnya, selanjutnya menyampaikan kepada Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi.

d. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi mempelajari, membahas dan menyusun konsep Rencana Kerja bersama para Account Representatives, selanjutnya menyampaikan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.

e. Kepala Kantor Pelayanan Pajak meneliti, menyetujui Rencana Kerja Seksi Pengawasan dan Konsultasi dan mengembalikan kepada Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi.

f. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi menugaskan Pelaksana untuk menyampaikan Rencana Kerja Seksi Pengawasan dan Konsultasi ke Subbagian Umum untuk dikompilasi.

g. Pelaksana menyampaikan Rencana Kerja Seksi Pengawasan dan Konsultasi ke Subbagian Umum untuk dikompilasi (D).

h. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi menerima Rencana Kerja Kantor Pelayanan Pajak yang telah dikompilasi dari Subbagian Umum dan meneruskan kepada Pelaksana.

i. Pelaksana menatausahakan dan menyampaikan rencana kerja tersebut kepada para Account Representatives untuk dilaksanakan.


(41)

8. Seksi Fungsional

Uraian jabatan untuk kelompok jabatan fungsional adalah sebagai berikut : a. Ketua Kelompok Pemeriksa Pajak menerima Surat Perintah Pemeriksaan

Pajak, Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Pajak kepada Wajib Pajak, Berkas dan Data Wajib Pajak, beserta dokumen-dokumen lainnya dari Kepala Seksi Pemeriksaan, meneliti kemudian meneruskan kepada Ketua Tim Pemeriksa Pajak.

b. Menerima dokumen-dokumen lalu menganalisa dan mempelajarinya. c. Ketua Kelompok Pemeriksa Pajak meneliti, membahas rencana program

pemeriksaan dengan Ketua Tim Pemeriksa Pajak dan menyetujui program pemeriksaan untuk dilaksanakan kemudian meneruskannya kepada Tim Pemeriksa Pajak.

d. Ketua Kelompok Pemeriksa Pajak menelaah, membahas dengan Tim Pemeriksa Pajak, menyetujui, memaraf konsep SPHP dan menandatangani lampiran-lampirannya serta meneruskan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.

e. Kepala Kantor Pelayanan Pajak meneliti konsep SPHP beserta lampiran-lampirannya, membahas dengan Ketua Kelompok Pemeriksa Pajak, menyetujui dan menandatangani konsep SPHP, selanjutnya meneruskan kepada Ketua Kelompok Pemeriksa Pajak.

f. Ketua Kelompok Pemeriksa Pajak menugaskan Ketua Tim Pemeriksa Pajak untuk mengirimkan SPHP beserta lampiran-lampirannya kepada Wajib Pajak.


(42)

g. Ketua Tim Pemeriksa Pajak menugaskan Anggota Tim Pemeriksa Pajak untuk mengirimkan SPHP dan Lampiran-lampirannya kepada Wajib Pajak.

h. Ketua Kelompok Pemeriksa Pajak meneliti, menyetujui dan menandatangani Berita Acara Persetujuan Hasil Pemeriksaan Wajib Pajak, atau Berita Acara Hasil Pemeriksaan, atau Berita Acara Tidak Memberikan Tanggapan/Berita Acara Ketidakhadiran Wajib Pajak selanjutnya meneruskan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.

i. Kepala Kantor Pelayanan Pajak meneliti, menyetujui dan menandatangani Berita Acara Persetujuan Hasil Pemeriksaan Wajib Pajak, atau Berita Acara Hasil Pemeriksaan, atau Berita Acara Tidak Memberikan Tanggapan/Berita Acara Ketidakhadiran Wajib Pajak dan meneruskan kepada Ketua Kelompok Pemeriksa Pajak.

j. Ketua Kelompok Pemeriksa Pajak meneruskan Berita Acara Persetujuan Hasil Pemeriksaan Wajib Pajak, atau Berita Acara Hasil Pemeriksaan, atau Berita Acara Tidak Memberikan Tanggapan/Berita Acara Ketidakhadiran Wajib Pajak dan menugaskan Tim Pemeriksa Pajak untuk memperbaiki KKP dan membuat Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) berdasarkan hasil pembahasan akhir/closing conference.

k. Tim Pemeriksa Pajak memperbaiki KKP serta membuat konsep LHP serta meneruskan kepada Ketua Kelompok Pemeriksa Pajak.


(43)

2.4 Aktivitas Kegiatan KPP Pratama Cimahi

Sehubungan dengan adanya pengawasan pelaksanaan Kode Etik Pegawai Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dilaksanakan secara langsung oleh Komite Kode Etik yang berada di bawah pimpinan langsung Sekretaris Jenderal Departemen Keuangan yang dibantu oleh Sekretariat Komite Kode Etik, Untuk meningkatkan pengawasan kinerja pegawai yang lebih intensif maka dilakukan kerja sama dengan Inspektorat Jenderal Depkeu dalam rangka meningkatkan efektivitas pengawasan terhadap kinerja pegawai DJP. Ada Tiga prinsip dasar Kode Etik pada KPP Pratama Cimahi yaitu :

1. Melaksanakan tugas dengan jujur, benar dan efisien dengan menghargai hak-hak Wajib Pajak.

2. Menerapkan Good Governance dalam penyelenggaraan pemerintahan secara profesional dan berintegritas.

3. Tidak memiliki kepentingan pribadi dalam menjalankan tugas.

A. Maksud dan Tujuan KPP Pratama Cimahi 1. Maksud KPP Pratama Cimahi adalah :

a. Meningkatkan efisiensi pemungutan pajak dalam rangka mendukung penerimaan negara.

b. Meningkatkan pelayanan,kepastian hukum dan keadilan bagi masyarakat guna meningkatkan daya saing dalam bidang penanaman modal, dengan tetap mendukung pengembangan usaha kecil dan menengah.


(44)

c. Menyesuaikan tuntutan perkembangan sosial ekonomi masyarakat serta perkembangan di bidang teknologi informasi.

d. Meningkatkan keseimbangan antara hak dan kewajiban. e. Menyederhanakan prosedur administrasi perpajakan.

f. Meningkatkan penerapan prinsip self assessment secara akuntabel dan konsisten, dan

g. Mendukung iklim usaha ke arah yang lebih kondusif dan kompetitif. h. Dengan dilaksanakannya kebijakan pokok tersebut diharapkan dapat

meningkatkan penerimaan negara dalam jangka menengah dan panjang seiring dengan meningkatnya kepatuhan sukarela dan membaiknya iklim usaha.

B. Tujuan KPP Pratama Cimahi adalah :

a. Tercapainya tingkat kepatuhan sukarela yang tinggi.

b. Tercapai tingkat kepercayaan terhadap administrasi perpajakan yang tinggi.


(45)

67 4.1 Kesimpulan

Dengan adanya Standar Operating Procedures pengurangan atau keberatan Pajak Bumi dan Bangunan maka akan mempermudah bagi pegawai pajak untuk melakukan kegiatannya sesuai dengan prosedur yang sudah dibuat oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia direktorat Jenderal Pajak.

1. Standar Operasional Prosedur permohonan pengurangan pajak bumi dan bangunan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cimahi Sudah cukup baik.

2. Dengan adanya Standard Operating Procedures maka pelaksanaan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan berjalan dengan baik karena para pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama akan mengetahui dengan benar apa yang menjadi tugas dan tanggung jawab kerjanya. Walaupun terkadang dengan adanya Standar Operating Procedures, masih adanya

ketidaktelitian pegawai dalam menyalurkan berkas permohonan

pengurangan pajak bumi dan bangunan.

4.2 Saran

Berdasarkan beberapa uraian di atas dan pengamatan penulis setelah melaksanakan Kerja Praktek ini, maka ada beberapa hal yang hendak penulis


(46)

sampaikan sebagai saran untuk kendala yang ditemukan dalam pelaksanaan permohonan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan diantaranya:

1. Standar Operasional Prosedur untuk permohonan pengurangan pajak bumi dan bangunan sudah cukup baik dan konsisten dengan prosedur yang sudah ada. Dan bagian – bagian dalam proses pelaksanaannya sudah dipisah sesuai pengelompokannya. Walaupun jarang terjadinya kesalahan perhitungan untuk pengurangan pajak bumi dan bangunan yang diajukan wajib pajak, akan tetapi peneliti harus benar – benar dalam memberikan keputusan untuk pengurangan pajak bumi dan bangunan yang akan diberikan kepada wajib pajak pemohon pengurangan. Dibutuhkan ketelitian pegawai pelayanan dalam menyalurkan berkas permohonan pengurangan pajak bumi dan bangunan.

2. Untuk kelancaran dan ketepatan waktu penyelesaian pengurangan pajak bumi dan bangunan sebaiknya wajib pajak melampirkan berkasnya secara lengkap, dan jika dimintai kelengkapan maka secepatnya wajib pajak memberikan kelengkapan yang diminta sebagai syarat pengurangan pajak bumi dan bangunan.


(47)

Laporan Kerja Praktek

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Kerja Praktek Program Studi Akuntansi Jenjang Strata-S1

Oleh:

Fitri Irmawati Dewi 21108168

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(48)

70

DAFTAR PUSTAKA

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 362/KMK.04/1999 tanggal 5 Juli 1999 tentang Pemberian Pengurangan Pajak Bumi Dan Bangunan

Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-10/PJ.6/1999 tanggal 4 Oktober 1999 tentang Tata Cara Pemberian Pengurangan Pajak Bumi dan

Bangunan

Peraturan Menteri Keuangan nomor 132/PMK.01/2006 tanggal 22 Desember 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak s.t.d.d. Peraturan Menteri Keuangan nomor

55/PMK.01/2007

Siti, Kurnia Rahayu, Ely Suhayati, 2010. PERPAJAKAN Teori dan Teknis Perhitungan. Edisi Pertama, Yogyakarta,Graha Ilmu.

Umi, Narimawati, Sri Dewi Anggadini, Linna Ismawati, (2011).PENULISAN KARYA ILMIAH. Cetakan Pertama, Bekasi : Genesis.

UU No.12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan UU No.12 Tahun 1994

Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1994 (Pasal 19)


(49)

i

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas rahmat dan ridha – Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktek. Laporan Kerja Praktek ini penulis susun berdasarkan hasil kerja praktek yang dilakukan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cimahi. Laporan ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam menempuh program studi Strata 1 program studi Akuntansi Fakultas Ekonomi di Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM). Dimana judul yang diambil, yaitu: “Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur Pengurangan Pajak Bumi Dan Bangunan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cimahi”.

Untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar – besarnya kepada Bapak dan Mama yang selalu memberikan doa dengan penuh kasih sayang, keikhlasan dan kesabaran serta pengorbanan yang tiada hentinya, beserta teman-teman yang mendorong dan selalu memberikan semangat penulis untuk menyelesaikan laporan kerja praktek ini.

Dalam kesempatan ini pula penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak/Ibu:

1. Dr. Ir. Edi Soeryanto Soegoto, , M.Sc., selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia Bandung.

2. Prof.Dr. Hj. Umi Narimawati,Dra.,SE.,M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia Bandung.


(50)

ii

3. Sri Dewi Anggadini ,SE., M.Si., selaku Ketua Jurusan Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

4. Lilis Puspita Sari, SE.,M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia Bandung. 5. Ony Widilestariningtyas, SE.,M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah

meluangkan waktunya kepada penulis dan dengan sabar serta tekun dalam membimbing penulis dalam menyusun Laporan Kuliah Kerja Praktek ini. 6. Indra Mulya Kusumah dan Beny Cahyono selaku Pembimbing pada Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Cimahi.

7. Mohammad Baharuddin selaku Kepala Kantor pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cimahi.

8. Kedua orang tua yang membantu mendoakan untuk kemudahan penyelesaian Laporan Kerja Praktek.

9. Seluruh Staff Bagian Ektstensifikasi yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Laporan Kerja Praktek.

10.Mutia, Putri, Onis, dan teman-teman ex-ia3 yang menyemangati untuk mengerjakan Laporan Kerja Praktek.

11.Teman – temanku Bolin, Nindi, Rika, Chania yang membantu dan menyemangati untuk mengerjakan Laporan Kerja Praktek.

12. Dwi, Irene, Frega, Gulfiano yang selalu saling menyemangati dan menghibur satu sama lain dalam proses penyelesaian Laporan Kerja Praktek.

13.Teman-teman AK4 yang sudah saling membantu dan menyemangati untuk mengerjakan Laporan Kerja Praktek.


(51)

iii

Dalam penyusunan laporan kerja praktek ini. Penulis menyadari bahwa laporan kerja praktek ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis bersedia menerima segala kritik dan saran dari semua pihak untuk peningkatan mutu laporan kerja praktek ini.

Akhir kata penulis berharap semoga laporan kerja praktek ini dapat bermanfaat dan menjadi suatu motifasi untuk lebih maju serta semangat berbuat yang terbaik untuk diri sendiri dan orang lain.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bandung, Desember 2011 Penulis

Fitri Irmawati Dewi 21108168


(1)

68

sampaikan sebagai saran untuk kendala yang ditemukan dalam pelaksanaan permohonan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan diantaranya:

1. Standar Operasional Prosedur untuk permohonan pengurangan pajak bumi dan bangunan sudah cukup baik dan konsisten dengan prosedur yang sudah ada. Dan bagian – bagian dalam proses pelaksanaannya sudah dipisah sesuai pengelompokannya. Walaupun jarang terjadinya kesalahan perhitungan untuk pengurangan pajak bumi dan bangunan yang diajukan wajib pajak, akan tetapi peneliti harus benar – benar dalam memberikan keputusan untuk pengurangan pajak bumi dan bangunan yang akan diberikan kepada wajib pajak pemohon pengurangan. Dibutuhkan ketelitian pegawai pelayanan dalam menyalurkan berkas permohonan pengurangan pajak bumi dan bangunan.

2. Untuk kelancaran dan ketepatan waktu penyelesaian pengurangan pajak bumi dan bangunan sebaiknya wajib pajak melampirkan berkasnya secara lengkap, dan jika dimintai kelengkapan maka secepatnya wajib pajak memberikan kelengkapan yang diminta sebagai syarat pengurangan pajak bumi dan bangunan.


(2)

PELAKSANAAN STANDAR OPERASIONAL

PROSEDUR PENGURANGAN PAJAK BUMI DAN

BANGUNAN PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK

PRATAMA CIMAHI

Laporan Kerja Praktek

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Kerja Praktek Program Studi Akuntansi Jenjang Strata-S1

Oleh:

Fitri Irmawati Dewi 21108168

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(3)

70

DAFTAR PUSTAKA

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 362/KMK.04/1999 tanggal 5 Juli 1999 tentang Pemberian Pengurangan Pajak Bumi Dan Bangunan

Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-10/PJ.6/1999 tanggal 4 Oktober 1999 tentang Tata Cara Pemberian Pengurangan Pajak Bumi dan

Bangunan

Peraturan Menteri Keuangan nomor 132/PMK.01/2006 tanggal 22 Desember 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak s.t.d.d. Peraturan Menteri Keuangan nomor

55/PMK.01/2007

Siti, Kurnia Rahayu, Ely Suhayati, 2010. PERPAJAKAN Teori dan Teknis Perhitungan. Edisi Pertama, Yogyakarta,Graha Ilmu.

Umi, Narimawati, Sri Dewi Anggadini, Linna Ismawati, (2011).PENULISAN KARYA ILMIAH. Cetakan Pertama, Bekasi : Genesis.

UU No.12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan UU No.12 Tahun 1994

Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1994 (Pasal 19)


(4)

i

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas rahmat dan ridha – Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktek. Laporan Kerja Praktek ini penulis susun berdasarkan hasil kerja praktek yang dilakukan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cimahi. Laporan ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam menempuh program studi Strata 1 program studi Akuntansi Fakultas Ekonomi di Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM). Dimana judul yang diambil, yaitu: “Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur Pengurangan Pajak Bumi Dan Bangunan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cimahi”.

Untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar – besarnya kepada Bapak dan Mama yang selalu memberikan doa dengan penuh kasih sayang, keikhlasan dan kesabaran serta pengorbanan yang tiada hentinya, beserta teman-teman yang mendorong dan selalu memberikan semangat penulis untuk menyelesaikan laporan kerja praktek ini.

Dalam kesempatan ini pula penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak/Ibu:

1. Dr. Ir. Edi Soeryanto Soegoto, , M.Sc., selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia Bandung.

2. Prof.Dr. Hj. Umi Narimawati,Dra.,SE.,M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia Bandung.


(5)

ii

3. Sri Dewi Anggadini ,SE., M.Si., selaku Ketua Jurusan Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

4. Lilis Puspita Sari, SE.,M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia Bandung. 5. Ony Widilestariningtyas, SE.,M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah

meluangkan waktunya kepada penulis dan dengan sabar serta tekun dalam membimbing penulis dalam menyusun Laporan Kuliah Kerja Praktek ini. 6. Indra Mulya Kusumah dan Beny Cahyono selaku Pembimbing pada Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Cimahi.

7. Mohammad Baharuddin selaku Kepala Kantor pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cimahi.

8. Kedua orang tua yang membantu mendoakan untuk kemudahan penyelesaian Laporan Kerja Praktek.

9. Seluruh Staff Bagian Ektstensifikasi yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Laporan Kerja Praktek.

10.Mutia, Putri, Onis, dan teman-teman ex-ia3 yang menyemangati untuk mengerjakan Laporan Kerja Praktek.

11.Teman – temanku Bolin, Nindi, Rika, Chania yang membantu dan menyemangati untuk mengerjakan Laporan Kerja Praktek.

12. Dwi, Irene, Frega, Gulfiano yang selalu saling menyemangati dan menghibur satu sama lain dalam proses penyelesaian Laporan Kerja Praktek.

13.Teman-teman AK4 yang sudah saling membantu dan menyemangati untuk mengerjakan Laporan Kerja Praktek.


(6)

iii

Dalam penyusunan laporan kerja praktek ini. Penulis menyadari bahwa laporan kerja praktek ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis bersedia menerima segala kritik dan saran dari semua pihak untuk peningkatan mutu laporan kerja praktek ini.

Akhir kata penulis berharap semoga laporan kerja praktek ini dapat bermanfaat dan menjadi suatu motifasi untuk lebih maju serta semangat berbuat yang terbaik untuk diri sendiri dan orang lain.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bandung, Desember 2011 Penulis

Fitri Irmawati Dewi 21108168