Pengertian Bahasa Melayu KAJIAN PUSTAKA

15 mendapat sepedanya‟; tetapi dalam bahasa Indonesia bentuk menjual gigi, tidaklah memiliki makna seperti bentuk menjual rumah ataupun menjual sepeda , melainkan bermakna „tertawa dengan keras‟. Jadi, makna seperti yang dimiliki bentuk menjual gigi itu yang disebut makna idiomatic. Seperti contoh bentuk lain, membanting tulang, meja hijau, tulang punggung, dsb. Kridalaksana Chaer, 1993 menyebutnya dengan makna kiasan transferred meaning, figurative meaning adalah pemakaian kata dengan makna yang tidak sebenarnya.

2.3 Pengertian Bahasa Melayu

Menurut Ridwan 2005:81-124, bahasa Melayu sebagai sistem mengisyaratkan keteraturan. Bahasa Melayu merupakan penanda identitas masyarakat etnis budaya Melayu, juga penanda identitas utama kehidupan manusia Melayu. Bahasa Melayu kaya akan nilai-nilai kemanusiaan yang dikandungnya diekspresikan melalui berbagai bentuk dan jenis kebahasaan ungkapan, kiasan, gurindam, seloka, pepatah, yang selalu membekali manusia denngan peran tunjuk ajar untuk selalu berkehidupan yang baik dan berbudi bahasa. Sikap berbahasa orang Melayu mencerminkan sentuhannya dengan alam dan lingkungann yang menurut persepsi budaya dan memiliki gejala- gejala hubungan antara sikap manusia dengan keyakinan, dambaan dan tata- krama seperti yang diungkapkan melalui hasil-hasil kesusastraan dan bahasa Melayu. Bahasa Melayu cukup sarat dengan pesan-pesan yang bermanfaat Universitas Sumatera Utara 16 dalam pembinaan sikap hidup manusia yang berkepribadian dan melalui kata dan ungkapan bahasa Melayu sesuai dengan pilar utama adat Melayu yang bernuansakan Islam. Sinar 2002:111 mengatakan bahwa “penutur bahasa Melayu adalah masyarakat yang merupakann sekelompok manusia atau homo langues yang hidup berkelompok dan saling mempengaruhi”. Bahasa Melayu juga bersifat universal, selalu menerima, tidak ekslusif, terbuka dan toleransi terhadap bahasa yang lain. Bahasa Melayu Riau memiliki peranan dan fungsi yang sangat penting di wilayah pemakaiannya, yaitu berfungsi sebagai alat komunikasi antar warga dalam kegiatan sehari-hari dan upacara adat. Sementara itu, di luar wilayah pemakaiannya, bahasa Melayu Riau digunakan oleh masyarakat Melayu Deli dan Sedang. Agar bahasa daerah Melayu tetap dapat berkembang, maka harus tetap dilakukan pembinaannya. Dalam hal ini bahasa Melayu Riau diteliti berdasarkan semantik dalam kajian makna idiomatikal dan peribahasa menurut Abdul Chaer 2009 dan makna peribahasa menurut Tarigan 1985. Universitas Sumatera Utara 17

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Metode Dasar

Metode adalah prosedur atau tata cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam melakukan penelitian, penulis menerapkan penelitian yang bersifat deskriptif yakni berusaha menggambarkan secara objektif dan tepat tentang Makna Peribahasa dalam Bahasa Melayu: Kajian Semantik. Dengan demikian, metode yang digunakan tersebut sekaligus digunakan sebagai upaya ekplorasi terhadap gejala dan kenyataan yang diamati dan dipelajari. Dapat dipahami, bahwa penggunaan metode tersebut akan sekaligus dijadikan sebagai kerangka analisis dalam menjawab masalah-masalah yang diajukan dalam penelitian. Sebagaimana dijelaskan bahwa, fokus penelitian yang diarahkan pada pemaparan inti Makna Peribahasa dalam Bahasa Melayu. Sesuai dengan objek yang dikaji, pilihan metode ini adalah opsi yang cukup beralasan mengingat sifatnya deskriptif.

3.2 Lokasi dan Sumber Data

Lokasi yang dijadikan objek penelitian adalah di Provinsi Riau, Kabupaten Kepulauan Meranti Kecamatan Tebing Tinggi Desa Selatpanjang. Karena lokasi tersebut dapat dikumpulkan sumber data mengingat Universitas Sumatera Utara