Persepsi Kelompok Sasaran target group terhadap Kebijakan Mendiknas

mempertimbangkan potensi dan kebutuhan wilayah, termasuk tersedianya sumberdaya setempat.

4.4. Persepsi Kelompok Sasaran target group terhadap Kebijakan Mendiknas

Untuk mendukung pembahasan hasil penelitian ini juga dilengkapi dengan berbagai pendapat, diantarannya bagaimana pandangan dari informan yang mempunyai relevansi kuat dengan dunia pendidikan. Disamping itu bagaimana pula pendapat dari para aktor yang berkompetan kepada masalah kebijakan pembinaan pendidikan di SMK. Informan dalam penelitian ini dipilih dari para stakeholder dalam pendidikan di tingkat menengah kejuruan. Penelitian dilakukan dengan cara wawancara langsung dan dengan melalui telepon, berikut dibawah ini hasil petikan dari wawancara tersebut : Pertama, dari Bapak Zupri Nasution, S.Pd Kepala Sekolah SMK I Barumun Kab. Padang Lawas ”Alasan yang mendasar bagi orang tua siswa enggan memasukkan anakanya ke SMK pada umumnya yang telah kami lakukan survei bahwa dikarenakan biaya pendidikan di SMK mulai dari biaya pendaftaran, biaya praktek, uang sekolah SPP, baju seragam, biaya magang dan lain sebagainya, dinilai jauh lebih tinggi dibandingkan dengan sekolah menengah lainnya. Sementara orang tua siswa lebih mempertimbangkan biaya lebih murah ketimbang kualitas pendidikan anak yang umumnya dikarenakan oleh desakan beratnya problem ekonomi. Sehingga disimpulkan kebijakan pendidikan terkesan kurang berpihak kepada masyarakat kurang mampu.” Latifah Hanum Daulay: Evaluasi Kebijakan Departemen Pendidikan nasional Dalam Upaya Meningkatkan Jumlah Siswa Sekolah Menengah Kejuruan Studi Pada Program SMK Kecil di SMP wilayah Sumatera Utara, 2008. USU e-Repository © 2008 Selanjutnya penulis melanjutkan dengan pertanyaan sehubungan dengan upaya yang dilakukan SMK untuk meningkatkan kualitas pendidikan di SMK guna memacu jumlah siswa di SMK Sumatera Utara. Kedua, dari Bapak Jamertua Sihombing, S.Pd Kepala Sekolah SMK Negeri I Pagaran Kab. Tapanuli Utara ”Dalam upaya meningkatkan kualitas lulusan SMK, Kepala Sekolah SMK ini berpendapat bahwa, pembinaan SMK telah dilakukan Direktorat Pembinaan SMK mulai dari tahun 2007, dengan berbagai kegiatan yang bertujuan merobah paradigma pendidikan dengan cara membuat pemutaran film pendidikan menegah kejuruan promosi, minyiarkan program SMK melalui radio, heft let dan media televisi TVRI dan RCTI pada jam tertentu sesuai jadwal penayangan yang ditentukan. Isi dari materi yang disampaikan tersebut adalah tentang kisah yang menceritakan bahwa sekolah menegah kejuruan akan lebih berarti karena bisa bekerja untuk diri sendiri yang artinya akan mampu menciptakan lapangan kerja baru, sebab dalam proses pendidikan siswa diajarkan untuk membangun jiwa yang enterpreneurship kewirausahaan yag melekat pada kepribadian siswa SMK tersebut. Kemandirian seorang siswa lulusan SMK akan bisa menjadi Direktur perusahaan atau restauran besar yang berhasil dan sukses.” Ketiga, dari Bapak Adnan Harahap, S.Pd Kepala Sekolah SMK I Batang Angkola Kab. Tapanuli Selatan. ”Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas siswa dengan melakukan pembinaan SMK guna menciptakan lulusan SMK yang nantinya akan mempengaruhi minat dan bertambahnya jumlah siswa SMK dengan membuat lomba kompetensi setiap tahun diberbagai daerah kabupaten kota dan provinsi dan juga tingkat nasional dimana dalam perlombaan tersebut di undang siswa SMP dan guru-gurunya untuk menyaksikan keterampilan siswa tersebut. Lomba ini juga bagi pemenangnya akan dipromosikan untuk ikut lomba ke tingkat dunia seperti di ikut sertakan ke Asean Skill.” Latifah Hanum Daulay: Evaluasi Kebijakan Departemen Pendidikan nasional Dalam Upaya Meningkatkan Jumlah Siswa Sekolah Menengah Kejuruan Studi Pada Program SMK Kecil di SMP wilayah Sumatera Utara, 2008. USU e-Repository © 2008

4.5. Kebijakan Pendidikan yang Berkeadilan Sosial