Intensional, kecerobohan Recklessness atau kealpaan Negligence, sehingga tanggungjawab selalu bersifat individual dan personal, tidak dapat dialihkan kepada
orang lain atau rumah sakit.
B. Resiko Medik
Resiko medis adalah suatu keadaan yang tidak dikehendaki baik oleh pasien maupun oleh dokter atau dokter gigi sendiri, setelah dokter atau dokter gigi berusaha
semaksimal mungkin dengan telah memenuhi standar profesi, standar pelayanan medis dan standar operasional prosedur namun kecelakaan tetap terjadi juga.Resiko
atau kecelakaan medis ini mengandung unsur yang tidak dapat dipersalahkan verwijtbaarheid, tidak dapat di cegah vermijtbaarheid dan terjadinya tidak dapat
diduga verzinbaarheid.
117
Risiko tindakan medis dapat terjadi dalam setiap rangkaian proses pengobatan, seperti pada penegakan diagnosa, saat dilakukan operasi,
penentuan obat dan dosisnya, pasca operasi dan lain sebagainya. Risiko medik juga dapat terjadi di semua tempat dilakukannya pengobatan: di rumah sakit,
klinik, praktik dokter, apotik, di rumah pasien, di tempat umum pada kegiatan immunisasi, misalnya, dan lain-lain.Bentuk risiko medik
bermacam-macam, seperti: kesalahan medik medical error, preventable medical error; kecelakaan medik medical accident; medical misadventure
atau medical mishap; kelalain medik medical negligence; adverse event; adverse incident dan lain sebagainya.Daldiyono menggunakan istilah Risiko
dari aspek upaya pengobatan yang artinya: hasil yang tidak memuaskan, tidak diharapkan, yang sebagian tidak dapat diprediksi dalam proses
pertolongan kepada orang sakit
118
.
117
Syahrul Machmud, .Op.Cit.Hal.278.
118
Daldiyono, Pasien Pintar dan Dokter Bijak, Buku Wajib Bagi Pasien dan Dokter, Jakarta: Penerbit PT Buana Ilmu Populer, 2007
Universitas Sumatera Utara
Resiko yang tak dapat diperiksi dalam tindakan dokter antar lain: 1.
Resiko pengobatan inheren atau melekat Setiap tindakan medis yang dilakukan oleh dokter, baik yang bersifat
diagnostik amaupuntheurepatik akan selalu mengandung resiko yang melakat pada tindakannya itu Risk Of Treatment
119
. Apabila dokter tersebut melakukannya dengan hati-hati, seizin pasien dan berdasarkan standar profesi
medik, tetapi resiko tetap terjadi maka dokter itu tidak dapat dipersalahkan.
120
terhadap suatu akibat negative yang mungkin timbul dari suatu tindakan medis yang tidak dapat diduga sebelumnya misalnya: suatu
anafilatikshok pada pemberian anestesi atau obat lain suatu injeksi yang menimbulkan reaksi yang berlebihan dari tubuh pasien itu sendiri
121
. Dokter tidak dapat dipersalahkan karena hubungan dokter dan pasien adalah kontrak
treupatik, suatu perjanjian berusaha inspaningsverbintenis . 2.
Resiko komplikasi yang timbul dalam tubuh pasien Timbulnya komplikasi dalam tubuh pasien yang tidak bisa diketahui
atau diduga
sebelumnya tidak
dapat dipersalahkan
kepada
119
J. guwandi.Hukum Medik Medical Law.fakultas kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2004. Hal 104
120
Achadiat, Chrisdiono M, Melindungi Pasien dan Dokter, Widya Medika,Jakarta. 1996
121
J.Guwandi. Ibid. Hal 105
Universitas Sumatera Utara
dokternya
122
.Misalkan timbulnya pulmonoly emboli air ketuban dan pasien meninggal setelah menjalani operasi cesar setelah dirawat beberapa hari.
123
3. Resiko dari alergikatau hipersensitivitas
Resiko alergik adalah resiko berlebihan dari tubuh seseorang karena alergi yang timbulnya secara tiba-tiba yang tidak dapat diprediksi lebih
dahulu.Jika alergik ini menimbulkan anafilatik shok maka dokternya tidak dapat dipersalahkan
124
. Kecelakaan medik dalam tindakan kedokteran juga sering terjadi, seorang
dokter atau ahli bedah tidak selalu berhasil dalam setiap tindakannya dan tidak selalu bertanggungjawab terhadap setiap kejadian yang mungkin terjadi dalam pemberian
terapi kecuali tidak berhati-hati secara wajar dalam menerapkan ilmu kepandaian yang setara dengan sesama teman sejawatnya.
125
Kekeliruan penilaian klinis Non _Negligent Clinical Error Of Judgment seorang
dokter yang
telah mengikuti
standar medis
tidak dapat
dipertanggungjawabkan karena kelalaian nya, jika keputusan yang diambilnya keliru
126
. Lord Dening menyatakan tentang kesalahan penilaian klinis yaitu apabila seorang dokter dianggap bertanggungjawab terjadi sesuatu atau tidak berhasil
menyembuhkan, maka hal ini akan merugikan masyarakat itu sendiri, kesalahan
122
Pujiyono.,Kumpulan Tulisan Hukum Pidana, Mandar Maju, Bandung, 2007.Hal. 95
123
J. Guwandi, OpCit. Hal. 107.
124
Ibid.Hal. 106.
125
Pujiyono.Op-Cit. Hal. 95 – 96.
126
Loc Cit
Universitas Sumatera Utara
dalam pertimbangan error of jugement bukanlah kelalaian mungkin pertimbangan telah keliru tetapi ia dan dokter lainpun tidak akan mungkin selalu benar
127
Resiko yang sudah diketahui Volenti Non Vit IniuraAsumption Of Risk seorang dokter telah menjelaskan secara lengkap tentang resiko yang akan terjadi
akibat tindakan yang akan dilakukan kepada keluarga pasien atau pasien itu sendiri dan secara sukarela bersedia menanggung
128
. Misalnya pencakokan ginjal dari donor hidup, dengan resiko tinggi terdapat pada penerima maupun pendonor ginjal itu, jika
resiko yang telah dikelaskan terjadi maka dokter tidak dapat dipersalahkan, atau pasien yang meminta pulang paksa.
129
Musibah medik, yang dapat terjadi pada berbagai fase atau tingkatan yaitu, saat memilih dokter, kesimpulan atau diagnosis dokter yang kurang tepat, obat yang
tidak tepat, risiko efek samping obat, risiko pemeriksaan penunjang atau pemeriksaan utuk diagnosis, risiko operasi, risiko bius anastesi, risiko proses pembedahan
130
.. Untuk itulah dibutuhkan Persetujuan Tindakan Kedokteran informed consent
seperti yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan PERMENKES Nomor 290MEN.KESPERIII2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran.
Pengertian ini yang dapat dipertangggungjawabkan adalah upaya atau usaha maksimal dokter atau dokter gigi dalam upayanya melakukan pelayanan medis, jadi
bukan terletak pada hasilnya.Dokter telah berusaha semaksimalkan mungkin
127
J. Guwandi. Op-Cit. Hal. 108.
128
Pujiyono, Lo Cit
129
Chrisdiono M. Achadiat, Op-Cit, Hal. 70
130
ibid
Universitas Sumatera Utara
melakukan pelayanan medis dengan memenuhi persyaratan standar yang telah ditetapkan, namun juga terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti misalkan
meninggalnya pasien atau gagal dalam upaya penyembuhan sakit pasien atau tidak sepenuhnya bisa sembuh dari penyakit semula, maka untuk kasus semacam ini dokter
atau dokter gigi dilepaskan dari tuntutan hukum. Dokter atau dokter gigi harus berupaya semaksimal mungkin dengan segenap ilmu, kepandaian, keterampilan serta
pengalaman yang dimilikinya disertai sikap hati-hati dan teliti menyembuhkan pasiennya.
C. Pengaturan Malpraktek Dalam Hukum Positif Indonesia